Anda di halaman 1dari 10

ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No.

2 (Maret, 2021)

STUDI LITERATUR ANALISIS EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN


TUBERKULOSIS
(Literature Study Analysis of Drug Side Effects on Tuberculosis Patients)
(Submited : 23 Maret 2021, Accepted : 31 Maret 2021)

Siti Rahmah, Herda Ariyani, Dedi Hartanto

Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.


Corresponding email: sitirahmah2998@gmail.com

ABSTRAK

Gagalnya terapi tuberkulosis tidak jarang diakibatkan oleh munculnya kejadian efek samping obat yang
berimbas pada ketidakpatuhan pada terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi efek samping yang terjadi pada saat menjalani pengobatan dengan Obat Anti
Tuberkulosis. Metode penelitian yang digunakan studi literatur dari berbagai database terkini yakni Sinta,
Google Scholar dan Scopus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata wanita lebih banyak
mengalami efek samping obat dibandingkan laki-laki. Persentase terbesar sistem organ tubuh yang
mengalami efek samping obat adalah gastrointestinal dan kulit. Jenis manifestasi efek samping obat yang
umum dan dominan dialami adalah mual, gatal, dan kelesuan. Berdasarkan Penilaian Kausalitas
Algoritma Naranjo, mayoritas mengalami efek samping dengan kategori “Mungkin”, dan yang terendah
dengan kategori “Pasti”. Efek samping yang didapat tergantung pada masing-masing individu itu sendiri,
dan tidak semua individu mengalaminya.

Kata Kunci: Efek samping obat, Obat antituberculosis, Skala Naranjo, Tuberkulosis.

ABSTRACT

The failure of tuberculosis therapy is often the result of the occurrence of drug side effects which impact
on non-adherence to therapy. This study aims to determine and identify the side effects that occur while
undergoing treatment with anti-tuberculosis drugs. The research method used was literature study from
various current databases, namely Sinta, Google Scholar and Scopus. The results showed that on
average women experience more drug side effects than men. The largest percentage of the body's organ
systems that experience drug side effects are gastrointestinal and skin. Common and dominant types of
manifestations of drug side effects are nausea, itching, and lethargy. Based on the Naranjo Algorithm
Causality Assessment, the majority experienced side effects in the "Maybe" category, and the lowest with
the "Certain" category. The side effects that are obtained depend on each individual himself, and not all
individuals experience them.

Keywords: Drugs side effects, Antituberculosis drugs, Naranjo scale, tuberculosis.

395
ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No. 2 (Maret, 2021)

PENDAHULUAN yang cukup lama memperlihatkan adanya efek


samping obat (ESO) mulai ringan sampai berat
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang seperti hepatotoksik, gangguan pencernaan,
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis reaksi alergi, arthralgia dan gangguan neurologi.
yang Sebagian besar menyerang paru-paru Angka insiden ESO sangat bervariasi dalam
(Wiyati et al., 2014). Hingga saat ini Tuberkulosis rentang 5,1%-83,5% (Musdalipah et al., 2018).
tetap menjadi salah satu dari 10 penyebab utama
kematian di seluruh dunia dan masih menjadi Menurut hasil penelitian Abbas (2017) bahwa
penyakit menular yang berbahaya didunia. jenis efek samping obat yang paling sering
Berdasarkan laporan dari TB global data World dialami penderita yaitu nyeri sendi dengan
Health Organization (WHO) Prevalensi pada persentase 81%, dan efek lain yang dialami
tahun 2018 diperkirakan sebanyak 10 juta kasus adalah mual (79,3%), gatal-gatal (77,6%), kurang
terserang penyakit Tuberkulosis di seluruh dunia nafsu makan (75,9%), pusing (67,2%),
dan sebanyak 1,5 juta orang meninggal kesemutan (50%), dan gangguan pendengaran
diakibatkan oleh Tuberkulosis. Tiga negara yang (6,9%). Penanganan terhadap efek samping
memiliki insiden kasus ini tertinggi yaitu India, perlu dilakukan karena kemungkinan akan
China, dan Indonesia. Di Indonesia kasus berdampak buruk seperti kegagalan terapi
Tuberkulosis masih menjadi masalah utama (Abbas, 2017). Penanganan efek samping harus
dalam kesehatan dan berdasarkan data World dilakukan secara terus menerus pada penderita
Health Organization (WHO) Indonesia menempati TB. Dalam hal ini perlunya komunikasi, informasi,
peringkat ke-3 sebagai negara dengan kasus dan edukasi kepada masyarakat maupun tenaga
penyakit TB terbanyak didunia. Prevalensi Kesehatan dalam meminimalisir resiko terjadinya
penyakit TB pada tahun 2018 sebanyak 845.000 efek samping obat (Musdalipah et al., 2018).
per 100.000 populasi insiden yang terjadi di
Indonesia (WHO, 2019). Identifikasi masalah efek samping OAT sangat
perlu dilakukan dengan penanganan secara
Masih meningkatnya angka prevalensi adekuat. Efek samping tersebut berdampak pada
Tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor kepatuhan pasien dalam pengobatan. Akhirnya
masalah yang disebabkan oleh masih kurangnya menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit
pengetahuan penderita mengenai bahaya TB, diobati (Rosamarlina et al., 2017). Maka sangat
kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang penting selalu memantau kondisi klinis pasien
dilakukan sering diabaikan akibat adanya faktor selama masa pengobatan sehingga efek samping
lain salah satunya karena munculnya ringan sampai berat dapat segera diketahui dan
ketidaknyamanan akibat efek samping obat yang ditangani secara tepat (Seniantara et al., 2018).
ditimbulkan oleh terapi pengobatan obat
Antituberkulosis (OAT) (Wiyati et al., 20114). Algoritma Naranjo digunakan untuk
mengidentifikasi reaksi obat yang tidak diinginkan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (ROTD) atau efek samping obat secara lebih
(2016) bahwa tingkat pengetahuan seseorang kuantitatif. Algoritma Naranjo terdiri dari 10
dalam pengobatan TB berpengaruh secara pertanyaan (Kemenkes RI, 2011).
signifikan terhadap tingkat kepatuhan berobat.
Pengetahuan pasien penderita TB yang kurang METODE PENELITIAN
mengenai penyakit ini akan menyebabkan Metode penelitian ini menggunakan studi
rendahnya kepatuhan meminum obat sehingga literatur. Studi literatur adalah jenis penelitian
sangat perlu dilakukan edukasi bahwa efek yang mencari referensi teori yang bersangkutan.
samping pada terapi pengobatan TB memang Tujuan dari penelitian ini untuk memperkuat
sering kali terjadi.
permasalahan dan sebagai acuan untuk sebuah
Morbiditas dan Mortalitas penyakit TB masih penelitian. Referensi ini dicari dari jurnal-jurnal
sering menjadi permasalahan yang serius yang didapat yang berhubungan dengan studi
terutama akibat munculnya efek samping obat literatur analisis efek samping obat pada pasien
sehingga Sebagian dari penderita TB merasa Tuberkulosis.
tidak tahan terhadap efek samping yang dialami Sebuah tinjauan penelitian dilakukan untuk
selama pengobatan. Polifarmasi dengan waktu mencari tentang efek samping obat pada pasien
396
ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No. 2 (Maret, 2021)

Tuberkulosis. Literatur pencarian yang digunakan Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian


menggunakan kata kunci yaitu: Monitoring efek berdasarkan Jumlah pada Ketegori Usia.
samping obat TB, analisis efek samping obat TB
skala naranjo, drug side effects in tuberculosis Jumlah Rentang
Jumlah
patients with the naranjo method, adverse drug No. Peneliti
n Usia
Presentase
reactions anti-tuberculosis. Terdiri dari 8 jurnal (%)
nasional yang telah terindeks SINTA dengan
4 18-25 36,4
bobot 1-4, lalu 2 jurnal internasional yang telah
terindeks Scopus. Sumber database yang dicari 3 26-35 27,3
melalui SINTA, Scopus, google scholar, Pudmed,
Science direct dan lainnya. Didokumentasikan 1 Dasopang 2 36-45 18,2
dalam perangkat aplikasi Mendeley. et al.
1 46-55 9,1
Kriteria Inklusi pada penelitian ini yaitu:
1. Original research. 1 56-65 9,1
2. Jurnal internasional maupun nasional
berkaitan sesuai dengan tema yaitu Studi 6 18-29 27,27
literatur Analisis efek samping obat pada
5 30-39 22,72
pasien Tuberkulosis.
3. Tersedia full text. 2 Shareef et 2 40-49 9,09
4. Pasien yang menjalani pengobatan lini al.
pertama. 2 50-59 9,09
5. Jurnal yang berisikan instrumen kausalitas
algoritma naranjo. 5 60-69 22,72
6. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 10
tahun (2010-2020). 2 70-79 9,09

48 ≤36 52,7
Kriteria Ekslusi pada penelitian ini yaitu:
1. Rentang waktu penerbitan lebih dari 10 tahun. 3 Mishra et 32 36-65 35,2
2. Artikel penelitian hanya abstrak. al.
3. Artikel jurnal penelitian tidak sesuai tema 11 ≥65 12
yang diinginkan.
61 20-50 66,3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4 Rosyid et 25 51-60 27,2
Data Karakteristik Pasien al.
6 ≥60 6,5
Usia Subyek Penelitian.
0 1-10 0

