Anda di halaman 1dari 256

Irfan S.

A UswaH

Pengantar: KH. FIRDAUS AN.


Irfan S. Awwas
KATALOG DALAM TERBITAN
Perpustakaan Nasional RI
Irfan S. Awwas
Jejak Jihad SM.Kartosuwiryo
Irfan S.Awwas - - Yogyakarta :
Uswah, 2007.
284 him. ; 14 x 20 cm.
ISBN 978-979-15806-3-2
1. Sejarah L Judul

Judul: ~7~
JEJAK JIHAD SM. K A R T O S U W I R Y O

Penulis:
Irfan S. Awwas

Proof Reader:
Mahasin Zaeni

Desain Cover:
Budi Yuwono

Setting/Layout
Muflich Asy

Penerbit:
USWAH
Jl. Jogokaryan 3 5 Yogyakarta 55143
Telp. (0274) 7447222 / 376301, Faks.(0274) 376301
e-mail: penerbituswah@plasa.com

Cetakan 4 : Agustus 2007

Nyatakan cinta pada keluarga dengan menafkahi mereka dengan cara


yang halal. Ketika Anda dengan sengaja memperbanyak,
mengedarkan, menjual ataupun hal-hal sejenis yang merampas hak
orang lain, hal itu akan men-jadikan rezki anda tidak Barokah. Dan
tentunya pasti anda akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah 'Azza
wa Jalla.
Daftar Isi
Prakata 7
Pengantar KH. Firdaus AN : SM. Kartosuwiryo Mujahid Yang
Istiqamah 15
1. Mendapat Restu Panglima Besar Sudirman 18
2. Berjuang Mewujudkan Cita-cita 20
3. Kartosuwiryo Sebagai Pimpinan dan Wartawan 21
4. Negara Islam 24
5. Penutup 26
Pengantar Penulis 29
Pengantar Edisi Revisi 39
Bab I : Mengenal Proklamator Negara Islam Indonesia .. 57
1. Riwayat Pendidikan dan Aktifitas Politiknya 58
2. Bertemu Jodoh 59
3. Aktifitas Politik 62
4. Kepribadian dan Analisis Pcihologi 74
Bab II: Perjuangan Menuju Negara Islam Indonesia 81
Proses Membangun Negara Islam 89
1. Tahapan Da'wah 89
2. Strategi Hijrah: Antara Taktik dan Konflik 91
3. Aktualisasi Iman, Hijrah dan Jihad 97
4. Institut Shuffah: Membina Kader Mujahid 110
5. Rintangan Perjalanan 115
6. Situasi Pra Proklamasi Nil 117
7. Jihad Melawan Penjajah Belanda 119
8. Proklamasi Negara Islam Indonesia 122
9. Tentara Islam Indonesia 124
6

lO.Kedudukan Til 127


BAB HI : Struktur Pemerintahan Negara Islam Indonesia 135
1. Qanun Azasi Negara Islam Indonesia 143
2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana Negara
Islam Indonesia 156
BAB I V : Perang Segi Tiga Pertama (TNI-TII-Belanda) ... 175

BAB V : Pengadilan Politik: S M Kartosuwiryo sebagai


terdakwa 185
• Persidangan Sandiwara 192
PENUTUP 199
APPENDIX :
1. Kewajiban Berjama'ah 211
• Wajib Bersatu dan Haram Berpecah 213
• Derita ini Ujian atau La'nat 216
• Berbai'at Kepada Siapa? 217
2. Saatnya Ummat Islam Bertindak 227
• Kritik Terhadap Teks Proklamasi 230
• Teks Proklamasi Yang Asli 232
• PPKI Mencoret Piagam Jakarta 234
• Perbandingan Dengan Turki 236
• Dampak Pencoretan Tujuh Kata Dalam Piagam Jakarta 237
• Sebuah Intermezo 240
• Revolusi dan Reformasi Total Dalam Sejarah 243
• Dekrit Presiden 245
• Kepada generasi Penerus dan Pelurus 246
Rujukan , 249
Prakata

SETENGAH abad lebih telah berberlalu, sejak Negara Islam


Indonesia diproklamirkan pada tanggal 12 Syawwal 1368 H /
7 Agustus 1949 M hingga kini, pembicaraan tentang Negara
Islam di Indonesia masih tetap mengundang silang sengketa dan
prasangka. Setiapkali muncul gerakan Islam yang bertujuan
melaksanakan Syari'at Islam secara kaffah, maka sudah dapat
dipastikan, tudingan akan mengarah kepada jama'ah Darul
Islam yang oleh pemerintah dipandang sebagai pelopor utama
munculnya ide Negara Islam di Indonesia.
Berbagai kasus persidangan subversi yang digelar selama 32
tahun rezim Soeharto berkuasa, membenarkan sinyalemen di
atas. Pada tahun 1979, mencuat kasus Komando Jihad (Komji).
Beberapa tokohnya diadili, sebagian dari mereka ada yang
divonis hukuman mati, seperti Ustadz Abdullah Umar Mamang,
Bambang Sispoyo, dan yang lainnya divonis penjara seumur
hidup seperti yang menimpa Muhammad Sudiyatno, Ahwan.
Setelah rezim orde baru tumbang, digantikan pemerintah BJ
Habibie, barulah para terpidana subversi, dibebaskan. Bahkan
para Napol dari kelompok sosialis komunis, PRD dan lain-lain
semuanya sudah dibebaskan lebih dahulu.
Di pengadilan tempat mereka disidang, oleh jaksa penuntut
umum, mereka dituduh hendak menggulingkan pemerintahan
8

yang sah dan menggantikan dasar negara Pancasila dengan


dasar Qur'an dan Hadits. Belum hilang dari ingatan, atas
berbagai tragedi dan diskriminasi di atas, muncul lagi kasus
Usrah di Jawa Tengah pada tahun 1985. Kemudian berturut
turut setelah itu, terjadi peristiwa Lampung Berdarah, tahun
1990. Dalam waktu hampir bersamaan, tercetus lagi
penangkapan besar-besaran di Aceh dan menjadikan daerah
tersebut sebagai DOM (Daerah Operasi Militer) selama 12
tahun, sehingga menyebabkan jatuhnya korban ribuan pejuang
Islam terbunuh, ibu ibu menjadi janda dan diperkosa, sementara
anak anak mereka menjadi yatim piatu.
Selain itu ada tragedi Haur Koneng di Jawa Barat tahun
1994. Seluruh kasus yang disebutkan tadi, di mata pemerintah
punya motif yang sama: "Melakukan makar untuk
menggulingkan pemerintah yang sah, dengan menggantikan
dasar negara Pancasila dan hendak mendirikan Negara Islam
di Indonesia berdasarkan Qur'an dan Hadits." Dengan taqdir
Yang Maha Kuasa, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto yang
telah memerintah Indonesia dengan tangan besi selama tiga
dasawarsa, akhirnya dipaksa mundur dari jabatan Presiden oleh
gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa; dan kekuasaan
selanjutnya beralih ke tangan BJ Habibie.
Terlambatnya pembebasan Napol Muslim dibanding Napol
subversi dari kelompok Eki (ekstrim kiri), atau Napi Papua
Merdeka (OPM) Irian Jaya maupun Fretelin Timor Timur, oleh
pemerintah BJ Habibie, juga karena alasan politis yang
9

diskriminatif. "Kita harus tenggang rasa terhadap ABRI yang


menangkap mereka," kata Menkeh Muladi ketika pertanyaan
ini diajukan kepadanya oleh Komite Solidaritas Muslim (KSM)
untuk Tapol dan Napol dalam suatu demonstrasi di Jakarta,
Agustus 1998 lalu. Jadi cengkeraman ABRI masih tetap kokoh
walaupun keadaannya sudah babak belur dihujat masyarakat
karena kekejaman mereka di masa lalu.
Upaya pendekatan sudah coba dilakukan oleh mantan
Danrem 043 Garuda Hitam Lampung dan dalam kabinet Bj
Habibie menjabat Menteri Transmigrasi, Jenderal
Hendropriyono. Di masa itu dia sendiri turun langsung
memimpin pasukan, melakukan pembantaian dan membumi
hanguskan perkampungan jama'ah Mujahidin pimpinan
Warsidi, sehingga membakar mati ratusan ibu-ibu dan anak
anak mereka yang dikumpulkan dalam sebuah rumah. Kejadian
tersebut terkenal dengan peristiwa Lampung Berdarah.
Terhadap terpidana kasus Lampung, yang sudah dibebaskan
dengan memberikan amnesti atau grasi dari Presiden, baik yang
ada di Lampung, Jakarta maupun Sumbawa. Hendropriyono,
yang kemudian menjadi Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN)
di masa pemerintahan Megawati Sukarnoputri, membuat
manuver politik, mungkin sebagai "tanda penyesalan" atau
"upaya permohonan maaf" melalui pendekatan kesejahteraan
dengan membagi-bagikan lahan pertanian dan tambak udang
di daerah transmigrasi kepada sebagian mantan Napol subversi
itu.
10

Karakteristik Perjuangan D I / T I I
Dalam pandangan al-Qur'an, melaksanakan Syari'at Islam
dan mendirikan Negara Islam, adalah kewajiban kolektif seluruh
Muslim. Akan tetapi mengapa kewajiban itu justru menjadi
sesuatu yang menakutkan dan mengundang kontroversi di
kalangan tokoh tokoh umat Islam? Dan lebih dari itu, per-
juangan ke arah terlaksananya hukum Allah telah membangun
menara kebencian dari pemerintah, padahal sebagian besar dari
mereka mengaku beragama Islam.
Dari rentetan peristiwa masa lalu, berpadu dengan ekses-
ekses yang menyusul kemudian dengan jumlah korban yang
bukan main banyaknya, tetapi tetap ditutupi kabut misteri,
mengusik nurani orang orang beriman dan mengundang tanda
tanya, khususnya bagi generasi muda Islam yang datang
kemudian. Bagaimana sebenarnya sifat dan watak perjuangan
Darul Islam yang melahirkan Negara Islam Indonesia itu?
Bagaimana konsep politik maupun konsep ideologi yang menjadi
keyakinannya? Apa hubungan antara NII dengan kasus kasus
subversi yang terjadi belakangan ini? Dan terutama, seperti
apakah sosok pribadi proklamator NII itu sendiri?
Berawal dari rasa ingin tahu, selanjutnya ingin mengenal
pribadi figur proklamator N I I , Imam Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo secara lebih transparan, telah memberikan
inspirasi bagi penulis buku ini. Namun, walau sekadar memenuhi
rasa ingin tahu, agaknya bukanlah perkara mudah. Apalagi jika
menyangkut nama seorang tokoh sejarah yang kontroversial,
11

sehingga selama beberapa kurun waktu dianggap tabu mem-


bicarakannya dan lebih lebih mengungkapkan sejarahnya.
Sejak semula, penulis tidak berniat untuk mengungkapkan
sejarah perjuangan Darul Islam (NII). Bagi seorang penulis
pemula, menulis sejarah NII, sungguh perkara yang luar biasa
sulitnya. Sadar akan hal itu, maka penulis membatasi diri pada
wilayah yang sedikit lebih sempit daya jelajahnya, yaitu sisi
kehidupan Imam SM. Kartosuwiryo, konseptor politik hijrah
PSII yang terkenal itu, dan terutama, misi Islam yang diper-
juangkannya.
Di dalam mengungkapkan fakta fakta sejarah di sekitar
kehidupan, pendidikan serta aktivitas politik Imam SM.
Kartosuwiryo, penulis banyak menggunakan kesaksian dari para
pelaku sejarah dan tokoh NII yang masih hidup dan bisa dimintai
keterangan. Disamping itu, penulis tentu saja memanfaatkan
buku buku sejarah yang ditulis oleh sejarawan asing maupun
dalam negeri sebagai referensi. Hanya saja fakta fakta yang
diajukan para penulis sejarah menyangkut tokoh yang satu ini,
masih harus diteliti secara seksama. Sebab fakta fakta sejarah
yang mereka tampilkan masih perlu ditelusuri keabsahannya,
sehingga diperlukan seleksi pada bagian-bagian tertentu,
kemudian menapis serta kritis terhadap argumentasi yang
bersifat memihak. Terutama sekali menyangkut latar belakang
perjuangan NII, yang oleh sebagian besar penulis sejarah Darul
Islam didiskreditkan sekadar perjuangan yang berangkat dari
persoalan ekonomi dan militer dengan memanfaatkan fanatisme
agama di kalangan umat Islam.
12

Adapun tulisan dari para tokoh DI sendiri, sedikit sekali


dokumentasi sejarah yang bisa diperoleh. Kenyataan ini dapat
dimaklumi, karena saat saat itu seluruh kesempatan disibukkan
dengan jihad fie sabilillah. Hari hari kehidupan mereka tidak
pernah dilalui dengan santai. Tak ada yang berpikir tentang
hari kemarin yang sudah lewat, sebab hari ini dan esok telah
menanti tuntutan perjuangan yang lebih berat. Jadi, tidak
seorang pun di antara mereka yang meluangkan waktu untuk
mencatat berbagai peristiwa penting dan bersejarah dimasa itu.
Berbagai kejadian hanya disampaikan secara lisan, berpindah
pindah dari mulut ke mulut di kalangan mereka. Keadaan itu,
tentu hal yang wajar. Bagaimana mungkin mereka disibukkan
oleh hal hal remeh semacam itu, sementara mereka sendiri
sedang menghadapi suasana maut, antara hidup dan mati di
medan perang gerilya?
Namun demikian, sebagai penulis pemula, saya menyadari
sepenuhnya bahwa mengungkapkan sejarah hidup seorang tokoh
yang hingga kini mengundang kontroversi dan perdebatan,
bukanlah perkara yang ringan. Oleh karena itu, apa yang
tertuang di dalam buku kecil ini, bukannya tanpa kekurangan.
Dan hal itu lantaran kelemahan dari penulis semata mata. Maka
adanya koreksi, perbaikan atau ishlah dari para pembaca,
utamanya ahli sejarah, jika berkenan menambahkan atau
meluruskan fakta serta argumentasi yang berbeda dengan
penulis, sungguh merupakan sumbangan yang bukan main
berharganya bagi perbaikan isi buku ini. Dan ini adalah harapan
yang tulus.
n
Pada akhir Prakata ini, penulis ingin menyatakan dengan
sejujurnya. Bahwa Imam SM. Kartosuwiryo sesungguhnya telah
tampil ke depan, membuka kesempatan berjuang, dan lahan
jihad fie sabilillah bagi kaum muslimin, pada saat tokoh-tokoh
Islam lainnya ketika itu diliputi kebimbangan, memilih ideologi
Islam ataukah ideologi sekuler. Sebagai seorang mujahid, dan
juga kader partai Syarikat Islam (SI), Imam SM. Kartosuwiryo
yang syahid pada tanggal 12 September 1962, setelah dijatuhi
hukuman vonis mati oleh diktator Soekarno melalui sidang
tertutup, 16 Agustus 1962, beliau muncul pada zaman yang
tepat. Heroisme perjuangannya akan tetap menjadi sumber
inspirasi, motivasi serta inovasi bagi langkah-langkah jihad
generasi muslim yang sungguh-sungguh hendak menegakkan
Kalimatullahi hiyal Ulya. Segala ini merupakan pelajaran
c

berharga bagi generasi Islam yang mau berpikir.


Di atas semua itu, penulis bermohon kepada Allah Rabbul
Alamin agar melimpahkan taufiq-Nya kepada para mujahid
yang telah diuji dengan berbagai kesenangan atau pun
penderitaan. Akhirnya, dengan tulus penulis lantunkan do'a:
Jazakumullahu khairan katsiran, kepada semua pihak yang telah
memberikan andil bagi penerbitan buku ini. Dan secara khusus,
penulis ucapkan Jazaakallahu khairal Jaza kepada K H . Firdaus
AN., yang dengan segala senang hati berkenan memberikan
koreksi dan kata pengantar bagi penerbitan buku ini. Dalam
usianya yang kian menua, beliau berkesempatan membuka
kembali lembaran sejarah masa lalu, kemudian menyajikannya
untuk generasi muda kini dengan jujur, berani dan terus terang.
14

Karena alasan itu pula, maka pada bagian appendix buku


ini, disertakan tulisan beliau yang dimuat dalam Majalah Islam
Sabiti, Maret 1999, dengan pertimbangan, bahwa isi tulisan
tersebut cukup relevan serta mendukung kata pengantar yang
telah beliau tulis sebelumnya. Kepada penulis, Firdaus AN
pernah menyampaikan optimismenya: "Saya ingin mati dalam
keadaan tersenyum menyaksikan tegaknya Negara Islam di
Indonesia." Semoga Allah mengabulkan do'a beliau, dan
berkenan pula menjadikan buku ini sebagai sesuatu yang
bermanfa'at bagi para pembaca, dan bernilai amal shalih bagi
penulis sendiri. Amien Taa Mujibassailin.

1 Muharram 1420 H.
Yogyakarta,
17 April 1999 M.
p e n g a n t a r : < S M - ICartosuwiryo
M " j a ^ » d Y ^ n g Jsticpniari
16

Bissmillahirrahmanirrahim
BERBICARA tentang Kartosuwiryo yang nama lengkapnya
adalah Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, tidak terlepas dari
kegiatan awalnya dalam partai politik paling pertama di
Indonesia, yaitu Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Sebagai orang kepercayaan HOS. Cokroaminoto yang
terkenal itu, maka Kartosuwiryo pernah menjabat Sekjen partai
tersebut pada tahun 1931. Dan kemudian tetap duduk dalam
pucuk pimpinan partai tersebut sampai pada tahun 1939, pada
tahun mana beliau dipecat dari PSII karena perbedaan visi
politik dengan beberapa tokoh partai tersebut tentang konsep
hijrahnya SM. Kartosuwiryo. Seperti diketahui, Syarikat Islam
adalah sebuah partai politik yang mempunyai disiplin baja dan
bertindak keras terhadap siapa pun yang melawan disiplin
organisasi. Dalam SI tidak ada tokoh yang besar atau kecil. Di
mata organisasi semua orang sama derajatnya. Maka tidak usah
heran jika tokoh-tokoh seperti Dr. Sukiman, Agus Salim, AM.
Sangaji, Mr. Mohammad Roem, Kartosuwiryo, Abikusno dan
terakhir, Anwar Cokroaminoto, semuanya mengalami tindakan
pemecatan dari Syarikat Islam.
Dan terhadap Muhammadiyah, sayap moderat Syarikat
Islam (karena didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, salah seorang
anggota pucuk pimpinan SI di bawah Cokroaminoto) pun
dikenakan disiplin organisasi. Sebabnya, karena Muhammadiyah
menerima subsidi (uang) dari pemerintah kolonial Belanda mulai
1926 di saat orang orang lain melawan dengan sengitnya.
17

Bukan saja SI yang "marah" pada Muhammadiyah, tapi


juga kaum pergerakan lainnya. Mr. AK. Pringgodigdo, dalam
bukunya yang terkenal: „Sejarah Pergerakan Rakyat
Indonesia", mengatakan bahwa Muhammadiyah telah berada
di luar pagar perjuangan. Penyakit "mengemis" dan meminta
bantuan Pemerintah itu tetap berlanjut sampai akhir ini. Dan
hal inilah yang melemahkan semangat juang Muhammadiyah,
dan karena itu pula Muhammadiyah mudah mengikut arus dan
mudah didikte sekalipun untuk mencoret asas Islam dari Undang-
Undang Dasarnya sendiri. Ya, oportunis, menjual diri dengan
harga yang murah untuk membela yang bathil.
Sebagai orang yang konsekuen terhadap sikapnya, beliau
Kartosuwiryo rela dipecat dari partainya sendiri, bahkan rela
menyongsong maut ditembus peluru dalam memperjuangkan
Darul Islam yang dicetuskan pada tanggal 7 Agustus 1949 di
Jawa Barat. Beliau tertangkap pada tanggal 4Juni 1962, setelah
bergerilya 13 tahun lamanya. Kemudian beliau diadili pada
bulan Agustus 1962 dan dieksekusi mati pada bulan September
1962.
Konon untuk berubah dari tuntutan hukuman mati,
kepadanya diminta supaya bersedia mencabut bai'atnya dan
membatalkan proklamasi Darul Islam. Tawaran itu beliau tolak
dan rela syahid ditembus peluru yang berlumuran darah. Itulah
dia sikap pejuang yang jantan dan istiqomah, konsekuen dalam
membela pendiriannya. Cuma ada pertanyaan masyarakat
yang belum terjawab sampai kini. Mengapa begitu cepat
18

dieksekusi mati? Padahal Dr. Subandrio, tokoh G30S/PKI juga


telah divonis mati, tetapi belum dilaksanakan juga, malah
akhirnya dibebaskan dari penjara oleh pemerintahan Soeharto.
Mengapa ada ukuran ganda dalam pelaksanaan hukuman?
Bandingkanlah keteguhan pendirian Kartosuwiryo ini dengan
sikap tokoh tokoh Masyumi yang menyerah kalah dalam
pemberontakan PRRI/RPI di Sumatera. Untuk keluar bebas
dari tahanan politik, kepada mereka disodorkan surat perjanjian
yang berisi antara lain: Berjanji taat kepada Pancasila dan UUD
1945. Padahal mereka telah dengan tegas menolak Pancasila
dan UUD 45 itu dalam sidang konstituante Bandung pada tahun
5

1957. Jelas mereka tidak istiqomah, tidak konsekuen dan tidak


konsisten. Mereka tidak lulus dari testing politik, sesuatu yang
tidak mungkin dilakukan oleh Kartosuwiryo. Sebenarnya kalau
mereka menolak, juga tidak ada resikonya.
Saya kira pemerintah menyodorkan surat perjanjian itu,
hanyalah sekadar "ujian" dan gertak belaka, karena hal itu tidak
ada dalam peraturan atau undang-undang yang mewajibkan
tahanan politik untuk bebas dari tahanan, terlebih dahulu harus
menandatangani suatu perjanjian atau membuat sebuah skripsi
umpamanya.

Mendapat R e s t u P a n g l i m a B e s a r J e n d r a l
Sudirman
Setelah perjanjian Renvile ditandatangani antara Indonesia
dan Belanda pada tanggal 17 Januari 1948, maka pasukan
Siliwangi harus "hijrah" dari Jawa Barat ke Yogyakarta, sehingga
19

Jawa Barat dikuasai Belanda. Jelas, perjanjian itu sangat


merugikan Republik Indonesia. Waktu itu Jendral Sudirman
menyambut kedatangan pasukan Siliwangi di Stasiun Tugu
Yogyakarta. Seorang wartawan Antara yang dipercaya sang
Jendral diajak oleh beliau naik mobil sang Panglima TNI itu.
Di atas mobil itulah sang wartawan bertanya kepada Jendral
Sudirman: "Apakah siasat ini tidak merugikan kita?" Pak
Dirman menjawab, "Saya telah menempatkan orang kita
disana," seperti apa yang dikatakan oleh wartawan Antara itu
kepada penulis.
Bung Tomo, bapak pahlawan pemberontak Surabaya, 10
November dan mantan menteri dalam negeri kabinet Burha-
nuddin Harahap, dalam sebuah buku kecil berjudul "Himbauan",
yang ditulis beliau pada tanggal 7 September 1977, mengatakan
bahwa Pak Karto (Kartosuwiryo), telah mendapat restu dari
Panglima Besar Sudirman.
Dalam keterangan itu, jelas lah bahwa waktu meninggalkan
Yogyakarta pada tahun 1948 sebelum pergi ke Jawa Barat, beliau
(Kartosuwiryo) pamit dan minta restu kepada Panglima Besar
TNI itu dan diberi restu seperti keterangan Bung Tomo tersebut.
Dikatakan dengan keterangan Jendral Sudirman kepada
wartawan Antara di atas tadi, maka orang dapat menduga bahwa
yang dimaksud "orang kita" atau orangnya Sudirman itu tidak
lain adalah Kartosuwiryo sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa
waktu itu Kartosuwiryo adalah orang penting dalam Kemen-
trian Pertahanan Republik Indonesia yang pernah ditawari
20

menjadi Menteri Muda Pertahanan, tetapi ditolaknya. Jabatan


Menteri Muda Pertahanan itu ternyata kemudian diduduki oleh
sahabat beliau sendiri, Arudji Kartawinata. Dapat lah dime-
ngerti, kenapa Panglima Besar Sudirman tidak memerintahkan
untuk menumpas DI/TII; dan yang menumpasnya adalah
jendral AH. Nasution dan Ibrahim Adji. Alangkah banyaknya
orang Islam yang mati terbunuh oleh Nasution dan Ibrahim
Adji!. Apakah itu bukan dosa?

Berjuang Mewujudkan Cita Cita


Setelah memperhatikan kondisi dan situasi serta membaca
peta politik, maka Kartosuwiryo mulai berjuang mewujudkan
cita citanya.
"In zeinempolitischen Manifest, das kurz nach der Proklamatio
herausgebracht wurde, und in dem er sich gegen die Round Table
Konferenz sowie di Grundig der Vereinigten Staaten van Indonesie
wendet, erklart Kartosuwiryo, dass nun der Zeitpunkt gekommen
aan dem sich das Schiksal des Indonesischen Volkes, insbesondere d
ummat Islam, entscheide. Der Kampf musse nun mit dem Islam gefuh
werden bis der mardhatillah erreircht sei. Dies sei der einzige weg
un, die ummat Islam venjeglicherArt von Unterdruckung auf dieser
Welt und im Jenseite zu befreien. Die Feinde Allahs, der Religion,
und des Negara Islam Indonesia mussten vernichtet werden, auf das
daas Gesetz des Islam in Ubereinstimmung mit der Lehre des Koran
und der sunna des Propheten voll und ganz uberall in Indonesien
verwirklicht werde" 1

Darul Islam, Kartostiwirjos Kampf um einen Islamishen Staat Indonesien; Dr.Holk


H.Dengal.VerlagWeisbaden GMBH Stuttgart, 1986, h. 97. (Darul Islam, Perjuangan
Kartosuwiryo untuk Negara Islam Indonesia)
21

Terjemahan SIN:
"Dalam Manifesto politiknya yang dikeluarkan tidak lama setelah
proklamasi (Negara Islam Indonesia, SIN) dirancang dan
diadakannya Konferensi Meja Bundar yang menuju terbentuknya
Negara Indonesia Serikat. Kartosuwiryo menerangkan, bahwa kini
telah tiba saatnya untuk menentukan nasib Bangsa Indonesia,
khususnya umat Islam. Perjuangan kini haruslah dilaksanakan lebih
luas lagi dengan Islam, agar dapat tercapai Mardhatillah. Ini adalah
satu satunya cara (jalan) yang akan melepaskan umat Islam dari
segala bentuk penindasan, di dunia dan di akhirat. Musuh Allah,
(musuh) agama, dan (musuh) Negara Islam Indonesia haruslah
dibinasakan, agar hukum Islam yang sesuai dengan ajaran Al Qur'an,
Sunnah Nabi dapat terwujud secara lengkap di seluruh Indonesia."

Sebagai Pimpinan dan Wartawan.


Dalam kongres Partai Syarikat Islam Hindia Timur
(PSIHT), Desember 1927, Kartosuwiryo terpilih sebagai
Sekretaris Umum (kini Sekjen) PSIHT Dan dalam perkem-
bangannya diputuskan bahwa, pengurus besar Partai
dipindahkan ke Jakarta. Apabila Kartosuwiryo dilahirkan
tanggal 1 Februari 1905, maka ketika ia terpilih sebagai Sekjen
itu baru umur 22 tahun. Setibanya di Jakarta, disamping bekerja
sebagai Sekjen partai, dia juga terjun dalam bidang jurnalistik,
bekerja sebagai redaktur "Fajar Asia", surat kabar harian yang
dikelola partai. Dalam waktu 16 bulan saja dia terus berhasil
naik dari korektor, reporter, wartawan dan akhirnya sebagai
pejabat Kepala Redaksi. Sewaktu Agus Salim melawat ke
Genewa untuk menghadiri Konferensi Liga Bangsa-Bangsa dan
22

Cokroaminoto jatuh sakit, Kartosuwiryo dipercaya memimpin


surat kabar "Fajar Asia" itu. 2

Dalam usia 22 tahun, Kartosuwiryo menjadi redaktur "Fajar


Asia", dan mulailah ia menulis artikel. Mula-mula ditujukan
kepada penguasa kolonial, kemudian juga ditujukan kepada
kaum bangsawan Jawa. Dalam artikelnya itu tergambar selain
pendirian radikalnya, juga sikap politiknya. Begitulah dia
mengkritik Sultan (seharusnya: Sunan, SIN) Solo, sewaktu
merayakan HUT-nya yang ke-64 dan mengadakan perayaan
hanya mengundang wartawan Belanda.
Mengenai Sunan, dia menulis:
"Rasa kebangsaan ia' ada; ke-Islaman poen demikian poela haln
kendatipoen ia menoeroet titelnja mendjadi kepala agama Islam
Bangsanja dibelakangkan dan bangsa lain diberi hakjang lebih dari
batas Jang soedah terang dan njata ialah: Boekan karena tjinta
bangsa dan tanah air,... melainkan karena keperloean diri sendiri
belaka, keperloean jang bersangkoetan dengan kesoenanannja. " 3

Kartosuwiryo dengan tulisan-tulisannya menyebabkan banyak


mendapat musuh, baik dari kalangan penguasa, lebih-lebih dari
kalangan bangsanya sendiri, dari golongan kaum nasionalis sekuler. 4

Menunut Holk H. Dengel, artikel-artikel yang tajam tidak


ditandai dengan namanya sendiri, tetapi dengan nama samaran, yaitu
ArjoDjipang.

2
Salim pergi ke Genewa pada bulan Juni 1929 dan HOS Cokroaminoto jatuh sakit
bulan September 1929. Lihat Fajar Asia, 22 Juni dan September 1929
3
SM. Kartosuwiryo, Sambil Laloe, Fadjar Asia, 16.1.1929
4
Keterangan Ny. Siti Dewi Kalsum, istri kedua Kartosuwiryo di Malangbong, Mei
1983. Dr. Holk H . Dengel, h. 11.
23

"Kebangsaan kita dianggap aneh oleh Darmo Kondo. Djanganlah


kira kalaoe kita kaoem kebangsaan jang berdasarkan kepada Islam
dan ke Islaman tidak berangan angan Indonesia Merdeka. Tjita tjita
itoe boekan monopolinya collega dalam Darmo Kondo. Dan lagi
djangan kira bila kita orang Islam tidak senantiasa beroesaha dan
berichtiar sedapat-dapatnja oentoek mentjapai tjita-tjita kita, soepaja
kita dapat mengoeasai tanah air kita sendiri. Tjoema perbedaan
collega dalam Darmo Kondo dan kita ialah, bahwa kemerdekaan
kebangsaan Indonesia bagi Nasionalisme kebangsaan Indonesia jang
dinjatakan oleh redaksi Darmo itoe adalah poentjaknja jang setinggi-
tingginya. Sedang kemerdekaan negeri toempah darah kita bagi kita
hanjalah satoe sjarat, satoe djembatanjang haroes kita laloei oentoek
mentjapai tjita-tjita kita jang lebih tinggi dan moelia, ialah
kemerdekaan dan berlakoenja agama Islam di tanah air kita Indonesia
ini, dalam arti katajang seloeas-loeasnja dan -sebenar-benarnja. Djadi
jang bagi kita hanja satoe sjarat itoe, bagi redaksi Darmo Kondo
adalah maksoed dan toedjoean (doel)jang tertinggi. 5

"Pertama-tama adalah kita moeslim, dan di dalam kemoesliman


kita itoe adalah kita nasionalist dan Patriot, jang menoedjoe
kemerdekaan negeri toempah darah kita, tidak tjoema dengan
perkataan-perkataanjang hebat dalam vergadering sadja, tetapi pada
tiap-tiap saat bersedia djoega mendjandjikan korban sedjalan apa sadja
jang ada pada kita oentoek mentjapai kemerdekaan negeri toempah
darah kita. 6

5
SM. Kartosuwirjo, Roedjak Sentoel dalam Fadjar Asia 17.7.1929, vide Dr. Holk
H . Dengel
6
HOS. Cokroaminoto: Islam dan Nasionalisme, Fadjar Asia 25 Mei 1929 dalam
buku Dr Holk H . Dengal: Kartosuwiryo, 1986 h. 26. Catatan SIN: "Darmo Kondo
adalah surat kabar milik Boedi Oetomo, kemudian dikelola.... Parindra (Partai
Indonesia Raya), setelah BO fusi dengan PBI. Terbit di Solo, mula mula dalam
Bahasa Jawa, kemudian Jawa Indonesia dan dalam perkembangannya berganti
ama menjadi "Pewaris Oemoem" _ Tngff|i iwiii
B
,

PEIMG/UMTAR K H . FIRDAUS AISI»


24

Negara Islam
Darul Islam atau Negara Islam itulah puncak cita-cita
Kartosuwiryo yang hendak dicapainya dengan perjuangan yang
gagah berani.
Sementara itu ada pihak-pihak yang sinis mengatakan bahwa
Negara Islam itu tidak ada dalam Al-Qur an. Inilah bicara yang
5

tidak bertanggung jawab, karena kurangnya ilmu dan pengertian


terhadap kitab suci itu. Yang amat menyedihkan, ucapan itu
keluar dari kaum intelektual atau sarjana yang pernah belajar
di negeri sekuler di luar negeri, walaupun yang mengucapkan
anak ulama sendiri. Ironisnya, itulah para orang tua mereka
dahulu setiap pidato dimana-mana meneriakkan agar terwujud-
nya Negara Islam, sedang anak-anak mereka membatalkan apa
yang dikatakan orang tuanya, bahwa dalam Al-Qur an tidak
5

ada Allah perintahkan mendirikan Negara Islam.


Numpang tanya: Apakah dalam UUD'45 ada kata
Pancasila? Tidak ada! Kata Pancasila memang jelas tidak ada,
tetapi bila orang mau mengerti dan membaca dengan teliti
maka jelas makna Pancasila ada dalam Mukaddimah UUD
1945 itu.
Demikian pula dalam al-Qur'an, tak ada terdapat dan tertulis
kata "Darul Islam" atau "Daulah Islamiyah". Tetapi bila orang
mengerti dan mau mendalami pengetahuan agama Islam
terutama tentang tafsir al-Qur'an, maka tak ragu lagi bahwa
mereka akan banyak bertemu dengan ayat-ayat al-Qur'an yang
mengarah dan menuju Negara Islam itu. Ya, dapat lah
25

dikatakan bahwa 6236 ayat al-Qur'an diwahyukan Allah sebagai


pedoman untuk membentuk masyarakat dan Negara Islam yang
sempurna dan ideal.
Ambillah sebuah ayat yang artinya berbunyi: "Masuklah kalian
ke dalam Islam secara total menyeluruh, dan janganlah kalian iku
langkah-langkah syetan" (Qs. al-Baqarah, 2:208)
Maksud total menyeluruh (kaffah) itu ialah dalam seluruh
lapangan dan sektor kehidupan masyarakat dan negara, umat
Islam harus Islami atau berdasarkan Islam. Politik, ekonomi,
kultural, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain, seluruhnya harus
Islami atau berdasarkan Islam. Sayangnya ayat ini tidak
direnungkan dan diterjemahkan dalam kehidupan bermasya-
rakat dan perjuangan kaum muslimin. Kaum intelektual kita
lebih senang menggeluti dan menghayati kitab kitab atau buku-
buku iptek saja, buku-buku ekonomi atau buku-buku keagamaan
yang ditulis oleh kaum orientalis yang anti Islam atau yang
menuduh orang-orang yang ingin menerapkan ajaran al-Qur'an
dan sunnah secara murni, konsekuen dan konsisten sebagai
"Fundamentalis dan Ekstrimis".
Dan Alhamdulillah mahasiswa mahasiswa Islam yang
lulusan Universitas atau Perguruan Tinggi Islam tidak ada
terdengar yang berlaku sinis terhadap kitab suci al Qur'an itu,
bahkan mereka ingin berjuang menjadikan al Qur'an sebagai
pedoman hidup bagi masyarakat dan negara. Yang sinis itu pada
umumnya orang orang yang pengetahuan agamanya terlalu
minim atau imannya lemah atau rusak karena diracuni oleh
26

ajaran-ajaran sekuler yang sesat dan menyesatkan orang banyak,


seperti yang dilakukan oleh kaum nasionalis yang sekuler (kafir).
Dalam Qur'an surat Al Baqarah ayat 208 itu, Allah M
melarang kita menuruti langkah langkah syetan yang
menyesatkan kita. Jadi menyimpang dari al Qur'an dan Sunnah,
menyimpang dari masyarakat dan Negara Islam itu berarti
menuruti syetan yang merugikan dan menyesatkan kaum
muslimin.
Dan dalam manifesto politik Kartosuwiryo seperti yang
disebutkan di atas tadi, jelaslah bahwa beliau mengajak umat
Islam untuk mencapai Mardhatillah, yaitu dengan menegakkan
hukum Islam yang sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
Itulah cita-cita Kartosuwiryo yang ingin dicapainya dengan
perjuangan yang gagah perkasa.

Penutup
Terus terang penulis ini bukanlah pengikut Imam SM.
Kartosuwiryo. Tetapi kita semua dapat menghargai pemimpin
yang jujur dan ikhlas berjihad memperjuangkan cita-citanya
sebagaimana halnya Kartosuwiryo. Ia syahid sebelum cita-
citanya tercapai, namun dia telah menebus cita-citanya yang
mulia itu dengan darah dan jiwanya sendiri; seperti halnya
pemimpin-pemimpin Ikhwanul Muslimin di Mesir yang syahid
di atas tiang gantungan musuh-musuhnya yang dzalim. Berbeda
dengan Abdul Qadir Audah; seorang hakim dan sarjana hukum
di Kairo yang divonis mati dan dieksekusi di tiang gantungan,
27

tetapi persatuan pengacara Mesir memprotes dan sepakat


menuntut pemerintahnya supaya diadakan sidang pengadilan
ulangan untuk mengetahui bagaimana jalannya pengadilan itu
supaya diketahui umum. Dan terhadap Kartosuwiryo yang
divonis dalam sidang pengadilan tertutup, tak seorang pun
pengacara Indonesia atau persatuan pengacara yang menuntut
ulang bagaimana sidang pengadilan berlangsung. Namun
demikian ia tetap dipandang dan dicatat sejarah sebagai
pemimipin yang istiqomah, konsekuen dan konsisten sampai
akhir hayatnya.
Buku yang berjudul "Menelusuri Perjalanan Jihad SM.
Kartosuwiryo"'ini, adalah bertujuan mengabadikan sang Imam.
Ya, melestarikan cita-cita dan perjuangannya, walaupun jasad
beliau telah berbaring di pangkuan ibu pertiwi sejak September
1962 lalu.
Kata orang, menulis sebuah biografi berarti menghidupkan
tokohnya kembali. Dan menurut para pengikutnya, Imam
Kartosuwiryo tetap hidup dan belum mati, dia masih hidup
dalam hati dan jiwa mereka sebagai pemimpin Islam yang
militan dan revolusioner.
Allah berfirman: "Janganlah kamu berkata tentang orang yang
syahid dijalan Allah bahwa mereka itu telah mati. Tidak! Mereka itu
tetap hidup, meskipun kamu tidak menyukainya". (Qs. al Baqarah
:154)
Buku ini patut dan perlu dibaca oleh generasi penerus dan
pelurus agar mereka tidak terpedaya oleh sejarah yang sudah
28

mengalami distorsi masa kini.7 Buku ini akan banyak


manfa'atnya untuk menambah perbendaharaan ilmu
pengetahuan mereka. Demikian hendaknya, Amien!

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, wabillahifie sabilil Haq.

K . H . Firdaus A.N

Manipulasi atau distorsi sejarah yang memutar balikkan fakta sejarah secara mencolok
adalah terjadi pada Budi Utomo yang dijadikan tonggak sejarah pergerakan nasional
Indonesia. Padahal bukan Budi Utomo yang merupakan partai politik pertama,
tetapi Syarikat Islam (pertama kali bernama Syarikat Dagang Islam ) lahir tahun
1905. D i samping itu BU bukanlah partai rakyat yang menantang penjajah Belanda,
tetapi golongan kaum priyayi yang menjadi anak mas dan bekerjasama dengan
Belanda. Anggota BU tidak ada yang masuk penjara, dibuang ke Digul atau yang
ditembak mati oleh Belanda. Tetapi tokoh-tokoh SI berdesak-desak masuk penjara
yang sempit, ditembak mati atau di buang ke Digul (Irian Barat). BU bukanlah
bersifat nasional, tetapi regional dan anggotanya terbatas pada suku, bangsa tertentu
saja (Jawa dan Madura) dan yang lain .... dari pada itu tidak boleh menjadi anggotanya.
Sedang tokoh-tokoh SI mencakup seluruh suku Bangsa Indonesia, Jawa, Sumatera,
Sulawesi, Maluku, dan Kalimantan, bersifat nasional. BU tidak mengantarkan
Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan, tetapi SI mengantarkan Bangsa Indonesia
ke pintu gerbang kemerdekaan itu. Beda dengan SI, anggaran dasar BU memakai
Bahasa Belanda. BU itu sekuler dan anti Islam, karena itu ia dikutuk oleh kaum
muslimin dan bubar pada tahun 1935. Tetapi anehnya dia diperingati sebagai tonggak
sejarah Indonesia. Itulah distorsi sejarah yang harusdikoreksi dan diperbaiki oleh
generasi penerus. Jangan mau saja menelan yang diputar balikkan, demi kebenaran.
Generasi penerus harus membuka matanya untuk memberantas kepalsuan demi
tegaknya keadilan sejarah sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Pengantar Penulis

MENGUNGKAPKAN sejarah perjuangan Darul Islam di


Indonesia, sama pentingnya dengan mengungkapkan kebenaran.
Sebab, perjalanan sejarah gerakan ini telah banyak dimanipulasi,
bahkan berusaha ditutup-tutupi oleh penguasa. Rezim orde lama
dan kemudian orde baru, mengalami sukses besar dalam
membohongi serta menyesatkan kaum muslimin khususnya, dan
bangsa Indonesia umumnya dalam memahami perjalanan masa
lalu negeri ini.
Setelah buku "Menelusuri Perjalanan Jihad SM. Kartosuwiryo"
ini terbit untuk pertama kalinya (1999), berulangkali diadakan
acara Bedah Buku oleh kaum muslimin dan masyarakat
pembaca yang sadar, bahwa selama ini mereka telah tertipu
membaca buku-buku sejarah serta berbagai publikasi sejarah
perjuangan umat Islam di Indonesia. Sukses besar yang diperoleh
dua rezim penguasa di Indonesia dalam mendistorsi sejarah
Darul Islam, adalah munculnya trauma politik di kalangan umat
Islam. Hampir seluruh kaum muslimin di negeri ini, memiliki
semangat untuk memperjuangkan agamanya, bahkan seringkali
terjadi hiruk pikuk di ruang diskusi maupun seminar untuk hal
tersebut. Tetapi begitu memasuki pembicaraan menyangkut
perlunya mendirikan Negara Islam dan berlakunya Syari'at
Islam, segera setelah itu, kita akan menyaksikan orang-orang
30

yang berusaha menghindar, memasuki pembicaraan lain atau


bungkam laksana syetan bisu.
Di masa akhir-akhir ini, bahkan semakin banyak tokoh-tokoh
Islam yang menampakkan kekhawatirannya terhadap persoalan
Negara Islam dan Syari'at Islam. Mantan Ketua Umum PBNU,
KH. Abdurrahman Wahid misalnya, secara terus terang bahkan
mengatakan: "Musuh utama saya adalah Islam kanan, yaitu
mereka yang menghendaki Indonesia berdasarkan Islam dan
menginginkan berlakunya Syari'at Islam". (Republika, 22
September 1998, hal. 2 kolom 5). Selanjutnya ia katakan: "Kita
akan menerapkan sekularisme, tanpa mengatakan hal itu
sekulerisme."
Salah satu pendiri partai Islam yang lahir di era reformasi
ini, malah tidak bisa menyembunyikan ketakutannya sekalipun
dibungkus dalam retorika melalui slogan gagah: "Kita tidak
memerlukan Negara Islam. Yang penting adalah negara yang
Islami." Bahkan, dalam suatu pidato politik, ketua partai tersebut
mengatakan: "Bagi kita tidak masalah, apakah pemimpin itu
muslim atau bukan, yang penting dia mampu mengaplikasikan
nilai-nilai universal seperti kejujuran dan keadilan."
Demikian besar ketakutan sebagai tokoh Muslim terhadap
isu Negara Islam, melebihi ketakutan orang-orang kafir dan
sekuler, sampai-sampai mereka tidak menyadari bahwa segala
isme (faham) atau pun ideologi di dunia ini berjuang meraih
kekuasaan untuk mendirikan negara berdasarkan isme atau
ideologi yang dianutnya. Sebab tidak mungkin suatu ideologi
o 31

atau sistem hidup dapat ditegakkan tanpa kekuasaan


pemerintahan. Komunisme di Rusia, China, Nikaragua, Korea
Utara, sekularisme di Perancis dan negara-negara Eropa lainnya,
demokrasi di Inggris, Amerika dan lain-lainnya, semuanya
ditegakkan melalui kekuasaan negara.
Selama 32 tahun berkuasanya rezim Soeharto, sosialisasi
informasi tentang Negara Islam Indonesia seakan terhenti. Oleh
karena itu adanya bedah buku atau pun terbitnya buku-buku
yang mengungkapkan manipulasi sejarah ini, merupakan
perbuatan luhur dalam meluruskan distorsi sejarah yang selama
bertahun-tahun menjadi bagian dari khazanah sejarah bangsa.
Pertama kali acara Bedah Buku diselenggarakan oleh
mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta (UCY) 22
Mei 1999. Berturut-turut setelah itu Bedah Buku diadakan oleh
FORPASI (Forum Pengkajian Strategi dan Studi Islam), 23 Mei
1999 di PDHI Yogyakarta dengan tema, "Mengungkap
Manipulasi Sejarah Darul Islam dan Mengantisipasi
Radikalisme Kiri." Kemudian, dengan tema yang sama DPW
Partai Umat Islam Purwokerto, Jum'at 4 juni 1999, mengganti
judul kampanye Pemilunya dengan acara Bedah Buku.
Sebagian dari fakta-fakta yang terungkap di bawah ini
merupakan rekaman dari Bedah Buku yang diadakan di
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, yang disampaikan oleh
salah seorang pembicara, Al-Chaidar, penulis buku Pengantar
Pemikiran Proklamator Negara Islam Indonesia SM.
Kartosoe wirj o."
32

Sejak berdirinya Republik Indonesia, rakyat negeri ini pada


umumnya, telah ditipu oleh penguasa, hingga saat sekarang.
Umat Islam yang menduduki jumlah mayoritas telah disesatkan
dari pemahaman sejarah perjuangan Islam yang benar. Sudah
seharusnya, di masa reformasi ini, umat Islam menyadari bahwa
di Indonesia pernah ada suatu gerakan anak bangsa yang
berusaha membangun supremasi Islam, yaitu Negara Islam
Indonesia yang sukses diproklamasikan 7 Agustus 1949, dan
berhasil mempertahankan eksistensinya hingga 13 tahun
lamanya (1949-1962). Namun rezim yang berkuasa telah
memanipulasi sejarah tersebut dengan semau-maunya, sehingga
umat Islam sendiri tidak mengenal dengan jelas sejarah masa
lalunya.
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, adalah sebuah nama yang
cukup problematis dan kontroversial di negara Indonesia, dari
dulu hingga saat ini. Bahwa dia dikenal sebagai pemberontak
harus kita luruskan. Bukan saja demi membetulkan fakta sejarah
yang keliru atau sengaja dikelirukan, tetapi juga supaya
kezaliman sejarah tidak berlanjut terhadap seorang tokoh yang
seharusnya dihormati. Semasa Orla berkuasa (1947-1949) yang
merupakan puncaknya perjuangan Negara Islam Indonesia, SM.
Kartosuwiryo memang dikenal sebagai pemberontak. Tetapi
fakta yang sebenarnya adalah, Kartosuwiryo sesungguhnya
tokoh penyelamat bagi Bangsa Indonesia, lebih dari apa yang
dilakukan oleh Soekarno dan tokoh-tokoh nasionalis lainnya.
Pada waktu Soekarno bersama tentara Republik pindah ke
Yogyakarta sebagai pelaksaan dari perjanjian Renville, yang
33

menyebutkan bahwa wilayah Indonesia hanya tinggal


Yogyakarta dan sekitarnya saja, dan wilayah yang masih tersisa
itu pun, dipersengketakan antara Belanda dan Indonesia,
sehingga pada waktu itu nyaris Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) sudah tidak ada lagi. Dan yang ada hanyalah
negara-negara serikat, baik yang sudah terbentuk, ataupun yang
masih dalam proses melengkapi syarat-syarat kenegaraan.
Seperti Jawa Barat, ketika itu dianjurkan oleh Belanda supaya
membentuk Negara Pasundan, namun belum terbentuk sama
sekali, karena belum adanya kelengkapan kenegaraan.
Ketika segala peristiwa yang telah disebutkan di atas,
menggelayuti atmosfir politik Nusantara, pada saat itu Indonesia
dalam keadaan vacuum of power. Pada saat itulah Soekarno
memerintahkan semua pasukan untuk pindah ke Yogyakarta
sebagai pelaksanaan perjanjian Renville. Guna memberi
legitimasi politik, dan untuk menipu umat Islam Indonesia dalam
memindahkan pasukan ke Yogyakarta, Soekarno telah
memanipulasi terminologi al-Qur an dengan menggunakan
5

istilah "Hijrah" untuk menyebut pindahnya pasukan Republik


sehingga terkesan Islami, dan bukan melarikan diri. Namun SM.
Kartosuwiryo dengan pasukannya tidak mudah tertipu ataupun
terprovokasi, karena itu menolak untuk pindah ke Yogyakarta.
Bahkan bersama pasukannya, ia mempertahankan wilayah Jawa
Barat, dan menamakan Soekarno dan pasukannya sebagai
pasukan liar y ang kabur dari medan perang.
Jauh sebelum kemerdekaan, yaitu pada tahun 1930-an,
istilah "hijrah" sudah pernah diperkenalkan, dan dipergunakan
34

sebagai metoda perjuangan modern yang brillian oleh SM.


