Anda di halaman 1dari 15

Memahami Teori Warna

Teori warna (English: Color theory) adalah ilmu dan seni dalam menggunakan warna. Ini
menjelaskan bagaimana manusia memandang warna; dan efek visual dari bagaimana
warna bercampur, kecocokan atau kontras warna satu sama lainnya. Teori warna juga
melibatkan pesan warna yang dikomunikasikan; dan metode yang digunakan untuk
mereplikasi warna.
Dalam teori warna, warna disusun pada roda warna dan dikelompokkan menjadi 3
kategori: warna primer, warna sekunder dan warna tersier. Lebih lanjut tentang itu akan
kita bahas nanti.

Memahami Warna
Warna adalah persepsi. Mata kita melihat sesuatu (langit, misalnya), dan data yang
dikirim dari mata kita ke otak kita memberi tahu kita bahwa itu warna tertentu (biru).
Objek memantulkan cahaya dalam kombinasi panjang gelombang yang berbeda. Otak
kita menangkap kombinasi panjang gelombang itu dan menerjemahkannya ke dalam
fenomena yang kita sebut warna.

Saat kita berjalan menyusuri lorong minuman ringan memindai rak-rak berisi puluhan
kaleng dan botol lalu mencoba menemukan Coca-cola, apa yang Anda cari? Pastinya
kaleng berwarna merah bergaris putih yang tidak asing lagi?

Orang-orang memutuskan apakah mereka menyukai produk dalam 90 detik atau kurang.
90% dari keputusan itu hanya berdasarkan warna. Jadi, bagian yang sangat penting
dari branding Kita harus fokus pada warna.
RGB: Model pencampuran warna aditif

Pencampuran warna aditif. Jika Anda (seperti saya) kesulitan memahami bagaimana
campuran merah dan hijau menjadi kuning, tonton video  YouTube  ini.

Manusia melihat warna dalam gelombang cahaya. Pencampuran cahaya — atau model
pencampuran warna tambahan/aditif — memungkinkan Anda untuk membuat warna
dengan mencampur sumber cahaya merah, hijau dan biru dari berbagai intensitas.
Semakin banyak cahaya yang Anda tambahkan, akan semakin cerah campuran
warnanya. Jika Anda mencampur ketiga warna cahaya tersebut, Anda mendapatkan
cahaya putih yang murni.
TV, layar, dan proyektor menggunakan warna merah, hijau dan biru (RGB) sebagai warna
utama, dan kemudian mencampurnya untuk membuat warna lain.
Kenapa kita harus peduli?
Katakanlah Anda memiliki merek yang sangat khas dengan logo kuning cerah. Jika Anda
memposting logo di Facebook, Twitter, atau website Anda dan tidak menggunakan
proses warna yang benar, logo Anda akan tampak buram bukan kuning cerah. Itu
sebabnya, ketika bekerja dengan file untuk layar apa pun, gunakan RGB, bukan CMYK.

CMYK: Model pencampuran warna subtraktif


Setiap warna yang Anda lihat pada permukaan fisik (kertas, papan nama, kemasan, dll.)
Menggunakan model pencampuran warna yang subtraktif. Kebanyakan orang lebih
mengenal model warna ini karena itulah yang kita pelajari di TK ketika mencampur cat
air. Dalam hal ini, “subtraktif” hanya merujuk pada fakta bahwa Anda
mengurangi/subtrak cahaya dari kertas dengan menambahkan lebih banyak warna
diatasnya.
Secara tradisional, warna-warna utama yang digunakan dalam proses subtraktif adalah
merah, kuning dan biru, karena ini adalah warna-warna yang dapat dicampur untuk
mendapatkan semua warna lainnya. Ketika percetakan warna muncul, warna-warna itu
kemudian diganti dengan cyan, magenta, yellow dan key / hitam (CMYK), karena
kombinasi warna ini memungkinkan printer untuk menghasilkan variasi warna yang lebih
luas di atas kertas.

Kenapa kita harus peduli?


Anda telah memutuskan untuk mencetak brosur penuh warna. Jika Anda
menginvestasikan semua uang itu ke pemasaran Anda (pencetakan tidak murah!), Anda
pasti berharap printer Anda akan mendapatkan warna yang benar-benar sesuai.
Karena pencetakan menggunakan metode pencampuran warna subtraktif, mendapatkan
reproduksi warna yang akurat hanya dapat dicapai dengan menggunakan CMYK.
Menggunakan RGB tidak hanya akan menghasilkan warna yang tidak akurat, tetapi juga
biaya yang besar ketika Anda terpaksa mencetak ulang seluruhnya.

