Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIK

JENIS-JENIS PENYAMBUNGAN PADA FIBER OPTIK


TEKNISI INSTALASI DAN AKTIVASI

Community Supporter:

Oleh :

RASIDI
BUMDES MAJU BERSAMA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI DAN SERTIFIKASI

TAHUN 2021

i
LAPORAN PRAKTIK

JENIS-JENIS PENYAMBUNGAN PADA FIBER OPTIK


TEKNISI INSTALASI DAN AKTIVASI

Oleh :
RASIDI

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI DAN SERTIFIKASI

TAHUN 2021

ii
PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Jenis-jenis Penyambungan pada
Fiber Optik (Teknisi Instalasi dan Aktivasi). Dilaksanakan mulai 9 sampai dengan 10
November 2021. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada seluruh Instruktur yang telah
memberikan ilmunya.
Menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
maupun bahasa yang saya digunakan, untuk itu diharapkan saran serta keritik yang bersifat
membangun. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 10 November 2021


Penyusun

Rasidi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER DEPAN ........................................................................................ i


HALAMAN COVER BUMDES ………......................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
PRAKATA........................................................................................................................ iv
BAB I : Kesehatan, Keselamatan, Dan Keamanan Kerja……………………………….. 1
BAB II : Pemasangan Konektor........................................................................................ 6
BAB III : Penyambungan Kabel........................................................................................13
BAB IV : Pemasangan Kabel Optik Ruangan........................................................................19
BAB V : Rangkuman....................................................................................................... 22
BAB VI : Kesimpulan Dan Saran...................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26

iv
BAB I
KESEHATAN, KESELAMATAN, DAN KEAMANAN KERJA

1.1 Tujuan Mata Pelatihan


Mata pelatihan ini mendeskripsikan ketrampilan dan pengetahuan yang harus dimiliki
oleh pelaksana, teknisi di tempat kerja agar dapat bekerja dengan aman. Ini meliputi
rangkaian konteks perusahaan meliputi variasi kondisi dan bahaya yang berbeda. Hasil
belajar dari mata pelatihan ini adalah peserta mempunyai keterampilan dan pengetahuan
yang harus dimiliki oleh pelaksana, teknisi di tempat kerja agar dapat bekerja dengan
aman. Indikatornya antara lain :
1. Memiliki pengetahuan kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja
2. Memiliki Kemampuan untuk bekerja dengan aman
3. Kemampuan untuk mendemontrasikan prosedur darurat
4. Mengenali dan dan menghadapi situasi darurat

1.2 Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja berasal dari Bahasa inggris yaitu kata Safety dan biasanya selalu
dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari celaka (accident) atau nyaris celaka
(near miss). Sementara arti keselamatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan
karyanya.

1.3 Memelihara Standar Keselamatan Pribadi


Memelihara Standar keselamatan dapat mengunakan beberapa pengamanan sesuai bahaya
yang di hadapi dan tindakan pencegahan. Pencegahan Luka atau kerusakan, mengontrol
bahaya, mempelajari dan penanganan manual keselamatan kesehatan kerja, membantu
pelmeliharaan lingkungan kerja.

1
1.4 Penggunaan peralatan K3 yang dipelajari
Pada hari pertama training, peserta diminta untuk menggunakan Peralatan K3. Dimana
tujuan K3 adalah untuk keamanan diri, perusahaan dan pelanggan. Penggunaan peralatan
ini merupakan standard dalam dalam Keselamatan dan keamanan kerja (K3) dalam uji
kompetensi Teknisi Fiber Optik dan Aktivasi Fiber Optik dan masuk dalam SKKNI, dan
Peta Okupasi Pemakaian harus sesuai dengan SOP Keselamatan kerja. Adapun langkah-
langkahnya antara lain:
1. Menggunakan Sepatu
2. Menggunakan Safety Helmet
3. Menggunakan Baju pelindung diri
4. Menggunakan sarung tangan
5. Menggunakan Body Harness (Tali Pengaman)
o Pasang pengaman pada bagian punggung (dipasang seperti memakai ransel)
o Lingkarkan tali pada bagian paha kanan dan kiri, pastikan pengait terpasang
dengan baik
o Lingkarkan tali pengaman pada bagian perut atau pinggang, pastikan pengait
terpasang dengan baik
6. Menggunakan kaca mata