Kartosuwiryo, berdasarkan tafsirnya terhadap sirah Nabawiyah.
Ketika itu, pada tahun 1934 telah muncul dua metode perjua-
ngan yaitu cooperatif dan non cooperatif. Metode non cooperati
artinya tidak mau masuk ke dalam parlemen dan bekerja sama
dengan pemerintah Belanda namun tidak bersifat pasif tidak
berusaha menghadapi penguasa yang ada. Metode ini sebenarnya
dipengaruhi oleh politik SWADESI, politik Mahatma Gandhi
dari India. Lalu muncullah SM. Kartosuwiryo dengan metode
hijrah, sebuah metode yang berusaha membentuk komunitas
sendiri, tanpa kerjasama dan aktif, berusaha untuk melawan
kekuatan penjajah.
Akan tetapi, pada waktu itu, metode ini dikecam keras oleh
Agus Salim, karena menganggap SM. Kartosuwiryo
menerapkan metode hijrah ini di dalam suatu masyarakat yang
belum melek politik. Sehingga ia kemudian berusaha
memahamkan politik dan metode hijrah ini kepada anggota
PSII pada khususnya. Dengan harapan setelah memahami
politik, mereka mau menggunakan metode ini, karena paham
politik sangat penting. Namun Agus Salim menolaknya karena
ia tidak setuju dengan politik tersebut. Menurutnya rakyat atau
anggota partai hanyalah boleh mengetahui masalah mekanisme
organisasi tanpa mengetahui konstelasi politik yang sedang
berlangsung, dan hanya elit pemimpin saja yang boleh
mengetahui. Sedangkan "hijrah" adalah berusaha menarik diri
dari perdebatan politik, kemudian berusaha membentuk barisan
tersendiri dan berusaha dengan kekuatan sendiri untuk
35

mengantisipasi sistem perjuangan yang tidak cukup progresif


dan tidak Islami. Faktor inilah yang menjadi awal perpecahan
PSII, yaitu melahirkan PSII Hijrah yang memakai metode
hijrah dan PSII Penyadar yang dipimpin Agus Salim.
Walaupun metode hijrah bagi sebagian tokoh politik saat
itu, terlihat mustahil untuk digunakan sebagai metode
perjuangan, namun ternyata dapat berjalan efektif pada tahun
1949 dengan berdirinya Negara Islam Indonesia yang
diproklamasikan di bawah bendera Bismillahirrahmanirrahim.
Sehingga pantaslah, jika kita tidak memperhatikan rangkaian
sejarah sebelumnya secara seksama, memunculkan anggapan
bahwa berdirinya Negara Islam Indonesia berarti adanya
negara di dalam negara, karena Proklamasi RI pada tahun 1945
telah lebih dahulu dilakukan.
Namun, sebenarnya jika kita memahami sejarah secara
benar dan adil, maka kedudukan Negara Islam Indonesia dan
RI adalah negara dengan negara. Karena negara RI hanya
tinggal wilayah Yogya waktu itu, sementara Negara Islam
Indonesia berada di Jawa Barat dan mengalami ekspansi
(pemekaran) wilayah. Daerah Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan dan Aceh mendukung berdirinya
Negara Islam Indonesia. Dan dukungan itu bukan hanya berupa
pernyataan atau retorika belaka, tapi ikut bergabung secara
revolusional. Barangkali benar, bahwa Negara Islam Indonesia
adalah satu-satunya gerakan rakyat yang disambut demikian
meriah di beberapa daerah di Indonesia.
36

Melihat sambutan yang demikian hangat dari saudara


muslim lainnya, maka rezim Soekarno berusaha untuk
menghambat tegaknya Negara Islam Indonesia bersama AH.
Nasution, seorang tokoh militer beragama Islam yang dibang-
gakan hingga sekarang, tetapi ternyata mempunyai konstribusi
yang negatif dalam perkembangan Negara Islam Indonesia.
Bersama Soekarno, Nasution berusaha menutup segala hal yang
memungkinkan SM Kartosuwiryo dan Negara Islam Indonesia
kembali terangkat dalam masyarakat, seperti penyembunyian
tempat eksekusi dan makam mujahid Islam tersebut.
Nampaklah sekarang bahwa sebenarnya penguasa Orla dan
Orba, telah melakukan kejahatan politik dan sejarah sekaligus,
yang dosanya sangat besar yang rasanya sulit untuk dimaafkan.
Mungkin bisa diumpamakan hampir sama dengan dosa syirik
dalam pengertian agama, yang merupakan dosa terbesar dalam
Islam. Karena perilaku politik yang mereka pertontonkan telah
menyesatkan masyarakat dalam memahami sejarah perjuangan
Islam di Indonesia dengan sebenarnya. Berbagai rekayasa politik
untuk memanipulasi sejarah telah dilakukan sampai hal yang
sekecil-kecilnya mengenai perjuangan serta pribadi SM
Kartosuwiryo. Seperti pengubahan data keluarganya, tanggal
dan tahun lahirnya. Semua itu ditujukan agar SM Kartosuwiryo
dan Negara Islam Indonesia jauh dari ingatan masyarakat.
Sekalipun demikian, SM. Kartosuwiryo tidak berusaha
membalas tindakan dzalim pemerintah RI. Pernah suatu ketika
Mahkamah Agung (Mahadper) menawarkan untuk mengajukan
37

permohonan grasi (pengampunan) kepada presiden Soekarno,


supaya hukuman mati yang telah dijatuhkan kepadanya
dibatalkan, namun dengan sikap ksatria ia menjawab, "Saya tidak
hkan pernah meminta ampun kepada manusia yang bernama Soek
Kenyataan ini pun telah dimanipulasi. Menurut Holk H .
Dengel dalam bukunya berbahasa Jerman, dan dalam
terjemahan Indonesia berjudul: "Darul Islam dan Kartosuwiryo,
Angan-angan yang gagal", mengakui bahwa telah terjadi
manipulasi data sejarah berkenaan dengan sikap Kartosuwiryo
menghadapi tawaran grasi tersebut. Tokoh sekaliber Karto-
suwiryo tidak mungkin minta maaf, namun ketika kita baca
dalam terjemahannya yang diterbitkan oleh Sinar Harapan
telah diubah sebaliknya, bahwa Kartosuwiryo meminta ampun
kepada Soekarno, dan kita tahu Sinar Harapan adalah bagian
dari kekuatan Kristen yang bahu membahu dengan penguasa
sekuler dalam mendistorsi sejarah Islam.
Dalam majalah Tempo 1983, pernah dimuat kisah seorang
petugas eksekusi SM. Kartosuwiryo, yang menggambarkan sikap
ketidakpedulian Kartosuwiryo atas keputusan yang ditetapkan
Mahadper RI kepadanya. Ia mengatakan bahwa 3 hari sebelum
hukuman mati dilaksanakan, Kartosuwiryo tertidur nyenyak
padahal petugas eksekusinya tidak bisa tidur sejak 3 hari sebelum
pelaksanaan hukuman mati. Dari sini akhirnya diketahui
kemudian dimana pusara Kartosuwiryo berada, yaitu di Pulau
Seribu.
Usaha untuk mengungkapkan manipulasi sejarah adalah
sangat berat. Satu di antara fakta sejarah yang dimanipulasi
38

adalah untuk mengungkap tuduhan teks proklamasi dan UUD


Negara Islam Indonesia adalah jiplakan dari proklamasi
Soekarno-Hatta. Yang sebenarnya terjadi justru sebaliknya.
Ketika Hiroshima dan Nagasaki di bom (6 -9 Mei 45) SM.
Kartosuwiryo sudah tahu melalui berita radio, sehingga ia
berusaha memanfaatkan peluang ini untuk sosialisasi proklamasi
Negara Islam Indonesia, la datang ke Jakarta bersama pasukan
Hisbullah dan mengumpulkan massa guna mensosialisasikan
kemungkinan berdirinya Negara Islam Indonesia, dan
rancangan konsep proklamasi Negara Islam Indonesia kepada
masyarakat. Sebagai seorang tokoh nasional yang pernah
ditawari sebagai menteri pertahanan muda yang kemudian
ditolaknya, melakukan hal ini tentu bukan persoalan sulit. Salah
satu diantara massa yang hadir dalam pertemuan tersebut
adalah Sukarni dan Ahmad Subarjo. Mengetahui banyaknya
dukungan terhadap sosialisasi ini, mereka menculik Soekarno-
Hatta ke Rengasdengklok agar mempercepat proklamasi RI
sehingga Negara Islam Indonesia tidak jadi berdiri tegak.
Bahkan dalam bukunya, Holk H. Dengel menyebutkan tanggal
14 Agustus 1945 Negara Islam Indonesia telah diproklamasikan,
tetapi yang sebenarnya baru sosialisasi saja.
Ketika di Rengasdengklok Soekarno menanyakan kepada
Ahmad Soebardjo, sebagaimana ditulis Mr. Ahmad Soebardjo
dalam bukunya "Lahirnya Republik Indonesia", yang juga
dikutip oleh KH. Firdaus AN dalam appendix buku ini.

•i
JEJAK J I H A D
39

Pertanyaan Soekarno itu adalah: "Masih ingatkah saudara,


teks dari bab Pembukaan Undang-Undang Dasar kita ?"
"Ya saya ingat, saya menjawab, "Tetapi tidak lengkap
seluruhnya".
"Tidak mengapa Soekarno bilang, "Kita hanya memerlukan
kalimat-kalimat yang menyangkut Proklamasi dan bukan
seluruh teksnya".
Soekarno kemudian mengambil secarik kertas dan
menuliskan sesuai dengan apa yang saya ucapkan sebagai berikut:
"Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan".
Jika kesaksian Ahmad Soebardjo ini benar, jelas tidak masuk
akal, karena kita tahu bahwa UUD 1945 baru disahkan dan
disetujui tanggal 18 Agustus 1945 setelah proklamasi. Sehingga
pertanyaan yang benar semestinya adalah: "Masih ingatkah
saudara akan sosialisasi proklamasi Negara Islam Indonesia?"
Maka wajarlah jika naskah Proklamasi RI yang asli terdapat
banyak coretan. Jelaslah bahwa ternyata Soekarno-Hatta yang
menjiplak konsep naskah proklamasi Negara Islam Indonesia,
dan bukan sebaliknya. Memang sedikit sejarawan yang
mengetahui mengenai kebenaran sejarah ini. Di antara yang
sedikit itu adalah Ahmad Mansyur Suryanegara, beliau pernah
mengatakan bahwa SM. Kartosuwiryo pernah datang ke Jakarta
pada awal Agustus 1945 bersama pasukan Hizbullah dan
Sabilillah.
"Sebenarnya, sebelum hari-hari menjelang proklamasi RI
tanggal 17 Agustus 1945, Kartosuwiryo telah lebih dahulu
40

menebar aroma deklarasi kemerdekaan Islam, ketika


kedatangannya pada awal bulan Agustus setelah mengetahui
bahwa perseteruan antara Jepang dan Amerika memuncak dan
menjadi bumerang bagi Jepang. Ia datang ke Jakarta bersama
dengan beberapa orang pasukan laskar Hisbullah, dan segera
bertemu dengan beberapa elit pergerakan atau kaum nasionalis
untuk memperbincangkan peluang yang mesti diambil guna
mengakhiri dan sekaligus mengubah determinisme sejarah Rakyat
Indonesia. Untuk memahami mengapa pada tanggal 16 Agustus
pagi Hatta dan Soekarno tidak dapat ditemukan di Jakarta,
kiranya Historical enquiry berikut ini perlu diajukan:
Mengapa Soekarno dan Hatta mesti menghindar begitu jauh
ke Rengasdengklok padahal Jepang memang sangat menyetujui
persiapan kemerdekaan Indonesia? Mengapa ketika Soebardjo
ditanya Soekarno, apakah kamu ingat pembukaan Piagam
Jakarta? Mengapa jawaban yang diberikan dimulai dengan kami
Bangsa Indonesia .... ? Bukankah ini sesungguhnya adalah
rancangan Proklamasi yang sudah dipersiapkan Kartosuwiryo
pada tanggal 13 dan 14 Agustus 1945 kepada mereka? Pada
malam harinya mereka telah dibawa oleh para pemimpin
pemuda, yaitu Soekarni dan Ahmad Soebardjo, ke Garnisun
PETA di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak di
sebelah barat kota Karawang, dengan dalih melindungi mereka
bilamana meletus suatu pemberontakan PETA dan HEIHO.
Ternyata tidak terjadi suatu pemberontakan pun, sehingga
Soekarno dan Hatta segera menyadari bahwa kejadian ini
merupakan suatu usaha memaksa mereka supaya menyatakan
41

kemerdekaan diluar rencana pihak Jepang, tujuan ini mereka


tolak. Laksamana Maida mengirim kabar bahwa jika mereka
dikembalikan dengan selamat, maka dia dapat mengatur agar
pihak Jepang tidak menghiraukan bilamana kemerdekaan
dicanangkan. Mereka mempersiapkan naskah proklamasi hanya
berdasarkan ingatan tentang konsep proklamasi Islam yang
dipersiapkan SM. Kartosuwiryo pada awal bulan Agustus 1945.
Maka, seingat Soekarni dan Ahmad Soebardjo, naskah itu
didasarkan pada bayang-bayang konsep proklamasi dari SM.
Kartosuwiryo, bukan pada konsep Pembukaan UUD 1945 yang
dibuat oleh BPUPKI atau PPKI. (Al-Chaidar, Pengantar Pemikiran
Politik Proklamator Negara Islam Indonesia SM. Kartosoewirjo, ha
65, Pen. Darul Falah, Jakarta).
Demikianlah, berbagai manipulasi sejarah yang ditimpakan
kepada Darul Islam dan pemimpinnya, sedikit demi sedikit mulai
tersibak, sehingga dengan ini diharapkan dapat membuka
cakrawala berfikir dan membangun kesadaran historis para
pembaca. Lebih dari itu, upaya mengungkap manipulasi sejarah
Negara Islam Indonesia yang dilakukan semasa Orla dan Orba
oleh para sejarawan merupakan suatu keberanian yang patut
didukung, supaya pembaca mendapatkan informasi yang
berimbang dari apa yang selama ini berkembang luas.
Mengakhiri pengantar cetakan ini, kami bersyukur kepada
Allah Malikurrahman atas antusiasme generasi muda Islam
dalam menerima informasi yang benar dan obyektif mengenai
sejarah perjuangan menegakkan Negara Islam dan berlakunya
syari'at Islam di negeri ini. Selain itu, penulis meminta maaf
42

atas adanya beberapa kesalahan yang tidak disengaja pada


cetakan pertama. Pada cetakan ini telah dilakukan revisi serta
perbaikan terhadap kesalahan tersebut, sehingga diharapkan
tidak terjadi lagi kesalahan yang sama.
Semoga Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita
semua, sehingga, perjuangan menjadikan hukum Allah, sebagai
satu-satunya sumber dari segala sumber hukum dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara segera terwujud di Indonesia yang,
menurut sensus adalah negara yang penduduknya mayoritas
beragama Islam. Amin, Ta Arhamar Rahimin!

1 Muharram 1420 H
Jogjakarta,
17April 1999 M
Muqaddimah

MILITANSI Islam telah pernah mengangkat kehormatan kaum


Muslimin di negeri ini, dan melahirkan laki laki aqidah yang
berakhlaq tinggi lagi terpuji. Berani menentang kedzaliman dan
kebathilan. Dengan kumandang Allahu Akbar, mereka melawan
yang dzalim dan durjana, menentang yang bathil dan palsu.
Karena Islam mewajibkan untuk membela kebenaran dan
menegakkan keadilan.
Dewasa ini, militansi Islam yang pernah digelar oleh para
mujahid Darul Islam berangsur pudar. Selama bertahun tahun
kaum Muslimin dicekam ketakutan oleh sejumlah propaganda
anti Islam. Tuduhan Darul Islam, ekstrim kanan, subversif dan
Jama'ah NII saja, sudah mampu menimbulkan rasa takut dan
kebencian di kalangan rakyat banyak. Bahkan ketika
membicarakan perjuangan Darul Islam, banyak orang yang
tidak dapat menyembunyikan rasa takutnya dan bersikap apriori.
Seminar TNI angkatan darat misalnya, pada bulan Agustus
1966 di Bandung malah bersikap antipati, "Menganggap
gerakan Darul Islam atau NII sebagai musuh bangsa nomor
satu, baru menyusul PKI". Sekalipun belum pernah diungkapkan
secara terus terang, tapi dapat difahami bahwa di Indonesia,
Islamisme agaknya dipandang justru lebih berbahaya dari pada
sekularisme, komunisme, atau missionaris Kristen dan Yahudi.
44

Pada gilirannya, masyarakat memang bisa terkena hipnotis


akibat tuduhan: "pemberontak DI /TII atau neo N I I " dan
sebagainya. Di samping adanya tujuan tujuan politis, juga oleh
karena mereka tidak melihat apa yang ada di balik tujuan
perjuangan Islam yang agung. Namun demikian, kebenaran
tidak bisa dihapuskan begitu saja hanya oleh permusuhan dan
rasa benci. Peristiwa ini sudah pernah dicoba untuk dihapuskan
dari halaman sejarah Indonesia. Sehingga walaupun baru
berlalu setengah abad, umat Islam melupakannya dan seakan-
akan sirna dari ingatan generasi muda Muslim. Ironi seperti ini
sering terjadi dalam perjuangan Harakah Islamiyah di seluruh
dunia.
Menurut Syeikh Hasan Al Banna, hal itu terjadi disebabkan
oleh dua hal:
Pertama, karena ketidaktahuan kita terhadap sistem, metode
serta tujuan perjuangannya. Maksudnya bisa dijelaskan begini:
"jika diperhatikan sejarah kemajuan suatu bangsa, baik di Timur
atau Barat, baik yang dahulu ataupun yang sekarang, maka kita
akan tahu, bahwa mereka memiliki metode yang telah
ditentukan untuk bekerja dan tujuan tertentu yang harus dicapai.
Metode itu semua dibuat oleh para ahlinya untuk mencapai
kemajuan, selaras dengan waktu dan kemampuan mereka. Jika
mereka tidak ada lagi, maka generasi selanjutnya meneruskan
cita cita mereka, dengan meneruskan metode dan apa yang telah
mereka capai serta bangun. Generasi baru tidak menghancurkan
apa yang telah ditegakkan oleh generasi sebelumnya. Generasi
yang sanggup memperbaiki dan menambah bangunan yang
45

didirikan oleh generasi sebelumnya, sampai mencapai tujuan


bersama umatnya, itulah yang disebut generasi penerus. Jika
generasi itu telah tiada, maka generasi penerus harus siap
meneruskan cita cita pendahulunya?
Kedua, karena terpotongnya hubungan antara generasi tua
dengan generasi muda sebagai generasi penerus. Generasi tua
telah mencapai separuh perjalanan, sedangkan generasi muda
tidak meneruskannya karena terputus hubungan di antara
keduanya. Mereka memulai jalan baru yang kadang kadang
mencapai hasil sebagaimana generasi awal, atau bahkan lebih
sedikit, atau lebih banyak, tetapi belum sanggup untuk mencapai
tujuannya. Karena umur seseorang lebih pendek dari umur suatu
pergerakan atau suatu bangsa. Dan berangan angan bahwa satu
orang dapat mencapai cita cita suatu bangsa, adalah pemikiran
yang fantastis, suatu penipuan yang harus dihilangkan.
Itulah dua hal yang menyebabkan perjuangan para
mujahidin pendahulu kita begitu mudah tersapu dari benak
kaum Muslimin. Ketidakmengertian kita terhadap sistem,
metode serta tujuan perjuangan secara jelas, di satu pihak. Dan
munculnya usaha usaha sistematis yang memotong rantai
sejarah antara mujahid mujahid terdahulu dan mujahid-mujahid
yang datang kemudian di pihak lainnya. Maka manakala
pendahulu pendahulu yang meletakkan metode perjuangan
tersebut terjaga dari kekeliruan dan berhasil mencapai setengah
dari perjalanannya, sementara kita tidak. Lantas siapakah yang
bersalah?
46

Pelajarilah sejarah kebangkitan suatu gerakan, mereka pasti


memiliki metode tertentu untuk diperjuangkan sekuat daya.
Seperti perjuangan yang ditempuh periode awal dakwah Islam
di masa Rasulullah. Demikian pula perjuangan Darul Islam di
Indonesia di bawah kepemimpinan Imam Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo. Beliau telah berhasil mewujudkan cita cita Darul
Islam menjadi kenyataan, dan selama 13 tahun (sejak proklamasi
NII 7 Agustus 1949 sampai beliau tertangkap 4 juni 1962)
bersama pengikutnya berjuang terus menerus guna memper-
tahankan eksistensi negara yang diproklamasikannya, sehingga
dalam waktu relatif singkat pengaruhnya menyebar ke daerah
daerah penting: Jawa Barat, Aceh, Sulawesi, Kalimantan
Selatan dan Jawa Tengah.
Pengalaman Darul Islam di masa lalu telah memberikan
contoh dan pelajaran pada generasi Muslim kini, tentang
ketabahan mental para mujahid fie sabilillah dan kejantanan
seorang satria. Semua itu telah menumbuhkan kesan luar biasa
bagi mereka yang mau mengambil pelajaran. Mereka bergerilya
dan berlindung di balik gunung selama bertahun tahun. Mereka
telah memberikan contoh menakjubkan dan jiwa kepahlawanan
yang jarang bandingannya.
Bagaimana mereka memiliki kesabaran dan ketabahan
semacam itu? Bagaimana pula menyirami iman di dalam kalbu,
agar tumbuh subur di dalam keluhuran insan Rabbani? Baru
sekarang kita menyadari, sesungguhnya generasi muda Islam
menjadi terputus dari masa lalunya yang bersejarah oleh usaha
usaha sistematis dari musuh musuh yang ingin menguasainya.
47

Bila kita teliti dan cermati, lepas dari sentimen chauvinis yang
merusak, tentang kehidupan tokoh sejarah seperti Imam SM
Kartosuwiryo. Melihatnya dari sudut pandang agama (dienul
haq) dan tidak semata-mata politis, maka sangat mudah bagi
orang orang berakal, jujur dan cinta kebenaran untuk menolak
dan membuktikan, bahwa tuduhan tuduhan buruk dan serangan
serangan negatif yang selama ini dialamatkan terhadap diri dan
missi Islam yang diperjuangkannya, sesungguhnya keliru dan
tidak bersumber pada hujjah yang benar.
Dalam sejarah Indonesia modern, SM Kartosuwiryo masih
dipandang sebagai tokoh yang sangat kontroversial. Sebab masih
terlalu banyak misteri sejarah disekitar diri dan perjuangannya,
yang hingga kini menanti campur tangan ahli sejarah yang jujur
dan obyektif untuk mengungkap serta meluruskannya.
Apabila peristiwa itu tidak diungkap dan tidak pula disajikan
secara benar dan obyektif, maka Indonesia akan kehilangan
momen sejarah yang paling dramatis. Dan bagi umat Islam
khususnya, mengabaikan masalah ini berarti tidak menghargai
pejuangan seorang mujahid besar yang dengan segala keikhlasan
dan keberaniannya, rela mengorbankan hidupnya demi
menegakkan Syari'at Islam sebagaimana dicontohkan
Rasulullah M dan para khulafaur rasyidin. Dan itu juga berarti,
kemunduran mental serta merosotnya semangat dalam bejihad
fisabilillah. Bila umat Muslim sehari saja behenti untuk
kebangkitannya, berarti mereka telah menyia-nyiakan waktu
yang lama di dalam meraih kemenangannya. Bukankah di
antara seman jihad, termasukjuga rasa gairah dan rindu untuk

MUKADIMAH
48

mengembalikan kejayaan dan kemuliaan Islam? Kerinduan


terhadap kembalinya kekuatan dan kekuasaannya. Sebaliknya,
sedih melihat kelemahan dan kehinaan yang menjangkiti kaum
Muslimin sekarang. Benci menyaksikan keadaan yang tidak
disukai Allah dan Rasul Nya, dan tidak disenangi pula oleh nurani
orang orang shalih dari jamaah kaum Muslimin.
Jama'ah Darul Islam, generasi inilah yang sekarang hilang
dari halaman sejarah Indonesia modern dan yang sedang dicari
oleh para pecinta Al Qur'an dan sunnah Rasulullah. Suatu
generasi yang menjadi jundullah (tentara Allah), yang rela
menyerahkan jiwa dan hartanya untuk membela dienullah.
Mereka adalah pejuang di garis terdepan dalam menegakkan
kebenaran untuk menjadi orang yang benar, dan bukan
penentang kebenaran. Inilah seman mereka yang senantiasa
berkumandang.
Barangkali sudah ditaqdirkan Allah flt, bahwa SM
Kartosuwiryo lahir, tumbuh dan berkembang di saat-saat gelora
perjuangan melanda segenap Bangsa Indonesia. Bebas dari
kekuasaan asing, adalah tuntutan yang penuh resiko ketika itu.
Tetapi juga sebagai bukti, bahwa bangsa dan umat Islam
Indonesia tidak rela membiarkan diri dizimmikan (dikuasai) dan
diperbudak oleh penguasa thaghut dan orang orang kafir.
"Maka janganlah kamu mengikuti orang orang kafir, dan
berjihadlah menghadapi mereka dengan jihad yang besar". (Qs.
Furqan, 25:52). "....sekali kali Allah tidak akan memberi jalan
(kesempatan) bagi orang orang kafir untuk mengalahkan oran
-orang beriman". (Qs. an Nisa, 4:141).
Pengantar Edisi Revisi
N U K W Bukan Pewaris
9

Darul Islam

Dalam rangka menegakkan tatanan kehidupan yang Islami,


umat Islam telah menempuh berbagai pola gerakan. Dari
pengalaman bertahun-tahun di medan dakwah, pola gerakan
umat Islam di Indonesia dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Pertama, gerakan politik Islam di bawah sistem demokrasi,
dengan mendirikan partai Islam untuk bersaing dengan partai
sekuler memperebutkan kursi legislatif, dan posisi strategis di
kabinet.
Kedua, gerakan bersenjata yang menempuh jalan
konfrontasi untuk merebut kekuasaan dari penguasa sekuler yang
menolak Syari'at Islam. Ketiga, gerakan dakwah kultural, yaitu
membaur ke dalam masyarakat dan sistem kemasyarakatan
sambil memperbaikinya melalui penanaman nilai-nilai Islam
sejauh yang dapat diterima masyarakat. Keempat, gerakan
pembinaan aqidah, akhlaq, pendidikan, dengan menghindari
politik peraktis. Gerakan ini hanya mengedepankan pendekatan
akhlaq individual yang dilakukan melalui lembaga pendidikan
formal dan non-formal seperti majelis ta'lim, jama'ah zikir serta
kursus-kursus keagamaan lainnya. Adapun pola kelima, adalah
gerakan uzlah, yaitu menarik diri dari segala corak gerakan di
atas, dan hanya ingin menyelamatkan diri sendiri sembari
menanamkan nilai-nilai Islam sejauh yang mampu dilakukan.
50

Setiap gerakan Islam yang memilih salah satu, atau


memadukan di antara pola gerakan di atas, tentu saja punya
argumentasi masing-masing. Tapi yang sudah jelas, dari
sejumlah corak dan pola gerakan yang kini ditempuh kaum
Muslimin, belum satu pun yang berhasil menghantarkan Islam
ke posisi pemenang, yaitu Islam sebagai dasar Negara Indonesia.
Sehingga, dengan begitu, Islam dapat berfungsi, seperti
dikatakan Roger Geraudy, Allslamu hillun wahiidun lil mustaqbaali
'alam. Islam sebagai solusi tunggal bagi penyelesaian peroblema
dunia kontemporer.
Meluruskan Paham Salah
Kehadiran buku 'Jejak Jihad SM. Kartosuwiryo,
Mengungkap Fakta yang Didustakan dengan format berbeda
5

dan sedikit perubahan judul dari cetakan sebelumnya, sudah


lama dinanti pembaca.
Upaya formalisasi Syari'at Islam di lembaga negara selalu
dikaitkan dengan Negara Islam Indonesia (NII), karena beberapa
alasan, antara lain: Pertama, gagasan kembali ke Islam melalui
penegakan Syari'at Islam di lembaga Negara, yang digaungkan
umat Islam akhir-akhir ini, dianggap memiliki benang merah
dengan Darul Islam atau NII pimpinan SM Kartosuwiryo.
Darul Islam, dipandang sebagai embrio atas suatu paham
yang mengedepankan pentingnya melaksanakan Syari'at Islam
secara sistemik, melalui jalur kekuasaan pemerintahan. Karena,
tanpa kekuasaan, Islam tidak akan bisa secara optimal
melaksanakan misi Rahmatan lil Alamin. Anggapan ini, boleh
51

jadi kian menguatkan rasa ingin tahu, apa dan siapa Darul Islam
dan SM. Kartosuwiryo?
Pengamat politik yang paling getol mengampanyekan paham
ini, adalah Sidney Jones, seorang wanita Yahudi Amerika, dan
direktur International Crisis Group (ICG) di Indonesia. Ia tidak
saja mengaitkan gerakan Islam Syari'at dengan Darul Islam,
tapi juga menyematkan labelilasi terorisme.
Kedua, upaya menyelewengkan missi Darul Islam yang
diperjuangkan SM. Kartosuwiryo, telah dilakukan bukan saja
oleh mereka yang memusuhinya. Tapi, yang lebih berbahaya
justru munculnya gerakan sempalan NII, yang melakukan
penyimpangan atas nama NII oleh orang yang malah mengaku
sebagai penerus perjuangan NII. Salah satu upaya jahat itu
dilakukan oleh Totok Abdussalam alias AS Panji Gumilang,
pimpinan Ma'had Al-Zaytun, Inderamayu, Jawa Barat, di bawah
paying gerakan N i l KW 9.
Padahal, missi NII yang diperjuangkan SM. Kartosuwiryo
dan N i l KW 9 versi AS Panji Gumilang, membawa missi
kontradiktif, berbeda dalam tujuan, dan bertentangan secara
aqidah. NII atau DI/TII Kartosuwiryo berjuang menegakkan
Negara Islam Indonesia berdasarkan Qur'an dan Sunnah,
sedangkan AS Panji Gumilang membawa missi sesat dan
menyesatkan. Yaitu, membangun NII sebagai retorika belaka,
dengan menginjak-injak ajaran Qur'an dan Sunnah Nabi
Muhammad Saw.
Istilah N I I , bukan nama sebuah gerakan keagamaan,
melainkan institusi Negara dengan konstitusi Islam yang memiliki
kekuasaan berdaulat penuh. Memberi label NII pada aktivitas
52

gerakan keagamaan, sangat riskan dari sudut pandang keaman-


an, juga dapat disalah gunakan sebagai alat penipuan secara
ideologis.
Penolakan penggunaan nama NII terhadap aktivitas yang
hanya sekadar gerakan, tanpa basis teritorial serta otoritas
kekuasaan yang jelas, selain sebagai upaya mengamankan dan
mengamalkan amanah perjuangan. Juga, meluruskan pema-
haman yang keliru, memberi nama pada sesuatu yang bukan
menjadi namanya. Menganggap gerakan sebagai Negara,
koordinasi sebagai kekuasaan pemerintahan, sangat rentan
terhadap penyusupan dan penyelahgunaan wewenang.
Sejarah mencatat, bahwa Khilafah Utsmaniyah telah runtuh
pada 3 Maret tahun 1924. Menyatakan eksistensi Khilafah
Islamiyah masih kokoh berdiri, pasti hanya akan dilakukan oleh
mereka yang tidak waras berfikirnya. Kasus lain mislanya,
jatuhnya Negara Islam Afghanistan di bawah pemerintah
Thaliban, tidaklah munasabah jika menganggapnya masih
berdaulat. Itu hanya angan-angan kosong. Begitupun N I I ,
sebagai lembaga Negara, institusi maupun kekuasaannya sudah
tidak ada lagi. Lebih dari 13 tahun Istilah Negara Islam
Indonesia (NII) menjalankan misinya, merupakan fakta sejarah.
Sebuah peristiwa sejarah yang patut ditauladani (The best historical
cases).
Di dalam Buku PDB (Pedoman Darma Bhakti) Darul Islam
jilid I I yaitu pedoman, pegangan umum, tuntunan dan
bimbingan amaliah mujahidin menuju mardhatillah, pada Bab
IX tentang Gambaran Negara Karunia Allah (NKA). Imam
53

N i l , SM Kartosuwiryo menegaskan, bahwa eksistensi NKA


hanya dapat dipertahankan apabila memenuhi syarat masyrut-
nya. Yaitu, antara lain, adanya Negara yang berdaulat 100%
ke luar dan ke dalam, defacto dan deyure, memiliki kedaulatan
basis teritorial, dengan diselenggarakannya kekuasaan pemerin-
tahan yang berdaulat dalam sebuah wilayah. Kemudian,
berlakunya Syari'at Islam secara formal-konstitusional.
Dalam sejarah DI, basis teritorial dikenal dengan istilah D1
(wilayah kedaulatan NII, dan diberlakunya Syari'at Islam dalam
segala aspek). Kemudian, D2 merupakan wilayah campuran
?

antara warga NII dan RI, dan daerah front perang antara
pasukan T I I dengan TNI. Adapun D3, merupakan wilayah
musuh yang berlokasi di pusat-pusat kota, dan menjadi obyek
dakwah.

Gerakan NII Palsu


Sebaliknya, NII KW 9 yang dipimpin AS Panji Gumilang
dengan Ma'had Al-Zaytun sebagai sentral aktivitasnya,
melakukan penipuan, dan pemerasan atas nama NII. Pema-
haman keagamaan, dan prilaku pengikutnya yang sama sekali
tidak bisa dikategorikan Islami, adalah fakta kongkrit. Mereka
menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an menggunakan metode
safsathah, tafsir semau gue berdasarkan kepentingan hawa nafsu.
Kesesatan N i l KW9 dapat dilihat dari pemahaman
keagamaan, dan perilaku pengikutnya yang sama sekali tidak
bisa dikategorikan Islami, antara lain sebagai berikut:
54

/. Ingkar Sunnah: Pengajian-pengajian diselenggarakan


sangat ekslusif dan tertutup. Materi awal disampaikan
tentang kebenaran Al-Qur'an, dalam materi berikutnya akan
selalu menggunakan Al-Qur'an sebagai rujukan, jarang sekali
menggunakan Hadist. Alasannya, adanya perkataan Nabi
Saw :"Inna khairul hadist kibaballah - sebaik-baik hadist adalah
kitabullah". Mereka menolak hadist dengan menggunakan
dalil hadist. Dalam hal ini, NII KW 9 menggunakan kalimat
yang benar untuk tujuan kebathilan, sebagaimana di katakan
Imam Ali bin Abi Thalib, "Kalimatu haqqin yuradu biha
bathilun."
Sedang ustadz yang memberikan pengajian selalu
menyembunyikan identitasnya, dengan alasan security
(keamanan). Bukan itu saja, calon pengikut NII KW 9 diajak
kesuatu tempat, selama dalam perjalanan, matanya ditutup
rapat dan hanya boleh dibuka setelah sampai di tempat tujuan
untuk dibai'at.
2. Tafsir Safsathah: Mereka menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur'an semau gue, sesuai kepentingan hawa nafsunya.
Penggunaan hujjah Al-Qur'an hanya sekadar alat legitimasi
atas suatu pemahaman sesat. Misalnya, peristiwa Isra' Mi'raj
ketika Rasulullah Saw naik ke langit ke tujuh, mereka artikan
sebagai tujuh tingkat struktur pemerintahan, yaitu RT, RW,
Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, dan Presiden. Ibadah shalat
dianggap bukan kewajiban setiap Muslim, karena belum futuh
Makkah, padahal Al-Qur'an sudah turun 30 juz dan
Rasulullah Saw sudah wafat.
3. Menghalalkan yang diharamkan Allah: Siapa saja di
luar kelompoknya dianggap kafir, karena itu halal darahnya
dan hartanya boleh dirampas, dengan mengangapnya sebagai
55

harta rampasan (fa'i). Jama'ahnya diperas, dijadikan objek


pengumpulan dana dengan alasan infaq dan shadaqah;
sementara penggunaan dana yang terkumpul tidak
transparan. Para anggota jama'ah yang tidak berinfaq
dianggap berhutang. Karena itu mereka membolehkan
pengikutnya untuk mencuri, merampok, berdusta atas nama
agama demi memenuhi tuntutan bai'atnya.
4. Istilah NII hanyalah kedok, untuk memudahkan
rekrutmen para aktivis Muslim, sementara di sisi lain mereka
menghalalkan darah dan harta sesama Muslimin di luar
kelompoknya, persis prilaku dan pemahaman kaum komunis
PKL
Kelompok NII KW 9 ini disinyalir banyak pengamat dan
aktivis Muslim, sebagai pembawa misi terselubung untuk
menghancurkan Islam dari dalam. Melakukan penyimpangan
aqidah dan syari'ah dengan memakai label Islam, mengikuti
pandangan Napolen Bonaparte yang menyatakan: "Jika mau
membunuh kuda, gunakan kuda".
Gerakan N I I KW 9, juga mengusung misi intelijen.
Tujuannya, membangun citra negatif bagi gerakan yang
bertujuan menegakkan Syari'ah Islam secara kaffah, menakut-
nakuti umat Islam agar menolak perjuangan tegaknya Syari'at
Islam. Labelisasi Islam terhadap prilaku dan pemahaman yang
bertentangan dengan ajaran Islam, adalah di antara metode
dakwah yang ditempuh NII KW 9 pimpinan Totok Salam alias
AS Panji Gumilang. Pusat gerakan aliran sesat KW 9 di Ma'had
Al-^aytun (bukan Az-Zaytun), Haurgeulis, Kabupaten
Inderamayu, Jawa Barat.
56

Jadi, Darul Islam atau NII pimpinan SM Kartosuwiryo,


yang diproklamasikan 12 Syawal 1368 H/ 7 Agustus 1949 M ,
hanya menjadi tameng gerakan KW 9 (Komandemen Wilayah
9), sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah, baik secara
harakiyah maupun ideologis dengan NII KW 9 pimpinan Totok
Salam. Hal ini penting ditegaskan, agar masyarakat tidak keliru
menilai, dan tidak rancu dalam memahami peran sentral Darul
Islam dalam membangkitkan semangat jihad, untuk membasmi
kebathilan.
Dengan berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa Indonesia
memperoleh kemerdekaannya, bersatu dan berdaulat. Jika
hingga hari ini Syari'ah Islam belum menjalankan perannya
mengatur republik ini, sehingga bencana dan malapetaka
melanda dimana-mana. Kewajiban kita, adalah terus menerus
menumbuhkan kesadaran bersyari'at, membangkitkan semangat
jihad, demi Islam yang berdaulat.
Segala amal yang kita lakukan, semoga Allah Swt men-
jadikannya sebagai andil perjuangan, dan memenuhi optimisme,
sebagaimana firman Allah Swt : "Sekiranya penduduk negeri it
beriman dan bertaqwa, pastilah Kami melimpahkan kepada m
barakah dari langit dan bumi (Qs. Al-A'raf, 7:96).
39

10 April 2007 M /
'21 Rabiul awwal 1428 H
BABI
Proklamator
N e g a r a |slam I n d o n e s i a
Kami mengenal kebenaran bukan karena seseorang
Melainkan kami kenali kebenaran lebih dahulu,
Lalu kami mengenal siapa ahlinya.
- Ali bin Abi Thalib Karamullahu Wajhah -
58

Riwayat Pendidikan dan Aktivitas Politiknya


1. Pendidikan :
HAMPIR semua catatan sejarah mengenai tokoh dan
pendiri Negara Islam Indonesia, SM. Kartosuwiryo,
memperkenalkan riwayat hidup dan perjuangannya dimulai
setelah beliau tampil sebagai pemimpin dan menjadi politikus
profesional Partai Syarikat Islam Indonesia. Sedikit sekali
ditemukan catatan tentang bagaimana kehidupan masa
kecilnya, seperti apa pendidikan yang diterapkan orang tuanya,
dan sejauhmana hal itu membawa pengaruh terhadap
keperibadiannya.
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, adalah nama yang
diberikan orang tuanya. Lahir 7 Februari 1905 Cepu, sebuah
kota kecil antara Blora dan Bojonegoro, daerah perbatasan
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Aslinya bernama Sekarmaji.
Sedangkan Marijan Kartosuwiryo adalah nama ayahnya,
seorang pegawai Gubernemen Hindia Belanda dengan jabatan
mantri kehutanan. Di desa inilah SM. Kartosuwiryo meng-
habiskan masa kanak-kanak bersama orang tuanya. Sebelum
menyertai keluarganya pindah ke Bojonegoro, pada usia 6 tahun
SM. Kartosuwiryo kecil masuk Sekolah Rakyat (Tweede
Inlandsche School) di desa Pagotan Rembang, dan empat tahun
kemudian, 1915, ia pindah ke Hollandsch Inlandsche School
(HIS). Selanjutnya ia diterima menjadi siswa Europeesche
Lagere School (ELS), sekolah rendah bagi anak-anak Eropa di
Bojonegoro dari tahun 1919 dan tamat pada tahun 1923, saat
usianya menginjak 18 tahun.
59

Sesudah menamatkan pelajarannya di Hogere Burgelijks


School (HBS), SM. Kartosuwiryo melanjutkan pelajaran di
Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), yaitu sekolah
tinggi kedokteran di Surabaya. Di kota itulah ia bertemu dengan
HOS. Cokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam, yang kemudian
menjadi bapak asuh, pembimbing rohani dan mentor politiknya
sekaligus.
Sejak duduk di tingkat pertama NIAS 1926, SM.
Kartosuwiryo telah aktif terjun ke dalam partai politik. Sehingga
ia hanya bertahan sampai tingkat empat, untuk kemudian
dikeluarkan karena akibat kegiatan politik yang dilakukannya
dalam Liga Pemuda Islam (Jong Islamieten Bond). Adapun
pengetahuan agama diperoleh dari pergaulannya yang luas
dengan para ulama atau ajengan dikala itu.
Dapat dikatakan di sini, berdasarkan informasi yang dapat
ditelusuri, pendidikan agama ditempuh sebagaimana umumnya
para aktivis muslim di zaman revolusi, tidak melalui jenjang
pendidikan formal. Melainkan berguru secara privat, menjadi
santri dari ulama-ulama tertentu yang dapat dikunjunginya
dalam masa yang tidak dapat ditetapkan. Sekalipun agak sulit
menjadi seorang faqih atau ulama dengan sistem belajar perivat
atau mulazamah, tapi keuntungannya adalah, bahwa seseorang
bisa'mendapatkan berbagai pengetahuan ad-dien dari ulama-
ulama yang, tentu saja memiliki keahlian dan keunggulan yang
tidak sama. Di atas semua itu, sesungguhnya Allah meng-
anugerahkan ilmu dan hikmah kepada siapa yang Ia kehendaki.
60

Sekarmaji menjadi seorang yatim pada umur 20 tahun


ketika pada tahun 1925 ayahnya, Marijan Kartosuwiryo me-
ninggal dunia. Maka setelah dikeluarkan dari NIAS karena
kegiatan politiknya, untuk beberapa waktu lamanya, SM.
Kartosuwiryo memilih bekerja menjadi guru swasta di
Bojonegoro.

2. Bertemu Jodoh
Seorang mahasiswa militan, muda, terpelajar dan aktivis
partai Islam, di tengah kehidupan masyarakat yang di dominasi
kaum penjajah asing, tentulah identitas demikian cukup berharga
dan disegani. Setiap orang tua tentu bangga sekiranya mendapat
menantu yang memiliki idealisme yang sama dengan dirinya.
Begitulah pada tahun 1929, ketika SM. Kartosuwiryo berusia
23 tahun, ia menemukan jodohnya di kampung Bojong, dengan
menikahi seorang gadis lima belas tahun bernama Dewi Siti
Kalsum, putri dari Ardiwisastra, seorang ulama yang dihormati
dan tokoh PSII di Malangbong. Dari pernikahannya ini, beliau
dikaruniai 12 orang putra-putri, tapi hanya 6 orang yang masih
hidup hingga kini, antara lain: Mohammad Darda, Tahmid,
Danti, Kartika, Komalasari dan Sarjana.
Sebagai seorang aktivis partai dengan jabatan Sekjen PSII
waktu itu, hari-hari beliau tentu sangat sibuk. Namun demikian,
kepentingan keluarga tak pernah diabaikannya. Menurut cerita
yang sampai kepada penulis, SM. Kartosuwiryo dikenal sebagai
seorang yang tinggi akhlaqnya, suami yang sangat santun pada
istrinya dan penuh kasih sayang pada anak-anaknya. Mengenai
61

hal ini, Dewi Siti Kalsum sendiri menuturkan kisahnya kepada


Tatang Sumarsono, yang dimuat bersambung dalam Majalah
AMANAH No. 41-43.
Ia berkisah: "Aku memang tidak salah pilih. Disinilah aku
mulai mengenal dan belajar tentang sikap dan sifat suamiku. Ia
ternyata seorang laki-laki yang penuh tanggung]awab pada
keluarganya dan menyayangiku. Ia tak segan-segan memper-
kenalkanku, istrinya yang dari kampung dengan kawan-kawan
seperjuangannya yang terpelajar dan terhormat. Bahkan dua
bulan setelah kami berada di Jakarta, mungkin atas prakarsa
teman-temannya, perkawinan kami dirayakan di rumah Pak
Cokroaminoto. Aku ingat benar pesta yang sederhana tapi amat
mengesankan itu berlangsung pada tanggal 12 Zulhijjah. Bapak
waktu itu menjadi redaktur Fajar Asia. Tapi yang paling banyak
menyita waktunya adalah kedudukannya di Lajnah Tanfidziyah
Syarikat Islam. Begitu aktifnya di organisasi sampai mencari
nafkah hanyalah sekedarnya. Akibatnya, kami memang tak
punya rumah tetap, pindah dari rumah sewa ke rumah sewa
lainnya. Tapi aku sendiri tidak mengeluh. Sebagai istri yang
mendapat pendidikan agama cukup lekat dari orang tua,
kuterima segalanya dengan rasa syukur. Karena itulah, boleh
jadi kehidupan keluarga kami berjalan tenang, kalau tidak
dikatakan bahagia".
Sekalipun kegiatan partai cukup banyak menyita waktunya,
tetapi bila sedang di rumah beliau selalu menyediakan waktu
untuk menggendong atau menimang anak-anaknya. Istrinya

MENGENAL PROKLAMATOR NEGARA ISLAM INDONESIA


62

Dewi Siti Kalsum, di samping putri seorang tokoh juga dikenal


sebagai wanita yang sangat rupawan tapi sederhana. Ia selalu
kelihatan gembira -dan bahagia bersama suaminya dalam
kehidupan yang bagaimanapun: sebab ia juga seorang aktivis
partai PSII. Ia seorang istri yang setia dan pandai melayani
suaminya, sehingga keadaan rumah tangganya senantiasa
harmonis.
Allah Malikurrahman Maha Bijaksana menjodohkan
hambaNya, wanita-wanita yang baik pasangannya pria yang
baik pula, sebagaimanan firmanNya: "Wanita-wanita yang jahat
untuk pria yang jahat. Pria-pria yang jahat untuk wanita-wanita
jahat. Wanita-wanita yang haik untuk pria-pria yang haik. Dan pr
priayang baik untuk wanita-wanita yang baik". (Qs. An-Nur, 24:

3. Aktivitas Politik
Sejak masa mudanya, SM. Kartosuwiryo telah memperlihat-
kan kecenderungan yang kuat terhadap pergerakan politik
Islam. Pengaruh perkembangan politik Indonesia begitu menarik
perhatiannya. Untuk itu ia giat di dalam Syarekat Islam
pimpinan HOS. Cokroaminoto. Dari pimpinan Syarekat Islam
inilah, yang terbukti kemudian tempatnya berguru mengenai
taktik dan perjuangan partai, juga tempatnya memperoleh
gagasan mengenai suatu negara Indonesia yang berlandaskan
Islam. 8

8
HOS Cokroaminoto (1882 1934), seorang tokoh dinamis yang berasal dari
lingkungan priyayi muslim. Ia muncul sebagai tokoh modernis Islam pertama
Indonesia yang mempersatukan rasa kebangsaan dengan rasa keislaman dengan
padu. Soekarno adalah salah seorang anggota klub Surabaya yang diselenggarakan
63

HOS. Cokroaminoto, tokoh politik paling berpengaruh di


zaman itu, menyadari kecenderungan serta bakat terpendam
yang ada dalam diri pemuda asuhannya. Maka pemuda ini
dibina dan dipersiapkan menjadi kader pemimpin masa depan.
Dari tahun 1927-1929 SM. Kartosuwiryo menjadi asisten
pribadi (Aspri) HOS.Cokroaminoto dan ikut sebagai redaktur
koran "Fajar Asia" yang dipimpinnya. SM. Kartosuwiryo ada-
lah seorang jurnalis yang piawai, sehingga hanya dalam tempo
setahun saja, sejak memulai karier jurnalistiknya dari bagian
korektor, reporter hingga dipercaya se-bagai Hoofd Redaktur
atau Pemimpin Redaksi harian "Fajar Asia".
Berdasarkan catatan Kapten Suyono HW, yang menulis
publikasi terbatas untuk kalangan TNI AD diterangkan, bahwa
"Sewaktu Sekarmaji mulai berkecimpung di dalam partai politik,
terutama sejak menjadi anggota PSII, hampir seluruh
perhatiannya dicurahkan untuk kegiatan partai. Bahkan ia
ternyata penganut partai yang menjadi kesayangan HOS.
di rumahnya. Dari pengalaman sejarah Para modernis, kita tahu ternyata pengikut-
pengikut mereka berjalan sendiri sendiri sesuai dengan latar belakang pendidikan
dan pekerjaan masing-masing. Gagasan sinkretis sangmodermis serpih-serpih dalam
pemahaman pengikutnya. Masing-masing pengikut akan mengembangkan serpihan
yang bisa dipahami menjadi gagasan sikretis modernisme (Soekarno adalah contoh
sejarah). Ketika Soekarnno memuat sintesa mengenai dasar negara RI yang akan
dibntuk tahun 1945, ia merumuskan gagasan itu dengan nama Pancasila setelah
menanggalkan konteks keislaman gagasan HOS.Cokroaminoto. Tetapi mungkin
juga sang murid akan sama sekali anti agama, kalau serpihan yang diambilnya
adalah bagian yang berasal dari barat (Muso adalah contoh untuk ini). Kemungkinan
lain Syarekat Islam pengikut modernis akan mengambil serpihan Islam saja dan
kemudian mengembangkannya menjadi suatu bentuk islamisme Islam sebagai
ideology (Kartosuwiryo adalah contoh kasus ini). Dikutip dari : Bayang boyang
Gerakan Tajdid, Armahedi Mazhar, Panji Masrarakat No. 403.21 Syawal 1403/
1 Agustus, 1983)
64

Cokroaminoto . Sejarah membuktikan, SM. Kartosuwiryo


9

hingga akhir hayatnya merupakan pengagum politik Islamisme


Cokroaminoto. Pada gilirannya nanti, justru pada saat-saat ia
konsekuen dengan politik Islamisme tersebut malah akhirnya di
non-aktifkan dari PSII, partai yang telah memperkenalkan
dirinya dengan nilai-nilai Islam.
Kharisma kepemimpinan SM. Kartosuwiryo, sudah mulai
nampak sejak usia mudanya. Prestasi-prestasi di bidang politik
yang meluncur tinggi dapat membuktikan hal ini. Sewaktu masih
berusia 26 tahun ia terpilih sebagai Sekjen PSII pada tahun 1931.
Ketika HOS. Cokroaminoto wafat di tahun 1934 sebagai ketua
PSII, SM. Kartosuwiryo masih memegang jabatan tersebut.
Dalam kongres berikutnya, 1936, ia terpilih menjadi wakil ketua,
sedangkan ketuanya adalah Wondo Amiseno. SM. Kartosuwiryo
juga pernah dipilih menjadi sekretaris umum Masyumi, sampai
kemudian ia menyadari, tidak ada satu partai pun ketika itu
yang bisa diharapkan untuk secara sungguh-sungguh
memperjuangkan tegaknya Daulah Islamiyah, sehingga ia
memilih meninggalkan sistem perjuangan lewat kepartaian. 10

Kemudian bersama kawan-kawannya, membentuk dan


9
Penumpasan Pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia di Jawa
Barat, hal 25. Publikasi Terbatas oleh Disjarah T N I AD, November 1974.
10
Dalam suatu dialog dengan penulis FIS A l Jazair Syeikh Nasiruddin al Albani
berfatwa bahwa kaum muslmin terlarang masuk dalam parlemen dengan alasan: 1)
Hal itu menyalahi petunjuk Nabi SAW. Karena beliau tidak pernah duduk bersama
sama orang kafir dalam satu majelis semacam parlemen sekarang ini untuk membuat
Undang undang bersama mereka. 2) Setiap orang yang masuk dalam parlemen
sudah pasti melakukan penyimpangan dari ajaran Islam sedikit demi sedikit.
(Disarikan dari Madaarikun Nadlar Fi Siyasah, Terjemahan M . Thalib: Partai,
Pemilu, Parlemen, hal. 55. Penerbit Media Hidayah, 1999).
65

menyusun kekuatan yang menuju ke arah cita-cita Islam. SM.


