Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pembangunan Perkotaan

Volume 8, Nomor 1, Januari – Juni 2020 p-ISSN 2338-6754


e-ISSN 2581-1304
http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI


MASYARAKAT PESISIR KOTA MEDAN
(Aspek Sosial Budaya Masyarakat Pesisir)
Putra Apriadi Siregar*, Saidah Fatimah Sari Simanjuntak, Feby Harianti Br. Ginting,
Sutari Tarigan, Shafira Hanum, Fikha Syra Utami

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, Indonesia
*Penulis Korespodensi : putraapriadisiregar@uinsu.ac.id

Abstrak
Sosial dan budaya menjadi salah satu faktor risiko yang secara langsung ataupun tidak langsung
dapat memengaruhi tingkat kesehatan masyarakat pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor risiko kejadian hipertensi berdasarkan sosial budaya masyarakat pesisir di Kota
Medan tahun 2019. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain observasional dengan pendekatan
studi cross-sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Sampel dalam penelitian ini
adalah masyarakat Kelurahan Belawan II yang berjumlah 90 orang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden yang mengalami hipertensi adalah usia dewasa (25-59 tahun) (31,8%),
memiliki IMT lebih (38,9%), sering terpapar asap rokok dalam ruangan tertutup (41,4%) dan
mayoritas responden hipertensi yang merokok adalah seorang perokok ringan (36%). Mayoritas
responden yang mengalami hipertensi jarang mengonsumsi makanan asin, mie instan dan soft drink
(1-10 kali perbulan) yaitu masing-masing sebesar 32,4%; 27,4%; dan 30,9%; serta melakukan
aktivitas fisik sedang (20,9%). Untuk itu, diharapkan kepada masyarakat pesisir Belawan II untuk
melakukan pola hidup sehat dengan mengurangi konsumsi makanan asin, mie instant dan softdrink
serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur, tidak merokok dan menghindari diri dari paparan
asap rokok khususnya diruangan tertutup serta sering melakukan aktivitas fisik dalam sehari. Petugas
puskesmas juga diharapkan rutin melakukan pengecekan kadar tekanan darah serta sering
memberikan edukasi tentang hipertensi pada masyarakat pesisir Kota Medan.

Kata Kunci: Sosial Budaya, Faktor Risiko, Masyarakat Pesisir, Hipertensi

PENDAHULUAN Indonesia adalah sebesar 63.309.620 orang, dengan


World Health Organization (WHO) tahun 2015 kematian akibat hipertensi sebesar 427.218. Prevalensi
menyebutkan bahwa sekitar 1,13 Miliar orang di dunia hipertensi berdasarkan usia penduduk ≥18 tahun
mengalami hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia (34,1%)yaitu31-44tahun(31,6%), usia 45-54 tahun
terdiagnosis hipertensi. Kejadian hipertensi kian (45,3%), dan usia 55-64 tahun (55,2%).Peningkatan
meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2025 kejadian hipertensi di Indonesia disebabkan oleh
diperkirakan akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena beberapa faktor risiko seperti proporsi masyarakat
hipertensi, dan 9,4 juta orang meninggal akibat yang kurang makan sayur dan buah (95,5%), proporsi
hipertensi dan komplikasinya.1 kurang aktivitas fisik (35,5%), proporsi merokok
Institute for Health Metrics and Evaluation (29,3%), proporsi obesitas sentral (31%) dan proporsi
(IHME) tahun 2017, meyebutkan bahwa dari 53,3 juta obesitas umum (21,8%).3,4
kematian didunia, 33,1%disebabkan oleh penyakit Penelitian yang dilakukan Rusliafa, dkk (2014)
kardiovaskuler, 16,7% oleh kanker, 6% disebabkan menunjukkan bahwa hipertensi lebih banyak diderita
oleh DM dan gangguan endokrin dan 4,8% oleh masyarakat pesisir. Hal ini disebabkan oleh
disebabkan oleh infeksi saluran napas bawah. IHME tingginya konsumsi natrium pada makanan olahan laut
juga menyebutkan bahwa dari total 1,7 juta kematian yang diasinkan. Tingginya konsumsi natrium
di Indonesia didapatkan faktor risiko yang merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyakit
menyebabkan kematian adalah tekanan darah hipertensi di Indonesia.5
(hipertensi) sebesar 23,7%, hiperglikemia sebesar Data Dinas Kesehatan Sumatera Utara pada
18,4%, merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar tahun 2015 mencatat penderia hipertensi pada Januari-
7,7%.2 Oktober 2015 mencapai 151.939. Pendertia terbanyak
Prevalensi hipertensi mengalami kenaikan dari adalah wanita dengan jumlah 87.774. Penderita paling
25,8% (Riskesdas 2013) menjadi 34,1% (Riskesdas banyak berusia diatas 55 tahun dengan jumlah 85.254,
2018) dengan estimasi jumlah kasus hipertensi di
1
disusul usia 45-55 tahun dengan jumlah 44.909, dan observasional dengan pendekatan studi cross-sectional
usia 18-44 tahun dengan jumlah 21.776.6 yang dilakukan pada November 2019 - Januari 2020.
Penelitian Reinpal, dkk (2019) menyebutkan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
bahwasanya hipertensi di kawasan pesisir kecmatan masyarakat Kelurahan Belawan II, dengan sampel
Medan Belawan mencapai 30%, hal ini diakibatkan yang digunakan sebesar 90 responden dengan
oleh pemberian garam pada lauk dan sayur yang menggunakan teknik accidental sampling.
melebihi standar optimal serta kurangnya konsumsi Pengumpulan data primer dilakukan menggunakan
sayur oleh masyarakat.7 instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi
Sosial budaya memiliki hubungan yang sangat pertanyaan karakteristik demografi, asupan makanan,
erat dengan kesehatan sebab kebudayaan dapat sayur dan buah, konsumsi dan paparan rokok serta
membentuk suatu kebiasaan serta respons terhadap aktivitas fisik responden. Penentuan responden
keadaan sehat atau sakit pada masyarakat pesisir. hipertensi dan non hipertensi dilakukan dengan
Sehingga berdasarkan beberapa pertimbangan diatas, wawancara tentang riwayat hipertensi pada responden.
peneliti tertarik untuk menganalisi kejadian hipertensi Penelitian ini dianalisis menggunakan tabel tabulasi
berdasarkan sosial budaya masyarakt pesisir Belawan silang dengan uji chi square. Analisis tersebut akan
II. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor risiko kejadian hipertensi
mengetahui gambaran kehidupansosial budaya berdasarkan sosial budaya masyarakat pesisir di Kota
masyarakat pesisir sebagai faktor risiko kejadian Medan tahun 2019.
hipertensi di Kelurahan Belawan II tahun 2019.

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE Adapun hasil penelitian yang dilakukan adalah
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif sebagai berikut :
deskriptif yang dilakukan menggunakan desain

Tabel 1. Frekuensi Usia Dengan Status Tekanan Darah Responden


Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Status Usia Responden n % n % n % N %
Remaja (16-24 Tahun) 2 11,8% 14 82,4% 1 5,9% 17 100%
Dewasa (25-59 Tahun) 5 7,6% 40 60,6% 21 31,8% 66 100% 0,272
Lansia (≥60 Tahun) 0 0,0% 6 85,7% 1 14,3% 7 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 Hasil uji statistikmenunjukkan nilai p.value sebesar
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi 0,272 (p value > 0,05), sehingga tidak ada hubungan
(hipertensi), dengan klasifikasi usia yaitu remaja (16- antara status tekanan darah (hipotensi, normal dan
24 tahun) sebesar 5,9%, dewasa (25-59 tahun) sebesar hipertensi) dengan usia responden (remaja, dewasa
31,8% dan lansia (≥60 tahun) sebesar 14,3%. dan lansia) di wilayah pesisir Kota Medan.

Tabel 2. Frekuensi Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
IMT n % n % n % N %
Kurang 0 0,0% 7 87,5% 1 12,5% 8 100%
Normal 5 10,9% 33 71,7% 8 17,4% 46 100% 0,301
Lebih 2 5,6% 20 55,6% 14 38,9% 36 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 statistikmenunjukkannilai p.value sebesar 0,301 (p


responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi value > 0,05), sehingga tidak ada hubungan antara
(hipertensi), dengan klasifikasi memiliki IMT kurang status tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
sebesar 12,5%, memiliki IMT normal sebesar 17,4%, dengan indeks massa tubuh (IMT) pada responden
dan memiliki IMT lebih sebesar 38,9%. Hasil uji wilayah pesisir Kota Medan.

