Kredit Foto:
Antara/Aditya Pradana Putra
WE Online, Jakarta -
Pemerintah telah menerbitkan Pedoman Penyelenggaraan Peringatan
Hari Besar Keagamaan Pada Masa Pandemi COVID-19. Hal ini sebagai
upaya meningkatkan kewaspadaan dan memberikan rasa aman bagi
masyarakat dalam merayakan hari besar keagamaan. Implementasi dari
pedoman ini diharapkan dapat mencegah risiko penularan saat
pelaksanaan kegiatan hari besar keagamaan yang berpotensi
menimbulkan mobilitas dan berkumpulnya banyak orang.
“Kami juga membina para penyuluh dari semua agama, yang berperan
besar mengajak dan mengedukasi masyarakat agar dapat
melaksanakan hari besar keagamaan secara hikmat dan aman, yang
menjadi titik tumpu dari surat edaran tersebut,” tutur Fuad dalam Dialog
Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN,
Rabu(27/10/2021).
Pemerintah terus mengimbau agar para tokoh dan pemuka agama tidak
pernah lelah mengedukasi umat dalam mewaspadai pandemi.
Sejalan dengan hal tersebut, Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Ni’am
menyatakan, meski PPKM telah dilonggarkan, perlu kehati-hatian dalam
seluruh aktivitas masyarakat, termasuk kegiatan keagamaan.
“Tapi kita tidak boleh menganggap sepele. Pandemi belum usai, bahkan
ada varian baru yang lebih menular,” ujar Reisa. Menurutnya, disiplin
Prokes dan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dilakukan di masa
PPKM harus terus dijaga hingga pandemi berakhir, atau justru berlanjut
menjadi budaya baru untuk mencegah penyakit-penyakit menular.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, kata Reisa, liburan panjang dan
Hari Raya yang menimbulkan mobilitas dapat berisiko adanya lonjakan
kasus bila tidak disertai Prokes ketat. Karena itu, upaya mitigasi
disiapkan jauh-jauh hari dengan melibatkan berbagai pihak agar tidak
terdapat titik lengah yang memicu penularan.
“Tentunya kita sudah belajar bagaimana bisa tetap produktif tapi tetap
terlindungi,” tandas Dokter Reisa.