Anda di halaman 1dari 275

DISTRIBUSI OBAT DAN ALAT

KESEHATAN PADA SARANA


RUMAH SAKIT

Agus Sunarko
Distribusi
Pengertian Kegiatan menyalurkan perbekalan
farmasi dari tempat penyimpanan
sampai unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jumlah,
jenis, dan ketepatan waktu.
PMK No. 72 tahun 2016

Instalasi farmasi
rumah sakit

Instalasi farmasi rumah


sakit Saiful Anwar
• Adanya komitmen dari semua pihak dlm
KOMITMEN organisasi, mulai dari manajemen puncak
sampai tingkat paling rendah
• Semua pihak yang terlibat harus memiliki
DISIPLIN disiplin yang tinggi dan menerapkan
prinsip kehati-hatian
• Semua kegiatan harus terdokumentasi
DOKUMENTASI dengan baik agar mudah ditelusuri

• Harus tersedia prosedur tertulis (SOP)


untuk semua kegiatan, dan dipatuhi
SOP pada saat pelaksanaan kegiatan
• Kerjakan yang anda tulis dan tulis yang
3
anda kerjakan
menjamin ketersediaan obat

Mutu dan kondisi obat stabil


Sistem Distribusi selama distribusi
Efektif kesalahan obat minimal dan
keamanan maksimal pada
pasien

obat rusak dan kadaluwarsa


Efisiensi sangat minimal

efisiensi dalam menggunakan


Design sumber daya
Pengelolaan Baik
Ekonomi
memelihara pencatatan
inventaris yang akurat

meminimalkan pencurian
kehilangan, pemborosan
Keamanan
dan penyalah gunaan obat

interaksi antara dokter–


farmasis–perawat–pasien

harga terkendali dan


peningkatan penggunaan
obat yang rasional
Persyaratan Penyampaian
Perbekalan Farmasi Yang Baik
Penderita

Jenis Obat
Tepat Waktu,
Tanggal, dan
Jadwal

Metode
pemberian

Informasi pada
penderita

Personel
Kegiatan Distribusi
• Kegiatan administratif mencakup
• menerima surat permintaan perbekalan farmasi
• Memeriksa kartu persediaan barang ( Kartu stock )
untuk melihat apakah barang yang diminta
tersedian dalam jumlah yang memadai
• Membuat berita acara / format serah terima
perbekalan farmasi dan menandatangani
• Pencatatan dan pelaporan

• Kegiatan fisik
• Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai permintaan
• Memeriksa perbekalan farmasi saat serah terima
• Pengangkutan
Distribusi di rumah sakit
• Distribusi obat harus mampu menjamin penyebaran obat
secara merata dan teratur sehingga tersedia pada saat
dibutuhkan sesuai dengan mutu, jumlah, jenis serta
biaya/harga yang ditetapkan
• Distribusi obat harus dikelola sedemikian rupa agar dapat
memberi manfaat :
• Kepastian tersedianya obat dalam jenis, jumlah dan mutu yang
memadai
• Optimalisasi keterbatasan biaya dan sumber daya yang ada
• Keamanan pendistribusian, keabsahan dan mutu obat ketempat
tujuan
1.Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
Sistem distribusi persediaan lengkap adalah pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Sistem Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan
dikelola oleh Instalasi Farmasi.
Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di ruang
rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan
2. Sistem Resep Perorangan
SRP adalah Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi
Farmasi.
3. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda,
untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien
rawat inap
4.Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap
mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan
sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep individu
yang mencapai 18%.
.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat
menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan

Sistem Distribusi obat-alkes di RS tergantung


Kebijakan rumah sakit
Kondisi dan keberadaan fasilitas fisik
Kualitas dan jumlah personel
Tata ruang rumah sakit
Sistem Distribusi Obat ( SDO)

• SDO di rumah sakit dibedakan :


1. SDO pasien rawat jalan
– Dilaksanakan sesuai dengan prosedur perapotekan
yang berlaku

2. SDO pasien rawat inap :


• SDO resep individual (sentralisasi atau desentralisasi)
• SDO floor stock ( persediaan ruangan)
• SDO unit dosis dispensing (sentralisasi/desentralisasi)
• SDO kombinasi (resep individu dan floor stock)

3. SD PF khusus
* Kebutuhan OK, HD, Sitos, IRD
* Kebutuhan reagen, bahan film (Inst. Radiologi, Lab.)
* Pemberian Methadon solution
* Distribusi gas medis
MENDEKATKAN PELAYANAN FARMASI MELALUI UNIT
PELAYANAN FARMASI,FARMASI RUANGAN
INSTALASI FARMASI, UNIT PELAYANAN FARMASI & FARMASI RUANGAN

INSTALASI
FARMASI

UPF UPF UPF UPF UPF UPF UPF UPF


UPF UPF OK SDF
IRNA IRNA IRNA IRNA IRJ OK OK
IRJ IRD PAV PAV
I II III IV JKN Sentral IRD

Triage
RUANG RUANG RUANG
P1,P2
RUANG RUANG RUANG RUANG POLI POLI OK OK OK RUANG
P3
Sistem Resep Sistem Unit
Sistem Perorangan Dosis
Distribusi
Berdasar
Sistem
Pelayanan Sistem Persediaan
Lengkap di Sistem
Ruangan Kombinasi
(floor stock)
Sistem Distribusi Obat Resep Individual

Merupakan pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep


individual melalui resep konvensional maupun E resep pasien rawat
jalan, rawat inap maupun rawat darurat melalui Instalasi Farmasi.
Peresepan
□ Kelengkapan penulisan resep oleh dokter.
□ Singkatan yang digunakan dalam penulisan resep
harus sesuai dengan buku panduan singkatan yang
berlaku di rumah sakit.
□ Permintaan obat secara lisan atau melalui telepon
dimungkinkan, tetapi harus dieja dan dicatatdalam
buku/formulir permintaan lisan atau rekam medis yang
dilengkapi dengan tanggal, jam dan nama dokter.
□ Pembatasan kewenangan penulisan resep, sesuai
dengan kompetensi dokter. Misalnya obat kemoterapi
hanya boleh diresepkan oleh dokter onkologi.
RESEP

PENGKAJIAN RESEP TELAAH OBAT


⊙KEJELASAN TULISAN ⊙TEPAT IDENTITAS PX
⊙TEPAT OBAT ⊙TEPAT OBAT
⊙TEPAT DOSIS ⊙TEPAT JUMLAH & DOSIS
⊙TEPAT RUTE ⊙TEPAT WKTU &
⊙TEPAT WAKTU FREKUENSI

⊙DUPLIKASI ⊙TEPAT RUTE

⊙INTERAKSI OBAT
⊙BB
⊙KONTRA INDIKASI
⊙POLIFARMASI
⊙JMLH ANTIBIOTIK > 2

Kebijakan Peresepan : hanya untuk pemakaian pasien RS


baik Rawat Inap maupun Rawat Jalan
ELEKTRONIK ⊙Pengisian resep berbasis komputer untuk
menggantikan penulisan pada kertas.
RESEP ⊙Dokter mengirimkan otorisasi resep ke apotek scr
elektronik  meminimalkan kesalahan, akurat, dan
dapat dipahami dari penyedia layanan kesehatan
(apotek).
⊙Mengurangi risiko yang terkait dengan penulisan
resep tradisional (manual).
⊙Implementasi catatan medis elektronik  berbagi
informasi resep medis  menghubungkan pasien
dan penyedia layanan kesehatan (hanya yang
memiliki password)
MANFAAT e-RESEP
⊙Mengurangi kejadian kesalahan pembacaan resep
⊙Mengurangi waktu untuk konfirmasi ke dokter terkait
tulisan yang ada di resep manual
⊙Mengurangi waktu tunggu pelayanan resep pasien
⊙Recall data sebelumnya, meningkatkan pengawasan
obat
⊙Mengurangi jumlah pasien keluar rumah sakit tanpa
membawa obat (pelayanan paripurna)
⊙Salah satu upaya untuk mendorong e-Health / HIS

MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN DAN


KUALITAS PELAYANAN
DOKTER PENULIS RESEP SUB DEPO FARMASI
Keuntungan : Kerugian:
⊙semua R/ dikaji langsung
⊙Kemungkinan keterlambatan
Sistem oleh apoteker
pemberian obat kepada penderita
⊙Apoteker dapat memberi
Distribusi keterangan atau informasi
⊙Jumlah kebutuhan personel
Obat farmasi yang menangani
kepada perawat atau pasien /
pelayanan meningkat
Berdasar keluarga pasien secara langsung
⊙Bisa terjadi kesalahan dalam
⊙Memberi kesempatan
Resep interaksi profesional antara
pemberian obat pasien karena
Individual kurang saling koreksi dalam
apoteker – dokter – perawat –
penyerahan obat
penderita
⊙Pasien membayar obat yang
⊙Memungkinkan pengendalian
kemungkinan tidak digunakan
penggunaan obat di rumah sakit
⊙Mempermudah penagihan
biaya obat penderita
Sistem Distribusi PF Floor Stock
(Persediaan Emergensi Ruangan)

Merupakan sistem distribusi P F dimana perbekalan farmasi


dasar dan emergensi yang dibutuhkan penderita tersedia
dalam ruang penyimpan obat di ruangan. Dalam jenis dan
jumlah yang sangat dibutuhkan
SISTEM DAN DOKUMEN
Floor Stock/Persediaan Emergensi Ruangan Kunci Plastik
Disposable dengan
nomor register

Sistem dan SOP untuk kontrol -> kehilangan dan


kerusakan
Keuntungan

Sistem Obat, alat


kesehatan/bahan habis Pengurangan penyalinan

Distribusi pakai yang diperlukan


segera tersedia, karena
order obat, karena
permintaan tidak perlu
tersedia di ruangan. per individu
perbekalan
farmasi Floor
Stock
Peniadaan pengembalian Jumlah personel IFRS
perbekalan farmasi yang untuk pelayanan
tidak terpakai ke IFRS perbekalan farmasi tidak
perlu banyak
Kerugian : Kesalahan pemberian obat
Penyimpanan perbekalan
farmasi tidak teratur sering tidak
meningkat karena tidak dikaji
sesuai dengan kaidah
oleh apoteker
kefarmasian
Mutu obat cepat merosot dan
Sistem Persediaan perbekalan farmasi
di unit perawatan meningkat, kadaluarsa kurang diperhatikan
Distribusi karena masing-masing unit
sehingga sediaan obat sering tidak
dapat dipakai lagi
perbekalan perawatan menyediakan
perbekalan farmasi sendiri Kemungkinan hilang,
farmasi Floor pencurian dan penyalah gunaan
Perlu fasilitas ruangan khusus
Stock untk pelayanan dan
obat meningkat

penyimpanan perbekalan
farmasi Meningkatnya biaya dan
kerugian karena kerusakan obat
dan obat kedaluwarsa
Pengendaliaan persediaan dan mutu
perbekalan farmasi kurang baik,
karena tidak dikelola dengan baik Perlu waktu tambahan bagi
perawat untuk menangani obat
Sistem Distribusi Obat Dosis Unit
(Unit Dose Dispensing)

Merupakan sistem penyerahan obat kepada pasien secara dosis unit


yaitu berdasarkan dosis per satuan pakai, yang terbagi menurut
waktu pemberian, misalnya untuk pagi, siang, sore atau malam.
(dalam waktu atau pukul)
sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5%
dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep individu yang mencapai 18%.
Unit Dose
Dispensing
Keuntungan:
⊙Pasien menerima pelayan farmasi 24
jam sehari, pasien segera mendapat obat
untuk dikonsumsi
⊙Meningkatkan penggunaan personel
⊙Pasien hanya membayar obat yang
profesional dan non profesional yang
Sistem dikonsumsinya saja
lebih efisien
⊙Semua dosis yang diperlukan telah
Distribusi Obat disiapkan oleh Instalasi Farmasi Rumah
⊙Mengurangi kehilangan pendapatan,
Dosis Unit (Unit Sakit
meningkatkan pendapatan rumah sakit
⊙Menghemat ruangan untuk pelayanan
Dose ⊙Perawat mempunyai lebih banyak
obat di unit perawatan
waktu untuk perawatan pasien
Dispensing) ⊙Kesalahan pemberian obat dikurangi
⊙Meniadakan pencurian dan
pemborosan obat
karena ada sistem pemeriksaan ganda oleh
⊙Memperluas cakupan dan
petugas farmasi,
pengendalian dan akuntabilitas Instalasi
⊙Mengurangi kerugian bayar obat yang
Farmasi Rumah Sakit terhadap
tidak terbayar oleh pasien
penggunaan obat
⊙Penyediaan sediaan intravena dan
⊙Dapat dilaksanakannya pemberiaan
rekonstitusi obat oleh Instalasi Farmasi
informasi obat yang baik terhadap pasien,
Rumah Sakit
perawat dan dokter oleh apoteker
⊙Peningkatan pengendalian obat dan
pemantauan penggunaan obat secara
menyeluruh
Perlu tenaga
farmasi yang lebih Kerugian
Perlu sediaan farmasi
banyak
yang jenisnya sama
dengan jumlahnya lebih
Perlu tempat
banyak
Sistem pelayanan farmasi
yang lebih banyak
Distribusi Kurang tanggapnya
Obat Dosis pertugas farmasi
akan pentingnya Adanya oknum
Unit (Unit UDD petugas ruangan yang
merasa
Dose ‘pendapatannya’
Kurangnya dukungan
berkurang
Dispensing manajemen rumah
sakit
Pengawasan distribusi
harus extra ketat, karena
tempat distribusinya lebih
Adanya tekanan pihak
dari satu
luar rumah sakit yang
kepentingannya
dihambat.
Distribusi Perbekalan Farmasi Sistem Kombinasi
Resep Individual, Floor Stock & Unit Dose
Merupakan sistem distribusi perbekalan farmasi kepada pasien atas order/resep
dokter yang obatnya sebagian disiapkan dari persediaan obat di ruangan dan
sebagian disiapkan dan dilayani Instalasi Farmasi.
Keuntungan: Kerugian:
⊙Semua resep atau permintaan ⊙Keterlambatan sediaan
Distribusi dikaji langsung oleh apoteker
perbekalan farmasi kepada
⊙Apoteker dapat memberi
Perbekalan pasien, karena harus menunggu
keterangan atau informasi kepada
Farmasi Sistem perawat atau pasien secara langsung petugas farmasi
Kombinasi ⊙Memberi kesempatan interaksi ⊙Kesalahan obat dapat terjadi,
Resep profesional antara apoteker – dokter karena koreksi pemberian oleh
– perawat – pasien apoteker setelah obat diberikan
Individual dan
⊙Perbekalan farmasi yang
Floor Stock diperlukan pasien dapat segera
tersedia
⊙Beban kerja Instalasi farmasi
rumah sakit dapat berkurang
Pasien rawat jalan Pasien rawat inap Pasien rawat darurat

Distribusi PF - system distribusi floor


stock
-
-
resep individual
floor stock (persediaan
- sistem distribusi
floor stock
- peresepan individu / ruangan) dan
bdsk tempat perorangan - kombinasi floor stock -
resep individu - UDD

pelayanan
dibedakan
menjadi  Pasien operasi / bedah
- kombinasi floor stock
Pasien emergensi
- trolly emergensi
(paket) dan permintaan dengan persediaan
per pasien awal secara floor
stock (paket)
- Peresepan individu
Alur Pelayanan
Resep Rawat Jalan
Alur Pelayanan
Resep Rawat
Inap
Alur pelayanan Farmasi di
UPF Bedah Sentral
Sebelum Operasi
Alur Pelayanan Farmasi di
UPF Bedah sentral pasca
Operasi
EVALUASI
• Merupakan serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan
memperoleh informasi tentang kebijakan pencapaian tujuan,
kegiatan, hasil dan dampak serta biayanya (Fink dan Kosecaff, 1978).
• Dasar evaluasi adalah membandingkan hasil dan dampak dari
suatu kegiatan dengan standart yang telah ditetapkan guna
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu progam (carles T Grub)
• Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan yang
sistematis dari dampak progam.
Arti evaluasi :
• Proses untuk menentukan nilai atau keberhasilan ,
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Usaha mengukur pencapaian tujuan atau keadaan
dengan membandingkan dengan standart nilai yang
sudah ditentukan sebelumnya.
• Usaha untuk mencari kesenjangan antara rencana
yang ditetapkan dengan kenyataan hasil
pelaksanaan.
EVALUASI DISTRIBUSI
Macam Tujuan Cara Pengukuran Standar/Target
Indikator
Rata2 waktu Mengetahui Ambil 30 sampel pasien ralan dan Sesuaikan dengan
melayani resep kecepatan ranap per pekan/minggu permintaan dan harapan
(dispensing time) pelayanan Catat waktu penyerahan resep pelanggan
sampai pemberian obat Standar resep paten
dan racikan berbeda

% obat generik Mengetahui Ambil 100 resep secara acak 100%


yang dilayani ketersediaan obat Hitung total item generik yang
generik diserahkan dibagi yang
diresepkan
% obat terlayani Meengetahui Ambil data jumlah pasien rawat ≥ 95%
kemampuan jalan
menyediakan resep Kurang 10% (asumsi mondok
atau pem diagnosa)
Ambil data jumlah resep
Bagi jumlah resep dengan jumlah
pasien ralan kalikan 100%

% obat dilabeli Mengetahui Ambil sampel 30 resep 100%


dengan benar penguasaan Hitung jumlah obat yang dilabeli
petugas ttg info benar
pokok yang hrs Meliputi : nama pasien, aturan
dicantumkan
pakai,
• Dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlalu
• Terdiri dari

ADMINISTRASI 1. Pencatatan dan pelaporan (dilakukan secara periodik terhadap semua kegiatan
pengelolaan sediaan farmasi)
2. Administrasi keuangan (pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan
yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin
atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan)
3. Administrasi penghapusan(Penyelesaian terhadap sediaan farmsi, ALKES dan
BMHP yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar dengan cara membuat usulan penghapusan kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur yang berlaku)

⊙ TUJUAN :
TERCAPAINYA EVALUASI DAN PELAPORAN DENGAN MUTU, CAKUPAN
DAN EFISIENSI YANG OPTIMAL MELALUI PENCATATAN DAN
PELAPORAN KEGIATAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI YG
MANTAB
ADMINISTRASI
PENCATATAN dilakukan untuk PELAPORAN dilakukan sebagai
⊙Persyaratan Kementerian ⊙Komunikasi antara level
Kesehatan / BPOM manajemen
⊙Dasar akreditasi RS ⊙Penyiapan laporan tahunan yang
⊙Dasar audit RS komprehensif
⊙Dokumentasi farmasi ⊙Laporan tahunan
2. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Farmasi

Matur Nuwun
PERAN APOTEKER DALAM EFISIENSI
PENGGUNAAN OBAT, ALKES dan
BMHP di ERA BPJS

AGUS SUNARKO
PERUBAHAN REGULASI PELAYANAN
KESEHATAN

UU 36/2009 :
KESEHATAN UU 44/2009 :
RUMAH SAKIT

PENINGKATAN
MUTU
PELAYANAN
RS
PERPRES PERMENKES
82/2018 : 12/2020 :
JAMINAN AKREDITASI RS
KESEHATAN PERMENKES
72/2016 :
Standar yan far
RS
LATAR BELAKANG

Efisiensi dalam Metode pembayaran


penyelenggaraan prospektif
layanan kesehatan

Perubahan paradigma
dari Fee for service
menjadi Ina Cbg
Permenkes nomor 76 tahun 2016 tentang “PEDOMAN
INDONESIAN CASE BASE GROUPS (INA-CBG) DALAM
PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Pembiayaan kesehatan merupakan bagian yang penting dalam implementasi


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pembiayaan kesehatan di fasilitas
kesehatan diperoleh dengan dilakukannya pembayaran oleh penyelenggara
asuransi kesehatan atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta,
yang bertujuan untuk mendorong peningkatan mutu, mendorong layanan
berorientasi pasien, mendorong efisiensi dengan tidak memberikan reward
terhadap provider yang melakukan over treatment, under treatment maupun
melakukan adverse event dan mendorong pelayanan tim. Dengan sistem
pembiayaan yang tepat diharapkan tujuan diatas bisa tercapai.
Casemix

➢Suatu sistem pengklasifikasian penyakit yang


mengkombinasikan antara sekelompok penyakit
dengan karakteristik klinik serupa dengan biaya
perawatan selama dirawat disuatu rumah sakit
➢ Cara pembayaran oleh penyandang dana - besar
biaya tidak berdasar jenis dan jumlah layanan
yang diberikan untuk setiap pasien - tapi
berdasarkan kesepakatan harga menurut
kelompok diagnosis penyakit (CBG’s) dimana
pasien tersebut termasuk
SISTEM INA-CBG’S

➢ Merupakan pola pembayaran prospektif dimana pembayaran / biaya ditentukan dan


disepakati sebelum pelayanan diberikan.
Tarif dibentuk berdasarkan pengelompokan diagnosis penyakit dan
prosedur/tindakan yang dikaitkan dengan biaya perawatan.
Setiap satu kelompok memiliki ciri klinis dan pemakaiansumber daya/biaya
perawatan yang sama/mirip.Berupa tarif paket, meliputi seluruh komponen biaya
RS.

Merupakan Sistem Casemix yang di Implementasikan di Indonesia saat ini
Dasar Pengelompokan dengan menggunakan :ICD – 10 Untuk Diagnosa ( 14.500
kode) ICD – 9 CM Untuk Prosedur/Tindakan (8.500 kode)
Dikelompokkan menjadi kode group INA-CBG (789 kode rawat inap dan 288 kode
rawat jalan)
Dijalankan dengan menggunakan UNU-Grouper dari UNU-IIGH (United Nation
University Internasional Institute for Global Health)
31 CASEMIX MAIN GROUP
NO. Case-Mix Main Groups (CMG) CMG Codes

1 Central nervous system Groups G


2 Eye and Adnexa Groups H
3 Ear, nose, mouth & throat Groups U
4 Respiratory system Groups J
5 Cardiovascular system Groups I
6 Digestive system Groups K
7 Hepatobiliary & pancreatic system Groups B
8 Musculoskeletal system & connective tissue Groups M
9 Skin, subcutaneous tissue & breast Groups L
10 Endocrine system, nutrition & metabolism Groups E
11 Nephro-urinary System Groups N
12 Male reproductive System Groups V
13 Female reproductive system Groups W
14 Deleiveries Groups O
15 Newborns & Neonates Groups P
16 Haemopoeitic & immune system Groups D
TARIF BPJS : - Masuk paket INA-CBG
- Diluar paket INA-CBG

Komposisi Tarif INA-CBG


Admin Pemeliharaan
ICU
Bahan Habis Pakai
Obat
Kamar Operasi Akomodasi

Sistem Informasi
Radiologi
Physiotherapy Lain-lain
Laboratorium
Ruang Rawat
KONSEP
PELAYANAN
OBAT
& BMHP

Kewajiban Pelayanan Tanggung Jawab Potensi Kekosongan Obat


Kesehatan (pasal 56) Ketersediaan obat (pasal 58) (pasal 61)
• Obat , alat kesehatan dan BMHP • Dalam hal terjadi permasalahan
• Fasilitas kesehatan wajib yang digunakan dalam program pengadaan obat,alat kesehatan &
menjamin peserta pemerintah , Selain untuk BMHP yang dapt
mendapatkan pelayananan JKN, disediakan oleh berpotensiterjadinya kekosongan
pemerintah pusat dan atau obat, maka pemerintah pusat,
obat, alt kesehatan dan pemerintah daerah sesuai dengan daerah &pelayanan kesehatan,
ketentuan peraturan perundang- melalukan upaya penyelesaikan
BMHP yang dibutuhkan undangan sesuai permasalahan dan
sesuai dengan indikasi kewenangan nya
medis
MANFAAT PF DALAM JKN
Pelayanan Kesehatan bagi
Peserta Jaminan Kesehatan

KETERSEDIAAN
KETERJANGKAUAN

JAMINAN
KEAMANAN, MUTU
& MANFAAT

POR

KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OBAT DI RS

Rumah Sakit menyusun Formularium RS yang


mengacu pada Fornas & CP/PPK
Rumah Sakit melaporkan Rencana Kebutuhan
Obat dalam system e-monev
Menjamin ketersediaan obat yang bermutu,
manfaat , khasiat, keamanan.
Monitoring dan evaluasi ketersediaan, penggunaan
obat dan efisiensi serta efektifitasnya
CLINICAL UNIT STANDARISASI
PATHWAY COST PELAYANAN

SPM TARIF

▪RS Tidak rugi


▪Mutu Pelayanan Terjamin
▪Dokter & Karyawan sejahtera
▪Tidak Fraud
▪Pasien terlayani dengan baik
Kurangi atau hilangkan potensi
Tingkatkan Inefisiensi Pelayanan Rumah Sakit
Efisiensi

➢ Farmasi
➢ Alat Medik Habis pakai
➢ Pemeriksaan penunjang
➢ Lama rawat (LOS)
➢ Overhead cost
• Sesuai PPK
Tindakan • Sesuai CP

• Sesuai CP
Obat • Formularium RS

Alat • HTA
Keseha • Formularium RS
tan
Faktor yang berpengaruh pada kualitas
perbekalan farmasi
Sistem
Pengelolaan
sediaan Farmasi
sesuai Standard Sediaan
Apoteker yg YANFAR farmasi yg
melakukan aman,
Praktek Penyediaan Sarana
berkhasiat,
yg mendukung
Kefarmasian bermutu,
pengelolaan
dan
Kebijakan terjangkau
pengelolaan obat
sistem satu pintu

