Anda di halaman 1dari 10

Majalah Farmaseutik Vol. 17 No.

1: 149-158
ISSN-p : 1410-590x
ISSN-e : 2614-0063

Hubungan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Batuk


OTC (Over The Counter) dengan Faktor Demografi pada
Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta

Correlation Between Knowledge about The Use of Cough Medicine and


Demographic in Students of Nahdlatul Ulama University of Yogyakarta

Listiana Hidayati*, Amrina Amalia Yogananda1


Prodi Farmasi, Fakultas Industri Halal, Universitas Nahdlatul Ulama Yogayakarta
Corresponding author: Listiana Hidayati: Email: listiana_hidayati@unu-jogja.ac.id
Submitted: 07-12-2020 Revised: 16-12-2020 Accepted: 16-12-2020

ABSTRAK
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada dan refleks
fisiologis yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk merupakan gejala
tersering penyakit pernapasan dan masalah yang sering kali dihadapi dokter dalam praktik sehari-
hari di Indonesia. Pengobatan batuk biasanya dilakukan dengan pengobatan sendiri atau
swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit
ringan yang dialami seseorang dengan menggunakan obat herbal, obat tradisional maupun modern
dengan tanpa adanya intervensi dari tenaga medis seperti dokter. Pengetahuan swamedikasi sendiri
kemungkinan berhubungan dengan faktor demografi seperti kluster, tahun angkatan, dan jenis
kelamin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat batuk pada
responden, gambaran tingkat pengetahuan responden serta hubungan faktor demografi dengan
tingkat pengetahuan responden dalam penggunaan obat batuk. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analitik bersifat non-eksperimental melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner yang berisi
24 pertanyaan terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Penelitian dilakukan di Universitas
Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Jumlah sampel yang digunakan adalah 319 responden. Data primer
selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan analisis bivariat dengan Chi-Square test. Hasil penelitian
menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan responden dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu
baik, sedang, dan kurang. Berdasarkan hasil uji bivariat diketahui faktor klaster berhubungan dengan
tingkat pengetahuan mengenai penggunaan obat batuk dengan nilai p ≤ 0,05. Tahun angkatan dan
jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan responden mengenai
penggunaan obat batuk.
Kata kunci: Pengetahuan; Obat Batuk; Swamedikasi

ABSTRACT
Coughing is a reflex of the body's defense when the airway is being penetrated by a foreign
object that irritates or come in contact with the airway walls. In Indonesia, the treatment of cough is
usually done with medication alone or self medication. Self medication is usually done to address
complaints and minor ailments experienced by a person with the use of herbal medicine, traditional
medicine and modern with no intervention from medical personnel such as doctors. Swamedikasi
knowledge itself is likely related to demographics such as clusters, year of class, and gender. This
study was conducted to describe the use of cough medicine on the respondents, the picture of the
level of knowledge and the relationship between demographic factors with the level of knowledge in
the use of cough medicine. This research used descriptive analytical method in nature of non-
experimental by distributing questionnaires. The questionnaire contained 24 questions which were
first tested for validity and reliability. Research conducted at the Nahdlatul Ulama University of
Yogyakarta. The number of samples was 319 respondents. Primary data was then analyzed with
descriptive and bivariate analysis of Chi-Square test. The level of knowledge of respondents was
grouped into three categories: good, moderate, and less. Based on the test results were known
bivariate gender factor and cluster related to levels of knowledge about the use of cough medicines,

MF Vol 17 No 1, 2021 | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.62011 149


Listiana Hidayati, et al

with a p-value ≤ 0,05. Meanwhile, grade and gender has no correlation with the level of knowledge
about the use of cough medicine.
Keywords: Knowledge; Cough Medicine; Self-Medication

