Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN

BERDASARKAN UU NO. 16 TAHUN 2019 TERHADAP ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)


DI KECAMATAN CIBIRU KOTA BANDUNG
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Sosial Kuantitatif

Dosen pengampu:
Idil Akbar, S.IP., M.I.P.

Disusun oleh:
Sherly Fanesha
170410190031

Kelas A

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana
pengaruh implementasi kebijakan batas usia minimal perkawinan berdasarkan UU No. 16
Tahun 2019 terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) di Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Agar fokus penelitian dapat terjawab secara tepat, maka diperlukan metode penelitian
yang sesuai untuk penelitian ini. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Menurut Creswell (2014) pendekatan
kuantitatif merupakan pendekatan yang ditujukan untuk menguji teori secara objektif
dengan menguji hubungan antar variabel dan variabel ini dapat diukur menggunakan
instrumen sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik.
Selain itu, menurut Sugiyono (2009) penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
didasarkan pada filsafat positivisme dimana data penelitian berupa angka-angka dan
dapat dianalisis secara statistik.
Menurut Whitney (1960), metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian kuantitatif deskreptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif menurut Isaac dan Michael
(1980) adalah untuk menggambarkan fakta-fakta dan karakteristik dari populasi tertentu
atau minat dalam suatu wilayah secara sistematis.
Dari penjelasan di atas, peneliti memandang bahwa pendekatan kuantitatif
deskriptif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan dalam
pendekatan kuantitatif deskriptif, fokus penelitian mengenai pengaruh implementasi
kebijakan batas usia minimal perkawinan berdasarkan UU No. 16 Tahun 2019 terhadap
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kecamatan Cibiru Kota Bandung membutuhkan data
akurat berdasarkan fenomena empiris dalam bentuk angka (dapat diukur) serta hipotesis
yang sifatnya kausalitas agar dapat digambarkan fakta-faktanya secara tepat. Selain itu,
metode ini juga tepat untuk digunakan dalam pengumpulan informasi yang luas dengan
menggunakan sampel dari populasi.
3.2 Variabel dan Operasional Variabel
Sugiyono (2014) mendefinisikan variable sebagai segala sesuatu yang berbentuk
apapun yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan didapatkan informasinya
sehingga dapat ditarik kesimpulannya. Adapun secara teoretis, Sugiyono (2014) memberi
pengertian bahwa variable atribut baik dari seseorang atau sesuatu yang dijadikan objek
yang memiliki variasi anatara satu objek dengan objek yang lainnya.
Dalam penelitian, variable dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni variable
independent dan variable dependen. Menurut Ferdinand (2016), variable independent
yang sering kali dilambangkan dengan (X) merupakan variable yang memengaruhi
variable dependen (Y), baik mempengaruhi secara positif maupun negatif. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul Pengaruh Implementasi Kebijakan
Batas Usia Minimal Perkawinan Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2019 Terhadap Angka
Kematian Ibu (AKI) di Kecamatan Cibiru Kota Bandung, implementasi kebijakan batas
usia minimal perkawinan merupakan variabel independent (X), sedangkan Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan variabel dependen (Y). Dalam penelitian ini, peneliti
ingin mengetahui apakah implementasi dari kebijakan batas usia minimal perkawinan
berpengaruh terhadap Angka Kematian Ibu (AKI).
1. Implementasi Kebijakan (Variable X)

Van Meter dan Van Horn mengemukakan pendapatnya bahwa definisi dari
implementasi kebijakan adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh organisasi
pemerintahan ataupun swasta baik secara individu maupun secara kelompok untuk
mencapai tujuan (Akib, 2010) . Implementasi kebijakan merupakan sarana penghubung
antara tujuan kebijakan dengan realisasi dengan hasil kegiatan pemernitah. Menurut
Edwards III (1984: 9-10), implementasi kebijakan diperlukan hadir ketika terdapat suatu
permasalahan yang perlu diatasi dan dipecahkan (Akib, 2010) . Menurut Edwards III
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses implementasi,
yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi, dan struktur organisasi contohnya aliran
kerja birokrasi.
Dalam menganalisis implementasi kebijakan publik, Quade menyatakan bahwa
terdapat empat variabel yang perlu diperhatikan, yakni:

1) Kebijakan yang ideal, yakni pola interaksi yang diinginkan agar orang atau
sekelompok orang (organisasi pemerintahan) yang menetapkan kebijakan tersebut
berusaha untuk mewujudkannya.
2) Kelompok target, yakni subjek yang diharapkan dapat mengadopsi pola interaksi
yang baru melalui kebijakan dan subjek perlu berubah agar dapat memenuhi apa yang
diinginkan
3) Organisasi yang melaksanakan, yakni satuan birokrasi pemerintah yang bertugas
untuk mengimplementasikan kebijakan
4) Faktor lingkungan, yakni elemen yang terdapat di dalam sistem yang dapat
mempengaruhi implementasi kebijakan.
2. Angka Kematian Ibu (AKI) (Variabel Y)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian perempuan pada saat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, bukan
karena sebab lain seperti terjatuh dan kecelakaan, per 100.000 kelahiran hidup
(Comdev, 2016) . Menurut McCharty J. Maine DA, kematian ibu meruapakn
fenomena kompleks yang disebabkan oleh banyak faktor yang mana dapat
dikategorikan menjadi determinan dekat, determinan antara, dan determinan jauh.
1) Determinan dekat merupakan hal-hal yang berhubungan langsung dengan kematian
ibu seperti penyakit atau infeksi yang dialami oleh ibu baik sebelum maupun selama
kehamilan.
2) Determinan antara merupakan hal-hal yang secara langsung mempengaruhi
determinan dekat yang mana berhubungan dengan faktor kesehatan, seperti status
kesehatan ibu, status reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Determinan jauh merupakan hal-hal yang berhubungan dengan demografi dan
sosiokultural, seperti kesadaran masyarakat yang rendah tentang kesehatan ibu hamil,
pemberdayaan perempuan yang tidak baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi
keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, serta kebijakan secara tidak langsung
diduga ikut berperan dalam meningkatkan kematian ibu (Susiana, 2019).
Dengan kata singkat, penyebab kematian ibu bukan hanya mengenai permasalan
kesehatan ibu. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan ibu hamil juga
berpengaruh terhadap AKI. Hal ini tergambar dengan masih banyak faktor tiga T,
yakni: Terlambat mencapai fasilitas; Terlambat mendapatkan pertolongan; dan
Terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Selain itu juga
disebabkan oleh empat Ter, yakni: Terlalu muda; Terlalu tua; Terlalu sering
melahirkan dan Terlalu banyak.

Variabel Dimensi Indikator No. Item


Implementasi Ketepatan - Substansi kebijakan 1
kebijakan (X) kebijakan terhadap masalah yang
hendak dipecahkan
Ketepatan - Ketepatan instansi 2,3
pelaksana pelaksana
- Ketepatan SDM pelaksana
Ketepatan - Target yang akan 4
kelompok target diintervensi sesuai dengan
yang telah direncanakan
- Tumpang tindih dengan
intervensi lain
Ketepatan - Lingkungan internal 5,6
lingkungan kebijakan
- Lingkungan eksternal
kebijakan
Ketepatan proses - Policy acceptance 7,8,9
- Policy adoption
- Strategic readiness
Angka Kematian Status wanita dalam - Jenjang pendidikan 10,11,12
Ibu (AKI) (Y) keluarga dan - Pekerjaan
masyarakat - Keberdayaaan
Perilaku sehat - Penggunaan kontrasepsi 13
Status kesehatan - Kondisi gizi 14,15
wanita - Riwayat penyakit kronik
Akses pada - Lokasi pelayanan 16,17,18
pelayanan kesehatan ibu
kesehatan - Kualitas pelayanan
kesehatan ibu
- Akses informasi
mengenai kesehatan ibu
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi berasal dari bahasa inggris yaitu population yang berarti jumlah penduduk.
Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer digunakan untuk menyebutkan
serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian
merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi
sumber (Bungin, 2006:99).
Menurut Sugiyono (2007: 72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Selain itu, populasi
menurut Siregar (2013: 30) berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti
jumlah penduduk.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Cibiru
Kota Bandung berjenis kelamin perempuan dari umur 15-19 tahun yang berjumlah 2.326
jiwa yang tersebar dalam empat kelurahan pada tahun 2018. Range umur ini didasarkan
pada hasil penelitian proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang berstatus kawin atau
berstatus hidup bersama sebelum umur 15 tahun yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) yang mana hasilnya hanya 0,56%. Maka dari itu, peneliti menetapkan
umur minimal dari populasi adalah 15 tahun. Sedangkan, untuk umur maksimal dari
populasi, yakni 19 tahun, didasarkan pada batas minimal usia perkawinan berdasarkan
UU No. 16 Tahun 2019.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto;
2006). Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi yang diteliti sehingga hasil
penelitian dapat di generalisasikan. Generalisasi hasil penelitian oleh sampel berlaku juga
bagi populasi penelitian tersebut. Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti
mendasarkan ketentuannya pada pernyataan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto
seperti sebagai berikut: “Apabila kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya
lebih besar, maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%”. Selain itu, menurut Gay dan
Diehl (1992) ukuran sampel untuk penelitian deskriptif diperlukan minimal 10% dari
populasi. Maka dari itu, peneliti mengambil sampel sebesar 10% dari jumlah keseluruhan
populasi atau sebanyak 232 jiwa.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling.
Random sampling (sampel acak) merupakan teknik pengambilan sampel secara acak
dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
tanpa terkecuali (Sugiyono: 2009)
3.4 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian merupakan suatu subjek dari mana data tersebut
diperoleh. Sumber data dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni data primer dan sdata
sekunder
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang dapat langsung memberikan data pada
pengumpul data atau peneliti. Adapun sumber data primer dari penelitian ini
merupakan masyarakat Kecamatan Cibiru Kota Bandung berjenis kelamin perempuan
dari umur 15-19 tahun. Dalam perolehan sumber data ini dilakukan dengan menyebar
angket/kuisoner pada masyarakat Kecamatan Cibiru Kota Bandung berjenis kelamin
perempuan dari umur 15-19 tahun. Angket/kuisoner berisikan pertanyaan-pertanyaan
relevan sesuai dengan tema penelitian yang diangkat.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data
pada pengumpul data atau peneliti atau dalam kata lain data diperoleh menggunakan
media perantara. Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data sekunder adalah
artikel, jurnal dan literature yang terkait. Hal ini dilakukan dengan teknik
pengumpulan data kepustakaan atau telaah dokumen yang mana peneliti melakukan
pengumpulan data dengan mempelajari bahan bacaan yang relevan dengan tema
penelitian yang diangkat.

