Anda di halaman 1dari 5

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi Tugas Penilaian Akhir Semester

DISUSUN OLEH:

Elgin Yuanza

Kelas: 10 IPS 2

SMA PSKD 7 DEPOK

TAHUN AJARAN

2021/2022
CALUNG

Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung.
Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung
adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun
menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan
calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi
temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan.
Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.
Calung adalah alat musik yang berasal dari tanah sunda yang telah berkembang sejak lama di
daerah Jawa Barat. Calung biasanya dimainkan bersama dengan alat musik lainnya yaitu
angklung yang juga merupakan alat musik khas masyarakat sunda.
Sama seperti angklung yang terbuat dari bambu pilihan, calung terbuat dari bambu berjenis
awi wulung dan awi temen. Namun yang membedakan calung dengan angklung adalah cara
memainkannya, apabila angklung dimainkan dengan cara di goyangkan sedangkan calung
dimainkan dengan cara dipukul.
Jenis calung dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu calung rantay dan calung jinjing. Pada
saat memainkan calung rantay pemain biasanya memainkan calung rantay dengan duduk
bersila sedangkan calung jinjing pemain menjinjing bambu yang telah dideretkan dan
memainkannya sambil berdiri.
Awal mulanya calung dipentaskan untuk mengiringi upacara-upacara adat sunda sebagai
ritual perayaan masyarakat Jawa Barat, namun dengan berkembangnya zaman calung
berubah fungsi menjadi alat musik yang manghibur masyarakat dengan menghasilkan
harmoni yang indah. [Riky/IndonesiaKaya].

JENIS - JENIS CALUNG


Pada umumnya Calung yang merupakan alat musik tradisional dari Jawa Barat ini dibuat dari
awi wulung atau bambu hitam. Masyarakat sunda mengenal 2 (dua) jenis calung, yaitu calung
rantay dan calung jinjing.
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar
sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada
yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung
rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah,
biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung),
ada juga yang dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa
di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
Calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu
(paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari
12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2
tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam
perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah,
panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong
Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri
menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain
dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar,
kotrek, dan solorok.

SEJARAH & PERKEMBANGAN CALUNG


Popularitas alat musik dan kesenian calung dimulai ketika mahasiswa Universitas
Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan Mahasiswa
(Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini melalui kreativitasnya pada
tahun 1961.
Menurut salah seorang perintisnya, Ekik Barkah, bahwa pengkemasan calung jinjing dengan
pertunjukannya diilhami oleh bentuk permainan pada pertunjukan reog yang memadukan
unsur tabuh, gerak dan lagu dipadukan.
Lalu perkembangan calung dilanjutkan pada tahun 1963, bentuk permainan dan tabuh calung
lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub Teater Bandung (STB; Koswara
Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 - 1965 calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh
kawan-kawan di UNPAD sebagai seni pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi
(penyuluhan (Oman Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-
kawan), dan grup calung SMAN 4 Bandung (Abdurohman dkk).
Dari sinilah mulai bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung, misalnya Layung
Sari, Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan nama-
nama idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko Hendarto, Adang Cengos,
dan Hendarso.
Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, bentuk kreativitas dalam seni
pertunjukan calung semakin bervariasi dengan menambahkan beberapa alat musik dalam
calung, misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan
keyboard dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan
vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.
Pada seni pertunjukan calung, Pemain calung sendiri bisa terdiri dari 5 atau lebih pemain
yang masing - masing memegang calung yang berbeda. Dipadukan dengan pertunjukan dan
dialog-dialog diantara pemainnya. Isi permainan calung bisa berupa lawakan / humor,
nasihat-nasihat atau sindiran atas kejadian yang ada dan berkembang di masyarakat Indonesia
yang diselingi dengan melantunkan tembang sunda.
PROSES PEMBUATAN ALAT MUSIK CALUNG
Dalam proses pembuatan calung hampir sama dengan proses pembuatan angklung pada
umumnya yaitu dari memulai memilah-milah bambu samapi proses pengeringan dan
pengasapan menggunakan api. Hanya saja dalam proses terakhirnya yaitu penyusunan batang
bambu disusun dan disatukan menggunakan sebatang bambu yang disebut panir. Ujung
batang dilubangi untuk memasukan panir tersebut dan diberi sedikit spasi yang berguna untuk
memudahkan memegang alat music calung tersebut. Setelah tersusun secara simetris setiap
ujung panir ditunutup agar batang bambu tidak terlepas dari panir. Setelah itu calung pun siap
untuk dimainkan.

PEMENTASAN ALAT MUSIK CALUNG


Alat music calung biasanya dipentaskan dalam acara-acara hiburanpedesaan. Pementasan
calung ini dibarengi dengan kesenian lainnya seperti, pentas jaipongan, kesenian degung,
kesenian ronggeng dan kesenian dangdut. Di daerah selatan Jawa Barat tepatnya di
Pangandaran terdapat grup calung yang bernama Caplin Grup. Mereka menyuguhkan
pementasan calung disertai dengan humoran humoran yang jenaka yang membuat para
penontonnya tertawa terpingkal-pingkal dan dalam setiap penampilannya juga terkandung
nilai-nilai sosial yang dapat kita pelajari. Pementasan calung ini biasanya diundang dalam
acara perkawinan dan gusaran.
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara dengan banyak suku bangsa yang tersebar diseluruh Nusantara.
Indonesia memiliki 33 provinsi yang ,kesenian dan budaya tiap-tiap daerah menunjukan
identitas daerahnya masing-masing. Seperti Jawa Barat yang memiliki alat music tradisional
yaitu angklung dan calung. Angklung dan calung terbuat dari bambu hitam yang disusun
sesuai dengan tangga nada. Angklung Sekarang angklung telah diakui oleh UNESCO
sebagai warisan budaya dunia. Pengakuan ini sangatlah penting dikarnakan banyak budaya
Indonesia yang dakui oleh Negara lain.

Anda mungkin juga menyukai