PENDAHULUAN Obat batuk yang banyak diiklankan dan


Diabetes melitus (DM) merupakan diperoleh tanpa resep dokter memiliki 2 jenis
Batuk merupakan upaya pertahanan paru yaitu ekspektoran untuk batuk berdahak dan
terhadap berbagai rangsangan yang ada dan antitusif untuk batuk kering. Batuk berdahak
refleks fisiologis yang melindungi paru dari lebih sering terjadi karena adanya dahak pada
trauma mekanik, kimia, dan suhu. Batuk tenggorokan dan karena adanya paparan debu,
menjadi patologis bila dirasakan sebagai lembab berlebihan dan sebagainya. Batuk tidak
gangguan. Batuk sering merupakan tanda berdahak (batuk kering) yaitu batuk yang
suatu penyakit di dalam atau di luar paru dan terjadi karena tidak adanya sekresi saluran
kadang merupakan gejala awal dari suatu nafas, iritasi pada tenggorokan, sehingga
penyakit (Tamaweol et al.,2016). Batuk timbul rasa sakit (Djunarko & Hendrawati,
merupakan penyakit umum yang dialami oleh 2011). Antitusif berguna untuk menekan
masyarakat yang membuat industri farmasi refleks batuk, sedangkan ekspektoran untuk
berlomba-lomba untuk memproduksi dan merangsang dahak dikeluarkan dari saluran
memasarkan obat batuk over the counter (OTC) pernafasan dan mukolitik untuk
yang bisa dibeli bebas tanpa resep dokter. mengencerkan dahak. Antitusif diberikan
Pengobatan batuk dapat dilakukan dengan kepada penderita batuk yang tidak berdahak,
mudah karena obat batuk banyak dijual bebas sedangkan ekspektoran dan mukolitik
sehingga masyarakat terdorong untuk diberikan kepada penderita batuk yang
melakukan pengobatan sendiri. Tujuan berdahak (Corelli, 2007).
pengobatan sendiri (swamedikasi) untuk Keterbatasan pengetahuan masyarakat
mengatasi dan menanggulangi secara cepat tentang obat dan penggunaannya merupakan
dan efektif keluhan yang tidak memerlukan penyebab terjadinya kesalahan pengobatan
konsultasi medi mengurangi beban biaya dan dalam swamedikasi. Keterbatasan tersebut
meningkatkan keterjangkauan masyarakat dapat menyebabkan rentannya masyarakat
terhadap pelayanan medis (Supardi dan terhadap informasi komersial obat, sehingga
Notosiswoyo, 2005). memungkinkan terjadinya pengobatan yang
Produk farmasi over the counter (OTC) tidak rasional jika tidak diimbangi dengan
merupakan produk yang menjadi alternatif pemberian informasi yang benar. Dari uraian-
awal pasien ketika mengalami gejala penyakit uraian tersebut, penulis tertarik untuk
tertentu. Menurut Burhanudin (2014), pada mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa
Agustus 2013 produk OTC mengalami Universitas Nahdlatul Ulama (UNU)
peningkatan sebesar 10%, yakni dua kali lipat Yogyakarta terhadap penggunaan obat batuk
dibandingkan dengan periode yang sama tahun dan akan dilihat hubungan dari faktor
sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi pada demografi mahasiswa dengan tingkat
berbagai obat OTC termasuk obat batuk. Pada pengetahuan penggunaan obat batuk OTC.
segmen obat batuk, terjadi peningkatan
pembelanjaan sebesar 8,7%, sebagian besar METODOLOGI
konsumen memilih menggunakan obat batuk Metode penelitian yang dipilih adalah
dengan betuk sediaan sirup. Terjadi metode survei analitik (non-eksperimental).
peningkatan signifikan pada konsumsi obat Penelitian non eksperimental karena tidak
batuk tablet sebesar 25%, sedangkan dilakukan pemberian tindakan kepada
peningkatan pada konsumsi obat batuk sirup responden, namun hanya pengambilan data
hanya sebesar 6,6%. Tempat pembelian masih atas pengalaman yang dialami responden.
didominasi oleh toko dan warung, di kedua Metode pengumpulan data yang digunakan
tempat ini sebesar 47,5% obat batuk dibeli adalah dengan metode survei menggunakan
dalam betuk sirup dan 89,2% dibeli dalam kuesioner sebagai alat yang digunakan untuk
bentuk tablet. memperoleh data (Nawawi & Hadari, 2006).

150 MF Vol 17 No 1, 2021


Hubungan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Batuk OTC (Over The Counter)

Tabel I. Faktor Demografi Responden


Faktor Demografi Jumlah (N) Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 126 39.5
Perempuan 193 60.5
Tahun Angkatan 2017 102 32
2018 91 28.5
2019 126 39.5
Kluster Kesehatan 60 18.8
Agro 66 20.7
Saintek 61 19.1
Soshum 132 41.4