2 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 1-8


Tabel 3. Frekuensi Derajat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman pada Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Derajat Merokok (IB) n % n % n % N %
Perokok Ringan 1 4,0% 15 60% 9 36% 25 100%
Perokok Sedang 0 0,0% 5 62,5% 3 37,5% 8 100% 0,923
Perokok Berat 0 0,0% 3 50% 3 50% 6 100%
Total 1 2,6% 23 59% 15 38,5% 39 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39 50%. Hasil ujistatistikmenunjukkan nilai p.value
responden perokok, terdapat 38,5% responden yang sebesar 0,923 (p value > 0,05), sehingga tidak ada
memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), dengan hubungan antara status tekanan darah (hipotensi,
klasifikasi perokok ringan sebesar 36%, perokok normal dan hipertensi) dengan derajat merokok
sedang sebesar 37,5% dan perokok berat sebesar responden perokok wilayah pesisir Kota Medan.

Tabel 4. Frekuensi Terpapar Asap Rokok Dalam Ruangan Tertutup Dengan Status Tekanan Darah
Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Terpapar Asap Rokok n % n % n % N %
Sering 0 0,0% 17 58,6% 12 41,4% 29 100%
Jarang 1 3,8% 19 73,1% 6 23,1% 26 100% 0,019
Tidak Pernah 6 17,1% 24 68,6% 5 14,3% 35 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 dalam ruangantertutup sebesar 14,3%. Hasil uji
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi statistik menunjukkan nilai p.value sebesar 0,019 (p
(hipertensi), dengan klasifikasi sering terpapar asap value < 0,05), sehingga ada hubungan antara status
rokok dalam ruangan tertutup sebesar 41,4%, jarang tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
terpapar asap rokok dalam ruangan tertutup sebesar dengan lama terpapar asap rokok dalam ruangan
23,1%, dan tidak pernah terpapar asap rokok tertutup pada responden wilayah pesisir Kota Medan.

Tabel 5. Frekuensi Aktivitas Fisik Dengan Status Tekanan Darah Responden


Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Aktivitas Fisik n % n % n % N %
Ringan 0 0,0% 3 100% 0 0,0% 3 100%
Sedang 7 5,2% 45 67,2% 15 22,4% 67 100% 0,223
Berat 0 1,6% 10 60% 8 40% 20 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 menunjukkan nilaip.valuesebesar 0,223 (p value >
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi 0,05), sehingga tidak ada hubungan antara status
(hipertensi), dengan klasifikasi melakukan aktivitas tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
fisik sedang sebesar 22,4% dan melakukan aktivitas dengan aktivitas fisik (ringan, sedang dan berat) pada
fisik berat sebesar 40%. Hasil uji statistik responden wilayah pesisir Kota Medan.

Tabel. 6 Frekuensi Konsumsi Makanan Asin Dengan Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Makanan Asin n % n % n % N %
Sering (≥1 kali sehari) 1 2,5% 30 75% 9 22,5% 40 100%
Jarang (1-10 kali perbulan) 4 10,8% 21 56,8% 12 32,4% 37 100%
Tidak Pernah 2 15,4% 9 69,2% 2 15,4% 13 100% 0,270
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%
Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan 3
(Aspek Sosial Budaya Masyarakat Pesisir)
Putra Apriadi Siregar, Saidah Fatimah Sari Simanjuntak, Feby Harianti Br. Ginting, Sutari Tarigan,
Shafira Hanum, Fikha Syra Utami
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 makanan asin sebesar15,4%. Hasil uji statistik
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi menunjukkan nilai p.value sebesar 0,270 (p value >
(hipertensi), dengan klasifikasi sering mengonsumsi 0,05), sehingga tidak ada hubungan antara status
makanan asin (≥1 kali sehari) sebesar 22,5%, jarang tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
mengonsumsi makanan asin (1-10 kali perbulan) dengan konsumsi makanan asin pada responden
sebesar 32,4%, dan tidak pernah mengonsumsi wilayah pesisir Kota Medan.

