Anda di halaman 1dari 26

ABSTRAK

Batuk adalah upaya pertahanan dari paru-paru dengan berbagai rangsangan


yang ada dan merupakan refleks fisiologis untuk melindungi paru dari trauma
mekanik, kimia, dan suhu. Obat batuk merupakan salah satu obat yang bisa diperoleh
tanpa resep dokter, sehingga obat batuk dapat digunakan untuk mengatasi keluhan
kesehatan melalui swamedikasi (pengobatan sendiri). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran tingkat penggunaan obat batuk secara swamedikasi yang
sering digunakan di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar. Metode penelitian
ini menggunakan metode survei online dengan jenis penelitian deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat batuk periode
Maret – Mei 2021 di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar yang paling sering
digunakan adalah Obat batuk berdahak dengan merek grantusif sedangkan obat batuk
kering dengan merek Konidin tablet, dan dibuktikan dengan hasil kuesioner sebanyak
12 orang (40%) untuk obat merek Grantusif dan 10 orang (33.3%) untuk obat dengan
merek Konidin tablet, sehingga dapat disimpulkan bahwa obat batuk berdahak merek
grantusif dan obat batuk kering merek Konidin tablet merupakan kasus swamedikasi
yang paling sering terjadi untuk menyembuhkan gejala batuk.
Kata kunci ; Swamedikasi, Batuk, Gambaran penggunaan obat

ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disituasi pandemi Covid-19 sekarang masyarakat cenderung tidak ingin
melakukan pengobatan ke sarana kesehatan, dikarenakan Covid-19 adalah salah
satu penyakit infeksi yang menular. Adapun gejala yang umum terjadi pada
penyakit Covid-19 yakni gejala berupa demam, batuk, nyeri seperti nyeri kepala
dan tenggorokan serta sesak napas. Hal tersebut memungkinkan masyarakat lebih
memilih pengobatan sendiri sebagai pilihan lain dalam penanganan pertama ketika
sakit. Kondisi ini dimungkinkan karena tersedianya berbagai jenis obat wajib
apotek, obat bebas terbatas, dan obat bebas yang bisa didapatkan tanpa harus
menggunakan resep dokter (Kemenkes, RI, 2020)
Swamedikasi atau biasa dikenal dengan pengobatan yang dilakukan sendiri
yakni mengobati berbagai macam penyakit atau gejala yang terdapat pada tubuh
dengan menggunakan obat-obat sederhana tanpa harus menggunakan resep dokter
yang diperoleh dari took obat atau apotek terdekat di tempat tinggal. Swamedikasi
merupakan alternative dalam pengobatan yang dapat diterpakan oleh masyrakat
(Robiyanto et al., 2018).
Masyarakat cenderung melakukan swamedikasi dikarenakan masyarakat
merasa penyakit yang diderita tergolong tidak berat, biaya yang dikeluarkan cukup
murah dan merasa sudah terbiasa mengatasi masalah kesehatan dengan cara
demikian. Menurut WHO, dibanyak Negara menunjukkan bahwa angka sampai
80% penyakit dicoba untuk diobati sendiri oleh penderita dan data hasil survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 2016 di Indonesia menunjukkan
bahwa 83,88% penduduk lebih memilih yang melakukan pengobatan sendiri
dibandingkan dengan Penduduk diperkotaan lebih banyak memilih menggunakan
obat bebas yaitu sebesar 85,04% sedangkan penduduk pedesaan yaitu sebesar

1
2

83,02% untuk melakukan pengobatan terhadap gangguan kesehatannya


(Kemenkes RI, 2016).
Penyakit ringan yang dapat dilakukan secara Swamedikasi misalnya obat
batuk, flu, nyeri seperti nyeri pada kepala, perut, alergi dan gigitan serangga.
Prosedur Pelaksanaan swamedikasi harus sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
yakni sesuai ciri-ciri penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat dosis, cara
penggunaan, lama pemakaian, indikasi, diagnosis, kondisi pasien dan tepat
mengenai informasi terkait efek samping obat agar pengobatan yang dilakukan
sendiri dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Salah satu jenis obat yang sering
digunakan untuk mengatasi gangguan pada kesehatan melalui pengobatan sendiri
adalah obat batuk (Nurmasari, 2016).
Batuk adalah upaya untuk mempertahankan tubuh terutama bagian paru-paru
tentang yang mendapatkan rangsangan yang ada dan reflekssfisiologis yang dapat
melindungi paru dari bahayakkimia, suhu dan mekanik. Batuk merupakan
gangguan yang dirasakan di dalam tubuh. Umumnnya gejala yang selalu muncul
dalam penyakit pernapasan dan masalahhyang sering ditemui dokterkdalam
praktik sehari-hari (Tamaweol et al, 2016). Batuk yang berlangsung lama akan
menimbulkan beban serius bagi banyak penderita dan menyebabkan keluhan
seperti sukar tidur, dan keletihan (Purwanto, et al, 2018).
Penelitian dalam skala besar menunjukkan prevelensi batuk pada
negaraaAmerika Serikat sebanyak (18%) orang merupakan batuk kronis paling
sering disebabkan karena terbiasa merokok. Hasil data Survey menunjukkan
bahwa terjadi skala besar pada negara Swedia sebanyak (11%) batuk tidak
produktif, (8%) batuk produktif, (38%) batuk yang terjadi malam hari, dari tiga
gejala tersebut disebabkan oleh asma, rhinitis alergi, dan merokok. Data survey
European Respitory Society dilaporkan batuk yang terjadi pada malam hari
sebanyak 30%, batuk produktif 10% dan batuk non produktif 10%. Di Indonesia
sebanyak 19,2% orang yang mengalami sakit batuk produktif dan non-produktif
(Rohmah, et al, 2019).
3

