Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

A. Latar belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit akibat ginjal tidak
menjalankan fungsinya, maka diperlukan penatalaksanaan komprehensif bagi
kelangsungan hidup penderita (PERNEFRI, 2014).
Salah satu permasalahan yang terjadi pada penderita CKD adalah
kepatuhan.Salah satu contohnya, perilaku penderita CKD yang tidak mematuhi diet
dan pembatasan cairan yang sudah direkomendasikan meskipun penderita sudah mengerti
dampak yang paling fatal akibat tidak patuh dalam pembatasan cairan (Ariyanti,
2016; Engelke, 2014;NKDEP, 2015).
Salah satu langkah yang sangat penting untuk kelangsungan hidup penderita
Chronic Kidney Disease (CKD) yaitu pengaturan diet secara tepat dan pembatasan
cairan. Penderita CKD yang tidak patuh dapat berisiko akan mengalami kelebihan
volume cairan di dalam tubuh yang dapat mengancam nyawa. Ketidakpatuhan merupakan
masalah yang sering dialami oleh penderita CKD. Menurut Ramelan et al (2013) tingkat
ketidakpatuhan terkait dengan pengaturan diet penderita CKD dipengaruhi oleh dukungan
keluarga, tingkat pengetahuan, dan sikap. Menurut Syakira (2013), hal lain yang
berpengaruh terhadap ketidakpatuhan penderita CKD dalam pengaturan diet
dikarenakan pedoman yang tidak jelas mengenai diet CKD. Penderita CKD harus
mengikuti pengobatan, mengikuti diet serta pembatasan cairan (Sirur et al., 2009).
Ketidakpatuhan penderita CKD secara umum terbagi dalam empat aspek yaitu,
ketidakpatuhan terhadap program hemodialisis, ketidakpatuhan pada program
pengobatan, ketidakpatuhan terhadap restriksi cairan dan ketidakpatuhan mengikuti
program diet (Hadiyanti, 2017; Reach, 2011).
Coaching support merupakan salah satu intervensi yang dapat memperbaiki
perilaku penderita Chronic Kidney Disease (CKD) yaitu peningkatan
kepatuhan dalam penatalaksanaan CKD. Pemberian coaching support dapat
mempengaruhi perilaku penderita CKD untuk melakukan pengelolaan penyakit
CKD sesuai dengan hal-hal yang sudah disarankan oleh coach (Bistara, 2015). Edukasi
pada penderita CKD dengan melibatkan peran serta keluarga dapat diberikan secara
langsung maupun secara tidak langsung karena semakin tinggi peran keluarga maka
semakin tinggi pula penderita CKD berperilaku patuh terhadap pembatasan cairan dan
diet (Thom et al., 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan para peserta
penyuluhan mengerti dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
perawatan pasien CKD (Chronic
Kidney Disease).

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit, diharapkan peserta
penyuluhan kesehatan mampu :
1. Mengetahui pengertian, penyebab, pencegahan CKD dan

pengertian coaching support.


2. Dapat mempengaruhi kepatuhan pada program pengobatan CKD.

3. Menyebutkan pembatasan asupan cairan pada klien CKD.

4. Mengetahui perawatan CKD dengan kepatuhan mengikuti program diet.

C. Pokok Bahasan
Pendidikan Kesehatan Coaching Support Terhadap Kepatuhan Penderita Chronic
Kidney Disease (CKD)
D. Sub Pokok Bahasan

1. Menjelaskan pengertian, penyebab, pencegahan CKD.

2. Menjelaskan bahwa coaching support dapat mempengaruhi kepatuhan


pada program pengobatan CKD.
3. Menjelaskan mengenai pembatasan asupan cairan pada klien CKD.

4. Menjelaskan perawatan CKD dengan kepatuhan mengikuti program diet.

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
G. Strategi Pelaksanaan
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini
berupa ceramah dan tanya jawab menggunakan media leaflet.

H. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap/ Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Metode Media


Waktu

1. Pra Kegiatan Petugas menyiapkan ruangan dan tempat untuk peserta Peserta penyuluhan Ceramah
3 Menit penyuluhan dan Fasilitator membagikan leaflet kepada duduk di tempat yang
peserta penyuluhan. telah disediakan dan
memegang leaflet yang
telah dibagikan oleh
fasilitator.

- Menjawab
Ceramah
5 Menit 1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
Pembukaan : salam

2. Memperkenalkan diri
- Memperhatikan
3. Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan
penyuluhan - Memperhatikan
4. Kontrak waktu

penyuluhan.

10 Menit Memperhatikan
1. Menjelaskan pengertian, penyebab, pencegahan CKD
Pelaksanaan :
dan pengertian coaching support.
2. Menjelaskan dapat mempengaruhi kepatuhan pada
program - Memperhatikan

pengobatan CKD.

3. Menjelaskan mengenai pembatasan asupan cairan pada


klien CKD.
4. Menjelaskan perawatan CKD dengan kepatuhan
mengikuti program diet.

9 Menit Tanya jawab dan evaluasi: Klien mampu memahami


i. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengerti tentang materi
tentang materi yang telah disampaikan. yang disampaikan

ii. Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah


diberikan.

3 Menit Terminasi mengucapkan salam penutup

Mengucapkan terima kasih atas peran serta keluarga


10 Materi Penyuluhan
a. Definisi Chronic Kidney Disease (CKD) dan Coaching support.

a. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit akibat ginjal tidak


menjalankan fungsinya, maka diperlukan penatalaksanaan komprehensif bagi
kelangsungan hidup penderita (PERNEFRI, 2014).

Coaching support merupakan salah satu intervensi yang dapat memperbaiki perilaku
penderita Chronic Kidney Disease (CKD) yaitu peningkatan kepatuhan dalam
penatalaksanaan CKD.

b. Penyebab CKD
1. Kurang minum

2. Minuman Beralkohol

3. Minuman bersoda

4. Tekanan darah tinggi

5. Infeksi penyakit

6. Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat

7. Penyakit bawaan

8. Batu saluran kencing

c. Pencegahan CKD

1. Pengobatan hipertensi yaitu makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan
fungsi ginjal.

2. Pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia.

3. Penghentian merokok.

4. Peningkatan aktivitas fisik.


5. Pengendalian berat badan.

b. Kepatuhan pada program pengobatan CKD.


Pengelolaan masalah kesehatan pada penderita CKD cukup rumit dan dipengaruhi oleh gaya
hidup. Ketidakpatuhan merupakan masalah yang sering dialami oleh penderita CKD ( Menurut
Ramelan et al (2013).
Tingkat Ketidakpatuhan penderita CKD secara umum terbagi dalam empat aspek yaitu,
ketidakpatuhan terhadap program hemodialisis, ketidakpatuhan pada program pengobatan,
ketidakpatuhan terhadap restriksi cairan dan ketidakpatuhan mengikuti
program diet (Hadiyanti, 2017; Reach, 2011).

Terjadinya kegawatdaruratan hemodialisis dikarenakan kelebihan volume cairan di dalam


tubuh. Beberapa tanda gejala kelebihan volume cairan adalah terdengar suara ronkhi saat
diauskultasi, terjadi penumpukan cairan di dalam paru-paru yang mengakibatkan sesak,
terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan berat badan yang mengalami kenaikan cukup
signifikan (Arici, 2014; Sari et al ., 2013).
Kondisi tersebut menyebabkan kerja jantung menjadi cukup berat dikarenakan
peningkatan tekanan darah dan juga penumpukan cairan di paru- paru (Arici, 2014). Selain itu,
mortalitas pada penderita CKD juga akan meningkat apabila terjadi peningkatan cairan tubuh
5,7%.

Kesehatan yang optimal merupakan penunjang kehidupan penderita CKD menjadi


produktif. Pemberian coaching support ini salah satunya adalah dengan memberikan
pendidikan kesehatan secara bertahap dan berkelanjutan dengan memperhatikan masalah-
masalah yang dialami oleh penderita CKD sehingga tercapai kesadaran akan penyakitnya
dan hasil akhirnya adalah perbaikan perilaku penderita (Wolever et al. , 2013).

Namun, terdapat faktor lain yang melatarbelakangi orang berusia lanjut tidak patuh
dalam mengelola penyakit CKD yang dideritanya, diantaranya meliputi ketidakteraturan kontrol
dikarenakan penderita kadang lupa minum obat dan obat masih ada sehingga waktu kontrol
diundur oleh penderita. alasan lain keterlambatan kontrol dikarenakan tidak ada yang
mengantar untuk periksa ke tempat pelayanan kesehatan (Bistara, 2015).
Pemberian coaching support dapat mempengaruhi perilaku penderita CKD
untuk melakukan pengelolaan penyakit CKD sesuai dengan hal-hal yang sudah disarankan oleh
coach (Bistara, 2015). Edukasi pada penderita CKD dengan melibatkan peran serta keluarga
dapat diberikan secara langsung maupun secara tidak langsung karena semakin tinggi peran
keluarga maka semakin tinggi pula penderita CKD berperilaku patuh terhadap pembatasan
cairan dan diet (Thom et al ., 2013).

Peningkatan kepatuhan pada penderita CKD dalam pengelolaan penyakitnya dilakukan


dengan cara berkomitmen mengubah sudut pandang menjadi positif dengan diawali
kesepakatan bersama keluarga dalam proses pelaksanaan coaching support (van Vugt et al. ,
2013).

Peran serta keluarga, lingkungan dan juga responden sendiri menjadi kunci keberhasilan dari
intervensi coaching support. Peneliti harus bisa menjadi role model untuk keberhasilan
responden dalam meningkatkan kepatuhan (Stacey et al ., 2013).

c. Pembatasan asupan cairan pada klien CKD.


Pengaturan diet secara tepat dan pembatasan cairan pada penderita CKD merupakan langkah
awal untuk mencegah terjadinya kelebihan volume cairan di dalam tubuh yang dapat
mengancam nyawa penderita. Salah satu permasalahan yang terjadi pada penderita CKD adalah
kepatuhan. Salah satu contohnya, perilaku penderita CKD yang tidak mematuhi diet dan
pembatasan cairan yang sudah direkomendasikan meskipun penderita sudah mengerti dampak
yang paling fatal akibat tidak patuh dalam pembatasan cairan (Ariyanti, 2016; Engelke, 2014;
NKDEP, 2015).
Perilaku kontrol yang baik terhadap kepatuhan pembatasan asupan cairan dapat dipengaruhi
oleh pemberian edukasi atau konseling diet dan cairan (Hadiyanti, 2017). Terapi pengobatan
dapat berjalan optimal jika edukasi pasien dalam pengelolaan CKD diberikan secara efektif.
Selain itu, kepatuhan dan pengelolaan diri penderita CKD akan meningkat dengan pemberian
edukasi yang tepat (Clarke et al, 2016). Cara pembataan cairan pada klien dengan CKD untuk
mengurangi rasa haus :

- Hindari makanan dengan rasa asin dan pedas.

- Berusaha untuk selalu berada di tempat yang sejuk, tidak

- berlama – lama di tempat yang udaranya panas.

- Lakukan perencanaan dan pembagian cairan yang akan dikonsumsi

- dalam sehari.

- Hindari minum dengan air es atau air es yang manis.

- Saat minum obat gunakan sedikit air.

- Gunakan gelas yang kecil saat minum, dan jangan langsung menelan minuman yang masuk
ke mulut, akan tetapi telan secara perlahan.

d. Perawatan CKD dengan kepatuhan mengikuti program diet.

Pengaturan diet: tinggi energi, rendah protein, rendah natrium, rendah kalium.
i. Jenis Makanan Yang Diperbolehkan
1. Bahan makanan sumber karbohidrat: Nasi, bihun, jagung, madu, permen.
2. Bahan makanan sumber protein: Telur, daging, ikan, ayam, susu rendah
protein.

c. Bahan makanan sumber lemak: Minyak jagung, minyak


kelapa sawit, margarin, mentega rendah garam.
d. Bahan makanan sumber vitamin: sayuran dan buah-buahan dengan
pengolahan khusus, yaitu :
1) Kupas buah atau sayur, potong-potong lalu cuci dengan air mengalir.

2) Letakkan dalam mangkok, tambahkan air hangat sampai sayur dan buah
terndam, rendam selama 2 jam (banyaknya air kurang lebih 10 kali bahan
makanan).
3) Buang air rendaman.

4) Bilas dengan air mengalir.

5) Masak buah dan sayur. Buah dapat dimasak sebagai setup/cocktail (buang air
rebusan buah).
6) Buah yang diperbolehkan yaitu, buah pepaya, apel, pir, diberikan bila kadar
kalium dalam darah normal.
ii. Jenis Makanan yang Tidak Diperbolehkan
1. Bahan makanan sumber karbohidrat: Umbi – umbian (kentang, singkong,
ubi, talas, dll)

b.Bahan makanan sumber protein: Kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti


tempe dan tahu.

c. Bahan makanan sumber lemak: kelapa, santan, jerohan.

d. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral: Sayuran dan buah-buahan


tinggi kalium pada klien yang memiliki kadar kalium tinggi dalam darah.
Tujuan Diet pada pasien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik adalah:
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal.

2. Memberikan makanan secukupnya, agar tidak memberatkan kerja ginjal.

3. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).

4. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.


Contoh menu sehari diet rendah protein :

1. Waktu pagi : Nasi, telur dadar, sup sayuran.

2. Makanan selingan pada pukul 10.00 susu diet, kue lapis.

3. Waktu siang: Nasi, ikan bumbu acar kuning, sayur asam, pepaya, jelly
manis.

4. Makanan selingan pada pukul 16.00: Talam Maizena.

5. Waktu malam: Nasi, daging bistik, capcay goreng, teh manis.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, edisi ke-6. Jakarta: Gramedia.
Arici, M. (2014). Management of Chronic Kidney Disease (M. Arici (ed.)). Springer
Berlin Heidelberg.
Ariyanti, F. W. (2016). Pengaruh Self Efficacy Training Dengan Metode
Peer Mentoring Terhadap Self Efficacy dan Kepatuhan Klien End Stage
Renal
Disease (ESRD) Yang Menjalani Hemodialisis [Universitas Airlangga].
h7p://repository.unair.ac.id/id/eprint/ 45520
Bistara, Difran Nobel. (2015). Coaching Support terhadapPeningkatan Kepatuhan
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2. [Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta].
Brunner & Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Brown WW et al. 2003. Identification of Persons at High Risk for Kidney Disease Via
Targeted Screening. The NKF Kidney EarlyEvaluation
Program. Kidney Int Suppl.
Hadiyanti, S. (2017). Pengaruh Self Management Education terhadap Kepatuhan Asupan
Cairan pada Klien yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Provinsi
NTB [Universitas Airlangga].
Hadiyanti, S. (2017). Pengaruh Self Management Education terhadap Kepatuhan Asupan
Cairan pada Klien yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Provinsi NTB
[Universitas Airlangga]. h7p://repository.unair.ac.id/66438/ Pernefri. (2014). 7th
Report Of Indonesian Renal Registry. Indonesian Renal Registry. H7ps://
Www.Indonesianrenalregistry.Org/ Data/Indonesian Renal Registry 2014.Pdf
Rendi, Clevo M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikah Bedah Dan Penyakit
Dalam. Jogjakarta: Noha Medika
Ramelan, M. I., Ismonah, & Hendrajaya. (2013). Analisis Faktor- faktor
yang Mempengaruhi Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan pada Klien
dengan Chronic Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Stikes
Telogorejo.
Susanti1 dan Caturia Sasti Sulistyana. 2020. Pengaruh Coaching Support Terhadap
Kepatuhan Penderita Chronic Kidney Disease (CKD). Jurnal Kesehatan
Vokasional, Vol. 5 No. 4 (November 2020)
Thom, D. H., Ghorob, A., Hessler, D., De Vore, D., Chen, E., & Bodenheimer, T. A. (2013).
Impact of Peer Health Coaching on Glycemic Control in Low-Income
Patients With Diabetes: A Randomized Controlled Trial. The Annals of Family
Medicine, 11(2), 137– 144.
Hvan Vugt, M., de Wit, M., Hendriks, S. H., Roelofsen, Y., Bilo, H. J., & Snoek, F. J. (2013).
Web-based self-management with and without coaching for type 2 diabetes
patients in primary care: design of a randomized controlled trial. BMC
Endocrine Disorders, 13(1), 53

Anda mungkin juga menyukai