ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disituasi pandemi Covid-19 sekarang masyarakat cenderung tidak ingin
melakukan pengobatan ke sarana kesehatan, dikarenakan Covid-19 adalah salah
satu penyakit infeksi yang menular. Adapun gejala yang umum terjadi pada
penyakit Covid-19 yakni gejala berupa demam, batuk, nyeri seperti nyeri kepala
dan tenggorokan serta sesak napas. Hal tersebut memungkinkan masyarakat lebih
memilih pengobatan sendiri sebagai pilihan lain dalam penanganan pertama ketika
sakit. Kondisi ini dimungkinkan karena tersedianya berbagai jenis obat wajib
apotek, obat bebas terbatas, dan obat bebas yang bisa didapatkan tanpa harus
menggunakan resep dokter (Kemenkes, RI, 2020)
Swamedikasi atau biasa dikenal dengan pengobatan yang dilakukan sendiri
yakni mengobati berbagai macam penyakit atau gejala yang terdapat pada tubuh
dengan menggunakan obat-obat sederhana tanpa harus menggunakan resep dokter
yang diperoleh dari took obat atau apotek terdekat di tempat tinggal. Swamedikasi
merupakan alternative dalam pengobatan yang dapat diterpakan oleh masyrakat
(Robiyanto et al., 2018).
Masyarakat cenderung melakukan swamedikasi dikarenakan masyarakat
merasa penyakit yang diderita tergolong tidak berat, biaya yang dikeluarkan cukup
murah dan merasa sudah terbiasa mengatasi masalah kesehatan dengan cara
demikian. Menurut WHO, dibanyak Negara menunjukkan bahwa angka sampai
80% penyakit dicoba untuk diobati sendiri oleh penderita dan data hasil survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 2016 di Indonesia menunjukkan
bahwa 83,88% penduduk lebih memilih yang melakukan pengobatan sendiri
dibandingkan dengan Penduduk diperkotaan lebih banyak memilih menggunakan
obat bebas yaitu sebesar 85,04% sedangkan penduduk pedesaan yaitu sebesar
1
2
Obat batuk dapat dibeli tanpa harus menggunakan resep dokter disebabkan
karena merupakan golongan obat bebas yang dapat diperoleh di apotik atau took
obat. Dalam penggunannya obat batukjuga memiliki efek samping yang tidak
diinginkan harus tetap memperhatikan aturan pakai yang tercantum pada kemasan
wadah ataupun brosur, termasuk aturan pakai yang tercantum dalam kotak
peringatan (box warning) dalam kemasan obat penanganan yang tepat dan rasional
terhadap penyakit (Nurmasari, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Sesarini et al (2019)
menunjukkan bahwa penggunaan obat yang dilakukan oleh pelajar non kesehatan
mengonsumsi obat batuk ekspektoran sebanyak 77 % golongan mukolitik 2,25 %
dan mengonsumsi obat batukgolongan antitusif sebanyak 3,5 %
Oleh-sebab itu penelitiitertarik melakukan penelitian ini di salah satu apotek
di Kota Makassar yaitu Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar, karena Apotek
tersebut merupakan apotek yang banyak ditemukan kasus swamedikasi dalam
pengobatan beberapa keluhan penyakit ringan khususnya pada pengobatan batuk.
Berdasarkan latar belakang diats, maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui Gambaran penggunaan obat batuk yang sering digunakan secara
swamedikasi di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tingkat penggunaan obat batuk yang sering digunakan
secara swamedikasi digunakan di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran tingkat penggunaan obat batuk yang sering digunakan
secara swamedikasi di Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar
D. Manfaat Penelitian
4
B. Batuk
a. Pengertian Batuk
Batuk merupakan gejala yang dialami oleh tubuh terhadap rangsangan
disebabakan adanya iritasi pada saluran pernapasan (Cyntia Fauzi, 2019).
Batuk termasuk gejala penting yang sering terjadi sehingga menimbulkan
adanya refleks batuk. Terdapat penyebab mekanik seperti (debu, asap rokok)
tumor paru, alergi (asma), rangsangan kimiawi (bau, gas) dan perubahan suhu
yang mendadak (Tjay & Rhardja, 2015).
Adapun gejala lain dari batuk adalah pada penyakit kanker paru. Adapun
penyakittTBC, tidak selalu disertai batuk, meskipun gejala ini sangat penting.