Obat batuk dapat dibeli tanpa harus menggunakan resep dokter disebabkan
karena merupakan golongan obat bebas yang dapat diperoleh di apotik atau took
obat. Dalam penggunannya obat batukjuga memiliki efek samping yang tidak
diinginkan harus tetap memperhatikan aturan pakai yang tercantum pada kemasan
wadah ataupun brosur, termasuk aturan pakai yang tercantum dalam kotak
peringatan (box warning) dalam kemasan obat penanganan yang tepat dan rasional
terhadap penyakit (Nurmasari, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Sesarini et al (2019)
menunjukkan bahwa penggunaan obat yang dilakukan oleh pelajar non kesehatan
mengonsumsi obat batuk ekspektoran sebanyak 77 % golongan mukolitik 2,25 %
dan mengonsumsi obat batukgolongan antitusif sebanyak 3,5 %
Oleh-sebab itu penelitiitertarik melakukan penelitian ini di salah satu apotek
di Kota Makassar yaitu Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar, karena Apotek
tersebut merupakan apotek yang banyak ditemukan kasus swamedikasi dalam
pengobatan beberapa keluhan penyakit ringan khususnya pada pengobatan batuk.
Berdasarkan latar belakang diats, maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui Gambaran penggunaan obat batuk yang sering digunakan secara
swamedikasi di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tingkat penggunaan obat batuk yang sering digunakan
secara swamedikasi digunakan di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran tingkat penggunaan obat batuk yang sering digunakan
secara swamedikasi di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar

D. Manfaat Penelitian
4

Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluas


wawasan dan pengetahuan serta pengembangan diri melalui penelitian survey
online tentang gambaran tingkat penggunaan obat batuk yang sering digunakan
secara swamedikasi serta referensi bagi peneliti selanjutnya terkait masalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Apotek K-24 Bawakaraeng adalah apotek yang ada di kota Makassar yang
terletak dijalan Jl. Gunung Bawakaraeng No. 218-E. ApotekKK-24 memiliki
kepanjangan dari Komplit Obatnya – 24 Jam Bukanya.
Apotek K-24 merupakan salah satu apotek dengan menerapkan sistem
modern yang membuka transaksi pelayanan kepada masyrakat selama 24 jam non
stop setiap hari, yang memiliki komitmen bahwa pengadaan akan kebutuhan obat
terhadap masyarakat harus perfet namun tetap penjualan dengan harga kolatif yang
murah tidak ada perbedaan pada jam tertentu konsistemdalam penetapan harga
agar sesuai dengan harga pasaran. Sistem pelayanan di Apotek K-24 dilakukan
secara offline dan juga dapat diakses melalui internet yang telah tersebar di seluruh
pelosok negeri indosnesia

B. Batuk
a. Pengertian Batuk
Batuk merupakan gejala yang dialami oleh tubuh terhadap rangsangan
disebabakan adanya iritasi pada saluran pernapasan (Cyntia Fauzi, 2019).
Batuk termasuk gejala penting yang sering terjadi sehingga menimbulkan
adanya refleks batuk. Terdapat penyebab mekanik seperti (debu, asap rokok)
tumor paru, alergi (asma), rangsangan kimiawi (bau, gas) dan perubahan suhu
yang mendadak (Tjay & Rhardja, 2015).
Adapun gejala lain dari batuk adalah pada penyakit kanker paru. Adapun
penyakittTBC, tidak selalu disertai batuk, meskipun gejala ini sangat penting.
Selanjutnya batuk yaitu gejala yang biasa dijumapi pada penyakit tiphus dan
dekompensasi jantung, terutama manusia lanjut usia, begitu pula asma dan
kondisi mental. Akibatnya batuk yang tidak pulih dan mengalami “batuk darah”