Kartosuwiryo ternyata demikian kaya dengan konsep-konsep yang
hebat dalam rangka mendukung terwujudnya cita-cita Daulah
Islamiyah tersebut.
Umumnya para pengamat menilai perjuangan Darul Islam
dari segi lahiriyah dan bentukformalnyasaja. Dan menutup
mata terhadap motivasi serta inspirasi spiritual yang pada
hakekatnya, justru merupakan inti dari perjuangan itu sendiri.
Sebagai akibatnya, segala aktivitas yang dilakukan para
pemimpinnya selalu dipandang dengan penuh curiga dan
prasangka negatif. Sekalipun aktivitas yang sama misalnya,
dilakukan juga oleh lawan-lawan politiknya dari golongan
nasionalis maupun kelompok-kelompok sekuler yang tidak setuju
dengan berdirinya Negara Islam. Para pengamat tetap
menilainya dengan kacamata berbeda atau menggunakan
standar ganda. Sudah menjadi adat mereka menempatkan
tokoh-tokoh Darul Islam pada timbangan yang "salah", dan
lawan-lawan politiknya pada timbangan yang "benar".
Diantara fitnah yang selalu dihembuskan, bahwa tokoh-tokoh
DI berjuang untuk kepentingan pribadi, sementara lawannya
berjuang untuk kepentingan bangsa?
Hal ini bisa terjadi, mungkin disebabkan oleh sentimen
kebangsaan yang rendah, apriori atau karena ketidakmengertian
mereka tentang rahasia perjuangan Islam. Sesungguhnya di balik
kenyataan yang nampak dari perjuangan Darul Islam, terdapat
dinamika dan kekuatan rohani yang menggerakkan, mengawasi
66

dan melahirkan kekuatan luar biasa yang membuatnya mampu


bertahan lama menghadapi tantangan.
Sebagai ikhtiyar memahami pemikiran-pemikiran Imam
SM. Kartosuwiryo sejak masa mudanya, penulis telah berupaya
menyelami pola berpikir beliau dengan mencari tulisan-
tulisannya ketika mejadi Hoofd Redaktur Fajar Asia. Selain itu, 11

masih ada cara lain untuk dapat memahami pandangan-


pandangan beliau tentang Islam dan negara. Yaitu dengan
mengikuti pemikiran beliau yang tertuang di dalam buku PDB
(Pedoman Dharma Bakti) yang menjadi rujukan sistem
perjuangan mendirikan Negara Islam Indonesia. PDB itu sendiri
berisi beberapa hal, antara lain: Qanun Asasi, Statemen dan
Surat-surat kenegaraan, Manifesto politik serta Maklumat-
maklumat (aturan-aturan pemerintah).
Pemahaman keagamaan dari SM. Kartosuwiryo tercermin
dalam sikap maupun pemikiran politiknya. Berbicara dalam
kedudukannya sebagai Imam Negara Islam Indonesia dan
Panglima Perang Tentara Islam Indonesia (TII), dengan maksud
menumbuhkan kemauan keras dalam jiwa pasukan-pasukan
Hizbullah dan Sabilillah , tidak lemah dalam membela
12

11
Tulisan beliau selama menjadi kolonis Fajar Asia menyangkut berbagai persoalan
Agama, Politik Idiologi serta pembelaannya terhadap kaum dlu'afa, akan diterbitkan
di bawah judul: "Kartosuwiryo, Pembela Kaum Tertindas", Insya Allah.
12
Ciri-ciri Hizbullah: "Apabila muncul seorang yang telah menetapi pada dirinya
cinta kepada Allah, bersikap lemah-lembut pada orang mu'min, tegas kepada orang
kafir, berjihad serta menyerahkan keta'atan hanya kepada Allah, Rasul Nya dan
orang mu'min maka ketika itu telah lahir suatu undividu Hizbullah. Dan sekiranya
terdapat individu-individu seperti ini tetapi tidak saling mengenal antara satu sarna
lainnya, juga, tidak ada hubungan antara, mereka dan tidak bekerja sarna dalarn
67

kebenaran, perlunya melatih fisik agar kuat dan sehat sehingga


dapat mengemban tugas-tugas perjuangan secara baik, dan
menjadi alat ampuh untuk merealisasikan cita-cita membela
kebenaran dan menegakkan keadilan.
Imam SM.Kartosuwiryo mengucapkan doktrin perjuangan-
nya yang tercantum dalam buku PDB (Pedoman Dharma Bakti),
antara lain dikatakan :
"Hidup dan berjuang semata-mata untuk melaksanakan amanah
Ilahy, mutlak merealisasikan kewajiban yang tertanam dalam jiwa
seorang mujahid. Maka seluruh barisan mujahidin, tanpa kecuali,
dimanapun mereka berada dan bertugas, terikat erat satu sama lain
sedemikian rupa, baik oleh bai'at negara, bai'at jabatan, bai'at setia
maupun bai'at selaku mujahid; sehingga mereka itu mewujudkan sat
jama'ah besar yang anggota-anggotanya terdiri dari para mujahid
danmujahidah. Tegasnya, jama'ah besar mujahidin. Selaku jama'ah
besar mujahidin, maka tiap-tiap mujahid akan merasa makin
bertambah besar dan mendalam rasa setia kawannya, rasa tanggung
jawab, rasa wajib, sampai akhirnya meliputi seluruh ummat, bangsa
dan negara. Hendaklah semangat, kesadaran dan keinsafan serupa
itu ditanam dalam-dalam, dan dipupuk baik-baik dalam jiwa setiap
mujahid, kemudian dikembangkan serta diwujudkan dalam bentuk
amal ataupun jasa; baik jasa terhadap ummat dan bangsa, maupun
terhadap negara dan agama. Demikianlah Dharma-ning ksatrian u

suci"penegak Kalimatullah. Harap direnung-kan dan diresapkan


rangka mencapai tujuan yang sama. Pada tahap ini berarti telah muncul individu
-individu Hizbullah di sana sini. Tetapi apabila individu individu ini tenkat menjadi
shaf dengan memenuhi syarat syarat di atas, kemudian mereka melancarkan suatu
gerakan (aktivitas) melalui syura dalam rangka mencapai tujuan dan cita cita bersama
maka ketika itu barulah terwujud Hizbullah". (Syeikh Sa'id Hawa, Beberapa
Pelajaran dalam Arnal Islam, hal. 23, Pen. Dewan Pustaka Fajar, Kuala Lumpur'85)
68

sebaik-baiknya dan sedalam-dalamnya hingga terwujud bukti


kebenaran yang sebenarnya. 99

Di dalam kehidupan berjama'ah, masalah paling rawan dan


sering mengundang musibah adalah perpecahan. Untuk itu,
sejak dini beliau sudah mengantisipasi kemungkinan bakal
timbulnya permusuhan dan perpecahan di kalangan jama'ah
mujahidin. Maka beliau mewasiatkan perlunya setiap mujahid
membersihkan niat, ikhlas berjuang semata-mata untuk
melaksanakan amanah Ilahi. Untuk maksud ini hendaknya
mereka membangun kebersamaan dan mengokohkan
persaudaraan berdasarkan iman dan kasih sayang.
Mengenai anjuran supaya ikhlas dalam berjuang, seperti
diceritakan oleh seorang ikhwan, bahwa Abu Daud Beureuh,
Imam Negara Islam Indonesia yang kedua, senantiasa
menasehatkan dengan kata-katanya: "Hendaknya kamu ikhlas
dalam berjuang. Bila kesuksesan menyertaimu, maka ummat
akan ikut menikmati hasil perjuanganmu. Tapi bila gagal dan
musibah menimpamu, janganlah menyusahkan ummat dengan
keluhan-keluhanmu. Sabar dan tabahlah menghadapinya
sendirian. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar."
Para muballigh Darul Islam, mengikuti jejak para
pendahulunya, senantiasa menekankan bahwa berjuang itu harus
ikhlas, berdasarkan Qur'an dan hadits shahih. Anjuran demikian
seiring dengan pandangan ulama-ulama shalih, seperti yang
dikatakan oleh seorang ulama tabi'in bernama Al-Fudhail bin
c
Iyad "Sesungguhnya amal itu apabila mengerjakannya ikhla
69

tidak benar, maka tidak diterima. Dan apabila amal itu benar te
tidak ikhlas juga tidak diterima, sehingga amal itu ikhlas dan benar
benar dan ikhlas. Adapun yang disebut ikhlas itu mesti karena Allah,
benar itu mesti mengikuti sunnah".
Ukhuwah fillah, persaudaraan dijalan Allah, juga mendapat
perhatian amat besar Imam SM. Kartosuwiryo dalam
menggalang persatuan ummat. Persaudaraan dijalan Allah, kata
beliau, harus terbangun kokoh di atas landasan taqwa, kasih
sayang, rasa cinta dan senasib di antara para mujahid dimanapun
mereka berada dan pada posisi apapun mereka ditempatkan.
Sejauh mana tingkat kemesraan antar individu jama'ah dengan
pemimpinnya atau antara sesama personil jama'ah, sejauh itulah
tingkat kekuatan dan ketahanan bangunan lembaga dalam
menghadapi anasir-anasir perusak; dan ini menunjukkan rapinya
bangunan jama'ah. Setiap mujahid haruslah menjalin hubungan
dengan sikap lembut, kasih sayang dan rendah hati, sehingga setiap
orang di antara mereka menjadi perekat dengan lainnya demi
kuatnya ikatan tali persaudaraan. Hubungan yang penuh emosi,
keras, congkak dan acuh tak acuh harus dihindari sejauh-jauhnya.
Apabila hubungan antar individu jama'ah dalam suatu harakah,
laksana budak dengan majikan, atau semisal atasan dengan
bawahan, seperti birokrat dengan rakyatnya tanpa adanya
ukhuwah dan rasa kebersamaan di dalamnya, ibarat api di dalam
sekam, setiap saat siap meledak dan membakar hangus bangunan
yang telah dengan susah payah didirikan oleh para pendahulu
kita. Sesungguhnya pribadi-pribadi mujahid itu bersatu dalam
persaudaraan Ilahiyah, laksanaj^/dan marjan. Bertambah indah
70

manakala dirangkai dalam satu untaian. Ibarat permata yang


terhampar, tetap memancarkan kilau yang gemerlapan. Dan
bukan seperti berkumpulnya buih di atas permukaan air, yang
kemudian lenyap disapu gelombang.
Dalam hal ini Rasulullah j£ bersabda:
"Tidaklah ada kelemah lembutan dalam sesuatu kecuali
membuatnya menjadi indah. Dan tidaklah kelemah lembutan itu l
dari sesuatu kecuali membuatnya menjadi jelek".
Dan oleh karena itu, sebagai salah satu perekat per-
saudaraan di antara para mujahid, hendaknya setiap orang tidak
merasa lebih penting, lebih hebat, atau lebih shalih dari yang
lainnya. Sebaliknya merasa tiada berarti apa-apa manakala
mandiri tanpa kebersamaan yang lainnya.
Alangkah indahnya kata-kata yang pernah diucapkan As-
Syahid Ustadz Abdullah Umar, seorang mujahid yang dieksekusi
mati di masa pemerintahan rezim Orde Baru pada hari Kamis,
30 Maret 1988 di penjara Nirbaya, Nusa Kambangan, Jawa
Tengah, karena dituduh terlibat peristiwa Komado Jihad tahun
1979, hendak mendirikan negara Islam dan menggantikan dasar
negara Pancasila dengan Qur'an dan Hadits. Beliau berkata:
"Setiap orang memiliki kelebihan pada kelebihannya. Dan
memiliki kekurangan pada kekurangannya. Maka hargailah
saudaramu karena kelebihannya, dan bersabarlah dengan ke-
kurangannya".
Dalam rangka menumbuhkan rasa kasih sayang dan membina
ketaatan serta kepatuhan berdasarkan iman dan kecintaan Islami,
71

Imam SM. Kartosuwiryo menggariskan ketentuan-ketentuan


berikut dengan kata-katanya: "Dalam kita ta'at dan patuh, termasuk
pula istilah disiplin dalam pengertian khusus maupun umum. Ta'at d
tanpa rasa cinta-setia, niscaya akan terasa kaku, tegang, gersang d
laksana suara tanpa irama. Bahkan adakalanya terasa sebagai sesu
keras dan kejam, kasar dan bengis. Maka untuk memperoleh hasi
sempurna, jiwa-jiwa yang besar manfa'at dan mashlahatnya untuk
negara dan agama. Kuncinya terletak di dalam jiwa, atau lebih jelas
mujahid yang harmonis selaras dengan tugasnya. Dan pokok pang
keselarasan jiwa itu terletak pada rasa cinta, yaitu perasaan suci mur
bersemayam di dalam kalbu setiap mujahid sejali. Untuk kepenting
jiwa yang berani bertindak menyalurkan tingkah laku dan amal perbu
berdasarkan hukum-hukumjihad. Landasanpembinaanjiwa kesatria
lain:
1. Rasa cinta setia pada Allah dalam makna dan wujud. Sanggup
mampu melaksanakan tiap-tiap perintah-Nya dan menjauhi tiap
larangan-Nya, tanpa kecuali dan tawar menawar. Mendahului
mengutamakan pelaksanaan perintah-perintah Allah daripada se
di luarnya. Mendasarkan tiap-tiap tindakan dan amalnya atas
wahdaniyat Allah, tegasnya atas tauhid sejati dan tidak atas ala
pertimbangan atau dalih apapun, melainkan hanya berdasarkan:
minded 100%.
2. Rasa cinta setia kepada Rasulullah M dalam makna dan wujud
Sanggup dan mampu merealisasikan ajaran dan sunnahnya, d
kepercayaan serta keyakinan sepenuhnya, bahwa tidak ada cont
tauladan lebih utama daripada ajaran dan sunnah beliau. Kh
dalam rangka jihad, tegasnya dalam rangka usaha membina "N
72

Madinah Indonesia". Pantang melakukan sesuatu di luar ajar


hukum Islam sepanjang sunnah hingga mencapai tarap: Islam
100%.
3. Rasa cinta setia kepada Ulil Amri Islam atau Imam Negara Is
Indonesia, Panglima Tertinggi Angkatan Perang yang di dala
termasuk:
a) Rasa cinta setia kepada pemerintah NII dan tidak kepada
sesuatu di luarnya.
b) Rasa cinta setia kepada NII dan tidak kepada sesuatu
negara di luarnya.
c) Rasa cinta setia kepada undang-undang (Qpnun Asasi)
Negara Islam Indonesia dan tidak kepada undang-
undang negara manapun.
Kesempatan itu tercakup dalam istilah: Negara Islam Indo
minded 100%.
Demikian beberapa peraturan dasar serta doktrin kejuangan
yang digariskan Imam SM. Kartosuwiryo yang harus dipatuhi
oleh segenap anggota jama'ah besar mujahidin. Segala apa yang
diwasiatkan oleh beliau hendaknya direnungkan, diresapkan serta
diamalkan dalam kenyataan. Sebab jika tidak, niscaya wasiat
itu hanya akan menjadi pengetahuan yang mati. Sekalipun kata-
kata itu sering dikutip, bila tidak diamalkan, akan menjadi kurang
berarti, setelah kita sendiri tidak mengalami apa yang telah
dialami oleh mereka. Sehingga pada akhirnya, nasehat-nasehat
yang merupakan hikmah terpendam itu hanya akan menjadi
ilmu pengetahuan yang mati, yang tidak memiliki daya dan
guna dalam meneruskan langkah-langkah perjuangan.

JEJAK J I H A D SM. KARTOSUWIRYO


73

Disini ditegaskan lagi pentingnya kelembutan dan kasih


sayang dalam pergaulan diantara sesama mujahid. Dan pangkal
utama dari segala itu adalah tauhid. Dari wasiat di atas, manfaat
yang bisa diambil dan difahami oleh pioner perjuangan dewasa
ini adalah, bahwa setiap tahap perjalanan dari gerakan jihad,
harus menuju kearah melapangkan jalan bagi tahap berikutnya.
Melanjutkan perjuangan berarti meneruskan apa yang telah
dimulai oleh para pendahulu. Pemikiran perjuangan haruslah
berkesinambungan dengan gerak langkah para perintis, supaya
perjalanan jihad para mujahid yang datang kemudian tidak
selalu dimulai dari nol, tidak terus menerus menjadi "kanak-
kanak", tidak pernah mencapai tingkat dewasa, baik dalam
bersikap, berfikir maupun bertindak.
Pemikiran perjuangan yang berkesinambungan, tidak berarti
memenjarakan kreatifitas generasi pioner ke dalam kerangkeng
masa lalu, melainkan upaya memposisikan diri secara
proporsional, dengan tetap membuka ruang gerak bagi
penyegaran dan dinamika yang tersusun dalam format
perjuangan yang terprogram, berkesinambungan dan terpadu
antara benang sejarah masa lalu, masa kini dan mendatang.
Dengan pemahaman demikian, maka gerakan jihad dari
mujahid-mujahid yang tulus tidak akan menyelewengkan arah
perjuangan dari prinsip-prinsipnya yang telah jelas. Mereka tidak
akan mengalihkan roda perjuangan ini dari tujuan yang telah
digariskan sejak awal keberangkatan yaitu: "Berjuang
menegakkan Negara Karunia Ilahi demi terlaksananya syari'at
74

Allah". Maka seluruh aktifitas jihad haruslah dimaksudkan untuk


mengamankan dan mengamalkan amanah perjuangan,
mengidhharkan Islam serta meninggikan kalimatillahi hiyal
Ulya.

4. Kepribadian dan Analisis Psikologi:


Guna lebih mengenal sosok Imam SM. Kartosuwiryo, sangat
sedikit sekali catatan-catatan sejarah yang bisa ditemukan
menyangkut diri serta kepribadian tokoh ini. Namun demikian,
sebagai langkah awal mengenal kepribadian beliau, agaknya
analisis psikologi yang dilakukan oleh Kaskodam VI/Siliwangi
terhadap diri beliau sewaktu berada dalam tahanan, kiranya
dapat bermanfaat. Tetapi bagaimanapun juga analisis ini tidak
semestinya dipandang dengan penuh obyektivitas, begitu pula
sebaliknya.
Analisis ini di maksudkan untuk mengenal kepribadian serta
tingkat kecerdasan tokoh sejarah ini. Tes dilakukan ketika SM.
Kartosuwiryo berumur 59 tahun, di kamar tahanannya setelah
tertangkap pada tanggal 4 Juni 1962. Hasil evaluasi didasarkan
pada penilaian grafologis , dari tulisan tangan buku harian dari
tahun 1960. Di samping itu, juga melalui observasi dan analisa
pembicaraan sewaktu diadakan introgasi oleh AS-1
KASKODAM VI/Slw, 27 Juni 1962. Dan observasi sewaktu
diadakan intervew oleh PA ROKDAM VI/Siliwangi, 18Juli 1962.
Menurut observasi tersebut; "Kecerdasan SM.
Kartosuwiryo, berdasarkan hasil evaluasi psychologi adalah
bertarap tinggi. Mutunya tidak bertitik berat pada kemampuan
75

akademis semata-mata, melainkan juga pada penggunaan


fungsi-fungsi intelektual yang ada padanya. Mengingat pada
umurnya yang sudah agak lanjut, fungsi intelektual ini masih
tampak baik. Bahkan daya ingat, yang pada tarap umur ini
biasanya sudah mulai berkurang, hanya memperlihatkan
kemunduran sedikit. Di dalam struktur kecerdasannya terdapat
keseimbangan antara kemampuan yang bersifat teoritis dan
yang praktis.
Faktor kedua yang menarik perhatian di dalam struktur
intelegensianya ialah, bahwa kemampuan intuisi (intuitie-vermogen)
juga besar. Terutama di bidang inter human relation. Jadi dalam
menghadapi manusia lain sebagai individu maupun sebagai suatu
kelompok yang ia secara intuitif dapat mengambil langkah-
langkah yang paling sesuai dijalankan untuk mencapai
maksudnya. Faktor ini dapat memperkuat kedudukannya sebagai
pimpinan. Intuisi yang kuat ini juga menyebabkan^ interest
terhadap mistik dan metaphysik ada. Akan tetapi dilain pihak,
rationalitasnya demikian besar sehingga daya kritik yang obyektif
tetap terpelihara.
Segi lain dari pada struktur intelegensianya yang pantas
disebut adalah, jalan pikirannya yang sangat kausal.
Kausalitasnya bertitik tolak pada prinsip-prinsipnya, sehingga
pembahasan segala persoalan dilakukannya menurut garis-garis
tertentu yang tidak dapat dirubah lagi. Dengan demikian, suatu
problem tertentu, bagi dia, mempunyai suatu cara pemecahan
yang tertentu pula. Tindakan-tindakannya yang konsekuen dapat
dipandang dari sudut ini. Fantasinya adalah konkret dan
76

disesuaikan dengan keadaan realita. Itu sebabnya ia dapat


menunjukkan akal dan siasat yang tepat untuk mengatasi
problema-problema yang nyata. Ia adalah seorang intelektual
yang sangat produktif.
Sebagaimana manusia umumnya, SM. Kartosuwiryo juga
memiliki emosi. Tetapi karena kuatnya kontrol rasional terhadap
pergolakan emosinya, menyebabkan ia tidak mudah terangsang
oleh kejadian-kejadian sekitarnya. Secara pisik ia dapat me-
nyesuaikan diri dengan keadaan dimana ia berada. Berkat intele-
gensianya yang penuh dengan perhitungan dan pertimbangan
yang konkrit, maka ia mampu menghadapi dan menerima situasi
aktual secara obyektif, tanpa mengalami perasaan-perasaan
depressif.
Kapten Drs. Suyono HW. melanjutkan analisisnya, bahwa
struktur pribadi SM. Kartosuwiryo menggambarkan adanya
dorongan-dorongan jasmaniyah yang besar, dorongan mana
berada dibawah dominasi intelektual secara keras. Maka dari
itu, cara hidup dan cara mengatur lingkungannya, adalah
hygienis. Energi vital yang berakar di dalam bidang dorongan
ini menyebabkan ia tidak dapat tinggal diam, melainkan memer-
lukan penyaluran melalui kegiatan-kegiatan yang produktif. Arus
dari pada penyaluran energi ini adalah keras dan terpusat. Hal
ini dapat dilihat dari usaha-usaha yang dijalankan dengan
intensif, agresif dan terpusatkan pada inti persoalan.
Pragnosa mengenai sikapnya dapat pula dievaluasi. Pada
waktu itu, SM. Kartosuwiryo telah dapat mengatasi proses
77

penyesuaian diri secara rasional dengan situasinya yang baru


sebagai tahanan. Berkat intuisi dan daya analisanya yang tajam,
maka ia makin hari makin tambah kewaspadannya. Ia sudah
dan akan dapat membuat estimate (perkiraan) yang tepat
mengenai maksud dan tujuan sebelumnya dari orang-orang yang
datang untuk mengadakan intrograsi, interview, wawancara dan
sebagainya. Sehingga akan dapat menyesuaikan sikapnya
sedemikian rupa, yang praktis menguntungkan bagi dirinya" 13

Hasil evaluasi psychologi seperti yang sudah dikutip diatas


terhadap pribadi SM. Kartosuwiryo menunjukkan, bahwa
motivasi dan kesadaran spiritual yang manjadi dasar harokah
Darul Islam, berpengaruh nyata terhadap kehidupan individu
muslim. Memang kesadaran demikian akan bereaksi dalam jiwa
seseorang yang menghendaki agar setiap individu memiliki intuisi
yang peka, yang dengan itu dapat membedakan " y g ini benar an

dan yang itu salah", serta dapat merasakan yang indah dan yang
buruk. Bukankah Islam mengajarkan cara paling utama untuk
menghubungkan hati seorang muslim dengan khalik-Nya, yaitu
dengan mujahadah, mendidik intuisi yang peka dan perasaan
halus. Pemikiran islami dapat meningkatkan dan mendorong
kepada penemuan baru yang dapat mengetahui alam dan
mengetahui rahasianya. Karena itu manusia muslim diwajibkan
agar senantiasa menjaga ibadah dan mengikuti perintah Allah
guna meningkatkan intuisi ummat, mempelajari apa-apa yang

13
Drs. Suyono H W "Penumpasan Pemberontakan D I Tentara Islam Indonesia /
SMK di Jawa Barat", Dinas Sejarah T N I AD, 1974, hal. 27 dan seterusnya.
78

dapat memperluas wawasan pengetahuan agar pengamatannya


semakin luas, tajam serta menjangkau kedepan.
Dalam hubungan ini, kiranya bermanfaat juga bila kita kutip
ungkapan seorang ulama ketika mensifati diri Rasululah $8.
Manusia Muhammad H , katanya rahmat adalah jiwanya,
keadilan adalah syari'atnya, kasih sayang nalurinya, keluhuran
budi amal perbuatannya dan derita manusia kebaktian
ibadahnya. Adapun sistem kehidupannya, merenung dan men-
dengar bisikan halus yang datang dari dalam hakekat itu sendiri.
Sedangkan manusia Abu Bakar 4*>, sistem kehidupannya adalah
tafakkur dan mendengarkan hikmah dari mulut hukama dan
logika orang-orang shaleh yang berpandangan tajam. Wallahu
a'lam!
Dapat pula ditambahkan disini. Berdasarkan pengakuan
pembantu-pembantu dekatnya, diantara ciri kepribadian imam
SM. Kartosuwiryo yang paling menonjol, adalah beliau
menyukai hidup sederhana, baik dalam hal makanan maupun
pakaian. Postur tubuhnya sedang, rambutnya ikal dan bicaranya
pelan tapi jelas. Tidak banyak bicara. Apabila berjalan
menundukkan kepala, tenang tanpa gaya. Manakala berada
di tengah-tengah prajuritnya beliau jarang dikenal karena tak
pernah menonjolkan diri hanya karena jabatannya lebih tinggi.
Dalam salah satu wawancara penulis dengan seorang tokoh
penting jama'ah Darul Islam, Ules Sudja'i, beliau meng-
gambarkan kepribadian SM. Kartosuwiryo: "Bapak - panggilan
beliau untuk SM. Kartosuwiryo -adalah seorang yang sangat
79

konsekwen dengan keyakinannya. Musyawarah merupakan


tabi'atnya. Belum pernah beliau mengambil keputusan apapun,
tanpa bermusyawarah dengan para pembantunya. Selama
mengikuti beliau, saya menyaksikan ketekunan beliau dalam
beribadah kepada Allah. Membaca al-Qur'an secara teratur,
shalat tahajud, istiharah serta puasa sunnah. Kebiasaan lainnya,
beliau senang berolahraga sehingga fisiknya termasuk yang
paling perkasa dan sangat kuat. Sedangkan sesuatu yang paling
benci, apabila putusan musyawarah dilanggar atau tidak
dilaksanakan".
Kyai Yusuf Taujiri, salah seorang mentor pada Institut Suffah
dan pernah bergaul selama 20 tahun dengan SM. Kartosuwiryo,
memberikan penilaiannya sebagai berikut: "SM. Kartosuwiryo
adalah seorang yang mempunyai dasar-dasar jiwa pemimpin
dan berkemauan keras".
Demikianlah serba sedikit yang dapat diungkapkan tentang
masa kecil, pola hidup serta kepribadian imam Negara Islam
Indonesia itu yang, tentu saja masih perlu penelitian lebih cermat
guna mendapatkan data serta informasi obyektif dan valid.

M E N G E N A L PRi
80
BABU
Perjuangan M e n u j u
N e g a r a Jslam I n d o n e s i a
Mendirikan Negara Islam dan melaksanakan Syari'at Islam,
dalam konsep Al Qur'an merupakan kewajiban setiap muslim.
Tetapi mengapa, dalam pandangan sebagian besar
umat Islam kini, kewajiban tersebut malah menjadi
unsur pemecah belah dan menakutkan ?
Ikhtiyar menjadikan Indonesia sebagai negara dan
pemerintahan yang berlandaskan Islam,
telah lama menjadi bahan kajian dan perdebatan.
Dan telah ditempuh dengan banyak cara, melalui
parlemen dan juga peperangan
82

MENGAPA kaum muslimim menginginkan berlakunya syari'at


Islam dan berdirinya Negara Islam? Pertanyaan ini kedengaran-
nya aneh, lebih-lebih jika diajukan oleh seorang Muslim. Adalah
wajar jika kaum Muslimin tidak menginginkan syari'at dan
negara apapun kecuali Syari'at dan Negara Islam. Justru, jika
ada seorang muslim yang menginginkan sebaliknya, syari'at yang
bukan Syari'at Islam dan negara yang bukan negara Islam,
merupakan suatu hal yang tidak bisa dimengerti.
Abui Ala Al Maududi memberikan penjelasan yang lebih
rinci, tentang perlunya kaum muslimin memiliki negara yang
berdasarkan Islam. Dalam bukunya, The Islamic Law Constitution
beliau menerangkan begini, "Menurut Al Qur'an, misi para Nabi
adalah menegakkan kebajikan dan keadilan sesuai dengan
tuntunan wahyu Nya".
"Sesungguhnya Kami telah mengatas beberapa orang Rasul K
dengan membawa bukti bukti nyata dan Kami turunkan bersam
mereka kitab kitab syari'at dan neraca keadilan agar ummat manu
dapat menta'ati hukum yang benar. Dan Kami telah menurunka
besi untuk dijadikan senjata yang hebat dan manja'at lainnya bag
manusia agar Allah mengetahui siapa-siapa saja yang membantu
dan rasul-rasulNya dalam menegakkan dienullah". (QS. Al-Hadid
57:25).
Dengan demikian, Islam ingin mengangkat kehidupan
seseorang selaras dengan prinsip prinsip perilaku individu dan
sosial sebagaimana yang diwahyukan Allah, dan tidak
memencilkan dirinya pada kekakuan-kekakuan kehidupan
individual semata. Di pihak lain, ilmu politik mengkaji hubungan-
83

hubungan manusia dengan negara, dan manusia dengan


manusia. Dalam Islam, hal ini juga merupakan wilayah agama,
karena ia mencakup, semua segi kehidupan. Islam tidaklah
menyetujui penyekatan antara agama dan politik. Islam ingin
melaksanakan politik selaras dengan tuntunan yang telah diberi-
kan agama dan menggunakan negara sebagai sarana pelayan Allah.
Islam menggunakan kekuatan politik untuk mereformasi
masyarakat dan tidak membiarkan masyarakat melorot ke
dalam "tempat terakhir yang paling buruk". Inilah agaknya
yang mendorong Nabi i i , pernah berdo'a agar para penguasa
muncul dari golongan orang-orang beriman dan menjadi pen-
dukung-pendukung kebenaran.
"Katakanlah: Ya Rabbi, masukkanlah aku melalui gerbang
kebenaran dan keluarkanlah aku melalui gerbang kebenaran pula.
Dan berilah aku dari sisi Engkau kekuasaan yang dapat
membantuku". (QS. al Isra', 17:80).
Hal ini menunjukkan bahwa reformasi yang dikehendaki
Islam tidak dapat dilaksanakan melalui khutbah-khutbah saja.
Kekuatan politik juga penting untuk mencapainya.
Inilah cara pendekatan Islam. Dan konsekuensi logis dari
cara ini adalah bahwa negara harus dibentuk berdasarkan pola-
pola Islami. Inilah ketentuan keimanan Islam dan tidak dapat
diabaikan begitu saja. Konsep Barat mengenai pemisahan
agama dari politik (sekulerisme) adalah asing bagi Islam, dan
menganut paham ini sama artinya pembangkangan hakiki dari
konsep politik Islam. 14

14
Abui A'la A l Maududi, The Islamic Law and Constitution, (terj: Hukum dan
Konstitusi, Sistem Politik Islam), Pen. A l Mizan Bandung, 1413H/1993M, hal 32 33.
84

Apakah Islam menginginkan agar Negara Islam ditegakkan?


Pertanyaan ini patut disertakan, mengingat pada paruh tahun
80-an pernah muncul polemik disekitar pandangan bahwa di
dalam. Al Qur'an tidak ada istilah Negara Islam. Dr. M. Amin
Rais, mantan Ketua PP. Muhammadiyah adalah yang pertama-
tama mengangkat masalah tersebut. 10

Dan 18 tahun kemudian, 1998, Amin Rais menjadi pemimpin


Partai Amanat Nasional setelah mengundurkan diri dari
kepemimpinan Muhammadiyah. Sikap dan pemikiran politik
Amin Rais sekarang, agaknya merupakan kelanjutan dari
pernyataannya itu. Artinya, pada era reformasi sekarang ini,
Amin Rais menemukan momentum yang tepat untuk melaksana-
kan gagasannya yang tidak menghendaki berdirinya negara
Islam, melalui PAN (Partai Amanat Nasional), sebuah partai
baru yang merupakan kumpulan manusia Indonesia yang berasal
dari berbagai keyakinan, pemikiran, latar belakang etnis, suku,
agama dan gender. Partai ini menganut prinsip non sektarian
dan non diskriminatif. (Majalah Ummat, 12 Agustus 1998).
Pernyataan Amin Rais bahwa tidak ada istilah negara Islam
dalam al Qur'an, kemudian mendapat dukungan dari almarhum
Mr. Mohamad Roem, tokoh tokoh Masyumi dari kalangan
nasionalis muslim. Sekiranya beliau masih hidup dan menyak-
sikan sepak terjang Amin Rais yang menurut penilaian banyak
orang punya ambisi menjadi Musthafa Kemal Ataturk Indonesia
15
Tidak ada Negara Islam, Surat surat Politik Nurcholis Madjid--Mohararnad
Roem, kutipan di Panji Masyarakat No. 379/1982, Penerbit Djambatan, Jakarta,
1997
85

barang kali tidak akan terlalu menggebu-gebu mendukung


pernyataan tersebut di atas.
Akan tetapi yang penting sekarang adalah, apa jawaban
bagi pertanyaan, "Apakah Islam menginginkan agar negara
Islam ditegakkan? Jawaban bagi pertanyaan ini sebenarnya tidak
sulit. Sudah pasti Islam menginginkannya. Sebab missi Islam
sangat jelas. Islam menghendaki agar apa yang dipandang baik
harus terjadi dan dilaksanakan. Dan apa yang dipandang buruk
harus lenyap dan dihindari. Hal itu tidak mungkin bisa terpenuhi
selama ummat Islam berada di bawah cengkraman penguasa
di sebuah negara yang tidak menghendaki berlakunya syari'at
Islam.
Adanya pandangan, bahwa kaum muslimin bisa saja mem-
bangun masyarakat yang Islami di dalam negara yang bukan
negara Islam, seperti slogan salah satu partai Islam: "Kita meng-
hendaki negara yang Islami bukan negara Islam", hanyalah
angan-angan, ibarat membangun rumah laba laba, atau bagai
membangun rumah di atas lumpur. Hal yang harus disadari
sepenuhnya oleh tokoh-tokoh organisasi Islam, bahwa meng-
harapkan terlaksananya ajaran Islam secara kaffah di dalam
negara yang menggunakan sistem non Islam adalah sesuatu yang
absurd.
Bagaimanakah gambaran sebuah negara yang di dalam
negara yang bukan negara Islam? Apakah ada contohnya di
zaman Rasulullah, para khalifah atau di zaman kita sekarang
ini? Jika memang ada, alangkah bagusnya misalnya, lahir
86

Indonesia Baru berdasarkan Pancasila dan hukum yang berlaku


adalah hukum Islam. Dapatkah konsep semacam ini
direalisasikan?
Selama bertahun tahun di bawah rezim Soekarno, kemudian
32 tahun berada di bawah rezim Soeharto, kaum muslimin bagai
menanam pohon di pekarangan milik orang lain, hanya
mengerjakan program yang dibuat pihak lain. Dan orang lain
itu adalah mereka yang tidak menghendaki berlakunya Syari'at
Islam. Di era reformasi ini, apakah umat Islam tidak berfikir
dan menyusun program, bagaimana membangun Indonesia
baru yang berlandaskan Islam? Apabila tokoh tokoh Islam kini
belum juga menyadari kenyataan ini, maka hakekatnya
merekalah sesungguhnya yang mempercepat missi de Islamisasi
dan penyempitan terhadap ruang gerak Islam di negeri ini.
Tanpa adanya negara dan kekuasaan Islam, bagaimana kita
dapat merealisasikan firman Allah: "Dan katakanah: "Tang benar
telah datang dan yang bathil telah lenyap". Sesungguhnya yang
itu adalah sesuatu yang pasti lenyap". (Qs. Al-Isra', 17:81).
Adanya kewajiban umat Islam untuk mendirikan Negara
Islam, telah dibahas secara panjang lebar oleh Prof. Dr. M. Yusuf
Musa, MA. dalam, bukunya "Nidhamul Hukmifil Islam"
Terhadap pertanyaan, apakah Islam mewajibkan berdirinya
Negara Islam, Dr. M . Yusuf Musa menjawab: "Islam telah
membawa ketentuan Syari'at yang menjadi tuntunan otomatis
bagi kepentingan wujudnya satu ummat dan negara berdasarkan
16
Prof. DR M. Yusuf Musa: "Politik & Negara dalam Islam", terjemahan, Moh.Thalib,
Penerbit Pustaka LSI Yogyakarta, 1991
87

prinsip-prinsip yang rasional dan memenuhi kebutuhan


masyarakat manapun pada setiap zaman dan tempat.
Ciri khusus dari dienul Islam ialah, missinya yang bersifat
abadi dan universal, missi yang Allah jadikan sebagai penutup
seluruh missi Ilahiyah kepada manusia. Karenanya, Islam
merupakan agama universal mencakup semua manusia yang
berbeda kebangsaan, golongan dan warna kulitnya, sampai
saatnya jagad ini diwarisi oleh Allah (kiamat).
Yusuf Musa selanjutnya mengatakan: "Memang bukanlah
suatu keharusan untuk mengakui bahwa Bangsa Arab Islam
dahulu, sekalipun pada kurun awalnya telah ada sebuah negara
yang melaksanakan dan memperhatikan serta mengurus
kepentingan ummat sesuai dengan Syari'at Allah dan rasul-Nya.
Dan memang tidak kita dapati secara definitif di dalam Al
Qur'an dan sunnah yang shahih kaedah-kaedah umum yang
menjadi landasan tatanan pemerintahan dalam Islam.
Akan tetapi dengan mengambil kesimpulan dari perilaku
Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah yang telah
menjadikan negeri itu tanah air bagi mereka untuk selamanya,
maka menjadi sempurnalah langkah Bangsa Arab dan kaum
muslimin dalam menegakkan sebuah negara yang memiliki
segala unsur dan pilar-pilarnya, sebuah negara yang oleh Al-
Qur'an dan sunnah Rasul diisyaratkan kewajiban untuk me-
negakkannya. Dan hal ini sesuai dengan definisi tata negara
tentang negara itu sendiri. Sebuah negara yang memiliki
pemimpin yang dipatuhi oleh seluruh kaum muslimin yang
berbeda asal-usul, bangsa, dan warna kulitnya".
88

Islam mendidik manusia supaya bersih jiwanya, sehat


pikirannya, cerdas akalnya, luas wawasan ilmunya dan kuat
jasmaninya, "ifo^AtftoJiel ilmi waljismi". Tetapi bagaimana hal
c

itu bisa terjadi tanpa adanya sebuah negara dan pemerintahan


yang eksistensinya tegak diatas dasar-dasar Islam?
Jawaban bagi pertanyaan di atas adalah, Islam yang agung
telah mewajibkan kepada para pemeluknya untuk menjadi
pemimpin di negaranya dan penguasa di bumi manapun mereka
tinggal. Mereka harus mendakwahkan Islam, mengajak orang
lain untuk masuk ke dalam Islam, hidup menurut ajaran al
Qur'an dan merasa tenang di bawah naungan petunjuk-Nya.
Ummat muslim sesungguhnya memiliki potensi untuk
memimpin bangsa dan ummat ini, asalkan mereka tetap
melangkah dengan mantap menuju tujuan yang ditetapkan Allah
dan Rasul-Nya, dan bukan tujuan yang ditetapkan manusia
berdasarkan hawa nafsunya.
Bahwa ummat Islam harus memiliki negara, tempat atau
wadah bagi dilaksanakannya syari'at yang mustahil dilakukan
di dalam sebuah negara yang bukan negara Islam, harus
ditumbuhkan ke dalam hati setiap orang yang mengaku dirinya
muslim. Untuk selanjutnya, ummat Islam di seluruh dunia
berjuang mengembalikan sistem kekhalifahan yang telah
dihancurkan oleh musuh-musuhnya. Negara Islam hanyalah
basis awal untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik dan
mendunia, yaitu tegaknya Khilafah Islamiyah.
Dalam pengertian inilah barangkali, yang menyebabkan
Syarikat Islam (SI) di bawah komando HOS. Cokroaminoto
89

memilih jalan non cooperatifdan dengan tegar menjalankan politik


hijrah sebagai strategi perjuangannya sejak tahun 1923. Dan
akibat paling menakjubkan dari sepak terjang tokoh ini,
khususnya bagi regenerasi Islam adalah lahirnya kekuatan
melawan imperialisme dan kolonialisme. Sikap yang ditunjukkannya
seperti yang kemudian tertuang di dalam anggaran dasar partai
adalah berjuang, "Menuju Kemerdekaan Kebangsaan
Berdasarkan Agama Islam . 55 17

Tidaklah mengherankan, jika kemudian prinsip demikian itu


mempengaruhi paradigma berpikir, pandangan hidup maupun
perilaku politik SM. Kartosuwiryo, mengingat bahwa dia adalah
murid, sekretaris pribadi serta pengagum politik Islamisme (Islam
sebagai ideologi) HOS. Cokroaminoto.

PROSES MEMBANGUN NEGARA ISLAM


Tahapan D a k w a h
Sejak tahun 30-an SM. Kartosuwiryo sudah mulai secara
terus terang memperkenalkan ide serta istilah Darul Islam. 18

Tahapan-tahapan yang dilaluinya dalam memperjuangkan cita-


cita Islamnya terdapat suatu pelajaran tarikhi yang sangat
berharga.
Menurut Syekh Hasan Albanna, pendiri jama'ah Ikhwanul
Muslimin, perkembangan dakwah, tidak bisatidak,mesti melalui
17
A K . Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, 1942 halaman 53 (Putusan
Kongres Gabungan PSI dan Muktamar 'Alam Islami Far'al Hind Asy syarqiyah
(MAIHIS) di Pekalongan 14 17 Januari 1927)
18
Dalam Fajar Asia 23-24 Mei 1929 beliau menulis tentang Ulil Amri, dan 28 Jumadil
Akhir 1362 dimuat tulisan berjudul Baitul Mal di jaman pancaroba
90

tahapan-tahapan berikut ini: /Vtara^tahap propaganda,


pengenalan serta penyebaran ide untuk menyampaikan kepada
publik. Tahap kedua, pembentukan seleksi pendukung, penyiapan
pasukan dan menyusun barisan dari kalangan massa. Kemudian
tahapteradalahpelaksanaan dan kerja nyata.
Ketiga tahapan itu. saling bahu-membahu, mengingat
kesatuan dakwah dan kuatnya hubungan satu sama lain. Setiap
da'i harus menyeru, dan pada waktu yang sama ia harus
menyeleksi dan mendidik sekaligus melaksanakan seluruh
langkah-langkah kebijaksanaan dakwah. Akan tetapi tidak
diragukan lagi bahwa tujuan akhir dari hasil yang sempurna
baru bisa dicapai setelah meratanya propaganda, banyaknya
pendukung dan matangnya pembinaan.
Dalam rangka Idzharul Haq, merealisasikan kebenaran dan
memenangkan Islam, dalam pandangan SM. Kartosuwiryo,
haruslah melalui tahapan tahapan berdasarkan Qs. Al Baqarah,
ayat 218. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang ora
berhijrah dan berjihad dijalan Allah, mereka itulah yang menghar
rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayan
"Orang-orangyang beriman, berhijrah dan berjihad pada jalan
dengan harta dan jiwa mereka, lebih tinggi derajatnya di sisi Alla
mereka itulahyang menang dunia dan akhirat". (Qs. At Taubah, 9
Demikianlah Tahapan Imarahad, yaitu iman hijrah dan jihad
merupakan tahapan perjuangan yang mesti dilalui sebagaimana
Rasulullah H memulai da'wah beliau dengan menanamkan
keimanan terlebih dahulu. Setelah itu, orang orang yang telah
91

beriman itu diperintahkan untuk berhijrah dari Makkah ke


Madinah atau dan pola hidup jahiliyah menuju kehidupan yang
Islami, dari kekafiran menuju keimanan. Selanjutnya mereka
diwajbkan untuk berjihad fie sabilillah, guna mempertahankan
keimanan serta melanjutkan misi da'wah.

Strategi Hijrah : Antara Taktik dan Konflik


Wafatnya HOS. Cokroaminoto (1934), dibarengi dengan
kekacauan politik yang melanda seluruh negeri, dan secara
otomatis amat berpengaruh bagi kondisi ummat Islam Indonesia.
Tahun-tahun berikutnya kita akan menyaksikan perpecahan
demi perpecahan telah merobek robek kesatuan ummat. Tidak
terkecuali PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) pun dilanda
oleh badai kemelut internal. Menurut sejarahwan Pringgodigdo,
pada tahun 1937saja kemelut di dalam tubuh PSII telah
memecah belah partai tersebut akibat perbedaan paham di
kalangan tokoh-tokoh partai, dalam hal menentukan kebijakan
serta taktik perjuangan.
Ketika diadakan kongres PSII 1931, SM. Kartosuwiryo
terpilih sebagai sekretaris umum, dan jabatan ini tetap
dipegangnya hingga menjelang diadakannya kongres partai
berikutnya. Timbulnya berbagai kemelut di dalam tubuh partai
Islam pertama itu berkisar antara masalah cooperasi, non cooperasi
serta sistem politik hijrah. Suasana ini di perburuk lagi dengan
semakin hebatnya tekanan yang dilakukan rezim kolonial
Belanda terhadap partai-partai politik non cooperatif.

