Anda di halaman 1dari 6

MAGISTER PARIWISATA DAN PERHOTELAN,

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS), TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

NAMA Alvira Putri Yudini NIM 01645200010


MAHASISWA
MATA KULIAH Manajemen Risiko DOSEN Dr.Drs.Soeseno Bong,MM
HARI / TANGGAL Jumat, 24 September 2021 WAKTU 16.30-24.00
JURUSAN Magister Pariwisata SIFAT UJIAN Essay open book

Petunjuk Umum :
1. Tulis nama dan nomor induk mahasiswa anda pada bagian atas kertas jawaban, dan upload jawaban
anda pada file UTS di MsTeam.
2. Taati semua peraturan yang telah ditetapkan, pelanggaran terhadap tata tertib ujian akan dikenakan
sanksi akademik.

1. Jelaskan secara rinci dan komprehensif apa tentang perbedaan2 antara resiko, krisis dan
bencana dalam industri kepariwisataan yang berkesinambungan? Perkuat penjelasan
saudara dengan berbagai contoh yang konkrit.
Jawab:
Pada dasarnya resiko dapat disebab oleh alam, binatang atau oleh manusia itu sendiri, baik
secara di sengaja maupun tidak. Resiko dapat dihindari, dikelola, dimitigasi ataupun dialihkan
melalui pengaturan yang tepat, sistem dan prosedur yang baik, kualitas SDM yang baik,
Asuransi dan lain-lain. Jika suatu resiko todak dapat dikelola dengan baik maka resiko akan
segera bertransformasi menjadi suatu Krisis. Krisis adalah proses yang tidak diinginkan, luar
biasa, seringkali tidak terduga dan waktunya terbatas, dengan kemungkinan perkembangan
yang ambivalen. Krisis menuntut keputusan dan respon cepat untuk mempengaruhi
perkembangan situasi, sehingga positif untuk destinasi atau organisasi dan konsekuensi
negatifnya minimum. Dan jika Krisis tidak dapat dikelola dengan sempurna maka Krisis akan
segera berubah menjadi bencana. Jadi, pada dasarnya resiko adalah suatu keadaan awal
dari bencana yang belum terjadi. Oleh sebab itu setiap kegiatan, terutama kegiatan dalam
industry pariwisata, harus memiliki sebuah manajemen resiko untuk mencegah bencana
terjadi. Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari
segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampai kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. Bencana
akan senantiasa diikuti oleh kerugian-kerugian berupa kerugian keuangan, fisik, moral,
penurunan penjualan dan pemasaran, kerugian bisnis, dan penurunan reputasi destinasi
wisata.
Salah satu contoh konkrit mengenai resiko, krisis, dan juga bencana adalah Gunung Api
Merapi. Jika, resiko dari Gunung Api Merapi tidak segera dilakukan maka kelanjutannya akan
mengakibatkan krisis dan menjadi bencana. Gunung Api Merapi mempunyai catatan sejarah

1
MAGISTER PARIWISATA DAN PERHOTELAN,
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS), TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

letusan yang cukup sering bererupsi. Karena hal tersebut munculah kerusakan fisik dan
infrastruktur maka karena hal tersebut dibutuhkannya manajemen resiko.

2. Jelaskan dengan rinci jenis-jenis dan klasifikasi resiko secara konvensional maupun secara
kontemporer, dan jelaskan pula sumber-sumber penyebab risiko serta berikan contoh2nya.
Jawab:
Klasifikasi risiko industri pariwisata diantaranya:
• Risiko operasional adalah risiko yang ditimbulkan oleh ketidakmampuan atau kegagalan
proses internal (yaitu sistem perangkat lunak, karyawan, dan fasilitas perangkat keras,
amenities). Risiko operasional melingkupi risiko yang muncul karena kurangnya kuantitas
maupun kualitas SDM dan fasilitas hardware suatu penyelenggara bisnis di industry
pariwisata. Risiko operasional muncul karena factor internal yang semestinya dapat
dikelola dalam suatu penyelenggaraan bisnis di industri pariwisata.
• Risiko pasar merupakan nama yang diberikan terhadap suatu kelompok risiko yang dipicu
oleh lesunya pasar pada industry pariwisata. Pasar terbentuk dari interaksi supply dan
demand. Lesunya pasar dapat dipicu oleh melemahnya demand pada kondisi supply yang
sama atau bertambahnya supply pada kondisi deman yang sama.
• Risiko eksternal adalah risiko yang diasosiasikan dengan peristiwa yang muncul yang
berada di sekitar control langsung. Peristiwa risiko eksternal biasanya tergolong peristiwa
dengan frekuensi rendah/dampak tinggi dan menghasilkan kerugian yang tidak
diharapkan.
• Risiko regulasi adalah risiko yang ditiimbulkan oleh penyimpangan hasil karena
perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Sumber risiko regulasi
adalah risiko legal, perubahan peraturan, risiko kepatuhan.
• Risiko reputasi adalah risiko yang dihasilkan dari opini public yang negative. Risiko
reputasi berpotensi menghilangkan atau menghancurkan nama baik perusahaan,
menyebabkan penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, bahkan mengakibatkan
penolakan terhadap perusahaan.
• Risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi persaingan dari perusahaan dan
prospek perusahaan untuk sejahtera dalam pasar yang berubah. Risiko bisnis meliputi
prospek jangka Panjang dan jangka pendek bagi produk dan jasa yang ada.
• Risiko keuangan merupakan induk dari beberapa klasifikasi risiko sebagai Berikut:
a. Risiko kredit adalah risiko yang muncul karena debitur atau pembeli secara kredit tidak
dapat dan atau tidak mau membayar utangnya atau memenuhi kewajiban finansialnya.
b. Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul karena perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayaran jangka pendek dan atau membayar pengeluaran tak terduga.
c. Risiko pendanaan muncul dari konsekuensi pemilihan sumber pendanaan dari
perusahaan yang diselenggarakan.

2
MAGISTER PARIWISATA DAN PERHOTELAN,
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS), TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

3. Jelaskan dengan rinci model Manajemen Resiko (Risk management model) menurut World
Tourism Organization (WTO), maupun model manajemen resiko menurut AICST.
Jawab:
Proses Manajemen Risiko Pariwisata:
1. Menetapkan konteks risiko
2. Mengidentifikasi risiko
3. Menganalisis eksposur risiko
4. Analisis dampak eksposur risiko perusahaan penyelenggara bisnis di industry pariwisata
5. Mengangani risiko
6. Membuat strategi mitigasi risiko
7. Evaluasi kinerja
AICST mengusulkan emat fase penanganan manajemen risiko dan krisis dengan metode 4R
(Reduction, Readiness, Response, Recovery), sebagai Berikut.
• Perencanaan program untuk mengurangi risiko (reduction):
a. Crisis awareness, mempersiapkan program-program kesadaran akan risiko bencana
dari berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
b. Political awareness, menjalin hubungan erat dengan apparat keamanan dan
kepolisian setempat, serta instansi-instansi pemerintah daerah yang berkaitan
langsung dengan masalah risiko keamanan, keselamatan, dan kenyamanan para
pelancong industry pariwisata
c. Standard operating procedures, setiap organisasi wisata seharusnya memiliki SOP
yang berkaitan dengan kemanana, keselamatan, dan kenyamanan lingkungan
pariwisata, baik untuk kepentingan pelayanan yang ditujukan kepada para wisatawan,
maupun karyawan sendiri termasuk masyarakat sekitar.
• Persiapan program siaga (readiness):
a. Crisis management plan, kesiagaan itu selalu diawali dengan suatu perencanaan yang
komprehensif dan realistis, termasuk dana dan fasilitas pendukung yang
memadai,serta tenaga manusia yang terlatih.
b. Tourism planning, perencanaan berbagai program pariwisata dan perencanaan
manajemen risiko dan krisis senantiasa bergerak seiring sejalan dan tidak dapat
dipisahkan.
c. Health dan safety measures, ukuran risiko apabila terjadi krisis dan bencana selalu
harus diestimasi dalam perencanaan manajemen risiko
• Program persiapan responsi (response):
a. Emergency response procedure, manajer risiko dan institusi wisata tempat dia
bertugas sudah siap dengan prosedur responsi emergency
b. Investigation, penelitian sumber-sumber dari setiap krisis dan bencana apabila terjadi
usibah yang tidak diinginkan

3
MAGISTER PARIWISATA DAN PERHOTELAN,
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS), TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

c. Family assistance and communication, organisasi pariwisata harus selalu


mempersiapkan pusat komunikasi bila terjadi bencana, agar keluarga korban
terinformasikan dan komunikasi kepada media massa bisa terpusat dan terkendali
• Program pengembalian ke kondisi semula (recovery):
a. Business continuity plan, setelah bencana, organisasi pariwisata dan pemerintahan
daerah seharusnya memiliki perencanaan pemulihan agara masyarakat bisa Kembali
beraktivitas seperti semula dalalm jangak waktu dan biaya investasi Kembali yang
ditentukan.
b. Human resources and debriefing, koordinasi para petugas dalam program pemulihan
sangat penting agar terkendali dan terkelola dengan baik.

4. Jelaskan pula secara komprehensif dan berikan contoh2 tentang model Manajemen Risiko
menurut ‘Australian and New Zealand Standard model’.
Jawab:
Standar Australian-New Zealand mengajukan metode analisis secara kualitatif Likelihood di
satu sisi dan dibandingan dengan konsekuensi dari kemungkinan resiko yang diidentifikasi.
Dimana dalam hal tersebut dilakukannya sebuah pengukuran untuk mengetahui resiko.
Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap resiko yang terjadi dengan menentukan level resiko
dan Menyusun matrik resiko. Kemudian dilanjutkan mencari akar penyebab resiko dengan
fishbone diagram. Metode Australian-New Zealand ini dipergunakan oleh organisasi PATA
untuk menilai apakah sebuah resiko akan berubah menjadi krisis. Komponen utama proses
manajemen resiko menurut standar Australian-New Zealand adalah sebagai Berikut
1. komunikasi dan konsultasi dengan stakeholder internal dan eksternal yang tepat pada
setiap tahapan dari proses manajemen risiko dan proses secara keseluruhan.
2. Penetapan konteks eksternal, konteks internal dan konteks manajemen risiko dimana
proses manajemen risiko akan diterapkan. Kriteria yang digunakan pada saat risiko akan
dievaluasi harus disusund an struktur analisis didefinisikan.
3. Identifikasi risiko, identifikasi dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana peristiwa dapat
mencegah, menurunkan, menunda atau meningkatkan pencapaian tujuan.
4. Analisis risiko, identifikasi dan evaluasi pengendalian yang ada. Menentukan
konsekuensi dan kemungkinan serta level risiko. Analisis ini harus mempertimbangkan
kisaran konsekuensi potensial dan bagaimana risiko dapat terjadi.
5. Evaluasi risiko, membandingkan estimasi level risiko dengan kriteria yang telah disusun
lebih dahulu dan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat potensial dan hasil
yang tidak menguntungkan. Hasilnya berupa keputusan untuk menentukan luas dan sifat
perlakuan risiko yang diperlukan dan menentukan prioritas risiko
6. Perlakuan risiko, mengembangkan dan melaksanakan strategi tertentu yang efektif dan
efisien serta rencana aksi untuk meningkatkan manfaat potensial dan mengurangi biaya
potensial

4
MAGISTER PARIWISATA DAN PERHOTELAN,
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS), TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

7. Monitor dan review, penting untuk memonitor efektivitas seluruh tahapan proses
manajemen risiko. Hal ini penting untuk perbaikan berkelanjutan. Risiko dan efektivitas
perlakukan risiko perlu dimonitor untuk meyakinkan bahwa perubahan situasi tidak
mengubah prioritas risiko

5. Jelaskan alasannya secara lengkap dan komprehensif mengapa negara sangat


berkepentingan terlibat dalam mengayomi dan mendukung manajemen resiko industri
pariwisata di setiap negara, dan jelaskan pula stakeholders yang terlibat dalam sebuah Risk
management planning.
Jawab:
Sudah semestinya pemerintah setiap negara memikul tanggungjawab atas keamanan,
keselamatan, kenyamanan, dan kepastian hukum di setiap destinasi wisata negaranya.
Caranya, antara lain dengan menyiapkan payung hukum dan peraturan-praturan yang
memadai untuk melindungi para wisatawan dan industry pariwisata tanpa terkecuali.
Pemerintah negara harus mempersiapkan struktu legislasi, kebijakan, dan prosedur-prosedur
yang dibutuhkan untuk membentuk semacam manajemen risiko, krisis, dan atau bencana
pada tingkat nasional di bawah kendali pemerintahan langsung. WTO divisi keamanan,
keselamatan, dan kepastian telah Menyusun suatu dasar acuan kebijakan dan prosedur yang
dapat diadopsi oleh setiap negara anggota untuk Menyusun kebijakan dalam negeri masing-
masing. Setiap negara anggota harus Menyusun suatu konteks legislasi dalam kebijakan-
kebijakan politik dan peraturan-peraturan pelaksanaan di lapangan untuk mengamankan
kemungkinan terjadinya ancaman bagi lingkungan industry kepariwisataan. Setiap
pemerintah negara harus menentukan pihak atau instansi yang berperan, instrument dan
teknologi yang digunakan dan peranan serta tanggung jawab pemerintah pusat.
Pada 1991, WTO mengeluarkan rekomendasi agar setiap negara bagia membentuk suatu
dewan pariwisata nasional yang beranggung jawab atas kebiajakan nasional tentang jaminan
keselamatan dan keamanan yang berhubungan dengan manajemen risiko kepariwisataan.
Dewan pariwisata nasional harus membentuk semacam komite eksekutif yang bertugas dan
bertanggung jawab atas manajemen risiko di wilayahnya, tergantung kebutuhan destinasi
wisata masing-masing. Komite eksekutif dewan ini harus merupakan anggota komite
keamanan dan keselamatan pemerintahan pusat yang bertanggung jawab membangun dan
berkoordinasi serta menjamin kenyamanan berusaha pada industry pariwisata nasional dan
para wisatawan di setiap wilayah destinasi wisata. Instansi pemerintah dan sector swasta
industry pariwisata yang harus masuk dalam keanggotaaan Kkomite Nasional Keamanan dan
Keselamatan Kepariwisataan meliputi instansi-instansi Berikut:
• Kepolisian nasional
• Maskapai penerbangan
• Asosiasi-asosiasi pengangkutan
• Departemen imigrasi

5
MAGISTER PARIWISATA DAN PERHOTELAN,
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS), TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

• Asosiasi-asosiasi perhotelan
• Departemen kejaksaan
• Asosiasi-asosiasi operator pariwisata
• Departemen pertahanan sipil
• Departemen bea cukai
• Asosiasi-asosiasi agen perjalanan wisata
• Perusahaan-perusahaan transportasi
• Perwakilan pariwisata lainnya
• Institusi pelayanan Kesehatan
• Kelompok-kelompok konsumen
• Organisasi urusan luar negeri
• Industry ritel
• Pusat-pusat dokumentasi dan penelitian kepariwisataan untuk keselamatan dan
keamanan.

6. Jelaskan alasannya secara lengkap dan komprehensif mengapa industri pariwisata, seperti:
Hotel, Restoran, Destinasi wisata dll. harus senantiasa bersiaga (prepared) terhadap risiko
bencana, oleh sebab itu mereka harus siap dengan manajemen resiko, krisis dan
bencananya sejak dini, walaupun sesuatu resiko belum tentu terjadi.
Jawab:
Industri pariwisata sangat rentan oleh peristiwa bencana alam, seperti gempa bumi, banjir,
kebakaran, dan epidemic penyakit menular. Banyak kepulauan di Asia Pasifik memiliki
kondisi profil yang mirip, yaitu kurang mempersiapkan diri dengan program manajemen risiko,
termasuk isu-isu risiko kejahatan, aktivitas seismic, angin topan taifun, gempat bumi, tanah
longsor, dan sejumlah penyakit menular seperti demam malaria, hepatitis, dan sebagainya.
Karena itu khusus untuk wilayah-wilayah ini para wisatawan dianjurkan untuk
memperisapkan diri dengan jaminan Kesehatan dan persiapan obat-obatan dalam keadaan
darurat terutama bila wisatawan berada di daerah-daerah destinasi yang terpencil. Terdapat
program pelatihan yang di selenggarakan di Bangkok Thailand, yaitu ADPC (Asian Disaster
Preparedness Centre) khusus diadakan WTO untuk mengedukasi tentang tata cara
mengatasi isu-isu yang telah disebutkan sebelumnya. Terdapat program AUDMP,
merupakan program yang paling bergengsi dari ADPC (The Asian Disaster Preparadness
Centre). Program ini dirancang khusus untuk mempersiapkan kota-kota besar yang terdekat
dari titik pusat bencana agar dapat terhindar dari dampak fatal yang mungkin menimbulkan
korban jiwa, kerusakan infrastruktur dan fasilitas vital lainnya. Wilayah Asia Pasifik khusu
menitikberatkan pada masalah-masalah fenomena alam yang menyebabkan bencana alam,
sebab setiap destinasi memiliki kebutuhan khusus dan unik.

--------------------- Selamat Bekerja -------------------

Anda mungkin juga menyukai