5
6

terutama pada anak-anak penyebabnya karena penyakit cacing, seperti cacing


gelang. Batuk juga dipengaruhi pada stimulasi reseptor-reseptor yang terdapat
pada mukosa dari seluruh saluran pernapasan, juga terdapat dalam lambung
(Tjay & Rhardja, 2015).
b. Macam-macam batuk
1. Batuk berdasarkan Produktivitasnya
Ada dua jenis batuk berdasrkan produktivitasnya yaitu (Mahardika,
2017).
a) Batuk berdahak (batuk produktif)
Batuk berdahak adalah batuk yang biasanya ditandai dengan gejala
berupa dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak terjadi akibat adanya
infeksi pada saluran pernafasan, seperti radang paru, influenza dan
bronchitis. Selain itu batuk berdahak juga disebebkan pada saluran nafas
yang dapat terhirup oleh udara lembab yang berlebihan, debu, asap rokok
polusi udara.
b) Batuk kering (batuk non produktif)
Batuk kering berbeda dengan batuk berdahak, batuk kering
memiliki gejala dengan adanya sekresi dahak dalam saluran nafas, suara
batuknya nyaring dan disebabkan adanya rasa sakit pada tenggorokan.
Batuk kering disebabkan karena terdapat aspek dari alergii(misal
asaprrokok, debu, dan perubahan-suhu), infeksi virus pada saluran nafas
dan pemberian obat dengan efek samping dari obat tersebut (misalnya
pemakaian obat antihipertensi yaitu captopril).
2. Batuk berdasarkan waktu berlangsungnya
Ada 3 jenis batuk berdasarkan waktu berlangsungnya yaitu
(Mahardika, 2017).
a) Batuk akut
Batuk akut merupakan batuk yang terjadi dengan waktu kurang dari
3 minggu. Batuk ini disebabkan karena terdapat penyempitan pada
7

saluran nafas akuttdan disebabkan oleh infeksi seperti bakteri atau virus
iritasi, terdapat penyempitan saluran nafas.

b) Batuk sub akut


Batuk ini merupakan batuk dengan gejala yang berlangsung selama
3 sampai 8mminggu. Batuk ini biasanya disebabkan oleh infeksi akut
yang terdapat pada bagian saluran pernafasan disebabkan karena virus
yang diakibatkan adanya kerusakan epitel pada saluran nafas.
c) Batuk kronis
Batuk kronis adalah batuk yang gejalanya terjadi lebih dari 8
minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala bahwa adanya
penyakit-penyakit lain yang lebih berat seperti tuberculosis, bronchitis,
asma, dan sebagainya.
c. Gejala dan Penyebab Batuk (Mahardika, 2017).
1. GejalaaBatukk
a) Suhu badan yang tinggi disertai dengan tubuh yang kaku
b) Bersin-bersinndan hidung tersumbat
c) Sakit pada tenggorokan.
2. Penyebab Batuk
a) Biasanya diakibatkan oleh infeksi pada saluran pernapasan bagian atas
yang termasuk gejala dari flu.
b) Infeksiisalurannpernapasannbagian atas (ISPA)
c) Bendaaasinggyanggmasuk/kedalammsaluran napas
d) Alergi
e) Menghirup asap rokok dari orang sekitar
f) Asma atau tuberculosis.
d. Obat Batuk
8

Menurut Tjay & Rahardja 2015, Antitussiva digunakan untuk mengobati


batuk sebagai gejala dan dapat dibagi dalam beberapa bagian dengan berbagai
mekanisme kerja, yaitu :
1. Zat pelunak batuk yang dapat mengencerkan dahak pada rangsangan batuk,
membasahi tenggorokan agar tidak kering dan melunakkan mukosa yang
teriritasi. Tujuan ini sering digunakan obat dalam bentuk sirup seperti
(Altheae dan Thymi), tablet pastilles dapat digunakan dengan cara dihisap
(sehingga memperbanyak sekresi ludah), zat-zat lendir (Infusa Carragen)
dan gula-gula yakni dropp(succus liquiritae akar manis), permen.
2. Ekspektoransia: guaiakol seperti yang terdapat dalam tablet atau pulv doveri,
Radix Ipeca, minyak terbang, dan ammonium klorida kandungan dalam Obat
Batuk Hitam. Zat tersebut dapat memperbanyak produksi dahak (encer)
sehingga bisa mengurangi kekentalan pada tenggorokan, dan mempermudah
pengeluaran dahak melalui batuk.
3. Pengencer dahak: ambroksol, asetilsistein, bromheksin. Komponen tersebut
memiliki efek untuk mengencerkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi
dan pengeluarannya dapat dipermudah.
4. Zattpereda: pentoksiverin atau Truclase, dekstrometorphan, codein,
noskapin. Obat-obat dengan kerja sentral ini mampu mengobati batuk kering
yang menggelitik.
5. Anti histaminika (batuk karena alergi): prometazin, oksimemazin,
chlorpheniramine, dan diphenhidramine.
6. Anastetika lokal:ppentoksiverin. Obat tersebut memblokir penerusan
rangsangan batuk ke pusat batuk.
e. Penanganan Batuk (Tjay & Rhardja, 2015).
Tindakan penting dalam penanganan batuk adalah terutama berhenti
merokok agar terhindar dari rangsangan lebih lanjut pada saluran pernapasan.
Demikian juga diberikan melalui inhalasi uappairr(mendidih)yyang dilakukan
dengan cara dihirup-agar menghasilkan lendir yangbbanyak dihasilkan
9