3.5 Indeks Skala


Analisis data dari penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert.
Skala Likert merupakan skala pengkuruan yang di dalamnya terdapat empat atau lebih
butir-butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga menghasilkan penilaian dalam
bentuk skor atau nilai yang mempresentasikan sikap individu atas suatu fenomena
(Budiaji: 2013).
Tabel skala Likert
No Simbol Keterangan Skor
1. SS Sangat Setuju 5
2. S Setuju 4
3. N Netral 3
4. TS Tidak Setuju 2
5. STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Riduwan (2009)
Maka, perhitungan indeks jawaban responden dari skala Likert ini dilakukan
dengan rumus berikut:

Nilai Indeks= ((F1x1) + (F2x2) + (F3x3) + (F4x4) + (F5x5))

5
Dimana:
F1 adalah frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (Sangat Tidak Setuju)
F2 adalah frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (Tidak Setuju)
F3 adalah frekuensi jawaban responden yang menjawab 3 (Netral)
F4 adalah frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (Setuju)
F5 adalah frekuensi jawaban responden yang menjawab 5 (Sangat Setuju)
Untuk mendapatkan kecenderungan jawaban responden terhadap masing-masing
variabel, maka akan didasarkan pada nilai skor rata-rata dari hasil perhitungan Three Box
Method (Ferdinand, 2006), seperti sebagai berikut:

Batas atas rentang skor: (Fx5)/5 = (232x5)/5 = 232


Batas bawah rentang skor: (Fx1)/5 = (232 x 1)/5 = 46,5

Menurut Augusty Ferdinand (2006), angka jawaban responden tidak dimulai dari
angka 0, tetapi mulai dari angka 1 hingga 10. Angka indeks yang dihasilkan menunjukkan
skor antara 232 - 46,5 dengan rentang sebesar 185,5. Dengan menggunakan Three Box
Method maka rentang sebesar 185,5 dibagi menjadi 3 bagian, sehingga menghasilkan
rentang untuk masing-masing bagian sebesar 61,83 dimana akan digunakan sebagai
interpretasi nilai indeks sebagai berikut:

46,5 – 108,33 : Rendah


108,34 – 170,17 : Sedang
170,18 – 232 : Tinggi

3.6 Teknik Analisis Data


1. Uji validitas
Menurut Cooper dan Schindle, validitas merupakan suatu ukuran yang
menggambarkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang
hendak diteliti oleh peneliti. Uji validitas merupakan uji yang digunakkan untuk
menunjukkan sejauh mana instrumen penelitian yang digunakan dalam mengukur apa
yang diukur. Dalam kata lain, uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid
tidaknya angket/kuisioner yang digunakan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan
software SPSS. Adapun rumus untuk uji validitas terhadap kuisioner dengan
menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson yakni sebagai berikut:

Keterangan:
r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari
n = Banyaknya responden
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
ΣX = Jumlah skor dalam kontribusi X
ΣY = Jumlah skor dalam kontribusi Y
= Jumlah kuadrat masing-masing X
= Jumlah kuadrat masing-masing Y
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiharto dan Simanjuntak (2006) reliabilitas merupakan petunjuk
bahwa instrumen dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi
yang sebenarnya dilapangan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan software SPSS. Adapun rumus Alpha Cronbach adalah sebagai
berikut:

Keterangan:
= koefisien reliabilitas alpha
k = banyaknya butir pernyataan
𝛴𝜎2𝑏 = jumlah varian butir
𝛴𝜎2𝑡 = varians total
LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan Kuisioner
VARIABEL X (IMPLEMENTASI KEBIJAKAN)
No. Pertanyaaan STS TS N S SS
Ketepatan kebijakan
1. Menurut Anda, apakah kebijakan batas usia
minimal perkawinan yang berdasarkan pada
UU No. 16 Tahun 2019 tepat untuk
mengurangi perkawinan dini?
Ketepatan pelaksana
2. Menurut Anda, apakah pemerintah daerah
telah menegakkan kebijakan batas usia
minimal perkawinan yang berdasarkan pada
UU No. 16 Tahun 2019 dengan baik?
3. Apakah pemerintah daerah telah
melaksanakan sosialisasi mengenai kebijakan
batas usia minimal perkawinan yang
berdasarkan pada UU No. 16 Tahun 2019
dengan baik?
Ketepatan kelompok target
4. Menurut Anda, apakah kebijakan batas usia
minimal perkawinan yang berdasarkan pada
UU No. 16 Tahun 2019 tepat untuk
diimplementasikan pada remaja usia 15-19
tahun?
Ketepatan lingkungan
5. Menurut Anda, apakah kebijakan batas usia
minimal perkawinan yang berdasarkan pada
UU No. 16 Tahun 2019 bertentangan dengan
budaya yang ada?
6. Menurut Anda, apakah kebijakan batas usia
minimal perkawinan yang berdasarkan pada
UU No. 16 Tahun 2019 bertentangan dengan
ajaran agama yang Anda anut?
Ketepatan proses
7. Anda menerima kebijakan batas usia minimal
perkawinan yang berdasarkan pada UU No.
16 Tahun 2019 dengan baik
8. Anda akan/telah mematuhi kebijakan batas
usia minimal perkawinan yang berdasarkan
pada UU No. 16 Tahun 2019
9. Pemerintah telah melaksanakan strategi yang
baik agar masyarakat siap atas kebijakan
batas usia minimal perkawinan yang
berdasarkan pada UU No. 16 Tahun 2019
VARIABEL Y (ANGKA KEMATIAN IBU (AKI))
Status wanita dalam keluarga dan masyarakat
10. Apakah Anda mengikuti pendidikan formal
(SD/SMP/SMA)?
11. Apakah Anda memiliki pekerjaan?
12. Apakah Anda merasa memiliki kekuatan
sebagai perempuan (contoh: dapat
mengemukakan pendapat tanpa takut)
Perilaku sehat
13. Apakah Anda menggunakan kontrasepsi?
Status kesehatan wanita
14. Apakah Anda dalam kondisi gizi yang baik?
15. Apakah Anda memiliki Riwayat penyakit
kronik?
Akses pada pelayanan kesehatan
16. Lokasi pelayanan kesehatan dekat dengan
tempat tinggal Anda
17. Kualitas pelayanan kesehatan terdekat
memadai
18. Akses informasi mengenai kesehatan ibu
mudah didapat
REFERENSI

Akib, H. (2010). Implementasi Kebijakan. Jurnal Administrasi Publik, 1-11.

Apriana, R. (2018). Kecamatan Cibiru dalam Angka 2018. Bandung: BPS Kota Bandung.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BPS. (2019). bps.go.id. Retrieved from Proporsi Perempuan Umur 20-24 Tahun yang Berstatus
Kawin atau Berstatus Hidup Bersama Sebelum Umur 15 Tahun:
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1358/sdgs_5/2
Budiaji, W. (2013). Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likert. Jurnal Ilmu Pertanian
dan Perikanan, 127-133.
Comdev. (2016). Kajian Partisipasi Organisasi Perempuan dalam Menurunkan Angka Kematian
Ibu di Provinsi Jawa Barat. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak.
Cresswell, J. (2008). Educational Research, Planning, Conduting, and Evaluating Qualitative
and Quantitative Approaches. London: Sage Publictions.
Hamdi, A. S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif (Aplikasi dalam Pendidikan). Yogyakarta:
Deepublish.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susiana, S. (2019). Angka Kematian Ibu: Faktor Penyebab dan Upaya Penanganannya. Info
Singkat, 13-18.
Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai