PEMBAHASAN
A. Waktu:
Pelaksanaan instalasi dan penyambungan kabel fiber optik akan dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu, yang tergantung pada kesepakatan antara PT.conexim netind dan peserta PKL.
Waktu pelaksanaan tersebut dapat berlangsung selama beberapa hari di lapangan dan waktu yang
paling lama adalah 4 hari berada di lapangan, tergantung pada kompleksitas proyek dan tingkat
kemampuan peserta PKL.
B. Tempat:
Tempat pelaksanaan instalasi dan penyambungan kabel fiber optik akan disesuaikan dengan
proyek yang sedang dikerjakan. Proyek tersebut dapat berlokasi di suatu kawasan atau wilayah
tertentu dan dalam hal ini wilayah yang dijangkau oleh PT.conexim netindo yakni berada di
beberapa lokasi antara lain. Desa bora di kecamatan Sigi biromaru, desa walatana di Kecamatan
Dolo Selatan, desa sigimpu di kecamatan palolo, dan desa kalawara di kecamatan Gumbasa.
sehingga peserta PKL harus siap bekerja di lokasi tersebut. Selain itu, tempat pelaksanaan juga
dapat berada di dalam ruangan seperti gedung atau di luar ruangan seperti dalam hal ini antara
lain SMAN 10 SIGI yang berletak di kecamatan Dolo selatan dan sebagainya. Tergantung pada
jenis proyek yang sedang dikerjakan. Selama pelaksanaan PKL, peserta juga harus
memperhatikan faktor keselamatan kerja dan menghindari lingkungan yang berbahaya untuk
bekerja.
Berikut beberapa lokasi yang pada daerah sekitar Sulawesi Tengah yang telah dilakukan
pemasangan fiber optic dan juga device oleh PT. Conexim Internetindo.
Gambar 1.5 wilayah Dolo selatan Gambar 1.6 wilayah Sigi biromaru
Gambar 1.7 wilayah Dolo barat Gambar 1.8 wilayah kec. Palolo
3.2. Kompetensi yang dikerjakan
Gambar 1.8 pemilihan rute kabel Gambar 1.9 pengecekan area kabel
Gambar 2.0 Penentuan jalur kabel Gambar 2.1 pengecekan konektor kabel
C. Penyambungan kabel fiber optic
Penyambungan adalah proses setelah core didapat pada saat melakukan pengecekan. Tahap
berikutnya adalah proses penyambungan (splicing). Pada proses ini core yang dipilih dibersih
kan dengan alcohol kemudian dikupas dengan stipper dan dipotong dengan cleaver selanjutnya
splicing core yang sudah dibentuk tadi dengan alat splicer. Splicing yang digunakan adalah
model splicing fusion (menggabungkan dengan cara meleburkan dua fiber menjad i satu). Dan
batas toleransi redaman splicing maksimal sebesar 0.02 dB. jika redaman yang dihasilkan saat
melakukan proses penyambungan lebih dari 0.02 dB maka proses peyambungan harus dilakukan
kembali.
Gambar 2.2 penyambungan serat optic Gambar 2.3 Redaman hasil penyambungan
instalasi dan penyambungan kabel serat optik didasarkan pada beberapa konsep dan prinsip dasar
sebagai berikut:
A. Serat Optik.
Serat optik adalah kabel yang terbuat dari bahan kaca atau plastik yang memiliki
kemampuan untuk menghantarkan cahaya. Kabel serat optik digunakan sebagai media
transmisi sinyal dalam jaringan telekomunikasi, dimana informasi dikirimkan dalam
bentuk cahaya melalui serat optik tersebut.
B. Instalasi Kabel Serat Optik.
Instalasi kabel serat optik meliputi penentuan rute kabel, pemasangan kabel, perlindungan
kabel, dan pengujian kabel. Rute kabel harus dipilih dengan cermat untuk menghindari
rintangan dan kerusakan pada kabel. Pemasangan kabel harus dilakukan dengan benar
dan teratur untuk menghindari putusnya serat optik.
Dalam instalasi dan penyambungan kabel serat optik, terdapat beberapa alat dan bahan
yang dibutuhkan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
B. Connector.
Connector digunakan untuk menghubungkan dua ujung kabel serat optik. Connector
terdiri dari beberapa jenis, diantaranya SC, LC, dan ST.
Gambar 2.6 Connerctor kabel fiber optic
C. Splice Sleeve.
Splice sleeve digunakan untuk melindungi penggabungan serat optik dari kerusakan fisik.
Splice sleeve umumnya terbuat dari bahan termoplastik yang tahan panas dan tahan air.
D. Fusion Splicer.
Fusion splicer adalah alat yang digunakan untuk menyambungkan dua ujung serat optik
dengan cara menyatukan dan mencairkan kedua ujung serat optik menjadi satu. Fusion
splicer umumnya dilengkapi dengan kamera dan layar monitor untuk memudahkan
pengguna dalam melihat dan mengatur sambungan serat optik.
F. Power Meter.
Power meter digunakan untuk mengukur kekuatan sinyal yang diterima oleh serat optik.
Power meter digunakan untuk memastikan bahwa sinyal yang diterima oleh serat optik
dalam rentang yang aman dan dapat diterima oleh perangkat penerima sinyal.
H. Alcohol Swabs.
Alcohol swabs digunakan untuk membersihkan ujung serat optik sebelum disambungkan.
Membersihkan ujung serat optik dengan alcohol swabs akan membantu memastikan
kualitas sambungan yang baik.
Gambar 3.2 alcohol swabs digunakan untuk membersihkan ujung serat fiber optic
I. Labeling Tools.
Labeling tools digunakan untuk memberi label pada ujung serat optik dan kabel serat
optik untuk memudahkan identifikasi dan pemeliharaan kabel di masa depan.
A. Faktor Pendukung:
a. Komitmen dan dukungan dari manajemen perusahaan dalam melaksanakan PKL ini.
b. Ketersediaan dana yang cukup untuk membeli peralatan dan bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam instalasi dan penyambungan kabel fiber optik.
c. Pengetahuan yang cukup dan keterampilan teknis dari peserta PKL mengenai instalasi
dan penyambungan kabel fiber optik.
d. Dukungan dari para mentor atau supervisor selama pelaksanaan PKL untuk memberikan
bimbingan dan supervisi secara berkala.
e. Tersedianya fasilitas yang memadai untuk melakukan pelaksanaan PKL seperti ruang
kerja yang nyaman, alat pengukur dan uji kabel fiber optik, serta peralatan keselamatan
kerja.
B. Faktor Penghambat:
a. Ketidakmampuan peserta PKL dalam memahami teknologi kabel fiber optik dan cara
instalasi yang benar.
b. Keterbatasan dana dan anggaran yang menyebabkan keterbatasan dalam pengadaan
peralatan dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam instalasi dan penyambungan kabel
fiber optik.
c. Faktor lingkungan seperti cuaca buruk, akses yang sulit, dan kondisi tanah yang tidak
memungkinkan untuk melakukan instalasi dan penyambungan kabel fiber optik.
d. Kurangnya pengawasan dan supervisi dari mentor atau supervisor selama pelaksanaan
PKL sehingga peserta tidak mendapatkan arahan yang cukup.
e. Masalah keselamatan kerja, seperti ketidakpatuhan terhadap aturan keselamatan kerja,
kecelakaan, atau cidera yang mengancam peserta PKL.