PP no 51/2009 ttg Standar Pelayanan UU 36/2009 ttg


Pekerjaan Kefarmasian kesehatan (Pasal 98)
Kefarmasian
INPUT PROSES
OUTPUT

1. Pengukuran
IFRS PFT PPRA Tahap indikator mutu
RS Pengelolaan •Pengel obat yang
• Perencanaan
Kebutuhan Obat Obat : efektif dan efisien :
• Pengadaan
SDM • Seleksi •Kecukupan jenis
• Penyimpanan
• Perencanaan dan jumlah obat
• Distribusi
• Pengadaan •Mutu pelyn ter-
• Penggunaan
• Penyimpanan Jamin
• Distribusi •Harga terjangkau
2. Analisa
• Penggunaan •Penggunaan
obat yang rasional l
3. Rencana intervensi
•Waste rendah
4. Intervensi
PENGELOLAAN
Menentukan jenis
SEDIAAN FARMASI, sediaan farmasi
ALAT KESEHATAN Formularium RS
& BMHP PEMILIHAN

EVALUASI &
PERENCANAAN
PELAPORAN Menentukan Jumlah
kebutuhan. Dasar :
Sisa Stok,
Penggunaan
PENARIKAN &
PENGADAAN
PENGHAPUSAN

KENDALI MUTU &


KENDALI BIAYA
PENDISTRIBU PENERIMAAN
SIAN

PENYIMPANAN
SELEKSI / PEMILIHAN

FORMULARIUM RUMAH SAKIT  Obat yang masuk dalam


formularium RS adalah obat
fornas minimal (80%) dan
Acuan: obat lain diluar fornas
Formularium maksimal (20%).
nasional  Obat yang dikelola di rumah
sakit merupakan obat yang
Kebutuhan memiliki nomor izin edar
Outcome:
Output: Tercapainy (NIE)
obat di Formularium a Kendali  mengutamakan penggunaan
Rumah Rumah Sakit mutu dan obat generik
kendali  memiliki rasio manfaat-risiko
Sakit biaya di RS (benefit-risk ratio) yang
paling menguntungkan
Disusun oleh
penderita
Komite Farmasi dan  menguntungkan dalam hal
Terapi kepatuhan dan penerimaan
oleh pasien
 memiliki rasio manfaat-biaya
(benefit-cost ratio) yang
tertinggi
 Obat lain yang terbukti paling
efektif secara ilmiah dan
aman (evidence based
medicines)
SELEKSI / PEMILIHAN
KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT non
FORMULARIUM dan ANTI MIKROBA

• FORMULIR PENGAJUAN
• REKOMENDASI KFT
• PERSETUJUAN DIREKTUR/KOMITE MEDIK

KHUSUS ANTIMIKROBA : DIPERKETAT


• FORMULIR PENGAJUAN
• PIC DOKTER/APOTEKER
• REKOMENDASI KPRA
• REKOMENDASI KFT
• PERSETUJUAN DIREKTUR/KOMITE MEDIK
PERSETUJUAN (ACC) RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM
Alamat:
Telp.,Fax:

FORMUUR PERMJNTAAN KHUSUS OBAT NON FORMULARIUM


1
I1.
Nama Generik :
Nama Dagang & Pabrik :
1I11
Bentuk & Kekuatan Sediaan : Pasien
VV :
VI Indikasi :
VII Alasan Permintaan :
Jumlah yang diminta :
Malang,
Dokter yang meminta,

( ... . ... .. ... ... .....


. .. .. .. )
Rek om endasi Kom ite Farm asi dan Terapi : NIP

……………………………………………………
……………………………………………………
……………………………………………………

···········, · 20…
Ketua KFT

(
.•...•...•.....
......)
Menyetujui, NIP.
Kepala Kom ite Medik Oirektur Rumah Sakit

( ) ( )
NIP. NIP.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. PERSENTASE KESESUAIAN PENGGUNAAN OBAT DI RS DENGAN
FORMULARIUM RS:
% kesesuaian = jumlah item obat yang diresepkan sesuai dengan formularium RS x 100%
jumlah total item obat yang diresepkan
2. PERSENTASE KESESUAIAN KETERSEDIAAN OBAT DI RUMAH SAKIT

% kesesuaian = jumlah item obat di RS yang sesuai dengan Formularium RS x 100%


jumlah item obat yang tersedia di RS

3. PERSENTASE KESESUAIAN OBAT DI RUMAH SAKIT DENGAN FORNAS


% kesesuaian = jumlah item obat di RS yang sesuai dengan Fornas x 100%
jumlah item obat yang tersedia di RS
CLINICAL PATHWAY ADALAH :

Standar Akreditasi KARS -


PMKP 2.1
TUJUAN CLINICAL PATHWAY
• MENGURANGI VARIASI DALAM PELAYANAN, SEHINGGA BIAYA LEBIH MUDAH
DIPREDIKSI.
• PELAYANAN LEBIH TERSTANDARISASI, MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN
(QUALITY OF CARE)
• DASAR PENGHITUNGAN “REAL COST” SUATU KASUS.
• MENINGKATKAN KUALITAS DARI INFORMASI YANG TELAH DIKUMPULKAN.
• DIHARAPKAN DAPAT MENGURANGI BIAYA DENGAN MENURUNKAN LENGTH
OF STAY, DAN TETAP MEMELIHARA MUTU PELAYANAN
• SEBAGAI PEMBANDING PADA CBG COST. TERUTAMA PADA KASUS-KASUS
“HIGH COST, HIGH VOLUME”.
Standar Akreditasi KARS - PMKP 2.1
Inventory Control
• Pengawasan terhadap persediaan yang dikenal juga
sebagai inventory control adalah bagaimana fungsi
tersebut dapat dilaksanakan secara efektif.
• Mengapa pengendalian persediaan sangat penting ?
• Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam
persediaan 50 – 60 % DPA RS.
• Pengendalian persediaan yang tepat memiliki pengaruh
yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas
investasi/profit.
• Pengendalian persediaan juga penting dalam menentukan
stok yang benar
Pengendalian Persediaan yang Efektif ?
• Pengendalian persediaan yang efektif adalah mengoptimalkan dua
tujuan :
• 1. Memperkecil total investasi pada persediaan
• 2. Menjual/menyediakan berbagai produk yang benar untuk
memenuhi permintaan USER.

• Hal ini dapat dicapai apabila dapat menentukan :


• 1. Berapa banyak suatu item barang akan dipesan pada suatu waktu.
• 2. Kapan dilakukan pemesanan ulang terhadap item tersebut.
• 3. Yang mana dari item-item tersebut perlu dilakukan pengawasan.
PERENCANAAN
Kegiatan unt menentukan jumlah & periode pengad PF
sesuai pemilihan  tepat jenis, tepat jumlah & tepat
waktu dan efisien
Metode : Konsumsi, Epidemiologi dan Kombinasi
Analisa : ABC, VEN
Hal yg harus dipertimbangkan :
a. Penetapan prioritas
b.Sisa persediaan
c. Anggaran (APBD) yg tersedia,
d.Data pemakaian periode yg lalu
e.Waktu tunggu pemesanan
f. Rencana Pengembangan
PENGADAAN melalui PEMBELIAN

Tujuan: Mendapatkan sed. Farmasi, alkes & BMHP


dengan harga layak dengan mutu yang baik,
pengiriman barang terjamin dan tepat waktu,
proses berjalan lancar dan tidak memerlukan
tenaga serta waktu berlebih
Pelaksana: Panitia / Pejabat Pengadaan ( SK.
Direktur )  sertifikat pengadaan B/J Pemerintah oleh LKPP
Methode pengadaan dengan mengacu kepada
Perpres no. 54 tahun 2010 ( perpres 35/2011, 70/2012,
172/2014 dan 04/2015) Perpres 16/2018 menggunakan APBN/D
Pengadaan diperoleh dr :
 Pembeliaan
 Pembuatan/produksi
 Sumbangan/hibah/droping
 Kerjasama operasional
 Penyewaan
PENGADAAN
PENGADAAN
1. REGULASI : - PENGADAAN SEDIAAN FARMASI, ALKES, BMHP
- MANAJEMEN RANTAI PASOKAN- WAWANCARA KHUSUS
2. DOKUMEN :
- PAKTA INTEGRITAS
- KUALIFIKASI PEMASOK
- DELAPAN KRITERIA PEMASOK
- DOKUMEN KONTRAK BERISI :
peninjauan sewaktu- waktu ke seluruh area rantai distribusi
Penjaminan mutu,manfaat, khasiat, keamanan
Keaslian produk
Kelengkapan label (B3)
-DOKUMEN PENYERTA : MSDS, CoO,CoA
- BUKTI HASIL EVALUASI TERHADAP INTEGRITAS SETIAP
PEMASOK
DOKUMEN KELENGKAPAN PEMASOK SEDIAAN FARMASI,
ALKES, BMHP
AKTE PENDIRIAN PERUSAHAAN DAN PENGESAHAN DARI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

SURAT IZIN USAHA PERUSAHAAN (SIUP)

NPWP

IZIN PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF), PENYALUR ALKES (PAK)

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA DISTRIBUTOR DENGAN PRINSIPAL &RS

NAMA DAN SURAT IZIN KERJA APOTEKER PENANGGUNGJAWAB PBF

ALAMAT DAN DENAH KANTOR PBF

SURAT GARANSI JAMINAN KEASLIAN PRODUK YANG DIDISTRIBUSIKAN (DARI


PRINSIPAL)
Konsep Pengadaan Obat dalam Perpres 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan

Dilakukan oleh
Pengadaan
faskes dalam
Elektronik (e-
rangka
purchasing)
memenuhi
melalui e-
kebutuhan
katalog
obat JKN
Pengadaan
obat dan BMHP Harga dan Penyedia mengacu
pada e-katalog
Pengadaan
Manual (Tidak Mengacu Fornas dan
dapat Kompendium Alkes (Item
menggunakan tidak ada di e-katalog)
e-purchasing) Pengadaan obat dan alkes
diluar fornas dan
compendium dengan
persetujuan Kepala/ Direktur
RS
Pengadaan Obat
berdasarkan e-Catalogue

E-Purchasing Manual

K/L/D/I
Rencana: Faskes, Faskes , termasuk
(misal: Kemkes, termasuk Swasta Swasta
Dinkes, RS
(RS , Apotek) (RS , Apotek)
Pemerintah)

Keterangan:
Dlm hal aplikasi *) Berdasarkan SE Ka. LKPP No. 1 Tahun 2013
mengalami kendala tentang Pengadaan Barang/Jasa dengan
(Off-line) *) Sistem e-Purchasing, butir 6
PENERIMAAN

Kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,


spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga dengan SP/SPK dan kondisi fisiknya
Barang farmasi diterima dari PBF/PBAK/ rekanan
rumah sakit.
Diperiksa oleh tim pemeriksa dan penerima hasil
pekerjaan rumah sakit kesesuaian spesifikasi sp/spk,
faktur/nota kirim dan barang yg
datang(nama,jumlah,jenis,kualitas, kadaluarsa) bila
sesuai diterima & dibuat berita acara ( BA ) lalu
dientry ke komputer
Diserahkan & disimpan  gudang farmasi membuat
BA (Pengurus Barang Medik RS)
Penerimaan PerKa BPOM 4/2018
Ti
No. Butir Ketentuan
16. 2.4 & Penerimaan obat/bahan obat harus dilakukan oleh Apoteker/Tenaga Teknis
2.5 Kefarmasian Penanggung Jawab. Bila Penanggung Jawab berhalangan hadir
dapat didelegasikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian dengan surat
Pendelegasian (bukan hanya POPO, obat regular juga harus diterima oleh APJ
atau TTK yg didelegasikan)
17. 2.6 Penerimaan obat/bahan obat di Puskesmas juga dapat dilakukan tenaga
kefarmasian, tenaga medis atau tenaga kesehatan lain yang ditunjuk oleh
Kepala Puskesmas (ada surat penunjukkan)
18. 2.8 Apabila hasil pemeriksaan obat/bahan obat yang diterima tidak sesuai dengan
pesanan seperti NAMA, KEKUATAN SEDIAAN, JUMLAH atau KONDISI KEMASAN
TIDAK BAIK, maka HARUS segera DIKEMBALIKAN pada saat penerimaan.
Apabila pengembalian tidak bisa dilaksanakan pada saat penerimaan,misalnya
pengiriman melalui ekspedisi maka dibuat Berita Acara yang menyatakan
penerimaan tidak sesuai dan disampaikan ke pemasok untuk dikembalikan
19 2.6 Jika pada hasil pemeriksaan ditemukan ketidaksesuaian NOMOR BETS atau
TANGGAL KADALUWARSA antara fisik dan faktur pembelian/LPLPO dan atau
Surat Pengiriman Barang (SPB) harus dibuat koreksi dan dikonfirmasi
ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak Pemasok
PENYIMPANAN (PMK 72/2016)

SESUAI DENGAN PERSYARATAN KEFARMASIAN


DAN TERTIB ADMINISTRASI  menjamin mutu
stabilitas & keamanan sediaan
Persyaratan kefarmasian meliputi :
Persyaratan stabilitas dan keamanan
Sanitasi, ventilasi, cahaya, kelembaban, penggolongan

* PENANGGUNG JAWAB GUDANG APOTEKER memastikan obat


disimpan & didistribusikan benar, dicek berkala
Kegiatan Penyimpanan punya 3
tujuan umum :
 Operasional : agar tersedia barang, serta bahan
dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai
 Keuangan : agar upaya tujuan operasional dapat
terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya
 Pengamanan : agar persediaan tidak terganggu
oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa
hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar
lainnya; serta nilai persediaan yang sesungguhnya
dapat tercermin di dalam sistem akuntansi
PENYIMPANAN
PENYIMPANAN
2. DOKUMEN :
- pelabelan obat
- monitoring suhu dan suhu lemari pendingin
- dokumen supervisi apoteker
- dokumen kartu stok : ED, no batch
- laporan stok opname
- daftar obat emergency tersedia di unit layanan
- bukti catatan supervisi penyimpanan obat emergency
- data rencana lokasi penyimpanan obat emergency
- Bukti pelaksanaan dan berita acara penarikan obat rusak
- Bukti pelaksanaan dan berita acara pemusnahan obat
- Bukti serah terima per shift dengan jumlah dan jenis stock untuk
narkotika & psikotropika
PENYIMPANAN
Penyimpanan sesuai jenis produk dan bentuk sediaan
(minimalisir risiko)

Penyimpanan sesuai spesifikasi produk dan


menggunakan palet (mempertahankan mutu)

Mengunakan Sistem FIFO/FEFO dan label yang jelas


(kesalahan pengambilan)
Barang Rusak, ED, Terkontaminasi, Recall, diduga
palsu, disimpan terpisah & terkunci dan diberi
penandaan

Melakukan stock Opname secara berkala untuk


menjaga akurasi stock

Tersedia SOP dan semua dokumen yg berkaitan


didokumentasikan
Fasilitas dan Peralatan

1. Alat Ukur  terkalibrasi min 1x setahun


- Termometer, termohigrometer, termometer penghantaran, timbangan
2. Fasilitas pendukung
- Ruangan penyimpanan  kualifikasi min 3 tahun sekali
- Chiller/cold storage  kualifikasi min 1 tahun sekali, maintenance/service
min 3 bulan sekali
- AC  maintenance/service min 3 bulan sekali
- Pest control  maintenance dan evaluasi setiap bulan
- Chestfreeezer  maintenance/service min 3 bulan sekali
- Genset  pemanasan mesin 3 hari sekali, service setiap bulan, pastikan
ketersediaan bahan bakar
- Alarm suhu, door contact, smoke detector, motion detector  validasi setiap
bulan
- APAR  tidak ED dan dipastikan dapat digunakan
- Spilkit  pastikan lengkap (air, pasir, sarung tangan, kaleng, detergen, kain lap, dll)
PENYIMPANAN

1. Floor pallet
2. Pallet Racks
3. Cold Storage
4. Secure Storage

X
PELABELAN OWATI
Kategori Penandaan Keterangan
High Risk / Risiko Tinggi
Stiker berbentuk persegipanjang warna merah dan tulisan
HIGH RISK ‘High Risk’ berwarna putih.
Ditempelkan pada setiap obat yang akan didistribusikan
pada pasien dan pada kotak penyimpanan obat.
Obat Kanker
Stiker berbentuk persegi panjang berwarna ungu dengan
gambar pembelahan sel dalam lingkaran putih dan tulisan
‘OBAT KANKER TANGANI DENGAN HATI-HATI’ berwarna
putih.
Ditempelkan pada setiap obat yang akan didistribusikan
pada pasien dan pada kotak penyimpanan obat.
LASA/NORUM
Stiker berbentuk persegi panjang warna hijau dan tulisan
LASA ‘LASA’ berwarna hitam.
Ditempelkan pada setiap obat yang akan didistribusikan
pada pasien dan pada kotak penyimpanan obat.
Elektrolit Konsentrat Stiker berbentuk persegi warna Kuning dan tulisan ‘Elektrolit
Elektrolit Konsentrat
Konsentrat’ berwarna hitam.
Ditempelkan pada setiap obat yang akan didistribusikan
pada pasien dan pada kotak penyimpanan obat.
PENYIMPANAN HIGH ALERT
DI UPF
PENDISTRIBUSIAN

Kegiatan menyalurkan perbekalan farmasi dari


tempat penyimpanan sampai unit pelayanan/pasien,
dalam proses terapi baik pasien rawat jalan maupun
rawat inap
Dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jumlah,
jenis, dan ketepatan waktu. PMK 76 tahun 2016
Sistim Distribusi dilakukan sistim distribusi Sentralisasi
dan sistim distribusi Desentralisasi
Sistem Distribusi Obat Yang Baik

Menjamin ketersediaan obat


Mutu dan kondisi obat tetap stabil
dalam proses distribusi
Kesalahan obat minimal dan
keamanan maksimum pada pasien
Kerusakan obat dan kadaluwarsa
obat minimal
Efisien dalam penggunaan sumber
daya, baik sarana maupun SDM
Aman dari pencurian dan
kehilangan obat
Sistem Distribusi Obat Yang Baik (2)

IFRS memiliki akses dalam semua


tahap proses distribusi untuk
pengendalian, pemantauan dan
penerapan farmasi klinik
Memungkinkan interaksi dokter-
perawat-apoteker-pasien
Mencegah pemborosan dan
penyalahgunaan obat
Harga terkendali
Mampu meningkatkan penggunaan
obat yang rasional
PENDISTRIBUSIAN DARI GUDANG KE UPF

Format serah terima


obat alkes dari
Gudang ke UPF

Format permintaan
obat alkes UPF ke
Gudang
DISTRIBUSI OBAT TERMOLABIL

Obat termolabil : Obat yang stabilitasnya pada suhu


2-8°C, suhu sejuk ≤ 25 ° C
Saat pendistribusian dari pabrik  distributor 
gudang RS selalu dipantau suhu pengiriman.
Dari gudang ke UPF ?
Dari UPF ke Ruang/Px ?
Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Rekonsiliasi
Riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya
Asal obat dan keadaan fisik obat
Kebijakan rs tentang obat dari luar rs.
Farmasi satu pintu.
REKONSILIASI OBAT

REKONSILIASI
OBAT 
TARGET 1X24
JAM TERISI
Ronde

Rekonsiliasi /Telaah obat


Interaksi obat
Efek samping- DRP
Rekomendasi
Mencatat di intergrated note ( SOAP)
KEBIJAKAN AUTOMATIC STOP ORDER
TUJUAN
Untuk memastikan pemberian obat yang aman melalui proses stop order,
terutama untuk beberapa obat yang harus dievaluasi dan ditinjau secara konsisten, serta
pemberitahuan informasi tersebut kepada dokter.
DEFINISI
Automatic Stop Order (ASO) diterapkan pada obat-obat kategori tertentu yang
dianggap sebagai obat yang kuat/potent dan obat-obat yang memerlukan review regular
Misal : antiinfeksi, antiviral, antifungi, narkotik, dan kortikosteroid.

54
JENIS OBAT LAMA KETERANGAN
TERAPI
Vasokonstriktor (ophthalmic, nasal) 3 hari
Pethidin 2 hari Untuk mencegah akumulasi hasil metabolisme yang
toksik.
Ketorolak (oral dan parenteral) 5 hari - IV : Maksimal 120 mg/hari
- Untuk mencegah adverse effect pada ginjal dan
saluran gastrointestinal
Antiinfeksi : 7 hari - Saat MRA tercapai, hasil lab dan/atau gambaran
- oral dan parenteral, kecuali diagnostik seharusnya sudah tersedia untuk
antituberkulosis assessment ulang guna pemberian terapi yang
- antiviral, kecuali amantadin dan paling sesuai dengan respon klinis pasien.
oseltamivir diberikan sesuai protokol - Assessment ulang tentang switch terapi dari
Kortikosteroid (ophthalmic dan oral) parenteral ke oral.
Antiinfeksi (topikal/mata/telinga) 10 hari Assessment ulang berdasarkan respon klinik pasien.
Antifungi oral
Assessment ulang berdasarkan respon klinik pasien.
Antifungi, topikal 10 hari
Narkotik
Kortikosteroid, topikal
Assessment ulang berdasarkan respon klinik pasien.
Antikoagulan (low molecular weight heparin, 7 hari
heparin, fondaparinux)
Assessment ulang berdasarkan respon klinik pasien.
Warfarin 14 hari
Assessment ulang berdasarkan respon klinik pasien.
Obat-obat kronis (DM, HT, dll) 30 hari
TANGGAL DAN JAM PENULISAN, NAMA TERANG DAN
TANDA TANGAN PPA DI SETIAP FORMULIR RM
INSTRUKSI FARMAKOLOGIS MEDIS
DAN PEMANTAUAN PEMBERIAN OBAT
MESO
PENGENDALIAN (PMK 72/2016)
Pengendalian jenis, jumlah dan penggunaan sed. Farm., alkes dan BMHP
Pengendalian Penggunaan oleh IFRS , KFT, PPRA dan Manajemen
Tujuan Pengendalian :
* Penggunaan obat sesuai FRS/Fornas,
* Penggunaan obat sesuai PDT, PPK, CP dan
* Persediaan yg efektif dan efisien
Cara
* Evaluasi persediaan yg jarang digunakan / slow moving
* Evaluasi persediaan yg tidak digunakan 3 bulan ber turut2 /death
moving
* Stok opname dilakukan secara periodik dan berkal
- Sampling dilakukan secara periodik oleh penanggung jawab sdf, pj gudang dan SPI
- Pengambilan data meliputi stok awal, data pemakaian, keadaan barang (jenis, jumlah, tgl
ed,rusak,dan sp)
ADMINISTRASI
Dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
Kegiatan administrasi terdiri dari :
a. Pencatatan mutasi obat dilakukan update
b. Penunjang administrasi : resep, SEP, Case mix, data lab ditata rapi,
lengkap dan kronologi
c. Administrasi Klaim
d. Evaluasi dan Administrasi Pelaporan

• TUJUAN :
TERCAPAINYA EVALUASI DAN PELAPORAN DENGAN MUTU, CAKUPAN DAN
EFISIENSI YANG OPTIMAL MELALUI PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN
ORGANISASI INSTALASI FARMASI YG MANTAB.
Penetapan Harga Perbekalan
Farmasi
• Harga Eceran Tertinggi Obat yang selanjutnya disingkat HET adalah
harga jual tertinggi obat di apotek, toko obat dan instalasi
farmasi rumah sakit/klinik.
HET = HNA + PPN + Yan Far 28 %

• Katalog Elektronik (e-catalogue) adalah sistem informasi elektronik


yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga barang
tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pernerintah.

• Harga Netto Apotek yang selanjutnya disingkat HNA adalah


harga jual termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) dari
Pedagang Besar Farmasi (PBF) kepada apotek, toko obat
dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik.

HNA = Harga PBF + PPN


PMK 98 / 2015
Penetapan Harga Obat
NO Harga dasar satuan obat Faktor Yan Far Keterangan
.
1 < Rp. 50.000 0,28
2 Rp. 50.000 – Rp. 250.000 0,26
3 Rp. 250.000 – Rp. 500.000 0,21
4 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 0,16
5 Rp. 1.00.000 – Rp. 5.000.000 0,11
6 Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000 0,09
7 > Rp. 10.000.0000 0,07

PMK 52 / 2016
Alkes diluar paket INA CBGs
NO Alat Kesehatan Tarif (Rp) Ketentuan
.
1 Kacamata 150 kelas 3 2 tahun sekali
200 kelas 2
300 kelas 1
2 Alat bantu dengar Maks 1.000.000 5 tahun sekali
3 Preotesa alat gerak Maks 2.500.000 5 tahun sekali
4 Protesa Gigi Maks 1.000.000 2 tahun sekali
5 Korset tulang belakang Maks 350.000 2 tahun sekali
6 Collar neck Maks 150.000 2 tahun sekali
7 Kruk Maks 350.000 5 tahun sekali

Tarif consumable CAPD : a. Consumable dan jaspel Rp. 5.940.000/bln


b. Transfer set Rp. 250.00/set
BALEKAMBANG BEACH
PENGELOLAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
PEMERINTAH

Apt. Drs. Suhartono. M.Farm


DASAR HUKUM
- UNDANG-UNDANG 36 TAHUN 2009
- PP 51 Tahun 2009
- PERPRES RI NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM KESEHATAN
NASIONAL
- PP 47 TH 2016
- PMK 72 TH 2016
- PMK 73 TH 2016
- PMK 74 TH 2016
- PMK 26 TH 2020
UU 36 2009 Bagian XV
Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi & Alat Kesehatan ( Pasal 98 )

1. Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat / bermanfaat ,


bermutu, dan terjangkau
2. Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang
mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan
obat dan bahan yang berkhasiat obat.
3. Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi,
pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu
pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
4. Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi
pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
PERPRES RI NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
SKN: subsistem sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan

• Pelayanan Kefarmasian ditujukan untuk dapat menjamin penggunaan


sediaan farmasi dan alat kesehatan, secara rasional, aman, dan
bermutu di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan mengikuti
kebijakan yang ditetapkan
7

Penguatan Pembangunan Kesehatan 2020-2024

Penguatan Germas
Peningkatan kapasitas daerah • Penguatan peran Kemkes advokasidan
• Penguatan pendampingan
pembangunan daerah pendampingan sektor nonkesehatan

Pemanfaatan
Kemandirian RS Transformasi Digital
• Kapasitas finansial BLU •Digitalisasi rekam medis
• Penurunan ketergantungan • Sistem rujukan online
dukungan RM efisiensi
• Efisiensi proses pengadaan
obat 
vaksin dan obat murah
Pelibatan Swasta
• Pembinaan faskes swasta Riset Life Sciences
• Peningkatan akreditasi faskesswasta • Bahan obat dalamnegeri
17
ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI

5 Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan


A.Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
difokuskan pada:
a. penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta yang
digunakan sebagai acuan pemenuhan standar fasilitas pelayanan kesehatan;
b. pengembangan rencana induk nasional penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan;
c. pemanfaatan inovasi teknologi dalam pelayanan kesehatan meliputi perluasan system
rujukan online termasuk integrasi fasilitas kesehatan swasta dalam sistem rujukan,
sistem rujukan khusus untuk daerah dengan karakteristik geografis tertentu (kepulauan
dan pegunungan), perluasan cakupan dan pengembangan jenis layanan
telemedicine, dan digitalisasi rekam medis dan rekam medis online;
d. perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying health care) dan gugus pulau;
e. pengembangan RS khusus; dan
f. perbaikan pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan.
18
ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI
5 Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan
B. Pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
difokuskan pada
a. pengembangan paket pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, farmasi
dan alat kesehatan), afirmasi pemenuhan tenaga kesehatan strategis, dan afirmasi
pendidikan (beasiswa dan tugas belajar) tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan daerah kurang diminati;
b. re-distribusi tenaga kesehatan yang ditempatkan di puskesmas dan RS di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota yang didukung penyediaan insentif finansial dan non-finansial;
c. pengembangan mekanisme kerjasama pemenuhan tenaga kesehatan melalui kontrak
pelayanan;
d. perluasan pelatihan tenaga kesehatan fokus pada pelayanan kesehatan dasar; peningkatan
mutu program studi bidang kesehatan sesuai kebutuhan; dan
e. pemenuhan tenaga kesehatan puskesmas sesuai standar dan non-kesehatan termasuk
tenaga sistem informasi dan administrasi keuangan untuk mendukung tata kelola pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan.
ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI
5 Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan

C.Pemenuhan dan peningkatan daya saing farmasi dan alat kesehatan

difokuskan pada
a. efisiensi pengadaan obat dan vaksin dengan mempertimbangkan unsur kualitas
produk;
b. penguatan sistem logistik farmasi real time berbasis elektronik;
c. peningkatan promosi dan pengawasan penggunaan obat rasional;
d. pengembangan obat, produk biologi, reagen, dan vaksin bersertifikat halal yang
didukung oleh penelitian dan pengembangan life sciences; dan
e. pengembangan produksi dan sertifikasi alat kesehatan untuk mendorong
kemandirian produksi dalam negeri.
ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI
5 Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan

D.Peningkatan efektivitas pengawasan obat dan makanan

difokuskan pada
a. perluasan cakupan dan kualitas pengawasan pre dan post market obat dan pangan berisiko
yang didukung oleh peningkatan kompetensi SDM pengawas dan penguji serta pemenuhan
sarana prasarana laboratorium;
b. peningkatan kemampuan riset;
c. percepatan dan perluasan proses layanan publik termasuk registrasi;
d. peningkatan kepatuhan dan kemandirian pelaku usaha dalam penerapan sistem manajemen
mutu dan pengawasan produk;
e. peningkatan peran serta masyarakat dalam pengawasan; dan
f. pemanfaatan teknologi informasi dalam pengawasan obat, alat kesehatan, dan makanan.
ARAH KEBIJAKAN& STRATEGI 21

5 Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan

E. Penguatan tata kelola dan pembiayaan kesehatan

a. pengembangan kebijakan untuk penguatan kapasitas daerah;


b. pendampingan perbaikan tata kelola pada daerah yang memiliki masalah kesehatan
untuk pencapaian target nasional dan mendorong pemenuhan SPM kesehatan;
c. integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi sistem informasi kesehatan pusat dan daerah
termasuk penerapan sistem single entry;
d. inovasi dan pemanfaatan teknologi digital untuk pengumpulan data, media promosi,
komunikasi, dan edukasi kesehatan termasuk big data;
e. riset operasional untuk inovasi dan evaluasi efektivitas intervensi kesehatan;
f. peningkatan pemanfaatan anggaran untuk penguatan promotif dan preventif berbasis
bukti;
g. pengembangan sumber pembiayaan baru seperti penerapan earmark cukai dan pajak,
kerjasama pemerintah dan swasta; dan
h. peningkatan kemandirian pembiayaan fasilitas kesehatan milik pemerintah.
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
PP 47 TH 2016
UU 36 Th 2009 Ps. 35
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tujuan didirikan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan :
Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan :

• Promotif,
• Preventif,
• Kuratif,
• Rehabilitatif.
Penyelenggaraan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan :

a. pelayanan kesehatan perseorangan;


dan/atau
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
JENIS FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Arah Kebijakan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Mengupayakan ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektifitas,
keterjangkauan obat, vaksin dan alkes

OBAT ALAT KESEHATAN


.
1. Aksesibilitas . Aksesibilitas
1.
2. Keterjangkauan 2. Need Assesment
3. Penggunaan obat yang 3. Penggunaan alkes yang tepat
rasional guna
4. Jaminan keamanan, mutu 4. Jaminan keamanan, mutu &
& manfaat manfaat
5. .

Pelayanan kesehatan yang prima, merata & terjangkau, termasuk pelayanan


kefarmasian
PENGELOLAAN OBAT & ALKES DI FASKES
PEMERINTAH
Mengacu Pada :

• PUSKESMAS → PMK 74 TH 2016


• RUMAH SAKIT → PMK 72 TH 2016
• APOTEK → PMK 73 TAHUN 2016
• PMK Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas PMK No 74 Tahun 2016 →
pengelolaan sediaan farmasi di fasilitas pelayanan kesehatan harus melalui sistem satu pintu &
menjadi tanggung jawab Apoteker penanggungjawab kefarmasian.
PMK 72 TH 2016 STANDART PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RS
PMK 73 TH 2016 STANDART PELAYANAN
KEFARMASIAN DI APOTEK
PMK 74TH 2016 STANDART PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
PERENCANAAN OBAT

EPIDEMIOLOGI
Pola Penyakit

Tujuan :
POLA KONSUMSI Menetapkan jenis &
Data Penggunaan Obat ( 3bl-1 th terakhir, stok min/max) jumlah obat sesuai
dengan pola penyakit
serta kebutuhan
KOMBINASI EPIDEMIOLOGI DAN KONSUMSI
PENGADAAN
 Pengadaan Sesuai kebutuhan Faskes
 Pertimbangkan Kondisi Anggaran/keuangan
 Pilih Rekanan/PBF Dengan reputasi Yang baik
 Prioritaskan Obat Kategori Pareto A, B, C, Kombinasikan dengan
VEN ( Pertimbangkan kondisi persediaan obat saat pemesanan)
 dll
PENERIMAAN
Adalah kegiatan memastikan Obat/Perbekalan Farmasi datang
sesuai dgn SP/KONTRAK.
Penerimaan merupakan kegiatan untuk MENJAMIN kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, harga yg tertera, dengan kondisi
fisik yg diterima.

- Cek Legalitas Faktur – Sesuaikan SP/KONTRAK


- Cek kondisi fisik (nama obat, jumlah, harga no batch, ED dll)
- Konfirmasi ke distributor bila ada ketidak sesuaian
- Bila Ok. Tanda tangan/Stempel penerimaan obat
PENYIMPANAN

• adalah kegiatan menyimpan & memelihara dgn cara menempatkan


obat – obatan yg diterima pada tempat yg dinilai aman dan
terhindar dari hal-hal yg beresiko mempengaruhi mutu obat.
• MODEL PENYIMPANAN :
• Berdasar BENTUK SEDIAAN, KELAS TERAPI, GOLONGAN (OBAT, ALKES, CAIRAN,
GENERIK/DAGANG dll)
• FIFO atau FEFO
• Perhatikan OBAT OBAT LASA, HIGH ALERT
• OBAT-OBAT KHUSUS (NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA)
PEMUSNAHAN

•Kegiatan penyelesaian
terhadap obat/perbekalan Farmasi ED,
rusak atau mutunya sdh tdk memenuhi
syarat.
❑ Dimusnahkan sesuai dgn ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
PENGENDALIAN
• Pengendalian persediaan berperan penting dalam upaya menyediakan perbekalan
farmasi secara tepat waktu, jumlah, jenis & biaya.
• Pengendalian juga memastikan persediaan obat yang direncanakan efektif &
efisien.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
• Merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat dan perbekalan farmasi secara tertib
administrasi baik yg diterima, disimpan maupun yang
digunakan di Fasilitas pelayanan kesehatan.
• MISAL :
• LAPORAN SIPNAP (NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA)
• LAPORAN PEMUSNAHAN OBAT, RESEP
• LAPORAN STOK OPNAME
• LAPORAN KEUANGAN
• DLL
PUSTAKA
1. Depkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di RS, Jakarta.
2. Depkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.
3. Depkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta.
4. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009.
5. Quick, D.J., 1997, Managing Drug Supply, 2nd ed,Management Sciences
for Health, Kumarin Press, USA.
TERIMA
KASIH
DISTRIBUSI OBAT PROGRAM DAN
SEDIAAN VAKSIN DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH

Apt. Drs. Suhartono. M.Farm


DISTRIBUSI OBAT
• Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) adalah cara distribusi/ penyaluran obat
dan/ atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur
distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya

• Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi (Mis.
vaksin; dll.), yang digunakan untuk memengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
• Bahan Obat adalah bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat
yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai
bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.

(PERATURAN BPOM NO. 9 TAHUN 2019)


Prinsip Umum Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB) :
1. Prinsip-prinsip CDOB berlaku untuk aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran
termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi.
2. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat
bertanggungjawab untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan
mempertahankan integritas rantai distribusi selama proses distribusi.
3. Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk obat donasi, baku pembanding dan obat uji
klinis.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip kehati-
hatian (due diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB, misalnya dalam prosedur yang
terkait dengan kemampuan telusur dan identifikasi risiko.
5. Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan cukai,
lembaga penegak hukum, pihak yg berwenang, industri farmasi, fasilitas distribusi &
pihak yg bertanggung jawab untuk penyediaan obat, memastikan mutu & keamanan
obat serta mencegah paparan obat palsu terhadap pasien.
OBAT PROGRAM

OBAT PROGRAM :
KENAPA • Vitamin A
ADA OBAT PROGRAM ? • OBAT CACING
• OBAT FE
• OBAT TB
• dll
1. PROGRAM VITAMIN A
a. Diberikan bagi balita setiap bulan Februari & Agustus. tujuan : membantu
proses pertumbuhan & daya tahan tubuh terhadap penyakit.
b. Kekurangan vitamin A :
a. menurunkan sistem kekebalan tubuh balita serta meningkatkan risiko
penyakit dan kematian.
b. mengakibatkan kebutaan pada anak yang seharusnya bisa dicegah.
c. Ibu baru melahirkan & masih belum selesai masa nifas juga mendapat vit A
selain juga mendapatkan tablet penambah darah.
d. Bayi usia 6-11 bulan mendapat kapsul berwarna biru dengan dosis 100.000 IU,
sedangkan balita 12-59 bulan dan ibu nifas mendapat kapsul berwarna merah
dengan dosis 200.000 IU.

mengapa pemerintah merasa perlu membuat program ini ?


karena dosis vitamin A di pasaran berbeda-beda, sehingga pemerintah
memberikan dosis yang tepat dan sama rata untuk seluruh target.
2. PROGRAM OBAT CACING
1.Seiring meningkatnya kasus stunting di negara berkembang,
asupan nutrisi anak 1000 Hari Pertama Kelahiran menjadi
perhatian pemerintah.
2.Pemberian obat cacing termasuk bagian dari pencegahan stunting
karena saat anak cacingan → pertumbuhannya terhambat.
Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan program pada anak usia Sekolah Dasar/MI dan anak usia dini
sehingga menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi masalah kesehatan di
Masyarakat.

Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan program pengendalian kecacingan minimal 75% sasaran
anak SD/MI dan pra sekolah di semua daerah endemis pada tahun 2020
2) Meningkatkan kemitraan dalam pengendalian cacingan di masyarakat dengan
seluruh pemangku kebijakan, lintas sektor, pengusaha, organisasi masyarakat.
Sasaran

1. Anak Usia Dini (1-6 tahun) → di


Posyandu, PAUD, TK

2. Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) →


di SD/MI
STRATEGI PEMBERIAN OBAT CACING

Daerah Endemis Filariasis Daerah non endemis filariasis


TARGET
Prev: 20%-<50% Prev: ≥50% Prev: 20%-<50% Prev: ≥50%

Anak Usia Dini 1x setahun 2x setahun 1x setahun 2x setahun


(1-6Th) (POMP filariasis) (POMP filariasis + 1x stlh 6 bln) (vit A)
(vit A)

Anak Usia Sekolah 1x setahun 2x setahun 1x setahun 2x setahun


(7-12 Th) (POMP filariasis) (POMP filariasis + 1x stlh 6 bln) (di sekolah)
(di sekolah)
PENTINGNYA PROGRAM OBAT CACING
Pemberian obat cacing bisa dilakukan
sendiri oleh orangtua dgn biaya sendiri →
obat cacing tidak begitu mahal → Tetapi,
karena kurangnya kesadaran orangtua
dalam memberikan obat cacing →
pemerintah memberikan obat cacing
lewat posyandu agar tepat sasaran.
3. PROGRAM PEMBERIAN OBAT TAMBAH DARAH
4. PROGRAM OBAT TB .. DST
DISTRIBUSI DAN PENGELOLAAN VAKSIN
DASAR HUKUM
1. UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. UU No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. PP No 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6. PP No 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
7. PMK No 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi
8. PMK No 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
9. PMK No 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
10. PMK No 9 Tahun 2017 tentang Apotek
11. PMK No 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
12. PMK No 30 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang PBF;
13. PMK No 12 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas PMK No
23 Tahun 2018 tentang Pelayanan & Penerbitan Sertifikat
Vaksinasi Internasional
14. PMK No 25 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kemenkes9
15. PMK No 10 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi
dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19)
16. PMK No 26 Tahun 2020 tentang Perubahan PMK No 74
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
17. Kepmenkes RI No HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang
Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
VAKSIN

adalah Antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup


tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yg telah diolah menjadi
toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu (Permenkes 42, 2013)

adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu


menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin dapat
dibuat dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat berupa suspense
organisme hidup atau fraksi-fraksinya atau toksoid. (FI V, 2014)
BEDA VAKSIN DENGAN OBAT
• DIWAJIBKAN PADA SASARAN TERTENTU
• SASARANNYA ORANG SEHAT
• JUMLAH JENIS VAKSIN DAN PRODUSEN SANGAT SEDIKIT
• PEMAKAIAN HANYA 1x atau BEBERAPA X SEUMUR HIDUP
• UMUR SIMPAN RELATIF PENDEK
• MEMERLUKAN RANTAI DINGIN
PENGGOLONGAN VAKSIN
1. Berdasarkan asal antigen (immunization Essential)
2. Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu
VAKSIN COVID-19
PENGELOLAAN RANTAI DINGIN VAKSIN
yaitu suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu
tertentu yang telah ditetapkan agar vaksin memiliki potensi yang baik
mulai dari pembuatan sampai pada saat pemberiannya kepada
sasaran.(WHO-Unicef, 2003)
Indikator Pengelolaan Vaksin yang baik

• Tidak terjadi kekosongan vaksin


• Suhu terjaga
• Tidak ada vaksin rusak dan belum melampaui tanggal kadaluarsa
POIN-2 PENGELOLAAN VAKSIN
1. Bagaimana menjaga kualitas vaksin selama
perjalanan (dari produsen hingga outlet)
2. Bagaimana Penyimpanan vaksin yang tepat selama di
komunitas (menyangkut tempat penyimpanan, suhu
dll)
3. Bagaimana penanganan sisa vaksin
4. Bagaimana penanganan Vaksin kadaluarsa
ELEMEN KUNCI COLD CHAIN
 HAL-2 YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PROSES
DISTRIBUSI:

◦ Kondisi Indikator pembekuan


(freeze tag)

◦ Kondisi Indikator paparan panas


(VVM)
PENERIMAAN
• Perhatikan :
• Kondisi Indikator pembekuan
• Kondisi Indikator paparan panas
VACCINE COLD CHAIN MONITOR
Tanda X : Vaksin curiga beku → Shake test.
Fridge-tag 1 vs fridge-tag 2

Tidak ada kabel USB Terdapat Kabel USB pembaca data suhu
selama 30 hari

Hanya bisa menunjukkan durasi Selain menampakkan durasi


pelanggaran suhu pelanggaran suhu juga terdeteksi waktu
pelanggaran suhu

Masa pakai hanya 2th Masa pakai hingga 3,5 tahun


Penyimpanan
BUKA DEPAN

BUKA ATAS
Penyimpanan Vaksin

Sumber : Permenkes 42 tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi


Penggolongan Vaksin Berdasarkan Sensitivitas
Terhadap Suhu
gol. vaksin Hepatitis B
FS yang akan
rusak terhadap
DPT
(Freeze DPT/HB
suhu dingin
Sensitive) <00C (beku) DT
tidak tahan beku TT
gol. vaksin
HS yang akan
rusak terhadap
BCG
(Heat POLIO
paparan panas
Sensitive) yang berlebih CAMPAK
tidak tahan panas (>340C)
Suhu penyimpanan dan umur vaksin
SUHU UMUR
VAKSIN
PENYIMPANAN VAKSIN
HEP. B 26 bulan
DPT/HB 2 tahun

FS DPT
DT
+20C s/d +80C 2 tahun
2 tahun
TT 2 tahun
+20C s/d +80C
BCG 1 tahun
-150C s/d -250C

HS POLIO

CAMPAK
+20C s/d +80C
-150C s/d -250C
+20C s/d +80C
6 bulan
2 tahun

2 tahun
-150C s/d -250C
Pelarut BCG +20C s/d suhu
4 tahun
Pelarut Campak kamar
PENEMPATAN FRIDGETAG
RCW 50 EK: kompartmen kanan dan kiri suhu +2°C – +8°C
bagian tengah freezer
Penggunaan/Pemakaian
Perhatikan kondisi VVM
Vaksin yg sdh dipakai di dalam gedung (RS,PKM,BKIA,Praktek swasta)
dapat digunakan kembali dgn ketentuan sbb:
1. disimpan pada suhu 2-8⁰C
2. VVM dlm kondisi A atau B
3. Belum ED
4. Tidak terendam air selama penyimpanan
5. Belum melampaui masa pemakaian
PENGHAPUSAN & PEMUSNAHAN
SESUAI PROSEDUR DAN KETENTUAN YANG BERLAKU
DAFTAR PUSTAKA
1. Centers for Disease Control and Prevention. Guidelines for Maintaning and
Managing The Vaccine Cold Chain. MMWR 2003: 52 (42): 1023-1025
2. Kristini, Tri Dewi (2008), Faktor-faktor risiko kualitas pengelolaan vaksin yang
buruk di unit pelayanan swasta (Studi Kasus di Kota Semarang).
3. Woodyard E, Woodyard L, Alto WA. Vaccine storage in the physician’s office; A
community Studi.J Am Board Fam Pract 1995;8:91-94 PubMed
4. World Health Organization–Unicef. Inisiatif Pengelolaan Penyimpanan Vaksin,
Modul 1: 10 Kriteria umum pengelolaan penyimpanan vaksin yang efektif,
2003. P: 23-29
5. World Health Organization. Ensuring Quality of Vaccines at Country Level- A
Guidelines for Health Staff. WHO,2002
6. World Health Organization, User’s Handbook for Vaccine Cold Room or Freezer
Room ,2002
SEMOGA BERMANFAAT
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
Oleh:
apt. Ema Pristi Yunita, M.Farm.Klin.

Sumber Pustaka:
 Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
 Peraturan Presiden RI No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Tujuan Perkuliahan
Mahasiswa mampu memahami gambaran umum proses pengadaan
Mahasiswa mampu memahami prinsip pengadaan barang/jasa
Mahasiswa mampu memahami kebijakan, peraturan perundangan terkait
pengadaan barang/jasa
Mahasiswa mampu memahami para pihak terkait pengadaan barang/jasa
termasuk unit UKPBJ (Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa) dalam pengelolaan dan
koordinasi pengadaan barang/jasa
Mahasiswa mampu memahami etika pengadaan pada pengadaan barang/jasa
Mahasiswa mampu memahami prinsip pengendalian & pengawasan pengadaan
barang/jasa
Mahasiswa mampu memahami penyimpangan yang biasa terjadi dalam
pengadaan barang/jasa
DEFINISI PENGADAAN

Kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh


Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (K/L/SKPD) yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan memperoleh barang/jasa
Kedudukan Pengadaan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Perencanaan (Planning)

Pemrograman (Programming)

Penganggaran (Budgeting)

Pengadaan (Procurement)

Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operation & Maintenance)


Pengadaan (Procurement)

Perencanaan pengadaan

Pemilihan penyedia (tender)

Pelaksanaan kontrak dan pembayaran (Contract Implementation & payment)

Penyerahan pekerjaan/barang (handover)


DEFINISI BARANG/JASA

Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,


bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
BARANG diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.

Keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi


PEKERJAAN pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu
KONSTRUKSI bangunan.

Pasal 1
DEFINISI BARANG/JASA Lainnya ……

Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian


JASA tertentu di berbagai bidang keilmuan yang
mengutamakan adanya olah pikir.
KONSULTASI

Jasa non-konsultasi atau jasa yang membutuhkan


peralatan, metodologi khusus, dan/atau keterampilan
JASA LAINNYA dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas
di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Pasal 1
RUANG LINGKUP DAN PEMBIAYAAN
Ruang Lingkup Pemberlakuan Kriteria Pembiayaan

Pengadaan Barang/Jasa di
Lingkungan K/L/SKPD Sebagian/seluruhnya bersumber
Pengadaan Barang/Jasa untuk dari APBN/APBD (termasuk
Investasi di Lingkungan Bank PHLN/PHDN)
Indonesia, BHMN, BUMN/BUMD

 Dana APBN/D termasuk yang bersumber dari pinjaman atau hibah dalam negeri
yang diterima Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
 Pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
pinjaman/hibah Dalam Negeri dan Luar Negeri (PHDN/PHLN) harus mengikuti
Perpres No. 16 Tahun 2018 dan perubahannya. Apabila ada perbedaan, pihak-
pihak dapat menyepakati tata cara pengadaan yang akan dipergunakan
 Peraturan-peraturan lain di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Presiden ini
Pasal 2
GARIS BESAR PROSES PBJP
KEGIATAN TATA NILAI
KEBUTUHAN (PRINSIP & ETIKA)
BARANG & JASA
PENGADAAN
DILAKUKAN PARA PIHAK
PEMERINTAH
SECARA
ELEKTRONIK MELALUI PENGGUNAAN PRODUK
SWAKELOLA DALAM NEGERI

USAHA KECIL

DIPERLUKAN BAGAIMANA
CARA RENCANA UMUM TENDER/SELEKSI
KEGIATAN
PENGADAANYA PENGADAAN INTERNASIONAL
PENGADAAN (HOW)

PINJAMAN/HIBAH LN

PERATURAN MELALUI KEIKUTSERTAAN USAHA


ASING
PERUNDANGAN PENYEDIA
TERKAIT BARANG/JASA
KONSEP RAMAH
LINGKUNGAN
GARIS BESAR PROSES PENGADAAN B/J MELALUI PENYEDIA

1. Perencanaan Umum
PERSIAPAN 2. Perencanaan Pelaksanaan
3. Perencanaan Pemilihan

1. Pengumuman
2. Pendaftaran dan Pengambilan
Dokumen Pengadaan
3. Penjelasan
PELAKSANAAN
4. Pemasukan Dokumen Penawaran
PEMILIHAN
5. Pembukaan dan Evaluasi Dokumen
PENYEDIA
Penawaran
6. Pengumuman Hasil Evaluasi
7. Sanggah

PENANDATANGANAN
& PELAKSANAAN 1. Persiapan dan Pelaksanaan Kontrak
KONTRAK 2. Pelaporan Penyerahan B/J
PERSIAPAN

Perencanaan Umum
(Identifikasi kebutuhan, anggaran,
pemaketan, cara pengadaan,
organisasi, KAK (Kerangka Acuan Kerja)/TOR)
Perencanaan Pelaksanaan Pengadaan
(Kaji ulang RUP, menyusun spesifikasi teknis,
HPS, dan rancangan kontrak)
Perencanaan Pemilihan
(Pengkajian ulang spesifikasi dan HPS,
pemilhan sistem pengadaan,
penetapan metode penilaian kualifikasi,
penyusunan jadwal tender,
penyusunan dokumen pengadaan)
PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA
Pengumuman, sanggah, dan penetapan pemenang

Evaluasi penawaran dan pembuktian kualifikasi (untuk Pasca)

Penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran

Penjelasan tender

Pengumuman
Penyampaian Undangan
Pascakualifikasi

Pengumuman daftar penyedia yang lulus prakualifikasi

Evaluasi Dokumen Kualifikasi

Pengumuman dan pemasukan Dokumen Kualifikasi


PENANDATANGANAN DAN
PELAKSANAAN KONTRAK

Pelaporan dan penyerahan


barang/jasa

Persiapan dan pelaksanaan kontrak


GARIS BESAR PROSES PENGADAAN B/J
MELALUI SWAKELOLA

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengawasan

Penyerahan

Pelaporan & pertanggung jawaban


PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA
(7 Prinsip)

Efisien
Efektif
Transparan
Terbuka
Bersaing
Adil
Akuntabel

Pasal 6
PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA
(7 Prinsip)Lanjutan …..
Efisien

Dengan uang yang tersedia mampu


mencapai sasaran yang maksimal

Efektif

Dengan uang yang tersedia maka


manfaatnya maksimal

Transparan

Proses terlihat jelas


PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA
(7 Prinsip)Lanjutan …..
Terbuka

Semua penyedia boleh ikut tapi sesuai persyaratan

Bersaing
Persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin
penyedia B/J yang setara dan memenuhi
persyaratan

Adil

Tidak ada faktor keberpihakan Akuntabel:


Bisa dipertanggung gugatkan
ETIKA PENGADAAN & GOOD GOVERNANCE

Tertib &
tanggung Jawab

Tidak menerima,
Profesional,
menawarkan,
mandiri, dan jujur
Kode Etik Ahli Pengadaan

atau menjanjikan

Good Governance
Ketentuan
Ketentuan

Etika
Menghindari
Tidak saling
penyalahgunaan
mempengaruhi
wewenang

Mencegah Menerima dan


pemborosan tanggung jawab

Menghindari
conflict of interest

Pasal 7
KEBIJAKAN UMUM Proses Pengadaan Barang/Jasa
(1) Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri

(2) Kemandirian industri alutsista dan almatsus dalam negeri

(3) Peningkatan peran UMKM dan kelompok masyarakat

(4) Pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam

(5) Penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik

(6) Menyederhanakan ketentuan dan tata cara

(7) Meningkatkan profesionalisme para pihak

(8) Meningkatkan pajak


KEBIJAKAN UMUM Proses Pengadaan Barang/Jasa

(9) Menumbuhkembangkan peran usaha nasional, industri kreatif


inovatif, budaya, dan hasil penelitian

(10) Manfaatkan sarana/prasarana penelitian dan pengembangan


dalam negeri

(11) Pelaksanaan PBJ di wilayah RI termasuk kantor perwakilan RI

(12) Mengharuskan pengumuman secara terbuka


PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA
1. PA (Pengguna Anggaran)
2. KPA (Kuasa Pengguna Anggaran)
3. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
4. Pejabat Pengadaan
5. Pokja Pemilihan
6. Agen Pengadaan (UKPBJ)
7. PjPHP/PPHP (Pejabat Pemeriksa Hasil
Pekerjaan/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan)
8. Penyelenggara Swakelola
9. Penyedia
Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pada organisasi
pengadaan tidak terikat tahun anggaran

Pasal 8
HUBUNGAN KERJA
Para Pihak dalam Proses Pengadaan

Menteri/Kepala Daerah PA/KPA

Membentuk Mengangkat

UKPBJ PP PPK PPHP

Perangkat organisasi UKPBJ


mengacu kepada peraturan
perundang-undangan di
bidang kelembagaan

Proses Pemilihan dan Persiapan, Pelaksanaan,


Menerima Hasil Pekerjaan
Penetapan dan Pengendalian Kontrak

Penyedia Barang/Jasa
PA/KPA
Para Pihak dalam Proses Pengadaan

PA • Pejabat pemegang kewenangan penggunaan


(Pengguna anggaran Kementerian
Negara/Lembaga/Perangkat Daerah.
Anggaran)

• Pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk


KPA melaksanakan sebagian kewenangan dan
(Kuasa Pengguna tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/Lembaga yang
Anggaran) bersangkutan.

Pasal 1
TUGAS PA/KPA
Para Pihak dalam Proses Pengadaan

Menetapkan dan mengumumkan RUP (Rencana Umum Pengadaan)


Menetapkan Pelaku Pengadaan
Menetapkan Pemenang Pemilihan/Penyedia
o Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya > Rp 100 Milyar
o Jasa Konsultasi > Rp 10 Milyar

Pasal 9
PPK
Para Pihak dalam Proses Pengadaan

PPK •Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk


mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan
(Pejabat Pembuat yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja negara/anggaran belanja daerah.
Komitmen) Pasal 1

TUGAS PPK:
Menetapkan rencana pelaksanaan PBJ (Spesifikasi Teknis, HPS, dan Rancangan Kontrak)
Menerbitkan SPPBJ (Surat Penunjukan Penyedia Barang Jasa)
Melaksanakan dan mengendalikan kontrak
Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/KPA
Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA dengan BAP (Berita Acara
Penyerahan)
Menyimpan seluruh dokumen pelaksanaan
Menilai kinerja Penyedia

Pasal 11
PERSYARATAN PPK
Para Pihak dalam Proses Pengadaan
1. Memiliki integritas
2. Memiliki disiplin tinggi
3. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan
tugas. Persyaratan manajerial sbb”
a. Minimal S1 (kecuali jumlah PNS yang S1 terbatas, maka dapat dijabat oleh
pegawai dengan golongan minimal setara dengan IIIa)
b. Punya pengalaman/terlibat aktif di PBJ minimal 2 tahun
c. Mampu bekerja secara kelompok
4. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas, dan memiliki keteladanan dalam
sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN
5. Menandatangani Pakta Integritas
6. Tidak menjabat sebagai Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
atau Bendahara, kecuali untuk PA/KPA yang bertindak sebagai PPK
7. Memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa, kecuali untuk:
a. PPK yang dijabat oleh pejabat eselon I dan II di K/L/SKPD dan atau
b. PA/KPA yang bertindak sebagai PPK, dalam hal tidak ada personil yang memenuhi
persyaratan
Perpres No. 54 Tahun 2010 Pasal 12
UKPBJ/PP
Para Pihak dalam Proses Pengadaan

UKPBJ
• Unit kerja di
(Unit Kerja Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
yang menjadi pusat keunggulan Pengadaan
Pengadaan Barang/Jasa
Barang/Jasa)

PP • Pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas
(Pejabat melaksanakan Pengadaan Langsung,
Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing
Pengadaan)

Pasal 1
FUNGSI UKPBJ
Para Pihak dalam Proses Pengadaan

Pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa


Pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik (LPSE)
Pembinaan SDM dan Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa
Pelaksanaan pendampingan, konsultasi, dan/atau bimbingan teknis
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah

Pasal 75
POKJA PEMILIHAN & PP

•Melaksanakan Pengadaan Langsung


Tugas Pejabat •Melaksanakan Penunjukan Langsung utk Barang/Pekerjaan/Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai s.d Rp 200 juta
Pengadaan •Melaksanakan Penunjukan Langsung utk Jasa Konsultasi dengan nilai s.d Rp 100 juta
•Melakukan proses E-purchasing dengan nilai s.d Rp 200 juta

1. Wajib melaksanakan proses pemilihan:


Tugas o Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
lainnya paling banyak Rp 200 juta
Pokja Pemilihan o Jasa Konsultasi paling banyak Rp 100 juta
2. Menetapkan Penyedia
o Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
lainnya s.d Rp 100 Milyar
o Jasa Konsultasi s.d Rp 10 Milyar

 Anggota Pokja Pemilihan berjumlah gasal, minimal 3 orang


 Pejabat Pengadaan ditetapkan 1 orang
Pasal 12, 13
PERSYARATAN KEPALA UKPBJ/POKJA PEMILIHAN
& PP
Para Pihak dalam Proses Pengadaan

1. Memiliki integritas moral, disiplin, dan tanggung jawab


2. Memahami keseluruhan pekerjaan
3. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi
tugas yang bersangkutan
4. Memahami isi dokumen, metode, dan prosedur
pengadaan
5. Memiliki Sertifikat Keahlian, dikecualikan untuk Kepala
UKPBJ
6. Menandatangani Pakta Integritas setelah ditetapkan
Perpres No. 54 Tahun 2010 Pasal 17
PERBEDAAN PENGADAAN LANGSUNG DENGAN PENUNJUKAN
LANGSUNG

PENGADAAN LANGSUNG
Pengadaan Langsung untuk Barang/Jasa Lainnya yg harganya sudah pasti
dengan nilai paling banyak Rp 50 juta dengan tahapan sbb:
PP melakukan pemesanan Barang/Jasa Lainnya ke Penyedia.
Penyedia dan PPK melakukan serah terima Barang/Jasa Lainnya.
Penyedia menyerahkan bukti pembelian/pembayaran (s.d Rp 10 juta)
atau kuitansi (s.d Rp 50 juta) kepada PPK.
PPK melakukan pembayaran. PPK dalam melaksanakan tahapan
Pengadaan Langsung dapat dibantu oleh tim pendukung.

Pasal 28
PERBEDAAN PENGADAAN LANGSUNG DENGAN PENUNJUKAN
LANGSUNG LANJUTAN …..

PENGADAAN LANGSUNG
Pengadaan Langsung dengan SPK untuk:
Jasa Konsultasi dengan nilai paling banyak Rp 100 juta.
Barang/Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp 50 juta s.d nilai paling banyak Rp 200 juta.
Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak Rp 200 juta.
Tahapan:
PP mencari info terkait pekerjaan yg akan dilaksanakan dengan harga, baik melalui media elektronik
dan/atau non-elektronik.
PP membandingkan harga dan kualitas paling sedikit dari 2 sumber info berbeda.
PP mengundang calon Penyedia yg diyakini mampu menyampaikan penawaran administrasi, teknis,
harga, dan kualifikasi.
Undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta dokumen lain yg mendukung.
Calon Penyedia yg diundang menyampaikan penawaran.
PP membuka penawaran dan mengevaluasi.
Negosiasi harga berdasarkan HPS dan/atau info lain.
PERBEDAAN PENGADAAN LANGSUNG DENGAN PENUNJUKAN
LANGSUNG LANJUTAN …..

PENUNJUKAN LANGSUNG
Penunjukan Langsung untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dlm
keadaan tertentu.
Dilakukan oleh PP untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yg bernilai paling banyak Rp 200 juta dan untuk pengadaan Jasa
Konsultasi yg bernilai paling banyak Rp 100 juta.
Dilakukan oleh Pokja Pemilihan untuk pengadaan barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas Rp 200 juta dan
untuk pengadaan Jasa Konsultasi yg bernilai paling sedikit di atas Rp 100
juta.

Pasal 38
PERBEDAAN PENGADAAN LANGSUNG DENGAN PENUNJUKAN
LANGSUNG LANJUTAN …..
TAHAPAN PENUNJUKAN LANGSUNG
Pokja Pemilihan/PP mengundang sekaligus menyampaikan Dokumen Kualifikasi kepada Pelaku Usaha yg dianggap
mampu menyediakan B/J.
Pelaku Usaha yg diundang menyampaikan Dokumen Kualifikasi.
Pokja Pemilihan/PP melakukan evaluasi.
Pokja Pemilihan/PP melakukan pembuktian kualifikasi.
Pokja Pemilihan/PP melakukan penetapan hasil kualifikasi dan penyampaian undangan (apabila lulus kualifikasi).
Pokja Pemilihan memberi penjelasan.
Pelaku Usaha menyampaikan Dokumen Penawaran dalam 1 file (berisi dokumen administrasi, teknis, dan harga).
Pokja Pemilihan/PP membuka Dokumen Penawaran dan mengevaluasi.
Pokja Pemilihan/PP melakukan klarifkasi dan negosiasi teknis dan harga.
Pokja Pemilihan/PP menyusun Berita Acara Hasil Penunjukan Langsung.
Pokja Pemilihan mengumumkan hasil Penunjukan Langsung di dalam aplikasi SPSE.
Pokja Pemilihan/PP menyampaikan hasil Penunjukan Langsung kepada Kepala UKPBJ untuk disampaikan kepada
PPK.

Pasal 38
PERBEDAAN PENGADAAN LANGSUNG DENGAN PENUNJUKAN
LANGSUNG LANJUTAN …..

