تاذ//ا أس//ك ي/ل رجلي/ني أقب/ دع:ال/اري فق//اء إلى البخ// وج، سمعت مسلم بن الحجاج:قال محمد بن حمدون بن رستم
وطبيب الحديث في علله، وسيد املحدثين،األستاذين
Muhammad bin Hamdun berkata; Saya mendengar Imam Muslim saat bertandang ke Imam Bukhari berkata:
“Biarkanlah Saya mencium kedua kakimu, wahai gurunya para guru, tuannya para muhaddits, dan dokternya
hadits dalam mengetahui illatnya.
د//ل الي//واز تقبي//ذا ج// وفي ه.ك// على ذل/ا/ فأقرهم،ه//لم ورجل//ه وس//لى هللا علي//بي ص//د الن//رجلين قبال ي//ذين ال//املهم أن ه
ا//ا حق// ألن لهم،ك//به ذل//ا أش//ل من األب واألم وم//د والرج//ل الي//ذلك تقبي// ك،رف والعلم//ير الش//ان الكب//ل لإلنس//والرج
.وهذا من التواضع
Dua orang itu (tamu Nabi) memang telah mencium kaki Nabi Muhammad SAW, Nabi SAW mengakuinya tanpa
mengingkari. Maka, hukumnya boleh mencium tangan dan kaki seseorang karena kemulyaannya, sebagaimana
mencium tangan dan kaki Bapak maupun Ibu, karena memang hak mereka. Inilah bentuk dari sikap tawadhu’.
(Syarah Riyadh as-Shalihin).
Jadi mencium tangan orang yang dihormati bukanlah hal yang baru. Para shahabat, para ulama sudah biasa
melakukannya. Kalo ada ustadz tak mau dicium tangannya, itu pilihan. Tapi tak harus pilihan itu tak harus
menjadikan orang lain yang berbeda dianggap salah.
Faidah-Faidah Penting yang Terkandung Dalam Hadits:
1. Berjabat tangan adalah ibadah yang disyari’atkan ketika bertemu dan berpisah, maka melakukannya di
selain kedua waktu tersebut, misalnya setelah shalat lima waktu, adalah menyelisihi ajaran Nabi, bahkan
sebagian ulama menghukuminya sebagai perbuatan bid’ah.
ْ َُ ُ ُ َُْ ْ َْ َ َ ََْ ُْ َ
هللا لك ْم ِب َها َعش ًرا صا ِفحوا بعد صال ِة الفج ِر يكتب
Saling berjabat tanganlah selepas shalat Fajr, niscaya Allah akan menetapkan (pahala) sepuluh kali lipat bagi
kalian.
ُْ ْ َْ ََْ ُْ َ
َّ صر ُت ْؤ َج ُر ْوا ب
الر ْح َم ِة َوالغ ْف َر ِان ِ ِ صا ِفحوا بعد الع
Berjabat tanganlah selepas shalat Ashar, kalian akan diganjar dengan rahmat serta ampunan.
Mencium tangan seorang guru/ustadz ketika bertemu dengannya adalah diperbolehkan.
2. Adapun berjabat tangan setelah shalat bagi dua orang yang baru bertemu pada waktu itu (setelah shalat
lima waktu), maka ini dianjurkan, karena niat keduanya adalah berjabat tangan karena bertemu dan bukan
karena shalat.
3. Mencium tangan seorang guru/ustadz ketika bertemu dengannya adalah diperbolehkan
ْ َ ْ ُّ
.والسلط ِان ال َع ِاد ِل َّ الر ُجل ْال َعالم َوامْل ُ َت َو ّرع َع َلى َسبيل
،الت َب ُّر ِك َ ْ َ َ ْ َ َ اَل
ِ ِ ِِ ِِ ِ َّ و بأس ِبتق ِب ِيل ي ِد
“Dan tidak apa-apa mencium tangan orang alim dan orang wara’ untuk tujuan mendapatkan keberkahan.
Begitu pula (mencium tangan) pemimpin yang adil”.
ُ أْل َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ اَل َ َ ْ َ َْ َْ ََ
ْو ِر/م/ُ ح ِو ِه ِم َن ا
/ /ْ َيان ِت ِه َون/ / َر ِف ِه َو ِص/ / ِه أ ْو ش/م/ِ أ ْو ِعل، ِح ِه/ /ص َ ه د/ /ْ ان ل ُز
د و/ِ /ي/ ِاح ِب ال/ /ص ِ ِ /ك/ ِإن/ف/ ،د/ِ /ي/ ل ال/ُ /ي/ْ وأ َّما تق ِب
َ
ف ُم ْس َت َح ٌّب،الد ْي ِن َّي ِة
ّ
ِ
“Adapun mencium tangan, jika karena kezuhudan pemilik tangan dan kebaikannya, atau karena ilmunya, atau
kemuliannya, keterjagaannya berupa urusan-urusan agama, maka disunnahkan”
Akan tetapi kebolehan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
Tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan, karena para sahabat sendiri tidak sering melakukannya
kepada Rasulullah SAW, terlebih lagi jika hal itu dilakukan untuk tujuan mencari berkah dengan mencium
tangan sang guru.
Perbuatan itu tidak menjadikan sang guru menjadi sombong dan merasa dirinya besar di hadapan orang
lain.