MODUL
PESERTA
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI
MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA
Penyusun modul oleh Tim Kerja Review Kurikulum Diklat Penyusunan Rencana
Kontinjensi
Tim Kerja Review Kurikulum
Agus Sardiyanso, Dra. Enny Supartini, MM, Dian Andry Puspita Sari, Novi
Kumalasari, Apriyuanda GBP, Nanang Suharto, Titi Moektijasih, Antonius Agus
Haryanta, Fredy Chandra, Indah Fitrianasari, Ninil Jannah, Ujang Dede Lesamana.
Reviewer
Dra. Eny Supartini, MM., R. Sigiharto, Siswanto BP, Adi Pamungkas, H. Iskandar
Leman.
Kontributor:
Apriyuanda Giant Bayu P, M.Sc., Roswanto, MM., Alam Maulana, Sri Hastuti, M.Si,
Jajat Suarjat, Dian Andry Puspita Sari, Novi Kumalasari, Tanti S. Reinhart, Rina
Utami, Ninil R Miftahul Jannah, I. Komang Kusumaedi, Norman, Arif Rianto BN,
Fahrunnisaa Kadir, Kafarudin, Ujang D Lesmana, dan seluruh peserta ujicoba
kurikulum (BPBD Provinsi Sumatera Barat, BPBD Provinsi Jawa Tengah, BPBD
Provinsi Jawa Timur, BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara, BPBD Provinsi Maluku,
BPBD Provinsi Maluku Utara, BPBD Provinsi Papua, BPBD Provinsi Papua Barat).
Diterbitkan oleh
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian Atau seluruh isi buku tanpa izin
tertulis dari penerbit dengan menyebutkan sumber
Sanggahan
Penyusunan Modul didukung oleh Perkumpulan Lingkar Anggota Konsorsium
Program Technical Assisstance and Training Teams (TATTs) melalui pendanaan
USAID/OFDA. Pandangan yang dinyatakan dalam dokumen ini tidak serta merta
mencerminkan opini resmi USAID/OFDA.
Perpustakaan Nasional: katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN:
KATA PENGANTAR
v
vi
Buku Modul Pendidikan dan Pelatihan Penyusunan Rencana
Kontinjensi terdiri atas Dua Bagian, yaitu Modul Dasar dan
Modul Lanjutan
MODUL DASAR
1—. MODUL A
PRINSIP DAN PROSES PENYELENGGARAAN
PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI
33—. MODUL B
PENGELOLAAN SERTA PENGORGANISASIAN
DATA DAN INFORMASI PENYUSUNAN
RENCANA KONTINJENSI
49—. MODUL C
IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN
DAN PERAN PEMANGKU DAFTAR ISI
69—. MODUL D
PRIORITAS ANCAMAN DALAM PENYUSUNAN
RENCANA KONTINJENSI
MODUL LANJUTAN
89—. MODUL E
PENGANTAR PENYUSUNAN DOKUMEN
RENCANA KONTINJENSI
105—. MODUL F
PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA
KONTINJENSI
183—. MODUL G
SIMULASI DRAFT RENCANA KONTINJENSI
221—.LAMPIRAN
245—. DAFTAR RUJUKAN
vii
DAFTAR PENGERTIAN
TERMINOLOGI PENGERTIAN
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
Bencana faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan tim bulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
adalah suatu situasi, kondisi, atau karakteristik biologis,
geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi
Bahaya suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan
kerusakan.
adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor fisik,
sosial, ekonomi, dan lingkungan atau proses-proses, yang
Kerentanan
meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap dampak
bahaya.
adalah sinergi dari semua kekuatan dan sumber daya
yang tersedia dalam sebuah komunitas, masyarakat atau
Kapasitas
organisasi yang dapat mengurangi tingkat risiko atau
dampak dari bencana
adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang
Risiko bencana dapat merupakan kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
adalah mekanisme terpadu untuk membarikan gambaran
menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan
Kajian Risiko Bencana
menganalisis tingkat ancaman, tingkat kerugian dan
kapasitas daerah dalam bentuk tertulis dan peta.
adalah segala tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
Pengurangan risiko
kerentanan dan meningkatkan kapasitas terhadap jenis
bencana (disaster risk
bahaya tertentu atau mengurangi potensi jenis bahaya
reduction)
tertentu.
adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana,
Kejadian bencana korban, dan ataupun kerusakan. Jika terjadi kejadian
bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari
satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian
adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk
Kesiapsiagaan mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
langkah-langkah secara berhasil-guna dan berdaya-guna.
viii
adalah sebuah aplikasi analisis tools yang digunakan
untuk menyimpan data bencana serta mengelola data
Data dan Informasi
spasial maupun data nonspasial baik bencana skala kecil
Bencana Indonesia/
maupun bencana dalam skala besar.terdapat banyak
DIBI
faktor yang dapat meningkatkan terjadinya resiko
bencana.
adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
Peringatan Dini
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
(prevention) sebagian atau seluruh bencana.
adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan
Kontinjensi
segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak terjadi.
adalah suatu proses perencanaan ke depan, dalam situasi
terdapat potensi bencana, di mana skenario dan tujuan
Perencanaan disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan,
Kontinjensi dan sistem tanggapan dan pengarahan potensi disetujui
bersama, untuk mencegah, atau menanggulangi secara
lebih baik dalam situasi darurat atau kritis.
adalah proses menentukan satu ancaman yang akan
Penentuan Kejadian
dijadikan dasar dalam perencanaan kontinjensi.
adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau
Korban bencana
meninggal dunia akibat bencana.
adalah orang atau sekelompok orang yang terpaksa atau
Pengungsi dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu
yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.
adalah dugaan atau perkiraan yang diterima sebagai
Asumsi
dasar.
adalah gambaran kejadian secara jelas dan rinci tentang
Skenario bencana yang diperkirakan akan terjadi meliputi lokasi,
waktu dan dampak bencana.
adalah kelompok tugas yang melakukan tugas/peran
Bidang operasi sejenis. Pelaku dalam Bidang operasi terdiri dari unsur
pemerintah, masyarakat dan lembaga usaha.
adalah suatu rencana yang disusun oleh bidang operasi
yang berisi kegiatan-kegiatan berkaitan dengan kebutuhan
Perencanaan Bidang dan sumberdaya yang tersedia di masing-masing bidang
operasi operasi untuk penanganan darurat mengacu pada standar
minimum kebutuhan atau standar pelayanan minimum
yang berlaku.
adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan
Standar Pelayanan
dasar yang berhak diperoleh setiap warga secara
Minimum
minimum.
ix
adalah proses penyelarasan hasil perencanaan sektoral
Sinkronisasi untuk memperoleh kesepakatan-kesepakatan melalui
rapat koordinasi.
adalah suatu proses latihan komprehensif yang diulang
secara sistematis dan berkesinambungan untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan maksimal
Latihan Kesiapsiagaan
serta meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar
instansi/lembaga dalam sebuah sistem kesiapsiagaan
terpadu.
adalah pengesahan dokumen rencana kontinjensi agar
Legalisasi menjadi legal secara hukum dan dipatuhi oleh instansi/
lembaga terkait melalui Peraturan Kepala Daerah.
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
Penanganan darurat penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan
pengungsian, penyelamatan serta pemulihan sarana
prasarana.
adalah organisasi penanganan darurat bencana yang
memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu
Komando Penanganan
komando dengan rantai dan garis komando yang jelas
Darurat Bencana
dalam mengkoordinasikan instansi/lembaga/organisasi
terkait untuk pengerahan sumberdaya.
adalah suatu sistem penanganan darurat bencana yang
Sistem Komando
disepakati dan digunakan oleh semua instansi/lembaga
Penanganan Darurat
dalam rangka mengintegrasikan pemanfaatan sumberdaya
Bencana
manusia, peralatan dan anggaran
adalah seluruh kegiatan manajemen yang meliputi aspek
perencanaan dan penanggulangan kedaruratan, pada
Manajemen
menjelang, saat dan sesudah terjadi keadaan darurat,
Kedaruratan
yang mencakup siaga darurat, penanganan darurat dan
pemulihan darurat
adalah rencana yang dibuat/disusun dalam rangka
pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana.
Rencana Operasi Rencana operasi ini disusun oleh satuan tugas Komando
Penanganan darurat dengan mempertimbangkan rencana
kontinjensi dan hasil kaji cepat.
adalah suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan
Prosedur Operasi
untuk melaksanakan penanganan darurat bencana secara
Penanganan Darurat
terkoordinasi, terarah dan terpadu sesuai tahapan yang
Bencana
telah ditetapkan.
x
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan
Operasi Penanganan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
Darurat Bencana
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
adalah kegiatan pengkajian secara cepat mengenai
kejadian bencana dan dampaknya yang meliputi aspek
Kaji Cepat
kehidupan/penduduk, prasarana sarana vital dan fasilitas
umum, ekonomi, serta lingkungan.
adalah pemulihan dengan segera prasarana dan sarana
Pemulihan Darurat
vital pada saat kegiatan penanganan darurat.
adalah merupakan suatu kegiatan untuk memindahkan
Evakuasi masyarakat terancam dampak bencana dan atau kegiatan
masyarakat menyelamatkan diri ke daerah aman.
adalah tatanan keterkaitan komponen standardisasi
Sistem Standardisasi
kompetensi kerja nasional yang komprehensif dan sinergis
Kompetensi Kerja
dalam rangka mencapai tujuan standardisasi kompetensi
Nasional
kerja nasional di Indonesia.
adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
Standar Kompetensi pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian, serta
Kerja Nasional sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan
Indonesia atau SKKNI syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
adalah serangkaian kegiatan yang sistematis dalam
rangka penyusunan dan kaji ulang SKKNI, diarahkan pada
tersedianya SKKNI yang memenuhi prinsip :
1. relevan dengan kebutuhan dunia usaha atau industri di
masing-masing sektor atau lapangan usaha;
2. valid terhadap acuan dan/atau pembanding yang sah;
Pengembangan SKKNI
3. akseptabel oleh para pemangku kepentingan;
4. fleksibel untuk diterapkan dan memenuhi kebutuhan
pemangku kepentingan;
5. mampu telusur dan dapat dibandingkan dan/atau
disetarakan dengan standar kompetensi lain, baik
secara nasional maupun internasional.
adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang
Sertifikasi kompetensi dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji
kerja kompetensi sesuai SKKNI, Standar Internasional dan/
atau Standar Khusus.
xi
xii
MODUL A
DAFTAR ISI
MODUL A
PRINSIP DAN PROSES PENYELENGGARAAN
PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang...................................... 5
B.. Deskripsi Singkat.................................. 5
C.. Manfaat Modul...................................... 5
D.. Tujuan Pembelajaran............................. 6
E.. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.......... 6
F.. Petunjuk Belajar.................................... 7
BAB II
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RENCANA
KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar............................ 9
B..Bahan/Materi........................................ 9
C..Latihan............................................... 15
D..Rangkuman......................................... 16
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 17
BAB III
PROSES PENYUSUNAN RENCANA
KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 19
B..Bahan/Materi....................................... 19
C..Latihan............................................... 24
D..Rangkuman......................................... 24
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 24
BAB IV
TEKNIK PENYELENGGARAAN PENYUSUNAN
RENCANA KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 25
B..Bahan/Materi....................................... 25
C..Latihan............................................... 31
D..Rangkuman......................................... 31
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prinsip dan proses serta penyelenggaraan penyusunan rencana
kontinjensi merupakan tahapan awal/dasar dalam seluruh proses
penyusunan dokumen rencana kontinjensi. Berisi pemahaman
berbagai jenis rencana dalam penanggulangan bencana,
pengertian tentang kontinjensi dan rencana kontinjensi, prinsip
dan proses, waktu dan masa berlaku, teknik penyelenggaraan,
metodologi penyusunan, materi lokakarya, kriteria peserta,
fasilitator, narasumber, penyelenggara serta pendanaan
penyusunan rencana kontinjensi. Hasil yang diharapkan adalah
materi dasar seluruh proses dan tahapan selanjutnya dalam
penyusunan dokumen rencana kontinjensi.
B. Deskripsi Singkat
Prinsip dan proses serta penyelenggaraan penyusunan rencana
kontinjensi merupakan pengetahuan berbagai jenis rencana
dalam penanggulangan bencana, pengertian tentang kontinjensi
dan rencana kontinjensi, kaitan rencana kontinjensi dengan
penanganan darurat, pembedaan pokok rencana kontinjensi
dengan rencana operasional, dan rencana mitigasi, prinsip dan
proses penyusunan rencana kontinjensi, teknik penyelenggaraan,
metodologi penyusunan, materi lokakarya, kriteria peserta,
fasilitator, narasumber, penyelenggara serta pendanaan
penyusunan rencana kontinjensi. Pengetahuan tersebut
merupakan dasar-dasar untuk menyusun dokumen rencana
kontinjensi dengan baik sesuai kaidah dan standar yang berlaku.
C. Manfaat Modul
• Peserta mampu menjelaskan pengertian tentang kontinjensi,
keadaan darurat, rencana kontinjensi, kedudukan rencana
kontinjensi dalam penanganan kedaruratan, pembandingan
rencana kontinjensi dengan rencana operasional, dan rencana
mitigasi.
• Peserta mampu membandingkan rencana kontinjensi dengan
rencana operasional secara lebih rinci, menjelaskan proses
penyusunan, serta hakekat penyusunan rencana kontinjensi.
• Peserta mampu menjelaskan teknik penyelenggaraan,
metodologi penyusunan, materi lokakarya, kriteria peserta,
fasilitator, narasumber, penyelenggara serta pendanaan
penyusunannya.
D. Tujuan Pembelajaran
F. Petunjuk Belajar
Agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, peserta diharapkan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membaca secara cermat dan memahami tujuan pembelajaran
yang tertulis pada setiap awal materi :
a. Prinsip-prinsip penyusunan rencana kontinjensi
b. Proses penyusunan rencana kontinjensi
c. Tehnik penyelenggaraan penyusunan
2. Mempelajari setiap sesi secara berurutan, dari awal sampai
dengan akhir materi.
3. Mengerjakan secara sungguh-sungguh sampai dengan
selesainya setiap evaluasi pada masing-masing akhir materi.
4. Keberhasilan proses pembelajaran terletak pada kesungguhan
peserta. Diharapkan peserta belajar secara mandiri dengan
melakukannya seorang diri, berdua, atau berkelompok dengan
teman lain untuk saling berdiskusi.
5. Disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain seperti
yang tertera pada daftar pustaka, dan tidak segan-segan
bertanya kepada fasilitator atau teman yang telah memahami
tentang materi ini.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RENCANA
KONTINJENSI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan
pengertian kontinjensi dan prinsip-prinsip penyusunan rencana
kontinjensi.
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Daur penanganan bencana
• Penanganan darurat
• Rencana kontinjensi
1. Jenis-jenis rencana dalam penanggulangan bencana
a. Rencana Penanggulangan Bencana (multi hazard)
b. Rencana Mitigasi
c. Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana (multi
hazard)
d. Rencana Kontinjensi (single hazard)
e. Rencana Operasi
f. Rencana Pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi)
2. Pengertian Kontinjensi dan Rencana Kontinjensi
Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang
diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak
akan terjadi. Tujuan rencana kontinjensi secara umum adalah
mempersiapkan organisasi kemanusiaan untuk menanggapi
bencana atau kedaruratan dan dampak potensialnya dengan
baik, tujuan ini seperti tercantum dalam buku terbitan
IFRC tahun 2012 yang berjudul Contingency Plan Guide:
“Contingency planning aims to prepare an organization to
respond well to an emergency and its potential humanitarian
impact.”
Rencana Kontinjensi, suatu proses identifikasi dan penyusunan
rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang
belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin
tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan
tidak terjadi.
Definisi “Perencanaan Kontinjensi” (UNHCR), Suatu proses
perencanaan kedepan, dalam keadaan yang tidak m enentu
, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis
dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan
pengerahan potensi disetujui bersama untuk mencegah, atau
menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau
kritis.
Penekanan “Rencana Kontinjensi” pada kesiapsiagaan.
Kesiapsiagaan bencana yakni “Suatu proses yang mengarah
pada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan
kejadian bencana sehingga dapat:
a. mencegah bencana,
b. mengurangi dampak mereka
c. menanggapi secara efektif
d. memulihkan diri dari dampaknya”
c. kapan direncanakan?
d. cakupan waktu, sifat rencana?
e. pihak-pihak yang terlibat?
f. ancaman yang mana?
g. proyeksi WAKTU (Umur Perencanaan)?
h. tataran/’Level’ Pembuat Rencana?
i. jenis Perencanaan?
Tabel Perbedaan Sifat Rencana
TINJAUAN RENC. PB RENKON RENC. OPERASI
Sebelum
Keadaan Kedaruratan, Pada saat
Kapan direncanakan?
”normal” ada potensi darurat
bencana
CAKUPAN Perencanaan Umum Cukup spesifik - Sangat spesifik –
dan SIFAT Rencana (Perkiraan) Terukur Persis/detail
Yang akan Yang sungguh
PIHAK2 yang Terlibat? Semua pihak
terlibat terlibat
Satu ancaman Satu ancaman yg
Ancaman yang MANA? Segala ancaman
proyeksi terjadi
Proyeksi WAKTU (Umur Jangka panjang - Jadwal operasi -
Waktu tertentu
Perencanaan) Tahunan Singkat
Tataran/’Level’ Pelaksana
Semua tataran Manajer
Pembuat Rencana Lapangan
Jenis Perencanaan Inventarisasi Penyiapan Pengerahan
C. Latihan
Penyusunan RENKON dilakukan segera setelah ada tanda-tanda
awal (kemungkinan) akan terjadi bencana atau ada peringatan
dini (early warning). Beberapa jenis bencana sering terjadi tiba-
tiba (waktunya), tanpa ada tanda-tanda terlebih dulu (misal :
gempa bumi), namun tetap dapat dibuat RENKON-nya.
Daftar Pertanyaan:
Diskusikan secara berkelompok tentang defenisi dan lingkup
rencana kontinjensi
1. Apa rencana kontinjensi itu?
2. Dimana kedudukan rencana kontinjensi dalam daur
penanggulangan bencana?
3. Apa perbedaan rencana kontinjensi dengan rencana
operasional?
4. Apakah rencana kontinjensi dapat dibentuk di tingkat nasional?
5. Apakah rencana kontinjensi dapat disusun jika di daerah
tersebut belum memiliki rencana penanggulangan kedaruratan
bencana (RPKB)?
6. Bagaimana memilih dan menetapkan jenis ancaman bencana
yang akan disusun rencana kontinjensi-nya?
7. Kapan saat yang tepat penyusunan rencana kontinjensi
dilakukan?
D. Rangkuman
1. Jenis-jenis rencana dalam penanggulangan bencana
2. Pengertian tentang kontinjensi dan rencana kontinjensi
3. Kaitan antara rencana kontinjensi dengan penanganan darurat
4. Waktu penyusunan rencana kontinjensi.
BAB III
PROSES PENYUSUNAN RENCANA
KONTINJENSI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan Topik Belajar peserta mampu:
• Menjelaskan tentang proses penyusunan rencana kontinjensi.
• Menjelaskan tentang hakekat penyusunan rencana kontinjensi.
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Proses penyusunan rencana kontinjensi
• Hakekat rencana kontinjensi
3. Waktu Penyusunan
Rencana kontinjensi disusun pada tahap pra bencana,
selambat-lambatnya segera setelah muncul tanda-tanda
awal akan terjadi bencana atau adanya peringatan dini (early
warning). Beberapa jenis bencana mudah diketahui tanda-
tanda awalnya (misalnya letusan gunung berapi, banjir dan
gerakan tanah) sehingga memudahkan dalam menentukan
waktu penyusunan rencana kontinjensi. Namun untuk
kejadian bencana yang tidak dapat diidentifikasi tanda-tanda
awalnya (misalnya gempa bumi), maka rencana kontinjensi
tetap dapat disusun pada situasi tidak terjadi bencana (situasi
normal) dengan menggunakan data kejadian bencana di masa
lalu dan hasil kajian pakar.
Berikut ini beberapa contoh mengenai penentuan waktu
dimulainya penyusunan rencana kontinjensi pada beberapa
jenis ancaman bencana:
SUMBER
JENIS BENCANA WAKTU PENYUSUNAN
PERINGATAN DINI
Pada awal musim penghujan atau BMKG bidang
Banjir ketika peringatan dini pergantian Klimatologi,
musim sudah dikeluarkan. Kementrian PU
Pada awal musim penghujan atau
Kementerian PU,
Banjir bandang ketika peringatan dini pergantian
PVMBG
musim sudah dikeluarkan.
Pada awal musim penghujan atau BMKG bidang
Tanah Longsor ketika peringatan dini pergantian Klimatologi,
musim sudah dikeluarkan. PVMBG
Bencana
BMKG bidang
Asap Akibat Pada awal musim kemarau atau
Klimatologi,
Kebakaran ketika peringatan dini pergantian
Kemenhut,
Hutan dan musim sudah dikeluarkan.
Kemtan
Lahan
Pada awal musim kemarau atau BMKG bidang
Kekeringan ketika peringatan dini pergantian Klimatologi,
musim sudah dikeluarkan. Kemtan
Pada saat peringatan dini letusan
Letusan Gunung
gunung berapi mengeluarkan PVMBG
Api
status Waspada atau Siaga.
Pemerintah
Jika terdapat potensi ancaman atau Pemerintah
Konflik Sosial
konflik sosial provinsi/
kabupaten/ kota
C. Latihan
Diskusikan dengan teman sejawat mengenai beberapa pertanyaan
dibawah:
1. Apa perbedaan antara rencana penanggulangan bencana,
rencana kontinjensi, dan rencana operasional?
2. Bagaimana proses penyusunan rencana kontinjensi?
3. Bagaimana prinsip dalam penyusunan rencana kontinjensi?
D. Rangkuman
Proses penyusunan rencana kontinjensi menjelaskan secara
utuh dan menyeluruh seluruh proses dalam penyusunan rencana
kontinjensi, yang akan ditindaklanjuti dengan tahapan-tahapan
selanjutnya, dan hasil akhirnya adalah draft dokumen rencana
kontinjensi yang ditindak lanjuti dengan serangkaian kegiatan
uji, legalisasi, desiminasi, aktivasi, serta kaji ulang.
BAB IV
TEKNIK PENYELENGGARAAN PENYUSUNAN
RENCANA KONTINJENSI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu menjelaskan
teknik penyelenggaraan penyusunan rencana kontinjensi.
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Tahapan penyelenggaraan penyusunan rencana kontinjensi
• Metodologi penyusunan dan materi lokakarya
• Kriteria peserta, penyelenggara, fasilitator, narasumber
1. Tahapan Penyelenggaraan Penyusunan Rencana
Kontinjensi
Penyusunan dokumen rencana kontinjensi dilakukan melalui
3 (Tiga) tahapan, yaitu tahap Pra-Lokakarya, lokakarya, dan
Formalisasi.
I. Pra lokakarya dapat dimaknai sebagai persiapan secara
substansi materi lokakarya maupun secara teknis yang
dilakukan panitia. persiapan substansi terkait dengan
pengelolaan serta pengorganisasian data dan informasi,
dan pengorganisasian pelaku penyusunan rencana
kontinjensi.
II. Lokakarya. Lokakarya merupakan proses penyusunan
rancanangan dokumen kontinjensi yang diikuti para pihak.
Pada lokakarya dirumuskan prioritas ancaman, skenario
dan pengembangan skenario, tujuan dan kebijakan, dan
perencanaan bidang.
III. Formalisasi, merupakan kegiatan setelah lokakarya
dengan melakukan uji draft dokumen rencana kontinjensi
melalui simulasi dan gladi, melakukan diseminasi, dan
proses legalisasi/formalisasi dokumen menjadi lembaran
daerah dalam bentuk peraturan kepala daerah.
Secara rinci tahapan penyusunan sebagai berikut :
I. Pra-Lokakarya
1. Pengelolaan serta Pengorganisasian Data dan
Informasi Penyusunan Rencana Kontinjensi
C. Latihan
Diskusikan dengan teman sejawat mengenai tahapan
penyelenggaraan penyusunan rencana kontinjensi.
1. Jelaskan teknik penyelenggaraan dan metodologi penyusunan
rencana kontinjensi?
2. Jelaskan dengan rinci materi lokakarya penyusunan?
3. Siapa saja peserta, fasilitator, dan narasumber penyusunan
rencana kontinjensi?
4. Kapan waktu penyusunan?
D. Rangkuman
Untuk menyusun produk rencana kontinjensi yang berkualitas,
proses dan tahapan penyusunan dilakukan secara utuh.
Diperlukan kerjasama dan berbagi peran antara fasilitator dan
penyelenggara.
PENGELOLAAN SERTA
PENGORGANISASIAN DATA DAN
INFORMASI PENYUSUNAN RENCANA
KONTINJENSI
Pengelompokan Data
DAFTAR ISI
MODUL B
PENGELOLAAN SERTA PENGORGANISASIAN
DATA DAN INFORMASI PENYUSUNAN
RENCANA KONTINJENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang..................................... 37
B.. Deskripsi Singkat................................. 37
C.. Manfaat Modul..................................... 37
D.. Tujuan Pembelajaran............................ 38
E.. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok........ 38
F.. Petunjuk Belajar................................... 39
BAB II
IDENTIFIKASI DATA DAN INFORMASI
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 41
B..Bahan/Materi....................................... 41
C..Latihan............................................... 44
D..Rangkuman......................................... 44
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 44
BAB III
PENGELOMPOKAN DATA DAN INFORMASI
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 45
B..Bahan/Materi....................................... 45
C..Latihan............................................... 47
D..Rangkuman......................................... 47
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan serta pengorganisasian data dan informasi dalam
penyusunan rencana kontinjensi merupakan salah satu materi
dasar dalam penyusunan dokumen rencana kontinjensi.
Tahapan sebelumnya prinsip dan proses penyusunan rencana
kontinjensi merupakan pengantar untuk memahami seluruh
tahapan penyusunan rencana kontinjensi. Tahapan selanjutnya
mengidentifikasi pemangku kepentingan serta peran pemangku
kepentingan dalam penanganan darurat bencana.
Hasil yang diharapkan adalah identifikasi data dan informasi
yang diperlukan serta pengelompokan data dan informasi, untuk
analisis risiko bencana, penyusunan kerangka kerja tanggap
darurat, serta perencanaan bidang operasial dalam pengerahan
sumberdaya kolektif saat penanganan darurat bencana.
B. Deskripsi Singkat
Data dan informasi merupakan elemen penting dalam penyusunan
rencana kontinjensi. Data dan informasi kewilayahan,
kebencanaan di daerah, peraturan dan kebijakan kebencanaan,
sumberdaya manusia, sumberdaya peralatan, dan sumberdaya
lainnya sangat diperlukan dalam penyusunan dokumen rencana
kontinjensi.
Diperlukan pengelompokan data dan informasi agar dapat secara
tepat mendukung analisis risiko bencana, penyusunan kerangka
kerja tanggap darurat, serta perencanaan bidang operasial/
bidang operasi untuk pengerahan sumberdaya saat penanganan
darurat bencana.
C. Manfaat Modul
• Peserta mampu mengidentifikasi data dan informasi yang
diperlukan dalam penyusunan dokumen rencana kontinjensi.
• Peserta mampu melakukan pengelompokan data dan informasi,
untuk analisis risiko bencana, penyusunan kerangka kerja
penanganan darurat, serta perencanaan bidang operasial
dalam pengerahan sumberdaya kolektif saat penanganan
darurat bencana.
D. Tujuan Pembelajaran
3. Kompetensi Lulusan
• Setelah mengikuti pelatihan identifikasi serta
pengelompokan data dan informasi, peserta diharapkan
mampu mengidentifikasi data dan informasi yang
diperlukan dalam penyusunan rencana kontinjensi, serta
mampu melakukan pengelompokan data dan informasi,
untuk analisis risiko bencana, penyusunan kerangka kerja
penanganan darurat, serta perencanaan bidang operasial
dalam pengerahan sumberdaya kolektif saat penanganan
darurat bencana.
strategi mengatasinya.
Pengelompokan data dan informasi :
1. Teknik pengelompokan data dan informasi
2. Pengelompokan data dan informasi dalam penyusunan
rencana kontinjensi
F. Petunjuk Belajar
Agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, peserta diharapkan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membaca secara cermat dan memahami tujuan pembelajaran
yang tertulis pada setiap awal materi:
a. Identifikasi data dan informasi
b. Pengelompokan data dan informasi
2. Mempelajari setiap sesi secara berurutan, dari awal sampai
dengan akhir materi.
3. Mengerjakan secara sungguh-sungguh sampai dengan
selesainya setiap evaluasi pada masing-masing akhir materi.
4. Keberhasilan proses pembelajaran terletak pada kesungguhan
peserta. Diharapkan peserta belajar secara mandiri dengan
melakukannya seorang diri, berdua, atau berkelompok dengan
teman lain untuk saling berdiskusi.
5. Disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain seperti
yang tertera pada daftar pustaka, dan tidak segan-segan
bertanya kepada fasilitator atau teman yang telah memahami
tentang materi ini.
BAB II
IDENTIFIKASI DATA DAN INFORMASI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu
mengidentifikasi data dan informasi untuk mendukung
penyusunan rencana kontinjensi.
B. Bahan/Materi
C. Latihan
Daftar pertanyaan:
1. Apa itu data dan apapula yang dimaksud dengan informasi?
2. Data dan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk menyusun
rencana kontinjensi?
3. Apakah data dan informasi yang dibutuhkan akan sama
untuk setiap jenis ancaman bencana yang akan disusun renca
kontinjensi-nya?
4. Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memudahkan proses
koleksi data dan informasi?
D. Rangkuman
1. Data dan informasi merupakan elemen penting dalam
penyusunan rencana kontinjensi.
2. Identifikasi data dan informasi kewilayahan, data kebencanaan
daerah, peraturan dan kebijakan kebencanaan daerah, data
dan informasi sumberdaya manusia, sumberdaya peralatan,
dan sumberdaya lainnya.
BAB III
PENGELOMPOKAN DATA DAN INFORMASI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu:
• Melakukan pengelompokan data dan informasi dari pemangku
kepentingan sebagai bahan analisis risiko bencana, penyusunan
kerangka kerja tanggap darurat, serta perencanaan bidang
dalam pengerahan sumberdaya kolektif saat penanganan
darurat.
B. Bahan/Materi
C. Latihan
Diskusikan dengan menjawab pertanyaan di bawah ini:
1. Mengapa data dan informasi perlu dikelompokan?
2. Data dan informasi apa saja yang perlu dikoleksi dan
dikelompokan?
3. Bagaimana melakukan pengelompokan data dan informasi?
D. Rangkuman
1. Teknik pengumpulan data dan informasi dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi yang konstruktif.
2. Pengelompokan data dan informasi untuk analisis risiko
bencana, penyusunan kerangka kerja tanggap darurat, serta
perencanaan bidang operasial dalam pengerahan sumberdaya
kolektif saat penanganan darurat bencana.
Catatan ...................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
IDENTIFIKASI PEMANGKU
KEPENTINGAN DAN PERAN PEMANGKU
MODUL C
DAFTAR ISI
MODUL C
IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN
DAN PERAN PEMANGKU
BAB I
PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang..................................... 53
B.. Deskripsi Singkat................................. 53
C.. Manfaat Modul..................................... 53
D.. Tujuan Pembelajaran............................ 54
E.. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok........ 54
F.. Petunjuk Belajar................................... 55
BAB II
IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 57
B..Bahan/Materi....................................... 57
C..Latihan............................................... 62
D..Rangkuman......................................... 63
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 63
BAB III
IDENTIFIKASI PERAN PEMANGKU
KEPENTINGAN
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 65
B..Bahan/Materi....................................... 65
C..Latihan............................................... 67
D..Rangkuman......................................... 67
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 67
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Identifikasi pemangku kepentingan dan identifikasi peran
pemangku kepentingan merupakan salah satu materi dasar dalam
penyusunan dokumen rencana kontinjensi. Tahapan sebelumnya
pengelolaan serta pengorganisasian data dan informasi yang
menyiapkan data dan informasi untuk penyusunan rencana
kontinjensi. Tahapan selanjutnya prioritas ancaman dalam
penyusunan rencana kontinjensi. Hasil yang diharapkan adalah
teridentifikasinya pemangku kepentingan dan teridentifikasinya
pembagian peran dan tugas para pihak yang terlibat dalam
penyusunan perencanaan kontinjensi dan penanganan darurat
bencana, baik dari unsur pemerintah, unsur masyarakat sipil,
dan unsur dunia usaha.
B. Deskripsi Singkat
1. Dalam penyusunan rencana kontinjensi, perlu mengidentifikasi
pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan
rencana kontinjensi dan penanganan darurat bencana, baik
dari unsur pemerintah, unsur masyarakat sipil, dan unsur
dunia usaha.
2. Peserta mampu mengidentifikasi pembagian peran dan tugas
para pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan
kontinjensi dan penanganan darurat bencana, baik dari unsur
pemerintah, unsur masyarakat sipil, dan unsur dunia usaha.
C. Manfaat Modul
1. Peserta mampu mengidentifikasi pemangku kepentingan
yang terlibat dalam penyusunan rencana kontinjensi dan
tanggap darurat bencana, baik dari unsur pemerintah, unsur
masyarakat sipil, dan unsur dunia usaha.
2. Peserta mampu mengidentifikasi pembagian peran dan tugas
para pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan
kontinjensi dan penanganan darurat bencana, baik dari unsur
pemerintah, unsur masyarakat sipil, dan unsur dunia usaha.
D. Tujuan Pembelajaran
F. Petunjuk Belajar
Agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, peserta diharapkan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membaca secara cermat dan memahami tujuan pembelajaran
yang tertulis pada setiap awal materi :
a. Identifikasi pemangku kepentingan
b. Identifikasi peran pemangku kepentingan
2. Mempelajari setiap sesi secara berurutan, dari awal sampai
dengan akhir materi.
3. Mengerjakan secara sungguh-sungguh sampai dengan
selesainya setiap evaluasi pada masing-masing akhir materi.
4. Keberhasilan proses pembelajaran terletak pada kesungguhan
peserta. Diharapkan peserta belajar secara mandiri dengan
melakukannya seorang diri, berdua, atau berkelompok dengan
teman lain untuk saling berdiskusi.
5. Disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain seperti
yang tertera pada daftar pustaka, dan tidak segan-segan
bertanya kepada fasilitator atau teman yang telah memahami
tentang materi ini.
BAB II
IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu:
• Mengidentifikasi pemangku kepentingan yang terlibat dalam
penyusunan rencana kontinjensi dan penanganan darurat
bencana, baik dari unsur pemerintah, unsur masyarakat sipil,
dan unsur dunia usaha, untuk bersama-sama menyusun
perencanaan kontinjensi.
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana kontinjensi
• Penyusunan rencana kontinjensi yang inklusif
• Penyusunan rencana kontinjensi sebagai “alat koordinasi”
pemangku kepentingan
• Pemangku kepentingan dalam penanganan darurat bencana
1. Pemangku Kepentingan Penyusunan Rencana
Kontinjensi
Rencana kontinjensi disusun bersama oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dalam penanggulangan bencana. Pro-
ses penyusunan rencana kontinjensi harus dipahami sebagai
sebuah alat atau piranti koordinasi berbagai pihak pemang-
ku kepentingan tersebut. Dengan keterlibatan dan interak-
si para pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana
kontinjensi, dipercaya ketika situasi darurat dapat membantu
melancarkan koordinasi pemangku kepentingan dalam tinda-
kan penanganan darurat. Hal ini dikarenakan yang menyusun
rencana kontinjensi adalah pihak-pihak yang juga akan ter-
libat dalam penanganan darurat ketika bencana betul betul
terjadi, baik secara personal maupun kelembagaan.
Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana beserta peraturan turunannya dengan jelas menga-
tur bahwa penanggulangan bencana selain merupakan tang-
gungjawab pemerintah/pemerintah daerah, juga melibatkan
partisipasi masyarakat (civil society) dan dunia usaha.
Pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana kontin-
• ORARI/RAPI
• LSM/NGO
• Media
• Perguruan Tinggi
• Organisasi masyarakat/agama/adat
• Kelompok Minat khusus
• Organisasi Profesi, seperti Himpunan Ahli Geologi
Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI),
Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
• Dll
c. Unsur Dunia Usaha, adalah:
Berbagai badan usaha, baik besar maupun kecil, penghasil
jasa maupun barang
Disamping itu juga ada pemangku kepentingan yang
merupakan irisan antara triangle sector tersebut. Misalnya:
1) BUMN/BUMD yang merupakan kelompok badan usaha
dam berorientasi profit, namun juga dikendalikan oleh
pemerintah karena terkait dengan hajat hidup orang
banyak.
2) KADIN, yang sebenarnya merupakan organisasi
bentukan dan difasilitasi oleh pemerintah namun
keanggotaan terdiri dari dunia usaha.
3) Beragam Asosiasi Swasta yang membentuk organisasi
namun tidak dalam bentuk
4) perusahaan baru untuk mencari keuntungan, namun
lebih pada sebagai wadah berkumpul untuk berbagai
kepentingan yang cenderung nonprofit seperti
asosiasi perusahaan perkebunan, asosiasi perusahaan
pariwisata, asosiasi perusahaan tambang, asosiasi
perusahaan kontraktor listrik, dll.
5) Koperasi, merupakan institusi bisnis namun
keuntungannya untuk kesejahteraan masyarakat
yang menjadi anggotanya, bukan dibagi-bagi kepada
pengurus.
Setiap daerah memiliki beragam pemangku kepentingan
yang belum tentu bisa disamakan dengan daerah lain.
Untuk itu, harus ada tahap mengidentifikasi pemangku
kepentingan sebelum penyusunan rencana kontinjensi
D. Rangkuman
1. Rencana kontinjensi adalah dokumen yang disusun bersama
oleh berbagai pihak baik dari pemerintah, lembaga usaha,
dan masyarakat.
2. Semua pihak harus dipandang sebagai pemangku kepentingan,
sehingga perlu dipastikan penyusunan renaca kontinjensi
disusun secara inklusif, misalnya dengan melibatkan organisasi
penyandang disabilitas (OPD).
3. Penyusunan rencana kontinjensi adalah bagian dari “alat/
piranti koordinasi” para pemangku kepentingan.
4. Pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana kontinjensi
adalah juga pihak yang seharusnya terlibat dalam penanganan
darurat bencana.
5. Identifikasi pemangku kepentingan adalah tahap awal dalam
suatu proses penyusunan rencana kontinjensi. Dapat dilakukan
melalui diskusi tim atau kelompok kecil di internal BPBD atau
dengan mengundang sejumlah pihak.
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Identifikasi pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana
kontinjensi menjadi umpan balik bagi identifikasi data dan
informasi serta pengelompokan data dan informasi pada tahapan
sebelumnya. Tindak lanjutnya adalah menyusun prioritas
ancaman bencana dalam penyusunan rencana kontinjensi.
BAB III
IDENTIFIKASI PERAN PEMANGKU
KEPENTINGAN
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu:
• Mengidentifikasi pembagian peran dan tugas para pihak yang
terlibat dalam penyusunan perencanaan kontinjensi dan
penanganan darurat bencana, baik dari unsur pemerintah,
unsur masyarakat sipil, dan unsur dunia usaha, untuk disusun
bersama menyusun perencanaan bidang operasi rencana
kontinjensi.
B. Bahan/Materi
Kata Kunci
• Peran pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana
kontinjensi
• Peran pemangku kepentingan dalam penanganan darurat/
penanganan darurat
• Pengorganisasian pemangku kepentingan berdasarkan peran
• Pembagian kerja
• Fungsi
Daftar Pertanyaan
• Apa saja peran pemangku kepentingan yang terlibat dalam
penyusunan rencana kontinjensi?
• Siapa mengidentifikasi peran pemangku kepentingan?
• Kapan peran pemangku kepentingan diimplementasikan?
• Bagaimana cara mengorganisasi berbagai pihak yang terlibat?
Identifikasi Peran Pemangku Kepentingan
Pemangku kepentingan (siapa?) yang telah diidentifikasi dalam
sesi mata diklat sebelumnya perlu diidentifikasi juga perannya
(melakukan apa?). Peran pemangku kepentingan dapat
diidentifikasi dengan melihat tupoksi maupun kepemilikan
sumber daya. Untuk instansi pemerintahan, lebih mudah
berdasarkan tupoksinya berdasarkan peraturan terkait. Misal
untuk keamanan sudah jelas tupoksi Polri dan Pol PP, untuk
C. Latihan
Diskusikan bersama rekan tentang:
1. Apa saja peran pemangku kepentingan yang terlibat dalam
penyusunan rencana kontinjensi?
2. Siapa mengidentifikasi peran pemangku kepentingan?
3. Kapan peran pemangku kepentingan diimplementasikan?
4. Bagaimana cara mengorganisasi berbagai pihak yang terlibat?
D. Rangkuman
1. Rencana kontinjensi adalah dokumen yang disusun bersama
oleh berbagai pihak baik dari pemerintah, lembaga usaha,
dan masyarakat sipil.
2. Diperlukan pengorganisasian pemangku kepentingan dengan
identifikasi peran dan pembagian tugas sesuai fungsi dan
kegiatan melalui bidang operasi.
3. Diperlukan pengorganisasian pemangku kepentingan dengan
identifikasi dna pembagian tugas sesuai fungsi dan kegiatan
melalui sektor bidang operasi
4. Semua pihak dipandang sebagai pemangku kepentingan,
termasuk kelompok rentan dan disabilitas
5. Penyusunan renkon sebagai alat koordinasi pemangku
kepentingan dalam penyusunan Renkon yang terlibat dalam
penanganan darurat bencana.
Catatan ...................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
DAFTAR ISI
MODUL D
PRIORITAS ANCAMAN DALAM
PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang..................................... 73
B.. Deskripsi Singkat................................. 73
C.. Manfaat Modul..................................... 73
D.. Tujuan Pembelajaran............................ 74
E.. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok........ 74
F.. Petunjuk Belajar................................... 74
BAB II
IDENTIFIKASI ANCAMAN BENCANA DI
DAERAH
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 77
B..Bahan/Materi....................................... 77
C..Latihan............................................... 78
D..Rangkuman......................................... 78
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 79
BAB III
PRIORITAS ANCAMAN BENCANA YANG
AKAN DISUSUN DALAM RENCANA
KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 81
B..Bahan/Materi....................................... 81
C..Latihan............................................... 86
D..Rangkuman......................................... 86
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prioritas ancaman dalam penyusunan rencana kontinjensi
merupakan salah satu materi dasar dalam penyusunan rencana
kontinjensi. Tahapan sebelumnya prinsip dan proses penyusunan
rencana kontinjensi, pengelolaan serta pengorganisasian data dan
informasi, pengorganisasian pelaku. Tahapan selanjutnya untuk
penyusunan dokumen rencana kontinjensi serta simulasi draft
rencana kontinjensi. Hasil yang diharapkan identifikasi jenis-jenis
ancaman bencana di daerah dan penilaian risiko berdasarkan
bahaya, kerentanan, kemampuan dan risiko, untuk menentukan
prioritas ancaman bencana yang akan disusun dalam dokumen
rencana kontinjensi.
B. Deskripsi Singkat
Prioritas ancaman dalam penyusunan rencana kontinjensi
dilakukan melalui langkah :
• Penjelasan awal identifikasi bencana di daerah
• Identifikasi jenis-jenis ancaman bencana di daerah
• Penjelasan awal penilaian risiko
• Proses kejadian bencana (bahaya, kerentanan, kemampuan
dan risiko)
• Penilaian bahaya
• Penilaian risiko bencana dan penentuan kejadian bencana
C. Manfaat Modul
• Peserta mampu memahami penjelasan awal identifikasi
ancaman bencana di daerah.
• Peserta mampu memahami penjelasan awal penilaian
risiko, proses kejadian bencana, penilaian bahaya, dan pada
akhirnya menilai risiko bencana untuk menentukan prioritas
kejadian bencana yang akan disusun dalam dokumen rencana
kontinjensi.
D. Tujuan Pembelajaran
BAB II
IDENTIFIKASI ANCAMAN BENCANA DI
DAERAH
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu:
• Memahami penjelasan awal identifikasi bencana di daerah
• Mengidentifikasi jenis-jenis ancaman di daerah termasuk yang
di luar pilihan baku.
B. Bahan/Materi
BAB III
PRIORITAS ANCAMAN BENCANA YANG AKAN
DISUSUN DALAM RENCANA KONTINJENSI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
• Memahami dinamika risiko bencana
• Memahami prinsip analisis risiko, ancaman, kerentanan, dan
kemampuan
• Memahami penentuan kejadian bencana yang potensial saat
itu.
• Menentukan prioritas ancaman bahaya di suatu daerah.
B. Bahan/Materi
1. Penilaian Bahaya
Bagaimana penilaian bahaya yang ada di wilayah kajian
dilakukan, kemudian dievaluasi, sehingga didapatkan satu
jenis ancaman bencana yang penting dan akan disusun
rencana kontinjensinya. Penilaian bahaya dilakukan melalui
penilaian ancaman/bahaya dari beberapa jenis ancaman yang
ada dengan memberikan nilai berdasarkan probabilitas (P)
ancaman kejadian (seperti pada tabel Penilaian Bahaya).
Tabel Penilaian Bahaya
No Jenis Ancaman/Bahaya P D
1 Gempa bumi (tektonik)
2 Tsunami
3 ...
4 ...
Jumlah
Skala Dampak
Sangat Parah (80% - 99% wilayah hancur dan atau
Skala 4
lumpuh total)
Skala 3 Parah (50 – 80% wilayah hancur)
Skala 2 Sedang(30 - 50 % wilayah hancur)
Skala 1 Ringan (10 - 30% wilayah hancur)
2. Penilaian Risiko
a. Setiap jenis ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan
skala tertentu (3-1)
1) Bahaya/ancaman tinggi nilai 3
2) Bahaya/ancaman sedang nilai 2
3) Bahaya/ancaman rendah nilai 1
b. Setiap kerentanan dinilai tingkat kerentanan dengan skala
yang sama (3-1).
1) Kerentanan tinggi nilai 3
2) Kerentanan sedang nilai 2
3) Kerentanan rendah nilai 1
c. Sedangkan kemampuan/manajemen dinilai dengan skala
yang berbalikan (1-3).
1) Kemampuan tinggi nilai 1
2) Kemampuan sedang nilai 2
3) Kemampuan rendah nilai 3
Melakukan penilaian risiko dan skala bahaya dengan menelaah
setiap ancaman.
Contoh Matrik Penilaian Risiko Bencana
Jenis
No Variable Gempa Angin Tanah Kecelakaan
Banjir Konflik dsb
Bumi Puyuh Longsor transport
1 Bahaya
Frekuensi
Intensitas
Dampak
Keluasaan
durasi
TOTAL
2 Kerentanan
fisik
sosial
ekonomi
TOTAL
3 Kemampuan
kebijakan
kesiapsiagaan
partisipasi
masyarakat
TOTAL
NILAI TOTAL
3. Penentuan Kejadian
a. Kelemahan paling klasik dalam perencanaan kontinjensi
adalah kegagalan untuk mendapatkan spesifikasi risiko
bencana yang akan dihadapi. Hal ini diikuti dengan ilustrasi
perbedaan antara risiko bahaya yang majemuk dalam
perencanaan umum kesiapan dan risiko bahaya terfokus
pada rencana kontinjensi.
C. Latihan
Berlatihlah menggunakan tabel dan matrix penilaian bahaya yang
telah dipelajari. Dimulai dengan mengenali dan mengidentifikasi
jenis ancaman bencana di daerah anda, kemudian dituangkan
kedalam tabel dan matrix. Diskusikan dengan teman dalam
pelatihan atau dengan atasan maupun kolega sesama pelaku
penaggulangan bencana di daerah asal anda.
Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana menentukan prioritas jenis bencana yang perlu
disusun rencana kontinjensinya?
2. Kapan matrix penilaian bahaya dapat dipakai untuk menentukan
satu ancaman yang akan disusun rencana kontinejnsinya?
3. Apa hubungan hasil kajian risiko bencana dengan pilihan
prioritas jenis ancaman bencana yang akan disusun rencana
kontinjensinya?
4. Jika tersedia dua jenis data, data ancaman dan data risiko,
data yang manakah akan diprioritaskan untuk dirujuk dalam
mencari satu jenis bencana yang akan disusun rencana
kontinejnsinya?
D. Rangkuman
1. Penilaian bahaya
2. Anilisis risiko
3. Daftar dan menghubungkan jenis–jenis bencana dengan
prinsip analisis risiko
4. Penentuan kejadian bencana yang potensial saat itu.
Catatan ...................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
DAFTAR ISI
MODUL E
PENGANTAR PENYUSUNAN DOKUMEN
RENCANA KONTINJENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang..................................... 93
B.. Deskripsi Singkat................................. 93
C.. Manfaat Modul..................................... 93
D.. Tujuan Pembelajaran............................ 93
E.. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok........ 94
F.. Petunjuk Belajar................................... 94
BAB II
KONSEP PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA
KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 97
B..Bahan/Materi....................................... 97
C..Latihan............................................... 98
D..Rangkuman......................................... 98
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.............. 98
BAB III
FORMAT DOKUMEN RENCANA KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar........................... 99
B..Bahan/Materi....................................... 99
C..Latihan.............................................. 101
D..Rangkuman........................................ 102
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 102
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mendapatkan dokumen rencana kontinjensi yang baik
dan benar sesuai standar yang ditentukan, perlu melakukan
langkah-langkah yang mendasari penyusunan dokumen rencana
kontinjensi. Setelah menentukan prioritas ancaman yang akan
dikembangkan dalam rencana kontinjensi, dilanjutkan dengan
penyusunan dokumen rencana kontinjensi. Untuk itu melalui
tahapan pengantar penyusunan dokumen rencana kontinjensi
meliputi konsep penyusunan dokumen dan Format dokumen,
yang menjadi titik awal menyusun dokumen rencana kontinjensi.
B. Deskripsi Singkat
Pengantar penyusunan dokumen rencana kontinjensi merupakan
lanjutan dasar penyusunan rencana kontinjensi dan tahapan
awal yang mendasari penyusunan dokumen, meliputi konsep
penyusunan dokumen dan format dokumen. Konsep penyusunan
dokumen meliputi konsepsi penyusunan dokumen dan langkah-
langkah selanjutnya, sementara format dokumen menjelaskan
format penulisan dokumen dengan standar tertentu dengan rincian
format pengantar dan format dokumen rencana kontinjensi. Hasil
yang diharapkan adalah sebagai dasar seluruh proses dan tahapan
selanjutnya dalam menyusun dokumen rencana kontinjensi.
C. Manfaat Modul
1. Peserta mampu menjelaskan konsepsi penyusunan rencana
kontinjensi dalam mendukung penyusunan dokumen rencana
kontinjensi
2. Peserta mampu menjelaskan format dokumen rencana
kontinjensi dengan baik dan benar.
3. Peserta mampu menyusun rincian format dokumen rencana
kontinjensi.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Kurikuler Umum
Tujuan umum pengantar penyusunan dokumen rencana
kontinjensi untuk memberikan dasar-dasar pemahaman,
pengertian dan titik awal penyusunan dokumen rencana
kontinjensi, dalam memberikan arah penyelenggaraan
pelatihan, serta memberikan pegangan dan pedoman dalam
pelaksanaan pelatihan, sehingga kisi-kisi materi yang diberikan
akan standar.
F. Petunjuk Belajar
Agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, diharapkan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membaca secara cermat dan memahami tujuan pembelajaran
yang tertulis pada setiap awal materi :
a. Konsep penyusunan dokumen rencana kontinjensi.
b. Format dokumen rencana kontinjensi dengan baik dan
benar.
c. Rincian format dokumen rencana kontinjensi.
2. Mempelajari setiap sesi secara berurutan, dari awal sampai
dengan akhir materi.
BAB II
KONSEP PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA
KONTINJENSI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu:
• Menjelaskan konsep penyusunan dokumen rencana
kontinjensi.
B. Bahan/Materi
Kata kunci :
• Konsep perencanaan kontinjensi.
• Tahap penyusunan rencana kontinjensi.
1. Konsep perencanaan kontinjensi
Sebelum memasuki tahap penyusunan format dokumen
rencana kontinjensi, perlu mendapatkan masukan tahapan
sebelumnya meliputi prinsip dan proses penyusunan rencana
kontinjensi, teknik penyelenggaraan, data dan informasi
yang diperlukan dalam rencana kontinjensi, pelaku dan peran
pemangku kepentingan penyusunan, serta penilaian bahaya
dan penentuan kejadian bencana.
Pada hakekatnya, konsep penyusunan rencana kontinjensi
merupakan respons terhadap kejadian buruk bencana yang
terjadi, berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat
penanganan darurat bencana, dengan pengerahan berbagai
sumberdaya. Mengingat bencana belum terjadi, dilakukan
penyusunan suatu skenario kejadian bencana dan skenario
dampak bencana dengan pendekatan keilmuan (scientific).
Merespons dampak buruk bencana dengan menyusun
perencanaan bidang operasial/bidang operasi, dalam suatu
organisasi sistem komando penanganan darurat bencana.
C. Latihan
Diskusikan dengan menjawab
• Bagaimana mendapatkan dokumen rencana kontinjensi yang
baik dan benar sesuai standar yang ditentukan?
D. Rangkuman
1. Review tahapan sebelumnya prinsip, proses, peran pelaku,
penentuan kejadian bencana.
2. Konsep penyusunan dokumen rencana kontinjensi.
3. Langkah selanjutnya skenario kejadian, skenario dampak
bencana, perencanaan bidang operasial.
BAB III
FORMAT DOKUMEN RENCANA KONTINJENSI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu :
Menjelaskan format penyusunan dokumen rencana kontinjensi
dengan baik dan benar.
B. Bahan/Materi
1. Penjelasan bahwa untuk mendapatkan dokumen rencana
kontinjensi yang baik dan benar, diper lukan format penulisan
dokumen dengan standar tertentu. Format dokumen meliputi
Format pengantar dokumen rencana kontinjensi dan Format
dokumen rencana kontinjensi.
2. Format pengantar dokumen rencana kontinjensi memuat
urutan mulai dari latar belakang, gambaran umum wilayah,
potensi kejadian bencana, peraturan dan kelembagan terkait
kebencanaan, identifikasi ancaman bencana di daerah, dan
prioritas ancaman bencana yang akan disusun dalam rencana
kontinjensi.
3. Format dokumen rencana kontinjensi memuat urutan mulai
dari dasar penyusunan dokumen rencana kontinjensi,
skenario kejadian bencana, skenario dampak bencana, tujuan
tanggap darurat, kebijakan tanggap darurat, strategi tanggap
darurat, perencanaan bidang operasi, rencana tindak lanjut,
dan penutup.
Rincian sebagai berikut :
5. Sistematika
6. Landasan Hukum
7. Pengertian
B. Gambaran Umum Wilayah
1. Batas wilayah
2. Keadaan alam
3. Administrasi pemerintahan
4. Penggunaan lahan
5. Iklim dan hidrologi
6. Geologi
7. Lain-lain
C. Kejadian Bencana
1. Sejarah kebencanaan
2. Kejadian bencana
D. Peraturan dan Kelembagan Terkait Kebencanaan
1. Peraturan daerah
2. Peraturan kepala daerah
3. Peraturan dan kebijakan lain
4. Kelembagaan
E. Pengorganisasian Pelaku Penyusunan Rencana Kontinjensi
1. Identifikasi pemangku kepentingan
2. Identifikasi peran pemangku kepentingan
II. IDENTIFIKASI ANCAMAN BENCANA DAN PRIORITAS
ANCAMAN BENCANA YANG AKAN DISUSUN DALAM
RENCANA KONTINJENSI
A. Identifikasi ancaman bencana di daerah
1. Kejadian bencana di daerah
2. Potensi ancaman bencana
B. Prioritas ancaman bencana yang akan disusun dalam rencana
kontinjensi
1. Penilaian risiko
2. Penentuan kejadian
III. SKENARIO KEJADIAN BENCANA DAN SKENARIO DAMPAK
BENCANA
A. Skenario Kejadian Bencana
1. Waktu kejadian
2. Lokasi ancaman
C. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mendiskusikan bersama
teman sejawat:
1. Jelaskan secara rinci Format pengantar dokumen rencana
kontinjensi.
2. Jelaskan secara rinci Format dokumen rencana kontinjensi
D. Rangkuman
1. Format penulisan dokumen dengan standar tertentu.
2. Format terdiri dari pengantar dokumen rencana kontinjensi
sebagai pendahuluan dan Format dokumen rencana kontinjensi
yang berisi isi rencana kontinjensi.
Catatan ...................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
DAFTAR ISI
MODUL F
PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA
KONTINJENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang................................... 109
B.. Deskripsi Singkat................................ 109
C.. Manfaat Modul.................................... 110
D.. Tujuan Pembelajaran........................... 111
E.. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok....... 112
F.. Petunjuk Belajar.................................. 113
BAB II
SKENARIO KEJADIAN BENCANA
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 115
B..Bahan/Materi...................................... 115
C..Latihan.............................................. 117
D..Rangkuman........................................ 118
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 118
BAB II
ASUMSI DAMPAK BENCANA
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 119
B..Bahan/Materi...................................... 119
C..Latihan.............................................. 126
D..Rangkuman........................................ 126
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 126
BAB IV
ATURAN KERANGKA KERJA PENANGANAN
DARURAT
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 127
B..Bahan/Materi...................................... 127
C..Latihan.............................................. 128
D..Rangkuman........................................ 129
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 129
BAB V
PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENANGANAN DARURAT
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 131
B..Bahan/Materi...................................... 131
C..Latihan.............................................. 139
D..Rangkuman........................................ 140
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 140
BAB VI
RENCANA BIDANG OPERASI
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 141
B..Bahan/Materi...................................... 141
C..Latihan.............................................. 153
D..Rangkuman........................................ 154
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 154
VI.b. PROYEKSI KEBUTUHAN SUMBERDAYA
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 155
B..Bahan/Materi...................................... 155
C.. Latihan Diskusi Kelompok..................... 167
D..Rangkuman........................................ 167
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 167
VI.c. KETERSEDIAAN SUMBERDAYA
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 169
B..Bahan/Materi...................................... 169
C..Latihan.............................................. 172
D..Rangkuman........................................ 172
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 172
VI.d. KESENJANGAN SUMBERDAYA
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 175
B..Bahan/Materi...................................... 175
C..Latihan.............................................. 177
D..Rangkuman........................................ 177
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 178
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan dokumen rencana kontinjensi merupakan tahapan
untuk menyusun dokumen rencana kontinjensi yang meliputi
penyusunan skenario kejadian bencana dan skenario dampak
bencana, teknik penyusunan kebijakan dan strategi penanganan
darurat, perencanaan bidang operasi dengan rincian situasi,
sasaran, dan kegiatan, proyeksi kebutuhan sumberdaya tanggap
darurat, identifikasi ketersediaan sumberdaya, serta analisis
kesenjangan sumberdaya tanggap darurat. Tahapan sebelumnya
adalah pengantar penyusunan dokumen rencana kontinjensi/
format. Hasil yang diharapkan adalah draft rencana kontinjensi
yang disepakati oleh seluruh peserta penyusun rencana
kontinjensi.
B. Deskripsi Singkat
Penyusunan dokumen rencana kontinjensi merupakan tahapan
untuk menyusun dokumen rencana kontinjensi meliputi :
1. Menyusun skenario kejadian bencana dengan rincian waktu
kejadian, intensitas bencana, durasi kejadian bencana yang
dihitung atas dasar lokasi ancaman, luasan wilayah terdampak
dan potensi bencana ikutan (collateral).
2. Mengembangkan berbagai skenario dampak bencana
berdasarkan skenario kejadian bencana yang telah ditentukan
dan disepakati, sebagai dasar perencanaan kontinjensi,
meliputi dampak terhadap aspek-aspek kehidupan penduduk,
prasarana/sarana vital dan fasilitas umum, ekonomi,
pemerintahan, serta dampak lingkungan.
3. Mengidentifikasi dasar hukum maupun nilai-nilai dalam
penanganan darurat bencana, baik lokal, nasional, regional
maupun universal.
4. Menyusun rumusan kebijakan dan strategi penanganan
darurat dalam menghadapi kejadian bencana.
5. Merencanakan tugas-tugas tanggap darurat sesuai pembagian
bidang operasi, dengan rincian situasi, sasaran dan kegiatan
bidang operasi.
6. Memproyeksikan kebutuhan dan identifikasi kebutuhan
sumberdaya penanganan darurat (manusia, peralatan/
C. Manfaat Modul
1. Peserta mampu mengembangkan skenario kejadian bencana
berdasarkan risiko bencana yang telah ditentukan, dan
menentukan suatu skenario yang disepakati bersama sebagai
dasar perencanaan kontinjensi.
2. Peserta mampu mengembangkan scenario dampak bencana
berdasarkan skenario kejadian bencana yang telah ditentukan,
dan menentukan suatu skenario dampak bencana yang
disepakati sebagai dasar perencanaan kontinjensi.
3. Peserta mampu mengidentifikasi dasar hukum maupun nilai-
nilai dalam tanggap darurat bencana, baik lokal, nasional,
regional dan universal.
4. Peserta mampu memahami konsepsi kebijakan dan strategi
penanganan darurat.
5. Peserta mampu menyusun rumusan kebijakan dan strategi
penanganan darurat dalam menghadapi kejadian bencana
dan disepakati bersama.
6. Peserta mampu merencanakan tugas-tugas tanggap darurat
sesuai dengan pembagian bidang operasi, dengan rincian
situasi, sasaran dan kegiatan bidang operasi.
7. Peserta mampu memproyeksikan kebutuhan dan
identifikasi kebutuhan sumberdaya tanggap darurat, serta
memahami standar minimum penanganan darurat.
8. Peserta mampu melakukan identifikasi potensi sumberdaya
yang dimiliki oleh daerah untuk mendukung kegiatan bidang
operasi.
9. Peserta mampu menyusun dan menilai kemampuan, kapasitas
sumberdaya (manusia, peralatan/sarana dan prasarana).
10. Peserta mampu mengidentifikasi dan menganalisis
kesenjangan sumberdaya.
D. Tujuan Pembelajaran
3. Kompetensi Lulusan
Setelah mengikuti pelatihan penyusunan dokumen rencana
kontinjensi, peserta diharapkan mampu menyusun skenario
kejadian bencana dan skenario dampak bencana, menyusun
kebijakan dan strategi tanggap darurat, merencanakan
bidang operasi dengan rincian situasi, sasaran, dan kegiatan,
memproyeksikan kebutuhan sumberdaya, mengidentifikasi
ketersediaan sumberdaya, serta menganalisis kesenjangan
sumberdaya penanganan darurat.
F. Petunjuk Belajar
Agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, diharapkan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membaca secara cermat dan memahami tujuan pembelajaran
yang tertulis pada setiap awal materi :
a. Skenario kejadian bencana
b. Skenario dampak bencana
c. Aturan kerangka kerja penanganan darurat
2. Teknik Penyusunan kebijakan dan strategi penanganan
darurat
3. Rencana bidang operasial/kluster
a. Situasi, sasaran, kegiatan
b. Proyeksi kebutuhan sumberdaya
c. Ketersediaan sumberdaya
d. Kesenjangan sumberdaya
4. Mempelajari setiap sesi secara berurutan, dari awal sampai
dengan akhir materi.
5. Mengerjakan secara sungguh-sungguh sampai dengan selesai
setiap evaluasi pada setiap akhir materi.
6. Keberhasilan proses pembelajaran terletak pada kesungguhan
peserta.
a. Diharapkan peserta belajar secara mandiri.
b. Untuk belajar mandiri dapat melakukannya seorang diri,
berdua, atau berkelompok dengan teman lain untuk saling
berdiskusi.
7. Disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain seperti
yang tertera pada daftar pustaka, dan jangan segan-segan
bertanya kepada fasilitator atau teman yang telah memahami
tentang materi ini.
BAB II
SKENARIO KEJADIAN BENCANA
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu :
1. Mengembangkan berbagai skenario kejadian bencana
berdasarkan risiko bencana yang telah ditentukan.
2. Menentukan suatu skenario yang disepakati bersama sebagai
dasar perencanaan kontinjensi.
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Skenario
• Skenario kejadian bencana
1. Pengertian Skenario, Peran Skenario dan Jenis-Jenis
Skenario Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi
Skenario adalah susunan cerita tentang risiko yang
diperkirakan/mungkin akan terjadi. Peran skenario dalam
penyusunan rencana kontinjensi untuk membuat gambaran
kejadian yang diperkirakan akan terjadi secara jelas dan
rinsi (lokasi, waktu, durasi, skala, dan dampaknya). Skenario
harus realistis. Ada dua jenis skenario yang biasanya dibuat
yaitu kejadian yang paling mungkin terjadi dan yang paling
berat berdasarkan kesejarahan setempat. Untuk suatu daerah
pada waktu tertentu, dibuat skenario yang paling mungkin
terjadi, berdasarkan masukan dari narasumber berkompeten
dibidangnya seperti dari BMKG/PVMBG/BPPTK/ BBWS/PU /
Kehutanan, dll.
C. Latihan
Berdasarkan materi yang didapatkan, coba berlatih dengan
membuat skenario kejadian banjir, longsor, letusan gunungapi,
dan gempabumi/tsunami. Susun skenario kejadian suatu
ancaman, menggambarkan bagaimana awal kejadiannya mulai
dari gejala-gejala peringatan dini, siaga darurat sampai dengan
tanggap darurat bencana. Skenariokan waktu kejadian, intensitas
D. Rangkuman
1. Pengertian skenario, peran skenario dan jenis skenario dalam
penyusunan rencana kontinjensi.
2. Mengembangkan berbagai skenario kejadian bencana.
3. Memahami dan menyepakati unsur-unsur pengubah
(modifiers) yang menimbulkan lebih dari satu skenario. Waktu
kejadian, intensitas bencana, durasi kejadian bencana, lokasi
ancaman, luasan wilayah terdampak, potensi bencana ikutan
(collateral).
BAB II
ASUMSI DAMPAK BENCANA
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu :
• Mengembangkan berbagai asumsi dampak bencana
berdasarkan skenario kejadian bencana yang ditentukan.
• Menentukan suatu asumsi dampak yang disepakati bersama
sebagai dasar perencanaan kontinjensi.
• Menarik asumsi-asumsi tentang skala dampak kejadian
bencana, dan menentukan ambang penanganan darurat
(emergency response threshold).
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Asumsi
• Asumsi Dampak
1. Pengertian Asumsi dan Perannya dalam Penyusunan
Skenario Dampak
Asumsi merupakan dasar penyusunan scenario yang
menjadi bahan penilaian/penghitungan dampak bencana.
Pengembangan asumsi dampak harus mempertimbangkan
kerentanan dan kapasitas lokal masyarakat yang terkena
dampak bencana seperti pemahaman masyarakat akan
risiko, kesiapsiagaan, dan ketersediaan sumber daya
dalam penanggulangan bencana. Sesi ini juga menjelaskan
mengenai asumsi dampak terhadap aspek-aspek kehidupan
akibat kejadian suatu bencana sesuai kesepakatan penetapan
scenario kejadian pada bab sebelumnya. Skenario dampak
berfokus pada aspek-aspek terdampak yang harus segera
dipulihkan dalam upaya penanganan darurat.
Keterangan:
1. Jumlah penduduk adalah jumlah jiwa di kecamatan yang bersangkutan
2. Jiwa terancam adalah asumsi yang akan terancam bencana, berbeda dengan jumlah penduduk
sesuai dengan batas administrasi.
3. Meninggal adalah asumsi yang meninggal jika ada bencana sesuai skenario.
4. Hilang adalah asumsi yang hilang jika ada bencana sesuai skenario.
5. Pindah adalah asunsi jiwa yang pindah ke tempat lain, dan tidak mengungsi di tempat pengungsian,
sehingga tidak dilayani sebagai pengungsi.
6. Keadaan pengungsi adalah asumsi jumlah pengungsi sesuai luka ringan, luka berat, dan sehat.
7. Luka ringan adalah asumsi luka yang hanya memerlukan rawat jalan.
8. Luka berat adalah asumsi luka yang memerlukan rawat inap.
9. Non perawatan adalah asumsi pengungsi yang tidak mendapatkan rawat jalan ataupun rawat
inap.
Keca- Jumlah Laki-laki Prempuan Bumil Busui Bayi Balita 10 - 14 Th 15 - 19 Th Lansia Disabilitas
No
matan Penduduk % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah
1 2 3 4 5 7 8 9 10 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 27 28
Keterangan:
• Persentase Kelompok Rentan yaitu ibu hamil, ibu menyusui bayi balita, lansia dan orang cacat
dapat dihitung dari persentase dari data asumsi penduduk pengungsi.
• Pada kolom Disabilitas dapat dirinci berdasarkan kategori hambatan (hambatan melihat,
mendengar, bicara, bergerak, berkomunikasi).
No Kecamatan Jumlah WUS Non WUS
Penduduk (%) Jumlah (%) Jumlah
Prempuan
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
• WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita usia reproduktif umur 15-49 tahun. Non WUS adalah
kelompok wanita di luar kelompok WUS.
123
MODUL F
Keterangan:
• Gangguan fungsi adalah : masa perkiraan ketidakberfungsian
aset/sarana prasarana yang diakibatkan oleh dampak bencana.
3. Aspek Ekonomi
Dampak pada aspek ekonomi meliputi terganggunya
kegiatan perekonomian/perdagangan serta akses penduduk
pada pangan, dapat berupa: kerusakan pasar tradisional,
gagal panen, dan lain-lain. Tabel berikut digunakan untuk
menguraikan dampak pada aspek ekonomi.
Tabel dampak pada aspek ekonomi
Tingkat
Lama Gangguan
No Jenis Kerusakan
Fungsi (Hari)
Berat Ringan
A Pasar Tradisional
B Lahan pertanian
C Hasil pertanian
D Ternak
TOTAL
C. Latihan
Susunlah asumsi dampak bencana berupa:
1. Daerah yang terdampak (kecamatan, desa/kelurahan)
2. Jumlah populasi terdampak, prosentase jiwa yang :
a. Terancam
b. Meninggal
c. Hilang
d. Luka-luka
e. Mengungsi
f. Pindah
D. Rangkuman
1. Pengertian Skenario, peran Skenario dan jenis skenario dalam
penyusunan Rencana kontinjensi.
2. Mengembangkan berbagai skenario dampak bencana
berdasarkan skenario kejadian bencana yang ditentukan.
Dampak aspek kehidupan penduduk, prasarana/sarana vital
dan fasilitas umum, ekonomi, dan dampak lingkungan
3. Memahami dan menyepakati unsur-unsur pengubah
(modifiers) yang menimbulkan lebih dari satu skenario.
BAB IV
ATURAN KERANGKA KERJA PENANGANAN
DARURAT
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu memahami
dasar hukum, nilai-nilai dalam penanganan darurat bencana, baik
lokal, nasional, regional dan universal, serta memamami prinsip-
prinsip kedaruratan serta tujuan, kebijakan dan strategi secara
konseptual.
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Aturan kerangka kerja penanganan darurat
• Prinsip-prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan dalam penanganan
darurat
1. Aturan Kerangka Kerja Penanganan darurat
Aturan kerangka kerja penanganan darurat meliputi hukum
positif yang berlaku maupun prinsip-prinsip umum yang
diakui secara universal dan mengikat secara moral. Dengan
mencermati aturan kerangka kerja, dapat memastikan upaya
penanganan darurat tetap focus pada prioritas penyelamatan
jiwa dan perbaikan prasarana/sarana vital untuk berfungsinya
pelayanan public secepatnya. Tujuan dan strategi mencakup
aspek-aspek durasi penanganan darurat, kelompok rentan,
kebutuhan dasar, kesehatan, social, penyelamatan jiwa,
manajemen penanganan darurat.
Dalam situasi kedaruratan, waktu merupakan faktor utama
yang mempengaruhi aturan kerangka kerja seluruh kegiatan
respon tanggap darurat. Pentingnya melaksanakan tugas
secara cepat dan tepat yang menuntut pengambilan keputusan
secara cepat dan tepat pula untuk mencegah/ mengurangi
jatuhnya korban jiwa serta meluasnya dampak bencana.
2. Prinsip-prinsip Kedaruratan
Dalam situasi darurat diperlukan tindakan segera untuk
pemulihan keadaan agar kembali pulih dalam waktu segera.
Agar tujuan penanganan darurat dapat tercapai, perlu
dipedomani prinsip-prinsip yang merupakan bagian dari
aturan kerangka kerja. Prinsip-prinsip tersebut dapat bersifat
mengikat secara hukum maupun yang mengikat secara moral.
Daftar Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud dengan kerangka kerja penanganan
darurat?
2. Apa saja aturan kerangka kerja yang berlaku dalam hukum
positif Indonesia dan apa pula yang terdapat dalam instrument
regional/internasional?
D. Rangkuman
• Memahami dasar hukum, nilai-nilai dalam penanganan darurat
bencana, baik lokal, nasional, regional dan universal,
• Memamami prinsip-prinsip kedaruratan serta tujuan, kebijakan
dan strategi secara konseptual.
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Aturan kerangka kerja dalam tanggap darurat menjadi umpan
balik untuk tahapan sebelumnya yakni skenario kejadian dan
skenario dampak bencana. Menjadi dasar pemikiran untuk
tindak lanjut berupa teknik penyusunan kebijakan dan strategi
penanganan darurat.
BAB V
PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENANGANAN DARURAT
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu menyusun
kerangka kerja penanganan darurat meliputi tujuan, kebijakan
dan strategi penanganan darurat bencana.
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Tujuan penanganan darurat
• Kebijakan penanganan darurat
• Strategi penanganan darurat
• Batasan perumusan kebijakan dan strategi penanganan
darurat
• Konsep Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana
(SKPDB)
1. Konsep Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penanganan
darurat
Tujuan, kebijakan dan strategi tanggap darurat merupakan
prinsip emergency respons atau menanggapi keadaan
saat penanganan darurat sesuai dengan skenario kejadian
bencana dan skenario dampak bencana yang telah ditetapkan.
Merupakan prinsip dasar dan game-rule yang menentukan
gerak penanganan darurat. Unsur “nilai” penting dalam
penanganan darurat dengan memperhatikan hierarkhi nilai
global (HAM, humaniter, hukum pengungsian), nasional, dan
lokal yang formal dan mengikat secara hukum.
Merujuk pada pasal 21 ayat (1) PP No 21/2008 Tentang
Penyelenggaraan PB, disebutkan penyelenggaraan PB pada
saat penanganan darurat adalah :
a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, kerugian, dan sumber daya;
b. penentuan status keadaan darurat bencana;
c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. pemenuhan kebutuhan dasar;
e. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Penentuan Kejadian
Skenario Kejadian
Skenario Dampak
Mempertimbangkan
Mempertimbangkan Mempertimbangkan
LETUSAN Status dari PVMBG -
1 Status dari PVMBG - Status dari PVMBG -
GUNUNG API WASPADA level 2 atau
SIAGA level 3 AWAS level 4
NORMAL level 1
Mempetimbangkan
BENCANA Mempertimbangkan Mempertimbangkan
ISPU diatas 101 -
ASAP/ ISPU diatas 300 atau ISPU Menurun
199 atau 200 - 299
2 KEBAKAR kebakaran hutan dan dibawah 100 dan/atau
dan/atau kebakaran
AN HUTAN lahan semakin kebakaran hutan dan
hutan dan lahan
DAN LAHAN meluas lahan padam
mulai terjadi
Mempertimbangkan
Masukan BMKG, Mempertimbangkan
Mempertimbangkan
3 BANJIR Curah Hujan semakin Masukan BMKG, Terjadi
Banjir mulai surut
meningkat diatas Banjir
Normal
Mempertimbangkan
Mempertimbangkan
TANAH Masukan PVMBG, Terjadi Tanah
4 Penanganan Darurat
LONGSOR Adanya Gerakan Longsor
Hampir Selesai
Tanah
Mempertimbangkan
BANJIR Terjadi Banjir
5 Penanganan Darurat
BANDANG Bandang
Hampir Selesai
Mempertimbangkan
6 GEMPA BUMI Terjadi Gempa Bumi Penanganan Darurat
Hampir Selesai
C. Latihan
Diskusikan dengan menjawab pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud dengan strategi penanganan darurat?
2. Apapula yang dimaksud dengan kebijakan penanganan darurat
dan apapula kaitannya dengan strategi penanganan darurat?
3. Apa manfaat penetapan strategi dan kebijakan dalam
D. Rangkuman
1. Kerangka kerja penanganan darurat berupa kebijakan dan
strategi penanganan darurat berdasarkan aturan international
dan nasional.
2. Kebijakan dan strategi secara konseptual didasarkan pada
skenario kejadian dan skenario dampak bencana yang menjadi
acuan penanganan darurat bencana
3. Kebijakan dan strategi dengan berpedoman pada aturan
kerangka kerja penanganan darurat.
4. Penentuan Masa Penanganan darurat sebagai bagian dari
kerangka kerja penanganan darurat.
BAB VI
RENCANA BIDANG OPERASI
VI.a. SITUASI, SASARAN, KEGIATAN
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu menyusun
rencana bidang operasi penanganan darurat bencana dan
memahami perumusan program berdasarkan tugas, kebutuhan,
standard minimum dan prosedur masing-masing program.
B. Bahan/Materi
KOMANDAN
WAKIL KOMNDAN
SEKERTARIAT
Bidang Bidang
Bidang
Bidang Bidang Logistik- Layanan Pemulihan
Bidang SAR Keselamatan &
Dumlap peralatan & Kesehtan & Darurat
Keamanan
pengelola bantun Psiko-sosial Sarpras
KOORDINATOR
WAKIL KOORDINATOR
SEKERTARIAT
SEKSI-SEKSI
SEKSI-SEKSI
SEKSI-SEKSI
KOMANDAN
WAKIL KOMANDAN
BIDANG OPERASI
KOORDINATOR
SEKRETARIAT
KOORDINATOR
SEKRETARIAT
WAKIL
KOORDINATOR
BIDANG OPERASI
Asap Akibat
Gempa bumi &
Jenis Bencana Banjir Kebakaran Gunung Api
Tsunami
Hutan & Lahan
TIPS:
Langkah diatas bisa menjadi alternative dalam pendekatan
pembentukan bidang operasi disamping pembentukan bidang
operasi/bidang operasi langsung berdasarkan tahap-tahap
sebelumnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
Pendekatan Pertama:
Dengan merujuk pada Skenario Kejadian, Skenario Dampak,
Tujuan, Strategi dan Kebijakan
1) Pembentukan Bidang operasi dan satu instansi sebagai
koordinator
2) Merumuskan Situasi Bidang operasi
3) Merumuskan Sasaran Bidang operasi
4) Identifikasi Kegiatan
5) Identifikasi pelaku dan penanggungjawab setiap kegiatan
6) Waktu mulai dan berakhir kegiatan serta kalkulasi durasinya.
Pendekatan Kedua:
Dengan merujuk pada Skenario Kejadian, Skenario Dampak,
Tujuan, Strategi dan Kebijakan (tahap sebelumnya)
1) Identifikasi Kegiatan
2) Pengelompokan kegiatan sejenis
3) Pembentukan Bidang operasi berdasarkan kelompok
kegiatan sejenis
4) Menentukan satu instansi sebagai Koordinator
5) Merumuskan Situasi Bidang operasi
6) Merumuskan Sasaran Bidang operasi
7) Identifikasi pelaku dan penanggungjawab setiap kegiatan
8) Waktu mulai dan berakhir kegiatan serta kalkulasi
durasinya.
8. Pelaku/Pelaksana Kegiatan
Mengidentifikasi seluruh pelaku kegiatan berdasarkan kegiatan
yang ada dalam kapasitas para pihak. Pelaku ditentukan oleh
peserta penyusun rencana kontinjensi, yang selanjutnya
dikelompokkan dalam bidang operasi masing-masing.
Pelaksana atau pelaku kegiatan penanganan kedaruratan
yang tergabung dalam bidang operasi berasal dari berbagai
unsur baik pemerintah dan non-pemerintah, dan masyarakat
luas. Para pelaku/pelaksana penyusunan rencana kontinjensi
otomatis tergabung dalam bidang operasi, namun jika
teridentifikasi ada instansi/lembaga yang tidak terlibat sebagai
peserta namun diyakini memiliki kapasitas atau tupoksi dalam
suatu kegiatan, dapat dicantumkan sebagi pelaku. Misal
dalam satu workshop penyusunan rencana kontinjensi tidak
ada peserta dari PMI yang hadir, namun diketahui lembaga ini
memiliki potensi dapur umum, maka dapat dicantumkan PMI
sebagai salah satu pelaku dalam kegiatan penyelenggaraan
dapur umum.
9. Penanggung jawab
Manajemen yang berhasil membutuhkan kepemimpinan,
dalam hubungan dengan peran pemerintah, kepemimpinan
yang paling penting dalam keadaan darurat dalam sistem
komando. Menentukan siapa penanggungjawab/leading
sector. Untuk itu, diantara pelaku yang teridentifikasi
dalam melakukan suatu kegiatan, dipilih salah satu sebagai
penanggungjawab. Semakin dekat tupoksi atau kapasitas
suatu instansi/lembaga dengan kegiatan yang diidentifikasi,
semakin besar peluang keberhasilan pelaksanaan kegiatan
karena aka nada pemahaman dan bagaimana manajemen
sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
C. Latihan
Diskusikan dengan teman sejawat:
1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem komando penanganan
darurat bencana?
2. Dimana letak bidang dalam organisasi sistem komando
penanganan darurat bencana?
3. Apakah yang dimaksud dengan bidang?
4. Apakah yang dimaksud dengan perencanaan bidang?
D. Rangkuman
Perencanaan bidang operasial/bidang operasi merupakan respons
terhadap dampak bencana, bertujuan untuk merencanakan
bidang operasi dalam sistem penanganan darurat bencana.
B. Bahan/Materi
• Proyeksi Kebutuhan
• Peraturan Kepala BNPB No. 7 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar.
• Standar Minimum Penanganan Darurat
• Sphere Standart-Standar Pemenuhan Kebutuhan Minimum
Kedaruratan
Uraian Materi
Kata Kunci :
• Proyeksi Kebutuhan/kebutuhan sumberdaya
• Standar minimum
1. Proyeksi Kebutuhan
a. Mengidentifikasi sumberdaya yang dibutuhkan misal:
prasarana (bangunan, gudang, lapangan, pelabuhan dll),
atau sarana (ambulan, truk, alat berat dll.) atau personil
(dokter, perawat, relawan, pasukan dll), serta obat-obatan,
pangan, air bersih, ambulance, tempat penampungan,
pembalut wanita, selimut, dll. Semua tentukan jumlahnya,
kapasitasnya dan ketersediaannya.
b. Melakukan pengelompokan kebutuhan yang sejenis untuk
memudahkan dalam penyediaannya dan menghindari
tumpang-tindih kebutuhan antar bidang operasi.
c. Bantuan dari lembaga usaha/swasta.
d. Sumberdaya/potensi daerah (kabupaten/kota) yang
berdekatan.
Instansi/Lembaga
Dunia Usaha dan BNPB
Masyarakat
UPT
BPBD Kab/
Instansi/ Kota BPPD Kab/
Lembaga Kota Terdekat
Dunia
Usaha dan
Masyarakat Korban
bencana
Pengerahan
Permintaan
dst.
D. Rangkuman
1. Masing-masing pihak, sumberdaya, atau asset untuk
penanganan darurat yang tidak berada dalam jangkauan
mereka yang hadir dalam sesi perencanaan harus diidentifikasi.
Asumsi ketersediaan asset semacam itu didasasrkan pada
pengetahuan yang pasti atau kalau tidak harus dibarengi
dengan kesediaan untuk mengkonfirmasikan sesegera
mungkin.
2. Asumsi untuk pengerahan asset nasional, antar negara atau
internasional harus dikonfirmasikan melalui jalur-jalur yang
ada, dan waktu yang diperlukan untuk keperluan ini harus
juga difaktorkan.
3. Proyeksi kebutuhan sumberdaya merupakan kebutuhan jenis
dan jumlah/gambaran kebutuhan yang timbul dari skenario
dampak bencana sesuai dengan bidang yang dibahasnya,
dan kebutuhan sumberdaya yang tekah diidentifikasi menjadi
parameter perencanaan kontinjensi
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Potensi Penanganan darurat
• Ketersediaan Sumberdaya
• Identifikasi Potensi Penanganan darurat
• Pengerahan Sumberdaya Kolektif
Daftar Pertanyaan:
• Apakah yang dimaksud dengan Ketersediaan sumberdaya
untuk penanganan darurat?
• Apakah korelasi proyeksi kebutuhan dengan ketersediaan
sumberdaya?
• Apa yang dimaksud dengan pengerahan sumberdaya kolektif
1. Potensi Penanganan darurat
Ketersediaan sumberdaya bertujuan untuk menilai dan
mengidentifikasi ketersediaan sumberdaya di daerah, baik
peralatan maupun personil dari setiap bidang operasi/institusi/
lembaga terkait yang dapat dimobilisasi apabila situasi darurat
sesuai skenario benar-benar terjadi. Misalkan sumberdaya
kesehatan dapat berupa jumlah dokter, paramedis, rumah
sakit, puskesmas, obat obatan, rumah sakit lapangan
(rumkitlap) dan peralatannya, tempat tidur, dan sebagainya.
Semuanya berorientasi kepada pemenuhan hak masyarakat
yang terkena bencana.
2. Ketersediaan Sumberdaya
Dari proses identifikasi kegiatan, perlu dilakukan penilaian
C. Latihan
Diskusi Kelompok
1. Peserta dikelompokkan berdasarkan bidang operasi yang
terbentuk dan koordinasi dengan lembaga, masing-masing
ditugasi menyusun portofolio lembaganya (mandat, fungsi,
kepakaran, wilayah kewenangan, sumberdaya, sumberdaya
penanganan darurat, kemampuan jejaring pengerahan
sumberdaya tambahan, dsb). Termasuk focal point penggerak
sumberdaya tersebut.
2. Pada langkah kedua, identifikasi sumberdaya prasarana
(bangunan, gudang, lapangan, pelabuhan dll), atau sarana
(ambulan, truk, alat berat dll.) atau personil (dokter, perawat,
relawan, pasukan dll). Semua diinventarisasi jumlahnya,
kapasitasnya dan ketersediaanya.
Penyampaian Hasil Kelompok
1. Masing-masing memaparkan hasil identifikasi sumberdaya
dalam pleno untuk tanggapan ataupun penyempurnaan.
2. Peserta menyusun matriks konvergensi sumberdaya dengan
menandai masing-masing sumberdaya sebagai:
a. langsung terse dia,
b. dapat digerakkan dalam jangka waktu tertentu, atau
c. dapat digerakkan tetapi melalui prosedur tertentu.
D. Rangkuman
1. Potensi Penanganan darurat
2. Ketersediaan Sumberdaya
3. Identifikasi Potensi Penanganan darurat
4. Pengerahan Sumberdaya Kolektif
B. Bahan/Materi
Kata kunci:
• Kebutuhan sumberdaya
• Ketersediaan sumberdaya
• Kesenjangan Sumberdaya
• Strategi Pemenuhan kesenjangan
• Menyusun ringkasan rencana kontinjensi.
Daftar pertanyaan:
• Kapan terjadi kesenjangan kebutuhan?
• Bagaimana strategi menutupi kesenjangan kebutuhan?
Jumlah
C. Latihan
Diskusi Kelompok
1. Kelompok melakukan curah gagas (brainstorm), untuk
mengidentifikasi kesenjangan sumberdaya serta menganalisis
kesenjangan sumberdaya. Yakni selisih antara kebutuhan
sumberdaya yang telah disusun disandingkan dengan
ketersediaan sumberdaya.
2. Kesenjangan sumberdaya dicarikan solusinya dengan
mengidentifikasi alternatif dan strategi pemenuhan
kesenjangan sumberdaya tersebut.
Penyampaian hasil kelompok
1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil identifikasi
analisis kesenjangan dalam pleno untuk tanggapan ataupun
penyempurnaan.
2. Peserta menyusun matriks konvergensi kesenjangan
sumberdaya dengan menandai masing-masing sumberdaya
sebagai:
a. langsung tersedia,
b. dapat digerakkan dalam jangka waktu tertentu, atau
c. dapat digerakkan tetapi melalui prosedur tertentu.
D. Rangkuman
1. Kesenjangan diutamakan dengan mencari alternatif dari
sumberdaya lokal, selanjutnya bisa meminta bantuan ke
tingkat pemerintahan yang lebih tinggi.
2. Kemungkinan akan terjadi ketersediaan sumberdaya tidak
sesuai kebutuhan (kurang atau tidak ada sama sekali).
Catatan ...................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
DAFTAR ISI
MODUL G
SIMULASI DRAFT RENCANA KONTINJENSI
BAB I
PENDAHULUAN
B.. Deskripsi Singkat................................ 185
C.. Manfaat Modul.................................... 186
D.. Tujuan Pembelajaran........................... 186
E.. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok....... 187
F.. Petunjuk Belajar.................................. 188
BAB II
RENCANA TINDAK LANJUT
II.1. DISEMINASI RENCANA KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar......................... 189
B..Bahan/Materi...................................... 189
C..Latihan.............................................. 190
D..Rangkuman........................................ 190
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 190
II.2. PROSEDUR AKTIVASI RENCANA
KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 191
B..Bahan/Materi...................................... 191
C..Latihan.............................................. 193
D..Rangkuman........................................ 193
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 193
II.3. PROSEDUR KAJI ULANG RENCANA
KONTINJENSI
A.. Indikator Hasil Belajar.......................... 195
B..Bahan/Materi...................................... 195
C..Latihan.............................................. 195
D..Rangkuman........................................ 196
E.. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............. 196
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Simulasi draft rencana kontinjensi merupakan materi akhir dalam
lanjutan penyusunan dokumen rencana kontinjensi, meliputi
rencana tindak lanjut (diseminasi, prosedur aktivasi, prosedur
kaji ulang, prosedur formalisasi/legalisasi), dan uji draft rencana
kontinjensi. Tahapan sebelumnya adalah penyusunan dokumen
rencana kontinjensi yang menghasilkan draft rencana kontinjensi
yang perlu ditindak lanjuti dengan rencana tindak lanjut serta uji
draft. Pada akhirnya akan dihasilkan proses formalisasi/legalisasi
berupa peraturan kepala daerah tentang rencana kontinjensi.
Hasil yang diharapkan adalah draft rencana kontinjensi yang telah
diujicoba, baik simulasi di ruangan maupun ujicoba di lapangan,
dan menghasilkan rencana kontinjensi yang dapat di legalisasi
menjadi peraturan kepala daerah.
B. Deskripsi Singkat
Simulasi draft rencana kontinjensi meliputi rencana tindak
lanjut berupa diseminasi, prosedur aktivasi, prosedur kaji ulang,
prosedur formalisasi/legalisasi, serta uji draft rencana kontinjensi.
1. Rencana tindak lanjut dengan merencanakan tindakan-
tindakan setelah draft rencana kontinjensi selesai disusun.
2. Diseminasi rencana kontinjensi menyebarluaskan rencana
kontinjensi kepada seluruh pemangku kepentingan dan
masyarakat luas, bertujuan untuk kesiapsiagaan menghadapi
bencana.
3. Prosedur aktivasi rencana kontinjensi ketika terjadi bencana.
4. Prosedur kaji ulang rencana kontinjensi ketika tidak terjadi
bencana.
5. Prosedur formalisasi/legalisasi rencana kontinjensi berupa
proses peraturan kepala daerah, untuk menjadikan produk
hukum yang mengikat bagi semua.
6. Penyusunan ringkasan dokumen rencana kontinjensi
7. Uji draft rencana kontinjensi berupa simulasi dalam ruangan
maupun di lapangan, bertujuan untuk menyempurnakan
rencana kontinjensi.
C. Manfaat Modul
1. Peserta mampu merencanakan tindakan-tindakan setelah
draft rencana kontinjensi selesai disusun.
2. Peserta mampu menjelaskan diseminasi rencana kontinjensi
kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat luas,
bertujuan untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana.
3. Peserta mampu menjelaskan prosedur aktivasi rencana
kontinjensi ketika terjadi bencana.
4. Peserta mampu menjelaskan prosedur kaji ulang rencana
kontinjensi ketika tidak terjadi bencana.
5. Peserta mampu menjelaskan prosedur formalisasi/legalisasi
rencana kontinjensi berupa proses peraturan kepala daerah.
6. Peserta mampu merumuskan ringkasan dokumen rencana
kontinjensi.
7. Peserta mampu menjelaskan uji draft rencana kontinjensi
untuk menguji draft rencana kontinjensi berupa simulasi
dalam ruangan maupun di lapangan.
D. Tujuan Pembelajaran
F. Petunjuk Belajar
Agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, diharapkan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membaca secara cermat dan memahami tujuan pembelajaran
yang tertulis pada setiap awal materi :
a. Rencana tindakan setelah draft rencana kontinjensi selesai
disusun.
b. Diseminasi rencana kontinjensi.
c. Prosedur aktivasi rencana kontinjensi.
d. Prosedur kaji ulang rencana kontinjensi.
e. Proses formalisasi/legalisasi rencana kontinjensi.
f. Uji draft rencana kontinjensi.
2. Mempelajari setiap sesi secara berurutan, dari awal sampai
dengan akhir materi.
3. Mengerjakan secara sungguh-sungguh sampai dengan selesai
setiap evaluasi pada setiap akhir materi.
4. Keberhasilan proses pembelajaran terletak pada kesungguhan
peserta. Diharapkan peserta belajar secara mandiri. Untuk
belajar mandiri dapat melakukannya seorang diri, berdua,
atau berkelompok dengan teman lain untuk saling berdiskusi.
5. Disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain seperti
yang tertera pada daftar pustaka, dan jangan segan-segan
bertanya kepada fasilitator atau teman yang telah memahami
tentang materi ini.
BAB II
RENCANA TINDAK LANJUT
B. Bahan/Materi
Kata Kunci:
• Rencana kontinjensi sebagai piranti koordinasi multi
pemangkukepentingan (multi- stakeholder).
• Pemangku kepentingan adalah pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat dan dunia usaha.
• Perlunya diseminasi kepada seluruhn pemangku kepentingan.
Diseminasi dokumen rencana kontinjensi melibatkan para pihak
dalam penanganan darurat bencana dari unsur pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha. Diseminasi
dokumen rencana kontinjensi bertujuan agar para pihak
memperoleh informasi dan memperoleh pemahaman bersama
tentang peran dan tanggungjawab, sehingga rencana kontinjensi
dapat diterima serta pada waktu terjadi kedaruratan akan
melaksanakan pengetahuan rencana kontinjensi tersebut.
Rencana kontinjensi sebagai sebuah perencanaan dengan
melibatkan berbagai pihak perlu dipahami bersama agar dapat
dijalankan secara terkoordinasi. Tiga pilar utama penanggulangan
C. Latihan
Diskusikan dengan teman sejawat:
1. Apakah diseminasi rencana kontinjensi itu?
2. Siapa saja target diseminasi rencana kontinjensi?
3. Apa tujuan diseminasi rencana kontinjensi?
D. Rangkuman
Rencana kontinjensi akan bermanfaat jika diketahui dan dipahami
oleh banyak pihak. Diseminasi dokumen rencana kontinjensi
kepada semua pihak terkait menjadi keharusan untuk memastikan
pemahaman dan pelaksanaan rencana tersebut, untuk kemudian
terlibat dalam kesiapsiagaan bersama menghadapi bencana, baik
dari unsur pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan
dunia usaha.
B. Bahan/Materi
• Prosedur aktivasi rencana kontinjensi.
• Proses penyusunan Rencana Operasi Penanganan darurat.
• Protap Peringatan Dini (Penyebaran Informasi Bencana) dan
Protap Penanganan darurat.
1. Prosedur Aktivasi
a. Apabila terjadi bencana, maka rencana kontinjensi menjadi
dasar penyusunan rencana operasi penanganan darurat,
dengan memperhitungkan analisa hasil kajian cepat
untuk penyesuaian data dan kebutuhan sumberdaya.
Rencana operasi penanganan darurat, harus dijalankan
oleh Struktur Komando Penanganan Darurat. Rencana
kontinjensi yang sudah dijadikan dasar rencana operasi
penanganan darurat, tidak berlaku lagi.
b. Ketika diaktivasi, Struktur Komando melakukan
pengembangan atau penyempuranan PROSEDUR OPERASI
PENANGANAN DARURAT dengan menyusun rantai
peringatan dini (penyebarluasan informasi) dan prosedur
penanganan darurat bencana.
c. Hubungan renkon dengan renops
• Renkon sebagai dasar penyusunan renops, berisi
kesepakatan bersama, tindakan teknis dan manajerial,
sistem respons dan pengerahan sumberdaya terhadap
skenario dampak sebuah bencana.
C. Latihan
Diskusikan dengan teman sejawat:
1. Bagaimana rencana kontinjensi dapat digunakan sebagai
dasar penyusunan rencana operasi?
2. Bagaimana pelaksanaan koordinasi penanganan darurat
bencana di Indonesia?
3. Apa landasan hukum penyusunan rencana operasi penanganan
darurat berdasarkan rencana kontinjensi dan hasil kaji cepat?
4. Baggaimana cara menyusun draft Protap Peringatan Dini
(Penyebaran Informasi Bencana) dan Protap Penanganan
darurat (antar lembaga)?
D. Rangkuman
1. Rencana kontinjensi merupakan dasar penyusunan rencana
operasi.
2. Aktivasi rencana kontinjensi dilakukan pada saat penanganan
darurat bencana.
B. Bahan/Materi
• Prosedur kaji ulang.
• Pemutakhiran data.
Uraian Materi
Apabila tidak terjadi bencana selama masa waktu rencana
kontinjensi, rencana kontinjensi dapat diperpanjang untuk
periode/kurun waktu tertentu, dan rencana kontinjensi dapat
dinyatakan tidak berlaku ketika periode waktu telah selesai.
Selanjutnya melakukan pemutakhiran data-data dinamika skala
bencana, perubahan besaran kerentanan, serta perubahan
kapasitas atau kemampuan sumberdaya.
Apabila setelah kaji ulang beberapa kali atau ketika pakar
menyatakan potensi bencana tersebut sudah tidak ada, maka
rencana kontinjensi dapat dinyatakan tidak berlaku. Jika suatu
ketika potensi bencana timbul kembali, maka rencana kontinjensi
tersebut dirujuk kembali.
Kaji ulang dan pemutakhiran data bertujuan untuk memverifikasi
data sesuai dengan situasi terkini. Data-data yang dapat
dimutakhirkan adalah :
a. Dinamika skala bencana
b. Perubahan besaran kerentanan
c. Perubahan kapasitas atau kemampuan sumber daya
Pemutakhiran data dilakukan melalui berbagai cara antara lain
pertemuan berkala untuk kaji ulang, lokakarya, atau rapat
konsultasi.
C. Latihan
Diskusikan dengan teman sejawat:
1. Apabila tidak terjadi bencana, apa yang dilakukan ?
2. Apabila setelah kaji ulang beberapa kali, tidak terjadi bencana,
apa yang dilakukan terhadap rencana kontinjensi ?
D. Rangkuman
Rencana kontinjensi perlu dikaji ulang, jika bencana tidak
terjadi selama masa tertentu, untuk memutakhirkan data dan
informasi. Kaji ulang dengan pemutakhiran data dan informasi
mempertimbangkan dinamika skala ancaman, perubahan
besaran kerentanan, serta perubahan kapasitas atau kemampuan
sumberdaya yang terjadi.
B. Bahan/Materi
• Formalisasi/legalisasi dokumen rencana kontinjensi.
• Pengesahan rencana kontinjensi menjadi Peratutan Kepala
Daerah dengan formalisasi/ legalisasi.
Uraian Materi
Kata Kunci:
• Formalisasi/legalisasi dokumen rencana kontinjensi
• Tim Perumus persiapan penerbitan peraturan Kepala Daerah
• Uji publik/diskusi publik draft peraturan kepala daerah tentang
rencana kontinjensi
Legalisasi dan formalisasi bertujuan untuk memformalkan
rencana kontinjensi agar absah menjadi dokumen lembaran
daerah melalui peraturan kepala daerah. Pengesahan sebagai
dokumen daerah dapat menjadi acuan dan mengikat komitmen
seluruh pemangku kepentingan terkait dalam operasi tanggap
darurat untuk mengerahkan sumber daya, mengingat bahwa
rencana kontinjensi hanya akan berlaku jika telah legal dari yang
berwenang.
Kerja-kerja advokasi diperlukan, tim perumus harus merancang
langkah-langkah konkrit untuk legalisasi dokumen pada pihak
yang bertanggungjawab. Misalnya, penyampaian kepada Kepala
daerah, BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota dan DPRD untuk mendapat
penguatan setingkat Perda atau peraturan kepala daerah.
Proses penyusunan Peraturan Kepala Daerah sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana kontinjensi dilakukan oleh seluruh
pemangku kepentingan penanggulangan bencana (pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha) untuk membangun komitmen
bersama.
2. Uji rencana kontinjensi dilakukan melalui simulasi, gladi ruang,
gladi Posko, dan gladi lapang. Uji rencana kontinjensi ini diikuti
Tim penyusun rencana kontinjensi dan masyarakat terdampak,
untuk menguji ketepatan kualitas rencana kontinjensi tersebut.
3. Pembentukan Tim Perumus oleh BPBD, terdiri dari unsur
BPBD, TNI, Polri, Kesehatan, SAR, Sosial, PU, Perhubungan,
Sekda (Bag. Hukum, Bag. Umum, Bag. Keuangan), dan unsur
lain yang diperlukan. Keterlibatan unsur Sekda dalam Tim
Perumus bertujuan mempercepat penerbitan Peraturan Kepala
Daerah. Tim Perumus melakukan penyempurnaan dokumen
rencana kontinjensi dan persiapan untuk uji publik/diskusi
publik legalisasi dokumen.
4. Uji publik berupa paparan dokumen oleh BPBD kepada seluruh
SKPD, DPRD, Tokoh masyarakat, langsung dipimpin oleh
pimpinan daerah.
5. Seluruh proses kegiatan dalam rencana tindak lanjut harus
dilaksanakan sebagai dasar legalisasi dokumen rencana
kontinjensi.
C. Latihan
Diskusi dengan teman sejawat:
1. Mengapa perlu dilakukan formalisasi/legalisasi rencana
kontinjensi?
2. Bagaimana proses rencana kontinjensi diformalisasi/
dilegalisasi di daerah?
3. Apa saja tugas Tim perumus rencana kontinjensi ?
4. Siapa saja yang terlibat dalam formalisasi/legalisasi rencana
kontinjensi di daerah ?
D. Rangkuman
Formalisasi/legalisasi bertujuan untuk memformalkan dan
melegalisasi rencana kontinjensi melalui peraturan kepala daerah
dan mengawal komitmen seluruh pemangku kepentingan terkait
dalam operasi penanganan darurat, sehingga akan mengikat
secara hukum seluruh pemangku kepentingan penangan darurat
bencana.
C. Latihan
Susunlah ringkasan rencana kontinjensi, setelah draft dokumen
selesai disusun. Ringkasan dokumen dapat menjadi panduan/
acuan yang cepat dan strategis dalam pengambilan keputusan
tindakan-tindakan awal pada saat terjadinya bencana.
D. Rangkuman
Ringkasan dokumen rencana kontinjensi bertujuan untuk
menjadi panduan/acuan yang cepat dalam pengambilan
BAB III
UJI DRAFT RENCANA KONTINJENSI
A. Indikator Hasil Belajar
Setelah melaksanakan topik belajar peserta mampu:
• Memahami tujuan dan kegiatan rapat koordinasi
• Menjelaskan tujuan dan kegiatan Table Top Excersice (TTX).
• Menjelaskan tujuan dan kegiatan Uji Posko.
• Menjelaskan tujuan dan kegiatan Uji lapang.
B. Bahan/Materi
• Simulasi Rapat Koordinasi
• Kegiatan Table Top Ex ercise (TTX)
• Kegiatan Uji Posko/Gladi Posko
• Kegiatan Uji Lapang/Gladi Lapang
Uraian Materi
1. Simulasi Rapat Koordinasi
Uji draft rencana kontinjensi, diwujudkan dalam rapat
koordinasi tingkat daerah, dengan agenda finalisasi rencana
kontinjensi tingkat daerah, dipimpin (berperan) Bupati/
Walikota/Sekretaris Kabupaten/Kota. Paparan masing-masing
bidang operasi pada rapat koordinasi mengenai kesiapan
sumberdaya, dan akhirnya merumuskan hasil akhir adalah
draft rencana kontinjensi final disepakati oleh seluruh yang
terlibat.
a. Bidang operasi menyampaikan secara singkat hasil
kompilasi bahan penulisan rencana kontinjensi yang
disusun oleh peserta. Melaporkan setiap bidang operasi
kepada rapat koordinasi.
b. Paparan masing-masing bidang operasi atau bidang
operasi berupa:
1) Situasi masing-masing bidang operasi yang dihadapi
dalam penanganan darurat.
2) Kegiatan masing-masing bidang operasi yang dilakukan
dalam penanganan darurat.
3) Sasaran kegiatan masing-masing bidang operasi yang
3. Uji Posko
Uji Posko atau Uji/gladi posko adalah suatu kegiatan yang
diikuti oleh unsur pimpinan yang memiliki fungsi komando dan
staf pelaksana operasional lapangan dari perwakilan masing-
masing instansi/lembaga untuk melatih koordinasi baik antar
instansi/lembaga maupun antar bidang.
Melalui kegiatan ini diharapkan masing-masing peserta
mengetahui dan memahami bagaimana mekanisme dan tata
cara koordinasi baik antar instansi/lembaga maupun antar
bidang. Adapun tahapan penyelenggaraan uji/gladi posko
sebagai berikut :
a. Tujuan Uji Posko
1) Menguji dan memvalidasi suatu rencana, kebijakan,
prosedur yang merupakan bagian dari Sistem Komando
Penanggulangan Darurat Bencana (SKPDB) yang telah
diformalkan;
2) Menguji kapasitas personil di level manajerial, maupun
fungsi, peran, serta tanggungjawab suatu unit atau
bidang yang saling berkaitan dalam KPDB;
3) Menguji rencana tanggap darurat dan mekanisme
pengerahan sumberdaya yang dapat dimobilisasi dalam
situasi darurat sesuai kesepakatan dalam rencana
kontinjensi yang telah dibuat;
4) Mensimulasikan tahapan dalam suatu kegiatan, teknik,
prosedur dan tata cara pengendalian operasi dalam
Protap oleh masing-masing personel di tiap instansi
dalam keadaan tanggap darurat;
3) Komandan
Komandan adalah orang yang ditunjuk oleh
pimpinan untuk memimpin para pelaku dalam
melaksanakan uji/gladi posko.
4) Sekretariat
Sekretariat adalah orang yang ditunjuk dari
unsur pelaksana BNPB/BPBD untuk mendukung
pelaksanaan gladi yang bertanggungjawab atas
keseluruhan penyediaan logistik, komunikasi dan
informasi, serta dokumentasi, pencatatan dan
administrasi dalam gladi.
5) Penilai dan Pemantau
Penilai dan pemantau merupakan sekelompok
orang yang ditunjuk oleh pimpinan umum gladi
untuk mengawasi, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan gladi,
e. Pelaku
Pelaku adalah instansi pemerintah dan pihak terkait dalam
penanggulangan bencana dan berperan dalam pelaksanaan
gladi, tugas-tugas pelaku antara lain:
1) Melaksanakan kegiatan sesuai arahan dari Komandan
2) Memberikan tanggapan terhadap setiap soal yang
diberikan oleh Pengendali
3) Melaksanakan semua ketentuan yang diberlakukan oleh
Pengendali selama penyelenggaraan gladi berlangsung
4) Berperan serta dan berpatisipasi secara aktif dalam
penyelenggaraan gladi
f. Evaluasi Uji Posko
Evaluasi dilaksanakan dalam segera setelah pelaksanaan
uji posko dilakukan guna membahas:
1) Status keberhasilan latihan. Status keberhasilan latihan
dilihat dari berbagai indicator yang telah disepakati
dalam menilai keberhasilan.
2) Status keberhasilan dapat berupa:
• Berhasil melakukan sesuain PROTAP/SOP;
• Perlu peningkatan kapasitas, atau
• Perlu perbaikan PROTAP/SOP, prosedur perencanaan,
dll.
3) Mobilisasi Pelaku
• Seluruh pelaku sudah siap di daerah latihan
• Penanggung jawab Bidang Teknis dan Bid.
Penyelengagra
b. Apel Gelar Pasukan
Didahului dengan Apel gelar pasukan dengan Pembina Apel
Kepala Daerah setempat. Peserta Apel terdiri dari seluruh
pelaku penanggulangan bencana dai unsur pemerintah
daerah, unsur masyarakat, dan unsur dunia usaha.
c. Perlengkapan
Tenda, sound system, radio telekomunikasi, meja, kursi,
kendaraan Dalmas, kendaraan tangki air, kendaraan
Dunlap, kendaraan Pemadam api, kendaraan MCK,
kendaraan double cabin, kendaraan Pickup, Ambulance,
kendaraan trail, Raber boat, pelampung, sepatu boat, jas
hujan, cangkul, sekop, LCD proyektor, kabel, lampu/senter,
papan informasi, ATK, Toa/pengeras suara, peralatan
medis, terpal alas, alat dokumentasi.
d. Pelaksanaan Uji Lapang Rencana Kontinjensi
Ruang lingkup gladi lapang meliputi kegiatan evakuasi dan
penyelamatan mandiri oleh warga yang terkena dampak
bencana (warning system), management penanganan
darurat (Posko Lapangan), identifikasi dan evakuasi
(Evacuation and Identification), distribusi Logistik
(Logistical Distribution), kesehatan (Heath Service),
relokasi pengungsi (Displaced Person Relocation), sistem
komando, kendali dan komunikasi (Command and Control),
dan koordinasi Operasionalisasi respon/penanganan
darurat. Seluruh dialog melalui radio komunikasi disalurkan
melalui pengeras suara, sehingga seluruh hadirin dapat
mendengarkan isi informasi, dan perintah.
C. Latihan
Diskusikan dengan teman sejawat:
1. Mengapa perlu dilakukan rapat koordinasi penanganan darurat
bencana?
2. Apa tujuan dilakukan TTX?
3. Apa tujuan uji Posko?
4. Apa tujuan uji lapang?
5. Apa perbedaan antara TTX dan uji lapang?
D. Rangkuman
1. Uji draft rencana kontinjensi, diwujudkan dalam simulasi rapat
koordinasi tingkat daerah, dengan agenda finalisasi rencana
kontinjensi tingkat daerah.
2. Latihan didalam ruangan berupa Kegiatan Table Top Ex ercise
(TTX) didisain untuk menguji kemampuan para pihak dalam
kedaruratan didasarkan pada aturan yang berlaku dalam
merespon suatu kejadian/bencana.
3. Latihan didalam ruangan berupa Kegiatan Uji Posko untuk
menguji/ mengevaluasi perencanaan, kebijakan, prosedur,
identifikasi kesenjangan sumberdaya, memperkuat koordinasi/
komunikasi organisasi, memperjelas peran tanggung jawab
antar institusi.
4. Latihan di lapangan berupa Kegiatan Uji Lapang untuk
menguji/mengevaluasi perencanaan, kebijakan, prosedur,
identifikasi kesenjangan sumberdaya, memperkuat koordinasi/
komunikasi organisasi, memperjelas peran tanggung jawab
antar institusi, melatih personal serta meningkatkan kinerja
perorangan.
Catatan ...................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
219
220
Pengarusutamaan Inklusi Disabilitas pada
Penanggulangan Bencana
Pada penangangan darurat bencana, hak-hak penyandang
disabilitas seringkali terabaikan pada penyusunan rencana
kontinjensi, pendataan, dan bahkan pada aksi kemanusiaan.
Akses pada kebutuhan dasar penyandang disabilitas tidak
terpenuhi dengan cukup baik, termasuk akses pada layanan
kesehatan dan rehabilitasi. Misi penanganan darurat bencana
dan aksi kemanusiaan harus sepenuhnya dapat diakses oleh
penyandang disabilitas. Penting dilakukan konsultasi pada saat
perencanaan penanganan darurat untuk memastikan kebutuhan
layanan, perlindungan, dan pemulihan penyandang disabilitas
terpenuhi dengan baik.
Penyandang disabilitas dalam keadaan darurat dan krisis memiliki
kebutuhan yang berbeda sesuai hambatan fungsi. Hambatan yang
ada untuk mengakses bantuan dan perlindungan dapat lebih besar
pada saat bencana karena lingkungan yang tidak mendukung
dan tidak adanya akses layanan, baik hambatan kelainan fisik
(Impairment), hambatan aktivitas (activity limitation), atau
hambatan partisipasi (participation restriction) sehingga semakin
rentan terpapar bencana. Faktanya 15-20% penduduk dunia
adalah penyandang disabilitas (WHO, 2011), Angka kematian
penyandang disabilitas 2-4 kali lebih tinggi dibanding masyarakat
non-disabilitas dalam peristiwa gempa besar di Jepang pada 2011
(Japan Disability Forum, 2011).
Tindakan kemanusiaan yang berprinsip dan efektif hanya akan
terwujud jika kesiapsiagaan dan respons kemanusiaan menjadi
inklusif terhadap penyandang Disabilitas, sesuai dengan prinsip
kemanusiaan, dan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang
melekat pada martabat, kesetaraan dan non-diskriminasi.
Kewajiban Negara-negara berdasarkan hukum hak asasi manusia
internasional, khususnya Konvensi tentang Hak Penyandang
Disabilitas, undang-undang pengungsi internasional, Konvensi
Jenewa tahun 1949 dan Protokol Tambahan pada tahun 1977,
untuk menghormati dan melindungi penyandang disabilitas
dan memperhatikan kebutuhan spesifik mereka selama konflik
bersenjata dan krisis darurat akibat bencana.
Pemenuhan hak dan kebutuhan penyandang disabilitas dalam
penanggulangan bencana diatur Peraturan Kepala BNPB No. 14
Tahun 2014 Tentang Penanganan, Perlindungan dan Partisipasi
Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana.
Ditegaskan dengan Undang-undang dengan mandat pemenuhan
221
hak-hak penyandang disabilitas, termuat dalam Undang-Undang
RI No. 8 Tahun 2016 Tentang Disabilitas, pada Pasal 20 dijelaskan
Hak Pelindungan dari Bencana untuk Penyandang Disabilitas
meliputi hak:
• mendapatkan informasi yang mudah diakses akan adanya
bencana;
• mendapatkan pengetahuan tentang pengurangan risiko
bencana;
• mendapatkan prioritas dalam proses penyelamatan dan
evakuasi dalam keadaan bencana;
• mendapatkan fasilitas dan sarana penyelamatan dan evakuasi
yang mudah diakses; dan
• mendapatkan prioritas, fasilitas, dan sarana yang mudah
diakses di lokasi pengungsian
I. Terminologi Disabilitas
Disabilitas diakibatkan oleh interaksi antara orang-orang dengan
hambatan fisik, mental, intelektual atau sensorik dan hambatan
sikap dan lingkungan yang menghalangi partisipasi penuh dan
efektif mereka dalam masyarakat atas dasar kesetaraan dengan
orang lain.
Menurut konsep International Classification of Functioning (ICF)
atau Klasifikasi International tentang Kefungsian, disabilitas
seseorang itu merupakan interaksi yang dinamis antara ketunaan
dan factor lingkungan. Interaksi tersebut dapat memfasilitasi
ataupun menghambat keberfungsiannya di masyarakat.
Dimensi gangguan fungsi kerja ada tiga yaitu:
6. Kelainan Fisik (Impairment)
Kelainan atau impairment mengacu pada kondisi permasalahan
pada struktur anatomi tubuh yang berpengaruh pada hilangnya
struktur atau fungsi psikologis atau anatomis, misalnya
seseorang yang kehilangan fungsi penglihatan (tunanetra),
seseorang yang kehilangan fungsi pendengaran (tunarungu),
dan lain-lain.
7. Keterbatasan Aktivitas (activity limitation)
Keterbatasan aktivitas atau activity limitation mengacu pada
kesulitan-kesulitan dalam menjalankan suatu aktivitas,
misalnya berjalan atau makan, dan lain-lain.
8. Hambatan Partisipasi (participation restriction)
222
Hambatan partisipasi atau participation restriction mengacu
pada permasalahan dengan keterlibatan dalam bidang-bidang
kehidupan, misalnya diskriminasi dalam bidang pekerjaan,
pendidikan, dan lain-lain.
ICF menggabungkan model sosial dan medis, mengukur
keberfungsian individu ke dalam enam wilayah:
1. kognisi (memahami dan komunikasi
2. gerak (kemampuan untuk bergerak dan bepergian) Misalnya
berjalan atau naik turun tangga.
3. pemeliharaan diri (kemampuan untuk menjaga kebersihan
diri, berpakaian, makan, dan hidup mandiri).
4. bergaul (kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain)
5. kegiatan sehari-hari (kemampuan untuk memikul tanggung
jawab di rumah, sekolah, dan pekerjaan)
6. partisipasi di dalam masyarakat (kemampuan untuk terlibat
di dalam kegiatan di masyarakat, umum, dan rekreasi)
Berdasarkan konsep di atas, Convention on the Rights of Persons
with Disabilities (CRPD, Resolusi PBB nomor 61/106 tahun
2006), menegaskan bahwa “disability is an evolving concept
and that disability results from the interaction between persons
with impairments and attitudinal and environmental barriers
that hinders their full and effective participation in society on an
equal basis with others”.
Washington Group menggunakan pendekatan disabilitas
menurut ICF diatas. Kelompok ini merumuskan 6 pertanyaan
yang berhubungan dengan kefungsian antara lain, melihat,
mendengar, bergerak, memahami, merawat diri, dan komunikasi
1. memiliki kesulitan melihat,
2. memiliki kesulitan mendengar,
3. memiliki kesulitan bergerak, berjalan atau naik turun tangga.
4. memiliki kesulitan dalam mengingat atau berkonsentrasi
5. memiliki kesulitan dalam melakukan kegiatan rawat diri,
seperti mandi atau berpakaian secara mandiri
6. memiliki kesulitan berkomunikasi, misalnya dalam memahami
atau dipahami lawan bicara, meskipun ketika sedang
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sehari-hari
223
II. Inklusi Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan
Bencana
Inklusi penyandang disabilitas pada penanganan darurat
bencana harus dipertimbangkan sebagai elemen utama prinsip-
prinsip aksi kemanusiaan. Para pelaku penanggulangan bencana
perlu memastikan hak-hak penyandang disabilitas, terutama
pada penanganan darurat bencana dengan menerapkan 5 (lima)
mandat inklusif inklusi,3 yaitu:
7. Partisipasi, melibatkan penyadang disabilitas dalam semua
fase aksi kemanusiaan: dari kajian awal hingga perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
8. Data Pilah, memilah data berdasarkan gender, usia, dan
disabilitas
9. Aksesibilitas, memastikan penyandang disabilitas memiliki
akses kepada aksi kemanusiaan dan informasi terkait
10. Prioritas perlindungan, memastikan perlindungan
penyandang disabilitas dari kekerasan fisik, stigma, dan
diskriminasi
11. Peningkatan kapasitas, mendukung partisipasi aktif dan
peran kepemimpinan penyandang disabilitas.
Integrasi 5 (lima) Mandat Inklusi Penyandang disabilitas dalam
Penanggulangan Bencana dapat dipastikan dalam tindakan-
tindakan pada semua ranah manajemen bencana. Pendekatan
titik masuk (entry point) merupakan tema yang menjadi
perhatian tema inklusi penyandang disabilitas.
224
Pesan peringatan bahaya dan alat
peringatan dirancang aksesibel
terhadap penyandang disabilitas
• Apakah pesan peringatan dan
alat peringatan dengan suara
dan/atau kode dapat dipahami
oleh untuk penyandang
disabilitas fungsi melihat.
• Apakah peringatan bahaya telah
Sistem Peringa- dirancang secara visual bagi
tan Dini penyandang disabilitas fungsi
mendengar (misal dengan
warna lampu sirine merah
= awas, kuning = waspada)
dan dengan Bahasa Isyarat
Indonesia.
• Pastikan telah tersedia
pendamping bagi penyandang
disabilitas fungsi berkomunikasi,
gerak, dan mengingat
E. Memprioritaskan penyandang
disabilitas dan kelompok rentan lain
225
F. Pastikan warga yang memerlukan
bantuan evakuasi tidak ada yang
tertinggal.
A. Partisipasi
• Penyandang disabilitas terlibat
dalam penyusunan rencana
kontinjensi,
• Pastikan penyandang disabilitas
terlibat dalam keseluruhan
proses penyusunan rencana
kontinjensi.
• Terlibat aktif dalam memberikan
masukan pada identifikasi dan
prioritas ancaman, penyusunan
sistem peringatan dini, dan
rencana evakuasi.
B. Prioritas ancaman
• Identifikasi probailitas dan
dampak ancaman prioritas
• Pastikan data dampak bencana
penyandang disabilitas telah
dipertimbangkan dalam
memprioritaskan ancaman
yang akan disusun rencana
kontinjensi
226
• Pastikan strategi penanganan
darurat dengan menyediakan
sarana penyelamatan dan jalur
evakuasi yang mudah diakses
• Pastikan strategi penanganan
darurat dengan menyediakan
fasilitas, dan sarana yang mudah
diakses di lokasi pengungsian
E. Rencana Bidang
• Apakah sasaran dan
kegiatan dalam setiap bidang
penanganan darurat telah
memprioritaskan penyandang
disabilitas dan kelompok rentan
lain mendapatkan akses dan
layanan yang baik
• Pastikan kesediaan akses
dan kebutuhan dasar bagi
penyandang disabilitas
(termasuk infrastruktur,
peralatan, dan pelayanan) di
setiap bidang darurat sesuai
dengan 6 (enam) kategori
keterbatasan fungsi.
• Apakah penyandang disabilitas
telah terlibat dalam pengambilan
keputusan dalam manajemen
komando penanganan darurat
bencana, melibatkan perwakilan
OPD pada Struktur Perwakilan
Lembaga/Organisasi.
• Pastikan keterlibatan
penyandang disabilitas dalam
bidang-bidang penanganan
darurat bencana
• Pastikan ketersediaan
pendamping, pekerja sosial
dalam penanganan darurat
bencana. W
F. Formalisasi
• Pastikan penyandang disabilitas
terlibat aktif dalam uji draft
dan simulasi, konsultasi, dan
formalisasi dokumen rencana
kontinjensi.
• Apakah penyandang disa-
bilitas telah terlibat dalam
pengambilan keputusan dalam
manajemen komando pena-
nganan darurat bencana, meli-
batkan perwakilan OPD pada
Struktur Perwakilan Lembaga/
Organisasi.
• Penyandang disabilitas berke-
sempatan sebagai fasilitator.
227
Pastikan penyandang disabilitas
telah terlibat dalam pengambilan
Struktur koman- keputusan dalam manajemen
do penanganan komando penanganan darurat
darurat bencana, melibatkan perwakilan OPD
Penanganan pada Struktur Perwakilan Lembaga/
Darurat Organisasi.
228
Penerapan prinsip inklusi Disabilitasi terhadap hak-hak
Penyandang Disabilitas dalam penyusunan rencana kontinjensi
diterjemahkan dan diturunkan dalam kriteria dan panduan
integrasi ke dalam Rencana Kontinjensi Bencana. Implementasi
integrasi sedari pelibatan penyandang disabilitas dalam
penyusunan, identifikasi data, pengembangan skenario kejadian
dan skenario dampak, hingga rencana pemenuhan kebutuhan
pada penanganan darurat.
Butir Mandat
Kriteria Panduan Integrasi (di)
Inklusi Disabilitas
A. Memastikan penyandang
disabilitas terlibat dalam
keseluruhan proses
penyusunan rencana
kontinjensi.
Memastikan penyusunan
skenario dampak bencana
telah tersedia data terpilah
melakukan
penyandang disabilitas yang
Pilah data pemilahan data
spesifik menurut keterbatasan
berdasarkan berdasarkan
Data Pilah fungsi (melihat, mendengar,
gender, usia, dan gender, usia,
gerak, komunikasi),
kategori disabilitas disabilitas,
khususnya pada dampak
wilayah..
aspek kependudukan dengan
mengasumsikan terdapat 5%
penyandang disabilitas
229
A. Menetapkan tujuan:
melindungi dan memenuhi
hak penyandang Disabilitas
B. Menetapan kebijakan
• Memprioritaskan
penyusunan proses penyelamatan
tujuan, kebijakan, dan evakuasi dalam
dan strategi - keadaan bencana
Perlindungan tidak
Penanganan • Memprioritaskan
hanya terkait
Darurat dengan fasilitas, dan sarana
Memastikan kekerasan fisik,
merumuskan yang mudah diakses di
prioritas melainkan juga
perlindungan lokasi pengungsian.
perlindungan perlindungan
pada hak dan
dari stigma dan
pemenuhan C. Menetapkan strategi
diskriminasi
kebutuhan • Menyediakan
penyandang fasilitas dan sarana
disabilitas. penyelamatan dan
evakuasi yang mudah
diakses
• Menyediakan fasilitas,
dan sarana yang
mudah diakses di lokasi
pengungsian
230
IV. Sistem peringatan Dini
Model sistem peringatan dini (EWS) seringkali dengan
menggunakan pesan peringatan dengan suara dan tulisan sepeti
pada peringatan tsunami, kebakaran, tanah longsor, yang belum
tentu dapat diakses dengan baik oleh penyandang disabilitas.
Media dan alat peringatan belum banyak yang aksesibel bagi
penyandang disabilitas dengan keterbatasan fungsi melihat,
mendengar, dan mengingat.
Pengembangan media dan alat dengan suara dan kode (misal
dengan tepuk tangan) untuk penyandang disabilitas fungsi
meligat. Bagi penyandang disabilitas fungsi mendengar dengan
media visual (misal dengan warna lampu sirine merah = awas,
kuning = waspada) dan Bahasa Isyarat Indonesia. Peran
pendamping dari keluarga dan tetangga penting untuk beberapa
penyandang disabilitas lain yang terbatas fungsi berkomunikasi,
gerak, dan mengingat.
V. Rencana Evakuasi
Rencana evakuasi disusun sebaik mungkin untuk memastikan
semua warga terdampak dapat menyelamatkan diri dan harta
benda. Jalur-jalur evakuasi direncanakan lebih mudah dengan
meminimalkan hambatan akses terhadap penyandang disabilitas,
memprioritaskan penyandang disabilitas dan kelompok rentan
lain, serta memastikan warga yang memerlukan bantuan
evakuasi tidak ada yang tertinggal.
Rekomendasi jalur-jalur dan rambu didesain sesuai hambatan
fungsi fisik. Bagi penyandang disabilitas fungsi melihat jalur
evakuasi dilengkapi dengan guide block, rambu dan peta jalur
evakuasi dirancang dengan tulisan braile, serta melakukan
orientasi mobilitas jalur evakuasi.
Bagi peyandang disabilitas fungsi mendengar, jalur dan rambu
evakuasi dirancang secara visual dengan warna mencolok.
Sementara penyandang disabilitas fungsi gerak, rencana
jalur evakuasi dirancang dengan landai dan tidak licin serta
memastikan jalur cukup lebar untuk dilalui alat bantu mobilitas
(kursi roda maupun kruk, disertai pegangan tangan). Untuk
penyandang disabilitas yang mengalami keterbatasan fungsi
mengingat, berkonsentrasi, berkomunikasi harus didampingi oleh
pendamping baik keluarga maupun relawan dan pembiasaan.
231
VI. Perencanaan Bidang
Pada saat penanganan darurat, pemenuhan hak-hak dan
kebutuhan dasar disabilitas dan kelompok rentan diutamakan
dengan menyediakan akses dan layanan berupa desain dan
lokasi pengungsian yang ramah, fasilitas penampungan yang
dapat diakses, penyediaan air bersih dan sanitasi, layanan
kesehatan dan pendidikan darurat yang memenuhi standar
dan dapat diakses. Penjangkauan bagi warga yang tidak dapat
mengungsi diperlukan untuk memberikan layanan kesehatan
dan makanan.
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan bagi penyusun
rencana kontinjensi pada semua bidang dan sub bidang yaitu:
DFID4 dan ADCAP5 merekomendasikan pemenuhan kebutuhan
para penyandang disabilitas pada situasi darurat hingga
pemulihan, dengan memperhatikan aspek-aspek penting pada
setiap bidang penanganan, yaitu:
Pemenuhan
Aspek Penting
kebutuhan
232
• Menyediakan fasilitas cuci tangan yang mudah
diakses (misalnya fasilitas yang rendah dan keran
yang mudah digunakan), yang dekat dengan ka-
kus yang mudah dijangkau.
• Pastikan wanita dan anak perempuan dari se-
gala umur, termasuk wanita yang lebih tua dan
penyandang disabilitas dapat mengakses ruang
pribadi untuk mandi, untuk mencuci dan menger-
ingkan pakaian dan kain bernoda yang digunakan
untuk perawatan menstruasi, dan untuk mem-
buang bahan sanitasi.
233
• Minimal 15 persen tempat penampungan dapat
diakses oleh semua.
• Menentukan tempat pengungsian bagi mereka
yang memiliki keterbatasan fungsi visual atau
mobilitas terbatas, dekat dengan fasilitas dan
layanan penting, rute yang aman dan yang terang.
• Mengadaptasi atau membangun tempat pengung-
sian yang dapat digunakan oleh orang dengan
C. Hunian
keterbatasan mobilitas (misalnya akses mudah,
Pengungsian
lantai dengan warna gelap dengan kombinasi
warna terang, lebar pintu cukup untuk kursi roda,
pegangan tangan, grab bar, tali pemandu, lantai
non-slip)
• Meminimalkan resiko eksploitasi seksual melalui
konsultasi, monitoring dan pengorganisasian ban-
tuan pembangunan tempat tinggal jika diperlu-
kan.
234
• Menyediakan nutrisi yang cukup dan sesuai dan
akses terhadap makanan yang sesuai, seperti
makanan rendah sodium untuk penderita diabe-
tes, suplemen untuk nutrisi mikro dan makanan
yang mudah dikunyah untuk anak-anak dengan
cerebral palsy atau untuk orang tua.
235
236
Piagam Inklusi Penyandang Disabilitas
dalam Tindakan Kemanusiaan
Versi final
1.1. Kami, penandatangan Piagam ini, menegaskan kembali tekad
kami untuk menjamin pelaksanaan tindakan kemanusiaan yang
inklusif terhadap penyandang disabilitas dan mengambil semua
langkah untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka, serta
mempromosikan perlindungan, keselamatan dan rasa hormat
terhadap martabat penyandang disabilitas dalam situasi-situasi
yang berisiko, termasuk situasi konflik bersenjata, keadaan
darurat kemanusiaan dan terjadinya bencana alam.
1.2 Kami akan berusaha memastikan penyandang disabilitas
memiliki akses terhadap respon kemanusiaan, baik dari segi
perlindungan dan bantuan, tanpa diskriminasi, dan membiarkan
mereka menikmati hak mereka sepenuhnya. Dengan Piagam
ini, kami menegaskan kembali kehendak kolektif kami untuk
menempatkan penyandang disabilitas di pusat respons
kemanusiaan.
1.3. Untuk tujuan Piagam ini, penyandang disabilitas termasuk
mereka yang memiliki gangguan fisik, psikososial, intelektual,
atau sensorik jangka panjang, yang dalam interaksi dengan
berbagai hambatan dapat menghambat partisipasi penuh
dan efektif mereka dalam, dan akses terhadap, program
kemanusiaan.
1.4. Piagam ini mengacu pada semua penyandang disabilitas,
berlaku untuk semua situasi risiko dan keadaan darurat
kemanusiaan dan pada semua tahap respons kemanusiaan,
dari kesiap-siagaan dan terjadinya krisis sampai transisi
menuju pemulihan.
1.5. Kami mengakui bahwa kemajuan lebih lanjut menuju tindakan
kemanusiaan yang berprinsip dan efektif hanya akan terwujud
jika kesiapsiagaan dan respons kemanusiaan menjadi inklusif
terhadap penyandang disabilitas, sesuai dengan prinsip
kemanusiaan dan ketidakberpihakan, dan prinsip-prinsip hak
asasi manusia yang melekat tentang martabat, kesetaraan dan
237
non-diskriminasi. Kami mengingat kembali kewajiban Negara-
negara berdasarkan hukum hak asasi manusia internasional,
khususnya Konvensi tentang Hak Penyandang Disabilitas,
piagam pengungsi internasional dan selanjutnya menekankan
kewajiban Negara-negara dan semua pihak dalam konflik
bersenjata berdasarkan hukum humaniter internasional,
termasuk kewajiban mereka di bawah Konvensi Jenewa
tahun 1949 dan kewajiban yang berlaku untuk mereka di
bawah Protokol Tambahan di tahun 1977, untuk menghormati
dan melindungi penyandang disabilitas dan memperhatikan
kebutuhan spesifik mereka selama konflik bersenjata.
1.6. Dengan niat tidak meninggalkan siapa pun, kami mengulangi
komitmen kami untuk sepenuhnya mendukung pelaksanaan
Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan sebagai
elemen inti dalam memastikan pengikut-sertaan penyandang
disabilitas. Kami menyoroti keinginan kami untuk
menerjemahkan Kerangka Sendai tentang Pengurangan Resiko
Bencana dan menekankan perlunya mendukung penerapannya
sebagai instrumen penting untuk memberdayakan penyandang
disabilitas dan mendorong adanya upaya respon, pemulihan,
rehabilitasi dan rekonstruksi yang dapat diakses secara
universal.
1.7. Kami ingat bahwa penyandang disabilitas tidak terpengaruh
secara proporsional dalam situasi berisiko dan keadaan
darurat kemanusiaan, dan menghadapi banyak hambatan
dalam mengakses perlindungan dan bantuan kemanusiaan,
termasuk bantuan dan dukungan pemulihan. Mereka juga
secara khusus terpapar kekerasan, eksploitasi dan pelecehan
yang ditargetkan, termasuk kekerasan seksual dan berbasis
gender.
1.8. Kami mengenali berbagai bentuk diskriminasi berganda dan
berpotongan yang semakin memperburuk pengucilan semua
penyandang disabilitas dalam situasi darurat dan keadaan
darurat kemanusiaan dan apakah mereka tinggal di daerah
perkotaan, pedesaan atau terpencil, dalam kemiskinan, terpisah
atau dalam institusi, dan terlepas dari status mereka, termasuk
238
migran, pengungsi atau orang-orang terlantar lainnya, dan
krisis itu sering menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
1.9. Kami menekankan pentingnya meningkatkan pengembangan
kapasitas otoritas nasional dan lokal dan komunitas
kemanusiaan yang lebih luas mengenai isu-isu yang
berkaitan dengan penyandang disabilitas, termasuk melalui
peningkatan penyadartahuan dan penyediaan sumber daya
yang memadai. Kami menyadari bahwa kebijakan, prosedur
dan praktik yang ada mengenai penyandang disabilitas dalam
program kemanusiaan perlu diperkuat dan disistematisasi.
Kami selanjutnya menekankan pentingnya pengumpulan dan
analisis data disabilitas yang dipilah berdasarkan usia dan
jenis kelamin, sebagai elemen penting dalam perancangan
dan pemantauan kewajiban Negara, program dan kebijakan
kemanusiaan secara keseluruhan.
1.10.
Kita ingat bahwa penyandang disabilitas dan organisasi
perwakilan penyandang disabilitas memiliki kapasitas yang
belum dimanfaatkan dan tidak cukup berkonsultasi atau
terlibat secara aktif dalam proses pengambilan keputusan
mengenai kehidupan mereka, termasuk mekanisme koordinasi
kesiapsiagaan dan penanganan krisis.
Kami berkomitmen untuk:
2.1. Tanpa diskriminasi
a. Mengutuk dan menghilangkan semua bentuk diskriminasi
terhadap penyandang disabilitas dalam program dan
kebijakan kemanusiaan, termasuk dengan menjamin
perlindungan dan akses yang setara terhadap bantuan bagi
semua penyandang disabilitas.
b. Memfasilitasi perlindungan dan keamanan semua anak-
anak dan orang dewasa penyandang disabilitas, menyadari
bahwa faktor multipel dan interseksi seperti gender, usia,
etnisitas, status minoritas, serta keragaman lainnya dan
faktor spesifik konteks memerlukan tanggapan dan tindakan
yang berbeda.
c. Memberi perhatian khusus terhadap situasi perempuan
239
dan anak perempuan penyandang disabilitas dari segala
usia, dalam konteks situasi berisiko dan keadaan darurat
kemanusiaan dan selanjutnya mengambil semua tindakan
yang diperlukan untuk memberdayakan dan melindungi
mereka dari masalah fisik, seksual dan berbagai bentuk
kekerasan, perlakuan kejam, eksploitasi dan pelecehan.
2.2. Partisipasi
a.
Mempromosikan keterlibatan penyandang disabilitas
dan organisasi perwakilan penyandang disabilitas secara
bermakna dalam penilaian kebutuhan, perancangan,
implementasi, koordinasi, pemantauan dan evaluasi
program kesiap-siagaan dan respons kemanusiaan, serta
memanfaatkan keterampilan, pengalaman, pengalaman,
dan kemampuan kepemimpinan mereka untuk memastikan
partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan,
membuat dan merencanakan proses termasuk mekanisme
koordinasi yang tepat.
b. Bekerja untuk menumbuhkan mekanisme perlindungan
berbasis masyarakat yang inklusif agar lebih memberikan
respon spesifik yang disesuaikan dan konteks dan
memperkuat ketahanan penyandang disabilitas, komunitas
mereka, keluarga dan perawat mereka.
2.3. Kebijakan inklusif
a. Terlibat dengan semua Negara yang relevan, dan pemangku
kepentingan dan mitra lainnya untuk memastikan
perlindungan bagi penyandang disabilitas sebagaimana
dipersyaratkan oleh hukum internasional.
b. Mengembangkan, mendukung dan menerapkan kebijakan
dan pedoman berdasarkan kerangka kerja dan standar yang
ada, mendukung aktor kemanusiaan untuk memperbaiki
penyertaan penyandang disabilitas dalam kesiapan dan
tanggapan darurat.
c. Mengadopsi kebijakan dan proses untuk memperbaiki
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif tentang
penyandang disabilitas yang menghasilkan bukti-bukti yang
240
handal dan dapat diperbandingkan, serta didapatkan secara
etis dan menghargai kerahasiaan dan privasi. Memastikan
bahwa data penyandang disabilitas dipilah berdasarkan
usia dan jenis kelamin, dan dianalisis dan digunakan secara
berkelanjutan untuk menilai dan memajukan aksesibilitas
layanan dan bantuan kemanusiaan, serta partisipasi dalam
perancangan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan dan
program.
2.4. Tanggapan dan layanan inklusif
a. Memastikan perencanaan darurat dan kesiapsiagaan
dirancang untuk mempertimbangkan beragam kebutuhan .
b. Berusaha untuk memastikan bahwa layanan dan bantuan
kemanusiaan tersedia untuk dan dapat diakses oleh semua
penyandang disabilitas, dan menjamin ketersediaan,
keterjangkauan dan akses terhadap layanan khusus,
termasuk teknologi bantu dalam jangka pendek, menengah
dan panjang.
c. Bekerja untuk mengatasi hambatan fisik, komunikasi, dan
sikap termasuk melalui penyediaan informasi yang sistematis
untuk semua orang dalam perencanaan, kesiapsiagaan dan
tanggapan, dan berusaha untuk menjamin aksesibilitas
layanan termasuk melalui perancangan universal dalam
pemrograman, kebijakan dan dalam semua rekonstruksi
pasca-darurat.
2.5. Kerjasama dan koordinasi
a. Membina kerjasama teknis dan koordinasi antara otoritas
nasional dan lokal dan semua aktor kemanusiaan, termasuk
masyarakat sipil internasional dan nasional, badan-badan
PBB, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, dan
organisasi perwakilan penyandang disabilitas, untuk
memfasilitasi pembelajaran silang, dan berbagi informasi,
praktik, alat dan sumber daya termasuk para penyandang
disabilitas.
b. Meningkatkan koordinasi antara pelaku pembangunan dan
aktor kemanusiaan dengan maksud untuk memperkuat
241
sistem layanan lokal dan nasional termasuk penyandang
disabilitas dan memanfaatkan kesempatan untuk
membangun kembali masyarakat dan masyarakat yang
lebih inklusif.
c. Meningkatkan sensitivitas semua staf kemanusiaan
internasional dan nasional, otoritas lokal dan nasional
mengenai hak, perlindungan dan keamanan penyandang
disabilitas dan memperkuat kapasitas dan keterampilan
mereka untuk mengidentifikasi dan memasukkan
penyandang disabilitas dalam mekanisme kesiapsiagaan
dan penanganan kemanusiaan.
242
Daftar Rujukan
Undang – Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
Perka BNPB Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Bantuan
Logistik pada Status Keadaan Darurat Bencana.
Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Sistem Komando
Penanganan Darurat Bencana
Perka BNPB Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara
Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Tim Penyusun, 2017. Petunjuk Pelaksanaan Uji Lapang
Penanggulangan Bencana Kabupaten/Kota, BNPB.
Tim Penyusun, 2017. Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana
Kontinjensi Kabupaten/Kota, BNPB.
CHS Alliance, 2015. Core Humanitarian Standard; Standar
Kemanusiaan Inti dalam Hal Kualitas dan Akuntabilitas,
Penerjemah H. Iskandar Leman, MPBI.
Sphere Project. Humanitarian Charter and Minimum Standars in
Disaster Response.
Vidiarina, Henny Dwi. 2010, Perencanaan Kontinjensi; Tinjauan
tentang beberapa Pedoman Perencanaan dan Rencana
Kontinjensi, GTZ (GITEWS),
243
244
245