PERJUANGAN MENUJU WPG


92

Pada gilirannya, dengan partai akan menjadi lemah karena


tekanan penguasa, maka pada tahun 1935, Agus Salim sebagai
ketua Dewan Partai meminta kepada Lajnah Tanfidziyah yang
dipimpin Abikusno Cokrosuyoso untuk meninjau kembali sistem
politik hijrah. Permintaan ini diajukan sehubungan dengan
keluarnya peraturan-peraturan yang lebih ketat dari penjajah
Belanda guna membatasi kegiatan partai politik yang non
cooperasi. Tetapi Lajnah menolak usul Agus Salim. Atas
penolakan ini, Agus Salim memisahkan diri dari PSII.
Selanjutnya memilih untuk mendirikan PSII penyadar bersama
kawannya Sangaji. Inilah yang mufarraqah (memisahkan diri)
dari PSII.
Golongan kedua yang memisahkan diri dari induk organisasi
dipimpin oleh Sukiman bersama-sama dengan Wali Al Fatah dan
KH. Mas Mansur. Kelompok ini tidak setuju dengan diteruskannya
sistem politik hijrah yang dianggapnya terlampau radikal. Karena
tuntutannya tidak dapat dipenuhi, akhirnya mereka juga keluar
dan mendirikan Partai Islam Indonesia (Pil). Akan tetapi tidak lama
setelah itu, Sukiman dkk. mengirim surat kepada PB PSII, dan
menerangkan bahwa mereka mau ber-gabung lagi asalkan partai
ini bersedia menerima syarat-syarat yang akan diajukan.
Syarat yang dimaksud, terdiri dari tiga poin. Pertama,
melepaskan konsep hijrah (pengirim surat berpendapat, hijrah
tidak boleh dijadikan asas perjuangan, tapi hanyalah taktik
perjuangan). Kedua, agar partai semata-mata mengurusi aksi
politik (pekerjaan sosial dan ekonomi haruslah diserahkan kepada
93

perkumpulan-perkumpulan lainnya). Dan ketiga, selekasnya


mencabut disiplin partai yang sudah di kenakan terhadap
Muhammadiyah. 19

PB PSII menolak usulan tersebut, kecuali demi persatuan


ummat, disiplin partai terhadap Muhammadiyah mungkin
dapat ditinjau kembali. Maka tanggal 17 September 1937,
golongan kedua ini rujuk dengan organisasi induk, kecuali
golongan pertama, Agus Salim dkk. memilih sikap cooperasi
dengan rezim penjajah dan menjadi anggota Volksraad.
Adapun golongan ketiga, sudah tentu adalah PSII induk
dengan tokoh tokohnya antara lain: Abikusno Cokrosuyoso,
Wondo Amiseno, dan SM. Kartosuwiryo. Di kala timbulnya
kemelut internal mengenai apakah mereka akan bekerja sama
dengan rezim penjajah Belanda. Golongan ketiga ini tetap
istiqamah dengan sikapnya yang non cooperasi. Bahkan
memperbarui tekad, untuk terus melaksanakan konsep hijrah.
Abikusno Cokrosuyoso yang terpilih sebagai ketua formatur
dalam kongres PSII ke 22, Juli 1936 berpendapat bahwa politik
hijrah harus diteruskan karena dengan ini dilahirkan maksud
untuk mempelajari dan mencontoh sunah Rasulullah M yang
terpenting dalam melakukan maatschapiij opbouw (pembinaan
masyarakat).
19
"Algemenene Discipline", Tindakan Disiplin Partai terhadap Muhammadiyah karena
: 1) Bersikap anti politik dan memfitnah PSI. 2). Menerima subsidi bagi pendirian
sekolah dan poliklinik dari penjajah, dengan alasan "karena Sending Kristen mendapat
subsidi, sedang Muhammadiyah tidak diberi". Akibatnya Muhammadiyah tidak
pernah menentang Kristenisasi. (Fajar Asia, 29 Januari 1929).
94

Hasil selengkapnya dari kongres ke 22 di Cirebon itu adalah:


Mengangkat Wondo Amiseno sebagai presiden partai dan SM.
Kartosuwiryo sebagai wakil; selanjutnya, kembali kepada pola
perjuangan Rasulullah dengan metode Imarahad (iman hijrah jihad),
berdasarkan Qur'an surat Al-Baqarah: 218: "Sesungguhnya orang
orang yang beriman, hijrah dan berjihad fie sabilillah, mereka it
yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun
Maha Penyayang". Sementara Agus Salim Cs. telah masuk menjadi
anggota Volksraad (Parlemen Belanda).
Dasar-dasar pemikiran yang mengilhami lahirnya sistem
politik hijrah, diuraikan secara terperinci dalam sebuah brosur
dan kemudian menjadi sistem politik yang dianut oleh PSII. Dan
wewenang untuk menjelaskan sikap hijrah ini diserahkan kepada
SM. Kartosuwiryo dalam kedudukannya sebagai Vice President
Dewan PSII, sebagaimana tercantum dalam kata pengantar
yang diberikan oleh pimpinan lajnah tanfidziyah PSII, Abikusno
Cokrosuyoso.
"Bahwa kini sudah selesai brosur sikap hijrah PSII, yang oleh
formatie pucuk, pimpinan PSII diserahkan dalam kongres
Majelis Tahkim Partai ke 22 kepada saudara SM. Kartosuwiryo
untuk dikerjakan olehnya, terutama tentang segala keterangan,
penerangan dan pertimbangan yang bersifat menjelaskan atas
asasnya sikap hijrah PSII.
Dikatakan selanjutnya, sejak terbitnya brosur ini akan
mempunyai kekuatan hukum bagi dunia PSII. Ia akan
menentukan gerak, langkah usaha ikhtiyar dan daya upaya yang
95

wajib dijadikan pedoman PSII dalam mengejar cita-citanya yang


mulia, kemudian dengan segala kekuatan tenaga dan fikiran
akan beroleh buah dari padanya. Maka dengan pedoman sikap
hijrah tersebut, kaum PSII wajib dan tentu mempunyai
keyakinan yang seteguh-teguhnya, bahwa insya Allah segala cita-
citanya yang mulia akan tersampai kepada arah yang dituju".
Brosur hijrah tersebut terdiri dari dua jilid, di mana uraian
uraian penulisnya menjadikan Qur'an dan Hadits sebagai
rujukan utamanya. Bagian pertama terbagi ke dalam lima bab
yang mengandung segala keterangan, penerangan,
pertimbangan (over wegingen) dan lain-lain, yang berkenaan
dengan hijrah. Pada bagian ini diuraikan tentang pengertian ad
Dien yang menyangkut seluruh aspek kehidupan. Diuraikan pula
tentang status dan tugas manusia dalam kehidupan di dunia ini.
Lebih jauh dijelaskan mengenai perjalanan hijrah Rasulullah M
yang menjadikan hijrah sebagai pola dan strategi perjuangannya,
sekaligus menjadi pedoman bagi perjuangan seluruh ummatnya
yang datang kemudian. Karena sesungguhnya strategi hijrah
me-rupakan awal kemenangan perjuangan Rasulullah^.
Setelah itu diuraikan pula tentang makna jihad, tujuan dan
programnya. Dalam hal ini beliau mengaitkan: "Hampir setiap
tempat di mana kata hijrah digunakan dalam al-Qur'an selalu
diikuti dan diasosiasikan dengan jihad fi sabilillah. Tiada tindakan
hijrah dianggap absah, bila dalam hijrah cita cita jihad tidak
dilaksanakan".
Allah H berfirman: "Dan orang-orang yang beriman dan hijrah
serta berjihad pada jalan Allah dan juga orang orang yang memberikan
96

pemondokan dan pertolongan (kepada Muhajirin), adalah orang-o


mukmin sejati Mereka beroleh ampunan dan rezeki yang besar nila
Dan orang orang yang beriman sesudah, itu, dan (menyusul) hijra
dan berjihad bersamamu, termasuk golonganmu. Dan orang ora
yang ada pertalian darah, sebahagiannya lebih dekat terhadap ya
lain di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Mafia Mengetahui se
suatu".(QS: Al-Anfal, 8:74 75)
Pada ayat yang lain Allah M menegaskan kedudukan mereka
dengan firman Nya: "Orang orangyang beriman, berhijrah dan be
pada jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka, lebih t
derajatnya di sisi Allah. Dan mereka itulah orang orangyang m
(Qs. At -Taubah, 9:20)
Di sini perlu dijelaskan, bahwa prakarsa menulis brosur tidak
datang dari SM. Kartosuwiryo sendiri, melainkan atas
permintaan dan persetujuan kongres 1936, seperti dapat dibaca
dalam "pengiring kalam" yang ditulis langsung oleh pimpinan
Lajnah Tanfidziyah Partai SI, Abikusno Cokrosuyoso. Penjelasan
ini penting karena ada sebagian orang menuduh bahwa tulisan
dalam brosur tersebut hanyalah rekayasa SM. Kartosuwiryo
sendiri demi memaksakan kehendaknya.
Kongres partai yang diadakan tanggal 30 Juli sampai 7
Agustus 1938, di Surabaya, antara lain menjelaskan sikap partai
mengenai politik hijrah tersebut. SM. Kartosuwiryo yang diserahi
wewenang dalam masalah ini tampil menjelaskan: "Hijrahyang
jadi sikap partai itu haruslah jangan diartikan sama dengan sik
cooperasiyang dilakukan oleh partai-partai lain dalam pemerinta
non co-operasi itu adalah sikap negatif. Tetapi sikap hijrah m
97

satu sikap yang positif dan bersifat membangun. Sebab hijrah itu
sesungguhnya suatu sikap penolakan, akantetapi disamping itu dijal
usaha dengan sekuat-kuatnya untuk membentuk kekuatan hebatyan
kepada Darul Islam". ® 2

Aktualisasi Iman, Hijrah dan Jihad.


Hijrah dalam terminologi al Qur'an merupakan pola dan
strategi perjuangan fi sabilillah menuju futuh dan falah. Di
samping perintah Allah yang wajib dijalankan, pada masa Nabi
M hijrah juga merupakan tindakan praktis, gerak langkah serta
strategi perjuangan yang pada gilirannya menjadi titik awal
kemenangan Islam dan kejayaan kaum muslimin. Di setiap
tempat dimana kata hijrah digunakan dalam al Qur'an, selalu
diawali dengan iman, kemudian diikuti dan diasosiasikan dengan
jihad. Dan tidak ada tindakan hijrah dianggap shahih (absah)
manakala dalam hijrah tersebut, iman dan hijrah tidak
disertakan.
Akan tetapi, umumnya kaum muslimin mengenal bahwa
dalam sejarah Islam, hijrah syar'i hanya terjadi dua kali saja.
Yaitu pertama, hijrahnya beberapa sahabat Nabi M ke Ethiopia.
Dan kedua, hijrahnya Nabi Muhammad M dan kaum muslimin
ke Madinah. Setelah itu, hijrah tidak ada lagi. Kalaupun ada
istilah ataupun tindakan hijrah di luar yang sudah disebutkan
tadi, dianggap tidak memiliki landasan syari'ah.

20
Cornells Van Dijk, Darul Islam Sebuah Pemberontakan, Pen.Grafiti Pers Jakarta,
1983. hal 23. Selanjutnya Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia,
hal. 141.
98

Perintah hijrah kepada Nabi Muhammad M telah


diperintahkan Allah sejak masa pertama turunnya wahyu. Di
dalam surat al Muddatsir ayat 5, Allah berfirman: "Warrujza
fahjur"- "Dan tinggalkanlah hal hal yang keji (dosa)".
Hijrah dalam pengertian ayat di atas, berarti meninggalkan
segala macam sifat dan perbuatan keji yang tidak diridhai Allah,
dan tidak berdasarkan hudud (aturan) Allah §g. Sesungguhnya
sikap hijrah merupakan konsekuensi dari aqidah tauhid. Kalimat
syahadat sebagai pernyataan tauhid, adalah berarti pernyataan
taat kepada hukum Allah, dan pengingkaran terhadap hukum
lainnya. Realisasi dari pernyataan ini adalah dalam bentuk hijrah
yang akan membuahkan sikap furqan. Dengan demikian,
manusia yang sudah mengikrarkan syahadatain secara otomatis
dituntut untuk melakukan hijrah. Sebab tidaklah sempurna iman
seseorang tanpa melakukan hijrah, sebagaimana firman Allah:
"Dan orang-orangyang beriman dan berhijrah serta berjihad dijal
dan orang orangyang memberi tempat pemondokan dan pertolong
itulah orangyang benar benar beriman. Mereka memperoleh a
dan rezekiyang mulia". (Qs. Al Anfal; 8:74).
Sebagai tuntunan syari'at hijrah berlaku sepanjang zaman.
Rasulullah $g§ bersabda: "Tidak terputus hijrah hingga terputus
taubat. Dan tidak terputus taubat hingga terbit matahari dari
(Hr. Ahmad dan Abu Dawud)
Hadits ini secara eksplisit mengisyaratkan, bahwa wajib bagi
kaum muslimin untuk melakukan hijrah kapan dan dimanapun
juga. Sebagaimana diyakini oleh Imam SM. Kartosuwiryo,
99

bahwa hijrah bukan sekadar peristiwa sejarah berpindahnya


Nabi M dari Makkah ke Yatsrib saja, tetapi lebih dari itu, "Hijrah
itu adalah salah satu perbuatan Nabi yang sangat penting;
penting karena sesudah hijrah kaum muslimin hidup di zaman
baru, zaman yang terang cuaca, karena sorotnya nur Ilahy ke
tanah Madinah". 21

Di dalam al Qur'an disebutkan, bahwa latar belakang


dilakukannya hijrah oleh Nabi M dan kaum muslimin yang
menyertai beliau adalah terjadinya fitnah yang menimpa ummat
ini. Allah berfirman: "Sesungguhnya Rabmu bagi orang-orang yan
berhijrah setelah mereka mendapatfitnah, kemudian berjihad dan be
sesungguhnya Rab-mu setelah itu adalah Maha Pengampun lagi M
Penyayang". (Qs.An Nahl, 16:110).
Selain itu, Nabi M bersabda: "Maka hijrah itu di wajibkan bagi
orang Islam karena khawatir mendapatkan fitnah (ujian) lantaran s
agamanya".
Istilah fitnah, tidak saja berarti ujian dalam bentuk fisik, teror
mental, intimidasi, atau tekanan-tekanan lahiriah. Fitnah dalam
pengertian syar'i juga dimaksudkan, segala daya upaya yang
dilakukan musuh Islam, yang menyebabkan tidak berlakunya
syari'at Islam. Bahkan segala ikatan kelembagaan, organisasi,
partai, tradisi, sosial kemasyarakatan atau apapun jua, jika
karena itu menyebabkan seseorang menyimpang dari jalan
Allah, itu juga fitnah. Oleh karena itu semua fitnah itu harus
dijauhi; dan menjauhi fitnah itu disebut hijrah.
21
Furqon artinya sikap atau keterangan yang membedakan antara yang haq dan yang
bathil
100

Hijrah dalam pengertian seperti inilah, maka konsep hijrah


yang ditawarkan oleh SM. Kartosuwiryo sebagai strategi
perjuangan harus dipahami.
Di dalam brosur "Sikap Hijrah PSII" yang ditulis oleh SM.
Kartosuwiryo berdasarkan keputusan kongres 1936, beliau
menjelaskan makna hijrah secara lengkap dan mendetail.
Dijelaskan disitu bahwa, dengan mengutip ayat-ayat Al Qur'an,
makna serta tahapan tahapan hijrah itu ada 6.
Dalam penjelasannya itu, beliau menulis: "Istilah hijrah di
dalam al-Qur'an, berasal dari kata "Hajara", yang mempunyai
arti bermacam macam sesuai dengan keadaan, peristiwa dan
waktu digunakannya istilah tersebut".
Selanjutnya beliau jelaskan, bahwa di antara makna yang
terkandung dalam kata Hajara itu adalah sebagai berikut:
1. Hijrah di dalam makna menjauhi sesuatu, seperti yang
termaktub di dalam al Qur'an, surat al Muddatsir; 74:5 "Dan
perbuatan-perbuatan dosa itu jauhilah". Ayat ini termasuk ay
ayat yang pertama kali turun (ayat Makiyah). Jadi selak awal
risalah Islam diturunkan Allah M telah memerintahkan
kepada Nabi Muhammad H supaya berhijrah.
2. Hijrah di dalam makna meninggalkan dan berpaling dari
pada sesuatu, seperti makna yang terkandung dalam surat
Maryam, 19:46, "Berkata bapaknya: Bencikah kamu kepada tu
tuhanku wahai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, niscaya
akan kurajam, dan tinggalkanlah aku dalam waktu yang lama
dalam surat Al Furqan, 25:30, "Berkatalah Rasul: Yaa Rabbi,
101

sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini sebagai sesuatu


ditinggalkan (tidak diacuhkan)".
Kedua ayat yang terdapat dalam surat yang berlainan di atas,
turun di Makkah. Ayat pertama menceritakan riwayat Nabi
Ibrahim p3i ketika menghadapi kaumnya. Kata-kata itu
adalah ungkapan kaum kafir kepada beliau. Mereka
mengharap agar Nabi Ibrahim meninggalkan mereka
selama-lamanya. Sebab dengan keberadaan serta aktivitas
Nabi Ibrahim di masyarakat dianggap mengganggu
kepercayaan serta bangunan sosial kemasyarakatan yang
sudah mereka programkan. Sedangkan ayat kedua
merupakan keluhan Nabi Muhammad M sebab betapa
banyak dari kaum beliau yang berpaling dan menolak
kebenaran al-Qur an.
5

3. Hijrah di dalam makna menjauhkan diri dari sesuatu, seperti


tercantum di dalam surat Al-Muzammil, 73:10, "Dan
bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan, dan jauhilah me
dengan cara yang baik". Ayat ini pun termasuk ayat Makiyah
yang turun pada masa awal kenabian. Ayat ini mengandung
makna khusus mengenai Nabi $g. Sebab segala sesuatu telah
dibuktikan oleh penglihatan dan pendengaran, bahwa tidak
mudah hidup bersama-sama kaum musyrikin. Misalnya,
seorang muslim melihat orang musyrik menyembah berhala.
Orang muslim ini, jika ia jujur dengan keimanannya, tidak
akan mengajak saudara muslim lainnya menyaksikan
kemungkaran itu, baru kemudian meninggalkannya.
Melainkan pada saat itu juga ia harus meninggalkan tempat
itu dan menjauhkan diri dari pelaku-pelaku maksiat tersebut.
102
Demikian pula, jika mereka mengucapkan kata-kata yang
kotor. Orang muslim yang mendengarnya tak perlu mencari
kawan untuk ikut mendengarkan. Pada saat ia mendengar kata-
kata tak sopan, yang tidak diperkenankan oleh Allah itu, ia harus
meninggalkan tempat itu dan menjauhkan diri dari mereka. Baik
ada teman atau tidak. Sedangkan cara melakukan perbuatan
itu, ditunjukkan dengan kata Jaro/tf/z, yang berarti bagus. Dalam
sejarah kita melihat sikap Rasulullah kepada kaum Quraisy,
kebaikan perilaku beliau tak ada tandingannya. Perbuatan dan
tingkah lakunya pantas menjadi tauladan bagi segenap manusia.
Kemurahan hati, keindahan budi pekerti dan keluhuran sikap
yang ada di dalam dada. Rasulullah M yang melahirkan
perbuatan, sikap dan langkah yang baik itu ditauladani oleh para
sahabat. Dan harus ditauladani oleh semua kaum muslimin
sebagai orang yang mengaku ummat beliau. Dengan kata
Jamilan itu menunjukkan bahwa perbuatan Rasulullah #g dan
para sahabat jauh dari dorongan hawa nafsu yang mengandung
kebencian. Sebab Nabi Muhammad M diutus ke muka bumi ini
sebagai rahmat bagi semua manusia yang mau mengikutinya.
Untuk menyebarkan perdamaian dan bukan untuk
menimbulkan permusuhan antara satu orang dengan yang
lainnya, atau antara satu, kelompok dengan kelompok lainnya.
Untuk mengikat persaudaraan yang teguh dan kuat, bukan
untuk mengadakan pemboikotan.
Untuk meletakkan asas persamaan antara manusia, yang
kaya dan miskin, yang pandai dan bodoh, yang kuat dan lemah,
103

antara tuan dan budaknya; semuanya harus beribadah kepada


Allah, Allah yang Esa, yang kuasa mengurus dan memelihara
hamba-Nya. Jadi bukan untuk kesombongan.
Untuk menganjurkan persatuan kemanusiaan, bukan untuk
mengadakan perpecahan. Tak pernah didapati suatu riwayat
dari Rasulullah M berbuat kasar atau dzalim terhadap seseorang,
meskipun ia musuhnya yang paling jahat.
Pendek kata, al-Qur'an yang selalu menjadi pedoman
kehidupan Rasulullah H dan riwayat hidup beliau yang shahih
memberikan petunjuk kepada orang yang berakal, bahwa hijrah
Rasulul-lah tidak dilakukan lantaran rasa benci, karena mogok
atau rasa permusuhan.
4. Hijrah di dalam makna memisahkan sesuatu, seperti dalam surat
An Nisa', ayat 34: "... maka nasehatilah merekadanpisahkanlah mer
di tempat-tempat tidur mereka...". Ayat ini dimulai dengan firman
Nya^ "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita". D
kata-kata, "di tempat tempat tidur mereka" itu mengandung
pengertian adanya ikatan rumah tangga.
Hal tersebut bisa terjadi ketika permasalahan antara
keduanya yang tidak mudah diselesaikan. Bahkan bisa jadi
akan sampai pada hukum nusuz atau bahkan talaq. Yang perlu
digaris bawahi, bahwa sikap tersebut tidak dilakukan oleh
Rasulullah dan tidak dijelaskan oleh al-Qur'an lantaran
kebencian.
5. Hijrah di dalam makna mendapatkan sesuatu dengan segera,
seperti dalam surat Al Ankabut ayat 26, "Maka Luth
104

membenarkan kenabiannya. Dan berkatalah Ibrahim: Sesun


aku akan berpindah ke (tempat yang di perintahkan), Rabbku
(kepadaku), sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi M
Bijaksana". Ayat ini juga turun di Makkah.
6. Hijrah di dalam makna memutuskan hubungan dengan
sesuatu atau pindah dari sesuatu kepada yang lainnya, seperti
yang terdapat dalam surat Ali Imran, ayat 195: "Maka orang
orangyang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya,
disakiti pada jalan Ku, yang berperang dan yang dibunuh pasti
Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka "P
Ayat terakhir ini termasuk ayat Madaniyah. Jelaslah bahwa
arti hijrah dalam ayat ini adalah memutuskan hubungan, atau
pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Putusnya hubungan
ini disebabkan karena mereka diusir dari kediamannya semula,
bukan karena sengaja memutuskan hubungan yang dilatar
belakangi hawa nafsunya. Ayat ini mencakup pengertian umum,
sebab di sana disebutkan, "min dzakarin au untsa".
Dari keseluruhan ayat-ayat Qur'an yang kita paparkan di
atas, orang orang berakal akan dapat memahami dengan jelas
dan jernih, bagaimana seharusnya tindakan hijrah dilakukan.
Dan pada akhirnya akan diwujudkan dan kehidupan serta
menjadi pedoman dalam pergaulan di tengah-tengah lingkungan
masyarakat. 23

Demikianlah beberapa pengertian hijrah yang dirangkum


oleh SM. Kartosuwiryo, berdasarkan ayat-ayat Al Qur'an.
22
SM. Kartosuwiryo, Sikap Hijrah PSII: Ditetapkan Majelis Tahkim PSII ke 22, hal 9.
2
' Idem
105

Brosur ini kemudian menjadi dasar taktik dan strategi politik


PSII dalam mengembangkan dakwah dan menghadapi penjajah
Belanda.
Namun dalam perjalanan perjuangan ke depan, membawa
misi Idzharul Haq melalui sistem kepartaian, sangat disayangkan,
kesatuan ide dan persamaan di antara para elite partai tidak
bisa bertahan lama. Dalam tahun 1939 kebijaksanaan politik
hijrah lagi-lagi mengundang konflik, yang melibatkan dua tokoh
utama partai, yaitu Abikusno Cokrosuyoso dan SM.
Kartosowiryo, dan pada gilirannya menyebabkan hubungan
mereka menjadi retak berkeping-keping. Disatu pihak SM.
Kartosuwiryo konsekuen melaksanakan putusan kongres PSII
1938, tetap tegar dengan strategi hijrah sebagaimana telah
disepakati bersama. Di pihak lain, Abikusno justru bersikap
sebaliknya, karena pertimbangan pertimbangan tertentu ia
meninggalkan politik hijrah dan beralih kepada garis
parlementer. Di samping semakin meningkatnya tekanan
pemerintah kolonial, perubahan sikap ini juga sebagian
disebabkan oleh kian merosotnya kuantitas anggota PSII, dan
sebagian lagi karena pengaruh provokasi dari orang orang
barisan penyadar pimpinan Agus Salim.
Dalam kondisi demikian, Abikusno agaknya terseret pada
suatu pandangan yang dulu pernah ditentangnya, bahwa sikap
hijrah hanyalah taktik perjuangan, bukan prinsip, yang boleh
berubah sesuai tuntutan situasi dan kondisi. Pada akhirnya
Abikusno bergabung dengan partai partai politik lain ke dalam
106

federasi politik nasional. GAPI (Gabungan Politik Indonesia)


dalam tahun itu juga. Abikusno menjadi ketua federasi tersebut.
Pertentangan internal PSII meluas dan meningkat tajam.
"Ketika PSII setuju dengan gerakan mencapai parlemen,
SM.Kartosuwiryo bersama sahabat-sahabatnya menyatakan
penolakannya terhadap putusan partai", tulis Pringgodigdo
dalam bukunya SPRI. Akibat penolakan ini, badai perpecahan
tak dapat dielakkan lagi dan dengan menggunakan wewe-
nangnya selaku presiden partai, Abikusno memutuskan untuk
mengeluarkan SM. Kartosuwiryo dari kepengurusan partai
dalam tahun 1939. Dasar pemecatan itu semata-mata, karena
SM. Kartosuwiryo berpegang teguh mempertahankan putusan
kongres ke 22, yaitu menjalankan konsep hijrah secara konsisten,
maka di-anggap membangkang terhadap perintah pucuk pimpin-
an. Dengan berubahnya haluan partai, maka Abikusno
memerintahkan agar dihentikannya penyebaran brosur hijrah,
karena tuntutan situasi dan kondisi, dipandang mengandung
pikiran-pikiran anakronisme. Sementara itu SM. Kartosuwiryo
tetap berpandangan bahwa merubah politik hijrah dengan
sistem parlementer, berarti melakukan talbis (campur aduk
antara haq dan bathil), dan itu tidak Islami. Oleh karena itu
partai harus diselamatkan dari penghianatan oknum oknum elit
pimpinan, untuk mempertahankan serta merealisir tujuan Islam
yang menjadi ciri khas PSII.
Kiranya telah menjadi kehendak taqdir, SM. Kartosuwiryo
yang dipecat bersama sejumlah cabang PSII pengikutnya segera
mendirikan KPK PSII (Komite Pertahanan Kebenaran PSII),
107

yang dimaksudkan bergerak dalam lingkungan PSII sendiri.


Komite ini menggunakan segala ketentuan yang ada dalam PSII
dan tampil sebagai PSII yang sebenarnya. Cabang-cabangnya
terdapat di setiap tempat dimana ada PSII Abikusno diseluruh
Indonesia.
Dalam suatu rapat umum, 24 April 1940 di Malangbong,
Garut Jawa Barat, disitu ditegaskan bahwa KPK PSII akan tetap
menjalankan politik hijrah dengan kokoh.Untuk maksud ini,
maka akan didirikan suatu laboraturium pendidikan yang diberi
nama "Institut Shuffah". Suatu laboraturium pendidikan tempat
mendidik kader-kader mujahid, seperti juga di masa Nabi M
didirikan sesudah hijrah ke Madinah suatu Shuffah yang telah
melahirkan pembela-pembela Islam dengan ilmu yang
sempurna dan keimanan yang teguh kuat.
Dari rentetan peristiwa sejarah, seperti terlihat dalam uraian
di atas, siapapun yang memiliki sedikit kearifan pasti mengakui
bahwa terdapat contoh positif pada diri dan karier politik SM.
Kartosuwiryo. Ia memiliki pemahaman yang lurus, dan jauh ke
depan terhadap masalah-masalah agama, sosial dan politik.
Dengan memandang Islam, sebagai satu kesatuan politik, agama
dan sosial, ia meyakini kebenaran perjuangannya serta
membelanya dengan gigih dan penuh keberanian.
Dalam manifesto politik pemerintah NII, hal ini terbukti
dengan jelas, dimana dikatakan, "Kita harus memandang Islam
sebagai peraturan hidup, stelsel masyarakat, stelsel pemerintahan,
stelsel negara dan stelsel dunia. Dengan sendi yang pasti, kuat
108

dan sentausa, luas dan mendalam, suci dan terpelihara yang tidak
dapat diperkuda dan dipermainkan oleh siapapun juga. Kami
tidak ingin ingkar dari padanya . 55 24

Oleh karena itu, ketika orang-orang lain merasa le-mah


menghadapi tekanan rezim dan cenderung ingin bekerjasama guna
menghindari resiko perjuangan serta demi tujuan tujuan pragmatis.
SM. Kartosuwiryo tetap tegar, konsekuen dan istiqamah, melangkah
dengan mantap menuju cita cita Islam yang diperjuangkan sejak
awal tanpa bergeser sedikitpun. Ia tidak pernah mencari jalan untuk
kalah demi keselamatan yang remeh, sebaliknya mencari jalan
untuk menang dan melawan musuh sekalipun harus menghadapi
berbagai tekanan dan tantangan.
Demikianlah, ketika kawan-kawannya dilanda kebingungan
dan berkata, "Politik hijrah bukanlah strategi perjuangan, tetapi
sekedar taktik yang suatu saat bisa di gunakan dan di saat lain
bisa ditinggalkan . Ia sama sekali tidak terpengaruh, melainkan
55

tetap tenang dan meyakinkan pengikut-pengikutnya, "Dengan


Islam kita laksanakan hukum, untuk Islam kita berjuang, di atas
dasar-dasar Islam kita bekerja sama dan menurut ketentuan
Islam kita mengarungi kehidupan dunia yang fana, sebelum
menuju kehidupan akhirat yang abadi . 55

Itulah dia Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo yang senantiasa


menekankan pada pengikut-pengikutnya, marilah berlomba
menjadi orang yang benar dan tidak menentang kebenaran. Dia
mengukur manusia dengan ukuran Islam, menilai musuh atau
24
Kapten Drs. Suyono HW. Opcit hal. 122
109

kawan sesuai dengan sikapnya terhadap Islam. Setiap negara


yang memusuhi Islam adalah negara yang dzalim, maka
akhlaqnya harus diubah dengan lisan kalau bisa, dengan ke-
kerasan jika terpaksa.
Cornelis Van Dijk, penulis buku DI Sebuah Pem-berontakan pada
halaman 11, menggambarkan sikap SM. Kartosuwiryo yang
istiqamah dan lurus itu dengan kalimat berikut: "SM.
Kartosuwiryo seorang organisatoris ulung yang mampu
memikat banyak pengikut di kalangan rakyat pedesaan. Dia
berpengalaman dalam politik nasional dan telah memainkan
peranan penting dalam gerakan Islam sebelum perang. Di
samping itu, riwayat politiknya cemerlang. Sebelum perang ia
senantiasa keras menentang kerjasama dengan pemerintah
Belanda juga pada saat para pemimpin nasionalis dan lainnya
menjatuhkan pilihan untuk bekerjasama. Jadi, ia tetap jernih
dari kesan negatif.
Hampir senada dengan penilaian di atas, Abdul Qahhar
Muzakkar, seorang teman seperjuangannya, pemimpin RPII
(Republik Persatuan Islam Indonesia) di Sulawesi yang
menggabungkan diri ke dalam NII Jawa Barat pada tahun 1953,
menilai kepribadian Imam SM. Kartosuwiryo dengan sangat
hormat, sekalipun pada masa-masa terakhir keduanya berbeda
faham. Pengakuannya atas kelebihan Imam SM. Kartosuwiryo
dinyatakan dalam buku "Catatan Bathinnya" sebagai berikut:
"Keseluruhan peserta sidang PUPIR (Pertemuan Urgentie
Pedjuang Islam Revolusioner) yang dihadiri para alim ulama dan
110

pemimpin Islam yang menjadi perutusan dari Jawa, Sumatera


Aceh, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, Tengah,
Tenggara dan Selatan sebanyak 465 orang, mengakui bahwa
pribadi saudara SM. Kartosuwiryo adalah ulama besar dan
intelektual Muslim"

Institut Shuffah: Membina Kader Mujahid.


Untuk mewujudkan cita-cita perjuangan menegakkan
Negara Islam Indonesia, Kartosuwiryo membangun suatu
gerakan yang didukung oleh kekuatan dan perhitungan serta
konsep yang matang. Ia mulai mendidik para mujahid, pioner-
pioner muda muslim menjadi jundullah yang bejuang semata-
mata lillahi ta'ala.
Maka disuatu daerah yang terletak di pinggir jalan antara
Malangbong Belubur Limbangan, Garut Jawa Barat, didirikan
sebuah laboratorium Qur'ani yang bernama "Institut Shuffah".
Institut ini tidak saja didatangi oleh siswa-siswa dari Banten dan
sekitarnya. Tapi juga dari Wonorejo, Cirebon bahkan dari Toli-
toli Sulawesi Selatan. Tenaga-tanaga pengajarnya adalah
ulama-ulama terpilih antara lain: Yunus Anis (Bandung), Yusuf
Taujiri (Wonorejo), Musthafa Kamil (Tasik Malaya), Abdul
Qudus, Ghazali Tusi (Malangbong) dan R.Oni Qital (Tasik
Malaya), Abu Suja', Ais Kartadinata, H . Sulaeman, Umar
Hamzah dll.
Institut Shuffah tempat mendidik mujahid mujahid fie
sabilillah, tidak hanya soal keagamaan, tapi diajarkan pula ilmu
kemiliteran serta kenegaraan. Tujuannya jelas, melahirkan
Ill

kader-kader hizbullah yang militan dan tahan uji, yang memiliki


kualifikasi shabirun dan muttaqin, sebagai salah satu pondasi dan
tiang utama, serta penyokong utama berdirinya Negara Islam
dan lahirnya Tentara Islam Indonesia. Ide lahirnya Institut
Shuffah merupakan pengamalan dari firman Allah surat Ash
Shaff ayat 4, yang maksudnya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang ber-perang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seaka
akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh".
Langkah langkah da'wah yang dimulai SM. Kartosuwiryo
menunjukkan dengan jelas tentang kemurnian perjuangannya
dan ittiba'nya yang sungguh-sungguh pada manhaj nubuwwah
(metode dakwah) Rasulullah f|. Bagaimana membangun
masyarakat baru berdasarkan Islam, dengan cermat ia men-
contoh dan menerapkan tahapan-tahapan yang dilalui
Rasulullah dalam pelaksanaan sistem politiknya. Seperti tercatat
dalam sejarah, mula mula Rasulullah melakukan politik hijrah
dari Mekkah ke Madinah. Setelah itu. di daerah yang baru,
beliau membangun masjid sebagai suatu kebutuhan yang
mendesak, tempat berkumpul dan beribadah menyembah Allah
SI. Di samping masjid, beliau juga membangun sebuah lembaga
pendidikan yang bernama Shuffah. Setelah itu barulah beliau
mengarahkan pandangannya dengan memperhatikan keseng-
saraan hidup kaum muhajirin. Mereka semua meninggalkan
harta benda yang mereka miliki demi memenuhi perintah Allah
dan Rasul Nya. Untuk itu beliau mengikat "Persaudaraan Kaum
Muslimin". Ajaran Islam yang menyatakan bahwa setiap muslim
adalah saudara bagi muslim yang lain, mengalami uji coba yang
besar di Madinah.
112

Jadi apabila lembaga tempat mendidik kader-kader


Hizbullah itu diberi nama Shuffah bertujuan melahirkan kader-
kader militan Darul Islam, tentu bukan tanpa pertimbangan
historis Islami. Seorang sejarawan melukiskan, bahwa Shuffah
di masa Rasul Allah H adalah: "Sebuah panggung luas
beratapkan jerami, dibangun disalah satu pojok masjid. Tempat
ini sekaligus menjadi training centre untuk pendidikan Islam dan
juga sebagai tempat berteduh bagi orang-orang muslim yang
miskin (khususnya orang-orang fakir muhajirin). Mereka yang
tinggal disini disebut Ashhabush Shuffah (sahabat-sahabat dari
Shuffah). Abu Hurairah 4&>, perawi hadits terkenal juga salah
satu alumni dari Ash habush Shuffah". 2:)

Sampai tahun 1942, ketika Jepang masuk menduduki


Indonesia, Institut Shuffah, lembaga pendidikan yang dibina
dengan menekankan pengajaran ilmu Tauhid, militansi Islam,
teori kenegaraan dan pendidikan militer masih terus berlangsung.
Pada akhirnya yang lebih menonjol malahan latihan militernya
yang merupakan cikal bakal lahirnya pasukan Hizbullah dan
Sabilillah, dan kemudian menjadi Tentara Islam Indonesia.
Ketika Jepang menguasai Indonesia, semua partai-partai
Islam dibubarkan dan terjadilah fusi mengikuti kehendakJepang,
dan terbentuklah Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
Juga dibentuk PETA HEIHO, sedang Institut Shuffah telah
berubah fungsi menjadi tempat latihan militer.

25
Dr. Majid Ali Khan, Muhammad SAW. Rasul Terakhir, Penerbit Pustaka Salman,
Bandung, 1405 H , hal. 92
113

Pada tahun 1943 Jepang membentuk Cikio Sangiin


(semacam DPR), Agus Salim dan Abikusno ikut menjadi
anggotanya. Berawal dari sini, perjalanan para tokoh sempalan
PSII seperti telah disebutkan di atas, mulai tidak lurus lagi, larut
dalam konstelasi politik penjajah. September 1944 Kaiso (PM
Jepang) ketika itu, menjanjikan kemerdekaan pada Bangsa
Indonesia. Tanggal 1 Maret 1945, BPUPKI atau dikenal juga
dengan panitia 9 bersidang membahas kemerdekaan yang
dijanjikan pemerintah Jepang. Dan tanggal 22 juni 1945 disusun
Piagam Jakarta. 26

26
Sebenarnya Dasar Negara I (Sila Pertama Pancasila) yang aslinya terdapat dalam
Piagam Jakarta, berbunyi: "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at
Islam bagi pemeluk pemeluknya". Jadi bukan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai-
mana yang tercantum dalam Pembukaan U U D 1945, maka dikalangan ahli tata
negara populerlah adanya ungkapan bahwa pengguguran "Tujuh Kata" yaitu anak
kalimat Islam dari Piagam Jakarta tersebut yang menggantikannya dengan "tiga
kata" yaitu Yang Maha Esa sesuai Pembukaan U U D 1945. Sejarah terjadinya
perubahan ini sangat menarik dan sangat penting untuk disimak secara obyektif
dan ilmiah. Perubahan itu terjadi mendadak dan tergesa-gesa yaitu pada sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Usul
perubahan itu datang dari Hatta yang pada petang hari 17 Agustus 1945 mengaku
kedatangan tamu Opsir Kaigun Jepang, yang namanya sudah tidak diingatnya yang
mengatakan bahwa wakil wakil Protestan dan Katolik dalam kawasan Kaigun
(angkatan laut Jepang) berkeberatan sangat atas kalimat dalam rancangan
Pembukaan U U D 1945 yang berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
Syari'at Islam bagi pemeluk pemeluknya". Bung Hatta dengan mudahnya percaya
pada perkataan opsir Jepang itu dan menjadikannya sebagai bahan masukan penting
dalam sidang PPKI. Dalam istilah era reformasi sekarang ini, opsir Jepang itu
sebenarnya adalah seorang provokator yang telah berhasil memprovokasi Bung
Hatta. Selanjutnya Bung Hatta dengan dibantu oleh Bung Karno yang ketua sidang
PPKI berhasil memprovokasi K i Bagus Hadikusumo, Mr Kasman Singodimejo,
dan Mr Teuku Hasan dari Aceh, dan seluruh anggota sidang terprovokasi. Mereka
yang beragama Islam lupa bahwa Opsir Jepang itu adalah orang kafir, zalim dan
fasik yang omongannya tidak boleh dipercaya begitu saja mengingat firman Allah

n
114

Bagi mereka yang senang bermain angka, ada saja yang


menghubung-hubungkan jumlah sembilan tadi dengan sebuah
ayat di dalam Al Qur'an, bahwa tokoh-tokoh yang terlibat dalam
BPUPKI itu telah keliru membaca situasi dan membawa
ummatnya ke jurang yang berbahaya. Ayat Qur'an yang
dimaksudkan, sekali lagi oleh mereka yang suka bermain angka,
sesungguhnya berkenaan dengan ummat Nabi Shaleh yaitu
kaum Tsamud yang maksudnya adalah: "Dan adalah di kota itu,
sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bum
mereka tidak berbuat kebaikan" (QS. 27:48).
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu
33
(Qs. Al-Hujurat; 49:6).
Dengan melanggar firman Allah inilah maka keluar hasil: Ketuhanan Yang Maha
Esa, yang mengandung makna Tauhid bagi ummat Islam, sehingga mereka merasa
sudah baik dan benar. Tetapi ketahuilah bahwa tauhid ini kemudian akan dipaksakan
kepada ummat yang non muslim juga diseluruh Indonesia karena dasar negara itu
berlaku umum. Padahal ajaran Tauhid dalam Islam itu tidak boleh dipaksakan
kepada orang non muslim, ingat firman Allah Qs. Al-Baqarah; 2:256:
"Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. Sesungguhnya sudah nyata
mana petunjuk dan mana kesesatan. Maka siapa yang mengingkari Thaghut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah ber-pegang pada bughul
tali yang kuat sekali, yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui"
Maka secara diam diam orang orang Indonesia yang non Muslim sebenarnya tidak
bisa menerima "Pancasila" karena Ketuhanan mereka, ada yang trimurti, ada yang
trinitas, ada yang tripurusa dll. Inilah benih-benih kerusuhan seperti yang terjadi di
Kupang, Timor timur, Sambas, Ambon dll yang bernuansa keagamaan.
Kelihatan bahwa dasar_negara 1 versi Piagam Jakarta itu jauh lebih bijaksana
dari pada dasar negara I versi pembukaan U U D 1945. Dalam Piagam Jakarta,
urusan Tauhid itu hanya akan merjadi urusan intern ummat Islam sesuai kandungan
syari'atnya dan akan memberi kebebasan penuh bagi pemeluk agama lain untuk
bertuhan sesuai tuntunan agamanya masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa
Pancasila itu mengandung tiga kesalahan:
115

Panitia 9 mungkin bukanlah yang dimaksudkan oleh firman


Allah diatas. Tapi melihat kenyataan, situasi politik, latar
belakang, segi syari'ahnyA, serta akibat-akibat yang ditimbulkan-
nya bagi generasi muslim dikemudian hari, maka sulit untuk
menyangkal jika ada orang mencari-cari relevansi antara
kandungan ayat dengan perilaku politik yang mereka tunjukkan.
Mungkin ini suatu kebetulan saja. Wallahu a'lam bish shawab.

Rintangan Perjalanan.
Perjuangan menuju terbentuknya Negara Islam Indonesia
(DarulIslam), tidaklah lempang tanpa rintangan. Sebab siapapun
yang sungguh-sungguh hendak melanjutkan perjuangan
Rasulullah $|, maka dia juga harus siap menerima segala
rintangan dan ujian yang pernah menimpa beliau dan para
sahabatnya. Isyarat tentang berbagai rintangan yang bakal
meng-halangi perjalanan jihad fi sabilillah, tertera dalam A l
Qur'an: "Apakah kamu mengira bahwa akan dibiarkan begitu saja (t
ada ujian), sedang Allah belum mengetahui dalam kenyataan orang
yang berjihad di antara kamu dan mereka tidak mengambil menjadi
setia selain Allah, Rasul Nya dan orang orangyang beriman. Dan A
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. 9:16). Pada surat

a. Bahasa Sila seharusnya Dasar.


b. Panca harusnya Catur (empat)
c. Produk provokasi Jepang yang telah menjerumuskan bangsa Indonesia ke jurang
disintegrasi, sehubungan dengan paksaan berketuhanan Yang Maha Esa (taultid).
(Ir. RHA. Sahirul Alim, Msc. dalam makalah berjudul "Pancasila Dasar Negara
RI Sebuah Kritik", yang telah dipresentasikan dihadapan tokoh-tokoh Pancasila
dalam suatu diskusi di Gedung Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Jawa
Timur, 19 Maret 1999)
116

dan ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya Kami bena
benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang orangyan
dan bersabar di antara kamu dan agar Kami menyatakan baik b
hal ihwalmu". (QS.47:31).
Iman itu tidak hanya pengakuan, tapi juga pengamalan.
Manusia akan diuji dengan berbagai kesulitan sebagai test
kesabaran dan keimanan, siapa yang sungguh-sungguh dengan
keimanannya dan siapa yang hanya pengakuan di mulutnya saja.
Sebagaimana hadits Rasulullah M yang artinya: "Bukan
dinamakan iman jika hanya angan-angan. Akan tetapi (iman i
yang terhujam di dalam hati dan dilaksanakan dalam amal perbu
(Muttafaq alaih)
Allah Malikurrahman berfirman: "AlifLaam Mim. Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan
u
kami beriman". Sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhn
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesunggu
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta". (Qs. Al-Ankabut, 29:1-3).
Bagi mereka yang sabar dan konsisten dengan keimanannya,
mengetahui dengan jelas bahwa setiap rintangan di arena jihad
fie sabilillah merupakan jalan jalan syari'at yang harus dilalui
oleh setiap mujahid. Dan bagi mujahid yang ikhlas, rintangan
dijalan Allah bagaikan seorang yang berwudlu ketika hendak
shalat, menjadi pencuci bagi dosa dosanya. Adapun rintangan
yang menghalangi perjalanan ke arah berdirinya Negara Islam
Indonesia, datang dari berbagai jurusan. Bukan saja datang dari
musuh kafirin dan penguasa thaghut, tapi juga datang dari
kawan yang tidak sefaham.
117

Situasi Pra Proklamasi NII


Agresi Belanda 1 terjadi pada tanggal 21 Juli 1947. Dalam
perjanjian Linggar Jati 25 Maret 1947, wilayah RI tinggal
Sumatera dan Jawa. Tanggal 19 Desember 1948 Belanda
melakukan agresi kedua kalinya ke dalam wilayah RI dan
menguasai hampir seluruh kantong pertahanan RI. Selanjutnya
diadakannyalah perjanjian Renville 17 Januari 1948 yang
memutuskan bahwa pasukan RI harus ditarik mundur dari
daerah-daerah yang resmi dikuasai Belanda. Sebagai akibat
langsung dari perjanjian ini maka TNI harus meninggalkan
daerah pertahanannya mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah,
(antara perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah) serta Jawa
Timur sebelum daerah Malang. Daerah RI nyaris tinggal
Yogyakarta dan beberapa daerah sekitarnya, sehingga
menyebabkan pasukan RI lari mengungsi, yang kemudian
terkenal dengan Long March.
Sebelum agresi Belanda kedua terjadi, pembentukan
Kabinet Amir Syarifuddin 13 Juli 1947, SM. Kartosuwiryo
pernah ditawari jabatan wakil menteri pertahanan oleh
pemerintah RI, yang tentu saja ditolaknya. Dan memilih
melanjutkan perjuangan mengenyahkan Belanda. Dengan
bergeriliya di hutan hutan ketimbang menerima tawaran
menjadi menteri di sebuah negara yang menolak berlakunya
syari'at Islam. Menyaksikan kondisi politik yang tidak meng-
untungkan bagi Bangsa Indonesia akibat berbagai perjanjian
yang diadakan pemerintah RI dengan Belanda, maka para tokoh
KPK PSII antara lain SM. Kartosuwiryo, R. Oni Qital, Kamran
118

dan lain lain mengadakan pertemuan. Hasilnya adalah, menolak


setiap jenis kompromi dengan Belanda serta menolak perjanjian
Renville yang diadakan oleh pihak RI dan Belanda. Selanjutnya
menolak mundur ke belakang garis demarkasi yang telah
disepakati RI dan Belanda, dengan alasan perjuangan harus
diteruskan. Oleh karena itu seluruh pasukan Hizbullah dan Sabilillah
tidak diizinkan ikut pindah ke Yogyakarta mengikuti langkah
yang diambil tentara RI, sebagai akibat dari ke-konyolan tokoh-
tokoh politiknya. Maka pada tanggal 10 Februari 1948 KPK
PSII mengadakan konferensi di Cisayong Jawa Barat.
Konferensi Cisayong berhasil mengeluarkan putusan-putusan
penting di antaranya adalah: Membentuk Majelis Islam.
Mengangkat SM. Kartosuwiryo menjadi Imam dan Pangti DI/
T I I , dan R. Oni Qital sebagai Panglima T I I yang tugas
utamanya menyusun pasukan pertahanan dalam tempo tiga
bulan. Markas TII yang semula berada di Cihaur di pindahkan
ke Gunung Cupu, karena mendapat serangan dari Belanda dan
menyebabkan terjadinya pertempuran hebat di Gunung Cupu
pada tanggal 17 Februari 1948. Peristiwa pertempuran ini
kemudian diabadikan, sebagai hari Angkatan Perang DI/TII.
Sebulan kemudian, Maret 1948 diadakan lagi konferensi di
daerah Cihiudeung sebelah selatan Malangbong dengan hasil
sebagai berikut: Membentuk Negara Islam Indonesia (NII),
mendesak pemerintah RI untuk membubarkan diri, mendesak
kepada RI untuk diadakan lagi konferensi di daerah Cihiudeung
setelah menetapkan daerah-daerah kantong yaitu D I (daerah
basis Nil), D I I (daerah pertempuran), dan D III (daerah musuh).
119

Dua bulan berikutnya, 1 Mei 1948 diadakan lagi konferensi


di Cijogo yang menelurkan beberapa keputusan sebagai
penyempurnaan dari putusan hasil konferensi sebelumnya, yaitu:
Ekspansi N I I , Hukum yang berlaku adalah hukum Islam,
membentuk Dewan Imamah/Dewan Menteri, membentuk
Dewan Fatwa di bawah Mufti Besar sebagai penasehat Imam,
dan terakhir menyusun Qanun Asasi (UUD NII) yang akan
menentukan bahwa hukum tertinggi adalah A l Qur'an dan
Hadits Shahih, sedang pemegang pimpinan ter-tinggi adalah
Imam.

Jihad melawan penjajah Belanda


Di Yogyakarta keadaan sudah sedemikian gawat-nya,
sehingga pada Bulan Desember 1948 Yogya dikuasai Belanda
dalam waktu hanya 6 jam saja. Soekarno dan Hatta ditangkap
lalu dibuang ke Bangka. Pemerintahan R I menjadi vacum.
Eksistensi Negara RI secara defacto sudah tidak ada. Seluruh
wilayah RI yang hanya tinggal Yogyakarta dan sekitarnya saja,
sementara presiden dan wakilnya ditangkap serta dikuasai
Belanda.
Menyaksikan kondisi yang serba tidak menentu, dimana
tentara RI sudah mengungsi ke Yogyakarta sementara presiden
dan wakilnya ditangkap lalu dibuang oleh agresor Belanda,
maka tidak bisa lain harus ada upaya menyelamatkan negara
dan membebaskan diri dari kekuasaan penjajah Belanda. Untuk
mempertahankan eksistensi pemerintah RI yang sedang vacuum,
Mr. Syafruddin Prawiranegara mendirikan PD RI (Pemerintah
120

Darurat RI) di Sumatera, tapi jasanya tak pernah dihargai


menurut selayaknya oleh pemerintah RI.
Sementara itu pada tanggal 20 Desember 1948, ummat
Islam Bangsa Indonesia di bawah komando SM. Kartosuwiryo
mengumandangkan perang suci melawan penjajah Belanda.
Seruan perang suci ini terilhami oleh firman Allah yang artinya:
"Hai Nabi, "berjihadlah melawan orang orang munafiq, dan
bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah nera
Jahannam. Dan itulah tempat kembali seburuk buruknya". (QS A
Taubah,9:73).
u
Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu untuk
berjuang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu,
niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan
jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, mereka dapat
mengalahkan seribu daripada orang orang kafir, disebabkan aran
orang kafir itu kaum yang tidak mengerti". (QS. Al-Anfal, 8:64¬
65).
Lebih tegas lagi, Allah berfirman: "Mengapa tidak kamu perangi
saja kaum yang merusak perjanjiannya, padahal mereka telah berte
untuk mengusir Rasul dan merekalah yang mula-mula memerangim
Apakah kamu takut pada mereka, padahal Allah-lah yang lebih pan
kamu takuti, jika kamu benar benar orang beriman. Perangilah mer
Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan tanganmu dan A
akan menghinakan mereka dan menolongmu, danjuga menentera
hati orang-orang beriman". (Qs. 9:13 14)
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
tidak pula kepada hari akhirat, dan juga viereka tidak mengharamk
121

apa yang diharamkan Allah dan Rasul Nya, dan mereka tidak
beragama dengan agama yang benar (Islam). Mereka adalah
orang-orang yang diberi kitab (Taurat dan Injil), sehingga mereka
membayarjizyah dengan tunduk dan patuh". (Qs. At-Taubah, 9:29)
"Hai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir
disekitarmu, dan hendaklah mereka merasakan kekerasan (kekuatan)
daripadamu. Dan ketahuilah Allah bersama (membela) orang orangyan
bertaqwa". (Qs. At-Taubah, 9:123)
Api semangat yang memancar dari wahyu Ilahiy inilah,
yang mendorong Tentara Islam Indonesia bangkit dengan gagah
perkasa mempelopori perjuangan ummat Islam Bangsa
Indonesia. Komando perang dikeluarkan dengan M K T
(Maklumat Komandemen Tertinggi) yang menyatakan bahwa
negara dalam situasi perang, dan diberlakukan hukum Islam
kondisi perang. Di samping itu, maklumat tersebut juga berisi
pernyataan jatuhnya RI dan dengan tertangkapnya tokoh tokoh
pemerintah RI, maka RI dinyatakan de Vacto Van Mook.
Setelah seman ini dikeluarkan, maka revolusi nasional yang
semula dikumandangkan oleh pemerintah RI berubah menjadi
revolusi Islam di bawah bendera Tentara Islam Indonesia (TII).
Maklumat Imam bertarikh, 19 Shafar 1368 H/ 20 Desember 1948
M itu berpendapat, bahwa perang suci, perang totalitas, perang
rakyat seluruhnya menghadapi Belanda.
Komando perang itu berbunyi:
1. Diperintahkan kepada seluruh ummat Islam Indonesia untuk
perang suci mutlak hingga penjajahan musnah dari muka
bumi Indonesia.
122

2. Diperintahkan kepada Angkatan Perang NII untuk mem-


pelopori dan melindungi rakyat hingga revolusi Islam selesai
dan Negara Islam Indonesia berdiri dengan sempurnanya.
Firman Allah:
1. Infiru khifajan wa tsiqalan wajahidu bi amwalikum wa-anfu
fi sabilillah
2. Inna fatahna lakafathan mubina ....
Proklamasi Negara Islam Indonesia
Setelah dikeluarkan maklumat Imam No. 5 sebagaimana
tersebut di atas, dan kira-kira 9 bulan setelah seman perang suci
melawan penjajah Belanda diumumkan, saatnya telah tiba untuk
memproklamasikan berdirinva Negara Islam Indonesia.
Proklamasi NII akhirnya dikumandangkan ke seluruh dunia pada
tanggal 12 Syawal 1368 H bertepatan dengan 7 Agustus 1949 M,
di sebuah desa bernama Gunung Cupu, Tasikmalaya Jawa Barat.

Teks Proklamasi NII berbunyi:


Bismillahirmhmaanirrahiim,
Asyhaduan Lailahaillailah, wa asyhaduanna Muhammadarra
Kami ummat Islam Bangsa Indonesia menyatakan berdirinya Negara
Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas Negara Islam
Indonesia itu adalah hukum Islam.
Mahu Akbar,Allahu Akbar, Allahu Akbar
Madinah Indonesia, 12 Syawal 1368H
7 Agustus 1949M
Atas nama ummat Islam Bangsa Indonesia
Imam Negara Islam Indonesia:
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo
123

Penjelasan Teks Proklami


L Alhamdulillah, maka Allah telah berkenan mencurahkan
karunia Nya yang maha besar atas ummat Islam Bangsa
Indonesia ialah: Negara Islam Indonesia, yang meliputi
seluruh Indonesia.
2. Negara Karunia Allah itu adalah "Negara Islam Indonesia",
atau dengan kata lain "Ad Daulatul Islamiyah". Atau "Darul
Islam", atau dengan singkatan yang sering dipakai orang
" D I " (dibaca de-ie). Selanjutnya hanya dipakai satu istilah
resmi yakni: NEGARA ISLAM INDONESIA
3. Sejak bulan September 1945, ketika datangnya Belanda ke
dan di Indonesia, khususnya ke dan di pulau Jawa, atau
sebulan kemudian dari pada Proklamasi berdirinya "Negara
Republik Indonesia", maka revolusi nasional yang mulai
menyala pada tanggal 17 Agustus 1945 itu, merupakan
"perang", sehingga sejak masa itu seluruh Indonesia di dalam
keadaan perang.
4. Negara Islam Indonesia tumbuh di masa perang di tengah-
tengah revolusi nasional, yang pada akhir kemudiannya,
setelah naskah Renville dan ummat Islam Bangsa Indonesia
bangun serta berbangkit melawan keganasan penjajah dan
perbudakan yang dilakukan oleh Belanda, beralih sifat dan
wujudnya, menjadilah revolusi Islam atau perang suci.
5. Insya Allah, perang suci atau revolusi Islam itu akan berjalan
terus hingga:
A. Negara Islam Indonesia berdiri dengan sentosa dan tegak
teguhnya, ke luar dan ke dalam 100% de facto dan de
yure di seluruh Indonesia.
124

B. Lenyapnya segala macam penjajahan dan perbudakan.


C. Terusirnya segala musuh Allah, musuh agama dan musuh
negara dari Indonesia.
D. Hukum Islam berlaku dengan sempurnanya di seluruh
negara Islam Indonesia.
.6. Selama itu, Negara Islam Indonesia merupakan Negara
Islam di masa perang atau Darul Islam Fi waktil harbi.
7. Maka segala hukum yang berlaku, pada masa itu, di dalam
lingkungan Negara Islam Indonesia adalah hukum Islam
dimasa perang.
8. Pada dewasa ini perjuangan kemerdekaan nasional yang
diusahakan selama hampir empat tahun itu, kandaslah sudah.
9. Proklamasi ini disiarkan ke seluruh dunia, karena ummat
Islam Bangsa Indonesia berpendapat dan berkeyakinan,
bahwa kini sudahlah tiba saatnya melakukan Wajib Suci yang
serupa itu, bagi menjaga keselamatan negara Islam Indonesia
dan segenap rakyatnya, serta bagi memelihara kesucian
agama, terutama sekali bagi: Mendhahirkan keadilan Allah
di dunia.
10.Semoga Allah membenarkan Proklamasi Berdirinya Negara
Islam Indonesia itu jua adanya. Bismillahi.... Allahu Akbar!
Tentara Islam Indonesia
Diantara Sumber kekuatan Islam, menurut Syeikh Sayyid-
Sabiq dalam bukunya An-NashirulQuwah fil Islam, antara lain:
1. Kekuatan Aqidah
2. Kekuatan Ukhuwah dan
3. Kekuatan Asykariah.
125

Setiap mujahid yang akan memperjuangkan Islam mesti


menyadari urgensinya tiga kekuatan di atas, dan tidak boleh
hilang salah satu di antaranya.

Pada tahun 1948, kira-kira setahun sebelum N I I


diproklamasikan, sudah lebih dahulu dibentuk pasukan militer
T I I (Tentara Islam Indonesia). Lahirnya T I I merupakan
gabungan dari berbagai kesatuan aksi militer yang semuanya
bertujuan sama, yaitu mengusir Belanda dari bumi Indonesia.
Di antara faksi faksi militer yang bergabung menjadi TII antara
lain: DEMUI (Dewan Mobilisasi Ummat Islam), PADI
(Pahlawan Darul Islam), Pasukan Elang dan bahkan disebut-
sebut juga bergabungnya pasukan Jepang yang menyerah.
Penting dijelaskan di sini bahwa tujuan dan program yang
diemban pemerintah Negara Islam Indonesia ada dua. Pertama,
menyadarkan manusia bahwa mereka adalah hamba Allah.
Dan kedua, menegakkan Khilafah fil Ardhi.
Lahirnya NII, sesungguhnya bukan hasil rekayasa manusia,
melainkan af'alullah, yaitu perbuatan serta program langsung
dari Allah St. Imam SM. Kartosuwiryo, apabila beliau menulis
NII selalu diawali dengan kalimat NKA (Negara Karunia Allah).
Masalah ini selalu beliau pesankan kepada seluruh mujahid Darul
Islam dengan kata-kata yang mengandung makna dalam. 'Jika
suatu ketika, kata beliau, Allah memberi kemenangan kepada
kalian, janganlah merasa bahwa itu lantaran usaha kalian
semata-mata. Tetapi yakinlah bahwa kemenangan itu
merupakan karunia dari Allah §1". Salah seorang sesepuh Darul
126

Islam, bernama Ajengan Masduki, juga selalu menasehatkan


kepada para anggota jama'ah mujahidin Darul Islam, antara
lain dikatakan seperti yang pernah dituturkan pada penulis:
"Jadilah kalian orang-orang yang shabar dan pribadi yang
khalishan mukhlishan. Terhadap kebenaran perjuangan NII,
hendaklah kalian meyakininya hingga ke derajat haqqul yaqin.
Sesungguhnya NII ibarat kendaraan yang melaju menuju
Khilafah fil ardhi. maka demi mendapatkan mardhatillah,
janganlah kalian menaiki kendaraan lain agar kalian tidak
tersesat. Hendaklah kalian semua yakin, bahwa ada atau tidak
adanya NII, Allah pasti akan memenuhi janji Nya untuk
memenangkan orang-orang beriman atas orang-orang kafir dan
mewariskan kekuasaan di bumi ini kepada mereka. Maka dalam
proses menyongsong kemenangan yang dijanjikan Allah itu,
janganlah kalian menjadi penonton tetapi terlibat aktif dalam
jihad fie sabilillah. Inilah jalan satu-satunya meraih
mardhatillah".
Pada saat proklamasi Negara Islam Indonesia diikrarkan,
sejak saat itulah ummat Islam di seluruh Indonesia khususnya,
telah memperoleh kemerdekaannya secara hakiki. Mereka telah
memiliki negara dan pemerintahan yang akan melaksanakan
syari'at Islam. Karena sesungguhnya Islam datang untuk
memerdekakan seluruh ummat manusia, jika kaum muslimin
berada di suatu negara, dimanapun di seluruh muka bumi ini
baik mereka menjadi penduduk mayoritas ataukah minoritas,
sementara mereka tidak bebas melaksanakan syari'at Islam dan
tidak pula diperintah oleh aturan serta undang-undang Islam,
127

hakekatnya mereka belum merdeka. Tidak akan pernah ada


kebebasan apalagi kemerdekaan dalam menjalankan ajaran
Islam di sebuah negara yang menolak berlakunya hukum Allah
berdasarkan A l Qur'an dan Hadist Shahih. Maka menjadi
kewajiban setiap muslim, untuk memperjuangkan kemerde-
kaannya, bebas dari segala bentuk belenggu jahiliyah demi
kemanusiaan, keadilan serta kebebasan melaksanakan syari'at
Islam. Sebesar apapun aktivitas yang di lahirkan oleh organisasi-
organisasi ataupun partai-partai Islam di negara yang bukan
negara Islam. Dan betapapun barangkali menguntungkannya,
segala itu tidak akan dapat menghapus kewajiban mereka untuk
berjuang menegakkan Negara Islam, yang menjamin terlaksana-
nya hukum Allah dan Rasul Nya di muka bumi ini. Dan untuk
itulah ummat Islam perlu menyusun kekuatan, baik aqidah,
ukhuwah dan asykariah.

Kedudukan T I I
Kedudukan TII dalam Negara Islam Indonesia di-terangkan
melalui MKT. No. 10, Lampiran No.5, PPT. I , yaitu:
A Sebagai Tentara Allah, yang menerima serta bertang-
gung] awab langsung atas penunaian tugas Ilahi mutlak, tugas
mendlahirkan kerajaan Allah di dunia, tugas menggalang
negara karunia Allah, Negara Islam Indonesia.
B. Sebagai Tentara Ideologi, tegasnya: Ideologi Islam.
Oleh karenanya, maka tiap-tiap anggota tentara Islam
Indonesia, dan setiap mujahid umumnya, haruslah yakin akan:
128

a. Kebesaran Islam dan keadilan hukum-hukum Allah, dan


b. Wajib membela berdirinya Negara Karunia Allah, Negara
Islam Indonesia.
Realisasi dari pada keyakinan itu tumbuh dari pada:
1. Tekad yang suci, Tasdiq bil qalbi, tertanam dalam-dalam
dan meresap akan ideologi Islam, sehingga dalam hidup
dan kehidupan sehari hari tampak keyakinan yang kuat
dan semangat membaja.
2. Pernyataan yang tegas dan pasti, Iqrar bil lisan, dengan
kesanggupan yang sungguh dan sempurna, bagi melakukan
tugas maha suci: Mendlahirkan Keadilan dan Kebesaran
Islam, di permukaan bumi Allah Indonesia dan,
3. Kemajuan, Kecakapan, Kemahiran, Kepandaian dan lain-
lain, Qabul bil amal, untuk melaksanakan wajib suci
Menggalang Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia.
Dengan Peluh (keringat) dan darah, dengan jiwa dan raga.
C. Sebagai Tentara Islam Wajib:
L Taat dengan sepenuhnya kepada Allah, kepada
Rasulullah, dan kepada Ulil Amri.
2. Patuh kepada pimpinan, atasan, dengan disiplin tentara
yang teguh.
3. Mencontoh sunnah Nabi Muhammad dan sahabat-
sahabat beliau, serta pahlawan pahlawan Islam kemudian
dari pada itu, yang telah mendapat kesempatan dan
karunia Allah untuk meluhurkan dan memuliakan agama
Allah, lebih dari sesuatu yang boleh dipikirkan (periksalah
kembali Bai'at). LAMPIRAN Maklumat Komandemen
129

Tertinggi (MKT) N I I No.6 berisi teks BAP AT yang


berbunyi:

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Bismillahi Tawakkalna 'alallah, La haula wala quwwata lila
billah..
Asyhadu an-La Ilaha Riallah, wa asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah.
Wallahi, Demi Allah/
1) Saya menyatakan Baiat ini kepada Allah di hadapan dan
dengan persaksian Komandan Tentara/ Pimpinan Negara
yang bertanggung jawab.
2) Saya menyatakan Bai'at ini sungguh-sungguh karena
ikhlas dan suci hati, lillahi ta'ala semata-mata, dan tidak
karena sesuatu diluar dan keluar dari pada kepentingan
agama Allah, Agama Islam dan Negara Islam Indonesia.
3) Saya sanggup berkorban dengan jiwa, raga, dan nyawa
saya serta apapun yang ada pada saya berdasarkan
sebesar-besar taqwa dan sesempurna sempurna tawakkal
'alallah, bagi:
a. Menegakkan kalimatullah lii'lai kalimatillah, dan
b. Mempertahankan berdirinya negara Islam Indonesia,
hingga hukum syari'at Islam seluruhnya berlaku dengan
seluas-luasnya dalam kalangan Umat Islam Bangsa
Indonesia di Indonesia.
4) Saya akan taat sepenuhnya pada perintah Allah, kepada
perintah Rasulullah dan kepada perintah Ulil Amri saya,
dan menjauhi segala larangannya, dengan tulus dan setia
hati.
130

5) Saya tidak akan berkhianat kepada Allah, kepada


Rasulullah dan kepada Komandan Tentara, serta
pemimpin Negara, dan tidak pula membuat noda atas
umat Islam Bangsa Indonesia.
6) Saya sanggup membela komandan-komandan tentara
Islam Indonesia dan pemimpin-pemimpin Negara Islam
Indonesia, dan pada bahaya, bencana dan khianat dari
mana dan apapun juga.
7) Saya sanggup menerima hukuman dari Ulil Amri saya,
sepanjang keadilan hukum Islam, bila saya ingkar dari
pada bai'at yang saya nyatakan ini.
8) Semoga Allah Berkenan membenarkan pernyataan bai'at
saya ini serta berkenan pula Ia melimpahkan tolong dan
kurnia Nya atas saya sehingga saya dipandaikan Nya
melakukan tugas suci, ialah hak dan kewajiban tiap tiap
mujahid, menggalang Negara Kurnia Allah, Negara Islam
Indonesia! Amin.
9) Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
4. Menjadi contoh dan pelopor ummat Islam dan mujahidin
seluruhnya dalam mempersembahkan darma bhakti suci
dalam melakukan perang (totaliter) dan menggelorakan
revolusi Islam hingga hukum Allah berlaku, dengan
sempurnanya di tengah ummat dan masyarakat Islam.
5. Menjadi pembela Agama terutama Agama Islam, dalarn
arti kata yang luas dan sempurna.
D. Sebagai Tentara Rakyat harus pandai, cakap dan cukup
menjadi:
131

1 . Penghela Rakyat kearah Mardhatilallah yang sejati.


2. Pembela Rakyat, terutama fakir miskin yang tertindas
oleh kekuasaan jahiliyah (seperti: RI = RIK) dan 27

Mujahidin umumnya.
3. Hamba Allah (Muslim, Mujahid, Muwahhid) yang
berakhlaq, berbudi pekerti dan berbuat demikian rupa
sehingga patut menerima dan mendapatkan kepercayaan
penghargaan dan kecintaan Rakyat.
E. Hendaklah diperhatikan pula dengan sungguh sungguh:
1. Disiplin tentara harus dan wajib diperbuat.
2. Tata tertib Tentara dan ketentaraan harus selalu diingati
dan dipergunakan sebaik-baiknya, terutama di dalam
peperangan.
3. Latihan ketentaraan hendaknya dilakukan menurut
keadaan dan kesempatan walaupun masih di medan
gerilya.
PPT. II
Tentara Islam Indonesia:
A. Bukanlah Tentara buruh, Tentara belian, dan Tentara
penjajah, yang berlaku sebagai "alat mati" yang diperintah
dan digerakkan oleh tuannya, komandannya yang memberi
makan dan pakaian kepadanya. Bukanlah tentara yang
kosong dari ideologi, sepi dari keyakinan dan jauh dari
keagamaan dan ketuhanan (Islam) serta tiada berjiwa hidup.

T
Pada waktu itu, T I I menyebut Republik Indonesia dengan Republik Indonesia
Komunis.
132

B. Bukanlah Tentara yang kosong dari Idiologi, sepi daripada


keyakinan dan jauh daripada keagamaan dan ketahanan
(Islam), serta tiada berjiwa hidup.
C. Bukanlah TentaraJahiliyah, seperti Tentara R.I. (T.N.I.), yang
tidak mengenal hukum-hukum keadilan, kebenaran dan
kemanusiaan; bahkan jika mereka satu-satu kali tahu, maka
mereka selalu sengaja melanggar dan menginjak-injaknya.
D. Dan bukanlah pula Tentara alat dan kekuasaan negara yang
dzalim dan angkara murka (imprialisme, facisme dll)
PPT. III
SAPTA SUBAYA
Di samping bai'at yang telah dinyatakan oleh tiap-tiap
Tentara Islam Indonesia, maka di waktu yang tertentu, menurut
lapang dan keadaan, hendaklah dinyatakan bersama atau
masing-masing oleh anggota Tentara Islam Indonesia, janji-janji
tentara, sebagaimana yang tercantum dalam Sapta Subaya ini.
TEKS SAPTA SUBAYA
1. Seorang Tentara Islam Indonesia harus berdisiplin.
2. Seorang Tentara Islam Indonesia harus berani.
3. Seorang Tentara Islam Indonesia harus membela pemimpin
Negara dan Komandan Tentara, sebagai tulang punggung negara
4. Seorang Tentara Islam Indonesia harus jujur dan hemat.
5. Seorang Tentara Islam Indonesia harus bijaksana.
6. Seorang Tentara Islam Indonesia harus mencintai dan membela
sesama mujahid.
7. Seorang Tentara Islam Indonesia pantang menyerah.
133

PPT. IV
Kedudukan Polisi Islam Indonesia dan Baris
A. Kedudukan Polisi Islam Indonesia menghampiri (mendekati)
kedudukan Tentara Islam Indonesia. Oleh sebab itu, maka
Polisi menjadi pembantu tentara yang pertama dan
terutama. Istimewa dalam soal-soal dan kemiliteran.
B. Adapun Baris (Baris Rakyat Islam) hendaknya betul-betul
merupakan barisan rakyat, pembela rakyat, dan tentara
rakyat.
PPT. V
Kedudukan Rois dan Baris
A. Golongan Rois dan Baris tidak masuk Angkatan Perang
Negara Islam Indonesia, melainkan menjadi pembantu yang
aktif didalam menunaikan tugas suci, menggalang negara
karunia Allah, Negara Islam Indonesia.
B. Kepada Plm. K.W./DIV,Kmd.K.D./Res, Kmd. K.K/Bat.,
dibolehkan mengeluarkan peraturan-peraturan tersendiri bagi
keperluan golongan Rois dan Baris sesuai dengan isi dan
maksud yang terkandung dalam M.K.T. No.9 dan 10.
Pantangan Tentara Islam Indonesia.
Dengan turunnya Karunia Allah jangan sekali-kali menjadi
sebab dan tempat berjangkitnya penyakit-penyakit diri dan
penyakit-penyakit masyarakat seperti:
1. Kemegahan, kecongkakan, kesombongan, gila pangkat dll.
yang menuju kerendahan budi dan akhlaq seorang manusia,
terutama seorang mujahid.

E R J U A N G A N MENUJU N E G A R A ISLAM
134

2. Perbuatan-perbuatan yang hina dan mencemarkan agama


(Islam), menodai rakyat, menurunkan nilai harga dan kehor-
matan negara (Islam Indonesia), misalnya: mempergunakan
kekuatan dan kekuasaan untuk kepentingan diri dan hawa
nafsu belaka.
3. Dan lain-lain penyakit diri dan masyarakat.
BAB III
S t r u k t u r r=m<=rir,tah a n
N e g a r a Ulam I n d o n e s i a
M^sa perang
136

STRUKTUR pemerintahan Negara Islam Indonesia di


persiapkan sesuai dengan keperluan yang dapat mewadahi
segala potensi dalam segala bidang; sederhana, efektif, tepat
guna dan tepat sasaran serta mudah dioperasionalkan. Dalam
Perjuangan mencapai futuh telah dirancang tiga struktur sistem
pemerintahan, yaitu Dewan Imamah, Sistem Komandemen
(gabungan kekuatan politik dan militer) dan Sapta Palagan.
Struktur pemerintahan Negara Islam Indonesia dimasa
perang tergambar dalam Qanun Asasi (Undang-Undang Dasar),
yang menggabungkan antara elemen sipil dan militer (sipil yang
dipermiliterkan dan militer yang dipersipilkan) dalam suatu
komandemen. Kepentingan Negara Islam Indonesia ketika itu
juga disesuaikan dengan kondisi politik dan militer, sehingga SM.
Kartosuwiryo memerintahkan, "ahli politik harus dipermiliter-
kan, dan diperpolitikkan". Sementara itu, lembaga legislatifnya
tetaplah yang tertinggi dan sekaligus memimpin negara.
Lembaga legislatif ialah Majelis Syura yang memegang
kekuasaan membuat hukum di Negara Islam Indonesia. Ketika
itu negara sedang berada dalam situasi perang, maka hak Majelis
Syura sementara dipegang oleh Imam, (presiden). Lembaga
Majelis Syura memiliki Badan Pekerja yang disebut Dewan
Syura yang melakukan segala sesuatu mewakili Majelis Syura
dalam menghadapi pemerintah (eksekutif). Lembaga
eksekutifnya dipimpin oleh seorang Imam yang diangkat oleh
Majelis, Syura dengan mencukupi bai'atnya. Untuk menjalankan
fungsinya, lembaga eksekutif ini membawahi dua dewan yang
137

anggota-anggotanya diangkat oleh Imam, yaitu (1) Dewan


Fatwa yang dipimpin seorang Mufti Besar dan (2) Dewan
Imamah. Dan di bawah Dewan Imamah inilah birokrasi
pemerintahan diatur, terutama untuk urusan (a) pembagian
daerah dan Provinsi hingga desa/kelurahan, kemudian (b)
lembaga-lembaga keuangan negara seperti kantor pajak dan
urusan perdagangan serta yang lainnya, juga (c) lembaga
kehakiman untuk memproses persoalan akhlaq, dan pelanggaran
hukum-hukum Islam oleh masyarakat. Baru kemudian ke-
dudukan warga negara. Kemudian (d) lembaga pertahanan dan
(e) lembaga pendidikan serta (f) lembaga ekonomi swasta. Di
bawah Dewan Imamah ini terdapat Madjelis Imamah (kabinet)
yang ketika itu baru enam Madjelis atau kementerian, yaitu (1)
Madjelis Keuangan,(2) Madjelis Penerangan, (3) Madjelis
Pertahanan,(4) Madjelis Kehakiman, (5) Madjelis Luar Negeri,(6)
Madjelis Dalam Negeri.
Kepemimpinan struktural dan teritorial dalam Negara Islam
Indonesia di bawah Dewan Imamah ialah Gubernur, Residen,
Bupati dan Camat. Akan tetapi berdasarkan sifatnya untuk
cepat berubah sesuatu dengan kemajuan perang, maka struktur
ini kemudian berganti nama dan tingkat. Selain itu, Darul Islam
sendiri membuat suatu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
tersendiri sebagai tafsiran dari ayat-ayat Al-Qur an dalam
5

rangka mengaplikasikan hukum Allah. Hukum Pidana ini


merupakan suatu kemajuan pemikiran yang luar biasa. Republik
Indonesia saja hingga kini belum mampu membuat hukum
pidananya sendiri, masih mencontoh hukum Belanda (karena
138

memang sesuai teks proklamasi kemerdekaan RI, , hanyalah


pemindahan kekuasaan dari Belanda ke pemerintah Indonesia).
Organisasi Negara Islam Indonesia dalam masa perang
tersebut adalah organisasi yang bersifat darurat, sekalipun
demikian tetap dapat menjalankan fungsi organisasi secara
sangat mantap. Gerakan ini merupakan gerakan yang sangat
rapi dalam hal dokumentasi, birokrasi dan administrasinya. Ada
ciri khas dari sistem administrasi organisasi NII, misalnya setiap
barang cetakan yang dikeluarkan pemerintah dari tingkat pusat
hingga daerah menggunakan kertas Doorslag, dan jelas tercetak
pemiliknya siapa. Jika tidak demikian dapat dipastikan sebagai
barang palsu atau salinan dari aslinya, atau salinan dari salinan.
Pelaksanaan hukum (termasuk hukum pidana), mulai tahun
1949 adalah hukum Islam dalam masa perang sesuai dengan
Al-Qur'an surat AI-Baqarah ayat 216. Oleh karenanya Negara
Islam Indonesia ketika itu masih disebut sebagai Darul Islam fi
Waqtil Harb. Dalam masa pembentukan struktur pertama pun,
struktur organisasi NII bermula dari sebuah titik kekuasaan dan
manajemen, baru kemudian terbagi dalam komandemen.
Organisasi Negara Islam Indonesia merupakan organisasi
yang sederhana dan tepat guna dengan perubahan-perubahan
yang mirip sebuah metamorfosa yang pada akhirnya menuju
pada suatu konvergensi "sebuah negara" dengan luas wilayah
me-liputi seluruh Indonesia. Sejak dari awal, SM. Kartosuwiryo
me-rencanakan agar Negara Islam yang didirikan, suatu waktu
akan meliputi seluruh wilayah Indonesia. Juga seluruh skema
139

organisasi kenegaraan dan administrasi dipersiapkan sesuai


dengan rencana tersebut, sehingga perjuangan NII merupakan
perjuangan Daulah (Negara) dengan organisasi dan administrasi
yang cukup baik selaras dengan keperluan.
Berdasarkan Maklumat Komandemen Tertinggi (MKT)
APNII No. 1, bertarikh 10 Dzulhijjah 1368H/3 Oktober 1949M,
tentang susunan pemerintahan negara di masa perang
mengalami reorganisasi yang membawa penyederhanaan sistem
administrasi secara menyeluruh yang hanya terdiri dari 5
komandemen. Skema tersebut dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Dewan Imamah (Kabinet) di bawah Imam diubah menjadi
Komandemen Tertinggi (KT) di bawah pimpinan Panglima
Tertinggi (Plm.) dan Pimpinan Harian dilakukan oleh Kepala
Staf Umum (KSU).
2. Divisi dan wilayah yang dipimpin oleh Komandan Divisi dan
Gubernur diubah menjadi Komandemen Wilayah (KW) di
bawah pimpinan Panglima Komandemen Wilayah (Plm.
KW). Pimpinan Harian dilakukan oleh Kepala Staf
Komandemen Wilayah (KSW).
3. Resimen dan Karisidenan yang dipimpin oleh Komandan
Resimen dan seorang residen diubah menjadi : Komandemen
Daerah (KD). Dalam daerah yang demikian pimpinan militer
dan politik berada di tangan Komandan Komandemen Daerah
(Kmd. KD). Pimpinan Harian dilakukan oleh Kepala Staf
Komandemen Daerah (KSKD).
4. Batalyon dan Kabupaten yang dipimpin oleh seorang
Komandan Batalyon dan seorang Bupati diubah menjadi
140

Komandemen Kabupaten (KK) di sini pimpinan militer dan


politik dipegang oleh Komandan Komandemen Kabupaten
(Kmd. KK). Pimpinan Harian dilakukan oleh seorang Kepala
Staf Komandemen Kabupaten (KSKK)
5. PADI (Pahlawan Darul Islam) dan Kecamatan yang dipimpin
oleh seorang Komandan PADI dan seorang Camat diubah
menjadi Komandemen Kecamatan (Kmd KKt). Pimpinan
Harian dilakukan oleh seorang Kepala Staf Komandemen
Kecamatan (KSKKT).
Organisasi NII selama dalam periode perang (1949 sampai
masa yang tidak tertentu) menjalankan negara berdasarkan
hukum Islam di masa perang. Untuk menjamin berlakunya
hukum Islam sesuai dengan situasi perang, seluruh Indonesia
dibagi menjadi tujuh daerah perang:
1. Komando Perang Seluruh Indonesia (KPSI) merupakan
daerah pertama yang meliputi seluruh Indonesia yang
dipimpin langsung oleh Imam dan Panglima Besar Angkatan
Perang Negara Islam Indonesia (APNII) yang berwenang
mengeluarkan "komando umum". KPSI identik dengan
Dewan Imamah yang dulu dan Komandemen Tertinggi.
2. Komandemen Perang Wilayah Besar (KPWB) merupakan
daerah kedua yang terbagi menjadi 3 wilayah yang masing-
masing dipimpin oleh Panglima Perang KPWB.
a) KPWB I , terdiri atas Pulau Jawa dan Madura dipimpin
oleh Agus Abdullah.
b) KPWB I I , terdiri atas seluruh Indonesia Timur (Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, Irian Barat, dan Kalimantan)
dipimpin oleh Kahar Muzakkar.
141

c) KPWB III terdiri atas seluruh Sumatera dan kepulauan


sekitarnya di bawah pimpinan Daud Beureuh. Komando
Perang Wilayah (KPW) yang merupakan daerah perang
ketiga di bawah KPWB. Tiap KPWB seluruh Indonesia
memiliki beberapa KPW yang seluruhnya berjumlah 7
KPW ini dipimpin oleh seorang Panglima Perang KPW.
3. Komando Perang Wilayah (KPW) yang merupakan daerah
perang ketiga di bawah KPWB. Tiap KPWB seluruh
Indonesia memiliki beberapa KPW yang seluruhnya
bejumlah 7 KPW; dipimpin oleh seorang Panglima Perang
KPW.
a) KPW I terdiri dari daerah karisidenan Jakarta,
Purwakarta, Cirebon dan Priangan Timur.
b) KPW II terdiri dari Jawa Tengah di bawah pimpinan Amir
Fatah.
c) KPW III terdiri dari Jawa Timur di bawah pimpinan
Masduki.
d) KPW I V terdiri dari Sulawesi Selatan dan daerah
sekitarnya dipimpin oleh Kahar Muzakkar.
e) KPW V terdiri dari wilayah Pulau Sumatera dipimpin
oleh Daud Beureuh.
f) KPW V I terdiri dari wilayah Kalimantan, dipim-pin oleh
Ibnu Hajar
g) K M VII terdiri Karisidenan Bogor, Kabupaten/ Kodya
Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang dan
Karisidenan Banten dipimpin oleh Ateng Djaelani
Setiawan.
142

4. KOMPAS (Komando Militer Pangkalan Setempat)


merupakan daerah perang keempat yang meliputi satu
karisidenan dan dipimpin oleh seorang Komando
Pertempuran Kompas.
5. Komando Perang Sub-Kompas (KPS Kompas) merupakan
daerah perang kelima yang hanya meliputi satu kabupaten/
batalyon dan dipimpin oleh seorang Komandan Pertempuran
Sub-Kompas (KPS Kompas).
6. Komando Perang Kecamatan (KPK) yang meliputi satu
kecamatan yang terdiri satu kompi atau lebih dan disebut
"Sektor". Setiap Sektor dipimpin oleh seorang Komandan
Pertempuran Sektor.
7. Komandan Perang Sub-Sektor merupakan daerah perang
ketujuh yang meliputi satu desa atau lebih yang sering disebut
"Sub-Sektor" yang dipimpin oleh seorang Komandan Perang
Sub-Sektor. Pembagian struktur Darul Islam adalah
berdasar-kan konsep teritorial.
Pembagian struktural berdasarkan konsep strategi adalah
pada penyusunan Anggota Madjelis Imamah yang terdiri dari
(1) Komandan Divisi Tentara Islam Indonesia yang dipegang
oleh Kamran, dan (2) Komandan Resimen X I I *) Sunan
Rachmat yang dikomandani oleh R. Oni Qital.

Resimen X I I Sunan Rahmat, Pimpinan R. Oni Qital oleh tentara Belanda sering
diplesetkan sebagai singkatan dari : X (Ekstrimis), I (Islam), I (Indonesia).
143

QANUN ASASI
NEGARA ISLAM INDONESIA
Bismillahirrahmanirrahim
Inna Fatahna lakafatham mubina

Muqaddimah
SEJAK mula pertama umat Islam berjuang, baik sejak masa
kolonial yang dulu, maupun pada masa pendudukan Jepang
hingga pada zaman Republik Indonesia, sampai pada saat ini
selama itu mengandung suatu maksud yang suci menuju suatu
arah yang mulia, ialah mencari dan mendapatkan mardhatillah
yang merupakan hidup didalam suatu ikatan baru, yakni negara
Islam Indonesia yang merdeka.
Dalam masa Umat Islam melakukan wajib yang suci itu
dengan beraneka jalan haluan yang diikuti, maka di
ketahuinyalah beberapa jembatan yang perlu di lintasi adalah
jembatan pendudukan Jepang dan Kemerdekaan kebangsaan
Indonesia.
Hampir juga kaki umat Islam selesai melalui j embat-an emas
yang terakhir ini maka badai baru mendampar bahtera Umat
Islam sehingga keluar dari daerah Republik, terlepas dari
tanggung jawab pemerintah Republik Indonesia.
Alhamdulillah, pasang dan surutnya air di gelombang
samudera tidak sedikitpun mempengaruhi niat suci yang
terkandung dalam kalbu Muslimin yang sejati. Di dalam
keadaan demikian itu ummat Islam bangkit dan bergerak
mengangkat senjata melanjutkan revolusi Indonesia.
144

Menghadapi musuh yang senantiasa hanya ingin menjajah


belaka.
Dalam masa revolusi yang kedua ini, yang karena sifat dan
coraknya merupakan revolusi Islam, keluar dan ke dalam, maka
ummat Islam tidak lupa pula akan wajibnya akan membangun
dan menggalang Negara Islam Yang Merdeka, suatu kerajaan
Allah yang dilahirkan di atas dunia, ialah syarat dan tempat untuk
mencapai keselamatan tiap-tiap manusia dan seluruh Ummat
Islam, di lahir maupun bathin, di dunia hingga di akhirat kelak.
Kiranya dengan tolong dan karunia Ilahi, qanun asasi yang
sementara ini menjadi pedoman kita, melalui bakti suci kepada
Azza wa Djalla, dapat mewujudkan amal perbuatan yang nyata,
dari pada tiap-tiap warga negara di daerah-daerah dimana
mulai dilaksanakan hukum-hukum Islam ialah hukum Allah dan
Sunnatin Nabi.
Mudah-mudahan Allah M melimpahkan taufik dan hidayah¬
Nya serta tolong dan karunia-Nya atas seluruh negara dan
Ummat Islam Indonesia sehingga terjaminlah keselamatan
Ummat dan Negara daripada tiap-tiap bencana yang manapun
juga. Amin.
"Wa lau anna ahlal qura amanu wattaqau lafatahna 'alaihim
barakatinminas-samaiwal-ardli". (Qs. Al-Arof; 7:96).
22 Syawal 1367 H
Galunggung:, —— ——
5 6
2 7 Agustus 1948
6 5

Imam Negara Islam Indonesia


SM. KARTOSUWIRYO
145

Babi
Negara, Hukum, dan Kekuasaan
Pasal 1
1. Negara Islam Indonesia adalah Negara Karunia Allah H
kepada Bangsa Indonesia.
2. Sifat Negara ini Djumhuriah (Republik).
3. Negara menjamin berlakunya syari'at Islam di dalam
kalangan kaum Muslimin.
4. Negara memberi keleluasaan kepada pemeluk agama
lainnya, di dalam melakukan ibadahnya.
Pasal 2
1. Dasar dan Hukum yang berlaku, di Negara Islam Indonesia
adalah Islam.
2. Hukum yang tertinggi adalah AI-Qur'an dan Hadist Shahih.
Pasal 3
1. Kekuasaan Tertinggi membuat hukum, dalam Negara Islam
Indonesia, ialah Mejelis Syura (parlemen).
2. Jika keadaan memaksa, hak Majelis Syura boleh beralih
kepada Imam dan Dewan Imamah.
Bab II
Majelis Syuro
Pasal 4
1 Majelis syuro terdiri dari wakil-wakil rakyat, ditambah
dengan utusan-utusan golongan menurut aturan yang di
tetapkan dengan Undang-undang.
2. Majelis Syura bersidang sedikitnya sekali dalam satu tahun.
3. Sidang Majelis Syura di anggap syah, Jika 2/3 dari pada
jumlah anggota hadir.
146

4. Keputusan Majelis Syura di ambil dengan suara terbanyak.


5. Jika forum (ketentuan) yang tersebut di atas Bab II, Pasal 3
ayat 4) tidak mencukupi, maka sidang Majelis syura
berikutnya selambat-lambatnya 14 hari kemudian dari pada
sidang tersebut, dan jika sidang Majelis Syura yang kedua ini
pun tidak mencukupi forum di atas harus diadakan lagi sidang
Majelis syura ketiga, yang dianggap syah dengan tidak
mengingati jumlah anggota yang hadir.
Pasal 5
Majelis Syura menetapkan QANUN ASASI dan Garis- garis
Besar Haluan Negara.
Bab III
(Dewan Syura)
Pasal 6
1. Susunan Dewan Syuro di tetapkan Undang-undang.
2. Dewan Syura bersidang sedikitnya sekali dalam tiga bulan.
3. Dewan Syura itu adalah dewan Pekerja dari pada Majelis
Syura dan mempunyai tugas-kewajiban:
a. Menjelaskan segala keputusan Majelis Syura.
b. Melakukan segala sesuatu sebagai wakil Majelis Syura
menghadapi pemerintahan, selainnya yang berkenaan
dengan prinsip.
Pasal 7
Tiap Undang-undang menghendaki Persetujuan Dewan
Syura.
147

Pasal 8
1. Anggota Dewan Syura berhak memajukan rencana undang-
undang.
2. Jika sesuatu rencana undang-undang tidak mendapat
persetujuan Dewan Syura maka rencana tidak boleh di
majukan lagi dalam sidang Dewan Syura itu.
3. Jika rencana itu meskipun di setujui oleh Dewan syura tidak
di syahkan oleh Imam, maka rencana tadi tak boleh
dimajukan lagi dalam sidang dewan Syura masa itu.
Pasal 9
1. Dalam hal ikhwal kepentingan yang memaksa, Imam berhak
menetapkan Peraturan-peraturan pemerintah sebagai
pengganti Undang-undang.
2. Peraturan pemerintah itu harus mendapatkan persetujuan
Dewan Syura dalam sidang yang berikut.
3. Jika tidak mendapat persetujuan, maka Peraturan
Pemerintah itu harus di cabut.
Bab IV
Kekuasaan Pemerintahan Negara
Pasal 10
Imam Negara Islam Indonesia Memegang kekuasaan
Pemerintahan menurut Qanun Asasi, sepanjang hukum Islam
Pasal 11
1. Imam memegang kekuasaan membentuk Undang- undang
dengan persetujuan Majelis Syura.
148

2. Imam menetapkan peraturan Pemerintah, setelah berunding


dengan Dewan Imamah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.
Pasal 12
L Imam Negara Islam Indonesia ialah orang Indonesia asli
yang beragama Islam dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
2. Imam dipilih oleh Majelis Syuro dengan suara paling sedikit
2/3 dari pada seluruh anggota.
3. Jika hingga dua kali berturut-turut dilakukan pemilihan itu,
dengan tidak mencukupi ketentuan di atas (Bab IV pasal 12
ayat 2), maka keputusan diambil melalui suara terbanyak
dalam pemilihan yang ketiga kalinya.
Pasal 13
1. Imam melakukan wajibnya, selama:
a. Mencakupi Bai'atnya
b. Tiada hal-hal yang memaksa, sepanjang hukum Islam.
2. Jika karena sesuatu, Imam berhalangan melakukan
kewajibannya, maka imam menunjuk salah seorang anggota
Dewan Imamah sebagai wakil sementara.
3. D i dalam hal-hal yang amat memaksa, maka Dewan
Imamah harus selekas mungkin mengadakan sidang untuk
memutuskan wakil Imam sementara, dari pada anggota
Dewan-Dewan Imamah.
Pasal 14
Sebelum melakukan wajibnya, Imam menyatakan Bai'at di
hadapan Majelis Syuro sebagai berikut:
149

Bismillahirrahmanirrahim,
Asyhadu an laa ilaaha Mallah, wa asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah. Wallahi (Demi Allah), Saya menyatakan Bai'at saya,
sebagai Imam Negara Islam Indonesia, di hadapan sidang majelis
syuro ini, dengan ikhlas dan suci hati dan tidak karena sesuatu di
luar kepentingan Agama dan Negara. Saya sanggup berusaha
melakukan kewajiban sebagai Imam Negara Islam Indonesia, dengan
sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya sepanjang ajaran
Agama Islam bagi kepentingan Agama dan Negara.
Pasal 15
Imam memegang kekuasaan yang tertinggi atas seluruh
Angkatan Perang Negara Islam Indonesia.
Pasal 16
Imam atas persetujuan Majelis Syuro menyatakan perang,
membuat perdamaian/perjanjian dengan negara lain.
Pasal 17
Imam menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibat
bahaya, di tetapkan dengan undang-undang.
Pasal 18
1. Imam mengangkat duta dan konsul
2. Menerima duta negara lain.
Pasal 19
Imam memberi amnesti, abolisi, grasi dan rehabilitasi.
Pasal 20
Imam memberi gelar, tanda jasa dan lain-lainnya tanda
kehormatan.

TUR PEMERINTAHAN Nil DI MASA PERANG


150

Bab V
Dewan Fatwa
Pasal 21
1. Dewan Fatwa terdiri dari seorang Mufti besar dan beberapa
Mufti lainnya, sebanyak-banyaknya 7 orang.
2. Dewan ini berkewajiban memberikan jawab atas pertanyaan
Imam dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah.
Pengangkatan dan pemberhentian anggota-anggota itu
dilakukan oleh Imam.
Bab VI
Dewan Imamah
Pasal 22
1. Dewan Imamah terdiri dari Imam dan Kepala-Kepala
Majelis.
2. Anggota-anggota Dewan Imamah diangkat dan diberhenti-
kan oleh Imam.
3. Tiap-Tiap Anggota Dewan Imamah bertanggung jawab atas
kebaikan berlakunya pekerjaan Majelis, yang di serahkan
kepadanya.
4. Dewan Imamah bertanggungjawab kepada Imam dan
Majelis syuro atas kewajiban yang di serahkan kepadanya.
Bab VII
Pembagian Daerah
Pasal 23
Pembagian daerah dalam Negara Islam Indonesia
ditentukan menurut undang-undang.
151

Bab VIII
Keuangan
Pasal 24
1. Anggaran Pendapatan dan belanja di tetapkan tiap-tiap tahun
dengan undang-undang. Apabila Dewan syuro tidak
menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka
pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.
2. Pajak dilenyapkan dan diganti dengan infaq. Segala infaq
untuk kepentingan Negara dan diatur dengan undang-undang.
3. Macam dan mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
4. Hal dan keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-
undang.
5. Untuk memeriksa tanggung)awab tentang keuangan negara
diadakan suatu badan Pemeriksa Keuangan, yang
peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan itu di tetapkan dengan undang-undang. Hasil
pe-meriksaan itu di berikan kepada dewan Syura.
Bab I X
Kehakiman
Pas al 25
1. Kehakiman di lakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang.
2. Susunan dan kekuasaan bsidan kehakiman itu diatur dengan
undang-undang.
Pzisal 26
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhatikan sebagai
hakim ditetapkan dengan u ndang-undang.
152

BabX
Warga Negara
Pasal 27
L Yang menjadi warga negara ialah orang Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disyahkan undang-undang
sebagai warga negara.
2. Syarat-syarat yang mengenai warga negara ditetapkan
dengan undang-undang.
Pasal 28
1. Segala warga negara sama kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Jabatan-jabatan dan kedudukan yang penting dan
bertanggungjawab di dalam pemerintahan baik sipil maupun
militer, ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 29
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, melahirkan pikiran
dengan lisan dan pikiran, dan sebagainya, ditetapkan dengan
undang-undang.
Bab X I
Pertahanan Negara
Pasal 30
1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta di dalam
usaha pembelaan negara.
153

2. Tiap-tiap warga negara yang beragama Islam wajib ikut


serta dalam pertahanan negara.
3. Syarat-syarat pembelaan negara diatur dalam undang-
undang.
Bab X I I
Pendidikan
Pasal 31
1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib mendapat
pengajaran.
2. Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran Islam yang diatur dengan undang-undang.
Bab X I I I
Pasal 32
1. Perikehidupan dan penghidupan rakyat diatur dengan dasar
tolong menolong.
2. Cabang-cabang Produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya di kuasai oleh negara dan di pergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Bab X I V
Bendera dan Bahasa
Pasal 33
Bendera Negara Islam Indonesia ialah "Merah-Putih-ber-
Bulan-Bintang". Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.
154

Bab XV
Perubahan Qanun Asasi
Pasal 34
1. Untuk mengubah Kanun Azasy harus sekurang-kurangnya
2/3 dari pada jumlah anggota Majelis Syuro yang hadir.
2. Putusan di ambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya,
setengah dari pada jumlah anggota Majelis syuro.

