Dosen
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki
sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai
permasalahannya menjadi perhatian dunia dan dijadikan isu utama dalam
Peringatan Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada 11 Juli 2013.
Berdasarkan data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia 10 24 tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk
Indonesia. Jumlah remaja yang besar merupakan potensi yang besar bagi
kemajuan bangsa, namun jika tidak dibina dengan baik atau dibiarkan saja
berkembang ke arah yang negatif dan akan menjadi beban bagi negara.
Remaja adalah masa dimana pencarian jati diri merupakan hal yang
penting sehingga menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi, ingin tampil
menonjol, dan diakui eksistensinya. Namun disisi lain, remaja mengalami
ketidakstabilan emosi sehingga mudah untuk dipengaruhi dan lebih
mengutamakan solidaritas kelompoknya. Banyak remaja yang terjebak dalam
pergaulan bebas dan seks pranikah karena ajakan teman-temannya dan
pengaruh lingkungan secara umum. Bahkan remaja yang mulanya tidak
tergoda dengan pergaulan bebas apabila terus menerus dipengaruhi oleh
lingkungannya, maka suatu saat akan tergoda untuk ikut ke dalam pergaulan
bebas juga (Hertanti, 2013). Adanya perilaku seks pra nikah yang dilakukan
oleh sebagian mahasiswa berdampak pada terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan. Pada saat terjadi kehamilan yang tidak diinginkan,beberapa dari
mahasiswa mengambil keputusan untuk melakukan aborsi (Suratno, 2009).
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya
remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Perilaku
1. Teori Reasoned Action (TRA)
Teori Reasoned Action (TRA) adalah model yang menemukan asalusul dalam bidang psikologi sosial. Model ini dikembangkan oleh Fishbein
dan Ajzen (1975) mendefinisikan hubungan antara keyakinan, sikap, norma,
niat, dan perilaku individu. Menurut model ini, perilaku seseorang ditentukan
oleh niat perilaku untuk melakukan itu. Niat ini sendiri ditentukan oleh sikap
orang tersebut dan norma subjektif ke arah perilaku. Fishbein dan Ajzen
(1975, p. 302) mendefinisikan norma subjektif sebagai "persepsi seseorang
bahwa kebanyakan orang-orang yang penting baginya pikir dia harus atau
tidak harus melakukan perilaku yang bersangkutan" (Fishbein dan Ajzen 1975,
p.302 dalam Anonim, 2006)
Teori ini dapat diringkas dengan persamaan berikut:
Niat Perilaku = Sikap + norma subyektif
Menurut TRA, sikap seseorang terhadap perilaku ditentukan oleh
keyakinannya pada konsekuensi dari perilaku ini, dikalikan dengan
evaluasi
tentang
konsekuensi
ini.
Keyakinan
didefinisikan
oleh
Selama
beberapa
tahun
terakhir,
para
peneliti
telah
memiliki
kesamaan
sifat
dan
penampilan
dan
sebelum
menikah,
yang
dapat
berakibat
kehilangan
menyukai
berbuah
kehamilan
maka
Immunodeficiency Virus
(HIV)
yaitu
virus
yang
perilaku
seksual
sebelum
menikah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan oleh remaja
sebelum menikah, yang dapat berakibat kehilangan keperawanan/keperjakaan,
tertular dan menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan
yang Tidak Diinginkan (KTD), aborsi atau terpaksa dikawinkan. Berdasarkan
teori of Planned Behaviour kita dapat mengetahui bahwa tiga faktor penting
yang berkontribusi dalam perilaku seks pranikah yaitu sikap (sikap permisif
atau kebebsan terhadap seks pranikah), norma subjektif (orang tua, teman,
lembaga-lembaga, pengaruh agama dan perkumpulan) dan dirasakannya
kontrol (Self-efficacy dan pendidikan seks di sekolah).
B. Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and
Human
Decision
Processes, 50(2),
179211.
doi:10.1016/07495978(91)90020-T
Ajzen, I. (2012). The theory of planned behavior. In P. A. M. V. Lange, A. W.
Kruglanski, & E. T. Higgins (Eds.), Handbook of theories of social
psychology. Los Angeles: SAGE.
Anonim.
2006.
Theory
of
Resoned
Action.
http://edutechwiki.unige.ch/en/Theory_of_reasoned_action. Diakses Tanggal
23 November 2015
Armitage, C. J., & Talibudeen, L. (2010). Test of a brief theory of planned
behaviour-based intervention to promote adolescent safe sex
intentions. British Journal of Psychology, 101(1), 155172.
BKKBN,
2014.
Remaja
Pelaku
Seks
Bebas
Meningkat.
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=1761. Diakses tanggal 23
November 2015.
BKKBN. 2013. Remaja dan Permasalahannya Jadi Perhatian Dunia.
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=840. Diakses tanggal 23
November 2015
Boston University School of Public Health. 2013. Behavioral Change Models.
http://sphweb.bumc.bu.edu/otlt/MPH-Modules/SB/SB721-Models/SB721Models3.html. Diakses Tanggal 23 November 2013
BPS., BkkbN., Kemenkes., 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012. Jakarta. http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu. Diakses Tanggal 23
November 2015
Cha, E. S., Doswell, W. M., Kim, K. H., Charron-Prochownik, D., & Patrick, T. E.
(2007). Evaluating the Theory of Planned Behavior to explain intention to
engage in premarital sex amongst Korean college students: A questionnaire
survey. International Journal of Nursing Studies,44(7), 11471157.
doi:10.1016/j.ijnurstu.2006.04.015
Depkes RI. 2007. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Depkes RI: Jakarta.
Dewi. E.S. (2013). Hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual
remaja di SMA Negeri 3 Medan. Skripsi Universitas Sumatera Utara
Ghule, M., Balaiah, D., & Joshi, B. (2007). Attitude Towards Premarital Sex
among Rural College Youth in Maharashtra, India. Sexuality &
Culture, 11(4), 117. doi:10.1007/s12119-007-9006-6
Harding, D. J., & Jencks, C. (2003). Changing attitudes toward premarital
sex. Public Opinion Quarterly, 67(2), 211226. doi:Article
Kohler, P. K., Manhart, L. E., & Lafferty, W. E. (2008). Abstinence-only and
comprehensive sex education and the initiation of sexual activity and teen
pregnancy. The Journal of adolescent health: official publication of the Society
for
Adolescent
Medicine, 42(4),
344351.
doi:10.1016/j.jadohealth.2007.08.026
Minarlin. 2015. Hubungan Komunikasi Orangtua dan Anak Serta Kontrol Diri
Siswa dengan Perilaku Seks Pranikah di SMA Prayatna Medan. Skripsi
Universitas Sumatera Utara
Roebuck, J., & McGee, M. G. (1977). Attitudes toward Premarital Sex and Sexual
Behavior Among Black High School Girls. Journal of Sex Research, 13(2),
104. doi:Article
Rosenthal, D., Moore, S., & Flynn, I. (1991). Adolescent self-efficacy, self-esteem
and sexual risk-taking. Journal of Community & Applied Social
Psychology, 1(2), 7788. doi:10.1002/casp.2450010203
Sakalli-Uurlu, N., & Glick, P. (2003). Ambivalent Sexism and Attitudes Toward
Women Who Engage in Premarital Sex in Turkey. Journal of Sex
Research, 40(3), 296302. doi:Article
Saragih, DO. 2015. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks
Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 . Skripsi
Universitas Sumatera Utara
Sridawruang, C., Crozier, K., & Pfeil, M. (2010). Attitudes of adolescents and
parents towards premarital sex in rural Thailand: A qualitative
exploration. Sexual
&
Reproductive
Healthcare, 1(4),
181187.
doi:10.1016/j.srhc.2010.06.003
Sulak, P. J., Herbelin, S. J., Fix, D. D. A., & Kuehl, T. J. (2006). Impact of an
adolescent sex education program that was implemented by an academic
medical center. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 195(1), 78
84. doi:10.1016/j.ajog.2005.12.011