Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-
peneliti yang sebelumnya, di mana penelitian yang dilakukan mempunyai kaitan dengan
penelitian ini. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa
dalam memilih profesi telah banyak dilakukan oleh akademisi.
(Juliansah and Suryaputri 2016) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi minat mahasiswa dalam memilih profesi. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa variabel nilai intrinsik pekerjaan, imbalan keuangan, lingkungan
kerja, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar tenaga kerja, dan efek signifikan kepribadian
pada pilihan karir menjadi akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi.
(Yetti Iswahyuni 2017) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi minat mahasiswa dalam memilih profesi. Dari penelitian yang
dilakukannya menghasilkan temuan bahwa faktor finansial dan persaingan pasar kerja
tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik. Sedangkan pelatihan
profesional, lingkungan kerja dan nilai-nilai sosial berpengaruh terhadap pemilihan karir
sebagai akuntan publik.
Penelitian yang dilakukan oleh (Hapsoro et al. 2018) mengenai minat mahasiswa
dalam memilih profesi menghasilkan temuan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan akademik, keuangan penghargaan, dan pertimbangan pasar tenaga kerja
memiliki pengaruh positif yang signifikan berpengaruh pada minat mahasiswa untuk
berkarir sebagai akuntan publik. Persyaratan untuk menjadi akuntan memiliki pengaruh
negatif yang signifikan berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir
sebagai akuntan publik dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan. Semua variabel
yang diuji secara simultan berpengaruh terhadap minat karir mahasiswa akuntansi
sebagai akuntan publik. Yang paling berpengaruh variabel dalam hasil penelitian ini
adalah apresiasi keuangan.
Penelitian yang di lakukan oleh (Rosmalinda and Diana 2018) Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa imbalan keuangan variabel simultan, pelatihan profesional, nilai
sosial dan kepribadian secara signifikan mempengaruhi pilihan karir akuntan publik.
Sementara lingkungan kerja dan pertimbangan pasar tenaga kerja tidak significan
mempengaruhi karir pilihan akuntan publik.
(Afida 2019) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
minat mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai akuntan. Hasil penelitian
membuktikan bahwa (1) Nilai intrinsik pekerjaan, (2) penghargaan finansial/gaji dan (3)
profesi kerja berpengaruh negatif terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam memilih
profesi sebagai akuntan.
(Febriyanti 2019) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai akuntan
publik, Pengaruh Pertimbangan Pasar Kerja terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam
pemilihan karir sebagai akuntan publik, Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap minat
mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik, Pengaruh
Personalitas terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai akuntan
publik, Pengaruh Pengakuan Professional terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam
pemilihan karir sebagai akuntan publik, Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap minat
mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik. Dari hasil penelitian
yang dilakukannya dapat dikatakan bahwa asil penelitian diperoleh bahwa Penghargaan
Finansial, Pertimbangan Pasar Kerja, Lingkungan Keluarga, Personalitas, Pengakuan
Profesional dan Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Minat mahasiswa
dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik.
(Rafiqa and Setiawan 2020) dari hasil penelitian yang dilakukannya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk memilih berkarir di Lembaga
Keuangan Syariah, mengungkapkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa ide
tidak mempengaruhi kepentingan profesi di lembaga keuangan, dan motivasi akuntansi
syariah dan pengaruh kepentingan dalam setiap profesi di lembaga keuangan non-
Syariah. Meskipun kesadaran tidak memiliki dampak positif pada minat karir siswa
untuk lembaga keuangan Islam.
Penelitian yang di lakukan oleh (Pratama and Damayanti 2020) Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian secara parsial
prospek karier, pemilihan karir, pertimbangan pasar kerja mempunyai pengaruh yang
positif terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik, sedangkan pengakuan
profesional mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pemilihan karir sebagai akuntan
publik. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa prospek karier, pengakuan
profesional, pertimbangan pasar kerja dan nilai-nilai sosial bersama- sama berpengaruh
terhadap minat mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Metro dalam
pemilihan karier sebagai akuntan publik.
Konsep teori perilaku terencana (theory of planned behavior) dapat juga
diterapkan dalam penelitian mengenai minat mahasiswa dalam memilih profesi. (Fadly
and Saragih 2018) melakukan penelitian terhadap keseluruhan mahasiswa STIE IBBI
Medan jurusan akuntansi perpajakan semester IV dan VI tahun 2017 yang berjumlah 166
mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap perilaku,norma
subjektif dan kontrol perilaku secara simultan berpengaruh signifikan terhadap minat
berkarir dibidang perpajakan. Secara parsial norma subjektif dan kontrol perilaku tidak
berpengaruh signifikan terhadap minat berkarir dibidang perpajakan. Sedangkan sikap
perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat berkarir dibidang perpajakan.
Dari uraian penelitian terdahulu di atas, maka perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk bekerja di bank syariah dilakukan dengan
menerapkan konsep teori perilaku terencana. Konsep teori perilaku terencana masih
jarang diterapkan pada penelitian mengenai minat mahasiswa untuk bekerja di bank
syariah, dan pada penelitian sebelumnya diterapkan dalam penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk bekerja sebagai akuntan publik dan
di bidang perpajakan. Dalam konsep teori perilaku terencana (theory of planned
behavior) yang dikemukakan oleh Icek Ajzen, minat (intention) seseorang dipengaruhi
oleh adanya faktor sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm) dan kontrol
perilaku (behavioral control) (Jogiyanto, 2017: 62).

