Anda di halaman 1dari 2

PIKIRAN RAKYAT – Apa yang terlintas di benak kalian jika mendengar kata benda putih tipis yang

digunakan untuk menyeka keringat? Betul! Benda tersebut adalah tisu. Biasanya kita sering melihat barang ini
di rumah, tempat makan pinggir jalan seperti rumah makan pecel lele buatan soto bakso, mie ayam, dan
lainnya. Kertas tisu merupakan sejenis kertas selampai tipis dan ringan yang dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, seperti tisu wajah, tisu toilet, tisu higienis, kertas pembungkus, dan masih banyak lainnya. Di zaman
modern ini, siapa yang tak kenal tisu, barang yang satu ini sangat mudah ditemukan baik di pasar maupun
supermarket, serta harganya pun terbilang sangat terjangkau dan praktis, membuat tisu dipakai oleh khalayak
dibanding dengan kain atu sejenisnya. Umumnya, bahan dasar pembuatan tisu sama dengan kertas, yakni dari
serat atau bubur kayu. Selain itu, tisu juga memiliki sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda mencakup
kekuatan daya serap, berat dasar, kecerahan, hingga ketebalan. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman dan
meningkatnya permintaan konsumen, pembuatan tisu sekarang bisa menjadi lebih ramah lingkungan. Banyak
brand-brand yang membuat inovasi-inovasi baru termasuk varian penggunaannya. Lalu tahukah kamu asal-
usul si tipis serbaguna ini? Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari berbagai sumber berikut asal-usul tisu. Baca Juga:
8 Ciri Hamil Anak Kembar, Bumil Wajib Tahu Asal-usul Tisu Zaman dahulu sebelum adanya tisu, manusia
menggunakan apapun yang disediakan oleh alam untuk membantu urusan buang air seperti batu, kayu, daun,
kulit kerang, dan kulit jagung. Bahkan bangsa Romawi menggunakan spon yang dipasang pada ujung sebuah
tongkat dan direndam di air garam. Selain itu, di Barat mereka biasanya memakai kertas bacaan wall ataupun
jerami pengganti air ketika buang air kecil atau besar. Pada abad ke-14, bangsa China pertama kali memaki tisu
untuk toilet dengan ukuran kecil yang berukuran hanya 3 inci saja. Namun, pada masa itu tisu belum
diproduksi secara gulungan dan kemasan seperti sekarang ini. Hal ini dirancang untuk terurai dalam air
sehingga tidak menyumbat saluran limbah. Pada tahun 1857, seseorang pengusaha berkebangsaan Amerika,
Joseph Gayetty mengenalkan tisu sebagai produk komersil dengan dijual seharga 0,5 USD yang berisikan 500
buah per bungkus. Uniknya, nama pembuat tisu tersebut disertakan dalam helaian tisu yang diproduksinya.
Sayangnya, pada saat itu kertas tisu harganya tergolong sangat mahal dan membuatnya menjadi barang mewah
yang hanya dimiliki oleh kalangan menengah ke atas, sehingga keberadaan tisu menciptakan kelas-kelas
masyarakat. Kemudian pada tahun 1879, perusahan bernama Scott Paper Company didirikan oleh kakak
beradik, Edward dan Clarence Scott. Mereka memproduksi tisu dalam bentuk gulungan oleh tisu untuk
pertama kali menggunakan bahan baku kulit kayu yang didapat dari hasil penebangan pohon-pohon di hutan,
kemudian dijadikan bubur kertas atau disebut paper pact. Baca Juga: Asal-usul Hari Sukarelawan Internasional
5 Desember, Berikut Tema Perayaannya dari Masa ke Masa Dampak Negatif yang Ditimbulkan oleh Tisu
Menggunakan tisu memang sangat praktis dan mudah dibawa kemana saja. Meski demikian, perlu
diperhatikan penggunaan tisu dapat mengakibatkan masalah lingkungan. Penggunaan tisu yang berlebihan
dapat mendukung kerusakan hutan. Sedangkan, dalam satu pohon bisa menghasilkan oksigen untuk
menghidupi tiga orang. Di Indonesia sendiri tercatat sudah kehilangan sekitar 72 persen hutan asli semakin
hari kerusakan hutan masih tetap berlanjut. Maka dari itu, penggunaan tisu dapat kita minimalisir dengan
beralih menggunakan sapu tangan atau handuk. Meskipun penggunaannya tidak sepraktis memakai tisu,
manfaat penggunaan sapu tangan dapat mengurangi kerusakan hutan dan juga membantu mengurangi
penumpukan sampah. Lebih lanjut, kita kerap menggunakan tisu sebagai pembungkus makanan, atau untuk
mengambil gorengan untuk menghindari tangan kotor dan menyerap minyak berlebih. Padahal, menurut Sapto
Nugroho di Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebut bahwa zat kimia yang terkandung
dalam kertas tisu dapat bermigrasi ke makanan. Tak hanya itu, sama seperti pembungkus makanan seperti
koran atau majalah, zat karsinogenik pada tisu dapat memicu terkena kanker. Membungkus makanan
menggunakan kertas atau tisu ini juga dapat meracuni tubuh yang menyebabkan beragam gangguan dari mulai
kondisi pucat hingga lumpuh. Maka dari itu, sebagai manusia yang bijak kita perlu memperhatikan kesehatan
diri kita dengan mulai mengurangi penggunaan tisu atau bisa menggunakan tisu yang berbahan alami.(Tazkia
Falah Rahmani)***

Sumber Artikel berjudul "Asal-usul Tisu, Berawal dari Kalangan Atas Menengah hingga Menjadi Barang yang
Serbaguna", selengkapnya dengan link: https://www.pikiran-rakyat.com/teknologi/pr-015851622/asal-usul-
tisu-berawal-dari-kalangan-atas-menengah-hingga-menjadi-barang-yang-serbaguna?page=all

Anda mungkin juga menyukai