Gambar 1.4.1 Menggunakan Safety Helmet

2
Gambar 1.4.2 Menggunakan Baju pelindung diri

Gambar 1.4.3 Menggunakan sarung tangan

(a)

3
(b)

(c)

(d)

4
(e)
Gambar 1.4.4 Menggunakan Safety Harness (Tali Pengaman)

Gambar 1.4.5 Menggunakan kaca mata

1.5 Aspek Kritis


Aspek kritis yang perlu diperhatikan pada aspek K3 antara lain :
o Jangan pernah melupakan alat-alat pengaman yang penting (body harness,
helm, sarung tangan, kacamata).
o Jangan memaksakan pekerjaan saat kondisinya sedang berbahaya (hujan
angin, traffic yang ramai, dsb).

5
BAB II
PEMASANGAN KONEKTOR

2.1 Tujuan Pemasangan Konektor


Konektor kabel optik dipasang dengan tujuan untuk penyambungan kabel antar
perangkat, maupun penyambungan kabel dengan kabel lain. Penyambungan kabel dengan
konektor dirasa praktis dan fleksibel, karena dapat dengan mudah di ”lepaspasang”, tetapi
memiliki kelemahan dalam besarnya redaman yang terjadi.

2.2 Macam-macam Konektor Kabel Optik


Macam-macam konektor pada fiber optik antara lain :
o Subscriber Connector (SC)
Untuk kabel single mode, dengan sistem dicabut-pasang. Konektor ini akurasinya
baik bila dipasangkan ke perangkat lain

Gambar 2.1. Subscriber Connector

o Straight Tip (ST)


Memiliki bentuk seperti bayonet berkunci, dapat digunakan pada jenis kabel
single mode maupun multimode

6
Gambar 2.2. Straight Tip

o Lucent Connector (LC) Konektor LC digunakan untuk penyebaran dengan


kepadatan tinggi dimana beberapa serat berhenti di dalam ruang tertutup. Konektor LC
menggunakan ferrule 1.25mm dengan mekanisme tab penahan yang serupa dengan
konektor telepon atau RJ-45.Sama seperti konektor SC, bodi konektor LC berbentuk
persegi, dan dua konektor LC biasanya diikat bersamaan dengan klip plastik untuk
membuat koneksi dupleks. Konektor LC dapat digunakan dengan kabel singlemode
dan multimode. Pencocokan konektor LC memiliki insertion loss sebesar 0.25dB.

Gambar 2.3. Lucent Connector

o Fiber Connector (FC)


Digunakan untuk kabel single mode dengan akurasi yang sangat tinggi dalam
menghubungkan kabel dengan transmitter maupun receiver. Konektoini menggunakan
sistem drat ulir dengan posisi yang dapat diatur, sehingga ketika dipasangkan ke
perangkat lain.

7
Gambar 2.4. Fiber Connector

2.3 Langkah Pemasangan Konektor Fiber Optik


Sebelum melakukan pemasangan konektor fiber optik, lebih baik persiapkan semua alat
yang akan digunakan seperti Stripper ataupun cleaver, alkohol dan tissue, lalu sediakan
juga tempat sampah untuk membuang limbah sisa pemasangan. Mempersiapkan tempat
sampah menjadi penting karena fiber optik sangat halus dan bias membahayakan.

Langkah-langkah dasar yang harus dilakukan dalam pemasangan konektor antara lain :
1. Mengupas pembungkus (coating dan cladding) kabel fiber optik menggunakan Fiber
Optic Stripper, ini dilakukan untuk membuka core serat optik.

(a) (b)

Gambar 2.5. Fiber Optic Stripper

8
Gambar 2.6. Fiber optik yang sudah dikupas

2. Memotong kabel fiber optik menggunakan cleaver tools. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan potongan pada core yang tegak lurus dan bersih.

Gambar 2.7. Fiber Optic Cleaver

Gambar 2.8. Pemotongan dengan Cleaver

9
3. Membersihkan kabel yang telah di kupas dan dipotong menggunakan alcohol 90%
dengan tissue, core yang kotor akan menyebabkan redaman pada serat fiber besar.
4. Memasang ujung fiber optik ke dalam konektor
5. Memasang Boot Cover pada konektor dan mengencangkan screw cap pada konektor
6. Memasang Protection Housing pada konektor
7. Memasang fiber optik pada FTB (Fiber Terminasi BOX)
8. Menyambung konektor kabel fiber optic pada soket FTB

Gambar 2.9. Konektor terpasang

Pemasangan konektor kali ini menggunakan metode Mechanical Splice dimana serat optik
tidak dipanaskan agar tersambung, tetapi hanya dikunci pada konektor. Cara ini lebih cepat,
tetapi menimbulkan redaman yang lebih besar. Cara lain adalah menggunakan metode Fusion
Splicer yang akan dijelaskan pada bab berikutnya. Setiap konektor pada kabel yang telah
terpasang, dapat dipasangi pula konektor antar kabel yang menghubungkan 2 kabel.

10
Gambar 2.10. Penyambungan 2 kabel dengan konektor antar kabel

2.4 Pengujian Fiber Connector


Pengujian pada connector dapat dilakukan dengan Visual Falout Locator (VFL). Dengan
memasang konektor pada VFL, periksa cahaya yang terlihat apakah terdapat bocor dari
sambungan konektor atau tidak nampak sama sekali cahaya di ujung kabel yang tidak
terpasang konektor (jangan lihat langsung pada sinar VFL). JIka tidak ada cahaya bocor
dan ujung fiber menyala terang, berarti konektor telah terpasang dengan baik. Pengecekan
juga dapat dilakukan dengan menggunakan Optical Power Meter (OPM) dengan
membaca redaman yang terjadi.

Gambar 2.11. Pengecekan Konektor dengan VF

11
2.5 Aspek Kritis Pemasangan Konektor
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam pemasangan konektor kabel optic adalah :
1. Limbah fiber optik (potongan core, cladding, maupun jaket) harus di tangan dengan
baik, karena sampah ini sangat halus dan tajam.
2. Setiap pemasangan konektor, harus dicek hasilnya minimal melalui pengecekan
visual, lebih baik dihitung redamannya dengan OPM.
3. Penyambungan dengan konektor mengakibatkan redaman yang cukup besar jika tidak
dipasang dengan baik.

12
BAB III
PENYAMBUNGAN KABEL

3.1 Tujuan Penyambungan Kabel


Penyambungan kabel optik perlu dilakukan dengan tujuan 2 hal yaitu :
1. Kabel putus dikarenakan faktor dari luar (oleh aktifitas manusia, hewan pengerat,
kejadian alam seperti longsor, gempa bumi, atau bencana alam lain)
2. Butuh tambahan kabel karena kabel tidak cukup panjang

Penyambungan kabel, dapat dilakukan dengan 2 cara, splicing secara mekanik (tanpa
fusion splicing antar serat) dengan pemasangan konektor, ataupun dengan fusion splicing
(penyatuan 2 core kabel yang berbeda). Fusion splicing lebih sulit tetapi menghasilkan
redaman yang jauh lebih kecil dibanding dengan splicing mekanik. Fusion SPlicing fiber
optik dikerjakan menggunakan splicer.

Gambar 3.1. Fusion Splicer

3.2 Persiapan Fusion Splicing


Sebelum melakukan fusion splicing, perlu dilakukan tahap persiapan. Tahap persiapan ini
sama dengan saat akan menyambungkan kabel dengan konektor, antara
lain :
1. Membuka jacket serat optik, hingga terlihat bagian claddingnya (berwarna
biru).

13
Gambar 3.2. Pengupasan jacket fiber optic

2. Membersihkan bagian cladding dengan stripper terkecil, agar core terlihat. Lalu
bersihkan core dengan tissue dan alkohol 96%. Core yang kotor akan mengganggu
proses splicing dan akan mengakibatkan redaman yang besar.

Gambar 3.3. Core FO yang telah dibersihkan

3. Memotong bagian core dengan cleaver, agar menghasilkan potongan yang bersih
(clean cut) sehingga tidak mengganggu proses splicing.

14
Gambar 3.4. Pemotongan Core dengan Cleaver

4. Memasukkan Sleeve Protector ke salah satu kabel yang akan dipasang, ini akan
digunakan sebagai pelingdung bagian core yang telah di sambung agar tidak mudah
putus (sebagai jacket).
5. 2 Kabel yang akan disambung dimasukkan ke splicer, dengan kedua ujung core
mendekati ujung splicer, mengunci kedua kabel, lalu di splicing. Splicer akan
mengatur proses splicing secara otomatis. Jika 4 cara sebelumnya dikerjakan dengan
baik, maka splicing akan berjalan lancar, jika tidak, maka splicer akan berhenti
otomatis.

Gambar 3.5. Proses peletakkan core pada splicer

6. Redaman pada hasil splicing harus ¡0.05 dB, jika tidak, maka harus diperbaiki
prosesnya.

15
Gambar 3.6. Redaman hasil fusion splicing

7. Sleeve Protector digeser ke bagian sambungan, lalu di heating untuk melindungi hasil
sambungan.

Gambar 3.7. Proses Heating Sleeve Protector

16
Gambar 3.8. Hasil Fusion Splicing

3.3 Pemasangan Connector Splice Over Connector (SOC)


Terdapat 1 macam konektor mekanik, yang memerlukan proses fusion splicing dalam
pemasangannya. Pada kepala konektor sudah terpasang fiber optik dengan core yang
bebas, yang nantinya akan di splicing dengan fiber optik. Tahap persiapan juga harus
dilakukan pada proses pemasangan ini. Pada sisi splicer, lengan bagian kiri akan diganti
dengan holder konektor SOC untuk mengunci kepala konektor dalam proses pemasangan.
Prosesnya hampir sama dengan fusion splicer biasa. Setelah tersambung, akan dilakukan
heating pada splicing jacket untuk melindungi bagian sambungan.

(a) (b)

17
(c)

Gambar 3.9. SOC Konektor (a) Hasil heating splicing jacket, (b) head connector
terpasang, (c) Pengujian dengan VFL

4.4. Aspek Kritis pada proses Fusion Splicing


Aspek kritis pada proses splicing fusi antara lain :
1. Limbah fiber optik (potongan core, cladding, maupun jaket) harus di tangani dengan
baik, karena sampah ini sangat halus dan tajam.
2. Pemasangan Sleeve Protector harus dilakukan sebelum melakukan splicing
3. Kabel yang sudah di splice akan sangat ringkih (mudah putus), harus ditangani
dengan hati-hati.
4. Redaman maksimal dari hasil splicing adalah 0,05 dBm, tidak boleh lebih besar dari
itu.

18
BAB IV
PEMASANGAN KABEL OPTIK RUANGAN

4.1 Prinsip Dasar Pemasangan Kabel Ruangan


Pemasangan dan instalasi kabel ruangan (Rumah pada khususnya) yang baik memiliki
beberapa tujuan antara lain :
• Penyambungan dari ODP ke ONT yang baik
• Kerapian dan penarikan jalur yang baik pada Fiber Optik
• Tindakan pencegahan agar kabel Fiber Optik tidak mengganggu aktifitas ma nusia
sehingga terhindar dari kerusakan (putus, jatuh, nyangkut, dll)

4.2 Skematik Instalasi Kabel Rumah (IKR) Jalur kabel rumah yang standar adalah sebagai
berikut :
• Optical Drop Point (ODP) dipasang kabel Drop Core (Single) dengan mengaitkan
bagian kawat ke tiang FO menggulakan Clamp S
• Kabel Drop Core di ”jatuhkan” di rumah dengan memasang Clamp S pada Clamp Hook
yang dipasang ke rumah. Setelah ini, kawat pengait pada Drop Core dipotong, sehingga
hanya FO saja yang masuk ke rumah.
• Drop Core disambungkan pada Roset
• Roset dihubungkan pada Optical Network Termination (ONT) menggunakan kabel
Patch Cord.

Gambar 4.1. Contoh Skematik IKR

Gambar 4.2. Drop Core

19
Gambar 4.3.Roset Optik

Gambar 4.4. Patch Cord

Gambar 4.5. Optical Network Termination

Adapun langkah-langkah Penyambungan Pigtail to drop core dan Intalasi IKR anrara lain:
1. Mengupas cladding pigtail dengan stripper
2. Memasukkan sleeve protector ke pigtail
3. Membersihkan bagian core dengan tisu beralkohol
4. Memotong bagian core dengan fiber cleaver
5. Meletakkan core pigtail pada salah satu sisi Fushion Splicer

20
6. Ikuti langkah pengupasan, pembersihan dan penyambungan dropcore cable pada
praktik sebelumnya.
7. Meletakkan core drop cable pada sisi satunya.
8. Tutup fushion splicer dan penyambungan sedang di lakukan.
9. Core yang sudah tersambung diangkat dan di fushion Splicer
10. Meletakkan core yang telah tersambung dan dan diselimuti sleeve protector pada
pemanas
11. Proses pemanasan dengan heater/pemanas
12. Proses instalasi IKR, Siapkan roset, adaptor connector SC dan FC
13. Proses penggulungan kabel pigtail pada roset
14. Pastikan sleeve protector masuk dan rapi pada roset.
15. Ikat bagian pigtail dan sleeve protector dengan kabel tie
16. Hubungkan connector pigtail dengan adaptor SC pada roset
17. Pastikan sudah rapid an terhubung secara sempurna
18. selesai

4.3 Aspek Kritis IKR Aspek kritis yang perlu diperhatikan pada IKR antara lain :
1. Pemasangan kabel tidak boleh mengganggu aktifitas orang sekitar.
2. Pemasangan hook dan clamp (yang menggunakan paku dsb) harus seizin de ngan
pemilik rumah
3. Pemasangan roset dirasa penting untuk antisipasi pada proses identifikasi gangguan ke
depannya.

21
BAB V
RANGKUMAN

5.1. Standard dalam dalam Keselamatan dan keamanan kerja (K3)


Adapun langkah-langkahnya antara lain:
1. Menggunakan sepatu boots
2. Menggunakan Safety Helmet
3. Menggunakan Baju pelindung diri
4. Menggunakan sarung tangan
5. Menggunakan Body Harness (Tali Pengaman)
6. Menggunakan kaca mata

6.2 Alat-alat Fiber Optic


1. Fusion Splicer
Alat untuk penyambungan fiber optic, melalui perlakuan panas suhu tinggi.
2. Cleaver
Untuk membuat potongan muka ujung fiber agar rata
3. Stripper
Untuk mengupas serat berlafis kabel fiber optik
4. Optical Power Meter
Instrument pengujian yang digunakan untuk mengikur secara akurat kekuatan
peralatan fiber optic atau kekuatan sinyal optic yang melewati kabel fiber.
5. Optical Time Domain Reflectormeter (OTDR)
Untuk melakukan pengukuran waktu pantulan cahaya. Menentukan karakteristik
kabel fiber optic yang digunakan untuk merambat sinyal optic
6. Light Source
Sebagai pipa cahaya yang mentransmisikan cahaya dari sumber melalui fiber ke
lokasi yang jauh.
7. Optical Fiber Identifier (OFI)
Memungkinkan untuk melihat apakah serat aktif tanpa harus memutuskan dari
jaringan
8. Visual Fault Locator ( VFL)
Alat penguji Kontinuitas

22
5.3 Pembuatan Konektor
Adapun langkah-langkahnya antara lain:
1. Kupas kabel fiber dari dropcore
2. Gunakan drop stripper untuk mengupas core dari PE
3. Kupas couting dari menggunakan stripper
4. Potong cladding menggunakan Fiber Cleaver
5. Pasang Konektor dan Kunci Sambungan
6. Uji hasil sambungan menggunakan VLF (Senter), OPM dan OLS.

5.4 Penyambungan Core to core menggunakan Splicer


1. Mengupas auter Jacket dropcore cable dengan Stripper
2. Memasukkan protector sleeve pada bagian cladding drop cable
3. Mengupas bagian cladding dengan stripper
4. Memotong bagian core dengan cleaver
5. Membersihkan bagian core dengan tisu beralkohol
6. Letakkan core pada satu sisi holder fushion splicer
7. Ikuti langkah 1-6 untuk sisi satunya
8. Core yang di letakkan harus benar, lalu tutup fusion splicer
9. Proses penyambungan
10. Pastikan core sudah tersambung
11. Core yang sudah terhubung, angkat dari fushion splicer
12. Letakkan core yang sudah terhubung dan diselimuti sleeve protector pada pemanas /
heares
13. Proses pemananasan
14. Menganggkat hasil core yang sudah dipanaskan
15. Proses pendinginan protector sleeve clouding teray

5.5 Penyambungan Pigtail to drop core dan Intalasi IKR


Adapun langkah-langkahnya anrara lain:
19. Mengupas cladding pigtail dengan stripper
20. Memasukkan sleeve protector ke pigtail
21. Membersihkan bagian core dengan tisu beralkohol
22. Memotong bagian core dengan fiber cleaver

23
23. Meletakkan core pigtail pada salah satu sisi Fushion Splicer
24. Ikuti langkah pengupasan, pembersihan dan penyambungan dropcore cable pada
praktik sebelumnya.
25. Meletakkan core drop cable pada sisi satunya.
26. Tutup fushion splicer dan penyambungan sedang di lakukan.
27. Core yang sudah tersambung diangkat dan di fushion Splicer
28. Meletakkan core yang telah tersambung dan dan diselimuti sleeve protector pada
pemanas
29. Proses pemanasan dengan heater/pemanas
30. Proses instalasi IKR, Siapkan roset, adaptor connector SC dan FC
31. Proses penggulungan kabel pigtail pada roset
32. Pastikan sleeve protector masuk dan rapi pada roset.
33. Ikat bagian pigtail dan sleeve protector dengan kabel tie
34. Hubungkan connector pigtail dengan adaptor SC pada roset
35. Pastikan sudah rapid an terhubung secara sempurna
36. selesai

24
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan yang didapat dari kegiatan ToT VSGA-DTS ini antara lain :
1. Keselamatan, Kesehatan, dan Keamanan kerja harus selalu diperhatikan pada saat
melakukan kerja
2. Limbah fiber optik (potongan core, cladding, maupun jaket) harus di tangani dengan
baik, karena sampah ini sangat halus dan tajam.
3. Redaman hasil fusion splicing tidak boleh lebih dari 0,05 dBm
4. Penyambungan secara mekanik memiliki kelebihan lebih mudah, lebih cepat, dan
lebih fleksibel (bisa cabut-pasang) tetapi memiliki redaman yang relative lebih besar.
5. Penyambungan secara fusion splicer memiliki proses yang lebih rumit, tetapi
memiliki redaman yang relatif rendah.
6. Setiap proses penyambunga, core optik harus terlebih dahulu di kupas, dipotong
dengan cleaver, dan dibersihkan, untuk mengurangi redaman pada serat optik.

6.2 Saran
Saya sadar dalam melaksanakan kegiatan praktik ini masih banyak keurangan, namun
saya telah berusaha melaksanakan secara maksimal. Selain itu, laporan kerja praktek ini
juga masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu, saran yang membangun sangat saya
perlukan guna memperbaiknya.

25
DAFTAR PUSTAKA

BAKTI, TIAFO. 2021. Template Laporan. Jakarta.

Widhi Prabowo, Vinsensius Sigit. 2021. Teknisi Instalasi dan Aktivasi Fiber Optik.
Contoh laporan tertulis pada Materi Webinar TIAFO.

Dwi Hantoro Gusnadi. 2021. Teknologi dan Aplikasi Fiber Optik. Jakarta

Susilo Yogi. 2020. Laporan Hasil Kerja Praktek Pembangunan Infrastruktur Jaringan Fiber
Optik Kabupaten Tulang Bawang di PTGiga Patra Multimedia. Bandar Lampung.

26

Anda mungkin juga menyukai