Anda di halaman 1dari 4

Judul : Agama Bagi Kehidupan Masyarakat

Nama : Hani Lusi


Afiliasi Institusi : Pengembangan Masyarakat Islam 4/A
Email : hani4lusi@gmail.com

ABSTRAK

Kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu dibayang-bayangi oleh


apa yang disebut agama. Bahkan, dalam kehidupan sekarang pun dengan kemajuan teknologi
supramodern manusia tak luput dari agama. Karena manusia pada hakikatnya adalah
makhluk beragama.
Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yag diusahakan oleh
suatu masyarakat untuk menangani masalah penting yang tidak dapat dipecahkan oleh
teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya.
Tujuan agama salah satunya adalah membentuk jiwa yang berbudi pekerti dengan
adab yang sempurna baik dengan Tuhan-nya maupun dengan lingkungan masyarakatnya.
Menurut para ahli ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L. Berger, agama
merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia khususnya masyarakat.
Karena manusia sebagai masyarakat dan agama sebagai pegangan hidupnya ibarat dua sisi
dari keping uang yang sama, tidak bisa dipisahkan.
Akan tetapi ketika klaim kebenaran agama yang dianut seseorang atau sekelompok
masyarakat dihadapkan pada klaim kebenaran agama yang lain, tidak jarang timbul benturan,
perselisihan, bahkan peperangan yang bernuansa agama. Sehingga manusia atau sekelompok
masyarakat yang menganut agama tertentu melupakan tujuan dari agama itu sendiri.
Penulisan ini bertujuan agar kita sebagai makhluk sosial dengan latar belakang agama
yang berbeda dapat bersatu dan rukun. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang berusaha
memahami gejala agama-agama secara soiologis, untuk direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari dalam wujud kerukunan beragama. Salah satu upaya untuk menumbuhkan
kerukunan hidup beragama adalah dengan memahami gejala keberagamaan manusia yang
beragama dan itu dapat dihampiri diantaranya melalui pendekatan sosiologis, baik
menggunakan disiplin ilmu Sosiologi Islam, Sosiologi Agama, Sosiologi Dakwah, maupun
rumpun disipin ilmu sosial lainnya.
PEMBAHASAN