di/tenggorokan. Hal demikian lebih mudah danmmurah, terutama/pada-


batuk>mendalam, seperti jika dorongan batuk munculnya dari pangkal
tenggorok. Selain itu, meminum banyak air juga dapat menimbulkan khasiat
yang serupa.
Meningkatkannefek inhalasi uappsering kali dibutuhkan minyakkatsiri
atau mentol yang terdapat di air mendidih, sehingga uap yang dihirup
menimbulkan vasodilatasi dan rasa lega di saluran pernapasan.
Pengobatan farmakoterapiibatuk pada awalnya ditujukan untuk mengenali
dan pengobatan karena terapi yang dapat menghilangkan penyebabnya (kausal),
seperti antibiotika yang berfungsi untuk infeksi/kuman dari saluran-pernapasan,
misalnya bronkitis, batuk rejan dan/radang paru-paru.
Setelah itu dapat ditinjau perlukah melakulan terapissimtomatis agar
menghilangkan dan meredakan tanda dari adanya batuk sesuai jenis batuk,
seperti batuk kering dan batuk produktif yang biasa disebut dengan batuk
berdahak. Dalam kasus awal dapat diberikannemolliensia, mukolitik atau
histaminika ekspektoransia, untuk kasus berikutnya pereda rangsangan bersama
emoliensia termasuk lebih ampuh. Pada masalah yang parah dapat diberikan
obat pilihan utama untuk anak-anakkyaitu noscapine (Tjay & Rahardja, 2015).

C. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi)


a. Pengertian Swamedikasi
Swamedikasi adalah salah satu alternative yang dilakukan oleh dir sendiri
tanpa adanya resep dokte yang bertujuan untuk menangani gejala dan penyakit
yang mampu didiagnosis oleh pasien sendiri. Penggunaan obat yang telah
digunakan secara terus menerus untuk penanganan penyakit ringan (obat
golongan bebas dan obat golongan bebas terbatas), penangan gangguan
kesehatan terhadap diri dilakukan dengan prosedur ataupun dengan gejala
gangguan kesehatan yang ringan (Jajuli & Sinuraya, 2018).
10

Obat-obat yang digunakan untuk penanganan swamedikasi ini terbatas


pada obat-obat golongan bebas maupun obat golongan bebas terbatas. Obat-
obat golongan bebas dan bebas terbatas ini biasanya terdapat di etalase bagian
depan apotek, sehingga pasien mudah dalam memilih obat apa yang kira-kira
diperlukan atau dibutuhkan, dengan hal tersebut peranan farmasis sangat
dibutuhkan untuk membantu pasien dalam memilih obat yang tepat sesuai
dengan penyakit yang dideritanya (Rikomah, 2018).
b. Pola Swamedikasi
Pola swamedikasi di kalangan masyarakat antara lain: (Rikomah, 2018).
1. Swamedikasiipenggunaan obat tradisional
2. Harga obat untuk swamedikasi yang ekonomis dan hasil dari melakukan
swamedikasi yang menguntungkan
3. Tempattdan cara mendapatkan obat untuk swamedikasi yang dekat, cepat,
mudah dan praktis.
4. Prilaku swamedikasi di kalangan masyarakat
5. Akses/informasi tentang obat-swamedikasi yang terutama diperoleh dari
iklan, dokter, teman dan pegawai di apotek
a) Swamedikasi penggunaan obat tradisional
Obat tradisional adalah pilihan masyarakat dibandingkan obat yang
mengandung bahan kimia seperti obat modern. Pola pemilihan
swamedikasi menggunakan obat modern penting dicermati kembali,
terutama sesuai atau tepat dalam memilih obat, penggolongan obat
modern atau obat yang mengandung bahan kimia sintetikkterdapat obat
keras yang hanya bisa digunakan dibawah persetujuan dokter seperti
antibiotik yang sering kali digunakan di masyarakat tanpa resep untuk
swamedikasi.
b) Akses informasi obat
Informasi yang bisa diakses tentang obat swamedikasi yang terutama
dipengaruhi dari teman,ddokter, iklan, pengalaman masa lalu dan pegawai
11

diapotek sangat berkaitan dengan rasionalitas penggunaan obat terhadap


pengaruhnya informasi yang didapatkan dari iklan, dan perlu diperhatikan
juga kesesuaian iklan. Iklan obat tradisional ataupun obat bebas yang
terdengar ketelinga pengguna obat melalui berbagai informasi atau
berbagai saluran komunikasi perlu adanya evaluasi berulang kali agar
memastikan bahwa masyarakat menerima informasi obat yang akurat,
jelas atau terpercaya melalui iklan.
c) Perilaku Masyarakat dalam hal Swamedikasi
Perilaku swamedikasi di kalangan masyarakat merupakan hal yang
berpengaruh terhadap keberhasilan terapi swamedikasi pasien.
Masyarakat melakukan swamedikasi memiliki beberapa alasan
diantaranya penyakitnya ringan, lebih murah, cepat dan praktis hal
tersebut sesuai dengan tujuan pemerintah dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan terhadap obat-obat yang dapat digunakan untuk
mengatasi beberapa penyakit ringan (Rikomah, 2018).
c. Resiko terkait Swamedikasi
Menurut Rikomah 2018, upaya peningkatan derajat kesehatan dengan
cara pengobatan sendiri harus memperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Pengenalan gejala atau keluhan masyarakat
Swamedikasi dilakukan dengan dasar terlebih dahulu awal memahami
efek samping atau keluhan penyakit yang dirasakan pasien, sehingga dengan
adanya keluhan penyakit yang jelas masyarakat dapat melakukan
swamedikasi sesuai dengan keluhan penyakit yang dialami. Kekeliruan
dalam pengenalan gejala penyakit dapat menimbulkan dampak yang buruk
terkait pemakaian obat bagi masyarakat yang melakukan swamedikasi.
2. Pemilihan dan penggunaan obat
Pemilihan dan penggunaan obat secara swamedikasi sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan terapi swamedikasiiyang
dilakukannsendiri oleh masyarakatt
12

d. Keuntungan Swamedikasi
Keuntungan swamedikasi dengan menggunakan obat-obat
golongannobatt bebassdan golongan obat bebas terbatass(Rikomah, 2018),
yaitu:

1. Aman bila digunakan sesuai dengan aturan pemakaian


Swamedikasi atau pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat akan
berjalan lancar jika masyarakat yang melakukan pemilihan obat dan
pengobatan sendiri mengikuti aturan yang ada, baik arahan yang diberikan
farmasis maupun aturan yang tertera pada label kemasan pada produk obat.
2. Efisiensi biaya
Pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat dalam mengobati
keluhan penyakitnya akan mendapatkan biaya yang relatif murah, karena
pasien tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya konsultasi ke dokter,
dengan pengobatan sendiri juga akan mengurangi biaya obat yang akan
dibeli di apotek.
3. Efisiensi waktu
Pasien tidak perlu antri untuk menunggu giliran di panggil untuk
konsul ke dokter, pasien bisa langsung datang ke apotek untuk melakukan
pengobatan sendiri dibantu dengan farmasis yang ada di apotek dalam
keputusan pemilihan obatnya.
e. Faktor penyebab melakukan Swamedikasi (Arumsari, 2016).
1. Faktor Sosial Ekonomi
“Tingkatan pemberdayaan masyarakat yang semakin meninggi akan
menimbulkan dampak pada meningkatnya tingkat pendidikan, sehingga
dapat dengan mudah mengakses informasi, hal tersebut mengakibatkan
semakin tinggi tingkat ketertarikan masyarakat pada dunia kesehatan.
Disamping itu masyarakat banyak lebih berpartisipasi langsung dalam upaya
13

terhadap pengambilan keputusan kesehatan oleh masing-masing individu


tersebut.”
2. Gaya hidup
“Kesadaran mengenai adanya dampak pada berbagai gaya hidup yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan, mengakibatkan segelintir orang yang
memiliki kepedulian lebih untuk peduli menjaga kesehatannya dari pada
harus mengobati ketika sedang mengalami sakit pada waktu-waktu
mendatang.”
3. Kemudahannmemperolehhprodukkobat
“Saat ini tidak banyak dari masyarakat atau yang menggunakan obat
lebih memilih kenyamanan untuk membeli obat dimana saja diperoleh
dibandingkan dengan harus mengantri lama di Rumah Sakit maupun klinik.”
4. Faktor kesehatan lingkungan
“Dengan adanya program sanitasi yang baik, pemilihan santri yang
benar sekaligus lingkungan perumahan yang sehat, berpengaruh pada
semakin meningkatnya kemampuan masyarakat agar selalu menjaga dan
memperhatikan kesehatannya sekaligus mencegah terkena penyakit.
5. Ketersediaan produk baru”
“Produkkbaru yang sesuaiidengannpengobatan sendiri iatau
swamedikasi semakin meningkat. Disamping itu terdapat juga berbagai
macam produk lama yang keberadaannya populer dan semenjak lama sudah
memilikiikecocokan dalam kenyamanan yang terjamin, dan sudah
dikategorikan dalam obat bebas. Secaraatidak langsung, hal itu langsung
membuat pilihan produk obat sebagai pengobatan sendiri atau pengobatan
mandiri semakin banyak tersedia.
14

1
2 BAB III
3 METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode survey
online untuk mengetahui Gambaran penggunaan obat batuk secara swamedikasi di
Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli
tahun 2021, di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar dengan mengambil data
penggunaan jenis obat batuk melalui aplikasi khusus (Oksoft).

C. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah data pengeluaran obat yang terdapat
di aplikasi khusus (Oksoft) di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu data pengeluaran obat batuk berdahak
dan obat batuk kering periode Maret – Mei 2021 yang terdapat di aplikasi
khusus (Oksoft) di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengambil data
sekunder penggunaan obat batuk secara swamedikasi di Apotek K-24
Bawakaraeng Kota Makassar periode Maret – Mei 2021. Data yang di kumpulkan
adalah jenis obat batuk dan jumlah pengeluaran obat batuk saat pelayanan
swamedikasi. Data penelitian yang diperoleh ditabulasikan dan diolah

15
16

menggunakan Microsoft Office Excel, kemudian dipresentasikan dan disampaikan


dalam bentuk tabel dan grafik.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah data yang telah dikumpulkan
selanjutnya diolah dan dianalisis dengan cara menyimpulkan Gambaran
penggunaan obat batuk secara swamedikasi di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota
Makassar