Mekanisme pemerintahan:
1 . Pada umumnya roda pemerintahan N.I.I berjalan menurut
dasar yang di tetapkan dalam "Qanun Asasi" dan sesuai
dengan pasal 3 Kanun Azasy tadi, sementara belum ada
parlemen (Majelis syuro). Segala undang-undang ditetapkan
Dewan Imamah, dalam bentuk maklumat-maklumat yang
ditanda-tangani oleh imam.
2. Berdasarkan maklumat-maklumat Imam tadi, Majelis
(kementerian-kementerian) menurut pembagian tugas
kewajiban masing-masing, membuat peraturan atau
penjelasan untuk memudahkan pelaksanaannya.
3. Juga dasar politik pemerintahan N.I.I. ditentukan oleh Dewan
Imamah.
Anggota-anggota pada waktu pembentukannya ialah:
1. S.M. Kartosuwiryo, selaku Imam merangkap kepala
Majelis Pertahanan.
2. Sanoesi Partawidjaja, selaku kepala Majelis dan Negeri
dan Keuangan.
3. K.H. Gozali Tusi, selaku kepala Majelis Kehakiman.
155

4. Thoha Arsjad, selaku kepala Majelis. Penerangan.


5. Kamran, selaku Anggota.
6. R. Oni, selaku Anggota.
Sedangkan untuk kitab undang-undang hukum pidana, bagi
masyarakat Indonesia hukum Islam yang simpel dan sederhana,
singkat namun cukup jelas, adalah dambaan semua rakyat.
Makanya, untuk itu di sini Darul Islam sudah merumuskan kitab
Hukum Pidana, sebagaimana tertulis berikut ini:
156

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA


NEGARA ISLAM INDONESIA
B is m illah ir-Rahman ir-Rah im
Wa idza hakamtum bainannasi an tahkumu bil 'adli
Bismillahir-Rahmanir-Rahim
TUNTUNAN NO. I
Wa idza hakamtum bainan-nasi an tahkumu bil-'adli
Artinya: jika kamu menjatuhkan hukuman di antara manusia
(masyarakat), maka sesuaikanlah dengan hukum yang adil.
Artinya adil itu, ialah hukum-hukum yang sesuai dengan Al-
Qur'an dan Hadits Shahih.
TUNTUNAN NO.II
Wa idza hakamtum bainan-nasi an tahkumu bil-'adli
BABI
Pasal 1
Negara Indonesia
1. Negara Indonesia adalah Negara Islam.
2. Negara Islam Indonesia pada waktu ini (tahun 1949, sampai
... ) ada dalam masa perang.
3. Segala hukum negara pada waktu ini hendaklah di sesuaikan
dengan hukum Syari'at Islam dalam masa perang.
Pasal 2
Hukum Islam dalam Masa Perang
1. Barang siapa tidak tunduk pada hukum pemerintah Negara
Islam Indonesia adalah Bughat.
2. Barang siapa yang sudah kedatangan dakwah (penerangan
dari pemerintah) Negara Islam Indonesia, kemudian ia baik
157

kesini, bagus kesana, adalah munafiq.


3. Barang siapa yang mengaku menjadi Ummat Islam,
kemudian tidak menjalankan hukum-hukum syariat Islam
adalah Fasiq.
4. Barang siapa yang menjadi alat penjajah (musuh), baik yang
menjadi sipil, militer, maupun hanya membantu saja (kecuali
orang yang menjadi infiltrasi dari kita seperti mata-mata)
adalah musuh negara.
5. Di dalam masa perang dalam Negara Islam Indonesia, hanya
dua golongan Ummat, ialah:
• Ummat (rakyat) negara Islam (Ummat Muslimin)
• Ummat (rakyat) penjajah (Ummat Kafirin)
Pasal 3
Penetapan Hukum
1. Barang siapa yang menjalankan yang tersebut dalam Bab 1
pasal 2, ayat 1, setelah dakwah (penerapan ajakan) telah
sampai kepada mereka, dijatuhkan hukuman berat (hukuman
dibuang atau mati). Menurut al-Qur'an surah an-Nisa : 58.
2. Barang siapa yang mengerjakan perbuatan yang termasuk
dalam Bab I , pasal 2, ayat 2, dijatuhi hukuman berat (mati)
menurut al-Qur'an surah al-Mumtahanah ayat 1 dan surah
At-Taubah ayat 73, Surah at-Tahrim ayat 9.
3. Barang siapa yang menjalankan yang termaksud dalam Bab
1 pasal 2, ayat 3, di jatuhi hukuman di perintah taubah,
(disuruh menjalankan ajaran agama yang sempurna, apabila
ia tak mau tunduk, dijatuhi hukuman: Musuh Islam.
158

4. Barang siapa yang mengerjakan pekerjaan tersebut dalam


Bab 1 pasal 2 ayat 4, hukumannya di bagi menjadi dua:
• Orang yang membantu penjajah (musuh) seperti
recomba** atau sebagainya ia harus diperiksa apabila tidak
}

menguntungkan kepada nefgara Islam Indonesia,


hukumannya harus di suruh keluar dari pekerjaannya.
Apabila ia tak menguntungkan kepada Negara Islam
Indonesia dan tak m&u keluar dari pekerjaannya (tak mau
meninggalkan pekerjaannya) ia di jatuhi hukuman:
Menjadi musuh negara.
• Orang yang menjadi mata-mata militer, (militer penjajah,
musuh) dijatuhi hukuman berat Dibunuh mati. Menurut
surah An-Nisa ayat 89.
TUNTUNAN NO III
Wa idza hakamtum bainan-nasi antahkumu bil-adli
BAB 1 atau II
Pasal 1
Jihad
Hukum jihad di bagi menjadi lima:
1. Hukum perang.
2. Hukum yang diperangi.
3. Hukum tangkapan (yang boleh ditangkap)
4. Hukum boleh mundur waktu perang.
5. Hukum tawanan (yang boleh ditawan).

(Regeringscommissaris voor Bestuur Saangelengenheden) yaitu Komisaris


Pemerintah untuk urusan Tataparaja (Residen)
159

Pasal 2
Hukum Perang
1. Hukum perang pada masa ini (tahun 1949 sampai....) adalah
Fardlu 'ain menurut al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 91.
2. Orang yang dibolehkan tak mengikuti perang ialah karena
sebab-sebab:
a. Karena buta
b. Karena ricang (sakit mata)
c. Karena Sakit
d. Karena lemah (tak mempunyai kekuatan)
e. Karena mempunyai penyakit menular.
Menurut al-Qur'an surat at-Taubah ayat 91
Pasal 3
Orang Yang Diperangi
Orang yang harus diperangi adalah:
1. Orang yang Musyrik (bertuhan lain selain Allah)
2. Orang yang melanggar Bai'at (muharrab)
3. Orang yang tak mengharamkan barang yang di haramkan
Allah dan Rasul-Nya (Agama) dengan keterangan yang nyata
(dalam al-Qur'an surat at-Taubah ayat 29)
4. Orang yang tak menetapi agama yang sebenarnya (Agama
Islam)
5. Orang yang Munafik (orang-orang yang merintangi
berlakunya agama Islam dengan berkedok Islam). Menurut
al-Qur'an surat at-Taubah ayat 12.
6. Orang yang Bughat, ialah orang yang tak mau taat kepada
Imam dengan alasan pendapat akal sendiri membatalkan
160

haq, yang keluar dari Imam dengan jalan sangka-sangka.


Orang itu mempunyai kekuatan dan pengaruh di
belakangnya, dan ia menolak Imam setelah ditetapkan oleh
rakyat negara.
7. Quththa'uth-thariq (penyamun) ialah orangyang merampok
dengan kawan-kawannya.
Pasal 4
Orang Yang Boleh Ditangkap
1. Orang yang menjalankan propaganda luar agama Islam.
2. Orang yang menjalankan propaganda merusak keamanan,
ketertiban dan kesejahteraan negara.
3. Orang yang mengacau dan menggetarkan rakyat.
4. Orang yang memberi kekuatan pada musuh, (yang berbagai
rupa pekerjaan) kecuali yang menjadi alat kita di sertai dengan
keterangan yang sah.
5. Orang yang menjadi penyelidikan seksama dicurigai akan
membahayakan keselamatan negara, menurut hadits yang
diriwayatkan oleh Anas dalam kitab (Subulus Salam bab
Muhadanah no. 7)
Pasal 5
Orang Yang Boleh Mundur
1. Waktu perang kalah siasat oleh musuh.
2. Kalah kekuatan oleh musuh.
3. Mengingat keselamatan umum; menurut al-Qur'an surat al-
Anfal ayat 15 dan L Menurut Ushul Fikih Daf'ul mafasid ,
Muqaddamun 'alajalbil mashalih (mencegah kerusakan lebih
utama daripada meraih keuntungan)
161

4. Ukuran tandingan dalam Ummat Islam dengan kaum kafirin


menurut ajaran al-Qur'an surat al-Anfal ayat 65 dan 66
demikian:
a. Bila kekuatan itu, perimbangannya 1 lawan 10.
b. Bila tidak, kekuatannya 1 lawan 2.
Pasal 6
Orang yang boleh ditahan
L Musuh kita, akan ia tetapi mempunyai niat akan melawan
kita.
2. Orang yang mempunnyai (siasat dan Politik) akan
melemahkan & kekuatan Islam.
BAB II atau III
Pasal 7
Penetapan Hukum
1. Barang siapa melanggar Bab 1, pasal 2 ayat 3, dijatuhi
hukuman:
a. Ditangkap
b. Diberi pengajaran.
c. Diberi perintah yang sepadan dengan keadaan-nya.
d. Jika membantah dijatuhi hukuman berat: di-buang atau
di hukum mati.
2. Orang yang kaya melanggar Bab I pasal 2 ayat 1 (Tak suka
memberikan kelebihan dari keperluannya)
3. Orang yang melanggar Bab I , pasal 2, ayat 1, 2, dan 3 di
jatuhi hukuman: dipenjara atau di Ta'zir (didenda) yang
sepadan dengan keadaanya.
4. Orang yang melanggar Bab I pasal 4 ayat 4 dijatuhi
hukuman: dirampas (setelah diberi peringatan).
162

5. Orang yang tersebut dalam Bab 1 pasal 4 ayat 5, dijatuhi


hukuman seperti yang tersebut dalam Bab II pasal 7, ayat 3.
6. Orang yang mundur tak menuruti syarat-syarat yang tersebut
dalam Bab I , Pasd 5, ayat 1,2,3, dan 4 dijatuhi hukum surat
An-Anfal ayat 16.
BAB III atau IV
Pasal 8
Jinayat
1. Jinayat dibagi menjadi dua bagian:
a. Qishash; dan
b. Qiyaf
2. Orang yang membunuh orang yang tak haq dibunuh, maka
ia dijatuhi hukuman qishash.
3. Orang yang membunuh orang yang haq di bunuh, akan tetapi
belum di putuskan oleh Imam atau wakilnya, di jatuhkan
kepadanya (orangyang membunuh) hukuman Wazir (denda).
4. Orang yang membunuh kemudian meminta ampun kepada
ahli warisnya, jika ahli waris itu mengampuni si pembunuh
itu maka ia dijatuhi hukuman: Diyat Mughallazhah (ganti
rugi yang berat)
5. Orang yang melukai anggota dibagi menjadi dua bagian:
a Melukai tak sampai mengurangi akal, (orang yang di
lukai) dijatuhkan kepadanya hukuman harus membayar
Diyat.
b. Melukai sampai mengurangi akal (orang yang dilukai) di
jatuhkan kepadanya hukum Qishash, Menurut al-Qur'an
surat AI-Maidah ayat 45.
163

Pasal 9
Barang rampasan dari musuh dibagi menjadi dua:
1. Ghanimah, salab, dan
2. Fa'i
Keterangan:
a. Ghanimah: Barang yang didapat dari musuh dengan jalan
pertempuran.
b. Salab: Barang yang dipakai musuh pada waktu
pertempuran.
c. Fa'i: Barang-barang yang dipakai musuh tidak dengan
pertempuran.
d. Caranya memberi barang-barang ghanimah.
1. Ghanimah itu dibagi menjadi dua bagian:
A. 1/5 (20%) untuk:
1. 4 %- untuk Imam.
2. 4% -Fuqara dan masakin (kaum Fakir
dan kaum miskin)
3. 4% - Mashalihul Muslim (untuk kema-
shlahatan kaum Muslimin)
4. 4% -Ibnu Sabil (kaum yang berperang)
5. 4% -Yatama (anak-anak yatim)
B. 4/5 (80%) diserahkan bulat sebagai bagian Tentara
Islam Indonesia.
2. Fa'i itu dibagi menjadi dua bagian:
A. 1/5(20%)
1. 4% - untuk Imam
2. 4% - Mushalihul Muslimin (untuk
kemashlahatan kaum Muslimin)

STRUKTUR PEMERINTAHAN NII DI MASA P E R A N G


164

3. 4% - Fuqara wal masakin (Kaum fakir


dan kaum miskin)
4. 4% - Ibnu Sabil (mereka yang berperang)
5. 4% - Yatama (anak-anak yatim)
B. 4/5 (80%)
Di berikan bulat untuk kepada keuangan Negara
untuk Mashalihul Muslimin (kemashlahatan kaum
Muslimin).
3. Salab
Salab khusus untuk tentara yang membunuhnya, jika
dalam membunuhnya bersama-sama (orang banyak),
maka barang itu di bagi bersama-sama.

Tambahan Keterangan:
Semua Ghanimah dan Fa'i harus diserahkan kepada kas
Negara. Ongkos pengangkutan barang-barang ghanimah
dan Fa'i di ambil dari harga sebelumnya barang-barang
itu di bagikan. Caranya di serahkan kepada kebijakan
Kepala Majelis Keuangan.
Pasal 10
Boyongan:
Boyongan dari orang kafir asli (orang yang ibu bapaknya
orang kafir, yakni tak nikah secara Agama Islam). Yang putri
hukumannya menjadi Amat (budak), yang laki-laki
hukumannya menjadi abid (budak). Abid dan Amat adalah
hak negara. Ketetapan menjadi Amat dan Abid setelah di
tetapkan hukumannya oleh Imam dan wakilnya, Amat.
165

Apabila hendak di peristri Imam atau wakilnya. (Subulu


salam 46)
2. Boyongan (tawanan) dari orang murtad (orang tuanya telah
bersyahadat dan menikah secara Islam tetapi menyalahi
undang-undang Negara Islam) dijatuhi hukuman: Harus
bertaubat di dalam tempo 3 hari. Apabila ia tak mau
bertaubat, kepadanya dijatuhi hukuman qishash (di bunuh
mati). Perempuan boyongan orang murtad apabila hendak
dinikahi harus beriddah 3 kali haid (tiga bulan sepuluh hari)
menurut biasanya. Iddahnya mulai di hitung sejak di putuskan
oleh Imam, atau wakilnya (hakim).
TUNTUNAN NO. IV
Wa idza hakamtum bainan-nasi an tahkumu bil adli
BABIV
Pasal 11
Jinayat
Pembunuhan itu ada tiga macam:
1. Sengaja membunuh (Amdun mahdun)
2. Salah membunuh (Khatau Mahdun) seperti dimaksudkan
bunuh hewan terkena manusia, terus mati.
3. Seakan-akan sengaja menurut ghalibnya tak membahayakan
karena memang tak bermaksud membunuh, lantas orang itu
mati.
Pasal 12
Qishash
1. Siapa yang termasuk pada pasal 11 ayat 1 dijatuhkan
hukuman: Qishash (dibunuh mati) atau diwajibkan membayar
166

Diyat Mughallazhah (yang diperberat) kalau dimaafkan ahli


waris orang yang dibunuh. Dan harus di bayar tunai
kepunyaan sendiri.
2. Siapa yang termasuk dalam pasal 11 ayat 2 harus membayar
Diyat Mukhaffafah (diyat enteng) boleh di cicil dalam tempo
tiga tahun.
Pasal 13
Kifarat
1. Pasal 12 ayat 1,2, dan 3 harus dengan kifarat (memerdekakan
Amat).
2. Kalau ahli-ahli warisnya tak menuntut ganti maka kepadanya
dijatuhkan hukuman: Hanya wajib membayar kifarat saja.
Pasal 14
Syarat Orang yang di Qishash
Syarat-syarat Orang yang di Qishash itu ada empat:
1. Orang yang telah Baligh.
2. Orang yang berakal.
3. Bukan bapaknya
4. Orang yang membunuhnya tak lebih rendah dari pada orang
yang di bunuhnya, misalnya orang Islam membunuh orang
kafir.
Pasal 15
Qishash Untuk Orang Banyak
1. Orang yang di Qishash sebab membunuh banyak orang.
2. Barang siapa membunuh orang dengan sihir sama dengan
membunuh orang dengan senjata.
167

3. Barang siapa (orang ) yang menjerumuskan orang kedalam


air atau api yang besar, sehingga orang itu mati karena
tenggelam atau terbakar, di jatuhi hukuman seperti yang
termaktub dalam pasal 12 ayt 1.
4. Barang siapa (orang) yang menjerumuskan orang kedalam
api atau air, yang menurut ghalibnya (biasanya) tak
membahayakan lantas orang itu mati karena sebab lain
seperti di dalamnya ada ular kemudian orang itu di gigit ular
hingga mati, maka orangyang menjerumuskan itu dijatuhkan
menurut pasal 2 ayat 3.
BAB V
Pasal 16
Membunuh Kafir Dzimmi
1. Barang siapa (orang) dan sebagainya atau membunuh orang
yang belum di beri dakwah dijatuhkan hukuman menurut
pasal 12 ayat 2.
2. Barang siapa (orang) yang membunuh orang yang di hukum
mati, dijatuhkan kepadanya hukum Ta'zir atau (denda).
Pasal 17
Merusak Anggota
L Barang siapa yang merusak anggota orang lain seperti
memotong telinga (sebelah) dijatuhi hukuman qishash.
Telinganya dipotong seperti ia memotong telinga orang lain.
2. Barang siapa yang merusak dua telinga atau dua mata atau
menghilangkan salah satu panca indra di jatuhi hukuman
membayar Diyat Mughalladzah.
168

3. Barang siapa yang melukai orang di kepalanya sehinga


kelihatan tulangnya dijatuhi hukuman: Mesti membayar
Diyat Muhaffafah sama dengan menanggalkan satu gigi.
4. Barang siapa (orang) yang melukai orang lain dengan luka
enteng dijatuhi hukuman: denda (menurut kebijaksanaan
hakim).
5. 'Abid (budak belia) yang membunuh atau merusak dijatuhi
hukuman setengahnya orang yang merdeka.
BAB VI
Pasal 18
Hukum Orang Yang Berzina
Barang siapa yang berbuat zina, hukumannya:
1. Di rajam ( dilempari batu sampai mati)
2. Dilecut 100 kali;
3. Dita'zir.
4. Dibuang paling lama satu tahun ketempat yang paling dekat
1 qashar (kira-kira 16 pos)
5. Dipenjara.
Keterangan:
L Barang siapa yang berzina dengan Muhshan (yang sudah
merasakanJimak halal) dijatuhi hukuman merurut pasal 12
ayat 1.
2. Orang yang berzina dengan Gairumuhshan (orang yang
belum, merasakan jimak halal) dijatuhi hukuman menurut
pasal 18 ayat 2, dan 4.

J E J A K JIHAD SM. KARTOSUWIRYO


169

3. Barang siapa yang melakukan zina dengan hewan dijatuhi


hukuman ta'zir.
4. Barang siapa (Orang) yang mendubur dihad zina kecuali
dengan istrinya dijatuhi hukuman ta'zir.
5. Orang yang melakukan zina tetapi selain qubul atau dubur
dijatuhi hukuman ta'zir.
6. Orang laki-laki atau perempuan sama hukumannya kecuali
orang yang di duburnya.
Pasal 19
Hadd Qadzab (Menuduh Zina)
1. Syarat orang menuduh zina:
a. Harus yakin kelihatan keluar dan masuknya...)
b. Ada saksi empat orang laki-laki, kurang dari 4 tidak sah.
c. Sengaja melihatnya karena akan menyaksikan.
2. Siapa orang yang menuduh zina dengan tidak memenuhi
(tidak menepati) syarat-syarat seperti di atas dijatuhi
hukuman: Dijilid (di cambuk) 80 kali.
BAB VII
Pasal 20
Minuman Keras
1. Barang siapa yang sengaja meminum minuman keras seperti
arak dan lainnya, yang biasanya memabukkan (merusakkan
akal), dijatuhi hukuman 40 kali jilid (cambuk)
2. Orang yang minum arak atau selain itu karena untuk
mengobati penyakit dengan syarat atas nasehat dokter,
dibebaskan dari hukuman
170

Bab VIII
Pasal 21
Hukuman Begal dan Pencurian
1. Dihukum mati dan disalib (dipancer)
2. Dihukum mati biasa
3. Dipotong tangan sebelah kanan dan kaki sebelah kiri.
4. Dita'zir di penjara di tempat lain.

Orang yang mencuri:


Siapa yang mencuri 1/4 Dinar dari tempat penyimpanan
yang baik untuk pertama kalinya dihukum dipotong tangannya
sebelah kanan dari pergelangannya, kalau mencuri lagi untuk
kedua kalinya dipotong kaki sebelah kiri. Kalau mencuri lagi
untuk ketiga kalinya dipotong tangan kirinya, kalau mencuri
lagi untuk keempat kalinya, dipotong kaki kanannya, dan bila
mencuri lagi untuk kelima kalinya di buang ke tempat yang
paling dekat 1 qashar (16 pos) perjalanan.

Keterangan:
1. Siapa orang yang membegal dengan membunuh orang serta
merampas hartanya dijatuhi hukuman menurut pasal 21,
ayat 1.
2. Siapa yang membegal dengan tidak merampas harta
bendanya (hanya membunuh saja) dijatuhi hukuman menurut
pasal 21 ayat 2.
3. Siapa yang membegal hanya merampas barangnya (tidak
merusak orangnya) dijatuhi hukuman menurut pasal 21 ayat
3.
171

4. Siapa, yang menakut-nakuti orang yang lalu lintas di jalan


dengan tidak merusak apa-apa dijatuhi hukuman pasal 21
ayat 4.
Pasal 22
Dafu shshil (berjaga-jaga terhadap orang jahat)
Barang siapa yang membunuh orang karena menjaga
dirinya atau harta bendanya atau mejaga kehormatan istrinya
maka lantas si penjahat dibunuh oleh orang lain ia dibebaskan
dari hukuman.
BAB I X
Pasal 23
Murtad
1. Orang murtad, yaitu orang-orang Islam yang mengganti
keislamannya dengan i'tiqat (maksud, niat) atau dengan
perkataan yang mengingkari iman sebagaimana keterangan
yang terdapat dalam kitab fiqh.
2. Maka orang itu oleh Imam atau Hakim wajib diperintah
bertaubat.
3. Kalau orang itu setelah diperintah tidak mau bertaubat maka
dijatuhi hukuman berat (dibunuh).
Pasal 24
Tarikush - Shalah (T)
1. Siapa orang yang meninggalkan shalat dengan beri'tiqad
tidak mewajibkan shalat dijatuhi hukuman sebagaimana yang
termaktub dalam pasal 23, ayat 1, 2, 3.
2. Siapa yang sengaja meninggalkan shalat dengan beri'tiqad
172

bahwa shalat itu tidak wajib, maka Imam wajib memerin-


tahkan shalat.
3. Kalau ia tak mau menurut ia di jatuhi hukuman berat
(dibunuh mati).
4. Orang yang meninggalkan shalat karena lupa atau tertidur
tidak ada hukumannya hanya diwajibkan membayar
shalatnya.
5. Orang 'abid (budak belian) hukumannya hanya setengah
hukuman orang merdeka.
BAB X
pasal 25
Jihad
1. Orang yang wajb berperang :
a. Orang Islam
b. Telah baligh
c. Mempunyai akal (tidak gila)
d. Merdeka
e. Laki-laki
f. Sehat
g. Lengkap anggotanya.
2. Orang yang dianggap musuh:
Muharrib (orang yang memerangi kita) namanya kafir harbi.
Orang yang memihak musuk menurut penyelidikan seksama
orang Islam atau yang lain-lainnya, seperti menjadi mata-
mata atau kaki tangan musuh dan lain lain.
173

Keterangan:
L Pasal 23, ayat 2, sub a;
Kepada Imam dan amir di bolehkan memilih 1 diantara 4
hukuman;
a. Dibuang mati.
b. Ditukar atau di tebus dengan harta benda.
c. Dijadikan 'Abid (ghanimah)
d. Dibebaskan.
2. Pasal 25 ayat 2 dan sub b, Kepada Imam atau amir di
perbolehkan mengambil tindakan 1, diantara 1 dan 3:
a. Dipakai sebagai penukar atau ditebus dengan harta benda.
b. Dijadikan budak belian (ghanimah)
c. Dilepaskan.
Di dalam pasal 23, ayat 1 dan 2, Imam dan Amir harus
mengambil tindakan (yang serasi) kaum muslimin.

Pasal 26
Tawanan
1. Tawanan itu ada dua bagian:
a. Laki-laki kafir yang berakal dan
b. Perempuan, anak-anak orang gila dan banci.
2. Barang-barang Tinggalan:
a. Barang-barang musuh yang ditinggalkan;
b. Barang-barang yang di ambil dari orang musyrik.
c. Penyewa-penyewa tanah Negara.
d. Barang-barang kepunyaan orang murtad ketika di bunuh
sewaktu murtad.
174

e. Barang-barang kepunyaan orang kafir aman yang tidak


ada ahli-ahli warisnya.
f. Seperlunya harga dagangan orang-orang kafir yang
berdagang di negara kita.

Keterangan:
Menurut Aimatuts tsalasiyyah semua yang tersebut di atas itu,
termasuk menjadi harta fa'i semua itu di masukkan kedalam
bagian Mushalihul Muslimin (kas Negara).
Menurut Imam Syafi'i : 4/5 untuk nafkah (gaji) pegawai
negeri, sedangkan yang 1/5 lain-lainnya bagian fa'i.
Pasal 27
Pemeliharaan Mayat
1. Orang Islam yang mendapat hukuman mati, mayatnya wajib
dipelihara sebagaimana mestinya.
2. Mayat kafir harbi tidak wajib dipelihara sebagaimana
mestinya, tetapi harus dikubur atau sebagainya, untuk
menjaga kesehatan umum.
3. Mayat orang murtad diperlakukan seperti mayat muharrab.
4. Orang yang dibunuh dengan membaca syahadat, orang itu
disebut orang Islam. Pemeliharaan mayatnya dilakukan
sebagaimana yang termaktub dalam pasal 27 ayat L
5. Orang yang gugur di pertempuran atau luka parah, kemudian
meninggal dunia setelah pertempuran di dalam tempo 24
jam maka orang itu masuk golongan mati syahid dunia
akhirat.
BAB IV
Terang 5 ^ g i T»ga pertama
(TNI-Tli-belanda)
176

I Z I N K A N berperang kepada orang orang beriman


yang diperangi, karena mereka sesungguhnya telah didzalimi.
Dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong mereka. (Yaitu)
orang-orang beriman yang telah diusir dari kampung halaman
mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka
mengatakan, "Tuhan kami Allah". Dan kalau Allah tidak
mengadakan kalah menang antara manusia, tentu akan
runtuhlah biara-biara Yahudi, gereja-gereja Nasrani, tempat-
tempat ibadah yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Dan sesungguhnya Allah akan menolong siapa yang menolong
agama-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha
Perkasa. (Orang-orang yang diizinkan berperang itu ialah)
orang-orang yang apabila Kami beri kekuasaan dimuka bumi,
tetap mendirikan shalat, membayar zakat, menyuruh berbuat
baik dan melarang melakukan yang mungkar. Dan kepada Allah
jualah akhir segala urusan. (Qs. al-Haj, 22:39-41)
Majelis Islam, merupakan jama'ah Islam pertama yang
dipersiapkan SM. Kartosuwiryo menyongsong berdirinya ad-
Daulatul Islamiyah. Pada awalnya NII mengadakan konsolidasi
penuh ketika divisi Siliwangi TNI "hijrah" ke Jawa Tengah,
sebagai pelaksanaan perjanjian Renville. Milisi Hizbullah dan
Sabilillah di bawah komando SM. Kartosuwiryo menolak untuk
pindah dan memilih tetap tinggal di Jawa Barat, karena tidak
setuju dengan perjanjian tersebut. Segera setelah itu, milisi Islam
ini mengambil inisiatif mengisi kekosongan daerah tak bertuan
Jawa Barat dengan menyusun struktur pertahanan dan per-
lawanan bersenjata.
,177

Sebagai daerah pendudukan, kondisi daerah Jawa Barat


pa^ca pelaksanaan Renville, kacau balau. SM. Kartosuwiryo
menggambarkan situasi daerah pendudukan Jawa sebelah Barat
ketika itu, dalam sebuah artikelnya berjudul: "Menyongsong ad-
Daulatul Islamiyah". 28

"Dalam beberapa minggu setelah Naskah Renville


ditandatangani, maka daerah Jawa sebelah Barat merupakan
daerah pendudukan alias daerah penjajahan. Sebab TNI sudah
mengalir (bukan hijrah) ke daerah Republik dan pegawai-
pegawai sipil dan lainnya pun menjadi pegawai pemerintah
Belanda, selainnya yang juga ikut berangkat ke daerah Republik.
Pada masa kejatuhan dan keruntuhan yang amat dahsyat
itu (debacle), maka seluruh Jawa sebelah barat mungkin juga
daerah-daerah pendudukan lainnya diliputi oleh awan yang
amat gelap dan keruh.
Orang tidak tahu, kemana jalan, apa yang harus diperbuat,
kemana arah yang dituju.
Mereka berlaku dan berbuat sendiri-sendiri, menurut
keyakinan dan pikirannya. Ada yang berangkat ke daerah
Republik, karena ia merasa tidak aman dan tidak terjamin
keselamatannya, jika tetap tinggal di daerah pendudukan. Orang
ini setidak-tidaknya punya pandangan dan filsafat yang agak jauh.
Bahkan di antaranya ada pula orang orang yang beridiologi,
sekurang-kurangnya orang yang tidak ridla menerima penjajahan.
SM.Kartosuwiryo, "Menyongsong ad Daulatul Islamiyah", dikutip dari buku Sebuah
Manifesto, karangan K H . Isa Anshari hal.. 43, Penerbit Pacific, Bandung 1964
178

Ada yang pulang kembali ke tempat pekerjaannya yang asli.


Misalnya, bekas pegawai negeri kembalilah menjadi pegawai
negeri lagi. Yang tadinya pedagang pun pulang pula
mendapatkan kedai dan warungnya. Golongan kedua ini rata-
rata adalah orang yang tidak berideologi, dan sanggup hidup di
dalam masyarakat dan keadaan yang manapun jua. Jiwa
"Yahudi" yang serupa itu sanggup pula menerima jajahan,
lantaran lebih berat isi perutnya dari pada isi kepala dan isi
hatinya.
Ada yang mengubur dirinya hidup-hidup, ialah orang-orang
yang pasif. Golongan ini tidak menyukai penjajahan, tetapi tidak
kuasa dan tidak suka ikhtiar. Ingin melanjutkan perjuangan,
tetapi tidak sanggup menderita atau tidak tahu jalan, atau tidak
berani tanggung jawab atas segala macam kemungkinan dan
kepahitan. Tapi mereka itu tidak pula suka pergi ke daerah
republik dan seolah-olah terpaku oleh kampung halamannya.
i

Di antara mereka yang tertulis dalam (golongan 3), ada juga


yang masih selalu mengharap-harap pertolongan dari republik
atau kawan-kawannya (tentara atau sipil) yang tempo hari
berangkat ke republik. Golongan ini (di antaranya Slw serta
pegawai-pegawai sipil pemerintah republik masuk dalam daerah
pendudukan Jawa sebelah barat.
Hanyalah sebagian kecil dari pada pemimpin-pemimpin yang
beridiologi Islam yang masih tetap berpendirian: "Sanggup
melanjutkan perjuangan Islam, hingga terlaksana berdirinya
Negara Islam, atau mati pada jalan suci".
179

Di kala yang serupa itu di masa tiap-tiap jalan tidak dapat


dihitung dan ditempuh dengan cara akal, maka terjadilah
peristiwa yang pertama ialah: "Ummat Islam angkat senjata,
menghadapi musuh jahannam yang ganas dan kejam itu, ialah
Belanda dan kaki tangannya".
Letusan pertama itu terjadi pada tanggal 17 Februari 1948,
di daerah Ciamis utara, dalam lingkungan gunung Cupu. Maka
api revolusi Islam yang pertama berkobarlah, dan meluas di
seluruh pelosok Indonesia. Sehingga pada saat ini (Maret 1949
- Anshary) hampir meratalah menjalarnya revolusi itu, yang
merupakan pemberontakan rakyat, pemberontakan ummat
melawan si durjana penjajah.
Demikian keadaan masyarakat dimasa revolusi sedang
berkecamuk, sementara tentara RI meninggalkan wilayah yang
seharusnya dipertahankan bersama rakyat, guna melaksanakan
perjanjian Renville yang merugikan bangsa itu.
Berikut ini adalah kesaksian sejarah berkenaan dengan
peristiwa tersebut yang direkam dalam Menifesto Politik Negara
Islam Indonesia.
Setelah ditandatanganinya naskah perjanjian Renville
antara RI dan Belanda, 17 Januari 1948, maka tentara RI mulai
mengalir masuk ke daerah Yogyakarta dan sekitarnya, kurang
lebih delapan keresidenan, berpusat di Yogyakarta dengan batas
demarkasi Van Mook.
Akan tetapi, ummat Islam di Jawa sebelah barat menolak
naskah perjanjian tersebut karena dianggap: Membunuh api
180

revolusi nasional dan memperkecil kekuasaan negara RI.


Berdasarkan alasan tersebut, mereka merasa tidak terikat pada
isi perjanjian, dan seterusnya tidak mau ikut "hijrah" ke
Yogyakarta bersama tentara republik. 29

Adapun Jawa sebelah barat dimaksudkan adalah dimulai


dari daerah batas demarkasi Van Mook (Gombong ke utara,
Jateng ke jurusan barat, terutama mengenai Jawa Barat sebelah

2 9
Informasi penting dan cukup berharga dalam upaya pelurusan sejarah, disampaikan
oleh salah seorang peserta dialog dalam acara bedah buku yang diselenggarakan
oleh Front Sabilillah bekerjasama dengan majalah UMMAT, 27 Juli 1998. Peserta
tersebut, Dr. Bambang Sulistomo, menaggapi isi buku di bawah sub judul Militer
dan organisasi Islam di Indonesia, khususnya yang menyangkut Darul Islam Pimpinan
SM. Kartosuwiryo, yang telah menjadi isu sentral dalam persidangan kasus subversi
pada dekade 80-an di Indonesia. Dr. Bambang Sulistomo, putera pahlawan
kemerdekaan Bung Tomo, merasa perlu menyampaikan kesaksiannya. Tuduhan
pembrontak terhadap Kartosuwiryo dengan Darul Islamnya dinilai bertentangan
dengan fakta sejarah yang sebenarnya. Dia mengatakan: "Menurut kesaksian
almarhum ayah saya, yang ditulisnya dalam sebuah "HIMBAUAN, dikatakan bahwa
pasukan -Hizbullah dan Sabilillah menolak perintah hijrah ke Yogyakarta, dan
memilih berjuang dengan gagah berani mengusir penjajah dari wilayah Jawa Barat,
adalah atas persetujuan Panglima Jendral Soedirman dan wakil presiden Mohammad
Hatta. Pada saat clash Belanda kedua, pasukan T N I kembali ke Jawa Barat dan
merasa lebih berhak menguasai wilayah yang pernah ditinggalkan dan berhasil
direbut dengan berkuah darah dari tangan penjajah oleh pasukan Hisbullah dan
Sabilillah dibawah komando SM, Kartosuwiryo. Karena tidak dicapai kesepakatan
maka terjadilah pertempuran antara pasukan Islam dan tentara Republik. Sejauh
mana kebenaran dari kesaksian ayah saya ini, perlu penelitian para sejarahwan.
Bagaimana menurut pendapat bapak Deliar Noor?", tanya Bambang mengakhiri
pendapatnya. Sebagai ahli sejarah yang cukup disegani, Prof. Dr. Deliar Noor,
salah seorang pembicara dalam acara bedah buku tersebut, menjawab: "Kesaksian
almarhum ayah Saudara itu persis seperti kesaksian Haji Agoes Salim yang
disampaikan Cornel University Amerika Serikat, tahun 1953. Memang perlu
penelitian ulang terhadap sejarah yang ditulis sekarang". Demikian Deliar Noor
(Pengantar Cetakan ke empat, buku F A K T A D I S I K R I M I N A S I R E Z I M
SOEHARTO TERHADAP UMAT ISLAM, terjemahan dari Mihnatul Islam fie
Indonesia, karya Team Peduli Tapol Amesti
181

timur (Karesidenan Cirebon dan Priangan) dan Jawa Tengah


sebelah Barat (Karesidenan Pekalongan dan Banyumas).
Sebulan kemudian, 17 Februari 1948, ummat Islam angkat
senjata menentang dan melawan penjajah Belanda, melanjutkan
perjuangan kemerdekaan yang telah setengah kandas itu.
Pada saat aksi polisional ke dua, Desember 1948, maka
ummat Islam yang angkat senjata itu, dengan induk organisasi
bernama: Tentara Islam Indonesia, sudah memiliki, menduduki,
dan menguasai beberapa bagian daerah yang disebutkan di atas,
sebagai daerah de facto. Ketika itu, tentara. RI yang tadinya
masuk ke Yogya, -meninggalkan Jawa sebelah barat- kembali
ke tempat semula dengan membawa nama pemerintah RI
darurat. Adapun pihak komunis pada waktu itu masih tetap
sebaju dan sepakaian, sebulu dan sekelakuan, sehingga tentara
RI yang liar itu, beserta pemerintah RI darurat merupakan
sarang dan tempat perlindungan bagi pihak komunis Indonesia
yang dengan bersiul-siul menaiki bahtera RI yang telah kandas itu.
Tatkala pemerintah RI darurat dan komunis itu kembali
dari Yogyakarta, dan masuk ke daerah de facto Majelis Islam di
Jawa Barat, maka dengan sombong dan congkaknya mereka
menginjak-injak hak dan memperkosa keadilan "tuan rumah",
Majelis Islam sehingga terjadilah insiden pertama, kontak
senjata yang terkenal dengan "Peristiwa Antralina", 25 Januari
1945.
Dengan peristiwa itu, maka berkobarlah dengan hebatnya
"Terang Segi Tiga. Pertama" di Indonesia, antara Majelis Islam
182

dan Tentara Islam Indonesia, pihak pemerintah RI darurat


beserta tentara liarnya, dan pemerintah pendudukan Belanda
beserta tentara KNIL, dan KL.
Halaman sejarah Indonesia mulai berhiaskan warna hitam.
Dimanapun dan pada saat kapanpun ketiga pasukan itu bertemu,
di sana pastilah terjadi pertempuran. Pada umumnya tentara
RI selalu dalam kedudukan lemah dan kalah. Sebabnya yang
utama adalah, mereka tidak memiliki basis yang kuat, tidak
memiliki kepercayaan dan penghargaan rakyat, suatu akibat
buruk yang tumbuh karena perbuatan dan kelakuannya sendiri
di masa perjuangan yang lampau.
Tentara RI ini menunjukkan keruntuhan akhlaq dan budi
pekertinya, di kalangan mereka terjadi degradasi dan demoralisasi,
dengan satu sikap yang rendah: Tidak malu menyerah kepada
pihak penjajah, seperti contohnya Ahmad Wiranata Kusumah
dan kesatuannya, Mayor Sudarman, komandan Batalyon
Pesindo beserta kawan-kawannya dan lain-lain pengkhianat
bangsa dan penjual negara.
Tentara RI itu merasa lebih terhormat bila menyerah
kepada penjajah Belanda dari pada takluk kepada Majelis Islam
atau Tentara Islam Indonesia. Mengapa? Karena Belanda,
terutama tentara pendudukan Belanda waktu itu, tidak banyak
mengetahui dan mungkin sama sekali tidak mengerti akan isi
hati maupun kedudukan pemerintah RI darurat itu. Sedangkan
Majelis Islam beserta Tentara Islam Indonesia, tahu dan yakin
akan isi jantung hati pemerintah RI darurat beserta tentara
183

liarnya, yaitu sarang dari pada kutu-kutu komunis Indonesia.


Mereka menggunakan nama RI dan seragam tentara, hanyalah
untuk menutupi dan menyelimuti maksud dan tujuan mereka
yangjahannam.
Berakhirnya perang segi tiga itu setelah dilangsung-kannya
Statement Roem-Royen, pertengahan tahun 1949, tatkala
tentara RI diperintahkan masuk kantong-kantong pertahanan
di beberapa daerah. Statement Roem-Royen berisi antara lain:
1. Mengadakan Cease Fire, atau penghentian tembak menembak
2. Mengadakan Round Table Conference, atau konferensi Meja
Bundar
3. Mengadakan Samenwerking, atau kerjasama antara pihak
republik dan Belanda.
Sementara itu, pertempuran terus berlanjut antara pihak
Majelis Islam dan tentara Islam, menghadapi kekuasaan
pendudukan Belanda. Perang Segi Tiga berakhir total pada akhir
tahun, 27 Desember 1949, di kala turunnya karunia "Daulatul
Hidayah".
Di tengah-tengah berkobarnya api revolusi dan pada akhir
perang segi tiga pertama, di masa-masa kekuasaan dan
pemerintahan Indonesia mengalami kevacuman, di kala itulah
Allah berkenan mencurahkan karunia-Nya yang Maha Besar:
"Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia".
Setelah tiga tahun lamanya negara baru itu hidup sejahtera
dan bahagia, di tengah-tengah masyarakat dan ummat manusia
Indonesia, mengalami suka dan duka, gembira dan sungkawa,
184

mengikuti naik turunnya gelombang Qudratillak, yang


membawanya kepada suatu arah dan maqam yang pasti, yaitu
Mardhatillah.
Alhamdulillah, di bawah naungan Allah disertai amal bakti
para mujahidin seluruhnya, berjihad pada jalan-Nya, maka
Negara Islam Indonesia kian bertambah dewasa. Semoga
selanjutnya, Allah berkenan melimpahkan taufiq dan hidayah¬
Nya atas para mujahidin penggalang dan pendukung negara
karunia Allah dalam usahanya mendhahirkan keadilan serta
kebesaran Allah di bumi Indonesia.
Siapapun boleh menerima atau mengakui, dan sebaliknya
boleh menyangkal atau menolak. Tetapi Allah tetap melaksana-
kan rencana-Nya, Negara Islam Indonesia tetap melakukan
tugas wajibnya yang suci, hingga hukum syari'at Islam berlaku
dengan seluas-luasnya dan sesempurna-sempurnanya di seluruh
Indonesia.
Sikap dan pendirian ke dalam, ditentukan dan dilaksanakan
dengan amal yang nyata, jelas dan tegas. Demikian pula haluan
ke luar, kongkrit dan positif, lepas dari pada syak dan bimbang,
sepi dari pada ragu-ragu dan raba-raba. Dengan karena tolong
dan karunia Allah jua. Amin!

(Ringkasan Manifesto Politik N I I , No. V / 7 berjudul


"Indonesia Kini dan Kelak ')
BAB V
Fengadilan folitilo
* 3 M - IC^rtosuwiryo
<3ebagai t e r d a k w a
186

ADA TANGGAL 27 Desember 1949, pemerintah RI dan


Belanda mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag. Di antara hasilnya adalah: Negara RI berubah bentuk
menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS), Soekarno diangkat
sebagai presiden RIS. RIS harus menghancurkan NII dan RIS
membayar rampasan perang. Sebagai wujud pelaksanaan
putusan KMB, maka sekitar tahun 1950-1951 terjadi pertem-
puran di mana-mana antara T N I yang dibantu Belanda
melawan Tentara Islam Indonesia.
Pada tanggal 21 September 1953, Abu Daud Beureuh yang
sebelumnya menjadi gubernur militer untuk daerah Aceh dan
Sumatera Timur, menyatakan bergabung dengan pemerintah
Negara Islam Indonesia. Teungku Daud Beureuh kemudian
memberontak pada pemerintah R I . Sebab utama dari
pemberontakan tersebut antara lain, karena tuntutan rakyat Aceh
untuk menjadikan Aceh sebuah Propinsi ditolak oleh Kabinet
Natsir (Masyumi). Pada gilirannya, tuntutan tersebut dapat
dipenuhi oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo, tetapi sudah terlambat,
sebab rakyat Aceh telah mengumumkan pemberontakannya pada
tanggal 21 September 1953. Dan kabinet Natsir akhirnya
terguling oleh mosi Hadikusumo (PN1) mengenai PP 39.
Berturut-turut setelah itu, pada tahun 1953, Ibnu Hajar dari
Kalimantan Selatan beserta 1 devisi angkatan lautnya
bergabung dengan NII. Diikuti oleh Qahhar Muzakkar dari
Sulawesi Selatan dengan 2 devisi angkatan daratnya. Terakhir
yang menyatakan diri bergabung dalam pangkuan Negara Islam
187

Indonesia adalah Mayor Munawar beserta anak buahnya dari


batalyon 426 Kudus Jawa Tengah.
Menyaksikan dukungan dari berbagai daerah terhadarp NII
yang baru diproklamirkan, rezim Soekarno yang berfaham
Komunis merasa terancam kedudukannya, maka mulailah dia
mencari dukungan dengan memperalat ummat Islam untuk
menghadapi saudaranya sesama muslim yang tergabung dalam
NII, dan ternyata mendapat sambutan dari kalangan Nahdhiyyin
(NU). Ia bahkan memanipulasi istilah Al-Qur'an seperti kata
hijrah, untuk menyebut pelarian tentara RI yang mengungsi dari
daerah pertahanannya di Jawa Barat ke Yogyakarta, sebagai
pelaksanaan perjanjian Renville yang merugikan perjuangan
Bangsa Indonesia itu. Kaum muslimin yang bergabung dalam
berbagai aksi militer ketika itu, mendengar kata hijrah langsung
saja mengasosiasikan langkahnya itu bagai hijrahnya Nabi M- dan
para sahabatnya dari Makkah ke Yastrib. Dengan taktik ini Soekarno
memang berhasil menghimpun dukungan dari ummat Islam.
Pada tanggal 2-7 Maret 1954, Soekarno mengumpulkan
sejumlah ulama NU dalam suatu konferensi di Cipanas Jawa
Barat. Untuk maksud apakah pertemuan itu diadakan?
Jawabannya adalah, seperti dituturkan sendiri oleh mantan
menteri agama dari unsur NU, yaitu K H . Masykur. Ia
menuturkan maksud pertemuan tersebut dalam suatu
wawancara dengan majalah AMANAH.
Seperti sebuah kesaksian sejarah, antara lain dia
mengatakan: "Kita memang ekstra hati-hati, karena masalah
188

ini menyangkut masalah fanatisme agama, dari sudut ini saja


Kartosuwiryo dapat dukungan atau simpati masyarakat awam
yang tahunya hanya Negara Islam. Bahkan negara-negara Arab,
ketika itu secara tak langsung memberikan simpatinya dan mem-
persoalkannya pada pemerintah Indonesia. Karena itu dalam
upaya menghadapinya harus digunakan tata cara keislaman.
Dalam prinsip ke-Islaman negara dapat dianggap sah dan
dituruti bila pemimpinnya memenuhi syarat Waliyyul Amri.
Yaitu ia seorang yang jujur mempunyai kekuatan dan
kewibawaan. Dan dia muslim yang ta'at. Apabila negara di
pimpin oleh seorang Waliyyul Amri, ada pihak lain yang
menentang dan memberontak, maka hukumnya bughat, wajib
dibasmi. Persoalannya, apakah Soekarno memenuhi syarat
sebagai waliyyul Amri? Ketika hal ini saya kemukakan pada
Bung Karno dan apakah ia sanggup diuji? Bung Karno
menjawab sanggup. Maka selama tiga hari, tahun 1955 para
ulama (NU) seluruh Indonesia berkumpul di Cipanas membawa
kitab-kitab kuning membicarakan soal ini. Dari pertemuan
ulama itu dan dialog dengan Bung Karno, akhirnya disimpulkan
bahwa Bung Karno memang seorang yang jujur, berwibawa
dan seorang muslim. v

Tapi Bung Karno Shalat Jum'at di mana? Mendapat


pertanyaan demikian, Bung Karno lalu mendirikan masjid di
istana negara. Sebelumnya memang masjid tersebut belum ada.
Dari penilaian tersebut Bung Karno dianggap memenuhi syarat
sebagai "Waliyyul Amri Ad-dharuri Bisy Syaukah". Dengan
demikian, usaha Kartosuwiryo dengan DI-nya dan
189

pemberontakan lainnya dianggap sebagai bughat, harus


diperangi dan dibunuh. Demikianlah kesaksian dari mantan
30

Menag. Orla, K H . Masykur.


