Di bangku sekolah, kita sering mendapat pelajaran soal seni, di mana kita belajar
tentang warna. Namun hingga saat ini warna yang tidak 'match' seringkali kita temui
dalam kehidupan sehari-hari.
Mulai dari baju yang tidak 'matching,' warna tembok rumah dan pagar rumah yang tidak
senada, hingga pemilihan warna dalam desain baliho iklan yang bikin mata mengernyit.
Hal ini membuat kita sering berpikir bahwa sepertinya ada kaidah dalam mencocok-
cocokkan warna, agar untuk melihatnya tak membuat mata sakit. Jika kita mengerti
dasar teorinya, tentu kita bisa mengaplikasikannya dengan baik ke pemilihan warna
pakaian, rumah, serta proyek kreatif yang sedang kita kembangkan.
Benar adanya, untuk sekedar mencocokkan warna ternyata ada teorinya. Dilansir dari
Business Insider, dua orang pakar yakni Jill Morton, seorang dosen di Hawaii School of
Architecture, serta Maria Killam, seorang stylist dan desainer interior yang yang juga
penulis buku "how To Choose Paint Colours: It's All in the Undertones," akan
menjelaskannya.
Menurut Morton, segala sesuatu dalam hidup kita memiliki warna dan warna tersebut
menyampaikan sebuah pesan. Oleh karena itu mengapa warna itu penting.
Selain itu, teori warna komplementer bisa sangat diterapkan. Seperti memadukan
warna biru dan kuning, atau warna hijau dengan jingga. Akan lebih baik lagi, warna
komplementer juga dipadukan dengan warna netral atau warna-warna gelap, agar
warnanya lebih terkesan keluar.
Dalam interview kerja, teori warna juga berlaku. Hal ini dikarenakan warna dapat
menyampaikan pesan tertentu. Seperti dalam sebuah wawancara kerja di perusahaan
multinasional, gunakan warna yang lebih gelap, karena menyampaikan kesan serius.
Namun warna terang dan mencolok bisa lebih digunakan di wawancara kerja di bidang
kreatif.