Anda di halaman 1dari 19

ISSN : 1693-9883

REVIEW Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 117 - 135
ARTIKEL

PETUNJUK PELAKSANAAN VALIDASI


METODE DAN CARA PERHITUNGANNYA
Harmita
Departemen Farmasi FMIPA-UI

ABSTRACT
Each analysis method by some reason, must be validated. The parameters are
selectivity, accuracy, precision, linearity, LOD, LOQ, ruggedness, and robustness.
The parameters need to be calculated by assay methods.
This paper try to give some information above these methods base on some
literatures (USP 23rd, WHO, journal, etc).
Key words : Validation method, Parameter, Assay and calculation methods.

VALIDASI METODA ANALISIS analis dengan kadar analit yang


sebenarnya. Kecermatan dinyatakan
Validasi metoda analisis adalah sebagai persen perolehan kembali
suatu tindakan penilaian terhadap (recovery) analit yang ditambahkan.
parameter tertentu, berdasarkan Kecermatan hasil analis sangat ter-
percobaan laboratorium, untuk gantung kepada sebaran galat siste-
mem- buktikan bahwa parameter matik di dalam keseluruhan tahapan
tersebut memenuhi persyaratan analisis. Oleh karena itu untuk men-
untuk peng- gunaannya. capai kecermatan yang tinggi hanya
dapat dilakukan dengan cara
mengu- rangi galat sistematik
PARAMETER PENAMPILAN tersebut seperti menggunakan
ANALISIS peralatan yang telah dikalibrasi,
menggunakan pereaksi dan pelarut
Beberapa parameter analisis yang baik, pengontrolan suhu, dan
yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaannya yang cermat, taat
validasi metode analisis diuraikan asas sesuai prosedur.
dan didefinisikan sebagaimana cara
penentuannya. Cara penentuan:
Kecermatan ditentukan dengan
1. Kecermatan (accuracy) dua cara yaitu metode simulasi
Definisi: (spiked-placebo recovery) atau metode
Kecermatan adalah ukuran yang penambahan baku (standard addition
menunjukkan derajat kedekatan hasil method). Dalam metode simulasi, se-
jumlah analit bahan murni (senyawa

1 Vol. I, No.3, Desember 2004 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN1


REVIEW ARTIKEL
pembanding kimia CRM atau SRM) analit yang ditambahkan tadi dapat
ditambahkan ke dalam campuran ditemukan.
bahan pembawa sediaan farmasi Kriteria kecermatan sangat
(plasebo) lalu campuran tersebut tergantung kepada konsentrasi analit
dianalisis dan hasilnya dalam matriks sampel dan pada
dibandingkan dengan kadar analit keseksamaan metode (RSD). Vander-
yang ditam- bahkan (kadar yang wielen, dkk menyatakan bahwa se-
sebenarnya). Dalam metode lisih kadar pada berbagai penentuan
penambahan baku, sampel (X d) harus 5% atau kurang pada
dianalisis lalu sejumlah ter- tentu setiap konsentrasi analit pada mana
analit yang diperiksa ditam- prosedur dilakukan. Harga rata-rata
bahkan ke dalam sampel dicampur selisih secara statistik harus 1,5%
dan dianalisis lagi. Selisih kedua atau kurang. Kriteria tersebut
hasil dibandingkan dengan kadar dinyatakan secara matematik
yang sebenarnya (hasil yang sebagai berikut:
diharapkan). Dalam kedua metode
tersebut, per- sen peroleh kembali Xd
dinyatakan seba- gai rasio antara . 100 < 5%
hasil yang diperoleh dengan hasil X0
yang sebenarnya. % Perolehan
kembali dapat ditentukan dengan Xd (S(0,95 n – I ))
cara membuat sampel pla- sebo . 100 -- < 1,5%
(eksepien obat, cairan biologis) X0 n
kemudian ditambah analit dengan
konsentrasi tertentu (biasanya 80%
sampai 120% dari kadar analit yang X d = Xi – X0
diperkirakan), kemudian dianalisis
dengan metode yang akan Xi = hasil analisis
divalidasi. X0 = hasil yang sebenarnya
Tetapi bila tidak memungkinkan I = nilai t pada tabel t’ student pada
membuat sampel plasebo karena atas 95%
matriksnya tidak diketahui seperti S = simpangan baku relatif dari
obat-obatan paten, atau karena ana- semua pengujian
litnya berupa suatu senyawa endo- n = jumlah sampel yang dianalisis
gen misalnya metabolit sekunder
pada kultur kalus, maka dapat di- Kadar analit dalam metode
pakai metode adisi. penambahan baku dapat dihitung
Metode adisi dapat dilakukan sebagai berikut:
dengan menambahkan sejumlah
analit dengan konsentrasi tertentu C R1
pada sampel yang diperiksa, lalu =
dianalisis dengan metode tersebut. C+S R2
Persen perolehan kembali
ditentukan dengan menentukan
berapa persen
REVIEW ARTIKEL
R1
C=S
R2 – R1 RSD. Rentang kesalahan yang di-
ijinkan pada setiap konsentrasi analit
C = kadar analit dalam sampel pada matriks dapat dilihat pada
S = kadar analit yang ditambahkan tabel di bawah ini:
pada sampel
R1 = respon yang diberikan sampel Analit pd matrik Rata-rata yg
R2 = respon yang diberikan sampel, % diperoleh , %
campuran
sampel dengan tambahan analit 100 98-102
> 10 98-102
Perhitungan perolehan kembali > 1 97-103
dapat juga ditetapkan dengan rumus > 0,1 95-105
sebagai berikut: 0,01 90-107
0,001 90-107
(CF - CA)
% Perolehan kembali = x 100 0,000.1 (1 ppm) 80-110
C*A 0,000.01 (100 ppb) 80-110
CF = konsentrasi total sampel yang 0,000.001 (10 ppb) 60-115
diperoleh dari pengukuran 0,000.000.1 (1 ppb) 40-120
CA = konsentrasi sampel sebenarnya
C*A = konsentrasi analit yang di-
tambahkan Contoh perhitungan:

Pada metode penambahan baku, Perolehan kembali Analit


pengukuran blanko tidak diperlukan
Dianggap bobot tiap tablet 175 mg.
lagi. Metode ini tidak dapat diguna-
kan jika penambahan analit dapat Penimbangan 20 tablet : 20 x 175 mg
mengganggu pengukuran, misalnya = 3500 mg.
analit yang ditambahkan menyebab-
kan kekurangan pereaksi, mengubah
Komposisi tablet tdd :
pH atau kapasitas dapar, dll. Kriteria
kecermatan dilakukan sama seperti Zat aktif : 20 x 7,5 mg = 150 mg
pada metode simulasi.
Pada percobaan penetapan ke- Berat zat tambahan :
cermatan, sedikitnya lima sampel 3500 mg – 150 mg = 3350 mg
yang mengandung analit dan plaseo
yang harus disiapkan dengan kadar Penimbangan serbuk plasebo:
antara 50% sampai 150% dari kan- 3.364,791 mg ditambahkan dengan
dungan yang diharapkan. Meloksikam: 151,043 mg = 3.515,834
Persen perolehan kembali seha- mg
rusnya tidak melebihi nilai presisi Meloksikam yg ditambahkan:
151,043 x 99,34% = 150,046 mg
REVIEW
REVIEW
ARTIKEL
ARTIKEL
PEROLEHAN KEMBALI 80, 100  Baku = 30/100 x 4,8 mg = 1,44
DAN 120 % mg
Penimbangan baku : 30,128 mg x
Perbandingan yang digunakan
99,34 % = 29,929 mg, larutkan dalam
untuk spike placebo : baku yang
metanol 100 ml metanol. Pipet 5 ml
ditambah- kan = 70:30
untuk sekali penambahan sebagai
baku.
Perolehan kembali 80% = 80% x 4
mg
= 3,2 mg Contoh perhitungan % Perolehan
Terdiri dari serbuk plasebo = 70/100 kembali
x 3,2 mg = 2,24 mg Rata-rata area :
 Penimbangan setara 2,24 mg 1712875 + 1718115
serbuk plasebo = 2,24/150,05 x = 1715495
2
3515,83 mg = 52,49 mg
 Baku = 30/100 x 3,2 mg = 0,96
Jumlah meloksikam total :
mg
Penimbangan baku : 9,664 mg x 99,34 1715495 + 3282,9347 50
% = 0,96 mg, larutkan dalam metanol x
6569,9521 1000
20 ml. Pipet 2 ml untuk sekali
penam- = 3,234 mg (CF)
bahan sebagai baku.

Rec 100% = 100% x 4 mg = 4 mg Penimbangan serbuk plasebo :


Terdiri dari serbuk plasebo = 70/100 53,215 mg
x 4 mg = 2,80 mg
 Penimbangan setara 2,8 mg Baku yang ditambahkan :
serbuk plasebo = 2,80 /150,05 0,96 mg (C*A)
x 3515,83 mg = 65,608 mg
 Baku = 30/100 x 4 mg = 1,2 mg Dalam 53,215 mg serbuk plasebo
Penimbangan baku : 24,315 mg x terdapat meloksikam sebanyak :
99,34 % = 24,1545 mg, larutkan
dalam 53,215 / 3515,834 x 150,046 mg =
metanol 100 ml metanol. Pipet 5 ml 2,271 mg (CA)
untuk sekali penambahan sebagai
baku. % Perolehan kembali =
(C F - C A )
Rec 120% = 120% x 4 mg = 4,8 mg x 100
C*A
Terdiri dari serbuk plasebo = 70/100
x 4,8 mg = 3,36 mg % Perolehan kembali =
 Penimbangan setara 3,36 mg
serbuk plasebo = 3,36 /150,05 3,234 – 2,271
x 100 % = 100,31 %
x 3515,83 mg = 78,73 mg 0,960
METODE SPIKED PLACEBO RE- Rata rata luas puncak piroksikam :
COVERY 1541890,5
Ratio M/P = 1,3499211
Penimbangan baku meloksikam :
79,615 mg (99,34%) meloksikam  Kadar meloksikam =
labu tentukur 200ml. Larutkan 1,3499211 - 0,01700 x 50 = 3,852mg
dalam 0,0173 1000
metanol. Ultrasonik selama 30 menit.
Serbuk plasebo yang ditimbang
92,053 mg mengandung
Pipet 2, 4, 6, 10 dan 15 ml larutan 
labu tentukur 50 ml dan tambahkan 92,053
x 150,046 = 3,92857 mg
2 ml larutan baku dalam. 3516,831
Tambahkan
3,853 x 100%
fase gerak s/d tanda. % Perolehan Kembali =
3,929
= 98,06%
Larutan baku dalam :
81,212 mg  labu tentukur 100 ml
2. Keseksamaan (precision)
dilarutkan dalam metanol.
Definisi:
Keseksamaan adalah ukuran
(lihat tabel 1 di bawah ini)
yang menunjukkan derajat kese-
suaian antara hasil uji individual,
Keterangan : diukur melalui penyebaran hasil in-
Persamaan regresi : y = 0,0173 x + dividual dari rata-rata jika prosedur
0,01700; r = 0,9999 diterapkan secara berulang pada
sampel-sampel yang diambil dari
Contoh perhitungan : campuran yang homogen.
Rata rata luas puncak meloksikam :
2081430,5

Tabel 1. Hasil pengukuran kurva kalibrasi meloksikam menggunakan baku dalam

Konsentrasi Luas krotamogram rata rata Angka banding luas


meloksikam mV.det kromatrogram
(g/ml) meloksikam
Piroksikam Meloksikam dan piroksikam

15,818 1551193,0 449819,0 0,2900


31,636 1546303,5 868274,5 0,5615
47,454 1545185,0 1303159,0 0,8434
79,090 1554005,0 2149441,0 1,3832
118,634 1553935,5 3207326,5 2,0640
Cara penentuan: koefisien variasi meningkat seiring
Keseksamaan diukur sebagai dengan menurunnya konsentrasi
simpangan baku atau simpangan analit. Pada kadar 1% atau lebih,
baku relatif (koefisien variasi). Ke- standar deviasi relatif antara labo-
seksamaan dapat dinyatakan sebagai ratorium adalah sekitar 2,5% ada
keterulangan (repeatability ) atau pada satu per seribu adalah 5%.
ketertiruan (reproducibility). Keter- Pada kadar satu per sejuta (ppm)
ulangan adalah keseksamaan metode RSDnya adalah 16%, dan pada kadar
jika dilakukan berulang kali oleh part per bilion (ppb) adalah 32%.
analis yang sama pada kondisi sama Pada me- tode yang sangat kritis,
dan dalam interval waktu yang secara umum diterima bahwa RSD
pendek. Keterulangan dinilai melalui harus lebih dari
pelaksanaan penetapan terpisah 2%.
leng- Karena metode presisi adalah
kap terhadap sampel-sampel identik fungsi penetapan kadar pada
yang terpisah dari batch yang sama, rentang
jadi memberikan ukuran keseksama- yang dapat diterima menurut De-
an pada kondisi yang normal. Keter- besis et. al. pada analisa mengguna-
tiruan adalah keseksamaan metode kan metode HPLC akan digunakan
jika dikerjakan pada kondisi yang ketentuan presisi berikut: (lihat tabel
berbeda. Biasanya analisis dilakukan 2 di sebelah).
dalam laboratorium-laboratorium Untuk menetapkan presisi bahan
yang berbeda menggunakan pera- campuran dan bahan sisa pada
latan, pereaksi, pelarut, dan analis artikel
yang berbeda pula. Analis dilakukan obat, formula berikut ini harus di-
terhadap sampel-sampel yang di- gunakan untuk menentukan metode
duga identik yang dicuplik dari ketertiruan yang tepat (interlabo-
batch ratorium).
yang sama. Ketertiruan dapat juga
dilakukan dalam laboratorium yang RSD < 2 (1-0,5 log c)
sama dengan menggunakan pera- dan untuk keterulangan :
latan, pereaksi, dan analis yang ber-
beda. Kriteria seksama diberikan jika RSD < 2 (1-0,5 log c) x 0,67
metode memberikan simpangan
baku relatif atau koefisien variasi 2% c = konsentrasi analit sebagai fraksi
atau kurang. Akan tetapi kriteria ini desimal (contoh: 0,1% = 0,001)
sangat fleksibel tergantung pada
konsentrasi analit yang diperiksa, Keseksamaan dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut:
1. Hasil analisis adalah x1, x2, x3, x4,
jumlah sampel, dan kondisi labora- x
..................... n
torium. Dari penelitian dijumpai maka simpangan bakunya adalah
bahwa koefisien variasi meningkat
) SD = (  (x - x )
2
dengan menurunnya kadar analit
yang dianalisis. Ditemukan bahwa n–1
Tabel 2. Rentang maksimum yang diperbolehkan (Perhitungan dibuat berdasarkan
atas kepercayaan 99%).
Rentang yang Penetapan tunggal Penetapan duplo
dapat diterima Metode RSD Sistem RSD Metode RSD Sistem RSD
(% klaim) (%) (%) (%) (%)
98,5 - 101,5 0,58 0,41 0,82 0,58
97 - 103 1,2 0,82 1,6 1,2
95 - 105 1,9 1,4 2,7 1,9
90 - 110 3,9 2,8 5,5 3,9
90 - 115 4,8 3,4 6,9 4,8
90 - 125 6,8 4,8 9,6 6,8
85 - 115 5,8 4,1 8,2 5,8
75 - 125 9,7 6,9
50 - 150 19,4 13,7
2. Simpangan baku relatif atau ml. Tambahkan air sampai 50,0 ml,
koefisien variasi (KV) adalah: kocok (lakukan triplo).
SD
KV = x 100% - Pipet 2,0 ml larutan diatas. Ma-
x
Percobaan keseksamaan dilaku- sukan ke dalam labu ukur 10,0 ml.
kan terhadap paling sedikit enam Tambahkan air sampai 10,0 ml.
replika sampel yang diambil dari Kocok (dibuat 10 labu).
campuran sampel dengan matriks
yang homogen. Sebaiknya kesek- Standar 1000 ppm
samaan ditentukan terhadap sampel
sebenarnya yaitu berupa campuran - Timbang 50,0 mg tetrasiklin HCl.
dengan bahan pembawa sediaan Masukan ke dalam labu ukur 25,0
farmasi (plasebo) untuk melihat ml. Tambahkan air sampai 10,0 ml,
pengaruh matriks pembawa terhadap kocok (lakukan triplo)
keseksamaan ini. Demikian juga
harus disiapkan sampel untuk meng- - Pipet 5,0 ml larutan diatas. Ma-
analisis pengaruh pengotor dan hasil sukan ke dalam labu ukur 10,0 ml.
degradasi terhadap keseksamaan ini. Tambahkan air sampai 10,0 ml.
Kocok (dibuat 10 labu)
Contoh uji homogenitas
Cara kerja : Suntikan 20 l standar 100 ppm dan
Standar 100 ppm standar 1000 ppm pada HPLC
- Timbang 25,0 mg tetrasiklin HCl. dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit
Masukan kedalam labu ukur 50,0 dan panjang gelombang 360 nm.
Tabel 3. Homogenitas dari Tetrasiklin HCl

Konsentrasi Konsentrasi
Tetrasiklin HCl Area Tetrasiklin Area
(ppm) (ppm)
100 1782560 1000 17824940
100 1784392 1000 17830710
100 1784506 1000 17831960
100 1784857 1000 17851970
100 1785275 1000 17853480
100 1807112 1000 17895130
100 1808175 1000 17899070
100 1809577 1000 17921150
100 1823930 1000 17933210
100 1853383 1000 17959770
Nilai F 4,31

S2N (terbesar)  (x – x )2
120 % sebesar 100,0 mg (masing-
F= S =
2
masing 6, setiap 100 mg serbuk
2l (terkecil) N–1
S obat mengandung tetrasiklin HCl
S2 = variansi 50 mg). Masukan ke dalam labu
F < F tabel ukur 100,0 ml. Maka akan diper-
oleh konsentrasi larutan berturut-
Contoh perhitungan uji keseksama- turut sebesar 400, 500 dan 600 ppm.
an (presisi) - Larutkan dengan air sampai 100,0
Cara kerja ml, kocok
a. Pembuatan larutan baku - Saring dengan kertas saring Dura-
- Timbang baku Tetrasiklin HCl pore membran filter 0,45 mm HV.
20,0; 30,0 mg masing-masing ma- - Suntikan 20 l larutan uji pada
sukan ke dalam labu ukur 50,0 ml. HPLC. Hitung % kadarnya.
Maka diperoleh konsentrasi larut-
an berturut-turut sebesar 400, 500 Presisi dilakukan pada sediaan
dan 600 ppm. serbuk obat Tetrasiklin HCl dengan
- Larutkan dengan air sampai 50,0 konsentrasi 80 %, 100 %, 120 % kadar
ml, kocok. Tetrasiklin HCl, masing-masing
- Suntikkan l larutan baku pada enam kali penimbangan yang dilaku-
HPLC. kan pada hari yang berbeda selama
b. Pembuatan larutan uji 3 hari. Hasil perhitungan tersebut
- Timbang serbuk obat Tetrasiklin dapat dilihat pada tabel-tabel berikut
HCl yang kadarnya 80 %, 100 %, ini.
Tabel 4. Presisi Tetrasiklin 80 %
Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
400 7168141 80,34
400 7159952 80,26
400 7112864 79,79
400 7136432 80,03
400 7116750 79,83
400 7127785 79,94

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,23


6
RSD ( < 2 % ) 0,28

Tabel 5. Presisi Tetrasiklin HCl 100 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)

500 9184380 100,39


500 9305120 101,59
500 9502175 103,65
500 9335870 101,89
500 9283175 101,47
500 9193470 100,48

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 1,18


6
RSD ( < 2 % ) 1,17

Tabel 6. Presisi Tetrasiklin HCl 120 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)

600 11206510 120,50


600 11157635 120,01
600 11124382 119,68
600 11132680 119,76
600 11173120 120,16
600 11227365 120,70

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,41


6
RSD ( < 2 % ) 1,34
Tabel 7. Presisi Serbuk Obat Tetrasiklin HCl 80 %
Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)

400 7158750 80,25


400 7126435 79,93
400 7109690 79,76
400 7142460 80,09
400 7171155 80,37
400 7129140 79,96

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,22


6
RSD ( < 2 % ) 0,28

Tabel 8. Presisi Serbuk Obat Tetrasiklin HCl 100 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
500 9195010 100,50
500 9312420 101,66
500 9392500 102,46
500 9311795 101,66
500 9176435 100,31
500 9137890 99,93

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,98


6
RSD ( < 2 % ) 0,97

Tabel 9. Presisi Serbuk Obat Tetrasiklin HCl 120 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)

600 11216645 120,60


600 11134340 119,78
600 11231470 120,75
600 11175835 120,19
600 11149590 119,93
600 11197365 120,41

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,38


6
RSD ( < 2 % ) 0,32
Tabel 10. Persisi Serbuk Obat Tetrasiklin HCl 80 %
Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)

400 7114565 79,81


400 7188390 80,54
400 7132320 79,99
400 7157255 80,24
400 7168430 80,35
400 7125835 79,92

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,28


6
RSD ( < 2 % ) 0,35
3. Selektivitas (Spesifisitas) Penyimpangan hasil jika ada meru-
Definisi pakan selisih dari hasil uji keduanya.
Selektivitas atau spesifisitas Jika cemaran dan hasil urai tidak
suatu metode adalah dapat diidentifikasi atau tidak dapat
kemampuannya diperoleh, maka selektivitas dapat
yang hanya mengukur zat tertentu ditunjukkan dengan cara menga-
saja secara cermat dan seksama nalisis sampel yang mengandung
dengan adanya komponen lain yang cemaran atau hasil uji urai dengan
mungkin ada dalam matriks sampel. metode yang hendak diuji lalu
Selektivitas seringkali dapat dinyata- diban- dingkan dengan metode lain
kan sebagai derajat penyimpangan untuk pengujian kemurnian seperti
(degree of bias) metode yang kroma- tografi, analisis kelarutan
dilakukan terhadap sampel yang fase, dan Differential Scanning
mengandung bahan yang Calorimetry. Derajat kesesuaian
ditambahkan berupa cemaran, kedua hasil ana- lisis tersebut
hasil urai, senyawa sejenis, senyawa merupakan ukuran selektivitas.
asing lainnya, dan diban- dingkan Pada metode analisis yang
terhadap hasil analisis sam- pel yang melibatkan kromatografi, selek-
tidak mengandung bahan lain yang tivitas ditentukan melalui perhi-
ditambahkan. tungan daya resolusinya (Rs).

Cara penentuan: Cara kerja :


Selektivitas metode ditentukan Untuk uji selektifitas maka zat
dengan membandingkan hasil ana- yang akan diuji harus ditentuka dulu
lisis sampel yang mengandung panjang gelombang maksimum.
cema- Dalam hal ini larutan tetrasiklin HCl
ran, hasil urai, senyawa sejenis, se- mempunyai panjang gelombang
nyawa asing lainnya atau pembawa maksimum 360 nm. Selanjutnya
plasebo dengan hasil analisis sampel
tanpa penambahan bahan-bahan
tadi.
dibuat larutan baku, larutan uji dan matik yang baik, proporsional ter-
larutan blanko. hadap konsentrasi analit dalam
a. Pembuatan larutan baku tetra- sampel. Rentang metode adalah
siklin HCl pernyataan batas terendah dan
- Timbang 25,0 mg baku Tetrasiklin tertinggi analit yang sudah ditun-
HCl, masukan kedalam labu ukur jukkan dapat ditetapkan dengan
50,0 ml. kecermatan, keseksamaan, dan
- Larutkan dengan air sampai 50,0 linearitas yang dapat diterima.
ml, kocok.
- Suntikkan 20 l larutan uji pada Cara penentuan:
HPLC. Amati puncaknya pada Linearitas biasanya dinyatakan
kromatogram HPLC. dalam istilah variansi sekitar arah
garis regresi yang dihitung berda-
b. Pembuatan larutan uji tetrasiklin sarkan persamaan matematik data
HCl yang diperoleh dari hasil uji analit
- Timbang 100,0 mg serbuk obat dalam sampel dengan berbagai kon-
tetrasiklin HCl, masukan kedalam sentrasi analit. Perlakuan matematik
labu ukur 100,0 ml. dalam pengujian linearitas adalah
- Larutkan dengan air sampai 100,0 melalui persamaan garis lurus
ml, kocok. dengan metode kuadrat terkecil an-
- Saring dengan kertas saring tara hasil analisis terhadap konsen-
Durapore membrane filter 0,45 trasi analit. Dalam beberapa kasus,
m HV untuk memperoleh hubungan pro-
- Suntikan 20 l larutan uji pada porsional antara hasil pengukuran
HPLC. Amati puncaknya pada dengan konsentrasi analit, data yang
kromatogram HPLC. diperoleh diolah melalui transfor-
masi matematik dulu sebelum
Hasil kromatogram Tetrasiklin HCl dibuat
standar dan sampel harus menun- analisis regresinya.
jukkan waktu retensi yang sama dan Dalam praktek, digunakan satu
pada daerah sekitar waktu retensi seri larutan yang berbeda konsen-
tetrasiklin tersebut tidak boleh ada trasinya antara 50 – 150% kadar
gangguan yang dapat dilihat dari analit
kromatogram larutam blanko. dalam sampel. Di dalam pustaka,
sering ditemukan rentang konsen-
4. Linearitas dan Rentang trasi yang digunakan antara 0 –
Definisi: 200%. Jumlah sampel yang dianalisis
Linearitas adalah kemampuan sekurang-kurangnya delapan buah
metode analisis yang memberikan sampel blanko.
respon yang secara langsung atau Sebagai parameter adanya hu-
dengan bantuan transformasi mate- bungan linier digunakan koefisien
korelasi r pada analisis regresi linier
Y = a + bX. Hubungan linier yang
ideal dicapai jika nilai b = 0 dan Standar 1 :
r = +1 atau –1 bergantung pada arah Pipet 1,0 ml larutan baku B 3.
garis. Sedangkan nilai a menun- Masukan kedalam labu ukur 10,0 ml.
jukkan kepekaan analisis terutama Tambahkan air sampai 10,0 ml,
instrumen yang digunakan. Param- kocok.
eter lain yang harus dihitung adalah Standar 2 :
simpangan baku residual (Sy). Pipet 5,0 ml larutan baku B 3.
Dengan menggunakan kalkulator Masukkan ke dalam labu ukur 25,0
atau perangkat lunak komputer, ml. Tambahkan air sampai 25,0 ml,
semua perhitungan matematik ter- kocok.
sebut dapat diukur Standar 3 :
Pipet 5,0 ml larutan baku B 4 .
 ( y1 – ^y
1
) Masukkan kedalam labu ukur 10,0 ml.
2

Sy = Tambahkan air sampai 10,0 ml,


N–2
kocok.
di mana ^y1 = a + Standar 4 :
bx
Sy Pipet 5,0 ml larutan baku B 1 .
Sx0 =
b Masukkan kedalam labu ukur 10,0
ml. Tambahkan air sampai 10,0
Sx0 = standar deviasi dari fungsi ml, kocok.
Sx0 Standar 5 :
Vx0 = Pipet 5,0 ml larutan baku B 3 .
x
Masukkan kedalam labu ukur 10,0
Vx0 = koefisien variasi dari fungsi ml. Tambahkan air sampai 10,0
ml, kocok.
Standar 6 : Larutan baku B4
Contoh penentuan linearitas Standar 7 : Larutan baku B5
Cara kerja : Standar 8 : Larutan baku B1
a. - Timbang baku tetrasiklin HCl Standar 9 : Larutan baku B2
(B1, B2, B3) masing-masing Standar 10 : Larutan baku B3
sebesar 20,0; 22,5; 25,0 mg. Suntikkan 20 l standar (sampai
Masukkan kedalam labu ukur dengan standar 10 pada HPLC pada
25,0 ml.  : 352 nm dan kecepatan alir 1,0
- Larutkan dengan air sampai ml/menit. Hubungan linear antara
25,0 ml, kocok. konsentrasi (ppm) dan area Tetra-
b. - Timbang baku Tetrasiklin HCl siklin HCl dalam pelarut air pada 10
(B4, B5) masing-masing sebe- perbedaan tingkat konsentrasi antara
sar 30,0; 35,0 mg. Masukkan 100 – 1000 ppm ditunjukkan pada
kedalam labu ukur 50,0 ml. tabel 9. Hasil dari analisis regresi
- Larutkan dengan air sampai menggunakan model y = ax + b
50,0 ml, kocok. dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Linearitas dari Tetrasiklin HCl

Konsentrasi Tetrasiklin HCl


Area
(ppm)
100 1791763
200 3583526
300 5375289
400 7167052
500 9078290
600 11190450
700 12542340
800 14334110
900 16125870
1000 17918670

Slop b 17937,62
Aksis Intersep a 45047,55
Koefisien Korelasi (r) 0.999
Proses Relatif Standar Deviasi (VxO) 1,504 %
ANOVA Lineariti testing 12063,95172
5. Batas Deteksi dan Batas Kuan- kan instrumen atau tidak. Pada
titasi analisis yang tidak menggunakan
Definisi: instrumen batas tersebut ditentukan
Batas deteksi adalah jumlah ter- dengan mendeteksi analit dalam
kecil analit dalam sampel yang dapat sampel pada pengenceran bertingkat.
dideteksi yang masih memberikan Pada analisis instrumen batas deteksi
respon signifikan dibandingkan dapat dihitung dengan mengukur
dengan blangko. Batas deteksi me- respon blangko beberapa kali lalu
rupakan parameter uji batas. Batas dihitung simpangan baku respon
kuantitasi merupakan parameter blangko dan formula di bawah ini
pada analisis renik dan diartikan dapat digunakan untuk perhitungan
sebagai kuantitas terkecil analit da-
lam sampel yang masih dapat
k x Sb
meme- Q= Sl
nuhi kriteria cermat dan seksama.
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ
Cara penentuan: (batas kuantitasi)
Penentuan batas deteksi suatu k = 3 untuk batas deteksi atau 10
metode berbeda-beda tergantung untuk batas kuantitasi
pada metode analisis itu mengguna-
Sb = simpangan baku respon analitik a. Batas deteksi (Q)
dari blangko Karena k = 3 atau 10
Sl = arah garis linear (kepekaan Simpangan baku (Sb) = Sy/x,
arah) dari kurva antara respon maka
terhadap konsentrasi = slope (b
pada persamaan garis y = a+bx) 3 Sy/x
Q=
Sl
Batas deteksi dan kuantitasi
dapat dihitung secara statistik b. Batas kuantitasi (Q)
melalui garis regresi linier dari kurva
kalibrasi. Nilai pengukuran akan 10 Sy/x
sama dengan nilai b pada persamaan Q=
Sl
garis linier y = a + bx, sedangkan
simpangan baku blanko sama
dengan simpangan baku residual Perhitungan LOD dan LOQ
(Sy/x.)

Tabel 12. Hasil pengukuran Kurva Kalibrasi Meloksikam

Konsentrasi meloksikam Luas kromotogram rata-rata


(mg/ml) Meloksikam (mV.det)

15,818 423452,5
31,636 832117
47,454 1252741
79,090 2101372,5
118,634 3149102

Persamaan regresi ; y = 26569,95 x – 3282,9347

No Kons.analit
Area (Yi) Yi (Yi – Yi)2
(g/ml)

1. 15,818 423.452,5 417053,67 40945025,37


2. 31,636 832.117,0 837390,28 27807481,96
3. 47,454 1.252.741,0 1257461,19 22280193,64
4. 79,090 2.101.372,5 2098134,41 10485226,85
5. 118,634 31.49102,0 3148710,23 153483,73

 = 101671411,6
Y didapat dari pers regresi, 6. Ketangguhan metode (rugged-
misalnya: X = 15,82 maka ness)
y = 26569,95 x – 3282,9347 Definisi:
Ketangguhan metode adalah
= 417053,67 derajat ketertiruan hasil uji yang
diperoleh dari analisis sampel yang
S (y/x)2 = Variasi variabel respon (y), sama dalam berbagai kondisi uji nor-
didapat dari data-data yang dekat mal, seperti laboratorium, analisis,
dengan garis regresi instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari
yang berbeda, dll. Ketangguhan
 (yi – biasanya dinyatakan sebagai tidak
= adanya pengaruh perbedaan operasi
yi)2
atau lingkungan kerja pada hasil uji.
N–2
Ketangguhan metode merupakan
101671411,60 ukuran ketertiruan pada kondisi
= = 33890470,52 operasi normal antara lab dan antar
3
analis.
Cara penentuan:
S (y/x) = V 33890470,52 = 5821,55 Ketangguhan metode ditentukan
dengan menganalisis beningan suatu
LOD = 3.SD/b LOQ = lot sampel yang homogen dalam lab
10.SD/b yang berbeda oleh analis yang ber-
beda menggunakan kondisi operasi
3.5821,55 10.5821,55 yang berbeda, dan lingkungan yang
= =
26569,95 26569,95 berbeda tetapi menggunakan pro-
sedur dan parameter uji yang sama.
= 0,66 g/ml = 2,19 g/ml Derajat ketertiruan hasil uji kemu-
dian ditentukan sebagai fungsi dari
Cara lain untuk menentukan variabel penentuan. Ketertiruan
batas deteksi dan kuantitasi adalah dapat dibandingkan terhadap kesek-
melalui penentuan rasio S/N (signal samaan penentuan di bawah kondisi
to noise ratio). Nilai simpangan baku normal untuk mendapatkan ukuran
blanko ditentukan dengan cara ketangguhan metode. Perhitung-
menghitung tinggi derau pada peng- annya dilakukan secara statistik
ukuran blanko sebanyak 20 kali pada menggunakan ANOVA pada kajian
titik analit memberikan respon. Sim- kolaboratif yang disusun oleh
pangan baku blanko juga dihitung Youden dan Stainer.
dari tinggi derau puncak ke puncak,
jika diambil dari tinggi puncak 7. Kekuatan (Robustness)
derau atas dan bawah (Np-p) maka s0 Untuk memvalidasi kekuatan
= Np-p/5 sedangkan kalau dari pun- suatu metode perlu dibuat perubahan
cak derau bawah saja (puncak
negatif) maka s0 = Np/2, selanjutnya
perhi- tungan seperti tersebut di
atas.
metodologi yang kecil dan terus bergantung pada tipe prosedur ana-
menerus dan mengevaluasi respon litik. Metode yang digunakan untuk
analitik dan efek presisi dan akurasi. pemeriksaan produk farmasetika
Sebagai contoh, perubahan yang di- dapat diklasifikasikan seperti di
butuhkan untuk menunjukkan keku- bawah ini :
atan prosedur HPLC dapat  Kategori I : metode analitikal un-
mencakup (tapi tidak dibatasi) tuk kuantitasi komponen maupun
perubahan komposisi organik fase substansi bahan baku obat atau
gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2 bahan aktif (termasuk pengawet)
unit), dan peru- bahan temperatur pada hasil akhir farmasetika ter-
kolom (± 2 - 3° C). Perubahan lainnya masuk dalam kategori I.
dapat dilakukan bila sesuai dengan
laboratorium.  Kategori II : Metode analitik untuk
Identifikasi sekurang-kurangnya menentukan campuran dalam
3 faktor analisis yang dapat mem- substansi bahan baku atau kompo-
pengaruhi hasil bila diganti atau nen sisa pada produk akhir farma-
diubah. Faktor orisinal ini dapat setika dimasukkan dalam kategori
diidentifikasi sebagai A, B, dan C. II. Metode ini termasuk perhi-
Perubahan nilai faktor-faktor ini tungan kembali secara kuantitatif
dapat diidentifikasi dengan a, b, dan dan batas tes.
c. Lakukan analisis pada kondisi  Kategori III : Metode analitik ini
yang telah disebutkan pada peme- untuk menentukan performa ka-
riksaan ketangguhan. rakteristik (contoh: disolusi, pe-
lepasan obat) termasuk dalam
Penetapan kategori III.
Nilai eksperimental
faktor
#1 #2 #3 #4 Untuk masing-masing kategori
A atau a A A a a diperlukan informasi analitik yang
berbeda. Tabel 13 berikut mem-
B atau b B b B b
berikan langkah-langkah mengenai
C atau c C c c C parameter analitik yang biasanya
Untuk menentukan efek peru- diperlukan untuk masing-masing
bahan A, banding rata-rata hasil (#1 kategori.
+ #2)/2 dengan (#3 + #4)/2, Untuk
efek perubahan B, bandingkan (#1 + Tes SST (system suitability tests)
#3)/2 dengan (#2 +#4)/2 dan sete- Dari validasi metode yang
rusnya. dilakukan dapat diketahui apakah
suatu metode analisis (dalam hal ini
SELEKSI PARAMETER kromatografi) dapat dipakai pada
ANALITIK suatu kondisi tertentu. Untuk
Parameter analitik yang diper- mengetahui apakah metode tadi
lukan untuk validasi dapat
bervariasi
Tabel 13. Parameter analitik yang harus dipertimbangkan untuk tipe prosedur
analitik yang berbeda

Parameter Kualitatif Perhitungan Perhitungan kembali Perhitungan


Performa (ID) kembali Kategori II Kembali
Analitik Kategori I Kuantitatif Batas tes Kategori III
Akurasi tidak ya ya * *
Presisi tidak ya ya tidak ya
Spesifisitas ya ya ya ya *
Batas deteksi ya tidak tidak ya *
Batas
kuantitasi tidak tidak ya tidak *
Linearitas tidak ya ya tidak *
Rentang tidak ya ya * *
Ketangguhan ya ya ya ya ya
* mungkin dibutuhkan, bergantung pada sifat tes yang spesifik.

masih dapat dipakai, seyogyanya Fabre. H. et.al., Assay validation for


dilakukan uji SST, seperti yang dian- an active ingredient in a
jurkan oleh USP XXII/XXIII atau pharma- ceutical formulation:
peneliti lainnya (Wahlich & Carr, Practical approach using
1990). Sebaiknya semua parameter ultraviolet spec- trophotometry.
validasi diuji SSTnya, sedangkan Analyst, 1993.
khusus untuk kromatografi param- 118: 1061.
eter tailing factor dan column effi- Garfield, F.M. Quality Assurance
ciency/ plate count juga diuji. Principles for Analytical Labora-
tories. AOAC International,
USA, 1991. p. 71
Ibrahim S. Penggunaan Statistika
DAFTAR PUSTAKA dalam Validasi Metode Analitik
dan Penerapannya. Dalam Pro-
Carr, G.P., Wahlich, J.C., Journal of siding temu ilmiah nasional
Pharmaceutical and Biomedical bidang Farmasi. VI – 15. 2001.
Analysis 1990, 8: 612-618. Indrayanto G, Seminar Sehari Instru-
Debesis, E. et al., Submitting HPLC mentasi PT Ditek Jaya, Surabaya,
methodes to the compendia and 1994.
regulatory agencies. Pharm. Siregar, Mirawati., Penetapan Kadar
Tech., September 1982. p. 120 Meloksikam dalam sediaan tab-
let dan Darah Manusia secara
kromatografi Cair Kinerja Ting- Technical Report Series No. 823)
gi, Tesis S2 Ilmu Kefarmasian p. 117
Departemen Farmasi FMIPA-UI, Validation of Compendial Methods.
2004. United States Pharmacopoeia 23rd
Validation of analytical procedures revision, United States Pharma-
used in the examination of phar- copoeia Convention, Rockville,
maceutical materials. World MD, 1995. p. 1982.
Health Organization 1992 (WHO

Anda mungkin juga menyukai