Anda di halaman 1dari 4

Kepatuhan Prokes Kolektif Guna Menekan Risiko

Penularan COVID-19 Di Tengah Kegiatan Keagamaan


Rabu, 27 Oktober 2021, 23:30 WIB




Kredit Foto:
Antara/Aditya Pradana Putra

WE Online, Jakarta -
Pemerintah telah menerbitkan Pedoman Penyelenggaraan Peringatan
Hari Besar Keagamaan Pada Masa Pandemi COVID-19. Hal ini sebagai
upaya meningkatkan kewaspadaan dan memberikan rasa aman bagi
masyarakat dalam merayakan hari besar keagamaan. Implementasi dari
pedoman ini diharapkan dapat mencegah risiko penularan saat
pelaksanaan kegiatan hari besar keagamaan yang berpotensi
menimbulkan mobilitas dan berkumpulnya banyak orang.

Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Besar Keagamaan Pada


Masa Pandemi COVID-19 tersebut telah diterbitkan pemerintah melalui
Kementerian Agama, tertuang dalam Surat Edaran Menteri Agama No.
29 tahun 2021, yang diterbitkan pada Kamis, 7 Oktober 2021. Sekretaris
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama,
M. Fuad Nasar menyatakan, selain sosialisasi pedoman dimaksud,
pihaknya juga terus melakukan pemantauan kedisiplinan penerapannya
di lapangan.
Baca Juga: Antisipasi Pembukaan Kegiatan Keagamaan,
Pemerintah: Lansia Sebaiknya Ibadah di Rumah Saja

“Kami juga membina para penyuluh dari semua agama, yang berperan
besar mengajak dan mengedukasi masyarakat agar dapat
melaksanakan hari besar keagamaan secara hikmat dan aman, yang
menjadi titik tumpu dari surat edaran tersebut,” tutur Fuad dalam Dialog
Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN,
Rabu(27/10/2021).

Menurutnya, para tokoh dan pemuka agama di semua lini memiliki


kontribusi penting dalam kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan,
sehingga masyarakat dapat mematuhi protokol kesehatan (Prokes)
sesuai kondisi daerah masing-masing.

Kepatuhan terhadap Prokes saat ibadah, kata Fuad, diharapkan


berpengaruh pula terhadap kedisiplinan di luar rumah ibadah, dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal-hal yang tercantum dalam pedoman
tersebut di antaranya: tentang penerapan Prokes 3M, anjuran membawa
alat ibadah milik pribadi, serta menghindari kontak fisik. Bagi jemaah
yang baru kembali dari luar daerah, disarankan tidak beribadah di rumah
ibadah. Ditegaskan pula bahwa tidak boleh melakukan pawai atau arak-
arakan yang melibatkan banyak orang, dalam peringatan hari besar
keagamaan.

“Kami juga mendorong para pengurus rumah ibadah selalu berkoordinasi


dengan pemerintah daerah berkenaan dengan perkembangan dan
dinamika situasi di lapangan terkait tingkatan pandemi. Begitu pula harus
waspada dengan kondisi kesehatan jamaah,” tegas Fuad.

Pemerintah terus mengimbau agar para tokoh dan pemuka agama tidak
pernah lelah mengedukasi umat dalam mewaspadai pandemi.

Sejalan dengan hal tersebut, Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Ni’am
menyatakan, meski PPKM telah dilonggarkan, perlu kehati-hatian dalam
seluruh aktivitas masyarakat, termasuk kegiatan keagamaan.

“Apapun jenis kegiatannya, ada tanggung jawab kolektif untuk mencegah


potensi penularan, dengan melakukan langkah-langkah disiplin Prokes,”
ujar Asrorun. Tanggung jawab kolektif tersebut, menurutnya, berlaku
bagi seluruh lapisan dan elemen, sinergis, kolaboratif, dan setiap pihak
diharapkan memahami kompetensi masing-masing bidang.
Ia menegaskan, tanggung jawab praktik keagamaan seharusnya
seimbang dengan tanggung jawab menjaga keselamatan jiwa. Karena
itu, Prokes dalam menjalankan aktivitas ibadah tidak hanya menjadi
tanggung jawab kita sebagai warga negara, melainkan juga sebagai
panggilan keagamaan atas dasar ketaatan.

Potensi penularan pada Hari Besar Keagamaan, menurut Asrorun,


sebetulnya bukan pada faktor Hari Raya Keagamaan itu sendiri.
Melainkan lebih banyak terjadi pada faktor liburan, rekreasi, kegiatan
keluar ke ruang publik yang mengiringi Hari Raya Keagamaan. Karena
itu, upaya mitigasi dan langkah-langkah preventif diperlukan.

“Kalau aktivitas keagamaan, rata-rata sudah memahami Prokes,”


ujarnya. Kesempatan yang sama, Sekretaris Eksekutif Bidang KKC
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Jimmy Sormin
menjelaskan, rumah-rumah ibadah masih terus memberikan literasi,
panduan, pedoman Prokes bagi jemaah. “Gereja juga memiliki satuan
tugas untuk mengawal dan memantau pelaksanaan Prokes,” katanya.

Saat ini, pihaknya masih mengimbau pelaksanaan ibadah secara virtual


(digital) karena lebih aman. Ibadah virtual tersebut menjadi semakin
masif kala pandemi dan setelah pelonggaran diberlakukan pun, banyak
jemaah atau rumah ibadah yang memilih meneruskannya karena lebih
nyaman. Selain itu, ibadah secara virtual terbukti mampu menjangkau
lebih banyak jemaah, bahkan yang di luar negeri dapat beribadah
dengan yang berada di Indonesia, diselenggarakan oleh rumah-rumah
ibadah yang makin fasih dengan teknologi digital.

“Jika ingin ibadah luring, harus mematuhi Prokes dan berkoordinasi


dengan Satgas setempat,” tandas Jimmy. Belajar dari perayaan Natal
tahun sebelumnya, Jimmy meyakini, tahun ini gereja dapat lebih
memahami apa yang harus dilakukan. Seiring membaiknya situasi
pandemi dan penurunan level PPKM, maka peningkatan intensitas acara
keagamaan memang diizinkan secara bertahap. Hal ini dikemukakan
Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro.

“Tapi kita tidak boleh menganggap sepele. Pandemi belum usai, bahkan
ada varian baru yang lebih menular,” ujar Reisa. Menurutnya, disiplin
Prokes dan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dilakukan di masa
PPKM harus terus dijaga hingga pandemi berakhir, atau justru berlanjut
menjadi budaya baru untuk mencegah penyakit-penyakit menular.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, kata Reisa, liburan panjang dan
Hari Raya yang menimbulkan mobilitas dapat berisiko adanya lonjakan
kasus bila tidak disertai Prokes ketat. Karena itu, upaya mitigasi
disiapkan jauh-jauh hari dengan melibatkan berbagai pihak agar tidak
terdapat titik lengah yang memicu penularan.

Selain itu, Reisa menekankan, penguatan testing dan skrining dengan


akurasi baik harus dilakukan. Hal ini guna memastikan kita bersama
orang-orang yang sehat dan mencegah mereka yang sedang sakit untuk
berkumpul di ruang publik.

“Tentunya kita sudah belajar bagaimana bisa tetap produktif tapi tetap
terlindungi,” tandas Dokter Reisa.

Investasi terbaik ialah investasi leher ke atas. Yuk, tingkatkan kemampuan


dan keterampilan diri Anda dengan mengikuti kelas-kelas di WE Academy.
Daftar di sini.

Penulis: Redaksi WE OnlineEditor: Alfi Dinilhaq

Anda mungkin juga menyukai