Menyinggung soal shalat Jum'at, dari berbagai sumber yang
dapat dipercaya menerangkan, bahwa Soekarno diketahui
memang tidak pernah melakukan shalat Jum'at, kecuali saat «
pembukaan dan peresmian masjid "Baiturrahim" yang terletak
di komplek Istana Jakarta. Maka kecaman terhadap pemberian
gelar ini pun datang dari berbagai tokoh dan organisasi Islam.
Menurut Persatuan Islam (Persis), istilah waliyyul Amri Ad-
dharuri hanya dapat digunakan pada negara yang berdasar
Islam. Oleh karena itu, pernyataan tadi menyebut para ulama
yang berkonferensi di Cipanas itu sebagai orang-orang yang tidak
mampu mengambil hukum dari hukum ajaran Islam, Qur'an
dan Hadits. Apalagi, pernyataan itu melanjutkan, keputusan
tersebut dapat disalahgunakan secara politis.
Aruji Kartawinata dari PSII juga menanggapi keputusan
ulama itu secara negatif, la bahkan mengatakan, bahwa
keputusan ulama itu melanggar UUD. Selanjutnya dikatakan
bahwa setiap kepala negara dalam Islam, termasuk Waliyyul
Amri, harus bertanggung jawab kepada rakyat atau lembaga
perwakilan rakyat. Islam, katanya tidak mengenal kepala negara
konstitusional yang dianut oleh UUD sementara 1950. Oleh
30
Majalah Amanah Feb. 1989 N o . . . . , Wawancara dilakukan oleb Muji Manto dan
Ahmad Tohari. Diantara pertanyaan yang diajukan adalah kesan kesan K H . Masykur
terhadap gerakan D I Kartosuwiryo, sebagai orang yang pernah diutus pemerintah
untuk menemui SMK.
190

sebab itu presiden Indonesia tidak bisa menjadi Waliyyul Amri


Ad-dharuri. Juga kabinet tidak dapat dianggap demikian,
katanya karena tidak berdasar Islam. Tambahan lagi, presiden
mengangkat sumpah untuk setia kepada Pancasila dan bukan
pada Islam. Ia (Presiden) juga tunduk kepada hukum yang tidak
tunduk kepada Hukum Islam. 31

Demikianlah, setelah memegang tiket Waliyyul Amri,


Soekarno semakin punya kesempatan untuk melakukan
kedzaliman. Pada waktu itu M. Natsir selaku perdana menteri
dan berusaha membujuk SM. Kartosuwiryo agar bergabung ke
pangkuan ibu pertiwi serta menyerukan lewat suatu pidato radio.
Bahkan mengutus beberapa ulama shalih sebagai duta, dengan
maksud membujuk SM. Kartosuwiryo supaya turun gunung. Di
antara ulama yang pernah diutus antara lain: Wali AI-Fatah
dari Jawa Tengah dan A. Hasan Bandung. Tetapi semua usaha
PM. itu tidak berhasil, yang terjadi justru sebaliknya, para utusan
itu setelah berdialog malah membenarkan sikap SM. Kartosu-
wiryo yang berpandangan bahwa NII merupakan hak suci umat
Islam Indonesia.
Sampai akhirnya pada tahun 1960-1962, setelah terjadi
beberapa kali pergantian perdana menteri, Pangab Jenderal AH.
Nasution mengambil alih, kebijaksanaan dan menyusun strategi
menumpas TII. Dan lahirlah apa yang disebut Strategi PAGAR
BETIS yang merupakan akronim dari PA-sukan GA-bungan
R-akyat BE-rantas T-entara IS-lam. Puluhan ribu rakyat tidak
31
Deliar Noer Partai Islam di Pentas Nasional, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
1987, hal.343
191

berdosa dijadikan umpan peluru, diperkosa serta dirampok,


kemudian dipaksa untuk menyerah. Sungguh peristiwa ini
merupakan tragedi paling tragis yang menimpa jama'ah Darul
Islam. Maha benar Allah yang telah menggambarkan perilaku
manusia-manusia Jujur (durhaka) dengan firman-Nya, bahwa
mereka itulah orang-orang yang "Suka bersumpah dan hina, banyak
mencela dan kemana-mana menyebarfitnah,enggan berbuat baik
melampaui batas dan banyak dosa, bersikap kasar dan selain dari
mereka terkenal dengan kejahatannya". (Qs. al-Qalam, 68:10-13).
Dalam peristiwa ini, ada sesuatu yang jarang diungkapkan
para ahli sejarah dengan maksud, mungkin saja untuk
menjadikan wajah NII tetap hitam di mata ummat. Sehingga
sampai sekarang pun, D I / T I I sering dipandang sebagai
gerombolan yang suka membakar perkampungan rakyat,
merampok serta membuat sengsara rakyat banyak. Akan tetapi
yang terjadi sesungguhnya seperti yang diungkapkan Deliar Noer
dalam bukunya "Partai Islam di Pentas Nasional", halaman 334:
"Secara berangsur-angsur, dan ini terutama terjadi di Jawa
Barat, para pemberontak itu di infiltrasi oleh berbagai telangkai
yang dibayar oleh agen Belanda, Jungschlger, yang di tangkap
tahun 1953 dan diajukan kepengadilan, merupakan contoh
infiltrasi ini. Maka, sering-sering sukar diledakan dalam
peristiwa-peristiwa dan dalam gerombolan-gerombolan yang
disebut, mana yang masuk Darul Islam secara murni dan mana
yang sebenarnya sudah merupakan gerakan penjahat".
Pada waktu dilancarkan serbuan pagar betis, rakyat di
jadikan umpan terlebih dahulu, bila rakyat akan mundur, niscaya
192

akan ditembak oleh TNI, sedangkan DI/ TII di perintahkan


oleh panglima tertinggi SM. Kartosuwiryo untuk tidak
menembak, rakyat yang tidak berdosa yang selama ini telah
banyak membantu pejuangan Darul Islam. Dari sikap TII ini
saja, sudah bisa dibantah, bahwa tidaklah mungkin T I I
melakukan pembunuhan, pembakaran rumah penduduk seperti
yang dituduhkan selama ini. Sebab, jika benar TII seganas yang
dituduhkan, tentulah dengan mudah mereka menghabisi rakyat
tidak bersenjata yang dijadikan tameng oleh AH. Nasution
dalam peristiwa pengepungan pagar betis. 32

Persidangan Sandiwara
Pada tanggal 4 juni 1962 Imam SM. Kartosuwiryo
tertangkap di gunung Geber. Pemerintah RI mengadakan sidang
tertutup secara kilat 14-16 Agustus 1962, dan memutus-kan
hari eksekusi mati bagi sang mujahid.
Tuduhan yang dikenakan oleh penuntut umum, Mayor Chk.
Sutarjono, BcHk. terhadap terdakwa, dalam sidang yang hanya
berlangsung dua hari itu, sebagaimana dapat dibaca dalam
requisitornya antara lain:
32
Allah Malikur Rahman berfirman: "Dan Dialah yang mencegah tangan mereka dari
(membinasakan) kamu dan Dia lah yang mencegah tangan kamu dari
(membinasakan) mereka ditengah kota Makkah, sesudah Allah memenangkan kamu,
dan mengalahkan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu lakukan."
"...dan kalau tidaklah karena pria yang mukmin dan wanita yang mukminah yang
tidak kamu ketahui bahwa kamu akan membinasakan mereka yang menyebabkan
kamu ditimpa kesusahan tanpa pengetahuan, (tentu dibiarkan Allah terjadi
pertempuran). Akan dimasukkan Nya ke dalam rahmat Nya siapa yang dikehendaki
Nya. Kalau terpisah dari orang orang beriman, tentu akan Kami adzab orang orang
yang kafir diantara mereka dengan adzab yang berat". (Qs. al-Fath, 48:24-25).
193

1. Memimpin dan mengatur penyerangan dengan maksud


hendak merobohkan pemerintahan yang sah.
2. Memimpin dan mengatur pemberontakan melawan kekuasa-
an yang telah berdiri dengan sah, yaitu Republik Indonesia.
3. Memerintahkan melakukan makar pembunuhan terhadap
Presiden yang dilakukan berturut-turut dan terakhir dalam
peristiwa Idul Adha.
Tindakan pidana yang disebutkan di atas diatur dalam pasal-
pasal 107 ayat 2, 108 ayat 2 dan 104 junto pasal 55 KUHP,
junto pasal 2 Penpres No. 5 tahun 1959 yang dimuat dalam
lembaran negara No. 80 tahun 1959. Dikatakan oleh jaksa,
biarpun terdakwa menyangkal tuduhan kedua dan ketiga, tetapi
sangkalan tersebut terhapus semuanya oleh keterang-an para
saksi dan alat bukti berupa dokumen. 33

Sidang Mahadper yang berlangsung secara tertutup hanya


dalam dua hari itu, dipimpin oleh hakim ketua Letkol. Ckh.
Sukana BcHk. didampingi oleh para hakim anggota, yaitu
Mayor Infantri Rauf Effendi, Mayor Udara lokal Muhammad
S.A.Jr. S.H.
Maka pada tanggal 5 September 1962, Imam SM.
Kartosuwiryo menemui syahidnya di hadapan regu tembak,
disaksikan 7 orang jendral R I . Seorang ulama mujahid,
intelektual dan militer sekaligus telah menyirami bumi Indonesia
dengan tetesan darahnya, diamati untuk menyongsong

Pemardi dalam Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, hal. 16. Pen. PT. Badan Penerbit
ARYAGUNA PO BOX 273 Djakarta, 1964.
194

kehidupan abadi seperti kata-kata yang di ucapkan oleh


Abubakar Siddiq
"Ihris alal maut, tuhab lakal hayat" (Songsonglah kematian,
c

niscaya kau dapatkan kehidupan).


Sebelum eksekusi dilaksanakan, pihak keluarga mengajukan
permohonan kepada kejaksaan Agung. Seperti yang dituturkan
oleh putra beliau, Tahmid Kartosuwiryo, bahwa dari pihak
keluarga mengajukan beberapa permohonan, tetapi semuanya
ditolak, baik oleh pihak Kejaksaan Agung, Menhankam, maupun
Presiden Soekarno. 34

Permohonan yang diajukan ke Kejaksaan Agung antara lain:


1. Jika eksekusi akan dilaksanakan supaya keluarga terdekat
diperkenankan menyaksikan pelaksanaan eksekusi tersebut.
2. Sekiranya tidak diijinkan, cukup dihadiri wakil keluarga saja.
3. Jenazahnya supaya diserahkan kepada keluarga untuk
disemayamkan.
4. Dimanakah eksekusi akan dilaksanakan, mohon keluarga
diberi tahu.
Hari-hari terakhir menjelang eksekusi, pihak keluarga masih
diperkenankan untuk bertemu, sekalipun dengan pengawalan
sangat ketat dari pihak keamanan. Pada pertemuan yang
mengharukan di sel tahanan gedung MAHADPER Jakarta itu,
salah seorang putranya memberanikan diri meminta nasehat
ataupun pesan terakhir untuk disampaikan kepada keluarga
maupun ummatnya.
M
Seperti yang diceritakan kepada penulis oleh putera beliau, Tahmid Kartosuwiryo,
dalam suatu wawancara Januari 1999 di Bandung.
195

Di antara wasiat terakhir beliau adalah:


L Saya minta ma'af kepada seluruh mujahid dan mujahidah
2. Jadilah kalian semua sebagai pahlawan Islam
3. Jangan pernah menyesal terhadap segala yang pernah terjadi
dan dialami di medan jihad fi sabilillah
4. Ketahuilah, bahwa Pancasila itu tidak akan abadi.
Telah pergi seorang mujahid yang istiqamah, ke haribaan
Ilahi. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". Sekalipun jasad beliau
telah tiada, tapi jiwa dan semangat perjuangannya akan tetap
hidup di hati orang-orang beriman. Pada hakekatnya, seorang
yang syahid dijalan Allah tidaklah mati melainkan hidup,
sebagaimana firman Allah: "Danjanganlah kamu mengatakan orang-
orang yang gugur dijalan Allah (bahwa mereka itu mati); bahkan
sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya".
Al-Baqarah; 2:154).
Semoga rahmat Allah dilimpahkan kepada seorang shalih,
Ustadz Abdullah Umar yang menggubah sebuah sya'ir
kehidupan yang berbunyi:
Hidup itu atas kehendak yang Maha Menghidupkan
Hidup itu tiada hidup tanpa menghidupi
kehendak yang Maha Menghidupkan
Hiduplah dalam kehidupan para penghidup
kehendak yang Maha Menghidupkan
Hidupilah hidupmu demi kehidupan
di hari yang akan dihidupkan
oleh yang Maha Menghidupkan
196

Maha benar Allah yang telah berfirman:


"Maka bersabarlah kamu, sesungguhnyajanji Allah adalah be
maka meskipun kami perlihatkan kepadamu sebagai siksa yang K
ancamkan kepada mereka ataupun Kami wafatkan kamu (sebelu
ajal menimpa mereka), namun kepada Kami sajalah mereka d
kembalikan " (QS. Al-Mukmin; 40:77).
Pada surat yang lain Allah berfirman:
"Sungguh, jika Kami mewafatkan kamu (sebelum kamu menca
kemenangan) maka sesungguhnya Kami akan menyiksa merek
Sesungguhnya Kami berkuasa atas mereka,. Maka berpegang-teg
kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesuggu
kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan sesungguhnya Al-Qur'a
itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bag
kaummu dan kelak kamu akan dimintai pertanggungan jawab". (
Az-Zuhruf; 43: 41-43).
Dari rangkaian peristiwa diatas, maka jelaslah bahwa
pertemuan para ulama di Cipanas itu merupakan rekayasa
politik, semata-mata dimaksudkan memberikan legalitas pada
Soekarno untuk menumpas perjuangan Darul Islam. Dan untuk
itu dia memerlukan bantuan para ulama pendukungnya guna
menentukan "siapa bughat yang harus di perangi dan siapa
Waliyul Amri yang mesti dita'ati".
Topeng yang menutupi wajah pengkhianat agama sedikit
demi sedikit mulai tersingkap. Dari pengakuan yang dituturkan
ini saja, orang dapat mengerti bahwa semua ini adalah
permainan politik. Sekalipun mereka memikul keranjang Kitab
laksana keledai, pertemuan para ulama di Cipanas itu pasti tidak
197

akan menemukan hujjah yang benar bagi penumpasan harakah


Islamiyah yang berjuang ke arah terlaksananya hukum Allah.
Begitu pula, mereka tidak akan bisa meyakinkan dirinya sendiri
bahwa manusia macam Soekarno yang mempelajari Islam
sekedar kebutuhan, layak dinobatkan sebagai Waliyul Amri,
maka akhirnya mereka memutuskan "yang ini Bughat dan yang
itu Ulil Amri", maka tidak bisa lain sekadar rekayasa guna
memenuhi tuntutan politik penguasa dengan memperalat Islam
serta memanfa'atkan kebodohan ulamanya.
"Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang
datang dari Rabnya sama dengan orangyang (syetan) menjadikan ia
memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa
nafsunya?". (QS. Muhammad; 47:14).
"Maka tetaplah engkau pada jalan yang benar sebagaimana
diperintahkan kepada engkau, dan begitu juga orangyang bertaubat
bersamamu. Janganlah engkau melanggar batas. Sesungguhnya Dia
Maha Melihat apa saja yang engkau kerjakan. Dan janganlah kamu
menyandarkan diri pada orang-orang dzalim. Jika kamu berbuat
demikian) tentu kamu akan kena api neraka. Tidak adapenolong-
penolongmu selain dari Allah. (Apabila kamu menyandarkan diri
pada orang-orang dzalim) akhirnya kamu tidak akan ditolong". (Qs.
Hud: 112-113)
198

JEJAK JIHAD SM KARTOSUWIRYO


199

Penutup

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu


dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka
janganlah kamu mundur. Barangsiapa mundur diwaktu itu,
kecuali berbelok untuk siasat perang atau hendak
menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan
Allah. Dan tempatnya adalah neraka jahannam. Dan amat
buruklah tempat kembalinya".
Qs.Al-Anfal,8:15-16

KETIKA strategi Pagar Betis yang dijalankan tentara RI kian


terasa menekan, sehingga dikhawatirkan jatuhnya begitu banyak
korban dari kalangan rakyat sipil apabila pertempuran tidak
segera dihentikan. Maka, atas nama Pangti DI/TII, Darda'
Kartosuwiryo memerintahkan kepada pasukan TII untuk turun
gunung dan membaur ke dalam masyarakat.
Setelah kembali dari medan gerilya, sepuluh tahun
kemudian, Dewan Imamah sepakat mengangkat Abu Daud
Beureuh sebagai Imam, menggantikan posisi SM. Kartosuwiryo
melanjutkan perjuangan menegakkan Negara Islam di
Indonesia. Perjuangan tidak boleh berhenti, jihad harus terus
dilanjutkan, hingga Islam menjadi Hakim dan kaum muslimin
berkuasa di negeri ini.
200

Lebih jelasnya, bahwa Negara Islam Indonesia akan terus


melanjutkan usahanya untuk:
1. Melenyapkan segala macam penjajahan dan perhambaan,
dalam arti kata yang luas, dari Indonesia.
2. Memusnahkan musuh-musuh Allah, musuh Agama dan
musuh Negara Islam Indonesia, dari Indonesia.
3. Melaksanakan hukum-hukum Islam, sepanjang ajaran
kitabullah dan sunnatun Nabi H dalam arti yang sesempurna-
sempurnanya di seluruh Indonesia.
4. Melakukan usaha-usaha lainnya, yang dapat memper-cepat
datangnya Karunia Allah Yang Maha Besar ialah: Negara
Islam Indonesia berdaulat 100% ke luar dan ke dalam,
defacto dan de jure. 35

Akan tetapi, sebagian dari musuh-musuh Islam dan mereka


yang kurang cermat membaca sejarah, tidak sabar dan kurang
arif menilai situasi politik, mengira bahwa perjuangan
menegakkan Negara Karunia Allah akan kandas setelah
pemimpinnya meninggal dunia. Banyak yang mengira, setelah
pasukan DI/TU turun gunung itu artinya NII sudah hapus dari
halaman sejarah. Sebenarnya, perjuangan Islam tidak akan
pernah berhenti. Ikrar yang sudah diucapkan tak mungkin diurai
kembali, sekalipun harus menghadapi banyak rintangan.
Adanya perbedaan visi dalam memandang dan menganalisis
situasi yang melingkupi gerakan perjuangan, tidak harus

3 5
Periksa PDB jilid //, "Menggalang Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia",
bab V I I , Negara Islam Indonesia, Belanda dan RIS", hal 58.
201

mengundang perpecahan dan melanggengkan permusuhan.


Persoalannya sekarang dengan berbagai pengalaman sejarah
yang syarat dengan ujian serta penindasan, para mujahid
hendaknya mampu mengambil pelajaran, bahwa perpecahan
dalam tubuh jama'ah mujahidin, apapun alasannya tidak akan
mendatangkan keberhasilan bagi perjuangan, dan permusuhan
akan kian menjauhkan umat dari rahmat Ilahi.
Jika keberangkatan seseorang dalam perjuangan Islam
benar-benar diawali dengan nawaitu yang tulus, dilandasi dengan
satunya tujuan serta kesungguhan untuk memperjuangkan
terlaksananya Syari'at Islam; ternyata ummat ini belum juga
bisa dipersatukan, maka akar persoalannya harus ditemukan
dengan bersumber pada Qur'an dan sunnah Nabi M- Sekiranya
terdapat perbedaan dalam pemahaman maupun firkah, bukankah
tradisi Islam mengajarkan agar ditegakkan lembaga musyawarah.
Dalam bermusyawarah seseorang harus siap menerima dan
memberi, dan tidak boleh mau menang sendiri. Tapi mengapa
ummat ini, hatinya lebih condong kepada firqah daripada
berjama'ah, memilih bermusuhan ketimbang perdamaian?
Sementara orang-orang kafir terus menerus menyelenggarakan
berbagai konferensitingkatnasional maupun inter-nasional untuk
menemukan titik-titik simpul yang dapat mengekalkan persatuan
dan kesatuan di antara mereka. Mengapa orang-orang Islam
juga tidak berusaha dengan cara yang sama demi mendapatkan
rahmat Allah serta harapan yang jauh lebih baik daripada apa
yang diharapkan orang kafir?
202

Betapa malang nasib ummat ini, mereka memilih al-Qur'an


tapi tidak dapat mengambil manfaat dari padanya. al-Qur'an
mengajarkan supaya bersatu padu dalam menghadapi musuh,
tapi mereka memilih maju dengan firqahnya masing-masing,
dan merasa lebih kuat tanpa bantuan yang lainnya. Wahai
saudara seperjuangan, dengarlah seruan ini yang di kuman-
dangkan dari arah Sidratul Muntaha: "Dan janganlah kamu seperti
orang-orang yang berpecah belah dan bersilang selisih setelah sa
kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas. Bagi mereka
yang berat". (QS.Ali 'Imran, 3: 105). Na'udzubillahi min dzalik.
Kini, kita menyaksikan berbagai harakah, tandzim, partai
politik serta firqah Islamiyah telah merobek-robek kesatuan
ummat Islam. Sebagian ikhwan menganggap itu sebagai
fenomena yang wajar. Bahkan, dengan nada pesimis ada pula
yang mengatakan, ini memang kehendak taqdir, jadi tidak perlu
di risaukan. Atau, ini bukan perpecahan melainkan
penyaringan, agar jelas mana pengikut al-haq dan mana
pengikut al-bathil. Lalu mereka mencari justifikasi qur'ani,
pembenaran bagi tindakannya; bahwa adanya thaifah, firqah
atau kelompok dalam harakah Islamiyah, memang eksistensinya
tidak dinafikan dalam al-Qur'an.
Bagi mereka yang berfikir arif dan obyektif, pandangan ini
sebenarnya telah keluar dari ambang batas kewajaran.
Setidaknya jika ditilik dari sudut pandang Syar'i, keselamatan
jama'atul muslimin serta ekses-ekses negatif yang menyertainya.
Dan membiarkan fenomena perpecahan ini berlanjut,
203

merupakan bahaya di atas bahaya. Sekiranya kenyataan ini di-


barengi suasana ukhuwah dan saling pengertian, sebagaimana
di contohkan para sahabat nabi M bila mereka berbeda faham
tentang suatu masalah,tidaklahmerisaukan. Mereka tetap saling
menghormati dan menjaga akhlak Islam. Tetapi kenyataan yang
terjadi kini adalah sebaliknya. Lahirnya firqah yang memecah
belah tubuh jama'ah, dibayang-bayangi dengan memuncaknya
permusuhan, berhembusnya nafsu hasad dan dengki, yang ujung-
ujungnya adalah pertengkaran, lalu saling intai kelemahan.
Lebih ekstrim lagi akibat dari perpecahan dan perbedaan visi
ini, malah ada yang tidak mau menjawab jika diberi salam,
padahal tadinya mereka seiring sejalan, sehidup sependeritaan.
Ada lagi di antara harakah Islam yang juga bertujuan
memperjuangkan Islam, tapi tidak pernah mau diajak
mengadakan aktivitas bersama. Jika yang bukan harakahnya
itu mengadakan kegiatan, mereka juga membuat kegiatan
tandingan supaya ummat yang berada dalam bianaannya tidak
mengikuti kegiatan harakah lain itu .
Kenyataan ini saja, sebenarnya telah menyimpang dari garis
ahklaq Islam. Betapa tidak, bayangkan saja, bila beberapa orang
misalnya, keluar dari suatu tandzim, kemudian menciptakan
tandzim baru. Atau seorang berselisih faham dengan amir
jama'ahnya, setelah itu mengambil sikap mauquf (non aktif,
selanjutnya membentuk jama'ah baru sebagai tandingan atau
diharapkan menjadi penyelamat. Lalu bagaimana jadinya
jama'ah itu jika seribu orang berbeda pendapat, setiap orang
dari mereka menciptakn jama'ah baru, padahal satu orang saja
204

yang berbeda pendapat telah mampu menjadikan tubuh jama'ah


berkeping-keping seperti pecahan beling.
Sikap tawaquf atau sikap suka melepaskan diri dari jama'ah
merupakan penyakit. Lebih berbahaya lagi manakala sikap ini
diperkuat oleh faham baru, bahwa dewasa initidakada jama'atul
muslimin, yang ada hanyalah jama'ah min (jama'atum minal
muslimin)
Bersama pandangan ini diikuti lagi dengan bahaya baru,
yaitu munculnya sikap ta'ashub. Sedemikian parahnya penyakit
ta'ashub ini sehingga membuat mata-telinga jadi tuli. Ta'ashub
mestinya diberikan pada kebenaran, tapi kini dialihkan kepada
faham, keluarga, golongan dan tokohnya. Semestinya ummat
ini berda'wah lil Islam, setelah timbul perpecahan berubah
menjadi da'wah lit Tandzim.
Bagaimana hal ini bisa terjadi, padahal kita telah mendengar
firman Bahy: Janganlah kamu menjadi seperti orang musyrik, y
C(

orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka berke


kelompok. Setiap kelompok berbangga dengan apayang ada pada
mereka". (Qs.Ar-Rum; 30: 31-32).
Berpecah merupakan sifat orang musyrik. Dan bangga
dengan kelompok sendiri adalah kegemaran ahlul bid'ah. Lalu
bagaiman bisa terjadi, membersihkan umat dari kemusyrikan,
mengobati mereka dari penyakit TBC (Takhayul, Bid'ah dan
Churafat), justru dengan membangun "kemusyrikan" baru.
Apakah mungkin menghilangkan kemusyrikan dengan
kemusyrikan pula ? jauh,...jauh sekali dari kebenaran.
205

Dalam lembaran sejarah masa kini, hancurnya harakah


Islamiyah, baik secara politik maupun militer, seringkah
disebabkan karena para eksponen Islam gampang dibeli dan
mudah diadu domba oleh lawan tanpa disadari. Kemudian
terbukanya gerbang gila wa gala. Awalnya tak terasa, kebiasaan
mencela pemimpin dalam hal keteguhan dan kesungguhannya
memegang prinsip jama'ah, kemampuan serta kelayakannya
memimpin harakah. Selanjutnya meragukan kebenaran serta
keabsahan konsep harakah yang dibikin oleh para pendahulu.
Bermula dan keraguan tumbuhlah krisis kepercayaan, krisis
ukhuwah, krisis solidaritas yang berakibat goyahnya bangunan
harakah. Jika sejak awal para mujahid berjuang kearah tegaknya
khilafah, akibat berbagai krisis ini, yang tegak bukan khilafah,
melainkan merebaknya khilafiyah.
Ada ungkapan bagus yang kita dengar akhir-akhir ini, tapi
digunakan untuk tujuan tertentu: "Dalam menilai kebenaran
jangan terpengaruh jasa seseorang, tak peduli siapapun dia".
Secara Tauhidi, ucapan ini shahih tak bercacat. Tapi untuk
keadilan, tidak semestinya jasa seseorang dinafikan begitu saja
hanya karena dia, menurut sangka kita, telah berbuat keliru di
belakang hari. Bagaimanapun juga pendahulu itu seperti sebuah
ungkapan bijaksana: "Kemuliaan bagi para pemula, sekalipun
pioner (penerus) lebih baik".
Ada satu hal yang harus direnungkan bersama, yaitu masalah
keta'atan terhadap pemimpin. Setiap individu jama'ah harus
ta'at pada pimpinan yang telah dibai'atnya. Ini dimaksudkan,
disamping mengikuti sunnah Rasulullah, juga agar sentral
206

kekuatan dan otoritas instruksi berada di tangan yang berwenang.


Itulah sebabnya dalam sejarah Islam, belum pernah ada seorang
amir atau gubernur daerah membai'at seorang muslim supaya
menta'ati dirinya, melainkan untuk mena'ati Imam atau khalifah.
Sebab jika terjadi dualisme dalam hal ini, akan terjadi
kepemimpinan ganda, yang pada gilirannya akan menjadi
sentral kekuatan baru. Dari sinilah awal kegoncangan dan fitnah
menimpa.
Keta'atan Islami, bukanlah keta'atan taklid. Tapi keta'atan
seorang muslim pada pimpinan hanya dalam hal yang ma'ruf
saja. Adalah haram hukumnya bagi seseorang untuk taat pada
makhluk yang ma'syiat kepada Allah. Adapun terhadap
pemimpin yang diragukan keshalihan serta kemampuan ilmunya,
dan diragukan pula keabsahan kepe-mimpinannya secara syar'i
maupun konstitusi (Qanun Asasi), sehingga mengikutinya
dikhawatirkan lebih banyak mendatangkan mudlarat dari pada
maslahat. Maka menarik bai'at dan bersikap mauquf, mungkin
suatu alternatif yang bisa dipertimbangkan, jika ahlul halli
wal'aqdi yang mengangkatnya tidak segera mengatasi atau
meng-gantikannya dengan yang lebih layak dan disetujui ummat.
Dalam hal ini, perubahan sikap seseorang menghadapi sikon tidak
berarti berubahnya aqidah, sejauh perubahan sikap tersebut
memiliki hujjah yang dapat diterima secara naqliyah. Masalah-
nya sekarang, apakah seorang imam yang kepribadiannya meng-
undang keraguan itu secara terang-terangan telah melakukan
kekufur-an, kemusyrikan, baik dalam kata maupun perbuatan?
Pertanyaan ini penting, sebab ternyata memisahkan diri dari
207

jama'ah lalu membentuk jama'ah baru lagi bukanlah solusi yang


tepat dan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Malah
sebaliknya, akan menyulut keresahan, membangkitkan fitnah
dan permusuhan.
Dalam hal ini seorang Ikhwan, AI-Ustadz Abdul Qadir
Baraja' pernah bertanya dengan nada keprihatinan: "Dapatkah
kita melaksanakan sesuatu yang kita yakini kebenarannya di
dalam berjama'ah tanpa harus menimbulkan perpecahan dan
memperuncing permusuhan?"
Hendaknya kita tidak melupakan hadits Nabi saw. yang
artinya: "Sesungguhnya seorang muslim adalah saudara bagi mus
yang lain. Ia tidak mengkhianatinya, tidak mendustainya dan tida
membiarkannya". (Hr. Tirmidzi)
Jamaah Darul Islam, telah mencatat pengalaman pahit dan
menyedihkan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Untuk
itu sebagai pioner perjuangan, baiklah pengalaman ini diadikan
pelajaran, sesungguhnya sifat tergesa dan saling mencela,
menuduh, meremehkan dan rhelukai perasaan, bukanlah watak
seorang mu'min. Sekiranya terdapat alasan atau celah yang
dapat menyatukan umat ini kedalam barisan yang kokoh,
mengapa kita tidak menempuhnya. Mengapa kita harus memilih
perpecahan dan mewariskan sifat jelek ini kepada generasi di
belakang kita? Barangkali kebenaran di dalam berjama'ah,
memang ada pada apa yang kita yakini. Tapi tidak mustahil
kebenaran itu ada pada yang diyakini pihak lain. Apakah kita
akan merasa gengsi jika mengakuinya?
208

Pada akhirnya yang baik bagi kita sekarang adalah menjadi


muslim yang sesungguhnya. Apabila sudah menjadi muslim yang
sebenarnya, pasti kaum muslimin akan mampu menjalin
ukhuwah, bersikap keras kepada orang kafir dan lemah lembut
kepada sesama mukmin, saling mencintai meskipun masih
berbeda manhaj atau tandzim. Dengan menjadi muslim yang
sebenarnya, niscaya kita akan dapat saling memahami, saling
mema'afkan dan tolong menolong dalam kebajikan. Jika dengan
perekat ukhuwah Islamiyah kaum muslimin belum bisa bersatu,
maka hendaknya kita mencurigai hawa nafsu masing-masing,
curiga pada diri sendiri bahwa kita mungkin saja belum menjadi
muslim yang paripurna.
Akhirnya, kaum muslimin harus menyadari sepenuhnya,
makna serta konsekuensi logis dari peringatan Allah M yang
berbunyi: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum
(bangsa) sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki kehancuran suatu kaum, maka tidak adayang sanggup
mencegahnya. Dan tidak ada pelindung mereka selain dari Allah". (Qs.
ar-Ra'du: 11).
Perubahan nasib yang dimaksudkan dalam, ayat di atas,
maju atau mundur, baik atau buruk, bahagia atau sengsara,
bukanlah sekadar perubahan individual dan bersifat akhlaqiyah
semata. Akan tetapi ayat ini berbicara dalam kerangka ummat
sejagat, nasional dan internasional.
Bahwa Allah M tidak akan merubah nasib kamu, wahai
kaum muslimin, jika kamu sendiri tidak merubah komitmen
209

jahiliyahmu menjadi komitmen kepada Islam, dengan


menjadikan al-Qur'an sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Kemudian meyakini sepenuhnya bahwa melaksanakan
hukum Allah adalah fardu 'ain bagi setiap muslim, menurut
kemampuannya, dan sebaliknya, menolak melaksanakan hukum
Allah berarti kafir, fasiq dan dzalim.
Tidak akan ada perbaikan nasib, jika kamu wahai orang-
orang Islam, tidak merubah pemerintahan jahiliyah yang
mengendalikan hidupmu sekarang ini menjadi pemerintahan
Islam, yang berpegang teguh pada al-Qur'an dan hadits shahih.
Tidak akan berubah keadaan kalian hingga yaumul qiyamah,
sehingga kalian merubah negara Pancasila menjadi negara
Islam.
Pengalaman membuktikan, selama setengah abad lebih
Bangsa Indonesia menggantungkan nasib dan harapannya pada
negara Pancasila ini, tapi apa yang telah diperoleh? Keseng-
saraan ekonomi, kedzaliman politik, kekacauan pemerintahan,
kehancuran moral bangsa, dan penderitaan terus menerus
menimpa sebagaian besar rakyat. Bahkan toleransi idiologis dan
politis yang diberikan kaum mayoritas Islam kepada kaum
minoritas non muslim di negara Pancasila ini, pada akhirnya
membuahkan tragedi bagi kaum muslimin. Mereka dimelaratkan
secara ekonomi, didzalimi secara politis, dilecehkan secara
intelektual dan dituduh penyebar teror, menjadi sumber
kerawanan sosial serta pemecah belah persatuan.
210

Oleh karena itu, tidak akan ada kejayaan, kecuali kaum


muslimin bertahkim. kepada Allah dan Rasul-Nya dan
mengingkari thaghut dalam segala manifestasinya. Seluruh
kekuatan Islam, hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan
ini. Seluruh organisasi harakah maupun parpol Islam, wajib
memberi perhatian sungguh-sungguh terhadap persoalan
fundamental ini. Jika tidak, maka jangan berharap apapun jua,
kecuali kehancuran didunia dan nasib celaka di akhirat.
"Ini adalah peringatan, siapa yang mau dia akan mengambiljalan
menujuRab-Nya". (Qs.Al-Muzammil, 73:19). "Makaperkataan
apalagi sesudah al-Qur'an yang hendak (kalian) percayai?". (Qs.
Mursalat, 77:50).
"Belumkah tiba saatnya, bagi, orang-orang beriman untuk tun
hatinya mengingat Allah dan (tunduk) pada kebenaran yang telah
diturunkan kepada mereka ? Janganlah mereka seperti orang-oran
yang telah diturunkan kepada mereka kitab sebelum mereka.
Kemudian setelah panjang masa berlalu, hati mereka bertambah k
Dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasiq". (Qs. Al-Hadid,
57:16).
Semoga Allah merahmati ummat Muhammad M dan
menjadikan mereka berkuasa di bumi. Sambutlah seruan
Rabbul Alamin ini, Ya Ma'asyiral muslim, dan bersatulah, Insya
Allah kalian akan menang. Sejahtera fid duniya, dan sejahtera
fil akhirah.
Appendix Pertama
Kewajiban Berjamaah
Oleh: Ustadz Abui Hasan

SETELAH hancurnya kekhalifahan Turki Utsmani, 3 maret


1924, kaum muslimin di seluruh dunia menjadi lemah dan
terpecah. Mengapakah harakah Islamiyah yang ada sekarang
belum jua mau bersatu membangun kembali bangunan yang
telah diruntuhkan oleh musuh itu? Pertanyaan ini sebenarnya
sudah out of date, sudah ketinggalan zaman. Sebab jawabannya
sudah tersedia di dalam Al-Qur'an. Yaitu karena masing-masing
harakah Islamiyah sudah merasa benar dengan langkah yang
ditempuhnya, lalu merasa bangga dengannya.
Maka pertanyaan paling essensial untuk diajukan adalah:
"Dengan alasan apakah, masing-masing harakah, organisasi
atau politik Islam yang ada dewasa ini membenarkan sikapnya
untuk tidak bersatu? Sikap seperti itu tercermin dalam ungkapan:
Partai boleh beda, tapi ukhuwah tetap dijaga". Apa artinya
ungkapan ini ditinjau dari kaca mata Syar'i?
Dewasa ini ummat Islam yang gemar membaca buku atau
majalah Islam, walaupun barangkali masih jarang membaca
Al-Qur'an atau Hadits Nabi <gg. Apalagi mereka yang sudah
212

terbiasa memperhatikan atau mentadabbur makna ayat-ayat Al-


Qur'an dan menghayati isinya, tentu tidak kaget lagi bila
kepadanya di katakan, bahwa berjama'ah bagi kaum muslimin
merupakan kewajiban Islami. Sebab dalil-dalil Al-Qur'an
maupun Hadits cukup banyak menerangkan hal tersebut,
sehingga seluruh ulama' dari zaman ke zaman secara ijma'
menyepakati bahwa berjama'ah itu memang wajib hukumnya.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini tidak akan dipaparkan
secara detail dalil-dalil yang mewajibkannya itu, termasuk juga
pendapat para ulama' tidak akan dibahas secara mendalam.
Apabila kewajiban berjama'ah ini telah difahami oleh kaum
muslimin, persoalannya sekarang: Apakah kaum muslimin telah
bersatu didalam satu jama'ah Islam ataukah sebaliknya terpecah
belah menjadi banyak jama'ah dari orang-orang Islam?.
Sekiranya jawabannya adalah: "ya". Alhamdulillah telah bersatu
di dalam ikatan "jama'ah muslimin", maka artinya mereka telah
memenuhi kewajibannya dalam urusan tersebut. Akan tetapi
jika jawabannya belum, maka kewajibannya adalah
menemukan adanya jama'ah muslimin itu, lalu mendaftarkan
diri sebagai warganya.
Selanjutnya, mengumumkan keberadaan jama'ah muslimin
tersebut yang dilakukan oleh Imam atau khalifah yang dipilih
melalui forum musyawarah. Pengumuman ini penting dilakukan,
sebab pada saat itulah batas antara jama'ah muslimin dan
orang-orang kafir dikokohkan. Dengan demikian, setiap muslim
dapat melakukan taat kepada Allah H taat kepada rasul-Nya
5
213

dan Ulil Amri dari orang-orang beriman, sebagaimana


difirmankan Allah di dalam surat An-Nisa' ayat 59: "Hai orang-
orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan Ulil
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat ten
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Ra
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan h
kemudian. Tang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih bai
akibatnya".
Allah M telah mewajibkan orang-orang beriman untuk taat
kepada Rasulullah dan Ulil Amri diantara mereka. Oleh karena
itu, mereka yang benar-benar beriman, apabila ditanya, apakah
dia sudah mem-punyai Ulil Amri? Tidak mungkin akan
menjawab. "Saya tidak membutuhkan Ulil Amri". Tidak
mungkin dia berkata walau di dalam hati "Mengapa Allah
memerintahkan kita menta'ati sesuatu yang tidak ada?" Nah,
siapakah Ulil Amri Anda? Jawaban yang benar, tentu saja yang
dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Wajib Bersatu dan Haram Berpecah


Perintah berjama'ah, dimaksudkan agar kaum muslimin
tetap utuh dalam satu kesatuan ummah. Supaya terhindar dari
kemungkinan timbulnyafirqah-firqahyang akan memecah belah
kesatuan ummat Islam, menghancurkan serta memporak-
porandakan keutuhan jama'ah. Karena sesungguhnya setiap
bentuk perpecahan di kalangan ummat Islam telah diancam
oleh Allah, sebagaimana tertera didalam Al-Qur'an:
214

" dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu


orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka men
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan a
yang ada pada golongan mereka ". (Qs. Rum, 30:31-32)
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama dan
mereka (terbagi) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpu
tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan merek
hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat
(Qs.Al-An'am,6:159).
Masih banyak ayat-ayat al-Qur'an yang mengharamkan
berpecah dan berbantahan yang mengakibatkan hilangnya
kekuatan. Menegakkan dien selamanya tidak akan sukses jika
masih terdapat perpecahan dikalangan kaum muslimin.
Selanjutnya silakan tela'ah al-Qur'an surat as-Syura, 42:13 yang
artinya: "Dan Dia telah mensyari'atkan agama kepadamu sebag
yang diwasiatkan-Nya kepada Nuh. Danyang kami wahyukan kepa
dan Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu, "Dir
agama dan jangan kamu berpecah-belah...".
Perpecahan yang di haramkan Allah dalam banyak ayat di
atas, adalah perpecahan sebagai akibat dari banyaknya j ama'ah-
jama'ah minal muslimin yang masing-masing merasa benar dan
bangga dengan golongannya. Mereka tidak sudi bersatu menjadi
satu jama'ah di bawah satu imamah, untuk hidup bersama-sama
menjalankan syari'ah Islam. Dan di antara jama'ah-jama'ah
kaum muslimin yang banyak kita saksikan sekarang barangkali
ada juga yangtidakmenghendaki adanya tafarruq. Lalu berusaha
mempersatukan ummat dengan alasan belum wujudnyajama'ah
215

bagi keseluruhan kaum muslimin dibawah ke pemimpinan


seorang imam atau khalifah mereka. Jika perkiraan itu benar,
maka jama'ah minal muslimin yang sadar dan tulus, itulah yang
berkewajiban menyatakan diri sebagai jamaah ummat islam
dengan keberanian mem-proklamirkan kekhilafahan di wilayah
kekuasaannya.
Apabila ternyata di antara jama'ah minal muslimin itu belum
ada yang sanggup berbuat demikian, itu artinya belum lahir
jama'ah yang melingkupi keseluruhan kaum muslimin di muka
bumi ini. Dan keadaan demikian merupakan fitnah yang besar
atas seluruh ummat Islam.
Pada gilirannya akan membawa akibat yang lebih fatal, yaitu
tidak terlaksananya syari'at Islam di dalam kehidupan mereka.
Sementara mereka tetap takluk di dalam genggaman kekuasaan
thaghut atau non Islam, lengkap dengan segala instrumen hukum
jahiliyah yang mereka restui. Disadari ataupun tidak, pada saat
kekuasaan Islam tidak wujud, maka secara otomatis ummat
Islam terpaksa harus tunduk dan ikut andil di dalam mendukung
dan menstabilkan kekuasaan thaghut yang terang-terangan
menolak Al-Qur'an dan hadits sebagai sumber hukum positif.
Jama'atun minal muslimin yang dalam aktifitasnya tidak
wajtanibut thaghut (mengingkari thaghut) dan hukum-hukumnya,
sudah pasti mereka orang-orang munafiq.
Dalam hal ini Allah menegaskan denganfirman-Nya:'Apabila
dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu tunduk kepada hukum
yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu
216

lihat orang-orang munafiq menghalangi manusia dengan sekuat-


kuatnya dari mendekati kamu". (Qs. An Nisa, 4:60).
Kemudian dalam ayat yang lain Allah H berfirman: "Dan
sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat un
menyerukan: "Sembahlah Allah da?ijahuilah thaghut", maka di an
ummat itu ada yang diberi petunjuk dan ada pula di antaranya yang
telah pasti kesesatan baginya". (Qs. an-Nahl, 16:36).
Bahaya terbesar yang akan terjadi manakala kaum muslimin
mengakui kepemimpinan orang-orang kafir atas diri mereka,
telah diinformasikan oleh Allah melalui AI-Qur an surat An-
5

Nisa ayat 139-139:'


5

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafiq bahwa mereka ak


mendapatkan siksaan yang pedih, yaitu orang-orang yang mengam
orang-orang kafir menjadi teman penolong dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi ora
kafir itu ? Sesungguhnya tiada bahaya paling mengerikan melebihi
ambil azab Allah U T .
Derita ini, Ujian ataukah la'nat
Dewasa ini di mana-mana Islam dianiaya dan dibantai kaum
kafirin dengan bantuan penguasa-penguasa thaghut.
Pembantaian atas ribuan kaum muslimin oleh ABRI di Aceh
selama 12 tahun diberlakukannya D O M (Daerah Operasi
Militer) di tanah Rencong itu, kemudian pembunuhan ratusan
ummat Islam serta pembakaran rumah-rumah penduduk
perkampungan muslim di Kota Madya Ambon-Maluku pada
pagi Idul Fithri, 19 Januari 1999 lalu, yang dilakukan oleh
preman-preman ahlul kitab, merupakan tragedi yang
217

memalukan. Kemudian penembakan jama'ah shalat Subuh di


masjid, lalu diusirnya ribuan kaum muslimin sebagai upaya
"Muslim Cleansing", pembersihan etnis muslim di Ambon. Atas
semua kepedihan ini sangatlah penting bagi ummat Islam untuk
muhasabah dan introspeksi diri. Apakah segala musibah yang
mereka derita kini, merupakan ujian keimanan ataukah
sebaliknya sebagai adzab Allah akibat kesalahan mereka sendiri?
Sekiranya itu ujian dari Allah, mestinya dapat meningkatkan
iman. Tetapi jika itu adzab, hendaknya kaum muslimin segera
bertaubat.
Bertanyalah kepada diri sendiri, pantaskah seorang muslim
menerima konsepsi j ahiliy ah guna mengatur kehidupan mereka,
padahal Allah telah menciptakan hukum yang lebih sempurna
dan mulia? Lalu, patutkah seorang muslim berdiam diri
menyaksikan kepemimpinan orang-orang kafir dan dzalim yang
secara terus terang menolak hukum Allah dan rasul-Nya? Me-
nyaksikan nasib serta eksistensi kaum muslimin umumnya,
terutama mereka yang hidup di negeri-negeri kaum kafir,
patutlah direnungkan firman Allah di dalam surat An-Nisa' ayat
144: "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
kafir menjadi wali, dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Inginkah
kamu mencari alasan bagi Allah untuk menyiksamu?"