Tabel. 7 Frekuensi Konsumsi Mie Instan Dengan Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Mie Instan n % n % n % N %
Sering (≥1 kali sehari) 0 0,0% 8 72,7% 3 27,3% 11 100%
Jarang (1-10 kali perbulan) 6 8,2% 47 64,4% 20 27,4% 73 100% 0,479
Tidak Pernah 1 16,7% 5 83,3% 0 0,0% 6 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 statistik menunjukkan nilai p.value sebesar 0,479 (p
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi value > 0,05), sehingga tidak ada hubungan antara
(hipertensi), dengan klasifikasi sering mengonsumsi status tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
mie instan (≥1 kali sehari) sebanyak 3 orang (27,3%), dengan konsumsi mie instan pada responden wilayah
dan jarang mengonsumsi mie instan (1-10 kali pesisir Kota Medan.
perbulan)sebanyak 20 orang (27,4%). Hasil uji

Tabel. 8 Frekuensi Konsumsi Soft Drink Dengan Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Soft Drink n % n % n % N %
Sering (≥1 kali sehari) 0 0,0% 4 100% 0 0,0% 4 100%
Jarang (1-10 kali perbulan) 4 7,3% 34 61,8% 17 30,9% 55 100%
0,474
Tidak Pernah 3 9,7% 22 71% 6 19,4% 31 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 hipertensi semakin besar. Hal ini terjadi karena pada
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi umur yang semakin bertambah tua arteri besar
(hipertensi), dengan klasifikasi jarang mengonsumsi kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga
soft drink (1-10 kali perbulan) sebesar 30,9%, dan darah yang dipaksa untuk melalui pembuluh darah
tidak pernah mengonsumsi soft drink sebesar yang sempit daripada biasanya dan mengakibatkan
19,4%.Hasil ujistatistikmenunjukkan nilai p.value naiknya tekanan darah.8
sebesar 0,474 (p value > 0,05), sehingga tidak ada Meningkatnya berat badan mengakibatkan
hubungan antara status tekanan darah (hipotensi, nutrisi dan oksigen yang dialirkan ke dalam sel
normal dan hipertensi) dengan konsumsi soft drink meningkat sehingga mengakibatkan terjadinya
pada responden wilayah pesisir Kota Medan. peningkatan tekanan didalam pembuluh darah dan
jantung. Kondisi indeks massa tubuh seseorang sangat
Pertambahan usia sangat berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap terjadinya penyakit tidak
tingkat kesehatan sesorang. Sistem imun (kekebalan menular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23
tubuh) pada manusia kian melemah seiring orang responden yang mengalami hipertensi, 38,9%
bertambahnya usia, sehingga menyebabkan semakin diantaranya memiliki IMT lebih (overweight). Hal ini
tuanya seseorang maka semakin rentan pula ia terkena sejalan dengan penelitian Nieky (2014), bahwa di
penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23 Poliklinik Hipertensi dan Nefrologi BLU RSUP Prof.
responden yang mengalami hipertensi, 31,8% Dr. R. D. Kandou Manado, rata-rata responden
diantaranya berusia dewasa (25-59 tahun). Hal ini termasuk dalam kategori indeks massa tubuh
sejalan dengan penelitian Marlinda (2015) yang overweight (lebih) dengan nilai IMT antara 23-24,9
menyatakan bahwa tekanan darah tinggi banyak dengan jumlah responden 39 responden(61,9%).9
terjadi pada usia dewasa. Semakin meningkatnya Menurut Pinzon (2011), indeks massa tubuh
umur seseorang, maka risiko terkena penyakit (IMT) sangat terkait denganhipertensi.Angka kejadian