B. Kerangka Teori
1. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
Teori perilaku terencana (theory of planned behavior) adalah hasil
pengembangan lebih lanjut dari teori tindakan beralasan (theory of reasoned action)
yang juga dikembangkan oleh Ajzen pada tahun 1980. Teori tindakan beralasan
(theory of reasoned action) menjelaskan bahwa perilaku seseorang dilakukan karena
individu memiliki minat atau keinginan untuk melakukannya. Minat akan
menentukan perilaku seseorang. Teori tindakan beralasan (theory of reasoned action)
mengusulkan bahwa minat adalah suatu fungsi dari sikap (attitude) dan norma
subyektif (subjective norm) terhadap perilaku. Dalam teori perilaku terencana
(theory of planned behavior), Ajzen, pada tahun 2019, menambahkan sebuah
konstruk yang belum ada pada teori tindakan beralasan. Konstruk tersebut adalah
kontrol perilaku atau behavioral control (Jogiyanto, 2017: 61).
Teori perilaku terencana (theory of planned behavior) merupakan teori yang
sudah digunakan untuk memprediksi berbagai perilaku, salah satunya adalah untuk
memprediksi perilaku konsumen. Pada penelitian mengenai minat mahasiswa dalam
memilih profesi, maka mahasiswa diibaratkan sebagai konsumen yang akan memilih
perusahaan untuk tempat mengembangkan karir yang akan dijalaninya (Firmansyah,
2014: 10).

Sikap
(Atitude )

Norma Subyektif Minat Perilaku


(Subjective Norm) (Intention) (Behavior)

Kontrol perilaku
(Behavioral Control)

Gambar 2.1
Konsep Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
Sumber: Jogiyanto (2017: 62)

Teori perilaku terencana mengemukakan bahwa sikap (attitude), norma


subyektif (subjective norm) dan kontrol perilaku (behavioral control) akan
mengakibatkan adanya minat (intention). Kemudian hal tersebut akan menimbulkan
perilaku (behavior) seseorang (Sumaryono, 2016: 35).

Jogiyanto (2017: 63) menambahkan kemungkinan adanya hubungan langsung


antara kontrol perilaku (behavioral control) dengan perilaku (behavior). Dengan
demikian, kontrol perilaku dapat mempengaruhi perilaku secara tidak langsung
(melalui minat) dan juga dapat memprediksi perilaku secara langsung.

2. Minat
a. Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa
tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Atau minat juga bisa disebut keinginan seseorang terhadap sesuatu yang ia cita-
citakan, merupakan hasil kesesuaian antara kondisi dan situasi dengan kebutuhan
yang ia harapkan (Idris M 2020). Minat Sikap (Attitude) Norma Subyektif
(Subjective Norm) Kontrol perilaku (Behavioral Control) Minat (Intention)
Perilaku (Behavior) 15 diasumsikan sebagai faktor pemotivasi yang ada di dalam
diri individu yang mempengaruhi perilaku.
Jogiyanto (2017: 29) mengungkapkan bahwa minat (intention) akan
menentukan perilaku atau tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang. Akan
tetapi minat tidak selalu bersifat statis, yang berarti dapat berubah seiring
berjalannya waktu. Semakin lebar interval waktu, maka semakin mungkin terjadi
perubahan pada minat tersebut.
b. Faktor-Faktor yang Menentukan Minat
Dalam konsep teori perilaku terencana (theory of planned behavior),
perilaku (behavior) seseorang akan timbul karena adanya minat (intention). Lebih
lanjut, Ajzen menjelaskan bahwa minat (intention) seseorang dipengaruhi oleh
tiga faktor utama, yaitu sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm) dan
kontrol perilaku (behavioral control) (Azwar, 2019: 12). Penjabaran mengenai
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Sikap (Attitude)
Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan (Azwar,
2019: 5). Thrustone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik
yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek-
obyek psikologis (Walgito, 2019: 108).
Ajzen dalam Jogiyanto (2017: 36) mendefinisikan sikap sebagai
evaluasi kepercayaan (believe) atau perasaan positif dan negatif dari
seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Sikap
berperan penting dalam perilaku sesorang di lingkungannya, walaupun masih
banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku, seperti stimulus, latar
belakang individu, motivasi dan status kepribadian. Secara timbal balik,
faktor lingkungan juga mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
Mandiri (2017: 4) menjelaskan sikap dihasilkan dari keyakinan atas
manfaat perilaku dan penilaian atas manfaat perilaku. Keyakinan atas
manfaat perilaku berisi aspek pengetahuan tentang perilaku tertentu.
Keyakinan seseorang menjadi dasar terbentuknya sikap terhadap suatu obyek
sikap, yang mana keyakinan tersebut dapat muncul dari dua sumber yaitu
keyakinan yang muncul karena adanya interaksi antara individu dengan
obyek dan keyakinan yang muncul dari adanya informasi tentang obyek yang
diperoleh dari berbagai sumber informasi. Keyakinan juga berarti
pengetahuan seseorang terhadap berbagai aspek dari suatu obyek. Sedangkan
penilaian atas manfaat perilaku berkaitan dengan penilaian yang diberikan
seseorang terhadap setiap akibat yang akan diperoleh dari perilaku yang akan
dilakukannya tersebut.
Menurut Jogiyanto (2017: 71), dalam operasionalnya, terdapat tiga
konstruk yang membentuk sikap, yaitu:
a) Kegunaan persepsian (perceived usefull) Kegunaan persepsian adalah
sejauh mana seseorang percaya bahwa perilaku yang dilakukannya akan
mendatangkan manfaat atau kegunaan bagi dirinya.
b) Kesenangan persepsian (perceived of enjoyment) Kesenangan persepsian
adalah sejauh mana sebuah perilaku yang dilakukan oleh seseorang
memberikan kesenangan bagi dirinya.
c) Risiko persepsian (perceived risk) Risiko persepsian merupakan suatu
persepsi tentang konsekuensi yang akan diterima apabila melakukan
sebuah perilaku.
Pada penelitian ini, sikap merupakan reaksi mengenai pendapat
mahasiswa yang bersifat positif yang berarti mendukung, atau pendapat yang
bersifat negatif yang berarti tidak mendukung 18 melalui proses evaluasi
secara menyeluruh terhadap berbagai macam profesi yang ada pada bank
syariah.
2) Norma Subyektif (Subjective Norm)
Norma subyektif (subjective norm) adalah persepsi atau pandangan
seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang mempengaruhi
minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang
dipertimbangkan (Jogiyanto, 2017: 42).
Ajzen dalam Haryadi (2013: 6) menjelaskan bahwa norma subyektif
yaitu persepsi individu berhubungan dengan kebanyakan dari orang-orang
yang penting bagi dirinya mengharapkan individu untuk melakukan atau
tidak melakukan perilaku tertentu. Orang-orang yang penting bagi dirinya itu
kemudian dijadikan acuan atau patokan untuk mengarahkan tingkah laku
individu.
Bhattacherjee dalam Jogiyanto (2017: 70) menjelaskan bahwa norma
subyektif terbentuk atas adanya dua pengaruh, yaitu:
a) Pengaruh interpersonal (interpersonal influence) Pengaruh interpersonal
adalah pengaruh dari teman, anggota keluarga, rekan kerja, atasan dan
indivdu-individu berpengalaman yang dikenal sebagai pengadopsi
potensial.
b) Pengaruh eksternal (eksternal influence) Pengaruh eksternal adalah
pengaruh dari pihak luar organisasi seperti laporan-laporan dan opini-
opini dari pakar, dan informasi non-personal lainnya yang
dipertimbangkan oleh individu-individu dalam melakukan perilakunya.

Pada penelitian ini norma subyektif merupakan reaksi mahasiswa atas


pengaruh dari orang lain di lingkungan sosialnya untuk memilih atau tidak
memilih berkarir di bank syariah.

3) Kontrol perilaku (Behavioral control)


Jogiyanto (2017: 64) menjelaskan bahwa Ajzen mendefinisikan
kontrol perilaku (behavioral control) sebagai kemudahan atau kesulitan
persepsian untuk melakukan perilaku. Kepercayaan-kepercayaan kontrol
(control believes) merupakan kepercayaan-kepercayaan tentang keberadaan
faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau menghalangi kinerja dari perilaku
dan kekuatan persepsian dari faktor-faktor tersebut.
Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan
individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku
yang bersangkutan. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa
percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah (Azwar,
2018: 12).
Ajzen membagi kontrol perilaku ke dalam dua komponen-komponen
(Jogiyanto, 2017: 72), yaitu:
a) Keyakinan sendiri (self efficacy) Keyakinan sendiri adalah persepsi
individu terhadap kemudahan atau kesulitan dalam melakukan perilaku
tertentu.
b) Kontrolabilitas (controllability) Kontrolabilitas merupakan kontrol
terhadap perilaku, atau kepercayaan-kepercayaan tentang seberapa jauh
seorang individu m melakukan perilaku tertentu merupakan suatu
kehendak pelaku sendiri.
3. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Pengertian bank dalam Islam atau bank syariah ialah “bank yang beroperasi
dengan tidak bergantung pada bunga.” Dalam definisi lain, perbankan syariah
ialah lembaga perbankan yang selaras dengan sistem nilai dan etos Islam. Dengan
kata lain, bank syariah ialah “lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan syariat Islam (al-Qur’an dan Hadis Nabi
saw) dan menggunakan kaidah-kaidah fiqh. (Iska 2018)
(Afrianty, Isnaini, and Oktarina 2020)Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah

b. Kegiatan Bank Syariah


Sebagai lembaga keuangan, kegiatan utama bank syariah antara lain adalah
sebagai berikut: (Afrianty, Isnaini, and Oktarina 2020)
1. Manajer investasi yang mengelola investasi atas dana nasabah dengan
menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen investasi;
2. Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana
nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi
yang sesuai dengan prinsip syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai
nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana;
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran seperti bank non-syariah
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; dan
4. Pengemban fungsi sosial berupa pengelola dana zakat, infaq, shadaqah serta
pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional


Antonio (2001: 34) menjelaskan perbedaan antara bank syariah dengan
bank konvensional adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Sumber : Antonio (2017:34)


Bank Syariah Bank Konvensional
Hanya melakukan investasi-investasi Investasi yang halal dan haram.
yang hala
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual- Memakai perangkat bunga.
beli, atau sewa.
Profit & falah oriented. Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan. bentuk debitor-kreditur.

Penghimpunan dan penyaluran dana Tidak terdapat dewan sejenis.


harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah.

Sistem bagi hasil dan sistem bunga merupakan perbedaan yang paling
mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional. Ismail dalam Suryani
(2015: 12) menjelaskan perbedaan antara sistem bagi hasil dan sistem bunga
adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2
Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga

Bagi Hasil Bunga


Besarnya bagi hasil ditetapkan dengan Besarnya bunga ditetapkan pada saat
rasio nisbah yang disepakati antara perjanjian dan mengikat kedua pihak
pihak yang melaksanakan akad pada yang melaksanakan perjanjian dengan
saat akad dengan berpedoman adanya asumsi bahwa pihak penerima
kemungkinan keuntungan atau pinjaman akan selalu mendapatkan
kerugian. keuntungan.
Besarnya bagi hasil dihitung Besarnya bunga yang diterima
berdasarkan nisbah yang diperjanjikan berdasarkan perhitungan presentase
dikalikan dengan jumlah pendapatan bunga dikalikan dengan jumkah dana
dan/atau keuntungan yang diperoleh. yang dipinjamkan.
Jumlah bagi hasil yang akan diterima Jumlah bunga yang diterima tetap,
dipengaruhi oleh besarnya pendapatan meskipun usaha peminjam meningkat
dan/atau keuntung-an. Bagi hasil akan atau menurun.
berfluktuasi.
Sistem bagi hasil adil, karena Sistem bunga tidak adil, karena tidak
perhitungannya berdasarkan hasil terkait dengan hasil usaha peminjam.
usaha.
Tidak ada satu pun agama yang Eksistensi bunga diragukan oleh
meragukan bagi hasil. semua agama.
Sumber : Suryani (2015,12)

4. Sumber Daya Manusia Bank Syariah


Menurut (Michael, 2017) pengertian sumber daya manusia adalah hal-hal
berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber daya manusia.
Tugas manajemen sumber daya manusia adalah mengelola unsur-unsur manusia
dengan segala potensi yang dimiliki sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia
yang dapat mencapai tujuan organisasi. Dalam operasionalnya, sumber daya
manusia yang ada pada perbankan bisa disebut dengan bankir (Kasmir, 2014: 132).
Hidayanto (2016) menjelaskan definisi bankir yaitu seseorang yang bekerja di
bank dan sedang/pernah berkecimpung dalam bidang teknis operasional dan non
operasional perbankan. Bankir yang profesional adalah bankir yang memiliki
integritas pribadi, keahlian dan tanggung jawab sosial yang tinggi serta wawasan
yang luas agar mampu melaksanakan pola manajemen bank yang profesional pula
(Kasmir, 2003: 132).
Menurut Wibowo (2011: 33), bank syariah atau bank Islam adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Sehingga di samping
menguasai ilmu perbankan, sumber daya manusia pada bank syariah juga harus
memahami dan mampu mempraktikkan prinsip-prinsip syariah Islam dalam kegiatan
perbankan yang dilakukannya.
Antonio (2017: 34) mengungkapkan setiap sumber daya manusia bank syariah
dalam beretika harus dilandasi sifat amanah dan shiddiq, sehingga tercermin
integritas eksklusif muslim yang baik. Di samping itu, sumber daya manusia bank
syariah juga harus skillful dan profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas
secara team-work di mana informasi merata di seluruh organisasi (tabligh).
Sebagai profesional, sumber daya manusia pada bank syariah tentunya
memiliki kualifikasi dan standardisasi tertentu. Kualifikasi dan standar sumber daya
manusia bank syariah adalah sebagai berikut (Muhammad Tho’in 2016):
a. Kemampuan dalam memodifikasi produk-produk perbankan.
b. Memahami kontrak-kontrak syariah yang dikombinasi dengan prinsip-prinsip
syariah Islam meliputi tidak memberatkan.
c. Menyedikitkan beban
d. Penetapan hukum secara periodik
e. Memperhatikan kemaslahatan serta persamaan dan keadilan.
Dengan prinsip-prinsip syariah Islam dikombinasikan dengan kemampuan
dalam memodifikasi produk-produk perbankan, serta memahami kontrak-kontrak
syariah tersebut, maka target pertumbuhan pangsa pasar bank syariah dapat tercapai
sesuai dengan target yang diharapkan.

C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori yang dijelaskan di atas, maka kerangka pemikiran
pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

Sikap
( X 1)

Norma Subyektif ( X 2 Minat mahasiswa untuk


) Bekerja di Bank Syariah (γ )

Kontrol perilaku ( X 3 )

D. Hipotesis
Menurut Darmawan (2013: 120), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Hipotesis merupakan proporsi yang masih bersifat
sementara dan masih harus diuji kebenarannya (Hasan, 2004: 13). Berdasarkan kerangka
pemikiran di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. H1 : Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa untuk
bekerja di bank syariah.
2. H2 : Norma Subyektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa
untuk bekerja di bank syariah.
3. H3 : Kontrol perilaku berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa
untuk bekerja di bank syariah.
4. H4 : Sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku secara simultan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa untuk bekerja di bank syariah.

Anda mungkin juga menyukai