Anda di halaman 1dari 11

Mereka yang mempelajari ilmu ini percaya bahwa semua warna pada dasarnya

memiliki pengaruh tersendiri terhadap psikis seorang manusia.

Hal ini berlaku karena setiap warna mampu memancarkan gelombang energi tertentu

dan berbeda antara satu sama lain.

Selain itu, dipercaya juga bahwa setiap warna memiliki potensi dan kekuatannya

masing-masing untuk memengaruhi psikis manusia.

Nah, melihat fakta-fakta tersebut, cabang studi ini akhirnya diadopsi oleh banyak

bidang, salah satunya adalah desain dan branding.

Hal yang kini dikenal dengan brand color psychology menyediakan kerangka kerja

untuk memahami proses manusia berinteraksi dengan brand melewati warna.

Istilah ini pun secara tak langsung menjadi alat yang ampuh dalam dunia desain,

khusus untuk keperluan rebranding.

Mengapa Psikologi Warna Penting untuk Branding?


© Freepik.com

Seperti yang sudah Glints jelaskan, psikologi warna kini telah dimanfaatkan oleh

banyak bidang, tak terkecuali desain dan branding.

Hal ini berlaku karena cabang ilmu tersebut dinilai efektif agar

membuat brand mudah untuk dikenal audiens.

Selain itu, color psychology juga memiliki dampak yang cukup besar bagi

perkembangan bisnis perusahaan.

Namun, selain kedua hal tersebut, apa yang membuat cabang studi ini penting bagi

keperluan branding?
Menurut Oberlo, pemahaman akan psikologi warna akan memberikan marketer satu

alat jitu guna mencapai tujuan branding. Tujuan itu adalah membentuk persepsi yang

mendorong perilaku konsumen.

Meskipun efek warna terhadap emosi manusia berbeda-beda, ada beberapa pedoman

umum yang telah dibuktikan oleh color psychology yang tak terhitung jumlahnya.

Sebagai contoh, warna merah pada dasarnya dapat menimbulkan rasa romantis dan

bahaya.

Sementara itu, warna biru dapat memicu rasa ketenangan dan kesedihan bagi manusia.

Nah, bagaimana dengan dampak yang bisa diberikan oleh warna hijau atau ungu?

Hal-hal ini tentu penting bagi persepsi yang dibentuk brand, dan ia hanya bisa

didapatkan bila marketer memahami psikologi warna.

Jenis dan Arti Warna dalam Psikologi


© Unsplash.com

Sejatinya, setiap warna memiliki arti emosional dan pengaruh yang berbeda-beda bagi

manusia.

Hal ini sudah diteliti dan dipercaya menjadi bagian yang penting dalam ilmu psikologi

warna.

Berdasarkan hal tersebut, masing-masing warna bisa memberikan kesan yang berbeda

bagi brand.

Bagi brand yang sudah mapan, warna bahkan dapat dikaitkan secara intrinsik

dengan brand identity.


Nah, berikut ini jenis dan makna masing-masing warna menurut ilmu color

psychology.

1. Merah
Menurut Canva, warna merah dalam psikologi warna melambangkan keberanian,

kekuatan, dan kegembiraan.

Warna ini juga mampu mendorong gairah dan energi bagi manusia untuk melakukan

suatu tindakan.

Warna merah sendiri bisa mengartikan kehidupan. Pasalnya, warna tersebut identik

dengan darah manusia.

Baca Juga: Prediksi 9 Tren Logo Tahun 2022, Desainer Wajib Tahu

2. Biru
Dalam dunia bisnis dan branding, warna biru kerap dikaitkan dengan profesionalisme

dan kepercayaan.

Warna ini juga melambangkan keharmonisan, ketenangan, serta kedamaian bagi

kondisi psikis manusia.

Meskipun demikian, warna biru cerah bisa menimbulkan perasaan sedih atau

kesunyian.

3. Kuning
Menurut Smashing Magazine, warna kuning memiliki arti yang cukup bahagia.

Pasalnya, ia menimbulkan kesan kehangatan, optimisme, semangat, ceria, dan rasa

antusias.

Warna kuning sendiri biasanya digunakan oleh orang yang sering memperoleh

perhatian dan tampil di muka publik.

Warna ini juga mampu merangsang aktivitas otak dan mental serta memiliki aura

yang sangat membantu dalam penalaran secara analitis.

4. Hijau
Dalam dunia psikologi warna, hijau sering digunakan untuk membantu seseorang agar

memiliki kemampuan menyeimbangkan emosi dan berkomunikasi.

Warna hijau sendiri mampu memberikan efek relaksasi dan ketenangan bagi manusia

layaknya warna biru.

Hal ini berlaku karena hijau adalah warna yang identik dengan kehidupan manusia di

bumi.

Warna hijau juga dapat menunjukkan aura seseorang yang memiliki kepribadian

plegmatis, atau memiliki keseimbangan dalam segi mental.

5. Oranye
Warna oranye adalah perpaduan antara warna merah dan kuning.

Dalam psikologi warna, ia mampu memberikankesan kehangatan, harapan,

petualangan, optimisme, dan kepercayaan diri.

Selain itu, warna oranye juga sering dikaitkan dengan ketenangan dalam suatu

hubungan.

6. Hitam
Menurut Oberlo, psikologi dalam warna hitam kerap dikaitkan dengan keanggunan

dan misteri.

Makna dari warna ini juga dapat membangkitkan emosi seperti rasa kesedihan dan

amarah.

Meskipun demikian, brand atau orang yang gemar menggunakan warna hitam sering

dianggap berani, dominan, dan kuat.

7. Putih
Cukup bertolak belakang dengan warna hitam, psikologi warna putih menunjukkan

rasa damai dan kesucian.

Warna ini juga bisa memberikan kesan sehat atau steril. Warna putih juga sering

digunakan untuk melambangkan sesuatu yang bersifat netral.


Namun, arti dari warna putih juga memiliki sisi negatif, di mana ia melambangkan

kemandulan di beberapa negara tertentu.

8. Cokelat
Dikarenakan warna cokelat identik dengan tanah dan bumi, psikologi warna ini sering

disandingkan dengan rasa aman dan kokoh.

Warna cokelat juga memberikan kesan dapat diandalkan serta melambangkan pondasi

dan kekuatan hidup.

Penggunaan warna cokelat sendiri akan membentuk kesan yang canggih dan mahal

pada brand karena ia memiliki kedekatan dengan warna emas.

9. Ungu
Dalam psikologi warna, warna ungu dapat memberikan kesan keanggunan dan

kebijaksanaan.

Warna ungu sendiri sering dimanfaatkan untuk melambangkan kemewahan.

Tak hanya itu, warna ungu juga mampu memberikan gambaran akan sifat kesenangan

dan kebahagiaan dalam hidup.

10. Pink
Terakhir, menurut ilmu psikologi warna, warna pink merupakan representasi dari

prinsip feminisme.
Warna ini juga menunjukkan sifat kelemahlembutan, peduli, dan romantis.

Cara Memilih Warna Brand sesuai Psikologi Warna

© Freepik.com

Seperti yang sudah Glints paparkan, psikologi warna memiliki peran penting bagi

kemajuan bisnis di era modern.

Mengapa demikian? Sebab, warna yang digunakan dalam desain akan

membentuk customer perception terhadap brand.

Tak hanya itu, pilihan warna juga secara tak langsung menjadi identitas brand dan

membuatnya lebih mudah untuk diingat.


Meskipun demikian, bagaimana, sih, cara memilih warna untuk keperluan brand bila

melihat ilmu psikologi warna?

Agar tak bingung, berikut Glints paparkan cara-caranya untukmu, dikutip dari Help

Scout.

 Tentukan fokus dan tujuan brand terlebih dahulu.

 Manfaatkan warna yang sering digunakan oleh brand dengan niche yang serupa.

 Jangan ragu untuk manfaatkan warna yang sifatnya netral, seperti putih, krem, dan

cokelat.

 Kurangi penggunaan warna secara berlebihan.

 Pelajari dampak emosional dari masing-masing warna agar bisa disesuaikan

dengan identitas dan tujuan brand.

 Pelajari secara rutin tren warna dalam dunia desain dan branding.

Baca Juga: Supaya Menonjol dan Nyaman Dilihat, Mainkan Desainmu dengan Color
Contrast

Itulah penjelasan singkat Glints mengenai psikologi warna, mulai dari definisi hingga

cara memilih warna untuk brand.

Intinya, psikologi warna atau color psychology, adalah cabang studi yang

mempelajari warna sebagai faktor yang bisa memengaruhi emosi manusia.

Ilmu tersebut sudah diterapkan dalam banyak bidang, termasuk desain dan branding.
Hal ini berlaku karena color psychology bisa memberikan dampak yang positif bagi

perkembangan bisnis perusahaan.

Maka dari itu, jika ingin terjun ke dunia desain atau pemasaran, jangan lupa untuk

pelajari cabang ilmu satu ini secara saksama, ya.

Nah, selain pemaparan di atas, kamu bisa dapatkan ragam informasi dengan topik

serupa pada kanal Graphic Design Glints Blog.

Di sana, tersedia banyak artikel seputar istilah dan tips belajar desain grafis yang

sudah Glints ringkas buat kamu.

Anda mungkin juga menyukai