4 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 1-8


hipertensi pada obesitas menurut Swedish Obese dengan hasil penelitian dari Mahmud & Feely (2003),
Study didapatkan sebesar 13,5% dan angka tersebut yang menyatakan bahwa paparan asap rokok baik
akan terus meningkat seiring dengan peningkatan yang diterima oleh perokok aktif maupun perokok
indeks massa tubuh (IMT). Berdasarkan penelitian pasif dapat menimbulkan berbagai macam gangguan
hipertensi pada responden overweight usia dewasa di kesehatan, salah satunya yaitu peningkatan tekanan
Indonesia menunjukkan prevalensi hipertensi pada darah atauhipertensi.15
responden sebesar 38,6%, hal ini diakibatkan oleh Makanan asin dan mie instan banyak
asupan nutrisi, pola makan, aktivitas fisik, gaya hidup, mengandung natrium yang apabila dikonsumsi secara
status-sosial ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat berlebihan akan menumpuk di dalam darah, sehingga
pengetahuan dan keadaan lingkungan.10 membuat tubuh tidak mampu mengekskresikannya
Paparan asap rokok baik yang diterima oleh dan menjadikan jantung memompa lebih cepat ketika
perokok aktif maupun perokok pasif dapat mengantarkan darah ke seluruh tubuh. Hasil penelitian
menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, menunjukkan bahwa dari 23 responden yang
hal ini diakibatkan oleh kandungan dalam rokok dan mengalami hipertensi, 32,4% diantaranya jarang
asapnya yaitu karbonmonoksida, tar dan nikotin yang mengonsumsi makanan asin (1-10 kali perbulan).
merupakan komponen toksik atau racun. Hasil Penelitian yang dilakukan Rusliafa, dkk (2014)
penelitian menunjukkan bahwa dari 39 responden menunjukkan bahwa penyakit hipertensi lebih banyak
perokok, terdapat 15 orang (38,5%) responden yang diderita oleh masyarakat pesisir. Hal ini disebakan
memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), dan 36% oleh konsumsi natrium pada makanan olahan laut
diantaranya merupakan perokok ringan. Derajat yang diasinkan lebih tinggi. Konsumsi natrium yang
merokok bagi perokok dilakukan berdasarkan tinggi adalah salah satu faktor risiko terhadap penyakit
perhitungan Indeks Brinkman (IB) yaitu dengan hipertensi di Indonesia.5
mengalikan jumah rata-rata rokok yang dihisap sehari Hal ini sejalan dengan pelitian Reinfal, dkk
(batang) dengan lama merokok (tahun) seseorang. (2019) menyebutkan bahwa dari 210 responden
Dari 23 orang responden yang mengalami hipertensi, masyarakat pesisir Belawan terdapat 30% adalah
41,4% diantaranya sering terpapar asap rokok dalam responden penderita hipertensi dengan pengunaan
ruangan tertutup. garam pada lauk maupun sayur melebihi kadar yang
Hal ini sejalan dengan penelitian Barnoya dianjurkan (0,4 sendok teh) serta rendah dalam
(2006) yang melakukan sebuah studi casecontrol di konsumsi sayur. Konsumsi natrium dalam sehari yang
Cina menemukan bahwa jumlah penderita dianjurkankuranglebih sebesar 2400 mg yang dapat
penyempitan pembuluh darah jantung meningkat dicapai dari penggunaan garam dapur sebesar 200 mg
secara signifikan berdasarkan peningkatan dari jumlah sedangkan 400 mg lagi didapatkan pada bahan makan
dan lama subjek penelitian merokok.11 yang digunakan.7,16
Menurut CCOHS (2011), satu batang rokok Pada saat mengkonsumsi makanan asin
mengandung berbagai macam bahan kimia. Bahan berlebih maka tubuh tidak akan mampu
kimia yang terdapat dalam tembakauyang dibakar mengekskresikan natrium yang menumpuk di dalam
yaitu mengandung 4000 jenis bahan kimia dan 200 darah. Meningkatnya jumlah cairan tubuh menjadikan
jenis diantaranya bersifat racun. Tiga komponen jantung memompa lebih cepat mengantarkan darah ke
toksik utama yang terdapat dalam rokok adalah seluruh tubuh, meningkatnya tekanan darah