Selanjutnya batuk yaitu gejala yang biasa dijumapi pada penyakit tiphus dan
dekompensasi jantung, terutama manusia lanjut usia, begitu pula asma dan
kondisi mental. Akibatnya batuk yang tidak pulih dan mengalami “batuk darah”
5
6
saluran nafas akuttdan disebabkan oleh infeksi seperti bakteri atau virus
iritasi, terdapat penyempitan saluran nafas.
d. Keuntungan Swamedikasi
Keuntungan swamedikasi dengan menggunakan obat-obat
golongannobatt bebassdan golongan obat bebas terbatass(Rikomah, 2018),
yaitu:
1
2 BAB III
3 METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode survey
online untuk mengetahui Gambaran penggunaan obat batuk secara swamedikasi di
Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar.
15
16
F. Definisi Operasional
a. Batuk
Batuk merupakan respon dari tubuh sebagai bentuk pertahanan dari tubuh
untuk melepaskan udara dan membersihkan iritasi pada tenggorokan atau
saluran pernapasan, batuk yang dimaksud disini adalah batuk kering dan batuk
berdahak.
b. Obat Batuk
Obat batuk merupakan obat yang memiliki indikasi untuk mengobati
gejala dari batuk yang terdapat di Apotek K-24 Bawakaraeng.
c. Swamedikasi
Swamedikasi adalah perilaku dalam pengobatan sendiri sesuai dengan
pengetahuan masyarakat dalam menggunakan obat batuk.
d. Apotek
Apotek K-24 Bawakaraeng bertempat dijalan G. Bawakaraeng No. 219,
Kota Makassar
17
4 BAB IV
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data
penggunaan obat batuk selama 3 bulan periode Maret – Mei 2021 di Apotek K-24
Bawakaraeng Kota Makassar diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Penggunaan Obat Batuk
Dari hasil penelitian untuk penggunaan obat batuk diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 1 Distribusi data Penggunaan Obat Batuk Berdahak dan Obat
Batuk Kering selama 3 bulan
Penggunaan Selama 3 Bulan
No. Nama Obat Maret April Mei
18
19
3000 2860
2500
Hasil Pengukuran
2000
1500
1000
500
250 172
32 15 17 20
0
Bisolvon tab Mucohexin tab OBH Combi Sanadryl Woods Silex Grantusif
Ekspektoran Ekspektoran
600 508
500
Hasil Pengukuran
400
300
200
100 20 15
0
Sanadryl antitussive Woods antitussive Konidin tab
Jenis Obat Batuk Kering
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 1, distribusi data
Penggunaan Obat Batuk Berdahak dan Obat Batuk Kering selama 3 bulan periode
Maret – Mei 2021, masyarakat banyak melakukan pengobatan obat batuk secara
swamedikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Isna Anggranti (2018) menyatakan
bahwa masyarakat lebih banyak melakukan pengobatan swamedikasi sebanyak
52,05% dan berdasarkan penggunaan obat, masyarakat banyak meminta obat
batuk sebanyak 30,82%.
Pada tabel 2 akumulasi data penggunaan obat batuk berdahak selama 3 bulan
periode Maret – Mei 2021, didapatkan data obat batuk Bisolvon sebanyak 250
tablet, obat Mucohexin tab sebanyak 172 tablet, obat OBH Combi sebanyak 32
botol, obat Sanadryl ekspektoran sebanyak 15 botol, obat Woods ekspektoran
21
sebanyak 17 botol, obat Epexol sebanyak 400 tablet, obat Silex sebanyak 20 botol,
dan obat Grantusif sebanyak 2860 tablet.
Pada tabel 3 akumulasi data penggunaan obat batuk kering selama 3 bulan,
periode Maret – Mei 2021 didapatkan data obat Sanadryl antitussive sebanyak 20
botol, obat Woods antitussive sebanyak 15 botol, dan obat Konidin tab sebanyak
508 tablet.
Tiap tablet obat Bisolvon mengandung Bromhexine 8 mg. Obat Bisolvon
bermanfaat mengatasi gangguan pada saluran pernapasan yang diakibatkan oleh
cairan kental yang berlebihan seperti batuk berdahak. Efek samping pada obat ini
yaitu diare, muntah, rasa penuh diperut, nyeri, mual, sakit kepala, keringat
berlebih, vertigo, kulit kemeraha, bengkakkpada/wajah, demam, sesak nafas, dan
kenaikan enzim transaminase. Obat ini mengandung”bromhexine, obat yang
termasuk agen mukolitik, yaitu obat yang berfungsi mengencerkan dahak. Dosis
Dewasa dan anak > 10 tahun : 3 kali sehari 1 tablet. Anak 5-10 tahun : 3 kali
sehari ½ tablet. Anak 2-5 tahun : 2 kali sehari ½ tablet.
Tiap tablet obat Mucohexin mengandung Bromhexine HCl 8 mg. Obat
Mucohexin digunakan untuk mengatasi gangguan pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh dahak/mukus yang berlebihan, Mucohexin tablet bekerja dengan
cara mengencerkan dan mempermudah pengeluaran dahak. Kontraindikasi yaitu,
hipersensitif, penderita ulkus pada lambung. Dosis dewasan dan anak >10 tahun :
3 x sehari 1 tablet, anak 5-10 tahun 3 x sehari ½, anak 2-5 tahun 2 x sehari ½
tablet.
Tiap 5 mL obat sirup OBH Combi mengandung Succus liquiritiae extract 167
mg, ammonium Chloride 50 mg, ethanol 2%. Obat ini digunakan untuk meredakan
batuk berdahak, obat ini bekerja sebagai ekspektoran yang dapat mengencerkan
dahak. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, perasaan tidak nyaman
diperut, pada dosis besar dapat menyebabkan gangguan elektrolit tubuh. Dosis
dewasa sehari 1-4 x 15 ml, dosis anak 6-12 tahun sehari 1-4 x 5 ml.
22
gangguan pencernaan, sakit kepala, dan insomnia. Dosis 3 x sehari : dewasa dan
anak >12 tahun : 1-2 tablet, anak 6-12 tahun ½ - 1 tablet.
Berbagai macam obat batuk yang paling sering digunakan adalah obat batuk
berdahak dengan merek obat Grantusif dan obat batuk kering dengan merek
Konidin tab, hal ini dilihat dari hasil data penggunaan obat batuk berdahak dan
obat batuk kering selama 3 bulan periode Maret – Mei 2021 yang didukung oleh
kuesioner sebagai data penunjang, dari 30 subjek yang menderita batuk didapatkan
hasil yang menggunakan obat grantusif sebanyak 12 orang (40%), obat Konidin 10
orang (33,3%), obat Bisolvon tab sebanyak (13,3%), obat Mucohexin tab sebanyak
3 orang (10%) dan obat OBH Combi sebanyak 1 orang (3,4%). Hal ini sesuai
dengan pendapat Dewi Rohmah dkk (2020) bahwa dari 3 jenis golongan obat
batuk yang dicantumkan dalam penggunaannya, obat-obat yang paling sering
digunakan masyarakat adalah golongan obat ekspektoran (batuk berdahak) disusul
dengan obat batuk kering.
Alasan mereka memilih obat Grantusif dan obat Konidin tab menjadi pilihan
utama karena obat Grantusif memiliki kelebihan seperti, harganya terjangkau,
masyarakat mudah mendapatkan informasi yang akurat dari teman/keluarga, selain
itu obat tersebut memili efek samping yang jarang terjadi, dan mudah didapatkan
di Apotek-apotek terdekat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
Garmbaran tingkat penggunaan obat batuk yang digunakan secara swamedikasi di
Apotek K-24 Bawakaraeng Kota Makassar pada bulan Maret – Mei 2021 sebagai
berikut: obat batuk berdahak dengan merek obat grantusif sebanyak 2860 tablet,
obat dengan merek bisolvon tablet sebanyak 250 tablet, obat dengan merek
mucohexin sebanyak 172 tablet, sedangkan obat batuk kering dengan merek obat
konidin tablet sebanyak 508 tablet, obat dengan merek sanadryl antitussive 20
botol, dan woods antitussive sebanyak 15 botol. Jenis obat batuk yang sering
digunakan adalah obat batuk berdahak dengan merek Obat Grantusif sebanyak
2.860 tablet, dibuktikan dengan hasil kuesioner sebagai data penunjang yang
menggunakan obat Grantusif sebanyak 12 orang (40%) sedangkan obat batuk
kering dengan merek Obat Konidin tablet sebanyak 508 tablet, dibuktikan dengan
hasil kuesioner sebagai data penunjang yang menggunakan obat konidin tablet
sebanyak 10 orang (33,3%).
B. Saran
Gejala batuk sering ditemukan dikalangan masyarakat, gejala batuk pun
berbeda-beda, maka dari itu sebaiknya masyarakat ketika menggunakan obat
sebaiknya membaca aturan pakai pada label obat terdahulu untuk mengetahui
indikasi obat, aturan pemakaian serta efek samping yang mungkin terjadi.
25