Pengumpulan data dilakukan dengan soshum. Metode yang digunakan untuk


penyebaran kuesioner yang berisi pertanyaan mendapatkan jawaban dari responden yakni
terkait. Responden mengisi kuesioner dengan responden mengisi kuesioner secara langsung
memberikan checklist dan memilih satu dan melalui google formulir. Data primer
jawaban yang sesuai pada tempat yang telah selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan
disediakan. analisis bivariat dengan Chi square test.
Pengambilan sampel dilakukan dengan Analisis deskriptif pada data demografi dan
teknik purposive sampling pada mahasiswa data perilaku. Uji Chi-Square untuk mengetahui
Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta yang pengaruh faktor demografi terhadap
terbagi dalam 4 kluster. Jumlah sampel yang pengetahuan responden.
digunakan adalah 319 responden. Data primer
selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis bivariat dengan Chi-Square test. Karakteristik Demografi Responden
Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas pada Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
30 responden yang memiliki kriteria serupa data karakteristik responden meliputi kluster,
dengan sampel. Data yang diperoleh tahun angkatan dan jenis kelamin. Total
selanjutnya dilakukan penghitungan total skor responden pada penelitian ini berjumlah 319
jumlah jawaban benar, berdasarkan jumlah responden yang tersebar di Universitas
tersebut disusun menjadi tiga tingkat Nahdlatul Ulama Yogyakarta.
pengetahuan yaitu kurang, sedang, tinggi. Dari jumlah diatas responden paling
banyak dengan jenis kelamin perempuan
Jalannya Penelitian 60,5% dan tahun angkatan 2019. Responden
Pembuatan Kuesioner meliputi data dari kluster soshum paling banyak 132
demografi, data perilaku dan pertanyaan mewakili 41,4%.
pengetahuan. Data primer dikumpulkan
melalui penyebaran angket kuesioner yang Gambaran Pengetahuan Penggunaan Obat
berlangsung dari bulan Agustus hingga Batuk Responden
Oktober 2020. Pengumpulan data dilakukan Pertanyaan ini diberikan untuk
dengan metode purposive sampling dan alat mengetahui gambaran pengetahuan
yang digunakan yaitu kuesioner. Sebelum mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama
penyebaran dimulai, peneliti melakukan Yogyakarta terutama pada angkatan 2017-
penelitian pendahuluan dengan minimal 30 2019 dalam memahami penggunan obat batuk,
responden. Tujuannya adalah untuk mencoba untuk mengetahui tingkat pengetahuan
validitas dari kuesioner yang akan digunakan. tersebut diberikan 24 pertanyaan yang telah
Setelah itu, uji validitas dan reliabilitas lolos pada uji validitas dan realibilitas.
dilaksanakan. Penyebaran Kuesioner dalam 4 Terdapat sepuluh aspek pertanyaan
Kluster yaitu agro, kesehatan, saintek dan dengan jumlah total sebanyak 24 pertanyaan

MF Vol 17 No 1, 2021 151


Listiana Hidayati, et al

yang diberikan kepada responden. Pertanyaan dan sakit tetap berlanjut, maka segera
yang memiliki kisi sama dikelompokkan. konsultasikan kepada dokter (Depkes, 2008).
Tujuannya adalah untuk memudahkan saat Menurut tabel II, pengetahuan mahasiswa
pembahasan mengenai pentingnya masing- terhadap ketepatan upaya tindak lanjut
masing pertanyaan. Dalam kuesioner ini terdiri tergolong baik dengan nilai 3,4. Dari hasil
dari 10 aspek pertanyaan yang ditanyakan penelitian pada Tabel III, sebanyak 92,2%
kepada responden. Pada aspek pertama mahasiswa mengerti bahwa batuk yang
berkaitan dengan pengetahuan responden berlangsung lebih dari 3 minggu harus
mengenai definisi batuk. Pertanyaan ini dikonsultasikan kepada dokter, belum sembuh
penting untuk ditanyakan karena berhubungan dapat berkunjung ke dokter. Hampir
dengan pengetahuan responden tentang semua mahasiswa menjawab benar
definisi batuk dan perbedaan antara batuk sehingga dapat disimpulkan bahwa
berdahak dan batuk kering. responden sudah memiliki pengetahuan yang
Pertanyaan pada aspek kedua berkaitan baik mengenai tepat tindak lanjut
dengan cara pemberian obat yang berkaitan swamedikasi.
dengan adanya keefektifan dari obat. Bila tidak Aspek kelima membahas mengenai
dilakukan sesuai petunjuk dari penggunaan ketepatan interval waktu pemberian. Interval
dikhawatirkan pengobatan tidak maksimal waktu pemberian penting diketahui karena
(Depkes, 2008). Menurut Tabel II, pengetahuan berkaitan dengan keberadaan obat dalam
mahasiswa terhadap cara pemberian obat tubuh (Depkes, 2008). Pada aspek kelima tepat
tergolong baik. interval waktu pemberian obat dalam
Aspek ketiga berkaitan tentang mengkonsumsi obat batuk sampai habis dan
pentingnya membaca etiket dan brosur obat minum obat batuk 3 kali sehari dalam 8 jam
pada swamedikasi. Sebab dari etiket dan brosur, mempunyai tingkat pengetahuan sedang. Hal
informasi mengenai obat, dosis, aturan pakai, ini ditunjukkan dengan mahasiswa yang benar
lama penggunaan, efek samping, kontraindikasi menjawab 76,2%.
dan peringatan dapat diketahui (Depkes, 2008). Menurut tabel II, pengetahuan
Menurut Tabel II, pengetahuan mahasiswa mahasiswa terhadap ketepatan interval waktu
terhadap etiket dan brosur obat tergolong baik. pemberian tergolong sedang dengan nilai rata-
Semua produk obat bebas dan obat bebas rata 2,89. Secara umum di masyarakat bila
terbatas yang dijual pada umumnya dilengkapi tertulis aturan pakai tiga kali sehari diartikan
dengan etiket obat. Dari hasil penelitian, obat diminum pagi, siang dan malam. Namun
terdapat 98,5% responden menjawab dengan sebenarnya pengertian tersebut kurang tepat,
benar pada pertanyaan pentingnya membaca karena yang dimaksud sesungguhnya dari 3
informasi pada kemasan sebelum mengonsumsi kali sehari adalah pemakaian obat sebanyak 3
obat dan 97,8% responden menjawab dengan kali dengan rentang waktu yang sama selama
benar pada pertanyaan efek samping. sehari penuh, artinya obat dikonsumsi setiap 8
Persentase tersebut menggambarkan jam (Tan dan Rahardja, 1993). Pentingnya
bahwa hampir semua mahasiswa Universitas mengetahui interval waktu minum obat adalah
Nahdlatul Ulama Yogyakarta telah mengetahui untuk menjaga ketersediaan obat di dalam
pentingnya membaca etiket sebelum tubuh. Tujuan obat diminum dua kali atau tiga
melakukan swamedikasi. Membaca etiket kali adalah untuk menjaga agar obat dalam
penting untuk dilakukan agar pengguna tidak tubuh berada pada kisaran terapi. Hal ini
salah dalam melakukan pengobatan, karena berarti responden masih belum maksimal
informasi yang ada di dalam etiket cukup untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang
menjamin keamanan pengobatan sendiri yang interval waktu untuk minum obat batuk
dilakukan ketika seseorang tidak dapat tersebut. Apoteker harus memberikan
menjangkau apoteker atau tenaga kesehatan informasi yang jelas ketika masyarakat akan
lain (Arviana, 2014). membeli obat. Selain itu, sebanyak 76,2%
Aspek keempat berkaitan dengan responden mengerti jika obat batuk yang dijual
ketepatan melakukan upaya tindak lanjut. bebas tidak perlu diminum sampai habis ketika
Apabila pengobatan sendir i telah dilakukan batuk telah sembuh.

152 MF Vol 17 No 1, 2021


Hubungan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Batuk OTC (Over The Counter)

Tabel IIa. Gambaran Pengetahuan tentang Penggunaan Obat Batuk pada Mahasiswa
Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta
Nilai Rata
Domain No Pertanyaan Kategori
Rata
Pengetahuan 1 Batuk merupakan mekanisme pertahanan
tubuh di saluran pernapasan dan merupakan 3,24 Baik
gejala suatu penyakit
2 Batuk berdahak adalah batuk yang banyak
3,4 Baik
mengeluarkan lender
Tepat cara 3 Supaya batuk lebih cepat sembuh, obat
pemberian batuk boleh diminum melebihi takaran yang 3,19 Baik
(Depkes, ditentukan
2008) 4 Obat batuk selalu diminum setelah makan 2,01 Sedang
5 Jika sulit menelan tablet, obat batuk dapat
3,5 Baik
diberikan dalam bentuk sirup
Etiket dan 6 Sebelum minum obat batuk, saya membaca
3,56 Baik
brosur peringatan yang tertera pada bungkus obat
(Depkes, 7 Efek samping suatu obat dapat diketahui
2008) dari keterangan yang tercantum di kemasan 3,45 Baik
atau brosur obat
Tepat dan 8
Dalam mengobati sendiri, bila batuk lebih
tindak lanjut
dari 3 hari tidak sembuh harus periksa ke 3,4 Baik
(Depkes,
dokter
2008)
Tepat interval 9 Dosis pemakaian obat batuk untuk dewasa
3,21 Baik
waktu umumnya tiga kali sehari
pemberian 10 Saya terbiasa mengonsumsi obat batuk
2,5 Sedang
(Depkes, sampai habis
2008) 11 Jika saya minum obat 3x sehari maka saya
2,95 Sedang
minum obat tiap 8 jam
Tepat 12 Obat batuk untuk mengobati batuk kering
pemilihan sama dengan obat batuk untuk mengobati 2,89 Sedang
obat(Depkes, batuk berdahak
2008) 13 Saya membeli obat batuk karena obat
tersebut dapat menyembuhkan semua 3,01 Baik
penyakit saya
14 Saya selalu membeli obat batuk karena obat
2,86 Sedang
tersebut harganya paling murah
Penyimpanan 15 Keefektivan obat tidak dipengaruhi oleh
2,77 Sedang
obat (Depkes, tempat dan cara penyimpanannya
2008) 16 Obat batuk disimpan ditempat yang sejuk
3,43 Baik
dan terhindar dari sinar matahari langsung
Waspada efek 17 Jika saya memiliki alergi terhadap
samping kandungan obat batuk. Maka saya, tidak
3,16 Baik
(Depkes, perlu konsultasi ke dokter atau apoteker
2008) untuk membeli obat batuk tersebut
18 Pada kemasan obat tertulis efek samping
obat batuk mengantuk, maka obat diminum 3,45 Baik
saat tidak membawa kendaraan
19 . Tidak ada efek samping yang ditimbulkan
jika terlalu lama mengonsumsi obat batuk 3,12 Baik
yang dijual di pasaran

