Judul : DAMPAK Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana Hospitalisasi adalah suatu
HOSPITALISASI karena alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, kondisi dimana anak harus
TERHADAP menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. menginap dirumah sakit
PERKEMBANGAN Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama dengan alaan tertentu , dan di
ANAK individu tersebut dirawat di rumah sakit (Wong,2003) haruskan mendapatkan
Penulis : Yuli Utami Menurut WHO, hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam perawatan selama di rumah
Nama Jurnal : Jurnal ketika anak menjalani hospitalisasi karena stressor yang dihadapi dapat sakit sebelum akhirnya
Ilmiah WIDYA menimbulkan perasaan tidak aman kembali kerumah
Volume 2 Nomor 2 Hospitalisasi akan memberikan
Mei-Juli 2014 stressor dan reaksi beragam
dari toddler.Stresor tersebut
akan menyembabkan tumbuh
perasaan tidak aman
Manifestasi kecemasan yang timbul terbagi menjadi tiga fase yaitu: Manifestasi kecemasan apada
(a) fase protes (phase of protest); anakanak bereaksi secara agresif dengan anak dapat di bagi menjadi tiga
menangis dan berteriak memanggil orang tua, menarik perhatian agar orang tahapan yaitu :
lain tahu bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta menolak a. Masa protes : pada fase
perhatian orang asing atau orang lain dan sulit ditenangkan. ini anak akan berteriak ,
(b) fase putus asa (phase of despair); dimana tangisan akan berhenti dan beraksi agresif serta
muncul depresi yang terlihat adalah anak kurang begitu aktif, tidak tertarik menolak perhatian dari
untuk bermain atau terhadap makanan dan menarik diri dari orang lain orang asing
(c) fase menolak (phase of denial); merupakan fase terakhir yaitu fase b. Masa putus asa : pada
pelepasan atau penyangkalan, dimana anak tampak mulai mampu masa ini tangisan mulai
menyesuaikan diri terhadap kehilangan, tertarik pada lingkungan sekitar, berkurang , anak akan
bermain dengan orang lain dan tampak membentuk hubungan baru, jatuh pada masa deprsi
meskipun perilaku tersebut dilakukan merupakan hasil dari kepasrahan dan yang di tandai dengan
bukan merupakan kesenangan. perilau anak yang
kurang aktif dari
biasanya
c. Masa menolak : pada
tahap ini anak akan
mulai mampu untuk
menyesuaikan diri
dengan lingkugan
rumah sakit.
Kehilangan kendali pada Toddler; sesuai dengan teori Ericson dalam Price pada kasus toddler yang
& Gwin (2005), bahwa pada fase ini anak sedang mengembangkan mengalami hospitalisasi ada
kemampuan otonominya. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak suatu masa dimana anak
akan kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya. mengalami hilang kendali
Keterbatasan aktifitas, kurangnya kemampuan untuk memilih dan akibat anak kehilangan
perubahan rutinitas dan ritual akan menyebabkan anak merasa tidak kemampuan otonominya. Jika
berdaya. Toddler bergantung pada konsistensi dan familiaritas ritual harian area otonomi toddler seperti
guna memberikan stabilitas dan kendali selama masa pertumbuhan dan akifitas / rutinitas harian
perkembangan. Area toddler dalam hal ritual mencakup makan, tidur, ( makan , tidur, mandi ,
mandi, toileting dan bermain. Jika rutinitas tersebut terganggu, maka dapat toileting, dan bermain ) akan
terjadi kemunduran terhadap kemampuan yang sudah dicapai atau disebut menyebabkan suatu
dengan regresi (Wong,2003) kemunduran terhadap
kemampuan yang di sebut
dengan regresi .
Secara umum, anak dalam kelompok usia toddler ini terus bereaksi dengan Reaksi umum terhadap
kemarahan emosional yang kuat dan resistensi fisik terhadap pengalaman hospitalisasi yang ditunjukkan
nyeri baik yang aktual maupun yang dirasakan. Perilaku yang kelompok anak usia toddler
mengindikasikan nyeri antara lain, meringis kesakitan, mengatupkan gigi sebagian besar adalah suatu
dan atau bibir, membuka mata lebarlebar, mengguncang-guncang, respon dalam bentuk
menggosok-gosok, dan bertindak agresif, seperti menggigit, menendang, emosiaonal terutama
memukul, atau melarikan diri. pengalaman terhadap nyeri
Di akhir periode ini, toddler biasanya mampu mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan . Perilaku yang
dengan cara menunjuk area spesifik nyeri yang mereka rasakan, meskipun di tunjukkan antara lain
begitu anak belum mampu menggambarkan jenis dan intensitas nyeri. meringis
kesakitan,mengguncang-
guncang ,menggosok-gosok,
memumukul bahkan tak jarang
melarikan diri
Perasaan kehilangan kendali terjadi akibat perpisahan, restriksi fisik, Cara yang dapat dilakukan
perubahan rutinitas, pemaksaan ketergantungan dan pemikiran magis. untuk meminimalkan
Untuk meminimalkan kehilangan kendali pada anak ketika hospitalisasi kehilangan kendali pada
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: toddler yang mengalami
(1) Meningkatkan kebebasan bergerak; bagi anak kecil terutama bayi dan hospitalisasi diantaranya
toddler, meningkatkan kebebasan pada
(2) memelihara kontak orang tua-anak merupakan cara terbaik untuk anak , memelihara kontak
mengurangi kebutuhan akan restriksi fisik atau stres yang disebabkan orang tua dengan anak dan
karena restriksi fisik. dengan melakukan perubahan
(3)Perubahan jadwal harian dan hilangnya ritual dapat menimbulkan stres pada rutinitas anak
terutama pada toddler dan anak prasekolah awal. Salah satu teknik yang
dapat meminimalkan perubahan pada rutinitas anak adalah penstrukturan
waktu
Salah satu dari beberapa cara untuk mengurangi nyeri dan ketakutan akan Salah satu cara untuk mngatasi
cedera tubuh adalah dengan distraksi aktif dan pasif ketika dilakukan rasa nyeri akibat cidera
prosedur (Nilson dkk 2013), tindakan medis pada anak
Colwell dkk (2013) meneliti tentang cara lain yang terkait untuk dapat dilakukan suatu teknik
mengurangi nyeri dan ketakuan akan cedera tubuh yaitu dengan terapi distraksi aktif maupun pasif
musik (mendengarkan, menyusun lagu, Orff-Based). Pengaruh interfensi selama prosedur , terpai musik,
terapi musik terhadap kondisi fisiologis dan tingkah laku psikososial anak
yang menjalani hospitalisasi mengindikasikan bahwa nyeri dan kecemasan
sangat menurun
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres ketika anak menjalani Beberapa factor yang dapat
hospitalisasi seperti: menimbulkan stress pada
1. Faktor Lingkungan rumah sakit; Rumah sakit dapat menjadi suatu anank antara lain adalah
tempat yang menakutkan dilihat dari sudut pandang anak-anak. Suasana sebagai berikut , karena factor
rumah sakit yang tidak familiar, wajah-wajah yang asing, berbagai macam lingkungan rumah sakit
bunyi dari mesin yang digunakan, dan bau yang khas, dapat menimbulkan meliputi suasana yang tidak
kecemasan dan ketakutan baik bagi anak ataupun orang tua. (Norton- familiar ,
Westwood,2012). Factor berpisah dengan orang
2. Faktor Berpisah dengan orang yang sangat berarti; Berpisah dengan tua , factor kurangnya
suasana rumah sendiri, benda-benda yang familiar digunakan sehari-hari, informasi yang didapatkan
juga rutinitas yang biasa dilakukan dan juga berpisah dengan anggota anak dan orang tua , factor
keluarga lainnya (Pelander & Leino-Kilpi,2010). kehilangan kebebasan dan
3. Faktor kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya kemandirian ,factor
ketika akan menjalani hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mengingat proses pengalaman dan factor perilaku
hospitalisasi merupakan hal yang tidak umum di alami oleh semua orang.
Proses ketika menjalani hospitalisasi juga merupakan hal yang rumit dengan
berbagai prosedur yang dilakukan (Gordon dkk,2010).
4. Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian; Aturan ataupun
rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti tirah baring,
pemasangan infus dan lain sebagainya sangat mengganggu kebebasan dan
kemandirian anak yang sedang dalam taraf perkembangan (Price &
Gwin,2005).
5. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan;
semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka
semakin kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya (Pelander & Leino-
Kilpi,2010).
6. Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit;
khususnya perawat; mengingat anak masih memiliki keterbatasan dalam
perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi. Perawat juga merasakan
hal yang sama ketika berkomunikasi, berinteraksi dengan pasien anak yang
menjadi sebuah tantangan, dan dibutuhkan sensitifitas yang tinggi serta
lebih kompleks dibandingkan dengan pasien dewasa. Selain itu
berkomunikasi dengan anak juga sangat dipengaruhi oleh usia anak,
kemampuan kognitif, tingkah laku, kondisi fisik dan psikologis tahapan
penyakit dan respon pengobatan (Pena & Juan,2011).
Penyebab kecemasan anak selama hospitalisasi dapat disebabkan oleh ketakutan pada tim medis baik dokter ataupun perawat
serta tindakan medis yang dilakukan .tindakan medis yang dilakukan sering kali menjadi momok yang menakutkan dan menjadi
stressor tersendiri bagi anak .Stress yang terjadi pada anak akibat kondisi ini disebut dengan depresi anaklitik dimana cemas ini
akibat adanya perpisahan yang berakibat pada perubahan perilaku.
Reaksi umum terhadap hospitalisasi yang ditunjukkan kelompok anak usia toddler sebagian besar adalah suatu respon dalam bentuk
emosiaonal terutama pengalaman terhadap nyeri yang dirasakan . Perilaku yang di tunjukkan antara lain meringis
kesakitan,mengguncang-guncang ,menggosok-gosok, memumukul bahkan tak jarang melarikan diri.
Pada kasus toddler yang mengalami hospitalisasi ada suatu masa dimana anak mengalami hilang kendali akibat anak
kehilangan kemampuan otonominya. Jika area otonomi toddler seperti akifitas / rutinitas harian ( makan , tidur, mandi , toileting, dan
bermain ) akan menyebabkan suatu kemunduran terhadap kemampuan yang di sebut dengan regresi.
Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kehilangan kendali pada toddler yang mengalami hospitalisasi diantaranya
meningkatkan kebebasan pada anak , memelihara kontak orang tua dengan anak dan dengan melakukan perubahan pada rutinitas
anak.
Beberapa factor yang dapat menimbulkan stress pada anank antara lain adalah sebagai berikut , karena factor lingkungan
rumah sakit meliputi suasana yang tidak familiar ,Factor berpisah dengan orang tua , factor kurangnya informasi yang didapatkan
anak dan orang tua , factor kehilangan kebebasan dan kemandirian ,factor pengalaman dan factor perilaku .
Dari hasil penelitan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa jumlah anak yang mengalami stress / kecemasan selama
hospitalisasi cukup tinggi terbukti dari hasil analisa 109 anak yang menjadi respondes 59 anak diantaranya menagalami kecemasan
selama hospitalisasi.akan tetapi dari beberpaa responden yang telah dijadikan subjek penelitian terdapat perbedaaan yang signifikan
antara jenis kelamin dan pengaruh umur terhadap hospitalisasi . Anak perempuan lebih banyak mngalami kecemasan dibandingkan
anaka laki laki karena anak peremuan lebih sensitive dari pada anak laki laki yang memilki kecenduerungan sifat eskploratif.
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahawa Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa:
Yang pertama, terdapat penurunan pada rerata skor reaksi hospitalisasi sesudah diberikan intervensi terapi bermain
dibandingkan dengan sebelum diberikan intervensi. Yaitu skor reaksi hospitalisasi pada kelompok intervensi sebelum dilakukan
terapi bermain berupa menyusun kubus yaitu 21,70 dan sesudah dilakukan terapi bermain yaitu 17,50.
Yang kedua juga, mengalami penurunan pada skor reaksi hospitalisasi pada kelompok responden yang tidak diberikan terapi
bermain atau kelompok kontrol yaitu sebesar 21,50 pada skor-awal dan 18,75 pada skor-akhir.
Yang Ketiga, hasil uji statistik paired t-test antara skor-awal dan skor-akhir reaksi hospitalisasi pada responden kelompok
intervensi dapat disimpulkan bahwa pada kelompok intervensi didapatkan pengaruh yang sangat signifikan antara skor reaksi
hospitalisasi sebelum diberikan terapi bermain (skor-awal) dengan skor sesudah diberikan terapi bermain (skor-akhir)
Yang keempat, terdapat perbedaan nilai pada beda-skor, yaitu selisih skor-awal dan skor-akhir reaksi hospitalisasi pada
kelompok intervensi dengan pada kelompok kontrol. Dibandingkan dengan pada kelompok kontrol. Keadaan ini menunjukkan
bahwa intervensi terapi bermain pada anak dirawat, memberikan efek dalam penurunan stress hospitalisasi
Upaya perawat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kecemasan pada toddler antara lain adalah dengan melakukan
pendekatan kepada orang btua dan anak bertujuan untuk memberikan suatu penjelasan dengan tindakan medis mengomunikasikan
perkembangan anak, memebrikan lingkungan yang aman bagi toddler dengan tujuan menjauhkan atau menghindarkan toddler
terhadap bahaya cidera , dan yang terkahir adalah dengan memberikan mainan.
Sedangkan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahawa tingkat kecemasan orang tua dalam merawat anak di
rumah sakit ringan. Karena menurut penelitian Maryam dan Kurniawan 2008 ornag tua masih bisa menemani dan melihat anaknya
karena anaknya tidak dirawat di PICU/NICU. Serta pengalaman orang tua yang pernah merawat anak saat hospitalisasi jadi tingkat
kecemasan riangan
Peran orang tua dalam merawat anak saat hospitalisasi, karena anak merasa nyaman jika diperhatikan oleh orang tuanya saat
sakit. Jadi jika peran orang tua yang tingkat cemas sedang, perannya dalam merawat anak di RS akan menjadi kurang baik. Sehingga
rasa kekawatiran yang lebih justru membuat orang tua merasa takut untuk melakukan tindakan yang bisa dilakukan orang tua saat
anak di rawat di RS justru dapat meningkatkan tingkat kecemasan anak.