Usia merupakan salah satu faktor yang 10 11-20 20


penting dalam pengaruhnya terhadap efek
samping obat khususnya pada penderita penyakit 14 21-30 28
Tuberkulosis. Pada tabel 1 menggambarkan usia
pada pasien tuberkulosis. Tuberkulosis 5 Anusha et 7 31-40 14
berdasarkan usia paling banyak rentang usia al.
yaitu 20-50 tahun. Hal ini sejalan bahwa resiko 10 41-50 20
efek samping obat berhubungan penting dengan 6 51-60 12
usia yang semakin meningkat (Musdalipah et al.,
2018). Hal ini sejalan dengan penelitian Imam et 2 61-70 4
al. (2020) bahwa persentase terendah yang
mengalami efek samping obat dilaporkan pada 1 71-80 2
usia muda yaitu ≤ 15 tahun.
0 1-10 0

397
ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No. 2 (Maret, 2021)

4 11-20 7,54 Tabel 2. Karakteristik Subyek Penelitian


Berdasarkan Jenis Kelamin.
6 Kumar et 12 21-30 22,64
al.
No. N Laki-laki Perempuan
15 31-40 28,30 Peneliti
(Presentase) (Presentase)
12 41-50 22,64 1 Dasopang et al. 11 6 (54.5%) 5 (45.5%)

7 51-60 13,21 2 Shareef et al. 22 10 (45.54%) 12 (54.54%)

3 ≥61 5,67
3 Verma et al. 45 26 (57.77%) 19 (42.22%)

11 0-15 9,64
4 Mishra et al. 91 65 (71%) 26 (29%)
7 Kaur et al. 61 16-30 53,50
5 Rosyid et al. 92 59 (64.1%) 33 (35.9%)
24 31-45 21,05
6 Anusha et al. 50 31 (62%) 19 (38%)
18 ≥45 15,78
7 Kumar et al. 53 35 (66.04%) 18 (33.96%)

8 Kaur et al. 114 68 (59,64%) 46 (40,35)


Kejadian efek samping mengonsumsi Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) sangat berhubungan
dengan efek samping ringan sampai berat
dengan faktor usia. Hal ini berkaitan bahwa
Berdasarkan tabel 2. bahwa data yang
semakin bertambahnya usia kemampuan fungsi
diperoleh dari literatur menunjukkan bahwa
hati terutama pada peran enzim sitokrom P450
mayoritas penderita penyakit TB adalah laki-laki
dalam memetabolisme obat menurun dan
dibandingkan perempuan. Dikarenakan Sebagian
kemampuan untuk mengeliminasi obat juga
laki-laki mempunyai kebiasaan merokok yang
menurun sehingga akan beresiko besar untuk
dapat melemahkan sistem pertahanan tubuh dan
mengalami kejadian efek samping obat.
pernafasan terutama organ paru-paru, dimana
Hal ini serupa dengan penelitian oleh Mishra organ ini adalah organ yang sangat disukai dan
et al (2013) dalam penelitian mereka mengamati disenangi oleh bakteri tuberkulosis.
pasien pada usia ≤ 36 tahun dan 36-65 tahun Pecandu/minum alkohol, pekerjaan dan
bahwa 48 pasien berusia dibawah 36 tahun lingkungan sosial yang mempermudah
(52%), lalu 32 diusia 36 sampai 65 tahun (36%), terjangkitnya penyakit TB (Dasapong et al.,
dan 11 berada dikelompok usia lebih dari 65 2020). Merokok merupakan resiko Tuberkulosis
tahun (12%) dijelaskan bahwa mayoritas pasien (32,8%) lebih tinggi diantara laki-laki, dan
mengalami Efek samping obat (Adverse drug perempuan hanya memiliki resiko paru 8,6%
Reactions) diamati pada pasien dibawah usia 60 dibandingkan laki-laki (Imam et al., 2020).
tahun. Hal ini berbanding lurus dengan penelitian
Mengkaji dari literatur yang digunakan dalam
Imam et al. (2020) bahwa jumlah terbanyak
penelitian ini sebagaimana dinyatakan oleh Kaur
pasien laki-laki yang mengalami efek samping
et al. (2015) bahwa kejadian rata-rata mengalami
dalam kelompok usia produktif (20-29 tahun).
kejadian efek samping obat pada penggunaan
Jenis Kelamin Subyek Penelitian obat antituberkulosis lebih banyak dialami pada
wanita yang disebabkan karena ukuran tubuh dan
Berdasarkan pengelompokkan pasien ini yang berat badannya yang lebih kecil dibandingkan
bertujuan untuk mengetahui kecenderungan pria.
mayoritas mana yang mengalami Efek Samping
obat Anti tuberkulosis antara jenis kelamin Laki- Hal ini sebanding dengan penelitian oleh
laki dan Perempuan. Bisa dilihat pada tabel 2. Shareef et al. (2018) bahwa kemungkinan alasan
tingginya prevalensi efek samping obat yang
merugikan diantara pasien wanita dapat dikaitkan
dengan berbagai faktor misalnya kehamilan yang

398
ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No. 2 (Maret, 2021)

mungkin dapat mengubah respon obat, selain itu, Jenis Obat anti tuberkulosis yang digunakan pada
ukuran tubuh dan berat badan yang berbeda kajian literatur ini bisa dilihat pada tabel Jenis
dibandingkan laki-laki, dan faktor tambahan Obat anti tuberkulosis yang digunakan pada
lainnya. Sedangkan menurut Anusha et al. (2014) kajian literatur ini bisa dilihat pada tabel 3.
bahwa secara umum perempuan dianggap lebih
beresiko terkena efek samping obat dikarenakan Tabel 3. Jenis Obat Antituberkulosis.
ukuran tubuh dan berat badannya yang lebih kecil No.
Peneliti
Jenis OAT
dibandingkan laki-laki. Tetapi pada hasil
penelitiannya mendapatkan pasien pria memiliki 1 Dasopang et al. KDT Kategori 1
insiden mengalami efek samping obat 68,6%
lebih tinggi dibandingkan pasien wanita 31,4% 2 Shareef et al. KDT Kategori 2
dikarenakan kemungkinan pada penelitian ini
memiliki lebih banyak pasien pria dibandingkan 3 Imam et al. Kategori 1
perempuan bisa dilihat pada tabel 1 penelitian
Kategori 2
oleh Anusha et al.
Kategori 3
Hal serupa dengan penelitian Imam et al. 4 Verma et al. KDT Kategori 1
(2020) menyatakan bahwa ada lebih banyak
kasus TB pada laki-laki dibandingkan perempuan 5 Mishra et al. Kategori 1
dan laki-laki memiliki insiden efek samping yang
Kategori 2
lebih tinggi daripada wanita. Dikarenakan
mungkin mayoritas penyakit TB adalah laki-laki 6 Rosyid et al. Kategori 1
disebagian negara. Penelitian mereka juga Kategori 2
menemukan bahwa jumlah terbesar pasien laki-
7 Kaur et al. Kategori 1
laki yang mengalami efek samping dalam
kelompok usia produktif, sedangkan presentase Kategori 2
terendah dari efek samping dilaporkan pada 8 Anusha et al. Kategori 1
pasien termuda / dibawah umur. (Imam et al., Kategori 2
2020).
9 Kumar et al. Kategori 1
Berdasarkan penjabaran diatas dari berbagai Kategori 2
literatur penelitian perbedaan hasil yang didapat
10 Arriaga et al. Kategori 3
bisa dikaitkan dan disebabkan oleh variasi dalam
pengaturan penelitian dalam geografis dan fisik KDT Kategori 1
populasi sampel dan berbagai faktor dari sisi
gaya hidup, status genetik, demografis, dan gizi. Berdasarkan data pada semua kajian literatur
Tetapi secara umum rata-rata kejadian efek menggunakan jenis obat anti tuberkulosis yang
samping obat lebih banyak pada wanita yang sama yaitu golongan OAT lini pertama yang
disebabkan perbedaan berat badan, ukuran dimana untuk menentukan kejadian efek samping
tubuh dibandingkan laki-laki. Tetapi mayoritas apa saja yang dialami oleh penderita penyakit
terserang penyakit Tuberkulosis adalah laki-laki. Tuberkulosis saat penggunaan obat anti
tuberkulosis dalam jangka waktu yang cukup
lama. Obat anti tuberkulosis dapat menyebabkan
Evaluasi Penggunaan Obat Anti-Tuberkulosis
insiden efek samping obat yang tinggi mulai dari
terhadap Kejadian ESO
efek ringan sampai dengan yang parah (Verma et
Evaluasi penggunaan obat antituberkulosis al., 2014).
digunakan oleh pasien Tuberkulosis yang terdiri
Hasil penelusuran literatur menggunakan
dari berbagai jenis obat dengan dosis yang
SINTA, Scopus, Google Scholar, Science Direct,
beragam. Dampak penggunaan Obat
PubMed hingga diperoleh literatur yang sesuai
antituberkulosis tergantung jenis, dosis, maupun
dengan penelitian ini. Hasil penelusuran jurnal
jangka waktu penggunaan obat. Penelitian ini
tercatum pada tabel dibawah ini:
berfokus pada gejala atau kejadian efek samping
obat pada penggunaan obat anti tuberkulosis.

399
Tabel 4. Daftar literatur jurnal

No Peneliti Tipe Jurnal Judul Metode Kesimpulan

1. Dasopan Jurnal Natural Potential side effects of observasi Efek samping yang dominan muncul
g et al. Vol.20,(1) 2020 medicine on patients with prospektif. yaitu gatal, sakit kepala, dan mual
Doi:10.24815/jn.v20il.1 tuberculosis fixed-dose dengan persentase tertinggi 72,7%.
5285 combination in dr. Pirngadi Kausalitas dari algoritma naranjo efek
Hospital, Medan samping obat yang diperoleh dengan
skor 8.
2. Shareef Journal of Applied A Study on Assessment of Observasion Sistem pencernaan adalah sistem yang
et al. Pharmaceutical Adverse Drug Reactions in al prospektif. paling umum menyebabkan reaksi obat
Science Vol. 8(04), pp Patients with Tuberculosis yang merugikan. Sesuai skala naranjo
099-104, April 2018 in a Tertiary Care sebagian besar reaksi kemungkinan
Doi:10.7324/JAPS.201 Teaching Hospital 75,8%, dan diikuti oleh 24,2% mungkin.
8.8414 Tidak ada reaksi yang pasti.
3. Imam et Saudi Pharmaceutical Adverse drug reaction Observasion Menurut skala probilitas naranjo dari
al. Journal 28 (2020) prevalence and al 351 (34,72%) melaporkan efek
https://doi.org/10.1016/ mechanisms of action of samping, 102 (10,09%) pasti, 59
j.jsps.2020.01.011 first-line anti-tubercular (5,83%) kemungkinan, 123 (12,17%)
drugs mungkin, dan 67 (6,63%) diragukan
4. Verma Asian Journal of Adverse Drug Reactions Studi Sistem tubuh yang paling umum
et al. Pharmaceutical and Associated with first-line retrospektif. terserang efek samping obat adalah
Clinical Research anti-tubercular drugs in a sistem hati dan empedu (53,33%),
Vol.7, issue 5, 2014 Tertiary care Hospital of diikuti gastrointestinal (51,11%).
central India: A study of Penilaian kausalitas menggunakan
cilinical Presentations, skala naranjo. Setelah penilaian skor
Causality, and Severity 58,2% itu kemungkinan, 31,86% dari
skor mungkin,
sedangkan 9,8% berada dikategori skor
pasti.
5. Mishra International Journal of A Study of Anti-tubercular Studi klinis ADR yang paling sering adalah Gastritis
et al. Pharmaceutical drug induced Adverse observasion (36,8%), diikuti reaksi kulit & neuropati
Sciences Review and Reactions in Patients al. perifer (10,52%). Mayoritas dari ADR
Research, 21(2), Jul- Attending Pulmonary ditemukan “mungkin” oleh skala WHO-
Aug 2013 Medicine Department of a UMC dan Naranjo.
Tertiary Care Teaching
Hospital
6. Rosyid Jurnal farmasi Gambaran Prospektif Pasien dengan kejadian ROTD
et al. Indonesia, Maret 2019 Pharmacovigilance dan cross meragukan berdasarkan algoritma
Vol. 16 No.1 Hubungan faktor yang sectional. naranjo terdapat 56 responden (60,9%),
mempengaruhi Reaksi pasien dengan kejadian ROTD mungkin
Obat yang tidak diinginkan terdapat 32 (34,8%), dan terdapat 4
(ROTD) pada Pasien pasien (4,3%) pasien dengan kejadian
Peresepan Obat ROTD besar kemungkinan.
Tuberculosis di Rumah
sakit Islam Sultan Agung
Semarang

7. Kaur et Indian Journal of Adverse drug reactions Studi kohort Setelah melakukan penilaian menurut
al. Medical Specialities 6 and risk factor association observasion skala penilaian kausalitas Efek samping
(2015) 51-54 of antitubercular drugs al prospektif pada penelitian ini termasuk dalam
http://dx.doi.org/10.101 during intensive phase of kategori ringan. Kelesuan ditunjukkan
6/j.injms.2015.02.007 DOTS in patients of sebagai ADR tertinggi yang dilaporkan
Northern India dalam penelitian ini sebesar (17,8%)
8. Anusha International Journal of Adverse drug reactions Studi Sistem tubuh yang paling umum terkena
et al. Advanced Research monitoring among TB Prospektif ADR adalah sistem saluran pencernaan
(2014), Vol. 2, Issue patients on anti-tubercular kohort 77,14%. Penilaian kausalitas ADR yang
12, 165-173 drug under RNTCP in dilakukan algoritma naranjo
Pondicherry. menunjukan bahwa 87,6% (21) mungkin
dan 12,5% (3) kemungkinan.
9. Kumar Association of Causality Assessment of Studi Pada penelitian ini kulit adalah sistem
et al. Pharmaceutical Adverse Drug Reactions in pengamatan organ yang paling umum terkena ADR,
Teachers of India. Tuberculosis Patients who prospektif. dan sistem gastrointestinal adalah
Indian Journal of are on Directly Observed sistem organ kedua terbanyak termasuk
Pharmacy Practice, Treatment Short Course mual (11,73%). Penilaian skala naranjo
Vol. 6, Issue 4, Oct- Strategy in Mysore District. menunjukan bahwa dari 128, 119
Dec 2013. (92,97%) adalah mungkin, sedangan 09
(7,03%) adalah kemungkinan.
10. Arriaga Plos One, Desember Impact of the change in the Kohort Pada penelitian ini resiko ADR
et al. 26, 2019 antitubercular regimen retrospektif kemungkinan lebih sering pada pasien
401
ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No. 2 (Maret, 2021)

Doi:https://doi.org/10.1 from three to four drugs on menerima obat RHEZ-FDC


371/journal.pone.0227 cure and frequency of dibandingkan dengan terapi RHZ.
101 adverse reactions in
tuberculosis patients from
Brazil: A rertrospective
cohort study
Jenis efek samping OAT yang paling banyak
dialami oleh penderita Tuberkulosis ialah Mual,
gatal, muntah dan kelesuan. Efek lainnya yaitu
Nyeri sendi, Neuropati perifer, pusing, kurang
nafsu makan, sindrom mirip flu, perubahan
warna urin, Hepatitis, hipersensitif,
Hiperurisemia, Hingga efek samping yang berat
seperti Hepatoksisitas, gangguan penglihatan
dan pendengaran. Bisa dilihat pada Gambar 2.

Berdasarkan penelitian Arriaga et al. (2019)


menunjukkan bahwa pada kelompok obat RHZ
sistem organ yang paling sering terpengaruh
adalah gastrointestinal dan neurologis,
sedangkan untuk kelompok RHEZ-KDT adalah
kulit dan pelengkapnya (Arriaga et al., 2019). Hal
Gambar 1. Sistem tubuh yang sering mengalami serupa dinyatakan pada penelitian Musdalipah et
efek samping OAT. al. (2018) bahwa efek samping yang pertama kali
dirasakan pada saat pertama kali meminum OAT
Dipaparkan pada Gambar 1 dari semua adalah gangguan pencernaan (gastrointestinal)
dan tidak adanya nafsu makan.
sampel literatur penelitian menunjukkan
bahwa Sistem organ tubuh yang umum Dikutip dari Musdalipah et al. (2018) menurut
mengalami dampak akibat efek samping obat Kemenkes RI bahwa timbulnya efek samping
terbesar adalah Gastrointestinal, dan Kulit mual, kurang nafsu makan dan sakit perut
adalah sistem organ tubuh kedua yang disebabkan oleh obat Rifampisin. Efek pusing
terbanyak mengalami efek samping pada dapat disebabkan oleh Streptomisin. Sedangkan
penggunaan OAT. Hal ini sejalan bahwa sistem adanya reaksi gatal dan kesemutan disebabkan
gastrointestinal adalah sistem umum yang sering oleh Isoniazid. Isoniazid sendiri memiliki rumus
terserang efek samping obat pada penggunaan kimia yang sama dengan piridoksin (Vitamin B6)
obat antituberkulosis (Kumar et al., 2013). dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan
interaksi dengan obat yang berakibat defisiensi
vitamin. Oleh sebab itu kekurangan vitamin
dapat memunculkan perasaan tidak sehat,
kelesuaan, lemah, serta hilangnya nafsu makan
(Musdalipah et al., 2018).

Kemungkinan efek samping OAT sangat


dipengaruhi oleh dosis, waktu pemberian, usia,
status gizi, dan riwayat penyakit yang diderita
misalnya gangguan fungsi hati, gangguan fungsi
ginjal, maupun HIV. Potensi efek samping yang
umum pada penggunaan Isoniazid adalah mual,
muntah, dan sakit kepala. Jika ada mual karena
penggunaan Isoniazid dapat diatasi dengan
pemberian omeprazole atau metoklopramid.
Rifampisin dapat menyebabkan urin menjadi
merah dan harus diminum pada saat perut
kosong karena bioavaibilitasnya meningkat.
Gambar 2 Jumlah Frekuensi Jenis Efek Samping Pirazinamid juga sering menyebabkan mual dan
yang sering dialami. muntah, yang dimana pirazinamid adalah

402
ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No. 2 (Maret, 2021)

turunan asam nikotinat yang strukturnya mirip pusing, obat yang diduga penyebabnya yaitu
isoniazid. Etambutol adalah bakteriostatik HRZE. Hal ini sejalan dengan penelitian dari
dengan efek samping mual, muntah, dan Dasopang et al (2020) bahwa semua efek
masalah pada penglihatan. Efek samping ini samping seperti gatal, sakit kepala, mual, nyeri
tergantung pada masing-masing individu itu sendi, perut sakit, ruam, kurang nafsu makan,
sendiri, dan tidak semua individu mengalami efek urin berwarna merah memiliki skor 8 dan kondisi
samping karena penggunaan OAT (Dasopang et yang tidak diinginkan muncul mungkin
al., 2020). merupakan efek samping dari RHZE. Dilihat
pada kajian literatur mayoritas kategori skor pada
Evaluasi Penilaian Kausalitas Algoritma penelitian ini yang didapat yaitu kategori
Naranjo terhadap Efek Samping Obat Anti “Mungkin” dari literatur jurnal penelitian oleh
Tuberkulosis. Anusha et al. Arriaga et al. A & B, Shareef et al,
Verma et al, Rosyid et al, Imam et al dengan
Skala algoritma naranjo digunakan secara persentase yaitu 87,50%, 87,90%, & 97,10%,
luas untuk melakukan penilaian kausalitas 24,20%, 31,86%, 34,80%, dan 12,17%. Skor
terhadap efek samping obat. Didasari pada 10 “Mungkin” berarti bahwa kondisi klinis yang
pertanyaan dan masing-masing diberi poin/skor. muncul pada pasien mungkin merupakan efek
skor tersebut dikategorikan jika skor ≥9 “Pasti”, samping (Dasopang et al., 2020).
“Kemungkinan” skor 5-8, “Mungkin” 1-4,
Meragukan ≤ 0 (Kumar et al., 2013). Rosyid et al. dan Imam et al. memiliki
persentase sebesar 60,9% dan 6,63% pada
kategori skor “Meragukan” yang artinya tidak
terdapat efek samping. Penelitian yang dilakukan
oleh Imam et al. dan Verma et al. terdapat skor
kategori “Pasti” dengan persentase penilaian
kausalitas skala naranjo sebesar 10,09% dan
9,8%. Skor “Pasti” yang berarti bahwa efek
samping obat spesifik yang akan terjadi
(Dasopang et al., 2020). Rata-rata penilaian
kausalitas algoritma naranjo dengan skor “Pasti”
yang terendah.

Berdasarkan Shareef et al. (2018)


menjelaskan bahwa kombinasi HRZE
bertanggung jawab atas banyaknya reaksi efek
samping obat. Terkadang tidak mudah
Gambar 3 Persentase Penilaian Kausalitas membedakan peran yang dimainkan oleh obat.
Algoritma Naranjo. Faktor-faktor termasuk regimen, dosis obat, serta
perbedaan genetik dari populasi penelitian juga
Gambar diatas menyajikan 7 data dari 10 dapat mempengaruhi jumlah reaksi efek samping
jurnal yang menyajikan persentase penilaian yang disebabkan oleh obat (Shareef et al.,
kausalitas dengan skala Naranjo. Terdapat 2018).
sampel literatur jurnal oleh penelitian Kumar et
al, Shareef et al, Verma et al, Anusha et al, KESIMPULAN
Arriaga et al. A & B, Imam et al, dan Rosyid et al
yang melaporkan persentase cukup tinggi yaitu Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
100%, 75,80%, 58,20%, 12,50%, 12,10% & rata-rata yang mengalami efek samping obat
2,40%, 5,83%, dan 4,30% pada kategori skor adalah wanita dibandingkan laki-laki, dan
“kemungkinan”. Hal ini berarti bahwa berdasarkan persentase terbesar sistem organ
kemungkinan keadaan yang tidak diharapkan tubuh yang mengalami efek samping obat adalah
dan tidak diinginkan merupakan efek samping gastrointestinal, dan kulit yang paling sering
dari obat yang dicurigai (Dasopang et al., 2020). menyebabkan reaksi efek samping. Jenis
manifestasi yang umum dan dominan dialami
Menurut Rosyid et al (2019) skor adalah mual, gatal, dan kelesuan. Efek samping
kemungkinan gejala yang didapat yaitu gatal dan yang didapat tergantung pada masing-masing
403
ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No. 2 (Maret, 2021)

individu itu sendiri, dan tidak semua individu Dasopang, E. S., Hasanah, F., Nisak, C., Tjut,
mengalami efek samping karena penggunaan U., Dhien, N., Gatot, J., Gg, S., No, R., &
OAT. Pembahasan, H. D. A. N. (2019). Analisis
deskriptif efek samping penggunaan obat
anti tuberculosis pada pasien tbc di rsud dr .
Pirngadi medan The bacteria
DAFTAR PUSTAKA Mycobacterium tuberculosis causes
Abbas, A. (2017). Monitoring Efek Samping Obat tuberculosis . That bacteria is a very strong
Anti-Tuberkulosis (OAT) Pada Pengobatan bacterium , so it should used some
Tahap Intensif Penderita TB Paru Di Kota antibiotics to k. 2(1), 44–49.
Makassar. Journal of Agromedicine and Imam, F., Sharma, M., Khayyam, K. U., Al-Harbi,
Medical Sciences, 3(1),19. N. O., Rashid, M. K., Ali, M. D., Ahmad, A.,
https://doi.org/10.19184/ams.v3i1.4093 & Qamar, W. (2020). Adverse drug reaction
Anusha N, Isabella Topno, A. J. P. (2014). prevalence and mechanisms of action of
Adverse drug reactions monitoring among first-line anti-tubercular drugs. Saudi
TB patients on anti-tubercular drugs under Pharmaceutical Journal, 28(3), 316–324.
RNTCP in Pondicherry. International https://doi.org/10.1016/j.jsps.2020.01.011
Journal of Advanced Research, 2(12), 165– Kaur, A., Mahajan, B., Gupta, N., Kaushal, S., &
173. Soni, R. K. (2015). Adverse drug reactions
Ariyani, H. (2016). Hubungan Tingkat and risk factor association of antitubercular
Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pada drugs during intensive phase of DOTS in
Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru Di patients of northern India. Indian Journal of
Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin, Medical Specialities, 6(2), 51–54.
Kalimantan Selatan. Jurnal Pharmascience, https://doi.org/10.1016/j.injms.2015.02.007
3(2), 23–28. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Arriaga, M. B., Torres, N. M. C., Araujo, N. C. N., (2011). Pedoman Nasional Pengendalian
Caldas, S. C. C., Andrade, B. B., & Netto, E. Tuberkulosis-Keputusan Menteri Kesehatan
M. (2019). Impact of the change in the Republik Indonesia Nomor 364.
antitubercular regimen from three to four Kementerian Kesehatan Republik
drugs on cure and frequency of adverse Indonesia, Pengendalian
reactions in tuberculosis patients from Tuberkulosis,110.http://www.dokternida.rek
Brazil: A retrospective cohort study. PLoS ansejawat.com/dokumen/DEPKES-
ONE,14(12),1–13. Pedoman-Nasional-Penanggulangan-TBC-
https://doi.org/10.1371/journal.pone.022710 2011-Dokternida.com.pdf
1 Kumar, M. B., Mathew, S., Ramesh, S., D, U. M.,
Belhekar, M. N., Taur, S. R., & Munshi, R. P. Hymavathi, R., & Ms, S. (2013). Causality
(2014). A study of agreement between the Assessment of Adverse Drug Reactions in
Naranjo algorithm and WHO-UMC criteria Tuberculosis Patients who are on Directly
for causality assessment of adverse drug Observed Treatment Short Course Strategy
reactions. Indian Journal of Pharmacology, in Mysore District. 22–26.
46(1), 117–120. Mursyaf, N. A. S., Nurdiyanah, & Ibrahim, H.
https://doi.org/10.4103/0253-7613.125192 (2018). Keberhasilan Pengobatan
Dasopang, E. S., Hasanah, F., Fauziah, I., Tuberkulosis ( TB ) Paru di Wilayah Kerja
Salman, S., & Bakri, T. K. (2020). Potential Puskesmas Panambungan Kota Makassar.
side effects of medicine on patients with Higiene, 4, 32–40. journal.uin-
tuberculosis fixed-dose combination in dr. alauddin.ac.id/index.php/higiene/article/dow
Pirngadi Hospital, Medan. Jurnal Natural, nload/5837/5068
20(1), 10–14. Musdalipah; Nurhikmah, Eny; Karmilah,
https://doi.org/10.24815/jn.v20i1.15285 Fakhrurazi, M. (2018). Efek Samping Obat
404
ISSN : 2598-2095 Vol. 4 No. 2 (Maret, 2021)

Anti Tuberkulosis ( Oat ) Dan


Penanganannya Pada Pasien Tuberkulosis
( Tb ) Di Puskesmas Perumnas Kota
Kendari. Jurnal Imiah Manuntun, 4(1), 67–
73.
http://jurnal.akfarsam.ac.id/index.php/jim_ak
farsam/article/view/144

Rosyid, A., & Roshani, D. F. (2019). Gambaran


pharmacovigilance dan hubungan faktor
yang mempengaruhi reaksi obat yang tidak
diinginkan (rotd) pada pasien peresepan
obat tuberculosis di rumah sakit islam sultan
agung semarang. Jurnal Farmasi Indonesia,
16(1), 56-63.

Seniantara, I. K., Ivana, T., & Adang, Y. G.


(2018). Pengaruh Efek Samping Oat (Obat
Anti Tuberculosis) Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien Tbc Di
Puskesmas. Jurnal Keperawatan Suaka
Insan (JKSI), 3(2), 1–12.

Shareef, J., Nandakumar, U. P., & Bhat, M.


(2018). A study on assessment of adverse
drug reactions in patients with tuberculosis
in a tertiary care teaching hospital. Journal
of Applied Pharmaceutical Science, 8(4),
99–104.
https://doi.org/10.7324/JAPS.2018.8414

Verma, R., Gr, M., Shrivastava, A. K., & Pathak,


P. (2014). Adverse drug reactions
associated with firstline antitubercular drugs
in a tertiary care hospital of central India: A
study of clinical presentations, causality,
and severity. Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research, 7(5),
140–143.

WHO. (2019a). Country Profiles. OECD SME


and Entrepreneurship Outlook 2019, 189–
249. https://doi.org/10.1787/10f0b36a-en

WHO. (2019b). Global Tuberculosis Report


2019. World Health Organization.
https://www.who.int/tb/global-report-2019

Wiyati, T., Irawati, D., & Budiyono, I. I. (2014).


Studi Efek Samping Obat dan
Penanganannya Pada Pasien TB Paru di
Puskesmas Melong Asih, Cimahi.
Pharmaceutical Science and Technology,
III(1), 23–30

405

Anda mungkin juga menyukai