karbonmonoksida, tar dan nikotin. Penelitian Rufaidah mengakibatkan hipertensi.17
(2012) menyebutkan bahwa karbonmonoksida mampu Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari
bertahan selama beberapa jam di dalam ruangan 23 responden yang mengalami hipertensi, 27,4%
setelah perokok berhenti merokok.12,13 diantaranya jarang mengonsumsi mie instan (1-10 kali
Menurut Auerelio (2010), lama paparan asap perbulan). Data Susenas 2013 menunjukkan bahwa
rokok yang diterima oleh seseorang bergantung pada rata-rata konsumsi mie instan selama seminggu
lingkungan orang tersebut tinggal. Jika seseorang mengalami peningkatan dari bulan September 2012,
tersebut tinggal bersama dengan anggota keluarga atau yakni 0,016/porsi menjadi 0,025/porsi pada bulan
rekan kerja yang memiliki kebiasaan merokok maka Maret 2013. Makanan jadi olahan dari tepung,
orang tersebut akan semakin lama terpapar asap termasuk mie instan, dicurigai mengandung bahan
rokok. Dimana apabila semakin lama seseorang atau lapisan lilin dan bahan pengawet yang dapat
terpapar asap rokok maka dia akan semakin besar menyebabkan risiko kesehatan.18
untuk memiliki efek yang merugikan kesehatan. Rata-rata penduduk Indonesia berperilaku
Dimana gangguan kesehatan yang timbul pada mengonsumsi mie instan. Sebanyak 1 dari 10
perokok pasif tergantung dari jenis dan lama paparan penduduk mengonsumsi mie instan ≥ 1 kali per hari.
asap rokok yang diterima dari lingkungan.14 Peningkatan aktivitas fisik, kehidupan sosial dan
American Heart Association juga menyatakan kesibukan cenderung mengakibatkan masyarakat
bahwa selang waktu beberapa menit setelah seseorang mengonsumsi makanan yang tidak sehat sehingga
menghirup asap rokok dapat meningkatkan tekanan pada akhirnya masyarakat akan mengonsumsi
darah sebab paparan asap rokok merupakan salah satu makanan mengandung lemak, energi dan natrium yang
penyebab terjadinya arteroskelrosis. Begitu juga tinggi. Dengan tingginya konsumsi natrium dalam mie
Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan 5
(Aspek Sosial Budaya Masyarakat Pesisir)
Putra Apriadi Siregar, Saidah Fatimah Sari Simanjuntak, Feby Harianti Br. Ginting, Sutari Tarigan,
Shafira Hanum, Fikha Syra Utami
instan tersebut yang akhirnya membentuk tekanan Penelitian Budiono (2015) juga menyebutkan
darah tinggi (hipertensi) pada individu.19,20 bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
Soft drink memiliki kadar gula yang tinggi dan status kesehatan hipertensi pada masyarakat di Desa
tidak memiliki zat gizi lain yang berarti, sehingga Naben, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen. Dapat
apabila softdrink dikonsumsi secara sering dan disimpulkan bahwa kurangnya aktivitas fisik membuat
berlebihan maka akan menimbulkan beberapa risiko organ tubuh dan pasokan darah maupun oksigen
kesehatan, salah satunya hipertensi. Hasil penelitian menjadi tersendat sehingga meningkatkan tekanan
menunjukkan bahwa dari 23 responden yang darah. Dengan melakukan olahraga atau aktivitas fisik
mengalami hipertensi, 30,9% diantara jarang secara rutinn dapat menurunkan dan menstabilkan
mengonsumsi soft drink (1-10 kali perbulan). tekanan darah.27
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa seseorang
yang mengkonsumsi makanan cepat saji serta KESIMPULAN
junkfood seperti konsumsi soft drink dalam porsi Mayoritas responden yang mengalami
besar serta dengan frekuensi 2 sampai 3 kali per hipertensi adalah usia dewasa (25-59 tahun) (31,8%),
minggu, maka dapat mengakibatkan hipertensi. memiliki IMT lebih (38,9%), sering terpapar asap
Penelitian Pamelia (2015) menunjukkan ada hubungan rokok dalam ruangan tertutup (41,4%) dan mayoritas
yang signifikan antara kebiasaan makan makanan responden hipertensiyang merokok adalah seorang
cepat saji dengan kejadian hipertensi.21 perokok ringan (36%). Mayoritas responden yang
Menurut Mueller (2010) soft drink mengalami hipertensi jarang mengonsumsi makanan
memiliki kadar gula yang tinggi dan tidak memiliki asin, mie instan dan soft drink (1-10 kali perbulan)
zat gizi lain yang berarti. Selain itu soft drink juga yaitu masing-masing sebesar 32,4%; 27,4%; dan
memiliki beban glikemik tinggi dibandingkan dengan 30,9%; serta melakukan aktivitas fisik sedang
makanan dan minuman yang lain. Sedangkan menurut (20,9%).
Vartanian(2007),soft drink dalam meta analisis yang Peneliti menyarankan kepada masyarakat
meneliti hubungan antara konsumsi soft drink, nutrisi pesisir Belawan II untuk melakukan hidup sehat
dan kesehatan menyatakan bahwa soft drink dapat dengan mengurangi konsumsi makanan asin, mie
meningkatkan berat badan dan dapat meningkatkan instant dan softdrink serta memperbanyak konsumsi
beberapa risiko kesehatan diantaranya hipertensi, buah dan sayur, tidak merokok dan menghindari diri
diabetes dan dapat melemahkan sistem imunitas.22,23 dari paparan asap rokok khususnya diruangan tertutup
WHO menyatakan bahwa kurangnya aktivitas serta sering melakukan aktivitas fisik dalam sehari
merupakan sebuah faktor risiko kunci utama untuk mencegah terjadinya hipertensi. Peneliti juga
terjadinya penyakit tidak menular seperti hipertensi, menyarankan kepada petugas puskesmas Belawan II
selain itu kurangnya aktifitas fisik juga merupakan untuk rutin melakukan pengecekan tekanan darah
faktor resiko utama ke empat kematian diseluruh serta memberikan edukasi berupa penyuluhan tentang
dunia. Sekitar 3,2 juta orang meninggal setiap tahun hipertensi kepada masyarakat untuk mencegah
karena masalah kurangnya aktivitas fisik.24 terjadinya hipertensi pada masyarakat pesisir
Kurangnya aktivitas fisik membuat organ tubuh BelawanII.
dan pasokan darah maupun oksigen menjadi tersendat
sehingga menimbulkan banyak permasalahan
UCAPAN TERIMA KASIH
kesehatan seperti tingginya berat badan serta
Terimakasih kepada Allah SWT yang telah
meningkatnya tekanan darah. Hasil penelitian
memberikan kemudahan hingga terselesaikannya
menunjukkan bahwa dari 23 responden yang
penelitian ini tanpa adanya kendala yang bermakna,
mengalami hipertensi, 22,4% diantaranya melakukan
selain itu terimakasih juga kepada bapak Putra Apriadi
aktivitas fisiksedang.
Siregar, SKM. M.Kes., yang telah membimbing
WHO (2011) menyebutkan salah satu faktor
hingga penelitian ini dapat terselesaikan, serta atas
lain yang menyebabkan hipertensi adalah kurangnya
kritik dan saran rekan-rekan sekalian.
aktivitas fisik. Hal sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tori dan Muji (2017) yang menyatakan
DAFTAR PUSTAKA
bahwa terdapat hubungan aktivitas fisik dengan
1. World Health Organization (WHO). A global
kejadian hipertensi, dengan diperoleh nilai OR=2,255
brief on hypertension: silent killer, global public
yang berarti responden yang melakukan aktivitas fisik
health crisis. 2015;
ringan berisiko mengalami hipertensi sebesar 2,255
2. Institute for Health Metrics and Evaluation
kali dibandingkan dengan yang melakukan aktivitas
(IHME). The Global Burden of Disease Study.
fisik sedang dan berat. Menurut penelitian Xianhui
2017;
2016 terdapat hubungan antar aktivitas fisik dengan
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan
hipertensi (p-value = 0,023) didaerah pesisir Ganyu
penelitian dan pengembangan kesehatan,
sebesar 39,7%. Aktivitas fisik yang kurang dapat
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
Jakarta. 2013;
meningkatkan risiko kelebihan berat badan.24,25,26
4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan
penelitian dan pengembangan kesehatan,

6 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 1-8


Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Gender. British Journal of Clinical
Jakarta. 2018; Pharmocology, 37-43. 2003;
5. Rusliafa J, Amiruddin R, Noor NB. Komparatif 16. Ramayulis, Rata. Menu dan Resep untuk
Kejadian Hipertensi pada Wilayah Pesisir Pantai Penderita Hipertensi, PT. Penebar Plus.Jakarta.
dan Pegunungan di Kota Kendari Tahun 2014. 2010;
MKMI.2014; 17. Sitepoe, Mengku. Coret-Coret Anak Desa
6. Aidha, Zuhrina S.Kep, M.kes,. Dr. Azhari Akmal Berprofesi Ganda. Jakarta. KPG. 2008;
Tarigan, M.A.Survey Hipertensi dan Pencegahan 18. Susenas. Pengeluaran Untuk Konsumsi
Komplikasi di Wilayah Pesisir Kecamatan Percut Penduduk Indonesia. Jakarta. 2013;
Sei Tuan. 2018; 19. El Ansari W, Stock C, Mikolajczyk RT.
7. Falepi, Reinpal., Ryan Rahmat Tanjung., Relationships Between Food Consumption and
Luthfiah Mawar., Ema Rizka Sazkiah., Cindy Living Arrangements Among University
Lestari., Waridah Santi Siregar. Epidemiologi Students In Four European Countries- A Cross-
Hipertensi BerdasarkanBudaya Konsumsi Garam SectionalStudy.Nutrition journal. 11(1):28. 2012;
Di Kawasan Pesisir Medan Belawan. 2019; 20. Park J, Lee JS, Jang YA, Chung HR, Kim J.A.
8. Marlinda, dkk. Faktor Faktor Yang Berhubungan Comparison Of Food And Nutrient Intake
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Between Instant Noodle Consumers And Non-
Pada Petani.10(1):34-35. 2015; Instant Noodle Consumers In Korean Adults.
9. Dian, Nieky Greyti, Mulyadi, dan Rina M Nutrition research and practice. 5(5):443-9.
Kundre. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) 2011;
Dengan Tekanan Darah Pada Penderita 21. Icha Pamelia. Perilaku Konsumsi Makanan
Hipertensi Di Poliklinik Hipertensi dan Cepat Saji Pada Remaja dan Dampaknya Bagi
Nefrologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Kesehatan. Jurnal IKESMA Volume 14 Nomor
Manado. 2014; 2. 2015;
10. Pinzon R. Indeks massa tubuh sebagai faktor 22. Mueller NT, Odegaard A, Anderson K, et al. Soft
risiko hipertensi usia muda.Cermin dunia Drink And Juice Consumption And Risk Of
kedokteran. 123:9-11. 2011; Pancreatic Cancer: The Singapore Chinese
11. Barnoya, J., & Glantz, Stanton A. Cardiovascular Health Study. Cancer Epidemiol Biomarkers
effect of secondhand smoke nearly as large as Prev. 19(2):447-455.2010;
smoking. Circulation. 111:2684-2698. 2016; 23. Vartanian. Effects of Soft Drink Consumption on
12. CCOHS. Enviromental Tobacco Smoke (ETS): Nutrition and Health: A Systematic Review and
General Information and Health Effect. 2011; Meta-Analysis Am J Public Health. 97(4): 667–
[CanadianCentrefor Occupationa Healthand 675. 2006;
Safety:https://www.ccohs.ca/oshanswers/ps%20y 24. WHO. Regional Office for SouthEast Asia,
c hosocial/ets_health.html] Departement of Sustainable Development and
13. Rufaidah, A. Pengaruh Perokok Pasif terhadap Healthy Enviroment. Non Communicable
Plasenta, Berat Badan Lahir, Apga Score Bayi Disease: Hypertension. 2011;
Baru Lahir pada Ibu Hamil di Kabupaten padang 25. Rihiantoro, Tori dan Muji Widodo. Hubungan
Pariaman Tahun 2011. Tesis. Universitas 26. Pola Makan dan Aktivitas Fisik Dengan
Andalas. 2012; Kejadian Hipertensi Di Kabupaten Tulang
14. Aurelio, L. Review Article: Does Smoking Act Bawang. Jurnal Keperawatan. 13(2). 2017;
as a Friend or Enemy of Blood Pressure? Let 27. Qin Xianhui., Zhang., Cai Y., et all. Prevalace Of
lease Pandora’s Box. SAGE-HindawiAccesto Obesity, Abdominal Obesity and Associated
Research CardiologyResearch and Practice, Factors In Hypertensive Adults Clinica Nutrition.
Volume 2011.2010; 3(3) : 3610367. 2016;
15. Mahmud, A., & Feely, J. Effects of Passive 28. Budiono. Hubungan Antara Aktifitas fisik
Smoking on Blood Pressure and Aortic Pressure dengan Status Kesehatan Hipertensi di Desa
Waveform in Healthy Young Adults-Influence of Ngabean Kecamatan Mirit Kabupaten
Kebumen. 2015;

Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan 7


(Aspek Sosial Budaya Masyarakat Pesisir)
Putra Apriadi Siregar, Saidah Fatimah Sari Simanjuntak, Feby Harianti Br. Ginting, Sutari Tarigan,
Shafira Hanum, Fikha Syra Utami
8 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 1-8

Anda mungkin juga menyukai