Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENEJEMEN KESEHATAN pada KLIEN PENYAKIT JANTUNG


KORONER

Disusun oleh :

SAPUTRO MUKTI WICAKSONO


201601112

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PONOROGO


KAMPUS VI POLTEKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung
tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Penyakit jantung ini biasa
di sebabkan oleh penumpukan plak pada pembuluh darah jantung yang
menyebabkan penyempitan dan penebalan pada dinding pembuluh darah
(Abata, 2016). Pasien penyakit jantung koroner memerlukan kepatuhan
dalam diet makanan dan terapi pengobatan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan dan komplikasi. Kejadian rawat ulang atau rehospitalisation
lebih tinggi prevalensinya dibandingkan dengan kejadian rawat ulang lebih
dari dua kali. Adapun faktor penyebabnya adalah ketidakefektifan
menejemen kesehatan pasien meliputi tidak mematuhi terapi yang dianjurkan
dan terapi pengobatan kurang tepat, kurangnya aktifitas fisik, ketidakpatuhan
terhadap diet, kurangnya dukungan dari keluarga ( Anggraeini & Kurniasari,
2016).
Menurut World Health Organization, pada tahun 2016 penderita
penyakit jantung coroner semakin tahun semakin meningkat. Hal ini di
buktikan di tahun 2016 research dari organisasi kesehatan dunia tersebut
menunjukkan 56.9 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung
coroner. Prevalensi jantung koroner berdasarkan pernah didiagnosis dokter
di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 1,5 persen. Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita
penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur
sebanyak 375.127 orang (1, 3%) (Riskesdas , 2018). Sedangkan prevalesi
kejadian rawat ulang atau kekambuhan penyakit jantung adalah sebesar 60,9
% dari total kejadian penyakit jantung coroner (Anggraeini & Kurniasari,
2016).
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kronis yang sering
mengalami kekambuhan atau kejadian rawat ulang (Anggraeini & Kurniasari,
2016). Adapun faktor yang memengaruhi kekambuhan meliputi tidak
mematuhi terapi yang dianjurkan dan terapi pengobatan kurang tepat,
kurangnya aktifitas fisik ,ketidakpatuhan terhadap diet,kurangnya dukungan4
dari keluarga (Anggraeini & Kurniasari, 2016).
Kekambuhan penyakit jantung koroner dapat di cegah dengan
menerapkan prinsip hidup sehat seperti rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan ,mengurangi bahkan menghindari paparan asap rokok ,diet yang
sehat, menjaga pola istirahat dan meluangkan waktu untuk rekreasi guna
mengurangi beban pikiran akibat stress (Nuraeni & dkk, 2016 ). Adapun
menurut Mufarokhah ( 2016) intervensi lain yang dapat dilakukan adalah
dengan self menejement program dimana program ini dapat meningkatkan
koping dan kepatuhan pasien penyakit jantung koroner. Disamping itu,
edukasi kesehatan yang terstruktur membuktikan adanya peningkatan rasa
keyakinan diri untuk melakukan perubahan perilaku dirawat ( Wahyuni &
Rezkiki, 2015).

B. TUJUAN :
1. UMUM : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Klien mampu
memahami Menejemen Kesehatan untuk Penyakit Jantung
Koroner
2. KHUSUS :
Diharapkan Klien dengan Penyakit Jantung Koroner dengan
Ketidakefektifan Menejemen Kesehatan mengerti tentang:
1. Kebutuhan nutrisi yang direkomendasikan/disarankan
2. Aktifitas fisik atau olahrraga yang bisa dilakukan
3. Program terapi pengobatan yang harus dipatuhi
4. Upaya yang bisa dilakukan dalam upaya berhenti
merokok

SATUAN ACARA PENYULUHAN


MENEJEMEN KESEHATAN pada KLIEN PENYAKIT JANTUNG
KORONER

POKOK BAHASAN : Menejemen kesehatan pada Klien dengan Penyakit


jantung Koroner
SUP POKOK BAHASAN : Kebutuhan Nutrisi, Aktifitas Fisik/ olahraga,
Kepatuhan terhadap pengobatan, dan upaya
penghentian merokok.
SASARAN : Klien dan Keluarga
TEMPAT : Rumah
HARI/TANGGAL : Januari 2018
WAKTU : 30 menit
METODE : Ceramah, tanya jawab ( diskusi )
MEDIA : Leaflet
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. UMUM :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Klien
mampu memahami Menejemen Kesehatan untuk
Penyakit Jantung Koroner
2. KHUSUS :
Diharapkan Klien dengan Penyakit Jantung
Koroner dengan Ketidakefektifan Menejemen
Kesehatan mengerti tentang:
1. Kebutuhan nutrisi yang
direkomendasikan/disarankan
2. Aktifitas fisik atau olahrraga yang bisa
dilakukan
3. Program terapi pengobatan yang harus dipatuhi
4. Upaya yang bisa dilakukan dalam upaya
berhenti merokok

KEGIATAN PENYULUHAN
No TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATN
PESERTA
1 Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam Menjawab salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan maksud dan Mendengarkan
tujuan.

2 Pelaksanaan 20 menit  Menjelaskan materi :


1. Kebtuhan Nutrisi Mendengarkan
2. Macam aktifitas fisik
yang disarankan
3. Kepatuhan terhadap
pengobatan
4. Macam upaya
penghentian rokok
 Memberi kesempatan klien
dan keluarga untuk Bertanya
menjawab hal-hal yang telah
dilakukan
3 Penutup 5 menit  Mengakhiri kegiatan Menjawab salam
 Menutup dengan salam

EVALUASI
A. Evaluasi Proses
1. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
2. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelsana
yang disampaikan
3. Peserta aktif menjawab pertanyakan yang diajukan.
B. Evaluasi hasil
1. Klien PJK dengan Ketidakefektifan menejemen kesehatan
mengerti tentang kebutuhan nutrisi yang disarankan
2. Klien PJK dengan Ketidakefektifan Menejemen Kesehatan
mengerti tentang macam aktifitas fisik yang harus dilakukan
3. Klien PJK dengan Ketidakefektifan menejemen kesehatan
mengetahui dan mampu untuk patuh terhadap pengobatan
4. Klien PJK dengan Ketidakefektifan Menejemen Kesehatan
mengetahui tentang upaya berhenti merokok
MATERI
Aktifitas Fisik
Manfaat latihan pada kardiovaskular mencakup ketersediaan oksigen ke
otot jantung, penuurunan kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung serta
penting untuk peningkatan fungsi miokardium dan stabilitas kelistrikan
jantung. Efek lain dari latihan fisik teratur mencakup menurunkan tekanan
darah, lemak darah, kadar insulin, agregasi trombsit, dan berat badan
(LeMone, 2015).
Menurut Anggraeni, dkk (2016) aktifitas fisik yang bersifat isometris
seperti jalan santai, renang, aerobik, bersepeda, jogging, pada pasien jantung
sangat penting karena mekanisme kerja otot pada saat melakukan aktifitas
dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Selain itu
dengan melakukan aktifitas rutin dapat mencegah kejadian rawat ulang pada
pasien itu sendiri.
Dalam penelitian Salim & Nurrohmah (2013) menunjukkan orang yang
tidak rutin melakukan olahraga lebih berisiko mengalami kejadian penyakit
jantung koroner atau dengan kata lain olahraga rutin dapat mencegah
kejadian penyakit jantung coroner
Aktivitas fisik yang direkomendasikan yaitu aktivitas fisik dengan
intensitas moderat selama 30 menit setiap harinya dan dilakukan minimal 3-4
kali dalam seminggu ( Yani , 2 0 1 5).
Nutrisi/ diet
. Manajemen nutrisi pada pasien penyakit jantung koroner adalah untuk
mengurangi natrium dan retensi cairan. Diet yang dianjurkan dengan cara
makan makanan rendah garam, rendah lemak dan kaya serat, banyak makan
sayuran hijau dan buah segar. Menghindari makanan yang mengandung
kolesterol seperti cumi, udang, kepiting, otak sapi, daging kambing, daging
berlemak, organ dalam hewan/ jeroan, bebek, belut, kuning telur, susu sapi,
kulit ayam, makanan kemasan olahan daging ayam (Anggraeini &
Kurniasari, 2016). Kemampuan mengelola diet terutama istri dari pasien PJK
sangat berpengaruh dalam pengelolaan kepatuhan diet pasien PJK, yaitu
memisahkan antara diet untuk pasien PJK dengan anggota keluarga lainnya
(Mufarokhah, 2015).
Diet banyak buah dan sayur, gandum utuh, dan asam lemak tak jenuh
dapat memberikan efek perlindungan. Faktor penyebab tidak jelas tetapi
sering dikaitkan dengan nutrisi seperti antioksidan, asam folat, vitamin B,
asam lemak omega 3, dan mikronutrin lain yang belum diidentifikasi
(LeMone, 2015).
Sebagian besar lemak adalah campuran antara campuran asam lemak
jenuh dan tak jenuh. Proporsi lemak jenuh tertinggi ditemukan pada produk
while-milk, daging merah, dan minyak kelapa. Protein anjuran mencakup
produk susu tanpa lemak, ikan dan unggas. Lemak sayur padat (margarin dan
mentega) mempunyai lemak trans yang lebih seperti lemak jenuh. Lemak
tunggal tak jenuh dapat di temukan pada minyak zaitun, kanola dan kacang
yang mempunyai kadar LDL rendah. Selain itu, peningkatan asupan serat
larut (pada gandum, pisilium, buah kaya pectin, dan buncis) dan serat tak
larut ( pada gandum utuh, buah dan sayur) dianjurkan. Asam folat dan
vitamin B6 serta B12 memengaruhi keadaan homeostein, mengurangi kadar
serum. Peningkatan asupan kaya antioksidan (vitamin E) tampak dapat
meningkatkan HDL.
Tantangan yang dihadapi pasien dalam melaksanakan terapi diet, yaitu
harus mengurangi jumlah makanan kesukaannya. Kepatuhan diet pada
pasien penyakit jantung koroner adalah pasien harus mentaati dietnya dengan
mengontrol kadar kolesterol HDL dan kadar kolesterol LDL dalam darah.
Misalnya mengganti lemak yang berkadar tinggi akan asam lemak jenuh
dengan lemak sebagian terdiri dari asam lemak tidak jenuh, seperti gula tebu
diganti dengan gula yang berasal dari jagung
Kepatuhan terapi pengobatan
Peneltian yang telah dilakrukan Anggaeni,dkk (2016) menunjukan
bahwa responden yang tidak patuh terhadap terapi pengobatan beresiko lima
kali lebih besar untuk mengalami kejadia rawat ulang. Faktor tidak patuh
terhadap terapi yang dijalani disebabkan karena pasien sering lupa untuk
meminum obat. Pasien yang tidak patuh minum obat disebabkan kesibukan
aktivitas dari pasien sehingga menyebabkan pasien lupa minum obat. Selain
itu, alasan dalam ketidakpatuhan juga disebabkan karena pasien merasa
terganggu dengan keharusan minum obat. Sedangkan yang fatal menurut
pasien adalah pasien beranggapan jika kondisi klinis pasien sudah membaik,
maka tidak perlu minum obat, ada juga pasien yang beranggapan minum obat
hanya dilakukan ketika gejalanya muncul seperti nyeri pada dada dan merasa
jantung berdebar ( Pusmarani, Mustofa, & Darmawan, 2015).
Adapun menurut Mufarokhah ( 2016) intervensi lain yang dapat
dilakukan adalah dengan self menejement program dimana program ini dapat
meningkatkan koping dan kepatuhan pasien penyakit jantung koroner.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki koping
penderita. Dengan program ini diharapkan penderita megalami perbaikan
koping dimana individu memepercayai pengobatan secara medis yang
mengakibatkan adanya persepsi bahwa mereka mampu untuk melakukan
pearawatan PJK seumur hidup. Selain itu, dengan program ini diharapkan
timbulnya pemahaman melalui learning process.
Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan mekanisme koping
individu. Dukungan keluarga menentukan pemulihan kesehatan seseorang
(Wahyuni & Rezkiki, 2015). Dukungan keluarga terdiri dari empat dimensi
yaitu dukungan instrumental, penghargaan, informasi dan emosional
(Kaakinen, 2010).
Berhenti merokok
Berhenti merokok mengurangi resiko penyakit jantung koroner dalam
beberapa bulan setelah berhenti dan memperbaiki status kesehatan. Orang
yang berhenti merokok mengurangi resiko hingga 50 % tanpa melihat sudah
berapa lama mereka merokok sebelum berhenti. Selain itu, berhenti merokok
dapat memperbaiki kodar HDL dan sebaliknya dapat menurunkan LDL serta
mengurangi kekentalan darah (LeMone, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan Daroji, Prabandari, & Paramastri
(2011) pemberhentian rokok dapat dilakukan dengan memberikan edukasi
kepada keluarga sangat diperlukan, mengingat keluarga sebagai lingkungan
terkecil dalam kehidupan, cenderung mempunyai intensitas interaksi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan menurut Nabila,
Sukohar, & Setiawan (2017) nikotin dapat diganti dengan permen karet.
Nikotin sediaan permen karet harus dikunyah perlahan hingga rasanya terasa
lebih kuat, kemudian dikunyah lagi beberapa kali secara perlahan hingga
rasanya menghilang. Nikotin jenis ini tidak boleh ditelan karena akan
menurunkan tingkat absorbsinya ke dalam tubuh. Dosis harian yang dapat
diberikan adalah 2 mg (8-20 permen karet) dan 4 mg (4-10 permen karet).

DAFTAR PUSTAKA

Pusmarani, J., Mustofa, & Darmawan, E. (2015). Pengaruh Pemberian Edukasi Obat
terhadap Kepatuhan Minum Obat Warfarin pada Pasien Sindrom Koroner Akut
dan Fibrilasi Atrium di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia,Vol. 4 No. 4,, 257–263.

Salim, A., & Nurrohmah , A. ( 2013). HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN


PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI. GASTER Vol. 10 No. 1.

Wahyuni, A., & Rezkiki, F. (2015). PEMBERDAYAAN DAN EFIKASI DIRI PASIEN PENYAKIT
JANTUNG KORONER MELALUI EDUKASI KESEHATAN TERSTRUKTUR. JURNAL
IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education.

Yani , M. (2 0 1 5). MENGENDALIKAN KADAR KOLESTEROL PADA HIPERKOLESTEROLEMIA.


J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 ,.

Abata, Q. '. (2016). Ilmu Penyakit Dalam . Madiun: Yayasan PP Al-Furqon.

LeMone, P. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3 Ed. 5. Jakarta: EGC.

Mufarokhah, H. d. (2016). Self Management Program Meningkatkan Koping, Niat,dan


Kepatuhan Berobat Pasien Pjk. Jurnal Ners Vol.1 No.1, 56-62.
Nuraeni, A., & dkk. (2016 ). Faktor yang memengaruhi Kualitas hidup Pasien dengan
Penyakit Jantung Koroner . Jurnal Keperawatan Volume 4 .

Anda mungkin juga menyukai