PENGADAAN LANGSUNG MENGGUNAKAN


PASCAKUALIFIKASI SEDANGKAN PENUNJUKAN
LANGSUNG DENGAN PRAKUALIFIKASI

Pasal 44
PjPHP dan PPHP
Para Pihak dalam Proses Pengadaan

Pejabat Penerima • Pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel


Hasil Pekerjaan yang bertugas memeriksa administrasi hasil
pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
(PjPHP)

Panitia Penerima • Tim yang bertugas memeriksa


Hasil Pekerjaan administrasi hasil pekerjaan
(PPHP) Pengadaan Barang/Jasa

Tugas Pokok PjPHP:


Memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yg
bernilai paling banyak Rp 200 juta dan Jasa Konsultasi paling banyak Rp 100 juta
Tugas Pokok PPHP:
Memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yg
bernilai lebih dari Rp 200 juta dan Jasa Konsultasi lebih dari Rp 100 juta
Pasal 1, 15
PARA PIHAK DALAM PROSES PENGADAAN
PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH

Penyedia
• Pelaku Usaha yang menyediakan
Barang/Jasa
Pemerintah
barang/jasa berdasarkan kontrak

a. Kualifikasi merupakan evaluasi kompetensi, kemampuan usaha, dan pemenuhan


persyaratan sebagai Penyedia
b. Kualifikasi dilakukan dengan pascakualifikasi atau prakualifikasi
c. Dalam hal Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia, tidak
diperlukan pembuktian kualifikasi

Pasal 1, 44
PARA PIHAK DALAM PROSES PENGADAAN
PENYEDIA BARANG/JASA
Pascakualifikasi dilaksanakan pada pelaksanaan pemilihan sbb:
 Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk Pengadaan yg bersifat
tidak kompleks
 Seleksi Jasa Konsultasi Perorangan
Prakualifikasi dilaksanakan pada pelaksanaan pemilihan sbb:
 Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk Pengadaan yg bersifat
kompleks
 Seleksi Jasa Konsultasi Badan Usaha
 Penunjukan Langsung Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultasi
Badan Usaha/Jasa Konsultasi Perorangan/Jasa Lainnya

Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat kompleks adalah pengadaan


Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yg mempunyai risiko tinggi, memerlukan
teknologi tinggi, menggunakan peralatan yg didesain khsusus, dan/atau sulit
mendefinisikan secara teknis bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan tujuan
Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 44
KORUPSI

Setiap orang yang secara melawan


hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara

UU No. 31 Tahun 1999


KATEGORI KORUPSI
Bagaimana dan darimana uang-barang-fasilitas hasil korupsi
diperoleh?
Penyuapan (Bribery)
Penggelapan (Emblezzement)
Komisi (Commission)
Pemerasan (Extortion)
Penyalahgunaan Wewenang (Abuse of Discretion)
Pilih Kasih (Favoritism)
Nepotisme (Nepotism)
Sumbangan Ilegal (Illegal Contribution)
Pemalsuan (Fraud)
KETENTUAN PENGENDALIAN

Pimpinan K/L/SKPD dilarang melakukan pungutan dalam bentuk


apapun dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
Pimpinan K/L/SKPD wajib melaporkan secara berkala realisasi
pengadaan barang/jasa kepada LKPP (Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
Pimpinan K/L/SKPD wajib memberikan pelayanan hukum kepada
PA/KPA/PPK/UKPBJ/PP/PPHP/PPSPM/Bendahara/APIP dalam
menghadapi permasalahan hukum dalam lingkup Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Khusus untuk tindak pidana dan pelanggaran persaingan usaha,
pelayanan hukum sebagaimana dimaksud pada butir di atas, hanya
diberikan hingga tahap penyelidikan

Perpres No. 54 Tahun 2010 Pasal 115


KETENTUAN PENGAWASAN

Pimpinan K/L/SKPD wajib melakukan pengawasan


terhadap PPK dan Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan dan menugaskan APIP untuk
melakukan audit sesuai ketentuan

Perpres No. 54 Tahun 2010 Pasal 115


KETENTUAN PENGADUAN
Penyedia/masyarakat dapat mengajukan pengaduan atas indikasi
penyimpangan prosedur, KKN dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa yang ditujukan kepada APIP K/L/SKPD yang bersangkutan
dan/atau LKPP disertai bukti-bukti yang kuat
APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) K/L/SKPD dan LKPP
menindaklanjuti pengaduan tersebut dan hasilnya dilaporkan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi
Jika terdapat indikasi KKN, dengan persetujuan Menteri/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi dapat dilaporkan kepada
instansi yang berwenang dengan tembusan kepada LKPP/BPKP

Pasal 77
SANKSI Pasal 78
Perbuatan atau tindakan Penyedia yang dapat dikenakan sanksi:

Perbuatan atau Tindakan


 Melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk
mengatur harga penawaran
 Membuat dan/atau menyampaikan dokumen yang Sanksi administratif dan/atau
tidak benar/palsu daftar hitam dan/atau
 Melakukan KKN dalam pemilihan Penyedia gugatan secara perdata
 Mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat dan/atau pelaporan secara
diterima oleh PP/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan pidana
 Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
kontrak

Perbuatan atau Tindakan


Sanksi administratif dan daftar
 Ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam
hitam serta finansial
penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri
SANKSI

Perbuatan atau tindakan Penyedia yang dapat dikenakan sanksi:

Sanksi denda keterlambatan


Perbuatan atau Tindakan sebesar 1/1000/hari dari harga
 Terlambat menyelesaikan pekerjaan kontrak atau bagian kontrak

Perbuatan atau Tindakan Sanksi menyusun kembali


 Konsultan Perencana yang tidak cermat dan perencanaan dengan biaya
mengakibatkan kerugian negara sendiri dan/atau tuntutan
ganti rugi

Pasal 79
SANKSI Pasal 82

Pemberian sanksi administratif


Sanksi administratif dikenakan kepada dilaksanakan oleh Pejabat
PA/KPA/PPK/PP/Pokja Pemilihan/PjPHP/PPHP yang lalai Pembina
melakukan suatu perbuatan yang menjadi kewajibannya Kepegawaian/pejabat yg
berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan

Sanksi hukuman disiplin ringan, sedang, atau berat dikenakan kepada PA/KPA/PPK/PP/Pokja
Pemilihan/PjPHP/PPHP yg terbukti melanggar pakta integritas berdasarkan putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, Peradilan Umum, atau Peradilan Tata Usaha Negara
SERTIFIKAT AHLI PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
SERTIFIKAT PARTISIPASI DALAM PELATIHAN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
E-PROCUREMENT
(PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK)

Oleh:
apt. Ema Pristi Yunita, M.Farm.Klin.

Sumber Pustaka:
Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan Presiden RI No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Tujuan Perkuliahan

Mahasiswa mampu memahami ketentuan umum Pengadaan


Secara Elektronik
Mahasiswa mampu memahami pelaksanaan dan para pihak
terkait e-tendering
Mahasiswa mampu memahami tata cara e-purchasing
PENDAHULUAN

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dilakukan secara


elektronik
Pengadaan secara elektronik (e-procurement) adalah
pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi informasi dan transaksi
elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
Pengadaan barang/jasa secara elektronik dilakukan
dengan cara e-tendering atau e-purchasing
TUJUAN E-PROCUREMENT
Meningkakan
transparansi dan
akuntabilitas

Memenuhi Meningkatkan
kebutuhan akses akses pasar dan
informasi yang real persaingan usaha
time yang sehat

Memperbaiki
Mendukung proses
tingkat efisiensi
monitoring dan
proses
audit
pengadaan
MANFAAT E-PROCUREMENT

1. Mendapatkan penawaran yang lebih banyak

UKPBJ/PP 2. Mempermudah proses administrasi


3. Mempermudah pertanggungjawaban proses pengadaan

1. Menciptakan persaingan usaha yang sehat


Penyedia 2. Memperluas peluang usaha
3. Membuka kesempatan pelaku usaha mengikuti tender
4. Mengurangi biaya transportasi untuk mengikuti tender

Masyarakat Memberikan kesempatan masyarakat luas untuk


mengetahui proses pengadaan
CONTOH LPSE
CONTOH LPSE
CONTOH LPSE
CONTOH LPSE
LAYANAN PENGADAAN SECARA
ELEKTRONIK (LPSE)
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah suatu unit layanan
sekaligus sebagai penyelenggara sistem elektronik, dengan fungsi utama
menyediakan layanan pengadaan secara elektronik
LPSE wajib dibentuk oleh Propinsi/Kabupaten/Kota untuk memfasilitasi
UKPBJ/PP dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara
elektronik
K/L/I yang tidak membentuk LPSE dapat menggunakan LPSE terdekat
dalam melaksanakan pengadaan secara elektronik
LPSE wajib menyusun dan melaksanakan standar prosedur operasional
serta menandatangani kesepakatan tingkat pelayanan (Service Level
Agreement) dengan LKPP
FUNGSI LPSE

Menyediakan sarana akses internet bagi PPK/panitia dan penyedia


barang/jasa
Menyediakan bantuan teknis untuk mengoperasikan SPSE kepada
PPK/panitia dan penyedia barang/jasa
Melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap PPK/panitia dan
penyedia barang/jasa
Mengelola Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
Menyediakan pelatihan kepada PPK/panitia dan penyedia
barang/jasa
KEDUDUKAN LPSE

INAPROC
PORTAL PENGADAAN
NASIONAL – LKPP
UKPBJ
Instansi A

UKPBJ
Instansi B
LPSE PENYEDIA

UKPBJ
Instansi C
LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)
Portal Pengadaan Nasional (INAPROC)

LKPP membangun dan mengelola Portal Pengadaan Nasional


K/L/SKPD wajib menayangkan rencana pengadaan dan
pengumuman pengadaan di website K/L/SKPD masing-masing dan
Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE
Website masing-masing K/L/SKPD wajib menyediakan akses
kepada LKPP untuk memperoleh informasi
E-TENDERING

Tata cara pemilihan penyedia barang/jasa


yang dilakukan secara elektronik dengan
menggunakan SPSE (Sistem Pengadaan Secara
Elektronik) melalui unit LPSE (Layanan
Pengadaan Secara Elektronik), dimulai dari
pengumuman tender sampai pengumuman
penetapan pemenang
E-TENDERING
Ruang lingkup e-tendering meliputi proses pengumuman pengadaan barang/jasa sampai
dengan pengumuman pemenang
Para pihak yang terlibat dalam e-tendering adalah PPK, UKPBJ/PP, dan penyedia barang/jasa
E-tendering dilaksanakan menggunakan sistem pengadaan secara elektronik yang
diselenggarakan oleh LPSE
Aplikasi e-tendering sekurang-kurangnya memenuhi unsur perlindungan Hak atas Kekayaan
Intelektual dan kerahasiaan dalam pertukaran dokumen, serta tersedianya sistem keamanan
dan penyimpanan dokumen elektronik yang menjamin dokumen elektronik tsb hanya dapat
dibaca pada waktu yang telah ditentukan
Arsitektur aplikasi e-tendering dibuat dan dikembangkan oleh LKPP
Sistem e-tendering yang diselenggarakan oleh LPSE wajib memenuhi persyaratan sbb:
o Mengacu pada standar yang meliputi interoperabilitas dan integrasi dengan sistem
pengadaan B/J secara elektronik
o Mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik
o Tidak terikat pada lisensi tertentu (free license)
o UKPBJ/PP dapat menggunakan sistem pengadaan B/J secara elektronik yang diselenggarakan
oleh LPSE terdekat
E-TENDERING
Percepatan pelaksanaan e-tendering dapat dilakukan dengan
memanfaatkan Informasi Kinerja Penyedia B/J
Pelaksanaan e-tendering sebagaimana dimaksud pada poin (1) dilakukan
dengan hanya memasukkan penawaran harga untuk Pengadaan B/J yang
tidak memerlukan penilaian kualifikasi, administrasi, dan teknis, serta tidak ada
sanggahan dan sanggahan banding
Tahapan e-tendering sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal tdd:
o Undangan
o Pemasukan penawaran harga
o Pengumuman pemenang
E-PURCHASING
Tata cara pembelian B/J melalui sistem katalog elektronik (e-catalogue)

Tujuan E-Purchasing

Terciptanya proses pemilihan B/J secara langsung melalui sistem katalog


elektronik (e-catalogue)sehingga memungkinkan semua UKPBJ/PP
dapat memilih B/J pada pilihan terbaik dengan proses yang singkat dan
harga yang telah distandarkan
Efisiensi biaya dan waktu proses pemilihan B/J dari sisi penyedia B/J dan
pengguna B/J
E-PURCHASING

Ketentuan Umum E-Purchasing

1 2 3

• Diselenggarakan • B/J pada sistem • E-purchasing


oleh LKPP e-catalogue (tanpa batasan
dengan memuat ditentukan LKPP nilai)
informasi dilaksanakan
spesifikasi dan oleh PP/PPK
harga B/J atau pejabat
yang ditetapkan
oleh Pimpinan
Instansi/Institusi
E-PURCHASING

Pabrikan E-catalogue (LKPP) Administrator

LPSE

PPK/PP/
Dealer
Pejabat
TAMPILAN E-KATALOG
TAMPILAN E-KATALOG
TAMPILAN E-KATALOG
CONTOH PENYUSUNAN DOKUMEN
PENGADAAN OBAT DI RUMAH SAKIT
CONTOH PENYUSUNAN DOKUMEN
PENGADAAN OBAT DI RUMAH SAKIT
CONTOH PENYUSUNAN DOKUMEN
PENGADAAN OBAT DI RUMAH SAKIT
CONTOH PENYUSUNAN DOKUMEN
PENGADAAN OBAT DI RUMAH SAKIT
TUGAS PRESENTASI
Durasi presentasi maksimal 25 menit untuk masing-masing kelompok
Kelompok 1:
Penyusunan terkait dokumen penawaran pengadaan obat rawat
jalan di RS Sehat untuk LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik)
Kelompok 2:
Penyusunan terkait dokumen penawaran pengadaan BMHP rawat
inap di RS Sehat untuk LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik)
Kelompok 3:
Penyusunan terkait dokumen penawaran pengadaan obat rawat
inap di RS Sehat untuk LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik)

Anda mungkin juga menyukai