Berbai'at Kepada Siapa


KB (Kesengsaraan Berencana) yang kita saksikan dan
rasakan kini, tidak bisa lain, hanya merupakan salah satu saja
dari akibat perpecahan kaum muslimin. Merelakan diri hidup
218

berfirqah-firqah, menyuburkan jama'atun minal muslimin, yang


masing-masing merasa lebih benar. Anehnya dalam keadaan
berpecah-belah seperti itu, masing-masing dari golongan itu
mengaku sudah kembali kepada al-Qur'an dan sunnah. Padahal
Rasulullah dan para sahabat beliau, yang beramar-ma'ruf nahi-
mungkar itu, tidak pernah membenarkan adanya pola hidup
berpecah menjadi jama'ah minal muslimin. Sebaliknya, mereka
semua tunduk dan patuh di bawah kendali seorang imam atau
khalifah.
Kita bersyukur ke hadhirat Allah Rabbul Jalil, bahwa atas
rahmat-Nya para as-Sabiqunal Awalun, dari kalangan Muhajirin
wal Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka. Sekalipun
terjadi perbedaan visi, bahkan bertengkar dan bersitegang urat
leher di dalam memilih Imam mereka, dengan berbagai
argumentasi masing-masing yang mereka anggap benar,
ternyatatiadasudi memperpanjang debat yang berakibat masing-
masing golongan berdiri sendiri tanpa Imam. Sebab mereka
faham betul akan makna firman Allah:
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar da
hilang ke-kuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar". (Qs. Al-Anfal, 8:46).
Cobalah bayangkan, sekiranya masing-masing "firqah"'dari
jama'ah minal Muhajirin, jama'ah minal Anshar dan lain-lain
tetap bertahan dan dengan niat masing-masing beramar ma'ruf
nahi mungkar, kembali kepada al-Qur'an dan sunnah Rasul
tanpa adanya kesatuan jama'ah dan imamah, serta masing-
219

masing merasa benar dengan sikapnya itu. Apa gerangan yang


bakal terjadi bagi kelanjutan perjuangan Islam, jika mereka
membiarkan diri hidup tanpa Imam?
Sekiranya hal itu terjadi, niscaya ummat Islam kebingungan
untuk memilih, jama'ah manakah yang lebih afdhal. Apakah
memilih jama'ah Muhajirin lebih utama ataukah mengikuti
jama'ah Anshar? Atau memilih alternatif lain, mengikuti
jama'ah Muhajirin di tahun pertama dan di tahun berikutnya
menyatakan diri keluar dari kelompok Muhajirin untuk
bergabung ke dalam jama'ah Anshar. Dan misalkan masing-
masing jama'ah memba'iat anggotanya, maka bai'atnya pun
tidak berarti apa-apa, karena mereka berpandangan boleh
keluar masuk jama'ah secara bebas tanpa konsekuensi sam'an
wa tha'atan. Bai'at yang seperti itu hanyalah permainan belaka
dan tidak sesuai dengan sunnah Rasul, karena hakekat bai'at
itu adalah berbai'at kepada Allah St.
"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu
sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah diatas
tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya akibat
ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang
siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya
pahala yang besar". (Qs. Al-Fath, 48:10).
Pantaskah ummat Islam yang diwajibkan bersatu dan
diharamkan berpecah-belah oleh Allah dan Rasul-Nya, hanya
akan menampilkan organisasi-organisasi sempalan yang tidak
nyunnah di tengah percaturan dunia yang serba canggih dewasa
ini? Dari contoh siapakah, bahwa keluar dari jama'ah ataupun
220

berdiri sendiri tanpa adanya Imam yang wajib didengar dan


dita'ati?
Seharusnya timbul kesadaran dan keberanian dari sejumlah
jama'ah minal muslimin dewasa ini. Bila mereka yakin bahwa
sekarang ini tidak ada jama'ah ummat Islam, setelah
kekhalifahan Turki Utsmani hilang pada tahun 1924 dan tiada
berkelanjutan, mengambil alih permasalahan demi kelanjutan
kekhalifahan bagi seluruh ummat Islam. Hendaknya ada yang
tampil memproklamirkan kembali berdirinya sistem tersebut,
walaupun hanya menguasai sekeping wilayah di permukaan
bumi ini. Sekiranya dihancurkan musuh dan kalah lagi, maka
ummat Islam tetap berkewajiban melanjutkannya meskipun
dalam keadaan sembunyi dan dalam situasi darurat, sehingga
secara terus menerus ummat Islam tidak kehilangan jama'ah
dan imamah.
Pemilihan seorang Imam dapat berlanjut melalui
musyawarah ahlul halli wal aqdi dari para warga yang telah
c

menggabungkan diri ke dalam jama'ah. Bagaimana tehnik


pelaksanaannya, bisa dipikirkan kemudian yang penting adanya
kemauan yang kuat untuk maksud di atas terlebih dahulu. Sebab
jika tidak berlanjut berarti hilanglah jama'ah dan imamah untuk
kesekian kalinya. Dalam keadaan demikian, ummat Islam
dihadapkan pada alternatif, sebagaimana sabda Rasulullah M
yang artinya:
"Dari Hudzaifah bin al-Yarnan berkata: bahwasa-nya orang-o
banyak bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedang ak

.(Mh m
221

menanyai beliau tentang kejelekan karena khawatir akan menimpa


diriku. Maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami
dahulu dalam kejahiliyahan dan kejelekan, lalu Allah mendatangkan
kebaikan (sekarang ini), maka apakah setelah kebaikan itu akan datan
kejelekan?" Rasulullah bersabda: "Ya". Aku bertanya lagi: "Dan
apakah sesudah kejelekan itu akan datang kebaikan lagi ? " Rasulullah
menjawab: "Ya, akan tetapi didalamnya terdapat dakhanun
(kerusakan)". Akupun bertanya, Apakah kerusakan itu? Beliau
menjawab: "Sesuatu kaum yang mengambil sunnah bukan dari
sunnahku dan menerima petunjuk bukan dan petunjukku. Kamu
mengenal mereka tapi kamu nwngingkarinya ". Aku bertanya, "Apaka
sesudah kebaikan itu akan ada lagi kejelekan ? " Beliau menjawab: "Ya
yaitu para penyeru diatas pintu neraka jahannam. Barang siapa
memenuhi seruan mereka, maka terjerumuslah ia kedalam jahannam
itu". Aku berkata, "Wahai Rasulullah, beritahukanlah sifat-sifat
mereka kepada kami". Beliau bersabda: "Mereka itu adalah orang-
orang dari bangsa kita sendiri dan berbicara dengan bahasa kita".
Aku bertanya, "Apakah yang anda perintahkan kepadaku jika yang
demikian itu aku dapati?"Beliaupun bersabda: "Hendaklah engkau
senantiasa berada dalamjama'ah kaum muslimin dan Imarn mereka"
Aku bertanya, "Bagaimana jika tidak ada jama'ah dan Imamah bagi
kaum muslimin?". Beliau menjawab: "Maka engkau tinggalkan
seluruh golongan yang ada, meskipun engkau terpaksa memakan aka
kayu, sehingga maut merenggutjiwamu sedangkan engkau tetap dala
keadaan demikian". (HR. Bukharidan Muslim).
Di dalam hadits tersebut hanya ada dua alternatif, yaitu
mempertahankan jama'ah muslimin dan Imam mereka,
ataukah menyingkir dari keterlibatan diri dari semua golongan
yang ada karena kesesatan, sekalipun terpaksa hidup menderita
222

hingga ajal tiba. Hal ini berarti penekanan, agar ummat Islam
waspada jangan sampai kehilangan jama'ah dan Imamah,
sehingga mereka tidak perlu uzlah (mengisolir diri).
Adapun orang-orang yang beriman, ketika membaca hadits
di atas, tidak mungkin berkata bahwa wawasan Rasulullah
kurang luas dan miskin informasi. Mengapa beliau tidak
mengatakan: 'Jikajama'ah dan Imamah bagi keseluruhan kaum
muslimin sudah tidak ada, maka cukuplah dengan jama'ah-
jama'ah minal muslimin". Ucapan demikian hanya dimiliki oleh
otak orang-orang yang ada penyakitnya.
Jama'atum minal muslimin yang sadar akan tugas dan
tanggung jawabnya terhadap ad-dien, niscaya akan segera
bersatu dalam satu kesatuan jama'ah dan ummah, bukan justru
mempertahankan statusnya yang berada di luar jama'ah, tanpa
Imam. atau khalifah. Islam tidak mengenal jalan buntu dalam
menjawab problem ummatnya, kecuali bagi orang-orang yang
sesat. Karena solusi bagi setiap persoalan senantiasa diberikan
Allah kepada hamba-hambaNya yang bertaqwa dan
bersungguh-sungguh di dalam berfikir. Allah ber-firman:
"Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridha'an Ka
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kam
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik". (Qs. al-Ankabut, 29:69).
Patudah kita bersyukur kepada Allah, bahwa para intelektual
muslim dari berbagai bidang ilmu dan keahlian dewasa ini.
Setelah menyaksikan kebobrokan mental manusia disegala
223

tingkatan dan penindasan atas sesama yang terus merajalela,


baik oleh mereka yang super kuat maupun yang bersembunyi di
balik semboyan demokrasi serta tirai hak asasi, sebagai hasil
binaan dan pengarahan dari konsepsi berdasarkan rekayasa otak
manusia semata, tanpa iman dan perhitungan keselamatan
akhirat. Banyak dari mereka sudah mulai agak serius
memperhatikan ajaran Islam sebagai way of life demi
keselamatan dunia dan akhirat.
Perkembangan pemikiran kearah yang cukup positif ini, akan
sangat disesalkan manakala pada akhirnya, kemampuan dan
keahlian mereka ternyata justru dimanfaatkan bagi kestabilan
kekuasaan jahiliyah dan lestarinya hukum-hukum thaghut. Bukan
ber-manfa'at bagi kepentingan tegaknya kekuasaan Islam dan
terlaksananya hukum Allah berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits
shahih. Bukankah telah cukup banyak kita mendengar dan
menyaksikan bahwa diantara para penguasa yang mengaku
beragama Islam, ternyata tanpa segan-segan menganggap
orang-orang yang beriman yang hendak menegakkan hukum
Allah dan Rasul-Nya sebagai penjahat dan pengacau, yang
membuat keresahan di masyarakat? Apakah kita tidak pernah
berfikir, siapakah sesungguhnya mereka yang mengusir,
memenjarakan dan membunuh orang-orang beriman yang
sadar terhadap dien mereka? Layakkah mereka mendapatkan
dukungan ummat Islam, justru untuk menghancurkan hukum
Islam itu sendiri?
224

Semoga kita dipandaikan Allah untuk beramal dan membuat


jasa bagi kestabilan Islam dan terlaksananya Syari'at Islam demi
mendapatkan ridla-Nya. Kiranya sirnalah kesombongan seorang
muslim yang merasa berjasa untuk melestarikan kekuasaan yang
terang-terangan menolak memberlakukan hukum Allah dan
Rasul-Nya, karena kesesatan dan kebodohannya. Untuk
terkabulnya harapan mulia tersebut, hanya ada satu jalan bagi
kaum muslimin, yaitu membangun jama'ah muslimin disertai
ketulusan sam'an wa tha'atan terhadap Ulil Amri dari orang-orang
yang beriman, menghindari perpecahan dan gontok-gontokan
di antara sesama mereka.
Maka kemanakah kita akan melangkah mempertanyakan
adanya jama'ah dan imamah? Belum pernahkah ada
sekelompok muslim di muka bumi yang luas ini, yang dengan
gagah berani memproklamirkan sistem khalifah Islam setelah
tahun 1924 tidak berlanjutnya kekhalifahan di Turki? Ataukah
buat selama-lamanya tidak akan pernah ada?
Adalah sangat mengherankan jika ummat Islam yang telah
diwajibkan Allah dan rasul-Nya untuk hidup dalam satu kesatuan
jama'ah, justru hidup berfirqah-firqah dan tiada sudi bersatu.
Kenyataan yang mengherankan tersebut sesungguhnya hanya
akibat dari apa yang telah dinyatakan Allah: Kullu hizbin bima
ladaihim farihun (setiap kelompok bangga dengan kelompok
sendiri), di samping penyakit al-wahn (cinta dunia tapi takut
mati) yang telah merajalela menjangkiti batang tumbuh kaum
muslimin.
225

Ironisnya lagi, pertengkaran dan pertikaian antara sesama


kelompok muslim dewasa ini justru didamaikan oleh penguasa-
penguasa non Islam. Mengapa justru juru damai datang dari
orang-orang kafir (Eropa, Amerika) dan bukan dari kalangan
ummat Islam sendiri? Memang sangatlah menggelikan hati, jika
kelompok atau jama'ah kaum muslimin yang mengkhotbahkan
pentingnya ukhwah Islamiyah dikokohkan ternyata terus
bertengkar, mengingkari isi khotbahnya sendiri. Akankah kita
terus menerus mengumandangkan slogan bersatu dan bersatu
sementara kita tetap statis dan abadi dalam perpecahan?
Belumkah tiba waktunya jama'ah-jama'ah minal muslimin
keluar dari persembunyian mereka untuk memenuhi kewajiban
bejama'ah dan menta'ati Ulil Amri minkum? Dimanakah konsep
ukhuwah itu? Ruhamau bainal mu'minin (kasih sayang di antara
sesama mu'min)? Dimanakah sikap adzillatin alal mu'min wa-
(

a'izzaatin alal kafirin (berlaku lembut pada sesama mu'min dan


c

bersikap keras terhadap orang kafir)? Dan bagaimana pula sikap


kalbunyan yasyuddu ba'dhuhum ba'dha (seperti bangunan yang
kokoh, saling menguatkan di antara mereka)? Kapan lagi kita
membuktikan ketawadhu'an untuk saling menghormati dan
saling mencintai fillah? Itulah pertanyaan serta agenda
permasalahan yang mestinya dijawab oleh setiap muslim yang
tulus dan mengharap kcridha'an Allah Malikurrahman.
227

Appendix Kedua
Saatnya Umat Islam Bertindak
(Penyimpangan di Sekitar Proklamasi)
Oleh :KH. Firdaus AN.

BEGITU banyak hal dan peristiwa telah terjadi dan menjadi


bagian sejarah yang tidak terpisahkan dari Bangsa Indonesia.
Namun sayang, banyak peristiwa sejarah yang menurut KH.
Firdaus AN, telah dicemari oleh tangan-tangan kotor, dan salah
satu peristiwa sejarah yang telah di distorsi adalah momentum
Proklamasi Kemerdekaan. Maka, penulis yang pernah masuk
dalam sepuluh pengarang Islam terkemuka (The Best Ten) versi
himpunan pengarang Islam pada tahun 1957 inipun mengangkat
pena, dan mengungkapkan buah pikirannya yang tajam. Berkat
daya ingat dan kemampuan analisisnya yang luar biasa, mantan
pimpinan berbagai organisasi Islam (Pil, GPII, BKPMI) dan
mantan Sekjen Front Anti Komunis (FAK) kelahiran Sumatera
Barat 20 Agustus 1924, ini mampu menghadirkan tulisan yang
begitu hidup dan menggugah.
Sebagai anak bangsa, kita tahu apa dan bagaimana
Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dari buku-buku
sejarah. Tapi K H . Firdaus AN. dalam tulisan ini menyingkap
fakta yang dibiarkan terkubur selama ini: Penghianatan terhadap
Islam menjelang saat dan setelah kemerdekaan. Melalui tulisan
228

ini mantan wakil Presiden PSII, dan anggota Majelis Ulama


Persatuan Islam ini berharap ummat Islam -sebagai bagian
terbesar bangsa ini- tidak tinggal diam.
Perang Asia Timur raya yang di cetuskan Jepang pada 8
Desember 1941 berakhir dengan kekalahan Jepang pada 14
Agustus 1945, setelah bom atom Amerika meledak di kota
Hirosima dan Nagasaki, 6 dan 9 Agustus 1945. Ratusan ribu
rakyatJepang menjadi korban. Dan sehari kemudian, 15 Agustus
1945, Jepang mengumumkan kekalahannya secara resmi ke
seluruh dunia.
Tetapi, sebelum itu, para pemimpin Indonesia telah
menyiapkan diri untuk menyongsong kemerdekaan Indonesia
dengan membentuk Badan Penyidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan ini yang menyiapkan
Undang-Undang Dasar 1945 dan teks proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang secara resmi di sahkan pada 22 Juni 1945.
Setelah para pemuda di Jakarta yakin bahwa Jepang sudah
menyerah kalah kepada sekutu, maka mereka segera mendesak
Bung Karno agar segera memproklamasikan Kemerdekaan
Indonesia pada 15 Agustus itu juga. Tetapi Bung Karno (BK)
menolak desakan para pemuda itu, karena ia belum yakin
Jepang telah menyerah. Selama itu ia khawatir akan bentrok
dengan Jepang yang masih bersenjata lengkap. Karena BK
bersikeras tak mau memperkenankan tuntutan para pemuda itu,
maka ia diculik bersama Bung Hatta, dan dibawa ke
Rengasdengklok, Kerawang, Jawa Barat.
229

Tetapi pada 16 Agustus 1945 petang hari, Soekarno dan


Hatta dijemput oleh Ahmad Soebardjo, seorang kepercayaan
Jepang, dan setelah Ahmad Soebardjo menjamin dan para
pemuda PETA di Rengasdengklok, bahwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia akan diumumkan besok, 17 Agustus
1945, barulah para pemuda itu melepaskan BK dan Bung Hatta
kembali ke Jakarta. Di Jakarta mereka membicarakan sekitar
Proklamasi di rumah Laksamana Muda Maeda, jalan Imam
Bonjol No.l sampai pukul tiga dini hari. Terjadilah dialog
menarik antara BK dengan Soebardjo, seperti diceritakan dalam
buku Lahirnya Republik Indonesia:
Masih ingatkah saudara, teks dan bab Pembukaan Undang-
undang Dasar kita? "Soekarno tanya kepada saya , kata Soebardjo.
55

"Ya saya ingat , saya menjawab, "Tetapi tidak lengkap


55

seluruhnya .
55

"Tidak mengapa , Soekarno bilang, "Kita hanya


55

memerlukan kalimat-kalimat yang menyangkut Proklamasi dan


bukan seluruh Teksnya. 55

Soekarno kemudian mengambil secarik kertas dan menulis-


kan sesuai dengan apa yang saya ucapkan sebagai berikut:
"Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan. 55

Di samping itu, Soebardjo mengakui pula: Suatu kenyataan


bahwa teks dari Proklamasi telah dirumuskan dalam apa yang
dinamakan Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945. Rumusan ini
hasil dari pertimbangan pertimbangan mengenai kata pembu-
kaan atau Bab Pengantar dan undang-undang dasar kita oleh
230

sembilan komite di mana Soekarno sendiri adalah ketuanya 55

[MrAhmad Subardjo, Lahirnya Republik Indonesia, him. 108, P


Kinta, Jakarta 1972). Soebardjo kemudian menjadi Menlu RI
yang pertama.
Dalam versi lain, Hatta berkomentar seperti ini,... Kalimat
itu hanya menyatakan kemauan Bangsa Indonesia untuk menen-
tukan nasibnya sendiri. Sebab itu, mesti ada komplemennya yang
menyatakan bagaimana caranya menyelenggarakan Revolusi
Nasional. Lalu, menurut Hatta, ia diktekan kalimat berikut: "Hal
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. (Mohammad Hatta, sekitar Proklamasi
55

17 Agustus 1945 him. 50, Tinta Mas, Jakarta 1969).


Proklamasi Kemerdekaan itu diumumkan di rumah BK,
Pegangsaan Timur No.56 Jakarta, pada 17 Agustus 1945, hari
Jumat bulan Ramadhan, pukul 10.00 pagi.

Kritik Terhadap Teks Proklamasi


1. Proklamsi seperti tersebut di atas jelas melanggar konsensus,
atau kesepakatan bersama yang telah ditetapkan oleh
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia).
2. Yang ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1945 itu ialah, bahwa
Teks Piagam Jakarta harus dijadikan sebagai Teks Proklamasi
atau Deklarasi Kemerdekaan Indonesia.
3. Alasan atau dalih Bung Hatta seperti yang diceritakan dalam
bukunya Sekitar Proklamasi him. 49 bahwa pada malam 17
231

Agustus 1945 itu. "Tidak seorang di antara kamiyang mempunyai


teksyang resmi yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, yang sekaran
disebut Piagam Jakarta". Tidak bisa diterima, karena telah
melanggar kaidah-kaidah sejarah yang harus dijunjung tinggi.
Mengapa mereka tidak mengambil teks resmi itu di rumah
beliau dijalan Diponegoro yangjaraknya cukup dekat, tidak
sampai dua menit perjalanan? Mangapa mereka bisa ke
rumah MayorJendral Nasimura, penguasa Jepang yang telah
menyerah, dan menyempatkan diri untuk bicara cukup lama
malam itu, tetapi untuk mengambil teks Proklamasi yang
resmi dan telah disiapkan sejak dua bulan sebelumnya mereka
tidak mau? Sungguh tidak masuk akal jika esok pagi
Proklamasi akan di umumkan jam dua malam masih belum
ada teksnya. Dan akhirnya teks itu harus dibuat terburu-buru,
ditulis tangan dan penuh dengan coretan, seolah-olah
Proklamasi yang amat penting bagi sejarah suatu bangsa
dibuat terburu-buru tanpa persiapan yang matang.
4. Teks Proklamasi itu bukan hanya ditandatangani oleh dua
tokah nasional (Sukarno-Hatta) tapi harus ditandatangani
oleh 9 (sembilan) orang tokoh seperti tercantum dalam Piagam
Jakarta. Keluar dan menyimpang tersebut tadi adalah mani-
pulasi dan penyimpangan sejarah yang mestinya harus
dihindari. Teks itu tidak otentik dan tidak dapat di pertang-
gungjawabkan kebenarannya. Deklarasi kemerdekaan
Amerika saja di tandatangani oleh lebih dari 5 (lima) orang tokoh.
5. Teks Proklamasi itu terlalu pendek hanya terdiri dari dua
alinea yang sangat ringkas dan hampa, tidak aspiratif. Ya
232

tidak mencerminkan aspiasi bangsa Indonesia: Tidak


mencerminkan cita-cita yang dianut oleh golongan terbesar
bangsa ini, yakni para penganut agama Islam. Tak heran
banyak pemuda yang menolak teks proklamasi yang di
pandang gegabah itu. Tak ada di dunia teks Proklamasi atau
deklarasi Kemerdekaan yang tidak mencerminkan aspirasi
bangsanya. Teks Proklamasi itu manipulatif dan merupakan
distorsi sejarah, karena tidak sesuai dengan fakta yang ada di
lapangan. Dalam sejarah tak ada kata maaf, karena itu harus
diluruskan kembali.
Teks Proklamasi Yang Asli
Adapun teks Proklamasi yang otentik, yang telah disepakati
bersama oleh BPUPKI pada 22 juni 1945 itu sesuai dengan lafal
atau teks Piagam Jakarta. Jelasnya teks Proklamasi itu haruslah
berbunyi:
PROKLAMASI
Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus di hapuskan karena
tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa meng-
antarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat
Rahmat Allah yang Maha Kuasa dan di dorong oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
dengan ini Rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
233

Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu


pemerintahan negara Republik Indonesia yang melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan pedamaian abadi, dan keadilan sosial
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang
berdasarkan kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syari'at Islam bagi pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyarawatan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Jakarta,22Juni 1945
Ir. Soekarno
Drs. Muhammad Hatta A. A.
Maramis
Abikusno Cokrosuyoso
Abdul Kahar Muzakir
H. Agus Salim
Mr. Ahmad Subardjo
K.H. Wahid Hasjim
Mr. Muh Yamin

APPI DUA
234

Demikian teks Proklamasi Asli yang harus dikumandangkan


bergema dan mengudara setiap Proklamasi di kumandangkan
pada tanggal 17 Agustus. Tetapi hal itu tidak terjadi karena
penyelewengan dan penghianatan sejarah. Dan ini adalah Dosa!
(Pengkhianatan pertama).

PPKI Mencoret Piagam Jakarta


Seharusnya Bangsa Indonesia termasuk para pemimpinnya,
bersyukur kepada Allah atas terlepasnya bangsa Indonesia dari
belenggu penjajah yang lebih 300 tahun lamanya itu. Karena
kemerdekaan itu didapat hanya sekitar 10% atas keringat
perjuangan Bangsa Indonesia, dan yang 90% adalah atas per-
tolongan dan Rahmat Allah §|. Secara logika mana mungkin
tentara sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II dapat dilawan
dengan senjata bambu runcing ? Pantaslah kita bersyukur dan
bersujud kepada-Nya. Tetapi apa yang terjadi ? Sehari setelah
Proklamasi dibaca, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang dengan
berbuat dosa besar kepada Allah, dan bersalah kepada Bangsa
Indonesia, khususnya Umat Islam, yakni dengan mencoret
kalimat Piagam Jakarta yang vital dan sakral di antara isi
piagam tersebut. Mereka mencoret kalimat yang berbunyi:
" Dengan kewajiban menjalankan Syari'at Islam bagi
pemeluk pemeluknya. (Pengkhianatan kedua).
Tanpa disadari mereka telah memperlihatkan belangnya
sebagai nasionalis sekuler dan kolaborator penjajah yang anti
Islam, yang membawa masyarakat dan negara kearah yang
235

dimurkai Allah, yaitu deislamisasi (baca: menjauhkan diri dari


Islam). Jelaslah kaum nasionalis sekuler tidak tahu arti bersyukur
dan tidak tahu arti syukur nikmat kemerdekaan. PPKI jelas telah
menyimpang dari wewenang tugasnya yaitu mensyahkan UUD
yang telah rampung, dibuat oleh BPUPKI, kemudian memilih
Presiden dan wakil Presiden. Jadi bukan mencoret tujuh kata
dalam Piagam Jakarta yang telah di tanda tangani 56 hari
sebelumnya oleh sembilan orang tokoh terkemuka dari berbagai
macam aliran dan golongan. Pencoretan ini jelas tidak sah dan
merupakan penghianatan terbesar sesudah Proklamasi
kemerdekaan! Ya, dimana ada pemimpin, ada pula pengkhianat
yang munafik
Untuk mengenang peristiwa yang menyedihkan itu anggota
BPUPKI dan penandatangan no.5 diantara penandatangan
yang sembilan orang itu, yaitu Prof. Kahar Muzakir, dalam
pidatonya pada Sidang Kontituante di Bandung tahun 1957,
mengutarakan kekecewaan hatinya seperti ini: 'Apa lacur 18
Agustus!" Selanjutnya beliau berkata antara lain: "Yang meng-
hianati Piagam bukan kami, tetapi kaum nasionalis !"
Dan tampaknya pengkhianatan kaum nasionalis ini
berlangsung terus hingga sidang MPR 1983 di kala DPR
memutuskan Pancasila sebagai satu satunya asas bagi Parpol
dan Ormas. Berarti Pancasila lebih utama dari pada agama
(Islam). Suatu kepongahan dan kecongkakan yang luar biasa!.
Dapat dimengerti kalau azab Allah datang beruntun.
(Pengkhianatan ketiga).
236

Maaf barangkali mereka belum puas sebelum mengkafirkan


negara dan Bangsa Indonesia. Laksana Kemal Attaturk
mengkafirkan Turki.

Perbandingan Dengan Turki.


Marilah kita sejenak bertamasya ke negara sahabat kita,
yaitu Turki. Sebagaimana diketahui dulu, sebelum Perang Dunia
1(1891-1918) Turki termasuk super power dunia yang dihormati
terutama dimasa jayanya kekhalifahan Utsmaniah. Tapi kalah
pada Perang Dunia I , kejayaannya pudar. Dan kemudian muncul
disana seorang militer berdarah Yahudi yang anti Islam ber-
nama Mustafa Kamal Pasha. Dengan cepat ia menduduki
jabatan Presiden Turki setelah ia menggulingkan khalifah Turki,
Sultan Abdul Hamid.
Bangkitnya militer sekuler dari kelompok barisan Turki Baru
dan kaum nasionalis Turki ini membuat malapetaka bagi rakyat
dan negara Turki.
Kemal Attaturk (Attaturk atau Bapak Turki adalah julukan
yang diberikan kaum nasionalis sekuler) berusaha memurtadkan
dan mengkafirkan rakyat Turki yang 99% muslim. Dengan jalan
antara lain, mencoret kata "Islam" sebagai dasar negara dan
UUD Turki, menutup dua buah masjid yang paling terkenal di
Turki, yaitu Masjid Aya Sophia dan Masjid Al Fatih dijadikan
museum dan depot obat dan mengubah lafal adzan dari Bahasa
Arab menjadi bahasa Turki, dan mengubah pakaian kaum
wanita Turki supaya berpakaian seperti wanita Barat -setengah
telanjang- dan menyita percetakan-percetakan yang
237

menerbitkan kitab suci al Qur'an. Demikianlah sepak terjang


Presiden Turki Kemal Attatturk sejak 1923 sampai wafatnya
1938. Kalau Turki mau jaya kembali, tentaranya harus di
Islamkan dulu!.
Dan sebagaimana diketahui, para tokoh kaum nasionalis
sekuler dalam PPKI adalah pengagum Kemal Attaturk, terbukti
diberbagai tulisan mereka diberbagai media cetak yang terbit
sebelum kemerdekaan. Karena itu tak usah heran mengapa
PPKI mau mencoret syari'at Islam dalam Piagam Jakarta, dan
juga dalam tubuh UUD'45, yaitu pada pasal enam mengenai
Presiden dan pada 29 mengenai agama. Mungkin mereka
mencontoh Kemal Attaturk di Turki yang memperagakan politik
deislamisasi yang terkutuk.

Dampak Pencoretan Tujuh Kata dalam Piagam


Jakarta
Pencoretan Piagam Jakarta itu jelas telah menimbulkan
dampak yang buruk bagi negara. Karena mencoret syari'at
Islam berarti kafir dan tidak mempercayai hukum Allah yang
telah ditentukan Nya untuk para hamba-Nya. Dan berarti pula
durhaka pada Allah dan Rasul-Nya serta menyakiti-Nya. Allah
berfirman dalam al-Qur'an:
"Sesungguhnya orangyang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah
akan mengutuknya di dunia dan di akherat dan menyediakan baginya
siksa yang menghinakan" (QS Al-Ahzab, 33 : 57)
Kutukan dan adzab Allah itu antara lain bermacam macam
bencana yang menimpa negara, dan juga goncangan politik
238

berupa hum hara dan pemberontakan-pemberontakan sehingga


negara kita tidak pernah aman dan stabil, ekonominya semakin
lama semakin merosot, utang luar negerinya semakin
membengkak, dan rakyat makin lama makin miskin dan melarat.
Dan sampai kini Republik Indonesia belum pernah merasakan
apa yang disebut dengan aman dan makmur itu! Ditambah lagi
dengan berbagai bencana alam yang datang dengan tiba-tiba
silih berganti, dan tak terelakkan. Walaupun ribuan orang yang
mohon istighasah kepada Allah, tetapi Allah tak akan
mengabulkan do'a mereka.
Adzab Allah kepada RI mencoret Piagam Jakarta dan
UUD'45 dapat dilihat dalam bidang pertahanan dan keamanan,
berupa berbagai peristiwa yang mengguncang stabilitass negara,
antara lain:
1. Agresi Belanda I pada tahun 1947
2. Pomberontakan PKI Madiun pada 18 September 1948.
3. Agresi Belanda II pada 19 Desember 1948.
4. Proklamasi Darul Islam Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1949
di Jawa Barat
5. Gerakan Westerling di Bandung dan Sulawesi Selatan pada
1952.
6. Pemberontakan RMS di Ambon pada 1951.
7. Pemberontakan DI Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan
pada 1952.
8. Pemberontakan Ibnu Hajar DI Kalimantan Selatan pada
1953.
239

9. Pemberontakan D I Daud Beureuh di Aceh pada 21


September 1953.
10. Pemberontakan PRRI/Permesta pada 15 Pebruari 1958 di
Sumatera Barat dan Manado.
11. Pemberontakan G30S/PKI pada 1965 di Jakarta.
12. Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) pada 1974.
13. Peristiwa Komando Jihad pada 1978.
14. Peristiwa "Pembantaian Tanjung Priok" pada 12 September
1984.
15. Peristiwa Dili (Timtim) pada 12 November 1991.
16. Peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti pada 21 Mei 1998.
17. Pembantaian para Ulama di Banyuwangi.
18. Peristiwa Tragedi Semanggi Berdarah pada 13-14
November 1998, di akhir sidang istimewa yang cukup ironis.
Di luar gedung DPR para mahasiswa berlumuran darah
kena tembak ABRI, dan para keluarga korban berlinang
air mata. Tapi di dalam gedung para anggota DPR/MTR
tertawa-tawa, cengengesan dengan riang gembira.
Sungguh, keadaan yang amat kontras.
19. Tragedi Ketapang Berdarah di Jakarta Pusat pada 22
November 1998, 8 orang tewas dan beberapa cedera,
termasuk Dan-Dim Jakarta Pusat.
20. Tragedi Kupang pada 30 November 1998.
21. Dan yang paling baru dan sangat mengejutkan adalah
kerusakan di Ambon yang terjadi ketika umat Islam sedang
ber-'Idul Fitri serta penembakan jama'ah shalat Subuh oleh
polisi Kristen.
240

Di antara akibat buruk pencoretan Syari'at Islam itu adalah


tumbuh suburnya kriminalitas dalam masyarakat. Orang dengan
gampang melakukan korupsi membunuh, merampok dan
melakukan perzinahan, karena hukumannya terlalu ringan. Per-
cayalah hukuman penjara tidak akan bisa memberantas
kejahatan kejahatan yang membahayakan masyarakat itu!.
Hanya hukum syari'atlah yang dapat mengatasinya!. Tetapi
syari'at Islam mereka coret! Ya, alangkah nekatnya, mereka
durhaka pada Allah!

Sebuah Intermezo
Sebelum kita sampai pada bagian akhir dari tulisan ini, saya
ingin mengajak anda sejenak untuk menyimak peristiwa yang
cukup menarik yang terjadi pada dua orang Proklamator. Mereka
saling menghujat satu sama lain, demikian kompaknya mereka
saat menyusun teks Proklamasi pada malam 17 Agustus 1945,
siapa mengira Dwi tunggal itu belasan tahun kemudian pecah.
Pertama kali BK menyerang Hatta dengan kalimat seperti
ini: "Hatta tidak ada", kataku. "Saya tidak mau mengucapkan
Proklamasi kalau Hattatidakada."
"Tidak ada orang berteriak, "Kami menghendaki Bung
Hatta"! Aku tidak memerlukannya. Sama seperti aku juga tidak
memerlukan Sjahrir yang menolak memperlihatkan diri disaat
pembacaan Proklamasi (Sjahrir tidak mau hadir mungkin ia
tahu teks Proklamasi telah dipalsukan dan tidak aspiratif Peri).
Sebenarnya aku dapat melakukannya seorang diri dan aku
memang melakukannya sendirian. Di dalam dua hari yang
241

memecahkan urat saraf itu, peranan Hatta dalam sejarah tidak


ada.
Peranannya yang tersendiri selama masa perjuangan kami
tidak ada. Hanya Soekarnolah yang tetap mendorongnya ke
depan. Aku hanya memerlukan orang yang dinamakan
"pemimpin" ini karena satu, pertimbangan. Aku memer-
lukannya karena aku orang Jawa dan dia orang Sumatera. Ia
adalah jalan yang paling baik untuk menjamin sokongan dari
pulau yang nomor dua terbesar di Indonesia.
Detik-detik yang gawat dalam sejarah inilah Soekarno dan
tanah Air Indonesia menunggu kedatangan Hatta (Cindy Adam,
Bung Karno penyambung lidah Rakyat Indonesia, him.332,
Gunung Agung, Jakarta 1966).
Cukup pedas dan pahit serangan BK kepada Bung Hatta.
Apakah benar dalam dua hari yang memecahkan urat saraf itu
peranan Bung Hatta tidak ada? Ini mengingkari fakta sejarah,
memang BK kalau berbicara di hadapan wanita cantik sering
lepas kontrol, la juga sering menepuk dada bahwa dialah yang
paling berjasa di negeri ini. Ini tanda orang yang kurang sehat
jiwanya. Sebagaimana diketahui BK mengucapkan kalimat ini
di hadapan Cindy Adams, wartawan wanita Amerika yang
cantik, yang menulis otobiografi BK dengan judul seperti di atas.
Namun demikian Bung Hatta menangkis serangan BK
dengan tenang dan ringkas. Tetapi cukup pahit dan pedas serta
mengena: "Inilah ucapan seorang diktator Soekarno, yang
mengagungkan dirinya sendiri dan lupa daratan, berlainan
242

dengan Soekarno dahulu pemimpin rakyat di masa Proklamasi


dan sebelumnya". (Mohammad Hatta, sekitar Proklamasi 17
Agustus 1945, Tintamas, Jakarta 1969).
Demikianlah sebelas tahun kemudian tepatnya pada 1
Desember 1956, Bung Hatta mengucapkan selamat tinggal pada
BK dengan meninggalkan jabatannya sebagai wakil Presiden
RI dan Soekarno telah berpihak pada PKI dalam Nasakorn
(Nasionalis, Agama, dan Komunis) yang sangat di cela dan tak
diterima oleh Bung Hatta dan akal sehat.
Karena BK, menurut jaksa pemeriksanya, Durriawel SH,
terlibat dalam gerakan 30 September/PKI, ia dikenakan
tahanan politik dan akan diajukan ke Mahkamah Militer. Tetapi
sebelum perkaranya disidangkan ia telah meninggal dunia
terlebih dahulu pada 1971. BK berjasa cukup besar, tetapi
dosanya juga besar, antara lain dengan membuat teks Prokla-
masi sendiri dengan tulisan tangannya, menyimpang dari teks
resmi yang telah diputuskan bersama.
Inilah dosa sejarah yang tak bisa dimaafkan, yang berakibat
fatal bagi perkembangan sejarah Bangsa Indonesik dan bisa
menjurus pada jalur yang salah dan menyesatkan generasi cucu
sampai kurun waktu yang panjang. Karenanya, akhir hidup BK
cukup memprihatinkan, tidak berakhir dengan indah!
Na'udzubillah min dzalik! Dialah Presiden dan Proklarhator yang
mati dalam status tahanan politik.
243

Revolusi dan Reformasi Total Dalam Sejarah


Kalau kita memang merasa hormat pada sejarah bangsa
kita (sense of history), maka tak ada jalan lain, kita harus bergerak
cepat untuk meluruskan sejarah. Ada pertanyaan: Mengapa di
awal revolusi para pendiri Republik ini mentolelir penyimpangan
yang dilakukan BK dan kawan-kawannya? Jawabannya singkat:
Karena waktu itu adalah jaman darurat dan para pendahulu
kita telah sibuk menghadapi revolusi perjuangan, menghadapi
musuh yang ingin menjajah Indonesia kembali. Ditambah lagi,
banyak anggota BPUPI yang telah meninggalkan Jakarta,
pulang ke daerah masing-masing untuk terlibat dalam api
revolusi yarjg sudah lama menyala. Dan jaman darurat itu telah
lama berlalu! Tetapi apakah salah kaprah ini akan dibiarkan
selama-lamanya? Apakah kita akan mewariskan sejarah yang
imitasi atau palsu kepada anak cucu kita? Tidak! Sejarah tidak
boleh memutar-balikkan fakta yang ada di lapangan. Sejarah
harus apa ^danya. Sejarah tidak boleh memperpahit apa yang
manis, dan tidak boleh pula mempermanis apa yang sebenarnya
pahit. Ya, sejarah harus obyektif, kata Presiden BJ Habibie.
Karena itu, reformasi yang dicanangkan oleh Kabinet
Reformasi, jiarus total dan menyeluruh. Dan ada hal yang paling
penting dan mendesak untuk direformasi dan diluruskan!

1. Teks Proklamasi
Teks Prpklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan
setiap 17 Agustus, adalah teks yang tidak sah dan tidak otentik.
Karena sarria sekali tidak sesuai dengan apa yang di putuskan
244

oleh BPUPKI pada 22 Juni 1945. Mengapa Proklamasi yang


demikian penting dianggap remeh seolah-olah tanpa persiapan
yang matang, dibuat terburu-buru pada malam hari, ditulis
dengan tulisan tangan di atas secarik kertas disertai coret-coretan
padahal beberapa jam lagi Proklamasi akan diucapkan?
Ironisnya, teks proklamasi bid'ah, yang mengada-ada itu, dibuat
di rumah seorang perwira Jepang, Laksamana Muda Maeda.
Mestinya Soekarno, Hatta dan Subardjo dimalam itu tidak
perlu membicarakan teks proklamasi, teks yang sebenarnya telah
selesai dipersiapkan oleh BPUPKI dua bulan sebelumnya.
Malam itu cukup mereka membicarakan masalah teknis
pelaksanaan, tempat, jam berapa akan diucapkan, siapa yang
akan mengucapkan dan siapa-siapa yang akan diundang.
Adapun teks Proklamasi tidak perlu dibicarakan lagi, sebab sudah
ada dan sudah final, tidak perlu diubah-ubah lagi.
2. Piagam Jakarta.
Pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, yang dilakukan
oleh PPKI pada 18 Agustus 1945, adalah terang-terangan
mengkhianati sejarah. Tidak ada hak PPKI mencoret Piagam
Jakarta yang telah ditanda-tangani oleh 9 tokoh Nasional,
diantaranya sang Proklamator Soekarno-Hatta sendiri. Piagam
Jakarta adalah janji pada Allah dan pada rakyat Indonesia, dan
janji ini akan dituntut Allah kelak mengapa tidak di laksanakan,
bahkan dicoret coret? Inilah yang mengundang murka Allah,
hingga negara kita tak pernah aman dan makmur sesudah
Proklamasi diucapkan.
245

3. Syarikat Islam dan Budi Utomo


Dosa kaum nasionalis cukup banyak. Mereka tidak segan-
segan dan malu-malu untuk memutarbalikkan fakta sejarah.
Sudah jelas bahwa Syarikat Islam lahir 16 Oktober 1905, tiga
tahun mendahului Budi Utomo yang lahir 20 Mei 1908, tetapi
kaum nasionalis yang kebetulan sedang berkuasa menjadikan
Budi Utomo sebagai tonggak kebangkitan nasional Indonesia.
Padahal orang orang Budi Utomo itu adalah para Priyayi yang
menjadi pegawai kolonial Belanda. Disamping itu, mereka tidak
pernah berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan Syarikat Islam adalah partai politik pertama yang
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Distorsi sejarah ini
haruslah diakhiri dan diluruskan sesuai dengan fakta yang ada
di lapangan.

Dekrit Presiden
Koreksi itu, hendaklah berjalan dengan cepat, tidak perlu
bertele-tele, cukup dengan Dekrit Presiden BJ. Habibie sebagai
seorang Presiden dan seorang muslim harus prihatin atas
manipulasi sejarah ini dan harus empati atas hasil yang diderita
umat Islam Indonesia, sehingga negara terhindar dari kehan-
curannya, disebabkan jalan sejarah yang telah melenceng dari
jalur kebenaran itu.
Dengan sebuah dekrit Presiden BJ Habibie bisa tampil
sebagai seorang pahlawan reformasi akan dicatat dalam sejarah.
Dengan demikian BJ Habibie akan tercatat sebagai
246

"penyelamat" negara dan umat Islam dari murka Allah, dan


dari bahaya kehancuran yang lebih dahsyat. Selain itu BJ habibie
dapat memberikan jasa dan kontribusi yang besar serta kenangan
yang tak terlupakan untuk semaraknya syi'ar Islam di Indonesia
di samping meluruskan sejarah pada jalur yang tepat. Suatu
budi yang luhur dan sepak terjang yang kelak patut dicontoh!

Kepada generasi Penerus dan Pelurus


Strategi dan lompatan besar dalam revolusi dan reformasi
sejarah haruslah dipelopori oleh para pemuda, digerakkan oleh
semangat iman dan perjuangan yang menyala-nyala. Sudah
masanya para pemuda Islam maju ke depan mempelopori
perjuangan raksasa ini. Apakah kita mau tertipu dan ditipu terus
oleh lawan-lawan Islam? Tanpa ada perjuangan yang heroik
dan patriotik dari generasi penerus dan pelurus, kita akan
senantiasa beradaptasi dengan yang batil demikian lamanya
sampai kiamat. Ingatlah nasib Islam di Indonesia tidak akan
berubah kecuali oleh umat Islam di Indonesia. "Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum kecuali umat itu mau dengan segera
nasibnya sendiri". (Qs. Ar Ra'du: 11)
Apakah kita akan terus "menyerah" (mustaslimun) kepada
fakta yang didiktekan oleh orang, sehingga kita menjadi musafir,
asing di tanah airnya sendiri, tak berperan dan tak ada ide yang
diperjuangkan?
Karenanya, wahai para pemuda Islam, bangkitlah dan
jangan harap terus, terompet jihad telah memanggil kalian untuk
bangkit dan maju ke depan. Sadarlah bahwa melalui reformasi
247

sejarah, Islam insya Allah akan berperan kembali setelah ia


menjadi korban pencoretan Piagam Jakarta dan penyimpangan
teks proklamasi. Ingatlah, dengan syari'at Islam kita meraih dan
menggapai cita-cita pendahulu kita sebagai pendiri Republik
Indonesia (kubu Islam) dalam, BPUPKI yaitu Republik Indonesia
berdasarkan Islam. Islam memerlukan pemuda-pemuda yang
berani maju ke depan, bukan hanya berani mengikuti arus sampai
kita dihanyutkan air entah kemana dan akhirnya tenggelam. Islam
memerlukan pemuda yang berani menyongsong arus untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran nilai-nilai Islam yang jaya
dan agung. "Islam itu agung dan tak adayang dapat mengatasinya", s
Nabi Muhammad M>
Tidak diragukan lagi bahwa pencoretan tujuh kata dalam
piagam Jakarta yang dilakukan oleh kaum nasionalis sekuler itu,
dan manipulasi teks proklamasi kemerdekaan oleh sang
proklamator sendiri telah menimbulkan bahaya, malapetaka
dan mengundang adzab Allah pada kita semua. Adzab yang
datang beruntun tahun demi tahun tanpa henti-hentinya. Dan
kita amat khawatir bahwa kapal "Titanic Indonesia" bergerak
untuk tenggelam ke dasar lautan! Na'udzu-billahi min dzalik!
Karena itu, harus tampil Mujahid-mujahid, Da'wah untuk
meluruskan kembali sejarah yang telah melenceng dari jalur
yang benar. Tak ada kata kompromi dengan yang batil. Dan
tak ada kata akhir dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.
Perjuangan tidak boleh terhenti di tengah jalan, dan api jihad
itu harus terus menyala sampai akhir hayat! Ya, sampai cita -
248

cita perjuangan telah berada dalam genggaman tangan! Dan


haruslah diingat selalu, bahwa perjuangan kita tidak boleh
menyimpang dari tujuan mencapai ridha Ilahi!
Dapat dipastikan, apabila laknat dan adzab Allah datang
menimpa, negeri yang makmur dan kaya-raya dapat (berubah)
menjadi negeri yang miskin melarat. Dan Syurga dunia bisa
menjadi neraka yang panas menyala-nyala! Na'udzubillah!
Semoga kita terlindung!
Billahi fi sabilil Haq! Ala Inna Nashrallahi Qarieb.
(Dikutip dari majalah Islam Sabili, No. 15, 10 Februari 1999
M/ 23 Syawwal 1419 H, atas izin langsung dari penulisnya, KH.
Firdaus AN, Ketua Majelis Syar'i DPP PSII).
249

Rujukan

Al Qur'artul Karim
Abdul Qahhar Mudzakkar, Tjatatan Bathin Pedjoang Islam
Revolusioner, Djilid III, Qalam Press, Geylang Road,
Singapore, 1382 H..
AbulA'laAlMaududi, Sistem Politik Islam, Mizan, Bandung, 1413
H / 1993M
AH. Nasution, Jendral Tanpa Pasukan, Politisi Tanpa Partaai,
Perjalanan Hidup AH. Nasution. Pen. PDAT Jakarta, 1998
, Pokok Pokok Gerilya, Pen. Angkasa, Bandung,
1984
Armahedi Mazhar, Majalah Panji Masyarakat No.403.1403 H /
1983 M .
BJ. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, Grafiti Press, Jakarta,
1985.
Cornelis Van Dijk, Darul Islam Sebuah Pemberontak-an, Grafiti
Press, Jakarta, 1983.
Deliar Noer, Partai Islam Di Pentas Nasional, Cetakan pertama,
PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1987.
Hasan Al Banna, Konsep Pembaharuan Masyarakat Islam, Media
dakwah, Jakarta, 1407 H / 1987 M
Hem S dan Joebaar Ajoeb, SM. Kartosuwiryo, Orang Seiring
Bertukar Jalan, Prisma, 5 Mei 1982
250

Holk H. Dengel, Darul Islam dan Kartosuwiryo, Pustaka Sinar


Harapan, Jakarta, 1995.
Majalah Amanah No. 41 43.
Majid Ali Khan, Muhammad SAW, Rasul Terakhir, Pus-taka
Salman Bandung, 1405 H / 19985 M
M. Nur E l Ibrahimi, Tengku M . Daud Beureuh Peranannya
Dalam Pergolakan di Aceh, Gunung Agungjakarta,1982.
M. Yusuf Musa, Prof. Dr. Politik dan Negara Dalam Islam,
Pustaka LSI, Yogyakarta, 1991.
Priggodigdo, Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia, 1942
Pinardi, Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo, Aryaguna
Djakarta, 1964
Said Hawwa, Beberapa Pelajaran Dalam Amal Islam, Dewan
Pustaka Fajar, Kuala Lumpur, 140SH/1985M.
Shafie Ibrahim, Hadits hadits Politik ( Negara Islam Berasaskan
Hadits), Pen. Dewan Muslimat, Sdn. Bhd. Pulau Pinang
Malaysia, 1994
SM. Kartosuwiryo, Sikap Hidjrah PSII, Majelis Tahkim PSII
Cetakan Pertama (Dua Jilid), 1936.
—, Ar Rasul Muhammad sJS. Pustaka Mantiq
Solo, 1993
—, Pedoman Dharma Bakti NII, Jilid I & II
—, Qanun Asasi Negara Islam Indonesia
, Menyongsong Daulatul Islamiyah
—, Perjalanan Suci: Isra' Mi'raj Rasulullah M
- , Koran Fajar Asia, Juli 1929 Mei 1930
251

Suyono HW. Kapten, Penumpasan Pemberontakan DI/TU SMK


Jabar, Publikasi Terbatas Disjarah TNI AD, 1974.
Syeikh Abdul Malik Al Jaziri, Haramkah Partai, Pemilu &
Parlemen, Media Hidayah 1999
Tidak Ada Negara Islam, Surat Surat Politik Nur Cholis Madjid
Moh. Roem, Pen. Djambatan, 1987.
252
IT

Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo (SMK): nama yang


problematis dan kontroversial di Indonesia, dulu hingga sekarang.
Saat .Orde Lama berkuasa (1947-f949)—yang merupakan
puncak perjuangan Negara Islam Indonesia—SMK dituduh
sebagai pemberontak. Namun fakta sebenarnya: Kartosuwiryo
sesungguhnya....tokoh penyelamat bangsa Indonesia, melebihi
apa yang dilakukan oleh Soekarno atau tokoh-tokoh nasionalis
lainnya!
Tuduhan bahwa SMK sebagai pemberontak harus dikoreksi.
Bukan saja demi melurusl^an sejarah yang keliru atau sengaja
dikelirukan, namun juga agar kezaliman sejarah tidak terus
berlanjut terhadap tokoh yang seharusnya kita hormati itu.
Bung Tomo, Bapak pahlawan 10 November di Surabaya dan
mantan Menteri Dalam Negeri kabinet Burhanuddin Harahap,
dalam sebuarrbuku kecil berjudul Himbauan (yang ditulis beliau
pada tanggal 7 September 1977) mengatakan bahwa Pak Karto
(Kartosuwiryo) telah mendapat restu dari -Panglima Besar
Sudirman.

Di atas mobil itulah sang wartawan bertanya kepada Jendral


Sudirman: "Apakah siasat ini tidak merugikan kita?" Pak Dirman
menjawab, "Saya telah menempatkan orang kita di sana," seperti
apa yang dikatakan oleh wartawan Antara itu kepada penulis.
SMK syahid sebelum cita-citanya tercapai, namun ia telah
menebus cita-citanya yang mulia itu dengan darah dan jiwanya;
seperti halnya pemimpin-pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir yang
syahid di atas tiang ganttingan musuh-musuh zalimnya.

ISBN 978-979-15806-3-2

Anda mungkin juga menyukai