F. Definisi Operasional
a. Batuk
Batuk merupakan respon dari tubuh sebagai bentuk pertahanan dari tubuh
untuk melepaskan udara dan membersihkan iritasi pada tenggorokan atau
saluran pernapasan, batuk yang dimaksud disini adalah batuk kering dan batuk
berdahak.
b. Obat Batuk
Obat batuk merupakan obat yang memiliki indikasi untuk mengobati
gejala dari batuk yang terdapat di Apotek K-24 Bawakaraeng.
c. Swamedikasi
Swamedikasi adalah perilaku dalam pengobatan sendiri sesuai dengan
pengetahuan masyarakat dalam menggunakan obat batuk.
d. Apotek
Apotek K-24 Bawakaraeng bertempat dijalan G. Bawakaraeng No. 219,
Kota Makassar
17
4 BAB IV
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data
penggunaan obat batuk selama 3 bulan periode Maret – Mei 2021 di Apotek K-24
Bawakaraeng Kota Makassar diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Penggunaan Obat Batuk
Dari hasil penelitian untuk penggunaan obat batuk diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 1 Distribusi data Penggunaan Obat Batuk Berdahak dan Obat
Batuk Kering selama 3 bulan
Penggunaan Selama 3 Bulan
No. Nama Obat Maret April Mei

Obat batuk berdahak


1. Grantusif 1060 tab 1000 tab 800 tab
2. Bisolvon tab 120 tab 90 tab 40 tab
3. Mucohexin tab 56 tab 40 tab 76 tab
4. OBH Combi 15 btl 7 btl 10 btl
5. Silex 5 btl 10 btl 5 btl
6. Woods ekspektoran 8 btl 6 btl 3 btl
7. Sanadryl ekspektoran 5 btl 3 btl 7 btl
Obat batuk kering
1. Konidin tab 108 tab 200 tab 200 tab
2. Sanadryl antitussive 6 btl 5 btl 9 btl
2. Woods antitussive 5 btl 4 btl 6 btl
(Sumber: Data sekunder, 2021)

Tabel 2 Akumulasi data penggunaan obat batuk berdahak selama 3 bulan


No. Nama Obat Jumlah Penggunaan Obat Batuk berdahak
selama 3 bulan
1. Grantusif 2860 tab
2. Bisolvon tab 250 tab

18
19

3. Mucohexin tab 172 tab


4. OBH Combi 32 btl
5. Silex 20 btl
6. Woods Ekspektoran 17 btl
7. Sanadryl Ekspektoran 15 btl
(Sumber: Data sekunder, 2021)

Grafik 1. Akumulasi data penggunaan obat batuk berdahak selama 3 bulan

Penggunaan Obat Batuk Berdahak selama 3 bulan


3500

3000 2860

2500
Hasil Pengukuran

2000

1500

1000

500
250 172
32 15 17 20
0
Bisolvon tab Mucohexin tab OBH Combi Sanadryl Woods Silex Grantusif
Ekspektoran Ekspektoran

Jenis obat batuk berdahak

Tabel 3 Akumulasi data penggunaan obat batuk kering selama 3 bulan


No. Nama Obat Jumlah Penggunaan Obat Batuk kering
selama 3 bulan
1. Konidin tab 508 tab
2. Sanadryl antitussive 20 btl
3. Woods Antitussive 15 btl
(Sumber: Data sekunder, 2021)
20

Grafik 2. Akumulasi data penggunaan obat batuk kering selama 3 bulan

Penggunaan Obat Batuk Kering selama 3 bulan

600 508

500
Hasil Pengukuran

400

300

200

100 20 15

0
Sanadryl antitussive Woods antitussive Konidin tab
Jenis Obat Batuk Kering

Jumlah Obat Batuk Kering

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 1, distribusi data
Penggunaan Obat Batuk Berdahak dan Obat Batuk Kering selama 3 bulan periode
Maret – Mei 2021, masyarakat banyak melakukan pengobatan obat batuk secara
swamedikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Isna Anggranti (2018) menyatakan
bahwa masyarakat lebih banyak melakukan pengobatan swamedikasi sebanyak
52,05% dan berdasarkan penggunaan obat, masyarakat banyak meminta obat
batuk sebanyak 30,82%.
Pada tabel 2 akumulasi data penggunaan obat batuk berdahak selama 3 bulan
periode Maret – Mei 2021, didapatkan data obat batuk Bisolvon sebanyak 250
tablet, obat Mucohexin tab sebanyak 172 tablet, obat OBH Combi sebanyak 32
botol, obat Sanadryl ekspektoran sebanyak 15 botol, obat Woods ekspektoran
21

sebanyak 17 botol, obat Epexol sebanyak 400 tablet, obat Silex sebanyak 20 botol,
dan obat Grantusif sebanyak 2860 tablet.
Pada tabel 3 akumulasi data penggunaan obat batuk kering selama 3 bulan,
periode Maret – Mei 2021 didapatkan data obat Sanadryl antitussive sebanyak 20
botol, obat Woods antitussive sebanyak 15 botol, dan obat Konidin tab sebanyak
508 tablet.
Tiap tablet obat Bisolvon mengandung Bromhexine 8 mg. Obat Bisolvon
bermanfaat mengatasi gangguan pada saluran pernapasan yang diakibatkan oleh
cairan kental yang berlebihan seperti batuk berdahak. Efek samping pada obat ini
yaitu diare, muntah, rasa penuh diperut, nyeri, mual, sakit kepala, keringat
berlebih, vertigo, kulit kemeraha, bengkakkpada/wajah, demam, sesak nafas, dan
kenaikan enzim transaminase. Obat ini mengandung”bromhexine, obat yang
termasuk agen mukolitik, yaitu obat yang berfungsi mengencerkan dahak. Dosis
Dewasa dan anak > 10 tahun : 3 kali sehari 1 tablet. Anak 5-10 tahun : 3 kali
sehari ½ tablet. Anak 2-5 tahun : 2 kali sehari ½ tablet.
Tiap tablet obat Mucohexin mengandung Bromhexine HCl 8 mg. Obat
Mucohexin digunakan untuk mengatasi gangguan pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh dahak/mukus yang berlebihan, Mucohexin tablet bekerja dengan
cara mengencerkan dan mempermudah pengeluaran dahak. Kontraindikasi yaitu,
hipersensitif, penderita ulkus pada lambung. Dosis dewasan dan anak >10 tahun :
3 x sehari 1 tablet, anak 5-10 tahun 3 x sehari ½, anak 2-5 tahun 2 x sehari ½
tablet.
Tiap 5 mL obat sirup OBH Combi mengandung Succus liquiritiae extract 167
mg, ammonium Chloride 50 mg, ethanol 2%. Obat ini digunakan untuk meredakan
batuk berdahak, obat ini bekerja sebagai ekspektoran yang dapat mengencerkan
dahak. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, perasaan tidak nyaman
diperut, pada dosis besar dapat menyebabkan gangguan elektrolit tubuh. Dosis
dewasa sehari 1-4 x 15 ml, dosis anak 6-12 tahun sehari 1-4 x 5 ml.
22

Tiap 5 mL obat sirup Sanadryl ekspektoran mengandung Difenhidramin HCl


12,5 mg, amonium klorida 100 mg, Kaliumsulfoguaiakolat 30 mg, natrium sitrat
50 mg, menthol 1 mg. Obat ini digunakan untuk menghilangkan batuk berlendir
yang disebabkan alergi. Efek Samping yaitu mengantuk, pusing, gangguan
koordinasi, sekresi saluran pernapasan mengental, mulut kering; kejang
epileptiform (dosis besar). Kontraindikasi yaitu hipersensitif, tidak boleh
digunakan pada bayi, ibu menyusui. Dosis Anak-anak 6-12 tahun : 5 ml, 3-4 kali
sehari. Dewasa : 10 ml, 3-4 kali sehari. Atau menurut petunjuk dokter.
Tiap 5 mL obat sirup Woods ekspektoran mengandung Bromhexin HCl 4 mg,
guaifenesin 100 mg. Woods Expectoran merupakan obat yang digunakan untuk
mengurangi dan mengencerkan dahak pada saluran pernapasan.. Dosis dewasa >12
tahun sehari 3 x 10 mL, anak 6-12 tahun sehari 3 x 5 mL.
Tiap 5 mL obat sirup Silex mengandung Guaifenesin 37,5 mg, ekstrak thyme
250 mg, ekstrak primulae 50 mg, ekstrak althaea 175 mg, ekstrak doserae 25 mg,
ekstrak serphuli 175 mg, eucalyptus oil 0,5 mg, anise oil 1,25 mg. Silex sirup
adalah obat yang dapat digunakan untuk mengobati batuk berdahak yang
disebabkan oleh flu, bronkitis, batuk rejan, batuk akibat merokok. Selain itu silex
sirup juga dapat membantu melegakan pernafasan.
Beberapa khasiat yang diperoleh dari komposisi zat aktif silex sirup salah satu
bahan herbal yaitu”Oleum Eucalypti merupakan minyak yang di dapat dari hasil
penyulingan daun segar Eucalyptus Globulus, Labill ataupun spesies Eucalyptus
lainnya. Minyak ini memiliki kandungan cineol yang banyak dan sedikit
phellandrene. Ada beberapa kegunaan dari Oleum Eucalypti adalah menjaga kerja
jantung sehat, membentuk dan memperkuat tulang dan gigi, membantu menjaga
struktur rangka dan fungsinya, berperan penting dala kontraksi dan relaksasi otot,
serta terlibat dalam proses pembekuan darah.” Dosis dewasa 15 mL, anak 5 mL,
diberikan sehari 3-4 x.
Tiap tablet obat grantusif mengandung dekstrometorfan HBr 15 mg, GG 100
mg, diphenhidramin HCl 5 mg. Obat ini digunakan untuk batuk, pilek,
23