BAGIAN TIGA: TRANSFORMASI MASYARAKAT ISLAM: APA, MENGAPA, DAN


BAGAIMANA
Sub Tema ke-18: Agama, Masyarakat, dan Masa Depan

Dalam buku Sosiologi Islam karya Dr. H. Agus Ahmad Safei, M.Ag., agama bukan
sesuatu yang berada diluar diri manusia, melainkan sesuatu yang ada dalam diri manusia
sejak manusia itu lahir untuk dihayati dan diamalkan.
Menurut teori Max Scheler (1874-1928), Sense Religious (istilah Scheler untuk sense
of religion atau gharizah fitriyah dalam Islam) merupakan kemampuan tersendiri yang paling
mendasar bagi diri manusia. Bahkan, agama merupakan fitrah munzalah (fitrah yang telah
diturunkan) yang telah menyatu dalam diri manusia semenjak kelahirannya sehingga sebagai
konsekuensinya, kematian agama meniscayakan kematian umat manusia.
Dunia nampaknya tidak diciptakan dalam satu warna (perbedaan) dan memang itulah
yang dikehendaki-Nya. Akan tetapi, disadari atau tidak, perbedaanlah yang acapkali menjadi
sebab timbulnya persengketaan. Tidak hanya bersifat intelektual, tetapi emosional, bahkan
fisikal.
Perlu diketahui bahwa kita semua adalah keluarga. Oleh karena itu, sebagai sebuah
keluarga kita tidak perlu susah payah mempersoalkan latar belakang keagamaan, yang perlu
kita tanamkan dalam diri kita adalah saling mengahargai satu sama lain, tolong menolong,
dan yang terpenting carilah titik persamaan yang mampu menjadikan kita menjadi kesatuan
yang utuh tanpa perselisihan satu sama lain.
Jika kita bandingkan dengan teori Anthony F.C. Wallace (1966:107) dalam buku
karya Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si., yang berjudul Sosiologi Agama, mendifinisikan bahwa
agama sebagai “seperangkat upacara, yang diberi rasionalisasi mitos, dan yang
menggerakkan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau
menghindarkan suatu keadaan pada manusia atau alam”.
Dalam buku Sosiologi Agama lebih mengedepankan peranan agama bagi manusia
dalam kehidupannya. Kemampuan agama untuk terus bertahan terhadap rasionalisme Barat
menunjukan bahwa agama merupakan kekuatan dinamis yang besar dalam masyarakat.
Setiap masyarakat akan menciptakan agamanya sendiri. Agama pada saat tertentu dapat
berfungsi sebagai pelindung tatanan sosial, dan pada saat lainnya dapat menilai kondisi sosial
sekarang dengan mengacu pada gambaran masyarakat ideal, dan dengan demikian
menumbuhkan gerakan pembaruan.
Dibuku lain yang berjudul Agama dan Masyarakat karya Elizabeth K. Nottingham
memaparkan bahwa agama bisa dianggap sebagai suatu sarana kebudayaan bagi manusia dan
dengan sarana itu dia mampu menyesuaikan diri dengan pengalaman-pengalamannya dalam
keseluruhan lingkungan hidupnya; termasuk dirinya sendiri, anggota-anggota kelompoknya,
alam, dan lingkungan lain yang dia rasakan sebagai sesuatu yang transendental (tidak
terjangkau penalaran manusia).
Dalam lingkungan tersebut terakhir inilah fikiran, perasaan, dan perbuatan manusia
terhadap hal-hal yang menurut perasaannya berada di luar jangkauan pengalaman-
pengalamannya sehari-hari dengan dirinya sendiri, teman-temannya, dan dengan dunia nyata,
katakanlah yang sakral menyebabkan kita percaya, [dan inilah] inti agama tersebut.
Setelah pemaparan diatas dapat ditarik benang merah dari setiap isi buku yang ditulis
oleh tiga orang yang luar biasa dalam memahami apa makna agama yang sebenarnya dan
kaitannya dengan kehidupan masyarakat.
Setelah saya kaji buku berjudul “Sosiologi Islam” dengan tema Agama, Masyarakat,
dan Masa Depan, itu lebih menyadarkan kepada kita bahwa perbedaan-perbedaan yang
terjadi di masyarakat bukanlah satu penghalang untuk kita menjadi satu kesatuan yang utuh.
Baik perbedaan dalam hal suku, ras, maupun agama. Saya sangat mengapresiasi sekali
dengan buku „Sosiologi Islam” tersebut, karena melihat fenomena sekarang perbedaan agama
menjadi sorotan yang selalu dipublish dimedia-media sosial pada umumnya, mengapa
demikian? Karena satu sama lain saling mengklaim buruk agama diluar komunitasnya.
Dengan adanya buku ini dapat membuka secara leluasa pandangan kita terhadap hal tersebut
agar kita selaku umat Islam selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kesatuan dan persatuan.
Buku yang berjudul „Sosiologi Agama” dan “Agama dan Masyarakat” isinya lebih
kepada bagaimana peran agama terhadap tatanan kehidupan sosial masyarakat dan pengaruh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap agama. Ini pembahasan yang sering kita
jumpai dan teori-teorinya susah untuk saya pahami.
Berbeda dengan buku berjudul “Sosiologi Islam”, buku ini lebih menyeluruh dan
sangat cocok dibaca oleh mahasiswa seluruh indonesia khususnya yang bergelut di bidang
sosial. Karena buku ini teori-teorinya mudah dipahami dan juga pernyataan-pernyataannya
tidak memberatkan sebelah pihak. Tetapi sangat disayangkan, dalam pembahasan dina
tercantum penulisan ayat Al-Quran ataupun arti ayatnya yang menjadi penguat teori-teori
yang sudah ada didalamnya. Padahal dalam sinopsis tercatat “Transformasi Sosial Berbasis
Tauhid”, yang bersandar pada wahyu yang autentik, yakni kitab suci Al-Qur‟an. Seharusnya
ketika teori-teori dipaparkan secara gamblang cantumkan ayat Al-Qur‟an dan artinya agar
pembaca juga tidak ragu dan kesulitan dalam menghafal teori dan ayat Al-Quran sebagai
penguatnya.
Secara kesuluruhan sudah sangat baik dan luar biasa tetapi hal tadi yang menjadikan
saya sedikit kecewa. Hadits Nabinya sudah jelas ada, tapi mengapa ayat Al-Qur‟annya tidak
dicantumkan padahal yang utama itu Al-Quran, karena hadits hanya sebatas penjelas saja.
Sebelumnya mohon maaf saya menyarankan agar penerbitan buku-buku selanjutnya
yang berbasis ke-Islaman apalagi bersandar pada wahyu autentik “‟Al-Qur‟an” mohon untuk
mecantumkan ayat Al-Qur‟an beserta artinya, agar pembaca dapat memahaminya dengan
baik, bukan maksud hati untuk menjadi manusia yang tidak inisiatif tetapi ini untuk
kemaslahatan umat.
Untuk itu saya berterimakasih kepada Dr. H. Agus Ahmad Safei, m.Ag., yang telah
menulis buku ini dengan sangat luar biasa, tentunya telah menyadarkan saya bahwa kita
semua adalah keluarga tidak penting latar belakang agama yang berbeda tetapi kita hidup di
negara yang sama yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

KESIMPULAN

Agama dan manusia ibarat dua sisi dari keping mata uang yang sama, yakni tidak bisa
dipisahkan. Karena hakikatnya manusia adalah makhluk yang beragama. Tanpa agama
kehidupan manusia akan sia-sia. Agama/ pegangan hidup adalah yang membedakan manusia
dengan binatang.
Dengan demikian sebagai makhluk yang beragama kita harus menjaga kerukunan satu
sama lain. Karena Tuhan menciptakan kita dengan beragam agama dan kita patut mensyukuri
perbedaan tersebut dan menjadikannya satu peluang untuk saling menghargai satu dengan
yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ahmad Safei. 2017. Sosiologi Islam. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Dadang Kahmad. 2006. Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya
Elizabeth K. Nottingham. 1997. Agama dan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai