Anda di halaman 1dari 116

Civil Engineering’19

Laporan Praktikum

SURVEY & PEMETAAN

Tugas ini diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian mata kuliah
Survey dan Pemetaan pada Program Studi Strata Satu (S-1)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Dikerjakan Oleh:

MUHAMMAD MULTAZAM

F 111 19 054

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL (S-1)
UNIVERSITAS TADULAKO
Palu – Sulawesi Tengah
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :

Nama : Muhammad Multazam

Stambuk : F 111 19 054

Kelas : Internasioal

Telah mengikuti dan telah menyelesaikan seluruh praktikum survey dan


pemetaan dengan baik. Modul praktikum yang telah dilaksanakan adalah
sebagai berikut :

No Modul/Kegiatan Laboran/Asisten Tanda Tangan

1 Waterpass/Penyipat Datar Muh. Nur Iriyanto

2 Theodolith Muh. Nur Iriyanto

Palu, Mei 2020

Mengetahui Diperiksa Oleh


Kepala Lab./Koordinator Dosen Mata kuliah
Praktikum

Harly Hamad, S.T,M.T Erwin Affandi


Nip. 19700105 200003 1 002 Nip.
Survey dan Pemetaan 2019

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan Praktikum Survey dan Pemetaan ini depart penulis rampungkan tepat pada waktunya.

Praktikum Survey dan Pemetaan ini merupakan suatu hal wajib bagi seluruh mahasiswa yang
memprogram matakuliah ini. Hal ini dilakukan untuk menerapkan teori yang didapatkan dalam ruang
kuliah dengan di lapangan secara langsung.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
merampungkan laporan praktikum ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak,
baik secara lembaga maupun secara pribadi yang ditujukan kapada Dosen, Asisten Dosen, teman-teman
serta semua pihak yang telah membantu kami.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya. Sehingga
penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran dari para pembaca. Baik itu berupa saran atau kritik
yang sifatnya membangun untuk dapat menyempurnakan laporan seperti ini di masa-masa yang akan
datang.

Palu, Mei 2020


Penyusun

Muhammad Multazam
F 111 19 054

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ( )

KATA PENGANTAR ( )
DAFTAR ISI ( )
BAB I. TINJAUAN PUSTAKA ( )

A. Definisi Ilmu Ukur Tanah ( )


B. Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ( )
1. Tujuan Instruksional Umum ( )
2. Tujuan Instruksional Khusus ( )
C. Prinsip Dasar Pengukuran ( )
D. Skala ( )
E. Pengukuran Menyipat Datar ( )
1. Definisi ( )
2. Tipe Sipat Datar ( )
a. Metode sipat datar langsung ( )
b. Metode sipat datar tidak langsung ( )
a) Cara grafis ( )
b) Cara analitis ( )
3. Metode pengukuran ( )
a. Metode pembacaan muka belakang ( )
b. Metode garis bidik ( )
c. Metode gabungan ( )
F. Pengukuran Polygon ( )
1. Definisi ( )
2. Jenis-Jenis Polygon ( )
a. Polygon Terbuka ( )
b. Polygon Tertutup ( )
1. Pengukuran searah jarum jam ( )
2. Pengukuran berlawanan arah jarum jam ( )
3. Cara mengukur sudut ( )

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

4. Memilih titik polygon ( )


5. Perhitungan polygon ( )

G. Pengukuran Peta Situasi (Tachymetry) ( )


1. Definisi ( )
2. Garis Kontur ( )
a. Definisi ( )
b. Syarat-syarat kontur ( )
c. Metode penggambaran garis kontur ( )
1) Cara grafis ( )
2) Cara analitis ( )
BAB II : PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN WATERPASS

FLOWCHART ( )

METODOLOGI ( )

I. Tujuan Instruksi Umum ( )


II. Tujuan Instruksi Khusus ( )
III. Peralatan ( )
IV. Tinjauan Pustaka ( )
V. Petunjuk Umum ( )
VI. Langkah Kerja ( )
A. Mengatur / Menyetel Pesawat Waterpass ( )
B. Membidik dan Membaca Rambu Ukur ( )
C. Membaca Skala Lingkaran ( )
D. Memeriksa Pesawat Waterpass ( )
E. Pelaksanaan Pengukuran Waterpass (Menyipat Datar) ( )
F. Prosedur Pengukuran Profil Melintang ( )
G. Contoh Hasil Perhitungan Waterpass ( )
BAB III : PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN THEODOLIT

FLOWCHART ( )

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

METODOLOGI ( )

I. Tujuan Instruksi Umum ( )


II. Tujuan Instruksi Khusus ( )
III. Peralatan ( )
IV. Tinjauan Pustaka ( )
V. Petunjuk Umum ( )
VI. Langkah Kerja ( )
A. Mengenal Bagian-Bagian Pesawat ( )
B. Menyetel Pesawat dan Memeriksa Sumbu I ( )
C. Memeriksa Sumbu II, Sumbu I dan Garis Bidik Sumbu ( )
D. Pembacaan Skala Lingkaran ( )
E. Pengukuran Sudut Horizontal ( )
F. Pengukuran Sudut Vertikal ( )
G. Polygon Terbuka ( )
H. Polygon Tertutup ( )
I. Pengukuran Setting Out-Stake Out ( )
J. Contoh dan Hasil Perhitungan Polygon Tertutup ( )
BAB IV PERHITUNGAN ( )

A. Pengukuran Penyipat Datar ( )


1. Data ( )
2. Menghitung jarak ( )
3. Menghitung beda tinggi ( )
4. Menghitung tinggi garis bidik ( )
5. Menghitung tinggi titik tanah asli ( )
6. Sketsa dan Kontur ( )
7. Gambar Profil ( )
a. Gambar profil memanjang ( )
b. Gambar profil melintang ( )
8. Membuat Perencanaan ( )
9. Menghitung luas penampang galian dan timbunan ( )

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

11. Menghitung volume galian dan timbunan ( )


B. Pemetaan
1. Data ( )
2. Menghitung koordinat X, Y, dan Z polygon utama ( )
3. Menghitung koordinat X, Y, dan Z titik Detail ( )
4. Kontur Pengukuran theodolite ( )
5. Peta situasi ( )
6. Sketsa pengukuran theodolite ( )
7. Menghitung luasan polygon ( )

BAB V PENUTUP ( )
A. Kesimpulan ( )
B. Saran ( )
DAFTAR PUSTAKA ( )
LAMPIRAN ( )
LEMBAR ASISTENSI ( )

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

MUHAMMAD MULTAZAM
F 111 19 054
Survey dan Pemetaan 2019

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka bumi (topografi), artinya
ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk topografi muka bumi dalam suatu peta dengan segala
sesuatu yang ada pada permukaan bumi seperti kota, jalan, sungai, bangunan, dll. Dengan skala
tertentu sehingga dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak, arah dan posisi tempat yang
kita inginkan.

B. Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah.

1. Tujuan Instruksi Umum

a) Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan, mengenal dan menggunakan waterpass


dan theodolite.
b) Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam menggunakan waterpass dan
theodolite.
c) Mahasiswa terampil mengatur alat dan membaca rambu ukur dengan tepat dalam setiap
pengukuran.
d) Mahasiswa dapat melakukan atau melaksanakan pengukuran dengan tepat.

e) Mahasiswa dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi suatu tempat.

2. Tujuan Instruksi Khusus

a) Mahasiswa dapat membuat perhitungan dengan teliti.

b) Mahasiswa dapat menggambarkan hasil pengukuran dengan tepat.

c) Mahasiswa dapat membuat peta dengan situsi angka perbandingan diperkecil, disebut skala
peta.
C. Prinsip Dasar Pengukuran

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin saja terjadi, maka tugas pengukuran harus

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

didasarkan pada prinsip dasar pengukuran yaitu:

1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah.

2. Tidak ada kesalahan-kasalahan yang terjadi dalam pengukuran.

3. Setiap pengukuran telah mengetahui tugas-tugas yang akan dilakukannya dilapangan.

Dimensi-dimensi yang diukur dalam kegiatan pengukuran adalah:


a. Jarak.
Garis hubung terpendek antara 2 titik yang diukur dengan mistar, pita ukur, waterpass dan
theodolite.
b. Sudut.
Besaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik.
c. Ketinggian.
Jarak tegak diatas atau dibawah bidang referensi yang dapat diukur dengan waterpass dan
rambu ukur.
d. Skala Peta
Skala peta ialah suatu perbandingan antara besaran-besaran diatas peta dan diatas muka bumi
(besaran sebenarnya). Berhubungan dengan skala ini maka peta kita bagi atas:
D. Skala
1. Peta teknis dengan skala 1:10.000 (skala besar).

2. Peta topografi atau peta detail dengan skala 1:10.000 sampai dengan 1:100.000 (skala medium).
3. Peta topografi atau peta iktisar lebih kecil dari 1:100.000 (skala kecil).
Skala merupakan perbandingan antara jarak yang mewakili sebagian permukaan bumi yang
ditunjukkan oleh sebuah kertas gambar dengan jarak yang ada dilapangan.Skala diberikan dalam
istilah jarak pada peta dalam sejumlah satuan tertentu yang bersesuaian dengan suatu jarak tertentu
dilapangan.Skala dapat dinyatakan dengan persamaan langsung atau dengan suatu perbandingan.
Jarak dari dua buah tempat yang diperlihatkan dipeta harus diketahui dengan suatu perbandingan
yang tertentu dengan keadaan yang sesungguhnya. Perbandingan jarak dilapangan dengan jarak
diatas peta inilah yang dinamakan dengan skala, misalnya:

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

• Peta dengan skala 1:100.

Berarti 1 cm diatas kertas sama dengan 100 cm dilapangan.


• Peta dengan skala 1:250.

Berarti 1 cm diatas kertas sama dengan 250 cm dilapangan.


• Peta dengan skala 1:2500.

Berarti 1 cm diatas keratas sama dengan 2500 cm dilapangan.

E. Pengukuran Menyipat Datar

1. Definisi.

Menyipat datar atau profil peta yaitu suatu irisan yang digambar tegak lurus sumbu utama
sepanjang sumbu utama dan sepanjang sumbu utama pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu.
2. Tipe Sifat Datar.

a. Metode sifat datar langsung.


Dengan menempatkan alat ukur langsung diatas salah satu titik. Aturlah sedemikian rupa
sehingga sumbu kesatu alat tepat berada diatas patok(titik) kemudian ukurlah tinggi garis
bidik terhadap patok (titik) tersebut misalnya a, kemudian dengan gelembung nivo ditengah-
tengah garis bidik diarahkan ke master yang terletak diatas titik satunya lagi, dan didapat
pembacaan adalah b. Sehingga dengan mudah diketahui beda kedua titik a dan b adalah t = a –
m.
b. Metode Sifat datar tidak langsung.
Pengukuran ini dilakukan bila tidak mungkin menempatkan atau memakai instrumen ukur
langsung pada jarak atau sudut yang diukur. Oleh karenannya, hasil ukuran ditentukan oleh
hubungannya dengan suatu harga lain yang diketahui. Jadi jarak ke seberang sungai dapat
ditemukan dengan mengukur sebagian jarak disuatusisi, sudut ditiap ujung jarak ini yang
diukur ke titik seberang dan kemudian menghitung jarak tadi dengan salah satu rumus
trigonometri baku.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

a) Cara grafis.

Alat ukur menyipat datar ditempatkan antara titk A dan B, sedang diantar titik A dan B
ditempat 2 mistar. Jarak dari alat ukur menyipat datar kedua mistar, ambillah kira-kira sama,
sedang alat ukur penyipat datar tidaklah perlu terletak perlu terletak digaris lurus yang
menghubungkan dua titk A dan B. Arahkan garis bidik dengan gelembung ditengah-tengah
mistar A (belakang) dan mistar B (muka). Dan misalkan pembacaan pada dua mistar
berturut-turut adalah B (belakang) dan m (muka), maka beda tinggi antara titk A dan N adalah t
= b – m.

Tidaklah selalu mungkin untuk menempatkan alat ukur menyipat datar diantara dua titk
A dan B, misalnya karena antara titk A dan B ada selokan. Maka dengan cara ketiga alat ukur
menyipat datar diantara titk A dan B tetapi sebelah kiri A atau disebelah kanan titk B, jadi
diluar garis A dan B pada gambar 1.1 alat ukur menyipat datar diletakkan disebelah kanan
titik B. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan diatas titik-titik A sekarang
berturut-turut adalah b dan m, sehingga dapat diperoleh dengan mudah, bahwa beda tinggi t = b
– m.

Gambar 1.1 Pengukuran secara grafis


b) Cara Analitis

Pesawat waterpass diletakkan antara dua mistar yang memberi hasil paling teliti,
karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran dapat saling memperkecil,
apalagi bila jarak antara pesawat waterpass kedua mistar dibuat sama. Jadi untuk
mendapatkan beda tinggi antara dua titk selalu diambil pembacaan mistar muka, sewhingga t

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

= b – m.Bila (b – m) hasilnya positif, maka titik muka lebih tinggi dari titik belakang, dan
bila hasilnya negatif, maka titik muka lebih rendah dari titik belakang.

Setelah bedatinggi antara dua titik ditentukan, maka tinngi satu titik dapat dicari bila
tinggi titik lainnya telah diketahui. Suatu cara untuk menentukan tinggi suatu titik ialah
dengan menggunakan tinggi garis bidik. Dengan diketahui tinggi garis bidik, dapatlah
dengan cepat dan mudah menantukan tinggi titik – titik yang diukur. Tempatkan saja mistar
diatas titik itu, arahkan garis bidik kemistar dengan gelembung ditengah- tengah, lakukan
pembacaan pada mistar itu, seperti dilihat pada gambar 1.2 maka tinggi titik, Tt = tGb = tinggi
garis bidik = pembacaan pada mistar.

Gambar 1.2 Pengukuran secara analitis


3. Metode Pengukuran

a. Metode pembacaan muka dan belakang (loncat).

Metode ini biasanya digunakan pada pengukuran jaringan irigasi atau pengukuran
memanjang tanpa diselingi potongan melintang, karena metode loncat, pesawat waterpass
berada ditengah-tengah antara patok 1 dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan
rambu berada pada patok ganjil. Untuk pengukuran melintang hal ini agak sulit dilakukan
karena pesawat tidak berdiri disemua patok. Untuk itu digunakan garis bidik.Adapun
keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah sebagai berikut :
• Metode loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

• Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25 m dibuat potongan
melintang.
• Pesawat harus pas diatas patok sehingga menyulitkan pengkuran pada areal daerah
yang padat (dalam hal ini jalan).
b. Metode Garis bidik

Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam menentukan profil
melintang dibanding dengan metode loncat.Prinsip kerja metode ini adalah metode ini hanya
mengukur beda tinggi.
Adapun keunggulan dan kelebihannya adalah :
• Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran melintang khususnya jalan.

• Garis bidik hanya mampu menentukan beda tinngi suatu wilayah namun tidak bisa
membaca jarak.
• Jarak antara patok harus diukur terlebih dahulu.

• Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka karena metode ini hanya untuk
menentukan garis bidik.
c. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode diatas, namun diperhatikan
bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu wilayah metode perhitungannya harus
tersendiri tidak bisa dicampur baur karena mempunyai prinsip berbeda.

F. Pengukuran Poligon

• Definisi
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik yang terletak diatas
permukaan bumi.Pada rangkaian tersebut diperlukan jarak mendatar yang digunakan untuk
menentukan posisi horizontal dari titik poligon, menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap titik
poligon.Untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan mengingatkan pada suatu
titik tetap seperti titk tringulasi, jembatan dan lain-lain yang sudah diketehui koordinat dan
ketinggiannya.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

• Jenis-Jenis Poligon.

a. Poligon terbuka.
Pada poligon terbuka, keadaanya adalah terikat sebagian atau terikat sepihak.Poligon
terbuka terdiri dari dua sistem yaitu poligon bebas dan poligon terikat.Dikatakan poligon
terikat karena diikat oleh azimuth dan koordinat titik dan poligon bebas karena tidak ada
titik yang mengikat.Keslahan dalam pengukuran sudut dan jarak tidak dapat
dikontrol.Kontrol dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran ulang untuk keseluruhan
poligon, atau melakukan pengukuran dari arah yang berlawanan.
b. Poligon tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu titik yang sama. Sistem
pengukuran pada poligon tertutup ini ada dua macam, antara lain :
1. Pengukuran searah jarum jam

 Yang diukur searah jarum jam

 Jumlah keseluruhan sudut = ( 2n + 4 ) 90

 Toleransi : ± 40n detik

 Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas, maka harus diratakan
hingga sesuai atau memenuhi syarat diatas.
2. Pengukuran berlawanan arah jarum jam

a. Yang diukur sudut dalam

b. Jumlah keseluruhan sudut = ( 2n – 40) 90

c. Bila hasil pengukuran tidak sesuai dengan rumus diatas, maka harus diratakan
hingga memnuhi syarat diatas.
Pengukuran dimulai dari titik AB dimana azimuth AB diketahui dan berakhir dititik CD
sebagai kontrol azimuth CD hasil hitungan harus sama dengan azimuth CD yang diketahui,
toleransinya ± 40n detik. Disini juga harus dilakukan dengan perataan bila tidak memenuhi
ketentuan diatas.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

3. Cara mengukur sudut.


Pengukuran sudut sebaiknya dilakukan sebelum pengukuran jarak dengan alat
theodolith dengan mengarahkan teropong pada arah tertentu, dan kita akan memperoleh
pembacaan tertentu pada plat lingkaran horizontal pada alat tersebut.
Dengan bidikan kearah lainnya, selisih pembacaan kedua dan pertama merupakan
sudut dari dua arah tersebut. Pengukuran sudut dilakukan dalam keadaan biasadan luar
biasa, hingga kita akan dapatkan harga rata-rata dari sudut tersebut. Berbagai cara
dilakukan dilakukan dalam mengukur sudut, atau arah garis poligon antara lain :
a. Pengukuran poligon dengan sudut arah kompas.

b. Pengukuran poligon dengan sudut dalam.

c. Pengukuran poligon dengan sudut belokan.

d. Pengukuran poligon dengan sudut ke kanan.

e. Pengukuran poligon dengan sudut azimuth.

4. Memilih titik polygon

Dalam memilih lokasi titik harus memenuhi syarat sbb :


• Memudahkan untuk melakukan pengukuran.

a. Daerah terbuka dan tidak turun naik.

b. Hindari pengukuran yang melalui daerah alang-alang.


• Hindari pengukuran sudut pada jarak pendek. Benang silang dan target tidak berimpit
dengan sempurna pada saat pembacaan hasil pengukuran.

• Titik harus ditempatkan pada daerah dimana titik tersebut dapat dibidik secara
langsung.
• Untuk memudahkan mencari titik tersebut, usahakan titik tersebut terletak dengan obyek-
obyek yang dikenal seperti pohon dan tiang listrik.
5. Perhitungan Poligon.

a. Menentukan sudut datar.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Perhitungan sudut datar adalah menjumlahkan semua sudut yang diukur dari titik
pengukuran untuk mengetahui koreksi terhadap sudut yang diukur. Dengan persamaan
sebagai berikut :

Sudut Datar = Sudut Muka – Sudut Belakang

b. Menentukan koreksi akibat sudut datar.

Apabila terjadi kesalahan setelah menjumlahkan sudut datar dari semua titik yang didapat
dari hasil pengukuran, maka harus dikoreksi sesuai dengan banyaknya titik pengukuran.
Dengan persamaan sebagai berikut :

Koreksi Sudut Datar = Sudut Datar x Koreksi

Sudut Koreksi

c. Menentukan sudut datar terkoreksi.


Sudut Datar Terkoreksi = Sudut Datar + Koreksi tiap patok

d. Menentukan Azimuth.

Untuk menghitung azimuth tiap-tiap garis penghubung haruslah ditentukan terlebih


dahulu azimuth awalnya. Penentuan azimuth awal dapat ditentukan dengan cara
kompas (magnetis) atau pengamatan matahari. Dengan persamaan berikut :

Azimuth = Azimuth awal + Sudut Datar -180

e. Menentukan selisih koordinat x dan y.

Setelah azimuth dan jarak datar telah terhitung, maka kita dapat menghitung
koordinat titik poligon. Perhitungan dimulai dengan pencari selisih koordinat x dan y.
Dengan persamaan berikut :

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

ΔX = Jarak datar optis x sin azimuth

ΔY = Jarak datar optis x cos azimut

f. Menentukan Selisih koordinat x dan y dengan beberapa metode sebagai berikut:


Metode Sembarang. Metode aturan Crandall.
Metode aturan transit. Metode kuadrat kecil.
Metode aturan kompas. Metode jarak optis.

G. Pengukuran peta situasi (Tachymetry)

1. Definisi.

Peta situasi adalah proyeksi vertikal yang digambarkan sesuai dengan situasi atau keadaan
sebenarnya yang dilihat secara langsung.
2. Garis Kontur

a. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan antara titik yang mempunyai ketinggian
yang sama dari suatu ketinggian/bidang acuan tertentu. Garis ini merupakan garis yang
kontinue dan tidak dapat bertemu atau memotong garis kontur lainnya, kecuali dalam
keadaan kritis seperti jurang atau tebing. Keadaan curaman dari suatu lereng dapat
ditentukan dari jarak interval kontur dan jarak-jarak horizontal antara dua buah garis kontur
ini menyangkut beda tinggi.
b. Syarat – syarat kontur

a. Kegunaan dan pengembangan dari pengukuran apabila perencanaan dibutuhkan untuk


pekerjaan detail dan interval kontur yang kecil sangat dibutuhkan
Untuk daerah kecil : 0,5 m
Untuk daerah luas : 1 sampai 2 m

b. Skala dari peta


Biasanya untuk skala kecil interval kontur harus besar, jika tidak detail yang penting
akan tidak tergambar dikarenakan banyaknya garis kontur yang digambarkan dengan
interval yang kecil.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

c. Merupakan Garis kontinue.

d. Tidak memotong garis kontur lainnya.

e. Tidak dapat bercabang menjadi garis – garis kontur lainnya atau baru.

c. Metode pengambaran garis kontur.


1. Cara Grafis.
Dengan cara ini garis kontur diikuti secara fisis pada permukaan bumi.Pekerjaan
ini kebalikan dari cara kerja sipat datar dimana titik akhir ketinggian adalah merupakan
titik yang akan diketahui dan diperlukan pada penarikan garis kontur.
2. Cara Analitis.
Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dibuat dengan langsung, kecuali melaui
beberapa titik tinggi yang ditentukan dan posisi garis-garis kontur ditentukan dengan cara
interpolasi. Cara ini dilakukan dengan 3 tahap:
1. Penentuan garis (jaringan)

2. Sifat datar

3. Interpolasi garis kontur

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


BAB II
PENGUKURAN DENGAN
MENGGUNAKAN WATERPASS

MUHAMMAD MULTAZAM
F 111 19 054
FLOW CHART PENGUKURAN DENGAN WATERPASS

MULAI

TEORI PENDUKUNG

PERSIAPAN PRAKTIKUM

 Responsi
 Pengenalan Alat
PENETAPAN LOKASI
PRAKTIKUM
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

 Pengecekan / Kalibrasi
Alat
 Penyediaan Alat / Rambu
Ke Lokasi Praktikum
 Penetapan Titik Awal &
Titik Akhir
 Penetapan / Pemasangan
Patok
 Pengukuran Ketinggian
Tanah / Pembacaan
Benang Tiap Patok

ANALISA DATA & PERHITUNGAN

JARAK OPTIS (PATOK UTAMA) JARAK OPTIS (PATOK DETAIL)

Rumus: D = (BA - BB) x 100 Rumus: D = (BA - BB) x 100

BEDA TINGGI RUMUS GARIS BIDIK


 Beda Tinggi
 Garis Bidik

BEDA TINGGI Hn BEDA TINGGI Hn


TINGGI GARIS BIDIK TINGGI TITIK
(PATOK UTAMA) (PATOK UTAMA) RUMUS: TGB = TT + BT Pn
RUMUS: Bt belakang – Tp RUMUS: TT = TGB – BT Pn
RUMUS: Bt pn – Bt det TGB= TT + TA Pn
Tp – Bt muka

KEMIRINGAN (%) P. UTAMA KEMIRINGAN (%) P. DETAIL


RUMUS : % = Hn / d X 100 RUMUS : % = HndH / DdH X 100

PENGGAMBARAN
PENENTUAN TINGGI PENENTUAN SKALA :
 PETA SITUASI
RENCANA & KEMIRINGAN  HORIZONTAL
 PROFIL MEMANJANG
 VERTIKAL
 PROFIL MELINTANG

PENENTUAN VOLUME GALIAN & METODE GRAFIS / GEOMETRI


TIMBUNAN

ADMINISTRASI / LAPORAN AKHIR

SELESAI
Survey dan Pemetaan 2019

MODUL I
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN WATERPASS

I. TUJUAN INSTRUKSI UMUM


1. Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan waterpass.
2. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat waterpass.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menggunakan pesawat
waterpass.
4. Mahasiswa terampil mengatur alat dan membaca rambu ukur dengan tepat dalam setiap pengukuran.
5. Mahasiswa dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi suatu tempat.
6. Mahasiswa dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpass.

II. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS


1. Mahasiswa Dapat melaksanakan pengukuran profil memanjang dan profil melintang.
2. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran peta situasi dengan menyipat datar.
3. Mahasiswa dapat melaksanakan perhitungan kuantitas / volume hasil pekerjaan.
4. Mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran.

III. PERALATAN
1. Pesawat Waterpass dan kelengkapan
2. Statif
3. Uting-unting
4. Rambu ukur
5. Pita ukur/ Roll meter
6. Patok/paku
7. Alat-alat tulis
8. Payung

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

IV. TINJAUAN PUSTAKA


Suatu tempat di permukaan bumi selain dapat ditentukan posisi mendatarnya dapat juga ditentukan
posisi tegaknya. Tinggi suatu titik dapat diartikan tinggi titik tersebut terhadap suatu bidang persamaan yang
telah ditentukan.
Pengukuran-pengukuran untuk menentukan beda tinggi suatu tempat debug dapat dilakukan dengan
berbagai cara mulai dari yang paling kasar sampai yang teliti, yaitu secara: Barometris, Trigonometris dan
secara waterpassing (Leveling). Namun yang akan dibahas pada modul ini adalah mengenai pengukuran
waterpass.
Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk menentukan beda tinggi secara langsung untuk membuat
garis bidik horizontal. Alat yang digunakan adalah waterpass.
Pemakaian waterpass selanjutnya dapat diterapkan pada pekerjaan-pekerjaan : pembuatan jalan, saluran
irigasi, pematangan tanah, dll.
Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi menentukan beda tinggi suatu tempat dengan batas
antara 0 – 3 m, untk ketinggian di atas 3 masih bisa hanya saja akan menghabiskan waktu yang banyak.

Pesawat Waterpass terdiri atas :


a. Teropong Jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat susunan lensa obyektif, lensa okuler,
dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula plat kaca yang dibalut dengan bingkai dari
logfam (diafragma), sedang pada plat kaca terdapat goresan benang silang.
b. Nivo
Nivo adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah-arah horizontal dan vertical.
Menurut bentuknya nivo dibagi atas dua yaitu nivo kotak dan nivo tabung. Nivo kotak berada di atas.
Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode loncat (muka belakang) dan metode garis
bidik serta metode gabungan keduanya.
a. Metode Loncat
Metode loncat biasanya digunakan pada pengukuran jaringan irigasi atau pengukuran memanjang tanpa
diselingi potongan melintang, karena pada metode loncat, pesawat waterpass berada di tengah-tengah
antara patok 1 dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan rambu berada pada patok ganjil. Untuk

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

pengukuran melintang hal ini agak sulit dilakukan karena pesawat waterpass tidak terdiri di semua
patok. Untuk itulah digunakan garis bidik. Adapun keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah
sebagai berikut :
- Metode loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi.
- Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25 meter di buat potongan melintang.
- Pesawat harus pas di atas patok sehingga menyulitkan pengukuran pada areal daerah yang padat
(dalam hal ini jalan raya).
b. Metode Garis Bidik
Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam menentukan profil melintang dibanding
dengan metode loncat. Prinsip kerja metode ini adalah metode ini hanya mengukur beda tinggi. Adapun
keunggulan dan kelebihannya adalah :
- Garis bidik sangat efsien dalam pengukuran melintang khususnya di jalan.
- Garis bidik hanya mampu menentukan beda tinggi suatu wilayah namun tidak bisa membaca
jarak.
- Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu.
- Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka karena metode ini hanya untuk menentukan
garis bidik.
c. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode di atas, namun harus diperhatikan bahwa dalam
menentukan beda tinggi suatu wilayah metode perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur
karena mempunyai prinsip yang berbeda.
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam empat macam utama :
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan di atas teropong,
sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar.
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi dan ditempatkan pada teropong. Dengan
demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar
dengan suatu sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat
datar dan dapat diletakkan di bagian bawah dengan landasan yang terbentuk persegi, sedang nivo
ditempatkan pada teropong.
Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap macam alat ukur penyipat datar akan
berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk semua macam sama.
Dalam konstruksi yang modern, hanyalah macam ke satu dan ke dua yang dapat mempertahankan diri,
dengan perkataan lain: semua alat ukur penyipat datar yang modern hanya dibuat dalam macam kesatu atau
kedua saja.

V. PETUNJUK UMUM
1. Baca dan pelajari lembar kerja ini.
2. Penyetelan pesawat waterpass yang dimaksud adalah pengaturan pesawat disuatu tempat sampai
memenuhi syarat untuk mengadakan pengukuran.
3. Perhatikan dan ingat macam-macam sekrup penyetel dan coba bidik suatu titik target.
4. Letak rambu ukur harus vertikal.
5. Pelajari buku petunjuk / spesifikasi pesawat yang digunakan.
6. Jangan memutar sekrup sebelum mengetahui kegunaannya.
7. Bekerja dengan hati-hati dan sabar.
8. Bersihkan semua peralatan setelah selesai digunakan.

VI. LANGKAH KERJA


A. Mengatur / Menyetel Pesawat Waterpass
1. Dirikan statik di atas titik yang dimaksud hingga kaki statif membentuk segitiga sama sisi, dan
usahakan platnya mendatar dengan cara:
a. Buka sekrup pengunci kaki statif, panjangkan seperlunya kemudian kunci sekedarnya.
b. Injak kaki statif seperlunya hingga cukup stabil.
c. Atur kepala statif (plat level) sedatar mungkin sambil memperhatikan sekrup pengunci pesawat,
kira-kira centering di atas titik yang dimaksud.
d. Kencangkan sekrup pengunci kaki statif.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

2. Pasang pesawat dan kunci sekedarnya sehingga masih mudah digeser-geser.


3. Pasang unting-unting sedemikian rupa hingga kira-kira 1 cm di atas titik yang dimaksud.
4. Atur unting-unting dengan menggeser-geser pesawat di atas plat level hingga betul-betul centering,
kemudian kencangkan pengunci pesawat.
5. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sumbu I (sekrup A & B) dan ketengahkan
gelembung nivo dengan memutar sekrup A, B, dan C sekaligus hingga gelembung nivo tepat berada
di tengah-tengah lingkaran nivo.
6. Putar teropong ke posisi mana saja, jika gelembung nivo berubah-ubah steel kembali sekrup penyetel
hingga gelembung kembali ke tengah.
7. Lakukan berulang-ulang hingga gelembung nivo tetap di tengah kemanapun teropong diarahkan,
maka sumbu I vertikal dan pesawat telah siap dipakai.
B. Membidik dan membaca Rambu Ukur
1. Bidik dan arahkan teropong kasar pada bak ukur yang didirikan vertikal pada suatu titik yang telah
ditentukan dengan menggunakan garis bidik kasar yang ada di atas pesawat.
2. Bila bayangan kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa obyektif, dan jika benang
silang kabur perjelas dengan memutar sekrup pengatur diafragma.
3. Impitkan benang silang diafragma dengan sumbu rambu ukur dengan cara mengatur sekrup
penggerak halus.
4. Lakukan pembacaan rambu ukur sebagai berikut:
a. Misal bacaan meter dua decimeter.
BA = 1,500
BT = 1,400
BB = 1,300
b. Pembacaan centimeter ditentukan oleh bentuk hitam putih pada rambu ukur.
Misal : BA = 0,050
BT = 0,050
BB = 0,050
c. Pembacaan milimeter ditaksir di antara garis centimeter.
Misal : BA = 0,005

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

BT = 0,005
BB = 0,005
d. Maka hasil pembacaan adalah
BA = 1,500 + 0,050 + 0,005 = 1,555
BT = 1,400 + 0,050 + 0,005 = 1,455
BB = 1,300 + 0,050 + 0,005 = 1,355
5. Pembacaan rambu selesai dan harus memenuhi ketentuan
BA + BB = 2 x BT
(BA - BT) = (BT - BB)
6. Untuk mendapatkan jarak optis digunakan rumus
Jarak = (BA – BB) x 100, dimana benang atas dan benang bawah satuannya adalah cm
C. Membaca Skala Lingkaran
1. Perhatikan pembagian skala lingkaran pada pesawat tersebut.
2. Tiap 10° dibagi menjadi 10 bagian, berarti tiap bagian besarnya 1°.
3. Baca skala lingkaran yang ditunjuk oleh garis index.
Misal garis index menunjukan pada bilangan puluhan 60° dan atara 5 dan 6 strip bagian kecil, berarti
pembacaan 60° + 5° =65°.
4. Harga bacaan menit dikira-kira sesuai dengan letak garis index.
Misal dalam gambar garis index berada ditengah antara 5 dan 6 berarti mempunyai harga ½ ° atau
30’.
5. Pembacaan akhir pada gambarskala lingkaran di atas adalah :
60° + 5° + 30’ = 65°30’
D. Memeriksa Pesawat Waterpass
a. Mengatur/memeriksa garis arah nivo tegak lurus gbr.I
1. Tempatkan dan steel pesawat waterpass.
2. Ketengahkan nivo dengan sekrup penyetel A, B dan C.
3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo tetap berada ditengah-tengah berarti
garis arah nivo tegak lurus sumbu I.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

4. Jika setelah teropong diputar 90° & 180°, gelembung nivo berubah maka atur kembali sekrup
penyetel A, B dan C sehingga gelembung nivo berada di tengah-tengah.
5. Jika pekerjaan di A telah dikerjakan berulang kali tetapi gelembung nivo tidak bisa ditengah,
berarti garis lurus arah nivo tidak tegak lurus dengan bagian I dan perlu diadakan koreksi nivo.
6. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan gelembung nivo setengahnya dengan sekrup
penyetel A, B dan C setengahnya dikembalikan dengan sekrup koreksi nivo.
b. Memeriksa/mengatur benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
1. Tempatkan dan steel pesawat sehinga sumbu I tegak lurus seperti angka penyetelan pesawat
waterpass.
2. Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di salah satu ujung benang mendatar
diafragma.
Misal titik target terletak di ujung kiri.
3. Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik tersebut terletak di ujung kanan mendatar
diafragma.
4. Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang mendatar, berarti benang mendatar
diafragma tegak lurus sumbu I.
5. Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung kanan benang mendatar diafragma, berarti
ada kesalahan (benang mendatar diafragma tidak tegak lurus sumbu I).
6. Untuk mengoreksinya hilangkan setengah dengan mengatur sekrup koreksi diafragma, maka
benang mendatar diafragma akan tegak lurus sumbu I.
7. Ulangi pekerjaaan ini dari awal sehingga pada pemutaran teropong dengan sumbu I sebagai
sumbu putar titik target tetap berhimpit dengan benang mendatar diafragma.
c. Memeriksa/mengatur garis bidik sejajar dengan garis arah nivo
1. Tentukan titik A, B, C dan D yang terletak pada satu garis lurus dan buat jarak AC – CB = BD.
2. Letakkan pesawat dititik C, steel sehingga memenuhi syarat guna mengadakan pengukuran.
3. Letakkan rambu ukur pada titik A dan B.
4. Baca rambu ukur di A & B dan catat hasil pemacaannya.
Misal : Pembacaan rambu ukur di A = a
Pembacaan ramb ukur di B = b

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

5. Pindahkan pesawat di D, steel sehingga memenuhi syarat pengukuran.


6. Baca rambu ukur di A & B.
Misal : Pembacaan rambu ukur di A = C
Pembacaan rambu ukur
7. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama : (a - b) = h1.
8. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua : (c – d) = h2.
9. Jika h1 = h2 berarti garis bidik // garis arah nivo.
10. Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar garis arah nivo dan harus dikoreksi. (Seperti terlihat
pada gambar, jika garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo, maka garis bidik akan
membentuk sudut α terhadap garis nivo).
11. Cari harga x dan y.
Lihat ∆ cpd dan ∆ cyt 2
∆ cpd ~ cyt 2 karena d1 = d2 = d3
Maka dx = ⅓ cy
P = d + h1
cp = c – p
dx = ½ c p → x = d – dx
y = c – cy
12. Teropong di arahkan ke rambu ukur A.
13. Dengan sekrup koreksi diafragma benang tengah dikoreksi sehingga pembacaan sama dengan y.
14. Untuk pengecekan, arahkan teropong ke rambu ukur B dan pembacaan harus sama dengan x.

E. Pelaksanaan pengukuran waterpassing (Menyipat datar)


1. Metode loncat
Hal penting dalam metode loncat :
a. Tentukan titik-titik travers yang akan dibuat.
b. Dalam pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cara rambu muka pada slag I menjadi rambu
belakang pada slag II dan seterusnya.
c. Untuk mendapatkan ketelitian, sebaiknya pengukuran dilakukan dua kali (pulang pergi).

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

d. Hitung hasil pengukuran dan bila perlu digambar profilnya.


Uraian pelaksanaan pengukuran:
a. Pengukuran jarak optis

P0 P1 P2 P3 P4

a.1 Tempatkan dan steel pesawat ditengah-tengah antara titik P0 dan P2 (slag), slag adalah
ruas antara dua patok muka dan belakang. Penempatan pesawat harus satu garis dengan
P0 dan P2.
a.2 Tempatkan rambu ukur di atas patok. Titik P 0 sebagai rambu belakang dan titik P2
sebagai rambu muka.
a.3 Bidik teropong ke rambu belakang P0 kemudian baca BT, BA dan BB, kemudian
dicatat pada buku ukur.
a.4 Turunkan rambu kemuka tanah pada titik P0 tersebut dan lakukan pembacaan seperti
pada a.3.
a.5 Putar teropong dan bidik rambu muka serta lakukan pembacaan seperti pada a.3 dan
a.4.
a.6 Pesawat dipindahkan ke slag II (antara P2 dan P4). Dengan cara yang sama dengan
langkah a.1 s/d a.5. Lakukan pembacaan rambu muka dan rambu belakang.
a.7 Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.
a.8 Jarak P0 dan P2 adalah pesawat ke rambu belakang tambah jarak pesawat ke rambu
muka. Demikian juga pada slag-slag berikutnya. Pesawat diusahakan ditempatkan tepat
di tengah antara dua titik (P0P2).
b. Perhitungan jarak optis
Perhitungan jarak secara optis dapat dilakukan pada titik-titik utama dan titik detail.
Rumus jarak optis (D)
D = (BA – BB) x 100
dimana :

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

D = Jarak datar optis


BA = Bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
Bacaan benang tengah (BT) haru memenuhi persyaratan yaitu :
BT = BA + BB
2
Pengukuran jarak titiik-titik detail (tidak langsung) pada titik profil melintang yang titik
utamanya bukan posisi alat, dapat dilakukan dengan cara phytagoras seperti di bawah ini :
P0 a b P0 a = √(P1a)2 – (P1P0)2
P0 b = √(P1b)2 – (P1P0)2
Dimana :
P0a = Jarak analitis P0 – a
P1 P1a = Jarak optis P1 – a ; P1P2 =Jarak optis melintang
c. Pengukuran jarak rantai
c.1 Tempatkan dan steel pesawat kira-kira ditengah-tengah antara P0 dan P2 (slag I).
c.2 Tempatkan rambu ukur di P0 sebagai rambu belakang dan di P2 sebagai rambu muka.
c.3 Bidik teropong ke rambu belakang, baca dan catat pembacaan BT, BA dan BB.
c.4 Turunkan rambu kemuka tanah pada titik P0 tersebut dan lakukan pembacaan seperti
b.3.
c.5 Putar teropong dan bidik rambu muka serta lakukan pembacaan rambu muka b.3 dan
b.4.
c.6 Ukur jarak P0 P2 (slag I) dengan rantai ukur atau pita ukur.
c.7 Dengan cara yang sama pengukuran dilanjutkan pada slag II, III,... sampai slag terakhir.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

d. Perhitungan beda tingga (∆ h) pembacaan muka – belakang


a a a

P0 P1 P2

d d d
Menghitung beda tinggi patok utama:
Rumus perhitungan beda tinggi :
∆hP0P1 = BT – BA (untuk pembacaan ke belakang)
(BT di P0 – TA di P1)
dan :
∆hP1P2 = TA – BT (untuk pembacaan ke depan)
(TA di P1 – BT di P2)
dimana : TA = Tinggi Alat
Menghitung beda tinggi patok-patok detail:
Rumus perhitungan beda tinggi:
∆hP0P0a = BT P0 – BT P0a (untuk melintang tanpa pesawat)
Dan :
∆hP1P1a = TA P1 – BT P1a (untuk melintang titik pesawat)
2. Metode garis bidik
1. Tentukan patok-patok yang akan diukur dan berikan tanda sesuai jarak patok tersebut.
Misalnya sta 0+00,0+25, sta 0+50 dan sebagainya.
2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antara patok tersbeut dengan menggunakan roll meter.
3. Dirikan pesawat waterpass ditempat yang kita inginkan dengan catatan bahwa minimal ada
dua titik yang bisa dilihat dari tempat berdirinya pesawat.
4. Letakkan rambu ukur pada titik awal yang biasanya dikenal dengan sta 0+00.
5. Arahkan teropong ke arah rambu ukur dan pembacaan ini dinamakan pembacaan belakang.
Setelah itu baca rambu ukur pada benang tengah sedangkan benang atas dan benang bawah
tidak perlu dibaca. Benang tangah ini merupakan garis bidik yang menjadi patokan untuk

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

perhitungan beda tinggi titik selanjutnya. Jika metode pengukuran merupakan metode
gabungan maka bacaan benang atas dan benang bawah untuk jalur potongan memanjang
harus dicatat.
6. Selanjutnya arahkan pesawat kesamping kiri kanan sta 0+00 dan pembacaan ini dinamakan
pembacaan detail melintang jalan.
7. Jika diperlukan data elevasi pada titik alat dan arah melintangnya maka pembacaan arah
melintang pada posisi titik pesawat juga harus dilakukan untuk memperoleh ketelitian data
profil.
8. Baca benang tengah dari masing-masing titik.
9. Setelah itu lanjutkan ke patok berikutnya, jika patok (sta) berada didepan pesawat maka
pembacaan tersebut dikatakan sebagai pembacaan depan. Jika semuanya telah selesai
pindahkan pesawat untuk melihat titik selanjutnya.
10. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat ke titik akhir pembacaan pesawat
pertama atau dalam hal ini titik yang diketahui tingginya, karena benang tengah tersebut akan
menjadi garis bidik titik berikutnya.
11. Ulangi langkah kerja diatas sampai pengukuran selesai.
Pengukuran leveling dengan metode garis bidik hanya dapat dilakukan pada patok-patok yang
diketahui jaraknya dan jika tidak maka digunakan metode leveling loncat dimana pesawat berada
patok genap.
Adapun langkah-langkah perhitungan metode garis bidik yaitu :
a. Tentukan jarak antara patok dnegan menggunakan roll meter.
b. Garis bidik merupakan patokan untuk menentukan beda tinggi antar patok. Garis bidik
diambil dari benang tengah belakang atau titik ikat yang telah diketahui tingginya. Garis
bidik yang telah ditentukan merupakan patokan bagi titik yang lain sepanjang pesawat
tersebut belum pindah tempat. Jika telah pindah tempat maka yang diambil sebagai garis
bidik adalah titik yang telah diketahui tingginya.
c. Dalam pengukuran diatas pesawat diletakkan pada titik 0+75 dan yang diambil sebagai garis
bidik adalah 0+0, dengan demikian titik tersebut sebagai patokan untuk titik yang lainnya
baik untuk perhitungan beda tinggi maupun tinggi titik.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

d. Menentukan beda tinggi titik


Rumus umum menghitung tinggi garis bidik :
- Jika titik awal (P0) diketahui tingginya dan pesawat di P1 (antara P0-P2):

Tinggi garis bidik = Tinggi titik P0 + Benang tengah rambu di P0

- Jika titik pesawat (P1) diketahui tingginya :

Tinggi garis bidik = Titik titik P1 + Tinggi titik alat (TA)

e. Menghitung tinggi titik

Tinggi titik = Tinggi garis bidik – Benang tengah titik yang


dibidik

F. Prosedur pengukuran profil melintang


1. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang telah ditentukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Tempatkan dan steel pesawat pada titik travers yang akan diukur profilnya sedemikian rupa
sehingga sumbu I tepat di atas titik tersebut. Misal titik P1
b. Bidik teropong ke titik P2, kemudian putar alhidade horizontal sehingga index lingkaran tepat
pada angka nol dari skala lingkaran.
c. Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung dari posisi profil yang diinginkan, maka buat
sudut terhadap P1 P2. Misal 90°. Kemudian pasang patok pembantu pada ujung profil tersebut,
misal titik a.
d. Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain dari profil tersebut misal titik b.
2. Dalam hal ini penentuan posisi dari profil, selain dilakukan seperti langkah no.1 yang bisa dicaca
dan dicatat dengan jarak optis dan beda tinggi. Penentuan posisi dari profil ini dapat juga
ditentukan dengan perkiraan, tergantung kebutuhan.
3. Tempatkan dan steel pesawat pada suatu titik diluar garis profil, sedemikian rupa sehingga dari
titik tersebut dapat membidik sepanjang profil yang akan diukur (metode tinggi garis bidik).

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

4. Pasang rambu ukur P1 bidikkan teropong pada rambu ukur tersebut dan lakukan pembacaan BT,
BA dan BB yang tercatat pada rambu ukur.
5. Pasang rambu ukur pada titik a (dalam hal ini rambu ukur diletakkan diatas tanah) dan lakukan
pembacaan langkah 4.
6. Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan tanah sepanjang garis profil, misal titik
b, c, d, ... dan seterusnya sampai ke ujung profil yang telah ditentukan.
7. Ukur jarak ab, bc,cd, ... dan seterusnya dengan pita ukur atau rantai ukur.
8. Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (P2,P3,... dan seterusnya)
9. Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


BAB III
PENGUKURAN DENGAN
MENGGUNAKAN THEODOLITH

MUHAMMAD MULTAZAM
F 111 19 054
FLOWCHARTPENGUKURANDENGANTHEODOLIT
MULAI

PERSIAPAN PRAKTIKUM

 RESPONSI
 PENGENALAN ALAT
PENETAPAN LOKASI
PRAKTIKUM
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

 PENGECEKAN / KALIBRASI ALAT


 PENYEDIAAN ALAT / RAMBU KE LOKASI PRAKTIKUM
 PENETAPAN TITIK AWAL & TITIK AKHIR
 PENETAPAN / PEMASANGAN PATOK
 PENGUKURAN KETINGGIAN TANAH / PEMBACAAN BENANG TIAP PATOK
 PENGEMBALIAN ALAT KE TEMPAT PENYIMPANAN

HASIL PEMBACAAN JARAK OPTIS (d) P. UTAMA SUDUT DATAR (βn) P. UTAMA SUDUT DATAR (βn) P. DETAIL JARAK OPTIS (d) P. DETAIL HASIL PEMBACAAN
RUMUS d = (BA – BB ) X 100 RUMUS βn = α DEPAN- α BELAKANG RUMUS βn = α Depan det - α RUMUS d = (BA – BB ) X 100 BENANG
(BA , BB)
(Sesuai Jarum Jam) Belakang det (BA , BB)
Βn = α BELAKANG- α DEPAN
(Berlawanan Jarum Jam)

SUDUT DALAM & SUDUT DATAR

NILAI KOREKSI

SUDUT DALAM TERKOREKSI


RUMUS β = (βPn/ ∑ βPn) x K

JARAK DATAR (D) P. UTAMA AZIMUTH (αPn) P. UTAMA AZIMUTH (αPn) P. UTAMA JARAK DATAR (D) P. DETAIL
RUMUS D = d sin ² y RUMUS αPn = αPn – 1+180+βn+ βn RUMUS αPn = αPn – 1+180+βn+ βn RUMUS D = d sin ²y

BEDA TINGGI ( h)P. UTAMA HASIL PEMBACAAN PENENTUAN KOORDINAT AWAL HASIL PEMBACAAN BENANG BEDA TINGGI ( h)P.DETAIL
RUMUS hPn = TP – BTM + D cos α SUDUT VERTIKAL (X0,Y0), NO.STAMBUK (BT), TINGGI PESAWAT RUMUS hPn = TP-BTM+D cos y

SELISIH KOORDINAT ( Xn, Yn)P.UTAMA SELISIH KOORDINAT ( Xn, Yn)P.DETAIL


RUMUS XPn = d sin αPn RUMUS XPn det= d sin αPn
YPn = d sin αPn YPn det= d sin αPn

KOREKSI KOORDINAT KOREKSI KOORDINAT


RUMUS RUMUS
DpX = + X xPn DpX = - X xPn
∑ X ∑ X

DpY = + Y YPn DpY = - Y YPn


∑ y ∑ y

KOORDINAT POLIGON (X,Y)P.UTAMA KOORDINAT POLIGON (X,Y)P.DETAIL


RUMUS XPn = XPn+ XPn.αxy RUMUS XPn = XPn+ XPn DET
YPN = YPN+ YPn.αxy YPN = YPN+ YPn DET

BEDA TINGGI TERKOREKSI


RUMUS hPn= Hn±dH

TINGGI TITIK (TI)P. UTAMA PENENTUAN T. TITIK TINGGI TITIK (TI)P. DETAIL
RUMUS TI = T0± HPn (NO. STAMBUK) RUMUS TI DET= TPn.I H

PENGGAMBARAN
PENENTUAN INTERVAL KONTUR PENENTUAN SKALA
POLIGON ( KOORDINAT X,Y,Z) UTAMA
~ HORIZONTAL
 KOORDINAT X,Y,Z DETAIL
~ VERTIKAL
 GARIS KONTUR

PERHITUNGAN LUASAN AREA METODE TITIK KOORDINAT

ADMINISTRASI LAPORAN
AKHIR

SELESAI
Survey dan Pemetaan 2019

BAB II
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN THEODOLITH

A. TUJUAN INSTRUKSI UMUM


1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip penggunaan theodolith.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sudut horizontal dan sudut vertikal dan menghitung jarak
atas dasar pembacaan sudut rambu.

B. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS


1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sudut dengan metode yang berbeda-beda.
2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan atas dasar hasil ukur.
3. Mahasiswa dapat menggambarkan situasi dan menghitung luasan areal.

C. PERALATAN
1. Pesawat Theodolith
2. Statif
3. Rambu ukur
4. Kompas
5. Baterai (bagi pesawat theodolith digital)
6. Unting-unting
7. Patok kayu
8. Meteran
9. Alat tulis-menulis

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

D. TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran polygon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap titik polygon untuk itu kita
mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik triangulasi,
jembatan dan lain-lain yang sudah diketahui koordinat dan ketinggiannya.

a. Pengukuran Sudut dan Jarak


Sudut diukur dengan alat ukur theodolith dengan mengarahkan teropong pada arah tertentu dan kita
akan memperoleh pembacaan tertentu pada plat lingkaran horizontal alat tertentu. Dengan bidikan
kearah lainnya, selisih pembacaan kedua dan pertama merupakan sudut dari kedua arah tersebut.
Jarak dapat diukur dengan rol meter, EDM atau secara optis dengan theodolith seperti dibawah ini:

BA
BT
V
BB

BA = Benang Atas
BT = Benang Tengah
BB = Benang Bawah
V = Pembacaan sudut vertikal (helling)
Jarak miring (D’) = (BA-BB) x 100 x sin V
Jarak datar (D) = (BA-BB) x 100 x sin2 V
= D1 sin V

b. Menghitung Sudut Datar dan Koreksi


Setelah sudut datar dijumlah dari semua titik yang didapat dari hasil pengukuran akan terjadi

kesalahan, maka dengan itu harus dikoreksi sesuai dengan banyknya titik pengukuran.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Bila sudut-sudut yang diukur berupa segi banyak (polygon) maka:

Jumlah sudut : (2n-4) x 900 untuk pengukuran berlawanan dengan jarum jam (sudut dalam).
: (2n+4) x 900 untuk pengukuran searah dengan jarum jam (sudut luar)
Toleransi sudut = + 40 n detik
dimana n = banyaknya sudut

Poligon Tertutup
Pada polygon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu yang sama. Bila pengukuran sudut tidak

sesuai dengan rumus diatas maka harus di ratakan sehingga memenuhi syarat diatas:

Ro

Poligon Tertutup antara 2 titik yang diketahui

Poligon Azimuth
Azimuth Terdahul diketahui
diketahui

Poligon baru

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

a. Pengukuran dimulai dari titik AB dimana azimut AB diketahui dan terakhir dititik CD azimut
sebagai kontrol: azimut CD yang hasil perhitungan harus sama dengan azimut CD yang
diketahui, toleransinya + 30” n menit. Disini juga harus dilakukan peralatan bila memenuhi
ketentuan diatas
b. Untuk menghitung azimuth tiap-tiap garis penghubung haruslah ditentukan lebih dahulu
azimuth awalnya. Penentuan azimuth dapat dilakukan dengan cara magnetis (kompas) atau
pengamatan matahari.

AB
B
AB
C
D
B
A C

Azimuth B –C adalah azimuth A – B + B – 1800 dan Azimuth C – D adalah azimuth B – C + C –


1800 dan seterusnya dimana B adalah sudut datar dari masing-masing titik.

c. Menghitung Koordinat
Setelah azimuth dan jarak datar telah dihitung, maka kita dapat menghitung koordinat titik-titik
poligon. Perhitungan dimulai dengan mencari selisih koordinat (X dan Y):

Rumus perhitungan selisih koordinat:


D. sin  untuk X
D. cos  untuk Y
Dimana:
D = jarak datar
 = azimuth
perhitungan dari dimulai dari titik awal yang sudah diketahui koordinatnya kemudian ditambah atau
dikurangi dengan selisih koordinat terkoreksi.
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

d. Menghitung Koreksi Koordinat


Untuk poligon tertutup X dan Y harus tidak melebihi dari

toleransi pengukuran dengan rumus. Koreksi untuk absis setiap titik adalah:

  Xi
Xi = K1  Xi  = K1 =
X
Koreksi untuk absis setiap titik adalah :
  Yi
yi = K1  Yi  = K1 =
Y
e. Mengukur beda tinggi
Jika menggunakan Waterpass, beda tinggi = pembacaan-pembacaan muka, jika menggunakan
theodolith, beda tinggi (h) = D’ sin dimanan D’ adalah jarakmiring sedangkan sudut kemiringan
lereng.

f. Koreksi beda tinggi


Untuk poligon tertutup h = 0, jika h tidak sama dengan 0 maka besarnya kesalahan dibagikan
kemasing-masing titik.

E. PETUNJUK UMUM
1. Mempelajari lembar kerja dengan baik-baik
2. Ingat betul-betul mana setiap bagian sekrup-sekrup pengatur/ penyetel dan fungsinya.
3. Perhatikan baik-baik tempat dan cara membaca skala lingkaran baik horizontal maupunvertikal,
karena setiap pesawat mempunyai spesivikasi sendiri-sendiri.
4. Jangan memutar-mutar sekrup pengatur sebelum tahu benar fungsinya.
5. Dalam membuka dan mengunci sekrup-sekrup pengatur jangan terlalu longgar dan terlalu kencang.
6. Kalau masih ragu diharapkan bertanya pada instruktur.

LANGKAH KERJA
A. Mengenal Bagian-Bagian Pesawat
1. Pasang pesawat diatas statik
2. Memperhatikan dengan seksama bagiandemi bagian dari pesawat

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

tersebut dan sesuaikan dengan spesifiknya untuk mengingat-ingat nama dari bagian tersebut.
3. Mengikuti penjelasan instruktur.

B. Menyetel Pesawat dan Memeriksa Sumbi I


1. Menempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A&B, dan dengan dua sekrup penyetel ini
gelembung nivo ditempatkan ditengah-tengah.
2. Memuar Nivo 1800 dengan sumbu I sebagai sudut putar.
a. Bila gelembung tetap ditengah-tengah pekerjaan dilanjutkan ke langkah 4.b.
b. Bila gelembung ditengah-tengah lagi, coba ulangi dulu dari langkah ke kesatu, dan bila beberapa
kali diulang ternyata gelembung tidak juga ditengah-tengah setelah nivo diputar 1800, maka
kembalikan gelembung setengahnya lagi dengan sekrup penyetel A&B.
3. Mengulangi pekerjaan sedemikian rupa sehingga gelembung tetap ditengah-tengah sebelum dan
sesudah nivo diputar 1800 dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
4. Memutar nivo 900 dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan gelembung nivo ditengahkan dengan
memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I tegak lurus pada
dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.
5. Mengulangi pekerjaan hingga bila nivo diputar kesemua jurusan gelembung tetap ditengah-tengah.
Bila ada nivo yang biasanya dipasang pada kaki penyangga sumbu II (nivo B) dan tegak lurus
terhadap nivo yang terletak diatas akhidade horizontal (nivo A) maka langkah pekerjaan sebagai
berikut:
1. Menempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan sendirinya kearah sekrup
penyetel C.
2. Menempatkan gelembung kedua nivo ditengah-tengah dengan sekrup penyetel A, B dan C.
3. Memutar nivo 1800 dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila gelembung kedua nivo tetap
ditengah-tengah dengan sekrup berarti pesawat sudah baiok (sumbu satu telahvertikal).
4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari langkah kesatu. Dan bila
beberapa kali diulangi gelembung tidakjuga di tengah-tengah, setengahnya dengan sekrup koreksi
nivo masing-masing, maka sumbu II akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo.
5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup penyetel A & B dan nivo sekrup
penyetel C.
6. Mengulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembungnivo selalu ditengah-tengah yang
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

berarti sumbu I telah vertikal.

C. Memeriksa sumbu II, sumbu I dan garis bidik sumbu II


1. Menempatkan dan menyetel pesawat + 5 m dimuka suatu dinding (tembok) yang terang. Sumbu I
dianggap sudah baik.
2. Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding dibuat suatu titik T pada dinding
yang berimpit dengan titik potong dua benang diafragma.
3. Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat titk P vertikal ditas T
4. yang tingginya dua kali titik T (tinggi titik T =tinggi sumbu II) dan titik Q vertikal dibawah titik T
dan letak dikaki dinding.
5. Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter ataukertas skala mendatar sedemikian rupa hingga titik
nol skala berimpit dengan titk P & Q.
6. Membidik teropong ke titik T, memuar teropong ke atas (kearah titk P) dan kebawah (kearah titik Q)
dengan sumbu II sebagai sumbu putar, maka akan didapat 4 macam kemungkinan.
5.a. Sewaktu teropong dibidik ketitik P garis bidik (perpotongan benang silang) akan berimpit
dengan titik P sewaktu teropong ketitik garis Q bdik akan berimpit dengan titk Q maka dalam
hal ini pesawat sudah baik (sumbu II, Sumbu I dan garisbidk sumbu II)
5.b. Sewaktu teropong dibidik ketitk P, garis bidik akan menunjuk ke A (sebelah kiri atau kanan
P) dan sewaktu dibidik ketitik Q garis bidik akan menunjuk ke B yang bersebelahan dengan
titik A dan PA = QB =X. jalannnya garis bidik adalah ATB.
5.b.1. Membidik teropong ketitik A
5.b.2. Dengan sekrup koreksi sumbu II, garis bidik digeser hingga berimpit dengan titik P.
5.b.3. Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong diputar keatas dan kebawah, garis bidik
akan melukiskan P.T.Q.
5.c. Sewaktu teropong dibidik ketitk P, garis bidik akan menunjuk ke titik C
sebelah kiri atau kanan titik P atau sewaktu teropong dibidik ketitik Q, garis bidik akan
menunjuk ke titik D yang berada pada belahan yang sama dengan titik C. PC = QD =Y.
maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II,tapi sumbu II
telah sumbu I
5.c.1. Membidik teropong C

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

5.c.2. Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik digeser hingga berimpit dengan titk P.
5.c.3. Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong diputar dari atas kebawah atau sebaliknya
garis bidik akan melukiskan PTQ.
5.d. Sewaktu teropong dibidik ketitk P, garis bidik akan menunjuk ke titik G sebelah kanan atau
kiri titik P dan sewaktu teropong dibidik ketitik Q garis bidik akan menunjuk ke titik H,
sebelah kanan atau kiri titik Q. tapi PQ= a  QH = b. maka hal ini menunjukkan adanya
kesalahan kombinasi, yaitu
sumbu II tidak tegak lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II.
5.d.1. Menghitung besarnya x dan y
1
a=x+y x= (a – b)
2
1
b=x–y y= (a +b)
2
5.d.2. Membidik teropong keskala atas (titik G)
5.d.3. memutar sekrup koreksi sumbu II sedemikian rupa hingga pembacaan skala = Y (Y=
pengaruh tidak tegak lurusnya garis bidik terhadap sumbu II).
5.d.4. Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong dibidikkan kesegala arah maupun bawah
pembacaan dama dengan y dan terletak pada belahan yang sama terhadap garis PTQ
yang bearti sumbu II telah tegak lurus sumbu I.
5.d.5. Membidik kembali teropong keskala atas.
5.d.6. Memutar sekrup koreksi diafragma sedemikian rupa hingga garis bidik menunjuk
skala nol (berimpit dengan titik P).
5.d.7. Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong diarahkan dari atas kebawah atau
sebaliknya garis bidik tetap berimpit dengan PTA|Q.
5.d.8. Pesawat telah baik.

D. Pembacaan Skala Lingkaran


1. Memperhatikan bentuk-bentuk skala lingkaran yang terdapat pada pesawat yang bersangkutan. Ada
4 macam bentuk skala lingkaran:

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

a. Bentuk garis lurus


b. Garis lurus yang dilengkapi dengan skala
c. Nonius
d. Garis lurus yang dilengkapi dengan micrometer.
2.a. Bentuk garis lurus telah dibicarakan dalam bab (pengenalan waterpass).
2.b. Garis lurus yang dilengkapi dengan skala
2.b.1. Membaca angka derajat yang terdapat di belakang garis indeks dengan melihat posisi
garis index.
2.b.2. Garis lurus yang dilengkapi dengan skala.
2.c. Alat Pembaca Nonius
2.c.1. Mencari/menentukan besarnya satuan nonius pada pesawat tersebut. Besar satuan nonius
= bagian lingkaran nonius. Maka untuk menentukan satuan nonius ini adalah sebagai
berikut:
- Himpit index nol nonius dengan garis skala lingkaran
yang berangka bulat, misal 100. Maka garis nonius yang terakhir akan berimpit pula
dengan skala lingkaran, misal dengan skala lingkaran 17015’ maka panjang nonius
17015’. Bila nonius dibagi dalam 30 bagian maka satu bagian nonius ada 7 15’ : 30 =
14’30”. Dan bila sat bagian skala lingkaran ada 15, maka besar satuan nonius = 15’ –
14’30” .
2.c.2. Baca angka derajat dari skala lingkaran misal 71015’.
2.c.3. Mencari garis nonius yang berimit dengan garis skala lingkaran. Misal garis no. 13 maka
pembacaan : 71015’ + (13 x 30’) = 71021’30”. 2.d. Alat pembaca yang dilengkapi dengan
micrometer. Sebagai contoh kita ambil pesawat TMIA, dimana medan baca seperti terlihat pada:
2.d.1. Memutar sekrup micrometer sedemikian rupa sehingga 2 atau 3 garis horizontal pada
bidang tengah (B) berimpit.
2.d.2. membaca angka derajat yang tertera pada bidang kiri (A) pada gambar terbaca 246 030”.
2.d.3. Baca skala micrometer yang ditunjuk oleh index (bidang C) pada gambar terbaca 9’6,
17” = 246038’ 16,7”.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

E. Pengukuran Sudut Horizontal


1. Menempatkan pesawat pada titik yang sudah ditentukan (A) dan setel hingga siap untuk melakukan
pengukuran.
2. Mengarahkan teropong pada titk B, benang silang te pat pada paku titik B.
3. Jika paku titik tidak kelihatan, mendirikan yalon tepat diatas paku titik B, benang silang tepatkan
pada As yalon.
4. Dengan pesawat theodolith yang dilengkapi kompas.
4.a.1. Membuka kunci/sekrup kompas hingga skala lingkaran bergerak, dan biarkan sampai diam
kembali. Kemudian tutup kunci / sekrup kompas, maka skala lingkaran menunjukkan arah
utara magnetis.
4.a.2. Membaca sudut ukuran B (aAB), misalnya = 30015’.
4.a.3. Mengarahkan teropong pada titik C, benang silang tepat pada paku tidak kelihatan lakukan
pekerjaan ini seperti pada pekerjaan (No.3).
4.a.4. Membaca sudut jurusan C (AC) misal = 45045’
4.a.5. Juga melakukan pekerjaan tersebut pada titik D dan titik yang lain (N), misal AD = 120 030’
dan AN = x0.
4.a.6. Besar sudut BAC = AC-AB = 450 45’ – 300 15’
= 15030’
Besar sudut BAD = AD-AB = 1200 30’ – 300 15’
= 90015’
Besar sudut BAN = AN-AB = x0 – 30015’ = y0
Besar sudut CAN = AN-AB = x0 – 30015’ = z0

F. PENGUKURAN SUDUT VERTIKAL


1. Tempatkan pesawat pada titik A yang sudah ditentukan dan steel hingga siap untuk melakukan
pengukuran.
2. Bidik titik B yang akan diukur secara kasar dengan memutar teropong kearah horizontal dan
vertikal.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

3. Setalah titik B kelihatan, tepatkan titik B tersebut dengan titik potong benang silang (sekrup
penggerak halus).
4. a. Dengan alat ukur yang menggunakan zenith.
a.1. Baca sudut vertikal titik B.
Misal zenith (V) = 88 0 30’ atau 93 0 15’.
a.2. Berarti sudut miring  b = 90 0 -88 0 30’ = + 01 0 30’

atau  B = 90 0 -93 0 15’ = -03 0 15’


b. Dengan alat ukur yang menggunakan zenith.
b.1. Baca sudut vertikal titik B.
Bila teropong bergerak keatas maka sudut miringnya negatif, misal = - 02 0 15’
b.2. Bila teropong bergerak kebawah maka sudut miring poositif, misal = + 01 0 30’
5. Dengan pesawat theodolith yang tidak dilengkapi kompas.
a. Ovalkan dulu skala lingkaran mendatar dititik B an kunci sekrup K2 (limbus), maka sudut
mendatar dititik B = 0 0 0’0”.
b. Arahkan teropong pada titik C dengan mengendorkan sekrup K1, benang silang tepatkan
pada paku titik C, dan jika tidak kelihatan lakukan pekerjaan seperti pada pekerjaan
(No.3), kemudian kunci kembali sekrup K1.
c. Baca sudut mendatar titik C misal = 15 0 30’45”.
d. lakukan juga pekerjaan tersebut pada titik D dan titik – titik yang lain (N) misal titik
mendatar titik N = Y 0 .
e. Besar ssudut BAC, BAD, BAN, CAN.

G. POLYGON TERBUKA
1. Tentukan terlebih dahulu titik patok polygon yang akan dibuat.
2. Pasang dan steel pesawat pada titik polygon P(x p ,y p ) yang sudah tidak diketahui

koordinatnya.
3. Buka klem limbus dan piringan mendatar, nolkan skala lingkaran mendatar kemudian kunci
kembali.
4. Buka klem limbus bidik titik R (x r , y r ). Setelah tepat kunci kembali.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

5. Buka klem piringan skala mendatar, bidik titik 1 dan kunci kembali, kemudian catat
pembacaan sudut.
6. Pasang bakm ukur pada titik 1, bidik bak ukur dan catat BA,BT dan BB.
7. Ulangi seperti langkah 4 s/d 5. Sehingga didapat  p 1 dan jarak titik polygon P ketitik 1 (d pt

).
8. Pindahkan pesawat ketitik polygon 1, dengan cara yang sama, ukur sudut dan jarak seperti
langkah-langkah tersebut diatas.
9. Lakukan pengukuran ketitik – titik polygon selanjutnya dengan jalan seperti langkah tersebut
diatas sampai titik Q (x q , y q ), sehingga dengan demikian akan dapat  1 ,  2 ,  3 ......dan d

1 2 , d 23 , d 3 4 ...... dan seterusnya.


10. Hitung dan gambar hasil pengukuran.

H. POLYGON TERTUTUP
Untuk polygon tertutup ini pada prinsipnya langkah kerja dalam oengukuran sama dengan langkah
kerja polygon terbuka pad. Hanya bedanya:
1. Untuk polygon terbuka :
a. Pada ujung awal polygon diperluksn suatu titik K yang tentu dan sudut jurusan yang tentu
pula.
b. Supaya keadaan menjadi simetris, maka pada ujung akhir dibuat titik yang tentu dan sudut
jurusan yang tentu pula.
2. Untuk polygon tertutup.
a. Pada pengukuran cukup diperlukan suatu titik tertentu dan sudut jurusan yang tentu pula pada
awal pengukuran.
b. Pengukuran akhir harus kembali (menutup) ketitik awal.
Dalam hal ini dapat dilihat pada contoh dibawah ini dimana pengukuran pengukuran awal
dimulai pada titik P yang kemudian diakhiri ketitik P lagi.

I. PENGUKURAN SETTING OUT – STAKE OUT


1. Pasang dan ukur pesawat pada titik A sampai siap pakai.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

2. Nolkan semua skala lingkaran mendatar, kemudian kunci kembali..


3. Buka klem limbus dan skala lingkaran vertikal bidik titik B, setelah tepat patok kunci
kembali.
4. Putar pesawat sebesar  1, pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat garis Ac.
5. Tentukan AC = 50 cm dengan pita ukur.
6. Pasan patok dititik C dan pasang juga pakunya.
7. Pindahkan dan atur pesawat dititik C.
8. Seperti langka 2 dan 3 tetapi yang dibidik titik A.
9. Putar pesawat sebesar  2, pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat garis CK>
10. Tentukan CK = 49,8 cm dengan pita ukur.
11. Pasang patok titik K dan pasang juga pakunya.
12. Pindahkan dan atur pesawat dititik K.
13. Seperti langkah 2 dan 3, tetapi yang dibidik titik C.
14. Putar pesawat sebesar  3 pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat garis arah KL>
15. Tentukan KL = 20 cm dengan pita ukur.
16. Begitu seterusnya hingga mendapat patok D, E, F, G, H, I, J, dan M yang dibidik daru titik K.

J. MEMBUAT LENGKUNGAN DILAPANGAN


A. Membuat lengkungan dilapangan dengan alat sederhana, metode selisih busur yang sama
panjang.
1. Tentukan panjang busurnya, misalnya = a m.
Harga a diambil antara 8 – 12,5 m.
2. Tentukan/hitung harga sudut Q, yaitu sudut yang mempunyai panjang busur = a dan jari – jari
= R.
Q= a 360
R 2
3. Tentukan / hitung koordinat- koordinat titik detaelnya.
4. Buat garis lurus dilapangan dan dirikan patok dititik T dan tiitk P.
5. Tentukan titik A dan TP sejauh X

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

6. Tentukan titik 1 sejauh Y dari tegak lurus TP, kemudian dirikan pada patok titik 1.
7. Dengan cara yang samu, tentukan koordonat – koordinad titik 2,3,..........n
Lengkungan yang dimaksud adalah garis yang menghubungkan titik T, 1,2,3,..............n

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


BAB IV
PERHITUNGAN

MUHAMMAD MULTAZAM
F 111 19 054
PERHITUNGAN WATERPASS

MUHAMMAD MULTAZAM
F 111 19 054
Survey dan Pemetaan 2019

TABEL PENGUKURAN WATERPASS

Diukur oleh : Muhammad Multazam Alat Ukur : Waterpass Koordinat : E = 822476.78


Hari : Sabtu Lokasi : Fakultas Ekonomi S = 9908062.66
Tanggal : 22 Februari 2020 Tinggi Titik Awall 60 m

Tinggi Pembacaan Mistar Jarak Metode Beda Tinggi


Patok Alat Belakang Detail Muka Beda Tinggi Sudut Sketsa
Memanjang Melintang
(m) Atas TengahBawah Atas TengahBawah Atas TengahBawah Tinggi Titik Target
P0-P1 1.13 1.85 1.725 1.6 25 -0.595 113.405 227
a 1.13 1.02 1 0.985 3 0.13 114.13 137
b 1.13 0.93 0.895 0.865 6 0.235 114.235 137
c 1.13 0.83 0.785 0.74 9 0.345 114.345 137
d 1.13 1.32 1.3 1.285 3 -0.17 113.83 317
e 1.13 1.4 1.37 1.34 6 -0.24 113.76 317
f 1.13 1.58 1.53 1.485 9 -0.4 113.6 317
P1-P0 1.33 0.8 0.68 0.55 25 0.65 114.055 0
P1-P2 1.33 2.26 2.137 2.012 25 -0.807 112.598 217
a 1.33 1.2 1.183 1.168 3 0.147 113.552 109
b 1.33 1.12 1.087 1.06 6 0.243 113.648 109
c 1.33 0.99 0.943 0.898 9 0.387 113.792 109
d 1.33 1.42 1.405 1.39 3 -0.075 113.33 289
e 1.33 1.48 1.45 1.42 6 -0.12 113.285 289
f 1.33 1.4 1.348 1.305 9 -0.018 113.387 289
P2-P1 1.245 0.52 0.395 0.27 25 0.85 113.448 0
P2-P3 1.245 2.1 1.97 1.845 25 -0.725 111.873 151
a 1.245 1.25 1.235 1.22 3 0.01 112.608 75.5
b 1.245 1.21 1.182 1.15 6 0.063 112.661 75.5
c 1.245 1.13 1.086 1.04 9 0.159 112.757 75.5
d 1.245 1.33 1.312 1.297 3 -0.067 112.531 256
e 1.245 1.39 1.36 1.33 6 -0.115 112.483 256
f 1.245 1.58 1.535 1.49 9 -0.29 112.308 256
P3-P2 1.285 0.65 0.521 0.4 25 0.764 112.637 0
P3-P4 1.285 2.65 2.525 2.4 25 -1.24 110.633 213
a 1.285 1.1 1.08 1.07 0.205 112.078 107
b 1.285 0.65 0.622 0.59 6 0.663 112.536 107
c 1.285 0.71 0.66 0.615 9 0.625 112.498 107
d 1.285 1.52 1.5 1.485 3 -0.215 111.658 287
e 1.285 1.52 1.487 1.457 6 -0.202 111.671 287
f 1.285 1.4 1.355 1.31 9 -0.07 111.803 287
P4-P3 1.445 0.345 0.22 0.095 25 1.225 111.858 0
a 1.445 1.49 1.477 1.46 3 -0.032 110.601 90
b 1.445 1.54 1.505 1.475 6 -0.06 110.573 90
c 1.445 1.5 1.455 1.41 9 -0.01 110.623 90
d 1.445 1.55 1.535 1.52 3 -0.09 110.543 270
e 1.445 1.43 1.4 1.37 6 0.045 110.678 270
f 1.445 1.35 1.305 1.26 9 0.14 110.773 270

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

TABEL PENGUKURAN WATERPASSING

Diukur Oleh : Muhammad Multazam / F 111 19 054 Koordinat awal S : 112.169373


Tanggal : 22 Februari 2020 Koordinat awal E : 232.897082
Tinggi Titik Awal : 114 Elevasi awal : 114
Lokasi Pengukuran : Fakultas Ekonomi Azimuth awal : 281°
Patok Tinggi
Pembacaan Mistar Jarak Metode Beda Tinggi Metode Tinggi Garis Bidik Sudut (◦)
Alat Belakang Detail Muka Memanjang Melintang Beda Tinggi Beda Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
(m) Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Terkoreksi Titik Target Garis bidik Titik Target
P0-P1 1.13 1.85 1.725 1.6 25 -0.595 0.0275 113.405 115.130 113.405 281
a 1.13 1.015 1.000 0.985 3 0.130 114.130 114.130 191
b 1.13 0.925 0.895 0.865 6 0.235 114.235 114.235 191
c 1.13 0.830 0.785 0.740 9 0.345 114.345 114.345 191
d 1.13 1.315 1.300 1.285 3 -0.170 113.830 113.830 11
e 1.13 1.400 1.370 1.340 6 -0.240 113.760 113.760 11
f 1.13 1.575 1.530 1.485 . 9 -0.400 113.600 113.600 11
P1-P0 1.33 0.800 0.680 0.550 25 0.650 114.055 114.735 114.055 0
P1-P2 1.33 2.262 2.137 2.012 25 -0.807 0.0215 112.598 112.598 217
a 1.33 1.198 1.183 1.168 3 0.147 113.552 113.552 108.5
b 1.33 1.120 1.087 1.060 6 0.243 113.648 113.648 108.5
c 1.33 0.988 0.943 0.898 9 0.387 113.792 113.792 108.5
d 1.33 1.420 1.405 1.390 3 -0.075 113.330 113.33 288.5
e 1.33 1.480 1.450 1.420 6 -0.12 113.285 113.285 288.5
f 1.33 1.395 1.348 1.305 9 -0.018 113.387 113.387 288.5
P2-P1 1.245 0.520 0.395 0.270 25 0.85 113.448 113.843 113.448 0
P2-P3 1.245 2.095 1.970 1.845 25 -0.725 0.0195 111.873 111.873 151
a 1.245 1.250 1.235 1.220 3 0.01 112.608 112.608 75.5
b 1.245 1.210 1.182 1.150 6 0.063 112.661 112.661 75.5
c 1.245 1.130 1.086 1.040 9 0.159 112.757 112.757 75.5
d 1.245 1.327 1.312 1.297 3 -0.067 112.531 112.531 255.5
e 1.245 1.390 1.360 1.330 6 -0.115 112.483 112.483 255.5
f 1.245 1.580 1.535 1.490 9 -0.29 112.308 112.308 255.5

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

P3-P2 1.285 0.650 0.521 0.400 25 0.764 112.637 113.158 112.637 0


P3-P4 1.285 2.650 2.525 2.400 25 -1.24 -0.0075 110.633 110.633 213
a 1.285 1.100 1.080 1.070 3 0.205 112.078 112.078 106.5
b 1.285 0.650 0.622 0.590 6 0.663 112.536 112.536 106.5
c 1.285 0.705 0.660 0.615 9 0.625 112.498 112.498 106.5
d 1.285 1.515 1.500 1.485 3 -0.215 111.658 111.658 286.5
e 1.285 1.517 1.487 1.457 6 -0.202 111.671 111.671 286.5
f 1.285 1.400 1.355 1.310 9 -0.070 111.803 111.803 286.5
P4-P3 1.445 0.345 0.220 0.095 25 1.225 111.858 112.078 111.858 0
a 1.445 1.49 1.477 1.46 3 -0.032 0.054 110.601 110.601 90
b 1.445 1.535 1.505 1.475 6 -0.060 110.573 110.573 90
c 1.445 1.5 1.455 1.41 9 -0.010 110.623 110.623 90
d 1.445 1.55 1.535 1.52 3 -0.090 110.543 110.543 270
e 1.445 1.43 1.4 1.37 6 0.045 110.678 110.678 270
f 1.445 1.35 1.305 1.26 9 0.140 110.773 110.773 270

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

1. Menghitung Jarak (D)

Rumus : D = ( BA - BB ) x 100

Keterangan :
D = Jarak Datar Optis (m)
BA = Bacaan Benang Atas
BB = Bacaan Benang Bawah

a. Patok Utama ( Memanjang )


P0 - P1 = ( 1.850 - 1.600 ) x 100 = 25.000 m
P1 - P0 = ( 0.800 - 0.550 ) x 100 = 25.000 m
P1 - P2 = ( 2.262 - 2.012 ) x 100 = 25.000 m
P2 - P1 = ( 0.520 - 0.270 ) x 100 = 25.000 m
P2 - P3 = ( 2.095 - 1.845 ) x 100 = 25.000 m
P3 - P2 = ( 0.650 - 0.400 ) x 100 = 25.000 m
P3 - P4 = ( 2.650 - 2.400 ) x 100 = 25.000 m
P4 - P3 = ( 0.345 - 0.095 ) x 100 = 25.000 m

b. Patok Detail ( Melintang )


P0 - a = ( 1.015 - 0.985 ) x 100 = 3 m
b = ( 0.925 - 0.865 ) x 100 = 6 m
c = ( 0.830 - 0.740 ) x 100 = 9 m
d = ( 1.315 - 1.285 ) x 100 = 3 m
e = ( 1.400 - 1.340 ) x 100 = 6 m
f = ( 1.575 - 1.485 ) x 100 = 9 m

P1 - a = ( 1.198 - 1.168 ) x 100 = 3 m


b = ( 1.120 - 1.060 ) x 100 = 6 m
c = ( 0.988 - 0.898 ) x 100 = 9 m
d = ( 1.420 - 1.390 ) x 100 = 3 m
e = ( 1.480 - 1.420 ) x 100 = 6 m
f = ( 1.395 - 1.305 ) x 100 = 9 m
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

P2 - a = ( 1.250 - 1.220 ) x 100 = 3 m


b = ( 1.210 - 1.150 ) x 100 = 6 m
c = ( 1.130 - 1.040 ) x 100 = 9 m
d = ( 1.327 - 1.297 ) x 100 = 3 m
e = ( 1.390 - 1.330 ) x 100 = 6 m
f = ( 1.580 - 1.490 ) x 100 = 9 m

P3 - a = ( 1.100 - 1.070 ) x 100 = 3 m


b = ( 0.650 - 0.590 ) x 100 = 6 m
c = ( 0.705 - 0.615 ) x 100 = 9 m
d = ( 1.515 - 1.485 ) x 100 = 3 m
e = ( 1.517 - 1.457 ) x 100 = 6 m
f = ( 1.400 - 1.310 ) x 100 = 9 m

P4 - a = ( 1.490 - 1.460 ) x 100 = 3 m


b = ( 1.535 - 1.475 ) x 100 = 6 m
c = ( 1.500 - 1.410 ) x 100 = 9 m
d = ( 1.550 - 1.520 ) x 100 = 3 m
e = ( 1.430 - 1.370 ) x 100 = 6 m
f = ( 1.350 - 1.260 ) x 100 = 9 m

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

2. Menghitung Beda Tinggi

Rumus : ∆H = TA - BT

Keterangan :
∆H = Beda Tinggi (m)
TA = Tinggi Alat (m)
BT = Bacaan Benang Tengah

a. Patok Utama ( Muka )


P0 - P1 = 1.130 - 1.725 = -0.595 m
P1 - P2 = 1.330 - 2.137 = -0.807 m
P2 - P3 = 1.245 - 1.970 = -0.725 m
P3 - P4 = 1.285 - 2.525 = -1.240 m

b. Patok Utama ( Belakang )


P1 - P0 = 1.330 - 0.680 = 0.650 m
P2 - P1 = 1.245 - 0.395 = 0.850 m
P3 - P2 = 1.285 - 0.521 = 0.764 m
P4 - P3 = 1.445 - 0.220 = 1.225 m

c. Patok Detail
P0 - a = 1.130 - 1.000 = 0.130 m
b = 1.130 - 0.895 = 0.235 m
c = 1.130 - 0.785 = 0.345 m
d = 1.130 - 1.300 = -0.170 m
e = 1.130 - 1.370 = -0.240 m
f = 1.130 - 1.530 = -0.400 m

P1 - a = 1.330 - 1.183 = 0.147 m


b = 1.330 - 1.087 = 0.243 m
c = 1.330 - 0.943 = 0.387 m
d = 1.330 - 1.405 = -0.075 m
e = 1.330 - 1.450 = -0.120 m
f = 1.330 - 1.348 = -0.018 m

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

P2 - a = 1.245 - 1.235 = 0.010 m


b = 1.245 - 1.182 = 0.063 m
c = 1.245 - 1.086 = 0.159 m
d = 1.245 - 1.312 = -0.067 m
e = 1.245 - 1.360 = -0.115 m
f = 1.245 - 1.535 = -0.290 m

P3 - a = 1.285 - 1.080 = 0.205 m


b = 1.285 - 0.622 = 0.663 m
c = 1.285 - 0.660 = 0.625 m
d = 1.285 - 1.500 = -0.215 m
e = 1.285 - 1.487 = -0.202 m
f = 1.285 - 1.355 = -0.070 m

P4 - a = 1.445 - 1.477 = -0.032 m


b = 1.445 - 1.505 = -0.060 m
c = 1.445 - 1.455 = -0.010 m
d = 1.445 - 1.535 = -0.090 m
e = 1.445 - 1.400 = 0.045 m
f = 1.445 - 1.305 = 0.140 m

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

3 Menghitung Tinggi Titik dengan Metode Beda Tinggi (H)

Rumus : H = Hn-1 + ∆h

Keterangan :
H = Tinggi Titik (m)
Hn-1 = Tinggi Titik Patok Sebelumnya (m)
∆h = Beda Tinggi (m)

Tinggi Titik Awal P0 = 60+No. Stambuk = 60 + 54


= 114

A. Patok Utama (MUKA)

HP0 - P1 = 114 + -0.595 = 113.405 (m)


HP1 - P2 = 113.405 + -0.807 = 112.598 (m)
HP2 - P3 = 112.598 + -0.725 = 111.873 (m)
HP3 - P4 = 111.873 + -1.240 = 110.633 (m)

B. Patok Utama (BELAKANG)

HP1 - P0 = 113.405 + 0.650 = 114.055 (m)


HP2 - P1 = 112.598 + 0.850 = 113.448 (m)
HP3 - P2 = 111.873 + 0.764 = 112.637 (m)
HP4 - P3 = 110.633 + 1.225 = 111.858 (m)

C. Patok Detail

HP0 - a = 114 + 0.130 = 114.130 (m)


b = 114 + 0.235 = 114.235 (m)
c = 114 + 0.345 = 114.345 (m)
d = 114 + -0.170 = 113.830 (m)
e = 114 + -0.240 = 113.760 (m)
f = 114 + -0.400 = 113.600 (m)
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

HP1 - a = 113.405 + 0.147 = 113.552 (m)


b = 113.405 + 0.243 = 113.648 (m)
c = 113.405 + 0.387 = 113.792 (m)
d = 113.405 + -0.075 = 113.330 (m)
e = 113.405 + -0.120 = 113.285 (m)
f = 113.405 + -0.018 = 113.387 (m)

HP2 - a = 112.598 + 0.010 = 112.608 (m)


b = 112.598 + 0.063 = 112.661 (m)
c = 112.598 + 0.159 = 112.757 (m)
d = 112.598 + -0.067 = 112.531 (m)
e = 112.598 + -0.115 = 112.483 (m)
f = 112.598 + -0.290 = 112.308 (m)

HP3 - a = 111.873 + 0.205 = 112.078 (m)


b = 111.873 + 0.663 = 112.536 (m)
c = 111.873 + 0.625 = 112.498 (m)
d = 111.873 + -0.215 = 111.658 (m)
e = 111.873 + -0.202 = 111.671 (m)
f = 111.873 + -0.070 = 111.803 (m)

HP4 - a = 110.633 + -0.032 = 110.601 (m)


b = 110.633 + -0.060 = 110.573 (m)
c = 110.633 + -0.010 = 110.623 (m)
d = 110.633 + -0.090 = 110.543 (m)
e = 110.633 + 0.045 = 110.678 (m)
f = 110.633 + 0.140 = 110.773 (m)

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

4 Tinggi Titik Menggunakan Metode Tinggi Garis Bidik


RUMUS :

TGB = Hn-1 + TA

H = TGB - BT

Keterangan :
H = Tinggi Titik (m)
TGB = Tinggi Garis Bidik (m)
Hn-1 = Tinggi Titik Patok Sebelumnya (m)
TA = Tinggi Alat (m)
BT = Benang Tengah

A. Tinggi Garis Bidik

a. Patok Utama
TGBP0-P1 = 114.000 + 1.130 = 115.130 (m)
TGBP1-P2 = 113.405 + 1.330 = 114.735 (m)
TGBP2-P3 = 112.598 + 1.245 = 113.843 (m)
TGBP3-P4 = 111.873 + 1.285 = 113.158 (m)
TGBP4-P3 = 110.633 + 1.445 = 112.078 (m)

B. Tinggi Alat
a. Patok Utama ( Depan )
HP0 - P1 = 115.130 - 1.725 = 113.405 (m)
HP1 - P2 = 114.735 - 2.137 = 112.598 (m)
HP2 - P3 = 113.843 - 1.970 = 111.873 (m)
HP3 - P4 = 113.158 - 2.525 = 110.633 (m)

b. Patok Utama ( Belakang )


HP1 - P0 = 114.735 - 0.680 = 114.055 (m)
HP2 - P1 = 113.843 - 0.395 = 113.448 (m)
HP3 - P2 = 113.158 - 0.521 = 112.637 (m)
HP4 - P3 = 112.078 - 0.220 = 111.858 (m)

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

c. Patok Detail
HP0
a = 115.130 - 1.000 = 114.130 (m)
b = 115.130 - 0.895 = 114.235 (m)
c = 115.130 - 0.785 = 114.345 (m)
d = 115.130 - 1.300 = 113.830 (m)
e = 115.130 - 1.370 = 113.760 (m)
f = 115.130 - 1.530 = 113.600 (m)

HP1
a = 114.735 - 1.183 = 113.552 (m)
b = 114.735 - 1.087 = 113.648 (m)
c = 114.735 - 0.943 = 113.792 (m)
d = 114.735 - 1.405 = 113.330 (m)
e = 114.735 - 1.450 = 113.285 (m)
f = 114.735 - 1.348 = 113.387 (m)

HP2
a = 113.843 - 1.235 = 112.608 (m)
b = 113.843 - 1.182 = 112.661 (m)
c = 113.843 - 1.086 = 112.757 (m)
d = 113.843 - 1.312 = 112.531 (m)
e = 113.843 - 1.360 = 112.483 (m)
f = 113.843 - 1.535 = 112.308 (m)

HP3
a = 113.158 - 1.080 = 112.078 (m)
b = 113.158 - 0.622 = 112.536 (m)
c = 113.158 - 0.660 = 112.498 (m)
d = 113.158 - 1.500 = 111.658 (m)
e = 113.158 - 1.487 = 111.671 (m)
f = 113.158 - 1.355 = 111.803 (m)

HP4
a = 112.078 - 1.477 = 110.601 (m)
b = 112.078 - 1.505 = 110.573 (m)
c = 112.078 - 1.455 = 110.623 (m)
d = 112.078 - 1.535 = 110.543 (m)
e = 112.078 - 1.400 = 110.678 (m)
f = 112.078 - 1.305 = 110.773 (m)
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
KONTUR PENGUKURAN WATERPASS
SKALA 1:100 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

MATA KULIAH

SURVEI DAN PEMETAAN

NAMA TUGAS

WATERPASS

DOSEN PEMBIMBING
Nur Hidayat, ST, MT
Nip : 19680618 199903 1 002

Erwin Affandi, ST, MT


Nip :

DI PERIKSA ASISTENSI

Muh. Nur Iriyanto


F 111 16 069

DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH

Harly Hamad, ST. MT


Nip : 19700105 20003 1 002

DI GAMBAR OLEH

Muhammad Multazam
F 111 19 054

NAMA GAMBAR SKALA

NO LEMBAR JML. LEMBAR


PROFIL MEMANJANG PENGUKURAN WATERPASS
SKALA 1:100 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

MATA KULIAH

SURVEI DAN PEMETAAN

NAMA TUGAS

WATERPASS

DOSEN PEMBIMBING
Nur Hidayat, ST. MT
Nip : 19680618 199903 1 002

Erwin Affandi, ST. MT


Nip :
DI PERIKSA ASISTENSI

Muh. Nur Iriyanto


U
F 111 16 069

DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH

Harly Hamad, ST. MT


Nip : 19700105 20003 1 002

DI GAMBAR OLEH

Muhammad Multazam
F 111 19 054

NAMA GAMBAR SKALA

NO LEMBAR JML. LEMBAR


PROFIL MEMANJANG PENGUKURAN WATERPASS
SKALA 1:100 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

118

117 MATA KULIAH

116
SURVEI DAN PEMETAAN
115

114 NAMA TUGAS

113
WATERPASS
112

111 DOSEN PEMBIMBING


Harly Hamad, ST. MT
110
Nip : 19680618 199903 1 002
109
Erwin Affandi, ST. MT
108 Nip :
DI PERIKSA ASISTENSI
NO PATOK P0 P1 P2 P3 P4
Muh. Nur Iriyanto
JARAK ANTAR PATOK 25 25 25 25
F 111 16 069
JARAK LANGSUNG 0 25 50 75 100
DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH
ELEVASI TANAH ASLI 114,00 113,41 112,60 111,87 110.63
Harly Hamad, ST. MT

113.450
112,000

113,250
112,000

113,450
ELEVASI TANAH RENCANA
Nip : 19700105 20003 1 002
KEMIRINGAN 0 +5 +4 0
DI GAMBAR OLEH
V

ELEVASI TANAH ASLI Muhammad Multazam


SKALA 1: 100

F 111 19 054
ELEVASI TANAH RENCANA
NAMA GAMBAR SKALA
TIMBUNAN

GALIAN H
SKALA 1: 100 NO LEMBAR JML. LEMBAR
PROFIL MELINTANG PENGUKURAN WATERPASS
SKALA 1:100 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

118
MATA KULIAH
117

116 SURVEI DAN PEMETAAN


115
NAMA TUGAS
114

113
WATERPASS
112
DOSEN PEMBIMBING
111
Nur Hidayat, ST. MT
110 Nip : 19680618 199903 1 002
109
Erwin Affandi, ST. MT
108 Nip :
DI PERIKSA ASISTENSI
NO PATOK c b a P0 d e f
Muh. Nur Iriyanto
JARAK ANTAR PATOK m F 111 16 069

m 0 3 6 9 12 15 18
JARAK LANGSUNG DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH
ELEVASI TANAH ASLI m 114,35 114,24 114,13 114,00 113,83 113,76 113.60
Harly Hamad, ST. MT

110,990
112,000

111,790
111,895

111,790
111,895
111,790
110,990

111,790

113,600
114,350

ELEVASI TANAH RENCANA Nip : 19700105 20003 1 002

KEMIRINGAN 3 2 2 3
DI GAMBAR OLEH
V

ELEVASI TANAH ASLI Muhammad Multazam


SKALA 1: 100

F 111 19 054
ELEVASI TANAH RENCANA
NAMA GAMBAR SKALA
TIMBUNAN

GALIAN H
SKALA 1: 100 NO LEMBAR JML. LEMBAR
PROFIL MELINTANG PENGUKURAN WATERPASS
SKALA 1:100 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

118
MATA KULIAH
117

116 SURVEI DAN PEMETAAN


115
NAMA TUGAS
114

113
WATERPASS
112
DOSEN PEMBIMBING
111
Nur Hidayat, ST. MT
110 Nip : 19680618 199903 1 002

109
Erwin Affandi, ST. MT
108 Nip :

DI PERIKSA ASISTENSI
NO PATOK c b a P1 d e f
Muh. Nur Iriyanto
JARAK ANTAR PATOK m F 111 16 069

m 0 3 6 9 12 15 18
JARAK LANGSUNG DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH
ELEVASI TANAH ASLI m 113,79 113,65 113,55 113,41 113,33 113,28 113,39
Harly Hamad, ST. MT

111,895
111,895

112,000
111,790

110,990

111,790
113,790

111,790

110,990
111,790

113,390
ELEVASI TANAH RENCANA Nip : 19700105 20003 1 002

KEMIRINGAN 3 2 2 3
DI GAMBAR OLEH
V

ELEVASI TANAH ASLI Muhammad Multazam


SKALA 1: 100

F 111 19 054
ELEVASI TANAH RENCANA
NAMA GAMBAR SKALA
TIMBUNAN

GALIAN H
SKALA 1: 100 NO LEMBAR JML. LEMBAR
PROFIL MELINTANG PENGUKURAN WATERPASS
SKALA 1:100 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

118
MATA KULIAH
117

116 SURVEI DAN PEMETAAN


115
NAMA TUGAS
114

113
WATERPASS
112
DOSEN PEMBIMBING
111
Nur Hidayat, ST. MT
110 Nip : 19680618 199903 1 002
109
Erwin Affandi, ST. MT
108 Nip :
DI PERIKSA ASISTENSI
NO PATOK c b a P2 d e f
Muh. Nur Iriyanto
JARAK ANTAR PATOK m F 111 16 069

m 0 3 6 9 12 15 18
JARAK LANGSUNG DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH
ELEVASI TANAH ASLI m 112,76 112,66 112,61 112,60 112,53 112,48 112,31
Harly Hamad, ST. MT

113,040
113,040

113,250
113,145
113,040
112,240

113,040
112,240
113,145

112,310
112,760

ELEVASI TANAH RENCANA Nip : 19700105 20003 1 002

KEMIRINGAN 3 2 2 3
DI GAMBAR OLEH
V

ELEVASI TANAH ASLI Muhammad Multazam


SKALA 1: 100

F 111 19 054
ELEVASI TANAH RENCANA
NAMA GAMBAR SKALA
TIMBUNAN

GALIAN H
SKALA 1: 100 NO LEMBAR JML. LEMBAR
PROFIL MELINTANG PENGUKURAN WATERPASS
SKALA 1:100 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

118
MATA KULIAH
117

116 SURVEI DAN PEMETAAN


115
NAMA TUGAS
114

113
WATERPASS
112
DOSEN PEMBIMBING
111
Nur Hidayat, ST. MT
110 Nip : 19680618 199903 1 002
109
Erwin Affandi, ST. MT
108 Nip :
DI PERIKSA ASISTENSI
NO PATOK c b a P3 d e f
Muh. Nur Iriyanto
JARAK ANTAR PATOK m F 111 16 069

m 0 3 6 9 12 15 18
JARAK LANGSUNG DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH
ELEVASI TANAH ASLI m 112,49 112,54 112,08 111,87 111,66 111,67 111,80
Harly Hamad, ST. MT
112,440
113,240

113,240

113,345
113,345
112,490

113,240
112,440

111,800
113,240
113,450

ELEVASI TANAH RENCANA Nip : 19700105 20003 1 002

KEMIRINGAN 3 2 2 3
DI GAMBAR OLEH
V

ELEVASI TANAH ASLI Muhammad Multazam


SKALA 1: 100

F 111 19 054
ELEVASI TANAH RENCANA
NAMA GAMBAR SKALA
TIMBUNAN

GALIAN H
SKALA 1: 100 NO LEMBAR JML. LEMBAR
PROFIL MELINTANG PENGUKURAN WATERPASS
SKALA 1:100 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

118
MATA KULIAH
117

116 SURVEI DAN PEMETAAN


115
NAMA TUGAS
114

113
WATERPASS
112
DOSEN PEMBIMBING
111
Nur Hidayat, ST. MT
110 Nip : 19680618 199903 1 002
109
Erwin Affandi, ST. MT
108 Nip :
DI PERIKSA ASISTENSI
NO PATOK c b a P4 d e f
Muh. Nur Iriyanto
JARAK ANTAR PATOK m F 111 16 069

m 0 3 6 9 12 15 18
JARAK LANGSUNG DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH
ELEVASI TANAH ASLI m 110,62 110,57 110,60 110,63 110,54 110,68 110,77
Harly Hamad, ST. MT
110,620

110,770
113,450

113,345

113,240

113,240
113,345

112,440
113,240
112,440
113,240

ELEVASI TANAH RENCANA Nip : 19700105 20003 1 002

KEMIRINGAN 3 2 2 3
DI GAMBAR OLEH
V

ELEVASI TANAH ASLI Muhammad Multazam


SKALA 1: 100

F 111 19 054
ELEVASI TANAH RENCANA
NAMA GAMBAR SKALA
TIMBUNAN

GALIAN H
SKALA 1: 100 NO LEMBAR JML. LEMBAR
Survey dan Pemetaan 2019

Contoh perhitungan luasan galian dan timbunan

Luas galian dan timbunan P0


Luas Galian
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 0.000 3.350 0.000 10.021
B 2.992 0.798 2.388 2.546
C 3.190 0.798 0.000 2.581
D 3.234 0.000 0.000 0.000
E 3.521 0.000 2.810 0.000
F 3.796 0.798 3.438 4.783
G 5.994 0.905 6.055 8.143
H 8.994 1.010 8.143 12.116
I 11.994 0.905 9.571 12.849
J 14.191 0.798 0.000 11.358
K 14.233 0.000 0.000 0.000
L 14.754 0.000 11.774 0.000
M 14.796 0.798 11.807 11.624
N 14.566 0.798 38.014 14.360
O 17.994 2.610 49.839 39.130
P 14.994 2.770 42.579 33.220
Q 11.994 2.840 36.098 25.540
R 8.994 3.010 28.238 18.040
S 5.994 3.140 19.478 9.400
T 2.994 3.250 10.028 0.000
JUMLAH 280.259 215.711

Luas G = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1


2.000
= 280.259 - 215.711
2.000
= 32.274 m2
Luas CAD = 32.274 m2
Luas T = 0.000 m2

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Luas galian dan timbunan P1


Luas Galian
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 0.000 2.839 0.000 8.511
B 2.998 0.840 2.518 2.686
C 3.198 0.840 0.000 2.730
D 3.250 0.000 0.000 0.000
E 3.750 0.000 3.149 0.000
F 3.803 0.840 3.591 5.039
G 6.000 0.944 6.295 8.500
H 9.000 1.049 8.500 12.590
I 12.000 0.944 10.077 13.408
J 14.197 0.840 0.000 11.959
K 14.241 0.000 0.000 0.000
L 14.750 0.000 12.386 0.000
M 14.802 0.840 12.430 12.596
N 15.000 0.840 36.581 15.116
O 18.000 2.439 41.917 36.581
P 15.000 2.329 34.931 27.945
Q 12.000 2.329 29.385 20.958
R 9.000 2.449 23.388 14.692
S 6.000 2.599 16.192 7.791
T 2.998 2.699 8.511 0.000
JUMLAH 249.851 201.101

Luas G = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1


2.000
= 249.851 - 201.101
2.000
= 24.375 m2
Luas CAD = 24.375 m2
Luas T = 0.000 m2

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Luas galian dan timbunan P2


Luas Timbunan 1
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 0.000 0.543 0.000 1.629
B 3.000 0.443 1.319 1.422
C 3.211 0.440 2.243 1.406
D 3.197 0.698 2.233 2.095
E 3.000 0.698 1.629 0.000
JUMLAH 7.424 6.552
Luas G = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1
2.000
= 7.424 - 6.552
2.000
= 0.436 m2
Luas CAD = 0.436 m2
Luas Timbunan 2
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 3.785 0.428 1.487 2.565
B 6.000 0.393 2.298 3.536
C 9.000 0.383 2.816 4.595
D 12.000 0.313 3.309 4.452
E 14.228 0.276 9.938 3.915
F 14.197 0.698 11.402 8.382
G 12.000 0.803 10.895 7.228
H 9.000 0.908 7.228 5.448
I 6.000 0.803 4.191 3.054
J 3.802 0.698 1.626 2.643
JUMLAH 55.191 45.819
Luas G = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1
2.000
= 55.191 - 45.819
2.000
= 4.686 m2
Luas CAD = 4.686 m2

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Luas Timbunan 3
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 14.769 0.267 3.883 4.001
B 15.000 0.263 1.394 4.733
C 18.000 0.093 12.573 1.394
D 15.000 0.698 10.477 10.341
E 14.804 0.698 3.949 10.316
JUMLAH 32.276 30.784
Luas G = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1
2.000
= 32.276 - 30.784
2.000
= 0.746 m2
Luas CAD = 0.746 m2
Luas Galian 1
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 3.211 0.440 0.000 1.429
B 3.251 0.000 0.000 0.000
C 3.758 0.000 1.607 0.000
D 3.785 0.428 1.664 1.373
JUMLAH 3.271 2.802
Luas G = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1
2.000
= 3.271 - 2.802
2.000
= 0.234 m2
Luas CAD = 0.234 m2
Luas Galian 2
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 14.228 0.276 0.000 3.929
B 14.249 0.000 0.000 0.000
C 14.750 0.000 3.935 0.000
D 14.769 0.267 4.073 3.796
JUMLAH 8.007 7.725
Luas G = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1
2.000
= 8.007 - 7.725
2.000
= 0.141 m2
Luas CAD = 0.141 m2

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Luas galian dan timbunan P3


Luas Timbunan 1
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 0.000 0.840 0.000 2.520
B 3.000 0.882 2.526 2.887
C 3.272 0.842 5.190 2.698
D 3.204 1.586 5.082 4.758
E 3.000 1.586 2.520 0.000
JUMLAH 15.318 12.863
Luas T1 = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1
2.000
= 15.318 - 12.863
2.000
= 1.228 m2
Luas CAD = 1.228 m2
Luas Timbunan 2
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 3.615 0.789 2.853 2.948
B 3.736 0.789 1.583 4.735
C 6.000 0.424 1.285 3.814
D 9.000 0.214 18.054 2.570
E 12.000 2.006 24.072 30.090
F 15.000 2.006 2.156 36.108
G 18.000 0.144 28.549 2.156
H 15.000 1.586 23.791 23.451
I 14.786 1.586 11.669 23.385
J 14.744 0.789 11.636 11.250
K 14.256 0.789 22.610 11.210
L 14.204 1.586 24.104 19.032
M 12.000 1.697 21.565 15.273
N 9.000 1.797 15.273 10.783
O 6.000 1.697 9.516 6.464
P 3.809 1.586 3.006 5.734
JUMLAH 221.722 209.003
Luas T2 = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1
2.000
= 221.722 - 209.003
2.000
= 6.360 m2
Luas CAD = 6.360 m2

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Luas Galian
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 3.277 0.789 2.586 2.853
B 3.615 0.789 3.042 2.582
C 3.272 0.842 2.582 2.758
JUMLAH 8.211 8.193
Luas G = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1
2.000
= 8.211 - 8.193
2.000
= 0.009 m2
Luas CAD = 0.009 m2

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Luas galian dan timbunan P4


Luas Timbunan
TITIK X Y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1
A 0.000 0.078 0.000 0.235
B 3.000 0.017 0.180 0.102
C 6.000 0.060 0.540 0.540
D 9.000 0.090 0.000 1.080
E 12.000 0.000 1.680 0.000
F 15.000 0.140 3.450 2.520
G 18.000 0.230 48.637 3.450
H 15.000 2.702 40.531 39.936
I 14.780 2.702 28.119 39.823
J 14.738 1.903 28.039 27.102
K 14.245 1.903 38.492 27.011
L 14.197 2.702 39.853 32.425
M 12.000 2.807 34.945 25.264
N 9.000 2.912 25.264 17.472
O 6.000 2.807 16.212 10.612
P 3.780 2.702 7.192 10.095
Q 3.736 1.903 7.108 6.177
R 3.247 1.903 8.773 6.084
S 3.198 2.702 8.641 8.106
T 3.000 2.702 0.235 0.000
JUMLAH 337.893 258.035

Luas T = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1


2.000
= 337.893 - 258.035
2.000
= 39.929 m2
Luas CAD = 39.929 m2
Luas G = 0.000 m2

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Tabel Perhitungan Volume Galian dan Timbunan

Volume
Patok Luas Galian (m2) Luas Timbunan (m2) Jarak (m)
Galian (m3) Timbunan (m3)
P0 32.274 0.000 25 806.850 0.000

P1 24.375 0.000 25 609.375 0.000

P2 0.375 5.868 25 9.375 146.700

P3 0.009 7.588 25 0.225 189.700

P4 0.000 39.929 25 0.000 998.225

Total 1425.825 1334.625

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


PERHITUNGAN THEODOLITE

MUHAMMAD MULTAZAM
F 111 19 054
Survey dan Pemetaan 2019

DATA UKUR POLYGON


Diukur oleh : Muhammad Multazam Alat Ukur : Theodolite Koordinat : E = 822476.78
Hari : Sabtu Lokasi : Fakultas Ekonomi S= 9908062.66
Tanggal : 29 Februari 2020 Tinggi Titik Awal 60 m
Titik Tinggi Pembacaan sudut Bacaan Jarak
Alat Target Hrz - Biasa Vertikal Optis Sketsa
Alat Rambu
(m) ◦ ' " ◦ ' " (m)
1.468
P0 1.445 P1 318 15 20 91 25 9 1.194 54.77
0.92
1.49
1.445 P4 273 44 5 91 49 54 1.3 37.96
1.11
1.48
1.445 J1 82 1 19 88 16 4 1.4 15.99
1.32
1.61
1.445 J2 72 56 29 88 16 2 1.49 23.98
1.37
1.84
1.445 Jem1 2 39 10 92 30 2 1.72 23.95
1.6
2.45
1.445 Jem2 15 15 4 90 10 28 2.295 31.00
2.14
1.38
1.445 Poh1 324 48 26 93 51 45 1.345 6.97
1.31
1.01
1.445 Poh2 332 21 23 93 32 43 0.92 17.93
0.83
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

1.519
1.445 Ged1 320 0 6 93 33 3 1.4 23.71
1.281
1.432
1.445 Ged2 277 35 23 94 15 26 1.3415 18.00
1.251
1.729
P1 1.459 P0 0 0 0 87 43 4 1.455 54.71
1.181
1.816
1.459 P2 136 7 46 92 32 33 1.56 51.10
1.304
1.246
1.459 Ged1 70 54 22 89 22 31 1.156 18.00
1.066
0.932
1.459 Tl1 200 47 19 94 51 22 0.861 14.10
0.79
1.036
1.459 Sblm Jl1 266 47 44 91 0 55 0.95 17.19
0.864
1
1.459 Sbjl1 258 52 26 91 0 57 0.88 23.99
0.76
0.481
1.459 Sblm Jl2 312 13 15 90 35 15 0.346 27.00
0.211
0.797
1.459 Sbjl2 304 40 4 89 39 25 0.63 33.40
0.463
1.06
1.459 Tl2 91 32 33 90 37 42 0.9 32.00
0.74
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

0.73
1.459 Poh3 15 16 16 91 13 24 0.687 8.60
0.644
1.186
P2 1.25 P1 0 0 0 86 34 33 0.93 51.02
0.674
1.946
1.25 P3 89 56 12 89 50 42 1.81 27.20
1.674
1.708
1.25 Sblm Jl 239 0 26 91 32 54 1.56 29.58
1.412
1.72
1.25 Sblm Jl1 241 6 12 91 19 38 1.538 36.38
1.356
2.286
1.25 Sblm Jl2 224 2 11 91 9 7 2.1 37.18
1.914
0.855
1.25 Lpngn1 9 35 42 90 7 47 0.795 12.00
0.735
1.363
1.25 Lpngn2 6 16 40 87 38 20 1.33 6.59
1.297
1.311
P3 1.25 P2 0 0 0 91 12 37 1.175 27.19
1.039
1.971
1.25 P4 101 10 36 89 17 28 1.7 54.19
1.429
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

DATA UKUR POLYGON


Diukur oleh : M uhammad M ultazam/ F 111 19 54 Koordinat Awal : E : 822476.78 822477 Alat uku : Theodolite
Hari : Sabtu S : 990862.66 990863 Lokasi : Fakultas ekonomi
Tanggal : 29 Februari 2020 Azimut Awal : 12.256 Ketinggian Awal 114 m

Pembacaan Sudut ∆Z
Tinggi Alat Bacaan rambu (m) Jarak Datar Sudut Koreksi Horizontal ∆X ∆Y Koordinat Target
Titik Alat Target Horizontal Vertikal Azimuth Beda Tinggi
(m) ◦ ' " ◦ ' " Atas TengahBawah (m) Asal KoreksiTerkoreksi Asal KoreksiTerkoreks Asal KoreksiTerkoreksi Asal KoreksiTerkoreks X Y Z
P1 318 15 20 91 25 9 1.468 1.194 0.92 54.76639
44.521 44.520 12.2556 11.625 11.4012 53.518 53.53806 -1.106 -1.383 822488.18 990916.198 114
P4 273 44 5 91 49 54 1.49 1.3 1.11 37.96118
J1 82 1 19 88 16 4 1.48 1.4 1.32 15.98538 168.29 168.29 136.022 11.1 11.1 -11.5 -11.5032 0.5284 0.52843 822487.880 990851.1568 114.528
J2 72 56 29 88 16 2 1.61 1.49 1.37 23.97806 159.21 159.21 126.941 19.164 19.1645 -14.41 -14.4108 0.6804 0.68038 822495.944 990848.2492 114.68
Jem1 2 39 10 92 30 2 1.84 1.72 1.6 23.95432 88.92 88.92 56.653 20.01 20.0103 13.168 13.16796 -1.321 -1.3211 822496.790 990875.8280 112.679
P0 1.445 0.0007 -0.224 0.0198
Jem2 15 15 4 90 10 28 2.45 2.295 2.14 30.99971 101.52 101.52 69.251 28.989 28.9891 10.982 10.98236 -0.944 -0.9444 822505.769 990873.6424 113.056
Poh1 324 48 26 93 51 45 1.38 1.345 1.31 6.968236 51.07 51.07 18.807 2.2465 2.24645 6.5962 6.596193 -0.37 -0.3705 822479.026 990869.2562 113.63
Poh2 332 21 23 93 32 43 1.01 0.92 0.83 17.93117 58.62 58.62 26.356 7.9606 7.9606 16.067 16.06722 -0.586 -0.5859 822484.741 990878.7272 113.414
Ged1 320 0 6 93 33 3 1.519 1.4 1.281 23.70871 46.27 46.27 14.002 5.7363 5.73632 23.004 23.00429 -1.426 -1.4262 822482.516 990885.6643 112.574
Ged2 277 35 23 94 15 26 1.432 1.342 1.251 18.00026 3.85 3.85 -28.410 -8.5642 -8.5642 15.832 15.83236 -1.236 -1.2364 822468.216 990878.4924 112.764
P0 0 0 0 87 43 4 1.729 1.455 1.181 54.7131
136.129 136.127 -31.617 -26.788 -26.997 43.515 43.533 -2.370 -2.647 822461.18 990959.731 111.353
P2 136 7 46 92 32 33 1.816 1.56 1.304 51.09925
Ged1 70 54 22 89 22 31 1.246 1.156 1.066 17.99786 70.906 70.906 263.162 -17.87 -17.87 -2.143 -2.14297 0.4992 0.49925 822470.31 990914.055 111.853
Tl1 200 47 19 94 51 22 0.932 0.861 0.79 14.09824 200.789 200.789 33.044 7.6876 7.68756 11.818 11.81786 -0.6 -0.277 -0.5998 822495.87 990928.016 110.754
Sblm Jl1 266 47 44 91 0 55 1.036 0.95 0.864 17.1946 266.796 266.796 99.051 16.98 16.9805 -2.705 -2.70498 0.2043 0.20428 822505.16 990913.493 111.558
P1 1.459 0.002 -0.209 0.0184
Sbjl1 258 52 26 91 0 57 1 0.88 0.76 23.99246 258.874 258.874 91.129 23.988 23.9878 -0.473 -0.47292 0.1536 0.15358 822512.17 990915.725 111.507
Sblm Jl2 312 13 15 90 35 15 0.481 0.346 0.211 26.99716 312.221 312.221 144.476 15.686 15.6864 -21.97 -21.9723 0.8362 0.83617 822503.87 990894.226 112.189
Sbjl2 304 40 4 89 39 25 0.797 0.63 0.463 33.3988 304.668 304.668 136.923 22.811 22.8106 -24.4 -24.3958 1.029 1.02898 822510.99 990891.802 112.382
Tl2 91 32 33 90 37 42 1.06 0.9 0.74 31.99615 91.543 91.543 283.798 -31.073 -31.073 7.6311 7.631098 0.2081 0.2081 822457.11 990923.829 111.561
Poh3 15 16 16 91 13 24 0.73 0.687 0.644 8.59608 15.271 15.271 207.527 -3.9728 -3.9728 -7.623 -7.62297 0.5884 0.58844 822484.21 990908.575 111.942
P1 0 0 0 86 34 33 1.186 0.93 0.674 51.01735
89.937 89.935 238.318 -23.146 -23.258 -14.285 -14.276 -0.486 -0.763 822437.93 990945.456 110.590
P3 89 56 12 89 50 42 1.946 1.81 1.674 27.1998
Sblm Jl 239 0 26 91 32 54 1.708 1.56 1.412 29.57839 239.007 239.007 27.390 13.607 13.6075 26.262 26.26248 -1.11 -1.1095 822474.79 990985.994 109.481
P2 1.25 Sblm Jl1 241 6 12 91 19 38 1.72 1.538 1.356 36.38047 241.103 0.0013 241.103 29.486 17.907 -0.111 17.907 31.668 0.0098 31.66823 -1.131 -1.1309 822479.09 990991.399 109.459
Sblm Jl2 224 2 11 91 9 7 2.286 2.1 1.914 37.18497 224.036 224.036 12.419 7.9972 7.9972 36.315 36.31482 -1.598 -1.5977 822469.18 990996.046 108.992
Lpngn1 9 35 42 90 7 47 0.855 0.795 0.735 11.99994 9.595 9.595 157.978 4.4995 4.49953 -11.12 -11.1244 0.4278 0.42783 822465.68 990948.607 111.018
Lpngn2 6 16 40 87 38 20 1.363 1.33 1.297 6.588798 6.278 6.278 154.661 2.8199 2.81986 -5.955 -5.95489 0.1917 0.19167 822464 990953.776 110.782

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

28 P2 0 0 0 91 12 37 1.311 1.175 1.039 27.18787


101.177 101.175 159.493 18.984 18.7623 -50.758 -50.738 0.221 -0.056 822456.69 990894.717 110.534
29 P4 101 10 36 89 17 28 1.971 1.7 1.429 54.1917
30 Mimbar1 47 38 22 84 23 8 2.823 2.715 2.607 21.39326 47.639 47.639 105.958 20.569 20.5689 -5.882 -5.88161 0.6381 0.63807 822458.49 990939.574 111.172
P3 1.25 0.0015 -0.222 0.0196
31 Mimbar2 35 37 2 88 35 35 1.844 1.7 1.556 28.78264 35.617 35.617 93.936 28.715 28.7148 -1.975 -1.97546 0.2569 0.25692 822466.64 990943.480 110.791
32 Sblm Jl 284 21 58 91 4 47 1.657 1.5 1.343 31.38885 284.366 284.366 -17.316 -9.3424 -9.3424 29.966 29.9663 -0.842 -0.8416 822428.58 990975.422 109.692
33 Sbjl 284 21 58 91 17 39 1.486 1.3 1.114 37.18102 284.366 284.366 -17.316 -11.066 -11.066 35.496 35.49597 -0.89 -0.89 822426.86 990980.952 109.644
34 P3 0 0 0 91 44 16 1.871 1.6 1.33 54.05025 -0.277
168.244 168.242 147.735 20.247 20.0916 -32.071 -32.057 2.358 2.081 822476.78 990862.7 112.615
35 P0 168 14 40 87 29 48 0.79 0.6 0.41 37.92751
36 Ged1 208 29 2 87 15 40 1.809 1.7 1.591 21.75022 208.484 208.484 187.977 -3.0185 -3.0185 -21.54 -21.5397 0.6405 0.64051 822453.67 990873.178 113.256
37 P4 1.3 Ged2 253 39 49 87 14 41 1.81 1.753 1.696 11.37366 253.664 0.0025 253.664 233.157 -9.1021 -0.155 -9.1021 -6.82 0.0137 -6.81991 0.0944 0.09437 822447.59 990887.898 112.710
38 Ged3 302 31 21 92 36 18 0.421 0.349 0.277 14.37025 302.523 302.523 282.016 -14.055 -14.055 2.9917 2.991657 0.2972 0.29719 822442.63 990897.709 112.913
39 Ged4 19 26 4 90 7 55 1.469 1.4 1.331 13.79993 19.434 19.434 -1.072 -0.2582 -0.2582 13.798 13.79751 -0.132 -0.1318 822456.43 990908.515 112.484
40 Ged5 124 22 31 91 2 7 1.14 1.115 1.09 4.998368 124.375 124.375 103.869 4.8527 4.85265 -1.198 -1.1981 0.0947 0.09467 822461.54 990893.519 112.710
∑ 225.1846 540.01 0.0081 540.000 0.9217 -0.9217 0 -0.081 0.081 0 -1.384 -1.384 111.23

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

PERHITUNGAN THEODOLITE

A. Perhitungan Patok Utama

1. Menentukan sudut datar

Rumus :
Sudut Datar = Sudut Muka - Sudut Belakang
◦ ' " ◦ ' " ◦ ' "

P0 = 318 15 20 - 273 44 5 = 44 31 15
P1 = 136 7 46 - 0 0 0 = 136 7 46
P2 = 89 56 12 - 0 0 0 = 89 56 12
P3 = 101 10 36 - 0 0 0 = 101 10 36
P4 = 168 14 40 - 0 0 0 = 168 14 40
∑ 540 0 29

2. Menentukan Koreksi Sudut Datar

Rumus :
Koreksi = (( 2 x Banyaknya Jumlah Patok ) - 4 ) x 90

Koreksi = ( ( 2n ) - 4 ) x 90 = ((2 x 5 ) - 4 ) x 90
= 540 0 0

3. Selisih Sudut Datar

Rumus :
Selisih Sudut Datar = Jumlah Sudut Datar - Koreksi Sudut

◦ ' "
Jumlah Sudut Datar = 540 0 29
Koreksi Sudut Datar = 540 0 0
-
Selisih Sudut Datar = 0 0 29 ( 0.008056 )

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

4. Menentukan Koreksi Sudut Datar Perpatok

Rumus :
Sudut Datar Selisih Sudut
Koreksi Perpatok = x
Jumlah Sudut Datar Datar

44.5208333
P0 = x 0.0080556 = 0.00066
540.008056
P1 = 136.129444 x
0.0080556 = 0.00203
540.008056
P2 = 89.9366667 x
0.0080556 = 0.00134
540.008056
P3 = 101.176667 x
0.0080556 = 0.00151
540.008056
P4 = 168.244444 x
0.0080556 = 0.00251
540.008056

5. Menentukan Sudut Datar Perpatok Terkoreksi

Rumus :
Sudut Terkoreksi = Sudut Datar - Koreksi Perpatok

P0 = 44.5208333 - 0.0006641 = 44.5202


P1 = 136.129444 - 0.0020307 = 136.127
P2 = 89.9366667 - 0.0013416 = 89.9353
P3 = 101.176667 - 0.0015093 = 101.175
P4 = 168.244444 - 0.0025098 = 168.242

6. Perhitungan Azimuth

Rumus :
Azimuth
Azimuth = + Sudut Pn - 180
Awal

Azimuth Awal = 318.256 + 54


P0 = 372.256 = 372.256 - 360 = 12.256
P1 = 12.256 + 136.12944 - 180 = -31.615
P2 = -31.615 + 89.936667 - 180 = -121.678 + 360 = 238.322
P3 = 238.322 + 101.17667 - 180 = 159.498

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

P4 = 159.498 + 168.24444 - 180 = 147.743

7. Menentukan Jarak Datar Optis (D)

Rumus :
Jarak Datar Optis = ( BA - BB ) x 100 x Sin2V

P0 = ( 1.468 - 0.92 ) x 100 x Sin2 91 25 9 = 54.7663865


P1 = ( 1.816 - 1.304 ) x 100 x Sin2 92 32 33 = 51.0992462
2
P2 = ( 1.946 - 1.674 ) x 100 x Sin 89 50 42 = 27.1998009
P3 = ( 1.971 - 1.429 ) x 100 x Sin2 89 17 28 = 54.1917036
2
P4 = ( 0.79 - 0.41 ) x 100 x Sin 87 29 48 = 37.9275065
∑ 225.184644

8. Menentukan Selisih Koordinat (∆X dan ∆Y)

Rumus :
∆X = Jarak Datar Optis x Sin Azimuth
∆Y = Jarak Datar Optis x Cos Azimuth

a. Selisih Koordinat ∆X

P0 = 54.7663865 x Sin 12.256 = 11.62539


P1 = 51.0992462 x Sin -31.615 = -26.7867
P2 = 27.1998009 x Sin 238.322 = -23.1473
P3 = 54.1917036 x Sin 159.498 = 18.97981
P4 = 37.9275065 x Sin 147.743 = 20.243
∑ 0.913942
b. Selisih Koordinat ∆Y

P0 = 54.7663865 x Cos 12.256 = 53.51829


P1 = 51.0992462 x Cos -31.615 = 43.51559
P2 = 27.1998009 x Cos 238.322 = -14.284
P3 = 54.1917036 x Cos 159.498 = -50.7593
P4 = 37.9275065 x Cos 147.743 = -32.0738
∑ -0.0832

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

9. Menentukan Koreksi Koordinat (δX dan δY)

Rumus :
δX ∑∆X x
= - D
∑D
δY ∑∆Y x
= - D
∑D

a. Koreksi Koordinat δX

0.91394191
P0 = - x 54.7663865 = -0.222276684
225.184644
0.91394191
P1 = - x 51.0992462 = -0.207393105
225.184644
0.91394191
P2 = - x 27.1998009 = -0.11039402
225.184644
0.91394191
P3 = - x 54.1917036 = -0.219944256
225.184644
0.91394191
P4 = - x 37.9275065 = -0.153933843
225.184644
∑ -0.913941908

b. Koreksi Koordinat δY

-0.0831951
P0 = - x 54.7663865 = 0.020233607
225.184644
-0.0831951
P1 = - x 51.0992462 = 0.018878771
225.184644
-0.0831951
P2 = - x 27.1998009 = 0.010049049
225.184644
-0.0831951
P3 = - x 54.1917036 = 0.020021289
225.184644
-0.0831951
P4 = - x 37.9275065 = 0.014012432
225.184644
∑ 0.083195147

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

10. Menentukan Koordinat Terkoreksi

Rumus :
X = ∆X + δX
Y = ∆Y + δY

a. Koordinat Terkoreksi X

P0 = 11.6253937 + -0.22227668 = 11.40311706


-
P1 = + -0.20739311 = -26.99407118
26.7866781
P2 = -23.147296 + -0.11039402 = -23.25769004
P3 = 18.9798112 + -0.21994426 = 18.75986689
P4 = 20.2427111 + -0.15393384 = 20.08877727
∑ 0.000

b. Koordinat Terkoreksi Y

P0 = 53.5182895 + 0.02023361 = 53.53852314


P1 = 43.515593 + 0.01887877 = 43.53447181
-
P2 = + 0.01004905 = -14.27392302
14.2839721
-
P3 = + 0.02002129 = -50.73928831
50.7593096
P4 = -32.073796 + 0.01401243 = -32.05978362
∑ 0.000

11. Menentukan Koordinat Poligon

Rumus :
X = X0 + Xterkoreksi
Y = Y0 + Yterkoreksi

Koordinat Awal ( 822476.78, 990862.66 )

a. Koordinat X

P0 = 822476.780 + 11.40311706 = 822488.1831


P1 = 822488.18311706 + -26.99407118 = 822461.1890
P2 = 822461.18904588 + -23.25769004 = 822437.9314

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

P3 = 822437.93135584 + 18.75986689 = 822456.6912


P4 = 822456.69122273 + 20.08877727 = 822476.7800

b. Koordinat Y

P0 = 990862.660 + 53.53852314 = 990916.1985


P1 = 990916.19852314 + 43.53447181 = 990959.7330
P2 = 990959.73299495 + -14.27392302 = 990945.4591
P3 = 990945.45907193 + -50.73928831 = 990894.7198
P4 = 990894.71978362 + -32.05978362 = 990862.6600

12. Menentukan Beda Tinggi

Rumus :
Jarak Optis
Beda Tinggi = TA - BT +
Tan V

54.76638654
P0 = 1.445 - 1.194 = -1.105793281
Tan 91 25 9
51.09924618
P1 = 1.459 - 1.56 = -2.370018391
Tan 92 32 33
27.19980094
P2 = 1.25 - 1.81 = -0.486417278
Tan 89 50 42
54.19170363
P3 = 1.25 - 1.7 = 0.220518094
Tan 89 17 28
37.92750646
P4 = 1.3 - 0.6 = 2.358161439
Tan 87 29 48
∑ -1.383549416

13. Menentukan Koreksi Beda Tinggi

Rumus :
∑ Beda Tinggi
Koreksi =
Jumlah Patok

-1.3835494
Koreksi = = -0.27671
5

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

14. Beda Tinggi Terkoreksi

Rumus :
Beda Tinggi Terkoreksi = Beda Tinggi + Koreksi

P0 = -1.1057933 + -0.2767099 = -1.3825


P1 = -2.3700184 + -0.2767099 = -2.64673
P2 = -0.4864173 + -0.2767099 = -0.76313
P3 = 0.22051809 + -0.2767099 = -0.05619
P4 = 2.35816144 + -0.2767099 = 2.081452

15. Menentukan Tinggi Titik

Rumus :
Tinggi Titik = Titik Awal + Beda Tinggi Terkoreksi

Tinggi Titik Awal = 60 + 54


P0 = = 114
P1 = 114 + -2.6467283 = 111.3532717
P2 = 111.353272 + -0.7631272 = 110.5901446
P3 = 110.590145 + -0.0561918 = 110.5339528
P4 = 110.533953 + 2.0814516 = 112.6154043

B. Perhitugan Patok Detail

1. Menentukan Sudut Datar Detail

Rumus :
Sudut Datar = Sudut Muka - Sudut Belakang
◦ ' " ◦ ' " ◦ ' " ◦ ' "
P0 J1 = 82 1 19 - 273 44 5 = -192 17 14 = 167 42 46
J2 = 72 56 29 - 273 44 5 = -201 12 24 = 158 47 36
Jem1 = 2 39 10 - 273 44 5 = -272 55 5 = 87 4 55
Jem2 = 15 15 4 - 273 44 5 = -259 30 59 = 100 29 1
Poh1 = 324 48 26 - 273 44 5 = 51 4 21

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Poh2 = 332 21 23 - 273 44 5 = 58 37 18


Ged1 = 320 0 6 - 273 44 5 = 46 16 1
Ged2 = 277 35 23 - 273 44 5 = 3 51 18

P1 Ged1 = 70 54 22 - 0 0 0 = 70 54 22
Tl1 = 200 47 19 - 0 0 0 = 200 47 19
Sblm Jl1 = 266 47 44 - 0 0 0 = 266 47 44
Sbjl1 = 258 52 26 - 0 0 0 = 258 52 26
Sblm Jl2 = 312 13 15 - 0 0 0 = 312 13 15
Sbjl2 = 304 40 4 - 0 0 0 = 304 40 4
Tl2 = 91 32 33 - 0 0 0 = 91 32 33
Poh3 = 15 16 16 - 0 0 0 = 15 16 16

P2 Sblm Jl = 239 0 26 - 0 0 0 = 239 0 26


Sblm Jl1 = 241 6 12 - 0 0 0 = 241 6 12
Sblm Jl2 = 224 2 11 - 0 0 0 = 224 2 11
Lpngn1 = 9 35 42 - 0 0 0 = 9 35 42
Lpngn2 = 6 16 40 - 0 0 0 = 6 16 40

P3 Mimbar1 = 47 38 22 - 0 0 0 = 47 38 22
Mimbar2 = 35 37 2 - 0 0 0 = 35 37 2
Sblm Jl = 284 21 58 - 0 0 0 = 284 21 58
Sbjl = 284 21 58 - 0 0 0 = 284 21 58

P4 Ged1 = 208 29 2 - 0 0 0 = 208 29 2


Ged2 = 253 39 49 - 0 0 0 = 253 39 49
Ged3 = 302 31 21 - 0 0 0 = 302 31 21
Ged4 = 19 26 4 - 0 0 0 = 19 26 4
Ged5 = 124 22 31 - 0 0 0 = 124 22 31

2. Menentukan Azimuth Detail

Rumus :
Azimuth Sudut
Azimuth = + - 180
Awal Pn

P0 J1 = 54.000 + 82.02194444 = 136.022


J2 = 54.000 + 72.94138889 = 126.941
Jem1 = 54.000 + 2.652777778 = 56.653
Jem2 = 54.000 + 15.25111111 = 69.251
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

Poh1 = 54.000 + 324.8072222 = 378.807 = 18.81


Poh2 = 54.000 + 332.3563889 = 386.356 = 26.36
Ged1 = 54.000 + 320.0016667 = 374.002 = 14.00
Ged2 = 54.000 + 277.5897222 = 331.590 = -28.41

P1 Ged1 = 12.256 + 70.90611111 - 180 = -96.838 = 263.16


Tl1 = 12.256 + 200.7886111 - 180 = 33.044
Sblm Jl1 = 12.256 + 266.7955556 - 180 = 99.051
Sbjl1 = 12.256 + 258.8738889 - 180 = 91.129
Sblm Jl2 = 12.256 + 312.2208333 - 180 = 144.476
Sbjl2 = 12.256 + 304.6677778 - 180 = 136.923
Tl2 = 12.256 + 91.5425 - 180 = -76.202 = 283.80
Poh3 = 12.256 + 15.27111111 - 180 = -152.473 = 207.53

P2 Sblm Jl = -31.615 + 239.0072222 - 180 = 27.392


Sblm Jl1 = -31.615 + 241.1033333 - 180 = 29.488
Sblm Jl2 = -31.615 + 224.0363889 - 180 = 12.421
Lpngn1 = -31.615 + 9.595 - 180 = -202.020 = 157.98
Lpngn2 = -31.615 + 6.277777778 - 180 = -205.337 = 154.66

P3 Mimbar1 = 238.322 + 47.63944444 - 180 = 105.961


Mimbar2 = 238.322 + 35.61722222 - 180 = 93.939
Sblm Jl = 238.322 + 284.3661111 - 180 = 342.688 = -17.31
Sbjl = 238.322 + 284.3661111 - 180 = 342.688 = -17.31

P4 Ged1 = 159.498 + 208.4838889 - 180 = 187.982


Ged2 = 159.498 + 253.6636111 - 180 = 233.162
Ged3 = 159.498 + 302.5225 - 180 = 282.021
Ged4 = 159.498 + 19.43444444 - 180 = -1.067
Ged5 = 159.498 + 124.3752778 - 180 = 103.874

3. Menentukan Jarak Optis Detail

Rumus :
Jarak Datar Optis = ( BA - BB ) x 100 x Sin2V
◦ ' "
2
P0 J1 = ( 1.48 - 1.32 ) x 100 x Sin 88 16 4 = 15.9853799
2
J2 = ( 1.61 - 1.37 ) x 100 x Sin 88 16 2 = 23.9780558
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

Jem1 = ( 1.84 - 1.6 ) x 100 x Sin2 92 30 2 = 23.9543161


Jem2 = ( 2.45 - 2.14 ) x 100 x Sin2 90 10 28 = 30.9997126
Poh1 = ( 1.38 - 1.31 ) x 100 x Sin2 93 51 45 = 6.96823625
2
Poh2 = ( 1.01 - 0.83 ) x 100 x Sin 93 32 43 = 17.9311707
Ged1 = ( 1.519 - 1.281 ) x 100 x Sin2 93 33 3 = 23.7087073
Ged2 = ( 1.432 - 1.251 ) x 100 x Sin2 94 15 26 = 18.000256

P1 Ged1 = ( 1.246 - 1.066 ) x 100 x Sin2 89 22 31 = 17.9978601


Tl1 = ( 0.932 - 0.79 ) x 100 x Sin2 94 51 22 = 14.0982393
Sblm Jl1 = ( 1.036 - 0.864 ) x 100 x Sin2 91 0 55 = 17.1945998
2
Sbjl1 = ( 1 - 0.76 ) x 100 x Sin 91 0 57 = 23.9924566
2
Sblm Jl2 = ( 0.481 - 0.211 ) x 100 x Sin 90 35 15 = 26.9971613
2
Sbjl2 = ( 0.797 - 0.463 ) x 100 x Sin 89 39 25 = 33.3988026
2
Tl2 = ( 1.06 - 0.74 ) x 100 x Sin 90 37 42 = 31.9961517
2
Poh3 = ( 0.73 - 0.644 ) x 100 x Sin 91 13 24 = 8.59608008

P2 Sblm Jl = ( 1.708 - 1.412 ) x 100 x Sin2 91 32 54 = 29.5783893


Sblm Jl1 = ( 1.72 - 1.356 ) x 100 x Sin2 91 19 38 = 36.3804716
Sblm Jl2 = ( 2.286 - 1.914 ) x 100 x Sin2 91 9 7 = 37.184965
2
Lpngn1 = ( 0.855 - 0.735 ) x 100 x Sin 90 7 47 = 11.9999385
Lpngn2 = ( 1.363 - 1.297 ) x 100 x Sin2 87 38 20 = 6.58879826

P3 Mimbar1 = ( 2.823 - 2.607 ) x 100 x Sin2 84 23 8 = 21.3932566


Mimbar2 = ( 1.844 - 1.556 ) x 100 x Sin2 88 35 35 = 28.7826374
Sblm Jl = ( 1.657 - 1.343 ) x 100 x Sin2 91 4 47 = 31.3888505
Sbjl = ( 1.486 - 1.114 ) x 100 x Sin2 91 17 39 = 37.181024

P4 Ged1 = ( 1.809 - 1.591 ) x 100 x Sin2 87 15 40 = 21.7502229


Ged2 = ( 1.81 - 1.696 ) x 100 x Sin2 87 14 41 = 11.3736576
Ged3 = ( 0.421 - 0.277 ) x 100 x Sin2 92 36 18 = 14.3702537
2
Ged4 = ( 1.469 - 1.331 ) x 100 x Sin 90 7 55 = 13.7999268
2
Ged5 = ( 1.14 - 1.09 ) x 100 x Sin 91 2 7 = 4.99836773

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

4. Menentukan Selisih Koordinat Detail

Rumus :
∆X = Jarak Datar Optis x Sin Azimuth
∆Y = Jarak Datar Optis x Cos Azimuth

a. Selisih Koordinat ∆X

P0 J1 = 15.9853799 x Sin 136.022 = 11.09997304


J2 = 23.9780558 x Sin 126.941 = 19.16447845
Jem1 = 23.9543161 x Sin 56.653 = 20.01034771
Jem2 = 30.9997126 x Sin 69.251 = 28.98913576
Poh1 = 6.96823625 x Sin 18.807 = 2.246454978
Poh2 = 17.9311707 x Sin 26.356 = 7.96060191
Ged1 = 23.7087073 x Sin 14.002 = 5.736324575
Ged2 = 18.000256 x Sin -28.410 = -8.564197709

P1 Ged1 = 17.9978601 x Sin 263.162 = -17.8698246


Tl1 = 14.0982393 x Sin 33.044 = 7.687563561
Sblm Jl1 = 17.1945998 x Sin 99.051 = 16.98049954
Sbjl1 = 23.9924566 x Sin 91.129 = 23.98779524
Sblm Jl2 = 26.9971613 x Sin 144.476 = 15.68638732
Sbjl2 = 33.3988026 x Sin 136.923 = 22.81059276
Tl2 = 31.9961517 x Sin 283.798 = -31.07281875
Poh3 = 8.59608008 x Sin 207.527 = -3.972776378

P2 Sblm Jl = 29.5783893 x Sin 27.392 = 13.60840349


Sblm Jl1 = 36.3804716 x Sin 29.488 = 17.90815352
Sblm Jl2 = 37.184965 x Sin 12.421 = 7.998482646
Lpngn1 = 11.9999385 x Sin 157.980 = 4.499139563
Lpngn2 = 6.58879826 x Sin 154.663 = 2.819643999

P3 Mimbar1 = 21.3932566 x Sin 105.961 = 20.5685158


Mimbar2 = 28.7826374 x Sin 93.939 = 28.71464952
Sblm Jl = 31.3888505 x Sin -17.312 = -9.340648134
Sbjl = 37.181024 x Sin -17.312 = -11.06427466

P4 Ged1 = 21.7502229 x Sin 187.982 = -3.02036283


Ged2 = 11.3736576 x Sin 233.162 = -9.102717205
Ged3 = 14.3702537 x Sin 282.021 = -14.05514184
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

Ged4 = 13.7999268 x Sin -1.067 = -0.257030048


Ged5 = 4.99836773 x Sin 103.874 = 4.852550457

b. Selisih Koordinat ∆Y

P0 J1 = 15.9853799 x Cos 136.022 = -11.50317217


J2 = 23.9780558 x Cos 126.941 = -14.41075733
Jem1 = 23.9543161 x Cos 56.653 = 13.16796279
Jem2 = 30.9997126 x Cos 69.251 = 10.9823582
Poh1 = 6.96823625 x Cos 18.807 = 6.596192574
Poh2 = 17.9311707 x Cos 26.356 = 16.06722438
Ged1 = 23.7087073 x Cos 14.002 = 23.00429049
Ged2 = 18.000256 x Cos -28.410 = 15.83236354

P1 Ged1 = 17.9978601 x Cos 263.162 = -2.14297422


Tl1 = 14.0982393 x Cos 33.044 = 11.81785587
Sblm Jl1 = 17.1945998 x Cos 99.051 = -2.704976677
Sbjl1 = 23.9924566 x Cos 91.129 = -0.472921254
Sblm Jl2 = 26.9971613 x Cos 144.476 = -21.97234561
Sbjl2 = 33.3988026 x Cos 136.923 = -24.39583726
Tl2 = 31.9961517 x Cos 283.798 = 7.631098185
Poh3 = 8.59608008 x Cos 207.527 = -7.622967969

P2 Sblm Jl = 29.5783893 x Cos 27.392 = 26.26199661


Sblm Jl1 = 36.3804716 x Cos 29.488 = 31.66759786
Sblm Jl2 = 37.184965 x Cos 12.421 = 36.31454117
Lpngn1 = 11.9999385 x Cos 157.980 = -11.1245794
Lpngn2 = 6.58879826 x Cos 154.663 = -5.954987

P3 Mimbar1 = 21.3932566 x Cos 105.961 = -5.882821392


Mimbar2 = 28.7826374 x Cos 93.939 = -1.977149662
Sblm Jl = 31.3888505 x Cos -17.312 = 29.96685211
Sbjl = 37.181024 x Cos -17.312 = 35.49662482

P4 Ged1 = 21.7502229 x Cos 187.982 = -21.53948946


Ged2 = 11.3736576 x Cos 233.162 = -6.819136776
Ged3 = 14.3702537 x Cos 282.021 = 2.992854529
Ged4 = 13.7999268 x Cos -1.067 = 13.79753296
Ged5 = 4.99836773 x Cos 103.874 = -1.19851327

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

5. Menentukan Koordinat Poligon

Rumus :
X = X0 + Xterkoreksi
Y = Y0 + Yterkoreksi

a. Koordinat X

P0 J1 = 822476.78000000 + 11.09997304 = 822487.87997304


J2 = 822476.78000000 + 19.16447845 = 822495.94447845
Jem1 = 822476.78000000 + 20.01034771 = 822496.79034771
Jem2 = 822476.78000000 + 28.98913576 = 822505.76913576
Poh1 = 822476.78000000 + 2.246454978 = 822479.02645498
Poh2 = 822476.78000000 + 7.96060191 = 822484.74060191
Ged1 = 822476.78000000 + 5.736324575 = 822482.51632458
Ged2 = 822476.78000000 + -8.564197709 = 822468.21580229

P1 Ged1 = 822488.18311706 + -17.8698246 = 822470.31329246


Tl1 = 822488.18311706 + 7.687563561 = 822495.87068062
Sblm Jl1 = 822488.18311706 + 16.98049954 = 822505.16361659
Sbjl1 = 822488.18311706 + 23.98779524 = 822512.17091230
Sblm Jl2 = 822488.18311706 + 15.68638732 = 822503.86950437
Sbjl2 = 822488.18311706 + 22.81059276 = 822510.99370982
Tl2 = 822488.18311706 + -31.07281875 = 822457.11029831
Poh3 = 822488.18311706 + -3.972776378 = 822484.21034068

P2 Sblm Jl = 822461.18904588 + 13.60840349 = 822474.79744937


Sblm Jl1 = 822461.18904588 + 17.90815352 = 822479.09719940
Sblm Jl2 = 822461.18904588 + 7.998482646 = 822469.18752852
Lpngn1 = 822461.18904588 + 4.499139563 = 822465.68818544
Lpngn2 = 822461.18904588 + 2.819643999 = 822464.00868988

P3 Mimbar1 = 822437.93135584 + 20.5685158 = 822458.49987164


Mimbar2 = 822437.93135584 + 28.71464952 = 822466.64600536
Sblm Jl = 822437.93135584 + -9.340648134 = 822428.59070771
Sbjl = 822437.93135584 + -11.06427466 = 822426.86708118

P4 Ged1 = 822456.69122273 + -3.02036283 = 822453.67085990

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Ged2 = 822456.69122273 + -9.102717205 = 822447.58850553


Ged3 = 822456.69122273 + -14.05514184 = 822442.63608089
Ged4 = 822456.69122273 + -0.257030048 = 822456.43419269
Ged5 = 822456.69122273 + 4.852550457 = 822461.54377319

b. Koordinat Y

P0 J1 = 990862.66000000 + -11.50317217 = 990851.15682783


J2 = 990862.66000000 + -14.41075733 = 990848.24924267
Jem1 = 990862.66000000 + 13.16796279 = 990875.82796279
Jem2 = 990862.66000000 + 10.9823582 = 990873.64235820
Poh1 = 990862.66000000 + 6.596192574 = 990869.25619257
Poh2 = 990862.66000000 + 16.06722438 = 990878.72722438
Ged1 = 990862.66000000 + 23.00429049 = 990885.66429049
Ged2 = 990862.66000000 + 15.83236354 = 990878.49236354

P1 Ged1 = 990916.19852314 + -2.14297422 = 990914.05554892


Tl1 = 990916.19852314 + 11.81785587 = 990928.01637901
Sblm Jl1 = 990916.19852314 + -2.704976677 = 990913.49354646
Sbjl1 = 990916.19852314 + -0.472921254 = 990915.72560189
Sblm Jl2 = 990916.19852314 + -21.97234561 = 990894.22617753
Sbjl2 = 990916.19852314 + -24.39583726 = 990891.80268588
Tl2 = 990916.19852314 + 7.631098185 = 990923.82962132
Poh3 = 990916.19852314 + -7.622967969 = 990908.57555517

P2 Sblm Jl = 990959.73299495 + 26.26199661 = 990985.99499155


Sblm Jl1 = 990959.73299495 + 31.66759786 = 990991.40059281
Sblm Jl2 = 990959.73299495 + 36.31454117 = 990996.04753612
Lpngn1 = 990959.73299495 + -11.1245794 = 990948.60841555
Lpngn2 = 990959.73299495 + -5.954987 = 990953.77800795

P3 Mimbar1 = 990945.45907193 + -5.882821392 = 990939.57625053


Mimbar2 = 990945.45907193 + -1.977149662 = 990943.48192226
Sblm Jl = 990945.45907193 + 29.96685211 = 990975.42592404
Sbjl = 990945.45907193 + 35.49662482 = 990980.95569674

P4 Ged1 = 990894.71978362 + -21.53948946 = 990873.18029415


Ged2 = 990894.71978362 + -6.819136776 = 990887.90064684
Ged3 = 990894.71978362 + 2.992854529 = 990897.71263815
Ged4 = 990894.71978362 + 13.79753296 = 990908.51731657
Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19
Survey dan Pemetaan 2019

Ged5 = 990894.71978362 + -1.19851327 = 990893.52127035

6. Menentukan Beda Tinggi

Rumus :
Beda Jarak Optis
= TA - BT +
Tinggi Tan V

P0 J1 = 1.445 - 1.4 + ( 15.9854 / Tan 88.2678 ) = 0.52843299


J2 = 1.445 - 1.49 + ( 23.9781 / Tan 88.2672 ) = 0.680381771
Jem1 = 1.445 - 1.72 + ( 23.9543 / Tan 92.5006 ) = -1.32110074
Jem2 = 1.445 - 2.295 + ( 30.9997 / Tan 90.1744 ) = -0.94438294
Poh1 = 1.445 - 1.345 + ( 6.96824 / Tan 93.8625 ) = -0.370465
Poh2 = 1.445 - 0.92 + ( 17.9312 / Tan 93.5453 ) = -0.58594112
Ged1 = 1.445 - 1.4 + ( 23.7087 / Tan 93.5508 ) = -1.42620108
Ged2 = 1.445 - 1.3415 + ( 18.0003 / Tan 94.2572 ) = -1.2364316

P1 Ged1 = 1.459 - 1.156 + ( 17.9979 / Tan 89.3753 ) = 0.49924672


Tl1 = 1.459 - 0.861 + ( 14.0982 / Tan 94.8561 ) = -0.59976747
Sblm Jl1 = 1.459 - 0.95 + ( 17.1946 / Tan 91.0153 ) = 0.204280828
Sbjl1 = 1.459 - 0.88 + ( 23.9925 / Tan 91.0158 ) = 0.153577893
Sblm Jl2 = 1.459 - 0.346 + ( 26.9972 / Tan 90.5875 ) = 0.836166553
Sbjl2 = 1.459 - 0.63 + ( 33.3988 / Tan 89.6569 ) = 1.028976016
Tl2 = 1.459 - 0.9 + ( 31.9962 / Tan 90.6283 ) = 0.2081006
Poh3 = 1.459 - 0.687 + ( 8.59608 / Tan 91.2233 ) = 0.588435527

P2 Sblm Jl = 1.25 - 1.56 + ( 29.5784 / Tan 91.5483 ) = -1.10950666


Sblm Jl1 = 1.25 - 1.538 + ( 36.3805 / Tan 91.3272 ) = -1.13088248
Sblm Jl2 = 1.25 - 2.1 + ( 37.185 / Tan 91.1519 ) = -1.59771278
Lpngn1 = 1.25 - 0.795 + ( 11.9999 / Tan 90.1297 ) = 0.427831134
Lpngn2 = 1.25 - 1.33 + ( 6.5888 / Tan 87.6389 ) = 0.191672662

P3 Mimbar1 = 1.25 - 2.715 + ( 21.3933 / Tan 84.3856 ) = 0.638072446


Mimbar2 = 1.25 - 1.7 + ( 28.7826 / Tan 88.5931 ) = 0.256923155
Sblm Jl = 1.25 - 1.5 + ( 31.3889 / Tan 91.0797 ) = -0.84158374
Sbjl = 1.25 - 1.3 + ( 37.181 / Tan 91.2942 ) = -0.8899681

P4 Ged1 = 1.3 - 1.7 + ( 21.7502 / Tan 87.2611 ) = 0.640510512


Ged2 = 1.3 - 1.753 + ( 11.3737 / Tan 87.2447 ) = 0.094366052

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Ged3 = 1.3 - 0.349 + ( 14.3703 / Tan 92.605 ) = 0.297193967


Ged4 = 1.3 - 1.4 + ( 13.7999 / Tan 90.1319 ) = -0.13177942
Ged5 = 1.3 - 1.115 + ( 4.99837 / Tan 91.0353 ) = 0.094674634

7. Menentukan Tinggi Titik

Rumus :
Tinggi Titik = Titik Awal + Beda Tinggi Terkoreksi

P0 J1 = 114 + 0.528433 = 114.528433


J2 = 114 + 0.6803818 = 114.6803818
Jem1 = 114 + -1.321101 = 112.6788993
Jem2 = 114 + -0.944383 = 113.0556171
Poh1 = 114 + -0.370465 = 113.629535
Poh2 = 114 + -0.585941 = 113.4140589
Ged1 = 114 + -1.426201 = 112.5737989
Ged2 = 114 + -1.236432 = 112.7635684

P1 Ged1 = 111.353272 + 0.4992467 = 111.8525184


Tl1 = 111.353272 + -0.599767 = 109.9903771
Sblm Jl1 = 111.353272 + 0.2042808 = 110.7382336
Sbjl1 = 111.353272 + 0.1535779 = 112.7689822
Sblm Jl2 = 111.353272 + 0.8361666 = 112.1894383
Sbjl2 = 111.353272 + 1.028976 = 112.3822477
Tl2 = 111.353272 + 0.2081006 = 111.5613723
Poh3 = 111.353272 + 0.5884355 = 111.9417073

P2 Sblm Jl = 110.590145 + -1.109507 = 109.4806379


Sblm Jl1 = 110.590145 + -1.130882 = 109.4592621
Sblm Jl2 = 110.590145 + -1.597713 = 108.9924318
Lpngn1 = 110.590145 + 0.4278311 = 111.0179757
Lpngn2 = 110.590145 + 0.1916727 = 110.7818172

P3 Mimbar1 = 110.533953 + 0.6380724 = 111.1720252


Mimbar2 = 110.533953 + 0.2569232 = 110.7908759
Sblm Jl = 110.533953 + -0.841584 = 109.692369
Sbjl = 110.533953 + -0.889968 = 109.6439847

P4 Ged1 = 112.615404 + 0.6405105 = 113.2559148

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Ged2 = 112.615404 + 0.0943661 = 112.7097704


Ged3 = 112.615404 + 0.297194 = 112.9125983
Ged4 = 112.615404 + -0.131779 = 112.4836249
Ged5 = 112.615404 + 0.0946746 = 112.710079

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


KONTUR PENGUKURAN THEODOLITE FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
INTERVAL KONTUR 0.2 M ARAH MATA ANGIN

MATA KULIAH

SURVEI DAN PEMETAAN

NAMA TUGAS

THEODOLITE

DOSEN PEMBIMBING
Nur Hidayat, ST, MT
Nip : 19680618 199903 1 002

Erwin Affandi, ST, MT


Nip :
DI PERIKSA ASISTENSI

Muh. Nur Iriyanto


F 111 16 069

DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH

Harly Hamad, ST. MT


Nip : 19700105 20003 1 002

V DI GAMBAR OLEH
SKALA 1: 1000

Muhammad Multazam
LEGENDA F 111 19 054
NAMA GAMBAR SKALA

NO LEMBAR JML. LEMBAR


H
SKALA 1: 1000
PETA SITUASI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
INTERVAL KONTUR 0.2 M ARAH MATA ANGIN

MATA KULIAH

SURVEI DAN PEMETAAN

NAMA TUGAS

THEODOLITE

DOSEN PEMBIMBING
Nur Hidayat, ST, MT
Nip : 19680618 199903 1 002

Erwin Affandi, ST, MT


Nip :
DI PERIKSA ASISTENSI

Muh. Nur Iriyanto


LEGENDA F 111 16 069

DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH

Harly Hamad, ST. MT


Nip : 19700105 20003 1 002

V DI GAMBAR OLEH
SKALA 1: 1000

Muhammad Multazam
F 111 19 054
NAMA GAMBAR SKALA

NO LEMBAR JML. LEMBAR


H
SKALA 1: 1000
SKETSA PENGUKURAN THEODOLITE FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
ARAH MATA ANGIN

MATA KULIAH
Sblm

Sblm

Sblm
SURVEI DAN PEMETAAN
Sbjl

Sblm

NAMA TUGAS

P2

Lpngn2 THEODOLITE
Lpngn1

P3
Mimbar2

Mimbar1
DOSEN PEMBIMBING

Tl1
Nur Hidayat, ST, MT
Tl2
Nip : 19680618 199903 1 002
P1 Sbjl1
Ged1
Sblm

Ged4 Poh3
Erwin Affandi, ST, MT
Nip :
Ged3

P4
Ged5
Sblm DI PERIKSA ASISTENSI
Sbjl2

Ged2
Ged1

Muh. Nur Iriyanto


Ged2 Poh2

Ged1
Jem1
Jem2
F 111 16 069
Poh1

P0
DI SETUJUI KORDINATOR
MATA KULIAH

J1

J2
Harly Hamad, ST. MT
Nip : 19700105 20003 1 002

V DI GAMBAR OLEH
SKALA 1: 1000

Muhammad Multazam
F 111 19 054
NAMA GAMBAR SKALA

NO LEMBAR JML. LEMBAR


H
SKALA 1: 1000
Survey dan Pemetaan 2019

9. Menghitung Luas Wilayah

Titik x y Xn.Yn-1 Yn.Xn-1


J1 822478.1671 990846.7349 814943773736.732 814954203307.272
J2 822482.6046 990839.4001 814959316290.316 814971569846.895
Jem2 822506.2202 990852.9514 814991620426.293 814998061374.530
Sbjl2 822521.7074 990863.7776 815021648730.674 815022790224.253
Sbjl1 822537.6774 990881.6283 815102969089.767 815059190102.598
Sblm Jl1 822559.5942 990961.255 815132787980.621 815119953776.866
Sblm Jl2 822554.817 990971.1025 815140312585.013 815086047589.454
Sbjl 822512.428 990986.0057 815093878630.826 815096184741.830
Sblm Jl 822510.2878 990980.6234 815067767142.214 815080264380.542
P3 822498.6898 990951.4559 815023318102.356 815030123028.404
Ged3 822472.2999 990911.3877 814988332918.766 814994864007.225
Ged2 822469.9747 990900.6455 814973471391.988 814981534493.804
Ged1 822465.4391 990885.3775 814937194899.363 814981589114.631
∑ 10595376391924.900 10595376375988.300

Luas Wilayah = Xn.Yn-1 - Yn.Xn-1


2.000
= 10595376391924.900 - 10595376375988.300
2.000
= 7968.313 m2

Luas Autocad = 7968.313 m2

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


BAB V
PENUTUP

MUHAMMAD MULTAZAM
F 111 19 054
Survey dan Pemetaan 2019

BAB VII PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan pesawat waterpass, dan theodolith kita dapat mengetahui
perbedaan elevasi suatu daerah dan mengukur luasnya, kemudian kita dapat mengetahui berapa jumlah volume
timbunan dan galian yang kita butuhkan sehingga kita dapat membuat perencanaan di suatu tempat.

Pengukuran menggunakan Waterpass prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar outfit
dilapangan menggunakan rambu ukur sehingga diperoleh ketinggian suatu dataran tanah, gambaran kontur,
dan dapat dihitung titik profil memanjang dan profil melintang.

Dalam pengukuran menggunakan theodolith kita dapat mengetahui perbedaan ketinggian sebidang
tanah, dan membuat kontur tanah tersebut.

B. SARAN

a. Pada setiap kali melakukan pengukuran, sebaiknya alat terlebih dahulu dikalibrasikan baik
saat penyimpanan maupun saat berada dilapangan, dan pada saat penyetelan alat harus
dilakukan sesuai dengan prosedur kerja agar data yang dihasilkan tidak salah.
b. Agar waktu pelaksana praktikum dapat dipercepat sehingga pembuatan laporan tidak terburu-
buru.
c. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar, sebaiknya dalam menjalanakan
praktikum, praktikkan harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat praktikkan baru pertama kali
melakukan pengukuran seperti ini.

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun, ‘Penuntun Praktikum Survey dan Pemetaan 2020’. Fakultas Teknik Universitas
Tadulako, Palu.

Arsip Laporan Survey dan Pemetaan.

Survey dan Pemetaan, Diklat. Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu Sulawesi Tengah

Google Earth

http://www-catatankecil.blogspot.com/2012/05/survey-dan-pemetaan.html

https://ilmusurveypemetaan.wordpress.com/2012/05/17/materi-2-manfaat-pekerjaan-survey-dan
pemetaan/

http://alfrisurveyor.blogspot.com/2012/12/teknik-survey-dan-pemetaan.html

http://lmronsolihin.blogspot.com/

http://yuliherisantoso123.blogspot.com/2013/02/blog-survey-pemetaan.html

http://sdwicahyo99.blogspot.com/2012/12/1.html

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


LAMPIRAN

MUHAMMAD MULTAZAM
F 111 19 054
Survey dan Pemetaan 2019

Lampiran

Gambar 1 Gambar 2
Wooden Tripod untuk Theodolith
Tampilan Alat Ukur Water Pass AC-2s And Auto Level

Gambar 3 Gambar 4

Pembacaan Sudut Horizontal Pada Waterpass Benang Silang

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Gambar 5 Gambar 6

Theodolith Electro Optis Total The Kind Of Theodolite Electro Optis

Station Nikon

Gambar 7 Gambar 8

Rol Meter (Merek Symron) Kompas Geologi Tipe Brunton

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Gambar 9 Gambar 10

Berbagai Macam Alat Yang Diperlukan Berbagai Macam Rambu Ukur


Dalam Pengukuran

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19


Survey dan Pemetaan 2019

Lampiran

Muhammad Multazam (F 111 19 054) | Civil Engineering 19

Anda mungkin juga menyukai