DISUSUN OLEH:
EFFENDI SAHAMI S.PD
LATAR BELAKANG
Sampah plastik merupakan sampah yang paling banyak dibuang oleh
manusia karena banyak orang yang menggunakan plastik untuk keperluannya
sehari-hari entah itu perorangan, toko, maupun perusahaan besar. Misalnya,
berbelanja pasti akan membutuhkan plastik untuk membawa barang belanjaan, jika
plastik itu sudah tak terpakai apakah plastik itu akan disimpan? Tidak kan. Apa
yang mereka lakukan? membuang dan membakar itulah yang mereka lakukan.
Pembuangan sampah-sampah plastik kedalam air dan tanah telah menambah
tingkat kesengsaraan alam. Mengapa demikian? Sampah plastik terbuat dari bahan
anorganik. Bahan-bahan anorganiktersebut sangat sulit dan tidak mungkin
diuraikan oleh bakteri pengurai. Apabila ditimbun dalam tanah untuk
menguraikannya butuh waktu berjuta-juta tahun. Dan apabila dibakar hanya akan
menjadi gumpalan dan butuh waktu lama untuk mengurainya. Dan apakah kalian
tahu akibatnya jika sampah plastik itu terlalu lama tertimbun dalam tanah dan
tertumpuk? Satu, terjadi pemanasan global yang berdampak pada kehidupan
manusia itu sendiri. Dua berdampak pada hewan laut yang menelan sampah plastik
yang terbawa ke laut,dll.
Coba bayangkan jika kita sehari saja tidak memakai plastik, pasti sulit
bukan. Contoh:
1. Membawa barang belanjaan tadi.
2. Para pembuat plastik pasti rugi.
3. Tidak ada alternatif lain untuk membawa sesuatu.
Di negara Indonesia masih bergantung pada plastik lain halnya dengan negara
jepang yang sudah sadar akan bahaya plastik dan beralih pada kertas yang tidak
mudah sobek, serta dapat diolah dengan mudah.
Pada akhirnya daur ulang sampah plastiklah yang harus kita lakukan. Tidak
hanya menyelamatkan lingkungan dari pemanasan global, tetapi juga dapat
mendatangkan keuntungan ekonomi
Sejarah Plastik
Sejak tahun 1950-an plastik menjadi bagian penting dalam hidup manusia.
Plastik digunakan sebagai bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan
alat-alat elektronik. Dalam dunia kedokteran, plastik bahkan digunakan untuk
mengganti bagian-bagian tubuh manusia yang sudah tidak berfungsi lagi. Pada
tahun 1976 plastik dikatakan sebagai materi yang paling banyak digunakan dan
dipilih sebagai salah satu dari 100 berita kejadian pada abad ini.
Plastik pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun
1862 di sebuah ekshibisi internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes
disebut parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan
bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga
yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa parkesine ini bisa dibuat transparan
dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk. Sayangnya, temuannya ini tidak bisa
dimasyarakatkan karena mahalnya bahan baku yang digunakan.
Pada akhir abad ke-19 ketika kebutuhan akan bola biliar meningkat, banyak
gajah dibunuh untuk diambil gadingnya sebagai bahan baku bola biliar. Pada tahun
1866, seorang Amerika bernama John Wesley Hyatt, menemukan bahwa seluloid
bisa dibentuk menjadi bahan yang keras. Ia lalu membuat bola biliar dari bahan ini
untuk menggantikan gading gajah. Tetapi, karena bahannya terlalu rapuh, bola
biliar ini menjadi pecah ketika saling berbenturan.
Bahan sintetis pertama buatan manusia ditemukan pada tahun 1907 ketika
seorang ahli kimia dari New York bernama Leo Baekeland mengembangkan resin
cair yang ia beri nama bakelite. Material baru ini tidak terbakar, tidak meleleh dan
tidak mencair di dalam larutan asam cuka. Dengan demikian, sekali bahan ini
terbentuk, tidak akan bisa berubah. Bakelite ini bisa ditambahkan ke berbagai
material lainnya seperti kayu lunak.
Tidak lama kemudian berbagai macam barang dibuat dari bakelite, termasuk
senjata dan mesin-mesin ringan untuk keperluan perang. Bakelite juga digunakan
untuk keperluan rumah tangga, misalnya sebagai bahan untuk membuat isolasi
listrik.
Rayon, suatu modifikasi lain dari selulosa, pertama kali dikembangkan oleh
Louis Marie Hilaire Bernigaut pada tahun 1891 di Paris. Ketika itu ia mencari
suatu cara untuk membuat sutera buatan manusia dengan cara mengamati ulat
sutera. Namun, ada masalah dengan rayon temuannya ini yaitu sangat mudah
terbakar. Belakangan masalah ini bisa diatasi oleh Charles Topham.
Dalam proses daur ulang sampah plastik tersebut ada yang langsung
digunakan sebagai bahan baku atau bahn pengisi (filler) tanpa pengolahan terlebih
dahulu. Ada yang diolah terlebih dahulu dengan proses tertentu sebelum digunakan
dalam pembuatan plastik. Dengan proses daur ulang ini biaya produksi plastik jadi
lebih murah dibandingkan dengan jika hanya menggunakan bahan baku dari
naphta. Keuntungan lainnya, industry plastik tidak terlalu tergantung pada industry
petrokimia hulu sebagai penghasil naphta.
Latar belakang lain yang mendesak semakin pentingnya proses daur ulang
plastik adalah semakin meningkatnya penggunaan plastik. Menurut majalah
Hidrocarbon Processing (Desember 1989), sampai tahun 2000 dibakar. Padahal
seperti sudah disinggung di muka, pembakaran bahan plastik, apalagi dalam
jumlah yang besar, dapat menghasilkan bahan-bahan berbahaya bagi kehidupan
makhluk hidup.
Bagi yang tidak tertarik dengan bisnis sampah plastik, dengan mengetahui
potensi bisnis daur ulang sampah plastik ini diharapkan tidak lagi membuang
sampah plastik secara sembarangan, melainkan mau mengumpulkan dan
memberikannya kepada para pemunut sampah plastik. Sehingga disamping
menghindari pencemaran lingkungan oleh sampah plastik sekaligus juga
memberikan rizki bagi orang lain.
Para pemungut sampah plastik semestinya juga patut dihargai, sebab usaha
mereka ikut menjaga kelestarian lingkungan, meskipun mereka melakukannya
semata-mata untuk mencari nafkah tanpa kesadaran untuk mengatasi maslah
lingkungan.
Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah memisahkan
sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus
minuman ringan seperti kopi, susu dan mi instan dibersihkan. Setelah itu plastik-
plastik yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dipotong-potong seperti pola
barang kerajinan yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan bentuk barang yang
akan dibuat. Setelah dipotong sesuai dengan pola, langkah selanjutnya adalah
menjahit sesuai dengan pola tersebut. Yang diperlukan adalah ketelatenan dari
penjahit.
Saat ini kerajinan dari sampah plastik telah menjadi produk fashion
tersendiri yang berasal dari barang daur ulang atau bisa disebut trashion. Trashion
ini artinya fashion dari sampah.Dengan menjadi trashion nanti, produk kerajinan
daur ulang sampah kering akan bisa dinikmati tidak saja kalangan masyarakat
menengah ke bawah tapi juga kalangan menengah atas yang biasanya sangat
memperhatikan kualitas produk kerajinan yang akan dibeli.