bersin,bersih, gatal di tenggoroan dan hidung karena alergi. Efek samping


konstipasi, mengantuk, pusing, mual, mengantuk mulut terasa kering. Tidak
diperbolehkan untuk anak dibawah 2 tahun, Gangguan saluran pernapasan, Batuk
pertusis dan batuk kronis, Wanita hamil dan menyusui,mengantuk. Dewasa dan
Anak > 12 th : 3 kali sehari 1-2 kaplet. Anak 6-12 tahun : 3 kali sehari ½ -1 kaplet.
Anak 3-6 tahun : 3 kali sehari ¼ - ½ kaplet.
Tiap 5 mL sirup Sanadryl antitussive mengandung Dextrometorfan HBr 10
mg, amonium klorida 100 mg, Natrium sitrat 50 mg, difenhidramin HCl 12,5 mg,
menthol 1 mg. Obat ini digunakan mengobati gejala batuk tidak berdahak yang
menimbulkan rasa gatal atau batuk karena alergi. Tidak boleh diberikan pada
orang yang mengalami penyakit asma, glaukoma, hati, hamil, anak MAOI,
mengantuk. Efek samping dari obat ini adalah mengantuk, pusing, gangguan
koordinasi, sekresi saluran pernapasan mengental, mulut kering; kejang
epileptiform (dosis besar) Dosis nak-anak 6-12 tahun : 5 ml, 3-4 kali sehari dewasa
: 10 ml, 3-4 kali sehari atau menurut petunjuk dokter.
Tiap 5 ml Woods Antitusive mengandung Dextrometahunorphan HBr adalah
zat aktif yang digunakan sebagai obat penekan batuk, terutama batuk karena iritasi
tenggorokan dan bronkial ringan. Efek yang ditimbulkan dari zat aktif golongan
morphin ini adalah disosiatif, penenang, dan stimulasi. Difenhidramin adalah zat
aktif golongan antihistamin yang bekerja dengan menghentikan aksi histamin (zat
kimia alami dalam tubuh yang menyebabkan peradangan/alergi). Efek samping
dari obat ini adalah muntah, pusing, mengantuk. Obat ini digunakan untuk batuk
non produktif yang berhubungan dengan alergi. Dosis 1 sendok takar 3 x sehari.
Konidin Tablet berkhasiat untuk meringakan batuk karena flu, alergi, dan
karena masuk angin yang tentunya dapat menghambat aktivitas sehari-hari.
Kombinasi kandungan guaifenesin, dekstrometorfan Hbr, dan klorfeniramin
maleat dapat mengatasi batuk berdahak, batuk kering akibat flu, dan peradangan
ringan pada saluran pernapasan. Efek samping dari obat ini adalah mengantuk,
24

gangguan pencernaan, sakit kepala, dan insomnia. Dosis 3 x sehari : dewasa dan
anak >12 tahun : 1-2 tablet, anak 6-12 tahun ½ - 1 tablet.
Berbagai macam obat batuk yang paling sering digunakan adalah obat batuk
berdahak dengan merek obat Grantusif dan obat batuk kering dengan merek
Konidin tab, hal ini dilihat dari hasil data penggunaan obat batuk berdahak dan
obat batuk kering selama 3 bulan periode Maret – Mei 2021 yang didukung oleh
kuesioner sebagai data penunjang, dari 30 subjek yang menderita batuk didapatkan
hasil yang menggunakan obat grantusif sebanyak 12 orang (40%), obat Konidin 10
orang (33,3%), obat Bisolvon tab sebanyak (13,3%), obat Mucohexin tab sebanyak
3 orang (10%) dan obat OBH Combi sebanyak 1 orang (3,4%). Hal ini sesuai
dengan pendapat Dewi Rohmah dkk (2020) bahwa dari 3 jenis golongan obat
batuk yang dicantumkan dalam penggunaannya, obat-obat yang paling sering
digunakan masyarakat adalah golongan obat ekspektoran (batuk berdahak) disusul
dengan obat batuk kering.
Alasan mereka memilih obat Grantusif dan obat Konidin tab menjadi pilihan
utama karena obat Grantusif memiliki kelebihan seperti, harganya terjangkau,
masyarakat mudah mendapatkan informasi yang akurat dari teman/keluarga, selain
itu obat tersebut memili efek samping yang jarang terjadi, dan mudah didapatkan
di Apotek-apotek terdekat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
Garmbaran tingkat penggunaan obat batuk yang digunakan secara swamedikasi di
Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar pada bulan Maret – Mei 2021 sebagai
berikut: obat batuk berdahak dengan merek obat grantusif sebanyak 2860 tablet,
obat dengan merek bisolvon tablet sebanyak 250 tablet, obat dengan merek
mucohexin sebanyak 172 tablet, sedangkan obat batuk kering dengan merek obat
konidin tablet sebanyak 508 tablet, obat dengan merek sanadryl antitussive 20
botol, dan woods antitussive sebanyak 15 botol. Jenis obat batuk yang sering
digunakan adalah obat batuk berdahak dengan merek Obat Grantusif sebanyak
2.860 tablet, dibuktikan dengan hasil kuesioner sebagai data penunjang yang
menggunakan obat Grantusif sebanyak 12 orang (40%) sedangkan obat batuk
kering dengan merek Obat Konidin tablet sebanyak 508 tablet, dibuktikan dengan
hasil kuesioner sebagai data penunjang yang menggunakan obat konidin tablet
sebanyak 10 orang (33,3%).

B. Saran
Gejala batuk sering ditemukan dikalangan masyarakat, gejala batuk pun
berbeda-beda, maka dari itu sebaiknya masyarakat ketika menggunakan obat
sebaiknya membaca aturan pakai pada label obat terdahulu untuk mengetahui
indikasi obat, aturan pemakaian serta efek samping yang mungkin terjadi.

25

Anda mungkin juga menyukai