MF Vol 17 No 1, 2021 153


Listiana Hidayati, et al

Tabel IIb. Gambaran Pengetahuan tentang Penggunaan Obat Batuk pada Mahasiswa
Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta

Nilai Rata
Domain No Pertanyaan Kategori
Rata
Kadaluarsa 20 Obat batuk sirup sudah berubah warna,
3,52 Baik
dan obat rusak obat tidak boleh diminum
(Depkes, 21 Obat batuk yang sudah melebihi tanggal
3,68 Baik
2008) kadaluarsa tidak boleh diminum
22 Obat batuk cair masih dapat digunakan
3,18 Baik
setelah dibuka lebih dari 2 bulan
Tepat 23 Batuk pada ibu hamil dapat diberikan
3,28 Baik
penilaian obat batuk yang tersedia dipasaran
kondisi pasien 24 Obat batuk dewasa dapat digunakan
3,58 Baik
(Depkes,2008) untuk anak dibawah 2 tahun

Tabel IIIa. Daftar Pernyataan dan Persentase Kuesioner Gambaran Pengetahuan


Persentase Setiap
No Pertanyaan Kategori (%) Total
SS S TS STS
1 Batuk merupakan mekanisme pertahanan
tubuh di saluran pernapasan dan merupakan 29,5 64,3 6 0,2 100
gejala suatu penyakit
2 Batuk berdahak adalah batuk yang banyak
51,7 42 3,4 2,9 100
mengeluarkan lender
3 Supaya batuk lebih cepat sembuh, obat batuk
boleh diminum melebihi takaran yang 5,1 7,8 45,4 41,7 100
ditentukan
4 Obat batuk selalu diminum setelah makan 22,6 54,2 21,6 1,6 100
5 Jika sulit menelan tablet, obat batuk dapat
50,2 48,9 0,9 0 100
diberikan dalam bentuk sirup
6 Sebelum minum obat batuk, saya membaca
57,7 40,8 0,9 0,6 100
peringatan yang tertera pada bungkus obat
7 Efek samping suatu obat dapat diketahui dari
keterangan yang tercantum di kemasan atau 48,6 49,2 1,9 0,3 100
brosur obat
8 Dalam mengobati sendiri, bila batuk lebih dari
48,9 43,3 6,9 0,9 100
3 hari tidak sembuh harus periksa ke dokter
9 Dosis pemakaian obat batuk untuk dewasa
30,1 62,7 6,6 0,6 100
umumnya tiga kali sehari
10 Saya terbiasa mengonsumsi obat batuk sampai
8,7 37,3 48 6 100
habis
11 Jika saya minum obat 3x sehari maka saya
22,3 53,9 19,4 4,4 100
minum obat tiap 8 jam
12 Obat batuk untuk mengobati batuk kering sama
dengan obat batuk untuk mengobati batuk 5,6 16,9 59,9 17,6 100
berdahak
13 Saya selalu membeli obat batuk karena obat
tersebut dapat menyembuhkan semua penyakit 2,5 20,7 49,2 27,6 100
saya
14 Saya selalu membeli obat batuk tersbut karena
5,6 20,4 55,5 18,5 100
obat tersebut harganya paling murah

154 MF Vol 17 No 1, 2021


Hubungan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Batuk OTC (Over The Counter)

Tabel IIIb. Daftar Pernyataan dan Persentase Kuesioner Gambaran Pengetahuan


Persentase Setiap
No Pertanyaan Kategori (%) Total
SS S TS STS
15 Keefektivan obat tidak dipengaruhi oleh tempat
8,1 22,6 52,7 16,6 100
dan cara penyimpanannya
16 Obat batuk disimpan ditempat yang sejuk dan
47,3 49,5 1,6 1,6 100
terhindar dari sinar matahari langsung
17 Jika saya memiliki alergi terhadap kandungan
obat batuk. Maka saya, tidak perlu konsultasi ke
5,1 12,5 44,8 37,6 100
dokter atau apoteker untuk membeli obat batuk
tersebut
18 Pada kemasan obat tertulis efek samping obat
batuk mengantuk, maka obat diminum saat 51,7 41,4 6,3 0,6 100
tidak membawa kendaraan
19 Tidak ada efek samping yang ditimbulkan jika
terlalu lama mengonsumsi obat batuk yang 1,6 10,3 62,7 25,4 100
dijual di pasaran

Aspek keenam berkaitan dengan diketahui agar pada pelaksanaan swamedikasi,


pemilihan obat. Obat yang dipilih dalam obat yang digunakan terjamin keefektifannya
swamedikasi harus memiliki efek terapi yang (Depkes, 2008). Menurut Tabel II, pengetahuan
sesuai dan paling efektif menyembuhkan mahasiswa terhadap penyimpanan obat
penyakit (Depkes, 2008). Menurut Tabel II, tergolong sedang. Dari hasil penelitian, 69,2%
pengetahuan mahasiswa terhadap pemilihan responden setuju bahwa keefektifan obat
obat tergolong baik dengan nilai rata-rata 2,92. dipengaruhi oleh tempat dan cara
Dari hasil penelitian untuk pertanyaan nomor penyimpanannya. Responden sudah paham
12 memiliki persentase 77,5%, dapat mengenai pentingnya menyimpan obat dengan
disimpulkan bahwa responden mengetahui baik dan benar. Cara penyimpanan suatu obat
bahwa obat untuk batuk berdahak tidak sama berbeda-beda tergantung sifat fisika dan kimia
dengan obat untuk batuk kering. Hal ini penting dari zat aktif yang terkadung di dalamnya.
untuk diketahui agar responden tidak asal Biasanya cara menyimpan suatu obat dapat
memilih obat batuk yang digunakan ketika dibaca pada kemasan obat. Aspek kedelapan
sedang batuk. Obat batuk yang sesuai dengan membahas mengenai waspada dari efek
jenisnya dapat mempercepat proses samping. Penting untuk mengetahui efek
kesembuhan. Obat dengan harga yang rendah samping karena dapat membuat masyarakat
kebanyakan dipilih oleh masyarakat dengan memilih obat yang lebih cocok bagi dirinya,
berbagai macam sakit yang diderita. sebab efek samping muncul berbeda-beda pada
Pertimbangannya adalah obat tersebut manjur setiap individunya (Mariyono dan Suryana,
dalam kondisi apapun 74% responden tidak 2008). Pertanyaan nomor 17 berkaitan dengan
setuju dengan hal ini. Responden masih alergi suatu obat. Dari hasil penelitian, 82,4%
meyakini bahwa obat yang cocok digunakan responden mengerti jika memiliki alergi
adalah obat yang sesuai dengan sakit yang terhadap kandungan obat, maka sebelum
diderita, tidak melihat dari harga yang rendah. membelinya harus konsultasi terlebih dahulu
Begitu juga dengan pertanyaan nomor 13, kepada apoteker atau dokter, sebanyak 17,6%
sebanyak 76,8% responden tidak setuju bahwa menganggap jika mereka alergi terhadap
obat batuk dapat menyembuhkan semua kandungan dari obat batuk tersebut tidak perlu
penyakit yang diderita. untuk konsultasi. Padahal jika meremehkan hal
Aspek ketujuh membahas mengenai tersebut dapat membahayakan keselamatan
penyimpanan obat. Penyimpanan obat penting mereka. Bahaya mengonsumsi obat batuk

MF Vol 17 No 1, 2021 155


Listiana Hidayati, et al

Tabel IV. Tabel Hubungan Demografi Terhadap Gambaran Tingkat Pengetahuan


Responden
Tingkat Pengetahuan
Variabel Keterangan Baik Sedang Kurang P-Value
N(%) N(%) N(%)
Kluster Agro 44(66,7) 22(33,3) 0(0)
Kesehatan 56 (93,3) 4 (6,7) 0(0)
0,000
Saintek 33(54,1) 28(45,9) 0(0)
Soshum 92(69,7) 40(30,3) 0(0)
Jenis Laki-laki 82(65,1) 44(34,9) 0(0)
0,085
Kelamin Perempuan 143(74,1) 50(25,9) 0(0)
Tahun 2017 73(71,6) 29(28,4) 0(0)
2018 70(76,9) 21(23,1) 0(0) 0,398
2019 82(65,1) 44(34,9) 0(0)

bebas juga ada jika terlalu sering Yogyakarta. Seperti yang terlihat pada Tabel IV,
mengonsumsinya. Dapat dilihat pada responden klaster agro memiliki tingkat
pertanyaan nomor 19, sebanyak 88,1% pengetahuan baik dengan persentase 66,7%,
responden paham mengenai efek samping tingkat pengetahuan sedang dengan
menggunakan obat bebas jika terlalu lama persentase 33,3% dan tingkat pengetahuan
mengonsumsinya. kurang dengan persentase 0%. Klaster
Aspek kesembilan kadaluarsa dan obat kesehatan memiliki tingkat pengetahuan baik
rusak mahasiswa mempunyai pengetahuan dengan persentase 93,3%, tingkat
yang baik. Pertanyaan nomor 21 sebanyak pengetahuan sedang dengan persentase 6,7%
94,1% responden menjawab benar bahwa obat dan tingkat pengetahuan kurang dengan
yang sudah melebihi tanggal kadaluarsa tidak persentase 0%. Klaster soshum memiliki
boleh diminum karena berbahaya bagi pasien. tingkat pengetahuan baik dengan persentase
Pengetahuan mahasiswa dari aspek kesepuluh, 69,7%, tingkat pengetahuan sedang dengan
yaitu tepat penilaian kondisi menunjukkan persentase 30,3% dan tingkat pengetahuan
hasil baik. Hal ini dapat dilihat responden yang kurang dengan persentase 0%. Klaster saintek
menjawab benar pertanyaan nomor 23 memiliki tingkat pengetahuan baik dengan
sebanyak 92,4%. Responden juga memahami persentase 54,1%, tingkat pengetahuan sedang
batuk yang terjadi pada ibu hamil tidak boleh dengan persentase 45,9% dan tingkat
menggunakan obat batuk yang tersedia di pengetahuan kurang dengan persentase 0%.
pasaran karena dapat mempengaruhi janin Dari tabel dapat dilihat persentase jumlah
yang dikandung ibu hamil. responden dari klaster kehatan yang
pengetahuannya baik paling banyak yaitu
Hubungan Demografi Terhadap Gambaran sebesar 93,3% dan yang paling rendah klaster
Pengetahuan Responden saintek sebesar 54,1%.
Setelah mendapatkan gambaran Dari Tabel IV terlihat bahwa responden
karakteristik dan perilaku, selanjutnya dilihat perempuan (74,1%) memiliki tingkat
apakah ada hubungan antara faktor demografi pengetahuan yang lebih baik dibandingkan
dengan pengetahuan mahasiswa terhadap responden laki-laki (65,1%). Hasil ini sesuai
penggunaan obat batuk dengan melakukan uji dengan kesimpulan dari studi mengenai jenis
Chi-Square. Analisis dilakukan dengan Chi- kelamin dan pengobatan bahwa perempuan
Square Test. cenderung lebih informatif dalam
Dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengetahuan, persepsi, dan perilaku terkait
pengaruh jenis kelamin, tahun angkatan, dengan pengobatan dibandingkan laki-laki
kluster terhadap tingkat pengetahuan (Obemenyer,2004). Responden angkatan 2018
mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama memiliki tingkat pengetahuan penggunaan

156 MF Vol 17 No 1, 2021


Hubungan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Batuk OTC (Over The Counter)

obat batuk yang lebih baik dibandingkan antara jenis kelamin terhadap tingkat
tahun angkatan lainnya dengan nilai pengetahuan. Dari hasil uji statistik didapatkan
persentase 76,9%, kemudian diikuti oleh tahun p-value sebesar 0,085 artinya p-value
angkatan 2017 dengan persentase 71,6%, responden lebih besar dari nilai α (0,05).
tahun angkatan 2019 dengan persentase Berarti H0 diterima, tidak ada perbedaan
65,1%. bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat
pengetahuan mahasiswa mengenai
Hubungan Antara Kluster dengan Tingkat penggunaan obat batuk sehingga dapat
Pengetahuan disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak
Untuk membuktikan kebenaran dari mempengaruhi tingkat pengetahuan
hasil analisis deskriptif kuesioner, dilakukan mahasiswa mengenai penggunaan obat batuk.
uji statistik terhadap data yang diperoleh.
Digunakan metode analisis Chi-Square untuk Hubungan Antara Tahun Angkatan dengan
menentukan ada tidaknya hubungan yang Tingkat Pengetahuan
bermakna antara klaster terhadap tingkat Selain klaster dan jenis kelamin,
pengetahuan mahasiswa dengan H0 tidak ada dilakukan pula uji statistik untuk mengetahui
hubungan antara klaster dengan tingkat pengaruh tahun angkatan terhadap tingkat
pengetahuan. Dari hasil uij statistik pada tabel pengetahuan responden. Dari hasil uji statistik
IV didapatkan p-value sebesar 0,000 di mana pada tabel IV didapatkan nilai p-value 0,398
nilai <0,05. Berarti H0 ditolak, ada perbedaan yang berarti bahwa p-value responden lebih
yang bermakna antara klaster dengan tingkat besar dari nilai α (0,05). Berarti H0 diterima,
pengetahuan mahasiswa mengenai tidak ada perbedaan yang bermakna antara
penggunaan obat batuk. Hal tersebut karena tahun angkatan dengan tingkat pengetahuan
mahasiswa klaster kesehatan lebih banyak mahasiswa mengenai penggunaan obat batuk
diberikan informasi yang berhubungan dengan sehingga dapat disimpulkan bahwa tahun
penggunaan obat batuk dibandingkan klaster angkatan tidak mempengaruhi tingkat
lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa mengenai
klaster mempengaruhi tingkat pengetahuan swamedikasi. Hal ini sejalan dengan hasil dari
mahasiswa mengenai penggunaan obat batuk, penelitian Desilva, (2016), yang menyatakan
hasil ini sejalan dengan penelitian da Silva dkk bahwa tahun angkatan di universitas tidak
(2012) yang menyatakan bahwa ada mempengaruhi pengetahuan swamedikasi
perbedaan signifikan antara mahasiswa pada mahasiswa. Dalam penelitian ini juga
kesehatan dan non kesehatan terhadap tidak didapatkan pola bahwa semakin tinggi
pengetahuan mengenai swamedikasi angkatan, semakin tinggi pula
(p<0,001). pengetahuannya.

Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan KESIMPULAN


Tingkat Pengetahuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Dari Tabel IV terlihat bahwa responden tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas
perempuan (74,1%) memiliki tingkat Nahdlatul Ulama Yogyakarta dalam
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan menggunakan obat batuk secara swamedikasi
responden laki-laki (65,1%). Hasil ini sesuai adalah baik. Hubungan demografi dengan
dengan kesimpulan dari studi mengenai jenis tingkat pengetahuan penggunaan obat batuk
kelamin dan pengobatan bahwa perempuan responden adalah kluster berpengaruh
cenderung lebih informatif dalam terhadap tingkat pengetahuan tentang
pengetahuan, persepsi, dan perilaku terkait penggunaan obat batuk OTC pada mahasiswa
dengan pengobatan dibandingkan dengan laki- Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta
laki (Obermeyer, 2004). dimana p-value masing-masing kurang dari
Untuk dapat menentukan pengaruh 0,05, sedangkan tahun angkatan dan jenis
jenis kelamin terhadap tingkat pengetahuan kelamin tidak berpengaruh terhadap tingkat
responden mengenai penggunaan obat batuk pengetahuan tentang penggunaan obat batuk
batuk harus dilakukan uji statistik dengan Chi- OTC pada mahasiswa Universitas Nahdlatul
Square. H0 yang digunakan tidak ada hubungan Ulama Yogyakarta dengan nilai p-value > 0,05.

MF Vol 17 No 1, 2021 157


Listiana Hidayati, et al

UCAPAN TERIMAKASIH Djunarko, I, & Hendrawati,Y.D., 2011,


Penulis mengucapkan banyak Swamedikasi yang Baik dan Benar, Citra
terimakasih kepada seluruh pihak yang Aji Parama, Yogyakarta.
membantu dalam proses penelitian dan civitas Obermeyer, C.M., Schulein, M., Hardon, A.,
Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Sievert, L.L., Price, K., Santiago, A.C.,
Lazcano, O., Kirumira E.K., Neuman, M.,
DAFTAR PUSTAKA 2004, Gender and Medication Use : An
Arviana, N., 2014, Gambaran Perilaku dan Exploratory, Multi-site Study, Women
Pengetahuan Mahasiswa Kluster Health, 39 (4), 57-73.
Kesehatan dan Sosio-Humaniora Mariyono, H.H. dan Suryana, K., 2008, Adverse
Terhadap Pengobatan Sendiri, Skripsi, Drug Reaction, J Peny Dalam, 9 (2), 164-
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah 172.
Mada Yogyakarta, Yogyakarta. Nawawi, H.H. & Hadari, M.H.M., 2006,
Burhanudin, T., 2014, Segmen Menengah dan Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Bawah Dorong Industri Farmasi, Gadjah Mada University Press,
http://www.marketing.co.id, 20 Maret Yogyakarta.
2016. Notoatmodjo, S., 1993, Metodologi Penelitian
Corelli, R, L., 2007, Therapeutic & Toxic Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Potential of Over-the-Counter Agents, In : Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku
Katzung, B, G., Basic and Clinical Kesehatan, Edisi II, 121-128, PT Rineka
Pharmacology, 10th ed. USA : McGraw Cipta, Jakarta.
Hill. Obermeyer, C.M., Schulein, M., Hardon, A.,
Da Silva, M.G.C., Soares, M.C.F., and Muccillo- Sievert, L.L., Price, K., Santiago, A.C.,
Baisch, A.L., 2012, Self-medication in Lazcano, O., Kirumira E.K., Neuman, M.,
University Students from The City of Rio 2004, Gender and Medication Use : An
Grande Brazil, BMC Public Health, 12, Exploratory, Multi-site Study, Women
339-345. Health, 39 (4), 57-73.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Tan, H.T. dan Rahardja, K., 1993, Swamedikasi,
2008, Materi Pelatihan Pengetahuan dan Departemen Kesehatan Republik
Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Indonesia, Jakarta. dan 18 Ledok Code
Kesehatan, 4, 21, Departemen Kesehatan Mengenai Swamedikasi Diare, Skripsi,
RI, Jakarta. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Desilva, L., 2016, Hubungan Faktor Demografi Mada Yogyakarta, Yogyakarta.
dengan Tingkat Pengetahuan Tamewol, D., Ali, R.H., Simanjutak, M.L
Penggunaan Obat Batuk OTC pada 2016.Gambaran Foto Toraks Pada
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Penderita Batuk Kronis di Bagian/SMF
Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi Radiologi FK Unsrat/RSUP Prof. Dr. R.D
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Kandou Manado.Jurnal e-Clinic(eCL), 4(1)
Yogyakarta.

158 MF Vol 17 No 1, 2021

Anda mungkin juga menyukai