Roda Warna
Mampu memahami istilah dan proses yang sesuai dengan warna akan membantu Anda
mengkomunikasikan visi Anda dengan desainer dan printer.
Dasar-dasar Roda Warna
Roda warna pertama dirancang oleh Sir Isaac Newton pada 1666 sehingga benar-benar
ada sebelum kita mengenalnya di TK. Seniman dan desainer masih menggunakannya
untuk mengembangkan harmoni warna, pencampuran dan palet.
Roda warna terdiri dari tiga warna primer (merah, kuning, biru), tiga warna sekunder
(warna dibuat ketika warna primer dicampur: hijau, oranye, ungu) dan enam warna
tersier (warna yang dibuat dari warna primer dan sekunder, seperti biru-hijau atau
merah-ungu).
Gambarlah garis di tengah-tengah roda, dan kita akan memisahkan warna-warna hangat
(merah, oranye, kuning) dari warna-warna dingin (biru, hijau, ungu).
Warna-warna hangat umumnya dikaitkan dengan energi, kecerahan, dan aksi, sedangkan
warna-warna dingin sering diidentikkan dengan ketenangan, kedamaian, dan
ketentraman.
Saat kita mengetahui bahwa warna memiliki suhu, kita dapat memahami bagaimana
memilih semua warna hangat atau semua warna dingin dalam logo atau di situs web
kita dapat memengaruhi pesan kita.
Hue, shade, tint dan tone
Mari kita kembali ke 64 pak krayon dari hari pertama sekolah. Kita mungkin bertanya-
tanya, bagaimana dua belas warna pada roda warna asli bisa menjadi warna sebanyak
itu pada krayon? Di situlah shade, tint dan tone berperan.
Sederhananya, shade, tint dan tone adalah variasi dari hue (warna asli) pada roda
warna. Tint adalah penambahan warna putih. Misalnya, merah + putih = merah
muda. Shade adalah penambahan warna hitam. Misalnya, merah + hitam = merah
anggur (burgundy) . Dan yang terakhir Tone, adalah menambahkan warna hitam dan
putih (abu-abu). Ini menggelapkan warna asli sambil membuat warna tampak lebih
halus dan kurang intens.
Skema warna
Mari Kita berbicara skema warna. Menggunakan roda warna, desainer mengembangkan
skema warna untuk materi pemasaran.
Warna Complementary
Warna pelengkap/complementary diambil dari warna yang berlawanan pada roda warna
— merah dan hijau, misalnya.
Karena ada kontras yang tajam antara kedua warna, mereka benar-benar dapat
membuat pencitraan terangkat, tetapi menggunakannya secara berlebihan dapat
membosankan. Menggunakan skema warna komplementer dalam pemasaran bisnis
menawarkan kontras yang tajam dan diferensiasi yang jelas antara gambar.

Warna Analog
Warna analog saling berdampingan di roda warna — merah, oranye dan kuning,
misalnya. Saat membuat skema warna analog, satu warna akan mendominasi, satu
akan mendukung dan satu lagi akan menjadi aksen. Dalam bisnis, skema warna analog
tidak hanya menyenangkan mata, tetapi dapat secara efektif menginstruksikan
konsumen di mana dan bagaimana mengambil tindakan.
Situs web Tostitos menggunakan skema warna analog. Perhatikan bilah navigasi oranye
terang menarik perhatian untuk menjelajahi situs, dan tautan berwarna aksen di bagian
bawah mengarahkan konsumen yang lapar untuk “Beli Online.”

Warna Triadic
Warna triadik berjarak merata di seputar roda warna dan cenderung sangat cerah dan
dinamis.
Menggunakan skema warna triadik dalam pemasaran dapat menciptakan kontras visual
dan harmoni secara bersamaan, membuat setiap item menonjol saat membuat
keseluruhan gambar muncul.

Mengapa kita harus peduli dengan teori warna?


Dua Kata: Branding dan Marketing
Ehh.. Tunggu dulu, Tiga Kata deng.. 😀 Branding, Marketing dan Sales.
Dengan pengetahuan dasar tentang warna dan skema warna, sekarang kita siap untuk
membuat keputusan branding yang efektif. Seperti apa warna logo kita seharusnya.
Atau emosi yang membangkitkan warna pada konsumen dan psikologi di balik pilihan
warna pada situs web kita.

Anda mungkin juga menyukai