Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan
Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, Indonesia
*Penulis Korespodensi : putraapriadisiregar@uinsu.ac.id
Abstrak
Sosial dan budaya menjadi salah satu faktor risiko yang secara langsung ataupun tidak langsung
dapat memengaruhi tingkat kesehatan masyarakat pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor risiko kejadian hipertensi berdasarkan sosial budaya masyarakat pesisir di Kota
Medan tahun 2019. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain observasional dengan pendekatan
studi cross-sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Sampel dalam penelitian ini
adalah masyarakat Kelurahan Belawan II yang berjumlah 90 orang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden yang mengalami hipertensi adalah usia dewasa (25-59 tahun) (31,8%),
memiliki IMT lebih (38,9%), sering terpapar asap rokok dalam ruangan tertutup (41,4%) dan
mayoritas responden hipertensi yang merokok adalah seorang perokok ringan (36%). Mayoritas
responden yang mengalami hipertensi jarang mengonsumsi makanan asin, mie instan dan soft drink
(1-10 kali perbulan) yaitu masing-masing sebesar 32,4%; 27,4%; dan 30,9%; serta melakukan
aktivitas fisik sedang (20,9%). Untuk itu, diharapkan kepada masyarakat pesisir Belawan II untuk
melakukan pola hidup sehat dengan mengurangi konsumsi makanan asin, mie instant dan softdrink
serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur, tidak merokok dan menghindari diri dari paparan
asap rokok khususnya diruangan tertutup serta sering melakukan aktivitas fisik dalam sehari. Petugas
puskesmas juga diharapkan rutin melakukan pengecekan kadar tekanan darah serta sering
memberikan edukasi tentang hipertensi pada masyarakat pesisir Kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 Hasil uji statistikmenunjukkan nilai p.value sebesar
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi 0,272 (p value > 0,05), sehingga tidak ada hubungan
(hipertensi), dengan klasifikasi usia yaitu remaja (16- antara status tekanan darah (hipotensi, normal dan
24 tahun) sebesar 5,9%, dewasa (25-59 tahun) sebesar hipertensi) dengan usia responden (remaja, dewasa
31,8% dan lansia (≥60 tahun) sebesar 14,3%. dan lansia) di wilayah pesisir Kota Medan.
Tabel 2. Frekuensi Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
IMT n % n % n % N %
Kurang 0 0,0% 7 87,5% 1 12,5% 8 100%
Normal 5 10,9% 33 71,7% 8 17,4% 46 100% 0,301
Lebih 2 5,6% 20 55,6% 14 38,9% 36 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39 50%. Hasil ujistatistikmenunjukkan nilai p.value
responden perokok, terdapat 38,5% responden yang sebesar 0,923 (p value > 0,05), sehingga tidak ada
memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), dengan hubungan antara status tekanan darah (hipotensi,
klasifikasi perokok ringan sebesar 36%, perokok normal dan hipertensi) dengan derajat merokok
sedang sebesar 37,5% dan perokok berat sebesar responden perokok wilayah pesisir Kota Medan.
Tabel 4. Frekuensi Terpapar Asap Rokok Dalam Ruangan Tertutup Dengan Status Tekanan Darah
Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Terpapar Asap Rokok n % n % n % N %
Sering 0 0,0% 17 58,6% 12 41,4% 29 100%
Jarang 1 3,8% 19 73,1% 6 23,1% 26 100% 0,019
Tidak Pernah 6 17,1% 24 68,6% 5 14,3% 35 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 dalam ruangantertutup sebesar 14,3%. Hasil uji
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi statistik menunjukkan nilai p.value sebesar 0,019 (p
(hipertensi), dengan klasifikasi sering terpapar asap value < 0,05), sehingga ada hubungan antara status
rokok dalam ruangan tertutup sebesar 41,4%, jarang tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
terpapar asap rokok dalam ruangan tertutup sebesar dengan lama terpapar asap rokok dalam ruangan
23,1%, dan tidak pernah terpapar asap rokok tertutup pada responden wilayah pesisir Kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 menunjukkan nilaip.valuesebesar 0,223 (p value >
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi 0,05), sehingga tidak ada hubungan antara status
(hipertensi), dengan klasifikasi melakukan aktivitas tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
fisik sedang sebesar 22,4% dan melakukan aktivitas dengan aktivitas fisik (ringan, sedang dan berat) pada
fisik berat sebesar 40%. Hasil uji statistik responden wilayah pesisir Kota Medan.
Tabel. 6 Frekuensi Konsumsi Makanan Asin Dengan Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Makanan Asin n % n % n % N %
Sering (≥1 kali sehari) 1 2,5% 30 75% 9 22,5% 40 100%
Jarang (1-10 kali perbulan) 4 10,8% 21 56,8% 12 32,4% 37 100%
Tidak Pernah 2 15,4% 9 69,2% 2 15,4% 13 100% 0,270
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%
Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan 3
(Aspek Sosial Budaya Masyarakat Pesisir)
Putra Apriadi Siregar, Saidah Fatimah Sari Simanjuntak, Feby Harianti Br. Ginting, Sutari Tarigan,
Shafira Hanum, Fikha Syra Utami
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 makanan asin sebesar15,4%. Hasil uji statistik
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi menunjukkan nilai p.value sebesar 0,270 (p value >
(hipertensi), dengan klasifikasi sering mengonsumsi 0,05), sehingga tidak ada hubungan antara status
makanan asin (≥1 kali sehari) sebesar 22,5%, jarang tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
mengonsumsi makanan asin (1-10 kali perbulan) dengan konsumsi makanan asin pada responden
sebesar 32,4%, dan tidak pernah mengonsumsi wilayah pesisir Kota Medan.
Tabel. 7 Frekuensi Konsumsi Mie Instan Dengan Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Mie Instan n % n % n % N %
Sering (≥1 kali sehari) 0 0,0% 8 72,7% 3 27,3% 11 100%
Jarang (1-10 kali perbulan) 6 8,2% 47 64,4% 20 27,4% 73 100% 0,479
Tidak Pernah 1 16,7% 5 83,3% 0 0,0% 6 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 statistik menunjukkan nilai p.value sebesar 0,479 (p
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi value > 0,05), sehingga tidak ada hubungan antara
(hipertensi), dengan klasifikasi sering mengonsumsi status tekanan darah (hipotensi, normal dan hipertensi)
mie instan (≥1 kali sehari) sebanyak 3 orang (27,3%), dengan konsumsi mie instan pada responden wilayah
dan jarang mengonsumsi mie instan (1-10 kali pesisir Kota Medan.
perbulan)sebanyak 20 orang (27,4%). Hasil uji
Tabel. 8 Frekuensi Konsumsi Soft Drink Dengan Status Tekanan Darah Responden
Status Tekanan Darah
Variabel Total P.Value
Hipotensi Normal Hipertensi
Soft Drink n % n % n % N %
Sering (≥1 kali sehari) 0 0,0% 4 100% 0 0,0% 4 100%
Jarang (1-10 kali perbulan) 4 7,3% 34 61,8% 17 30,9% 55 100%
0,474
Tidak Pernah 3 9,7% 22 71% 6 19,4% 31 100%
Total 7 7,8% 60 66,7% 23 25,6% 90 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 hipertensi semakin besar. Hal ini terjadi karena pada
responden, 25,6% memiliki tekanan darah tinggi umur yang semakin bertambah tua arteri besar
(hipertensi), dengan klasifikasi jarang mengonsumsi kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga
soft drink (1-10 kali perbulan) sebesar 30,9%, dan darah yang dipaksa untuk melalui pembuluh darah
tidak pernah mengonsumsi soft drink sebesar yang sempit daripada biasanya dan mengakibatkan
19,4%.Hasil ujistatistikmenunjukkan nilai p.value naiknya tekanan darah.8
sebesar 0,474 (p value > 0,05), sehingga tidak ada Meningkatnya berat badan mengakibatkan
hubungan antara status tekanan darah (hipotensi, nutrisi dan oksigen yang dialirkan ke dalam sel
normal dan hipertensi) dengan konsumsi soft drink meningkat sehingga mengakibatkan terjadinya
pada responden wilayah pesisir Kota Medan. peningkatan tekanan didalam pembuluh darah dan
jantung. Kondisi indeks massa tubuh seseorang sangat
Pertambahan usia sangat berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap terjadinya penyakit tidak
tingkat kesehatan sesorang. Sistem imun (kekebalan menular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23
tubuh) pada manusia kian melemah seiring orang responden yang mengalami hipertensi, 38,9%
bertambahnya usia, sehingga menyebabkan semakin diantaranya memiliki IMT lebih (overweight). Hal ini
tuanya seseorang maka semakin rentan pula ia terkena sejalan dengan penelitian Nieky (2014), bahwa di
penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23 Poliklinik Hipertensi dan Nefrologi BLU RSUP Prof.
responden yang mengalami hipertensi, 31,8% Dr. R. D. Kandou Manado, rata-rata responden
diantaranya berusia dewasa (25-59 tahun). Hal ini termasuk dalam kategori indeks massa tubuh
sejalan dengan penelitian Marlinda (2015) yang overweight (lebih) dengan nilai IMT antara 23-24,9
menyatakan bahwa tekanan darah tinggi banyak dengan jumlah responden 39 responden(61,9%).9
terjadi pada usia dewasa. Semakin meningkatnya Menurut Pinzon (2011), indeks massa tubuh
umur seseorang, maka risiko terkena penyakit (IMT) sangat terkait denganhipertensi.Angka kejadian