Anda di halaman 1dari 18

Riau Law Journal Vol. 2 No.

1, Mei 2018

PELAKSANAAN PRINSIP PARTISIPASI PADA PELAYANAN


KESEHATAN PADA RSUD DI KALIMANTAN SELATAN

Erlina
Email : erlina@unlam.ac.id
Fakultas Hukum, Universitas Lambung Mangkurat

Abstrak
Penelitian ini terkait dengan prinsip partisipasi dalam pelayanan kesehatan
dilakukan pada 14 daerah rumah sakit di Kalimantan Selatan yang menggunakan
metode penelitian hukum sosiologis. Data yang digunakan adalah data primer
yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara dan observasi dan menengah.
Pelaksanaan prinsip partisipasi oleh teknik penilaian kuesioner dilakukan dengan
analisis data statistik sederhana. Pelaksanaan prinsip partisipasi 14 (empat belas)
daerah rumah sakit di Kalimantan Selatan adalah rata-rata tidak tercapai dengan
persentase di bawah 66.67. Pelaksanaan prinsip Good Governance dalam
penyediaan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit setempat memiliki kendala
utama yang umumnya disebabkan oleh etika pelayanan publik, persepsi publik
dan pengertian umum, budaya dan karakteristik dari masyarakat setempat, serta
penguasaan teknologi informasi dalam menciptakan hubungan dua arah yang baik
antara masyarakat dan pelayan publik.
Kata Kunci : Pemerintahan yang Baik, Partisipasi, Pelayanan Kesehatan
Umum

Abstract
Research on the principle of participation in health services is conducted on 14
regional hospitals in South Kalimantan using socio legal research methods. The
data used are primary data obtained through questionnaires, interviews and
observation and secondary. Implementation of the principle of participation by the
technique of scoring the questionnaire is done by simple statistical data analysis.
Implementation of the principle of participation of 14 (fourteen) regional hospitals
in South Kalimantan is on average not accomplished with a percentage below
66.67. Implementation of the principle of good governance in the provision of
health services through local hospitals has major constraints that are generally
caused by the ethics of public services, public perceptions and common
understanding, culture and characteristics of local communities, as well as the
mastery of information technology in creating a good two-way relationship
between public and public servants served.
Keywords : Good Governance, Participation, Health Public Service

A. Latar Belakang Masalah organisasi kenegaraan yang dibentuk


Pada hakikatnya pemerintah atas dasar kepercayaan (trust) publik
sebagai pelaksana pemerintahan dan keniscayaan (avaliabilty) negara.
negara sehari-hari merupakan suatu Pemerintah dibentuk bertujuan untuk
51
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

menjaga ketertiban dan memberikan prinsip yang harus dianut dan


pelayanan kepada masyarakat. dikembangkan dalam praktik
Pemerintah diadakan bukanlah untuk penyelenggaraan kepemerintahan
melayani dirinya sendiri, tetapi untuk yang baik meliputi
melayani masyarakatnya. Pemerintah partisipasi (Participation), aturan
mempunyai tiga fungsi hakiki yaitu hukum (Rule of Law),
pelayanan (service), pemberdayaan transparansi (Transparency), Daya
(empowerment), dan pembangunan tanggap (Responsiveness),
(development). Pelayanan akan berorientasi konsensus (Consensus
membuahkan keadilan dalam Orientation), berkeadilan (Equity),
masyarakat, pemberdayaan akan efektivitas dan
mendorong kemandirian masyarakat efesiensi (Effectiveness and
dan pembangunan akan menciptakan Efficiency),
kemakmuran dalam masyarakat. akuntabilitas (Accountabilty), bervisi
(Rasyid,1997 : 48). Strategis (Strategic Vision), saling
Pada era negara modern seperti keterkaitan (Interrelated). Sedangkan
sekarang ini, pemerintah dalam World Bank mengungkapkan
menjalankan berbagai aktivitasnya sejumlah karakteristik good
wajib melaksanakan prinsip-prinsip governance adalah masyarakat sipil
good governance. Terminologi good yang kuat dan partisipatoris, terbuka,
governance merupakan sebuah pembuatan kebijakan yang dapat
terminologi yang pada awalnya diprediksi, eksekutif yang
diperkenalkan oleh beberapa bertanggung jawab, birokrasi yang
lembaga internasional seperti UNDP profesional dan aturan hukum.
(United Nations Development Masyarakat Transparansi Indonesia
Programme) dan World Bank. menyebutkan sejumlah indikator
Popularitas terminologi ini mencuat seperti: transparansi, akuntabilitas,
dikalangan pemerintah, akademisi, kewajaran dan kesetaraan, serta
dan LSM (Lembaga Swadaya kesinambungan. Asian Development
Masyarakat). Bank sendiri menegaskan adanya
UNDP (1997) mengemukakan konsensus umum bahwa good
bahwa karakteristik atau prinsip- governance dilandasi oleh 4 pilar

52
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

yaitu: (1) accountability, (2) pada pelayanan pendidikan dan


transparancy, (3) predictability, dan kesehatan merupakan bagian penting
(4) Responsiveness (Krina P, 2003). guna pelayanan kesehatan di rumah
Tata pemerintahan yang baik atau sakit. Berdasarkan uraian-uraian
Good Governance merupakan tersebut, perlu untuk diketahui (1)
praktek penyelenggaraan apakah RSUD di Kalimantan Selatan
pemerintahan dalam rangka telah melaksanakan prinsip
memberikan pelayanan kepada partisipasi? (2) Kendala apa yang
masyarakat. Arti good dalam good dihadapi oleh RSUD dalam
governance mengandung pengertian menjalankan prinsip partisipasi
nilai yang menjunjung tinggi tersebut? Berdasarkan pelaksanaan
keinginan rakyat, kemandirian, aspek dan kendala dari prinsip partisipasi,
fungsional dan pemerintahan yang maka strategi dibutuhkan untuk
efektif dan efisien. Good mengatasi kendala tersebut.
Governance mempunyai 10 prinsip
yaitu : (1) partisipasi; (2) penegakan B. Metode Penelitian
hukum; (3) transparansi; (4) Penelitian ini dilakukan di
kesetaraan; (5) daya tanggap; (6)
Kalimantan Selatan meliputi 14
wawasan ke depan; (7) akuntabilitas;
(empat belas) RSUD dengan
(8) pengawasan; (9) efisiensi dan
efektivitas; dan (10) profesionalisme. menggunakan metode socio legal.
Salah satu dari sepuluh prinsip
Data yang digunakan adalah data
Good Governance yang di dalamnya
primer dan sekunder. Data primer
mendorong setiap warga untuk
menggunakan hak dalam yaitu data yang didapatkan melalui
menyampaikan pendapat dalam
kuesioner, wawancara dan observasi.
proses pengambilan keputusan yang
Data sekunder meliputi data dari
menyangkut kepentingan
masyarakat, baik secara langsung RSUD dalam bentuk dokumen hard
maupun tidak langsung. Prinsip
copy dan soft copy. Pelaksanaan
partisipasi oleh masyarakat dalam
prinsip partisipasi dengan teknik
konsep Good Governance khususnya

53
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

skoring kuesioner dilakukan dengan diperoleh dari hasil analisis

analisis data statistik sederhana. pertanyaan 1 dan 2, serta hasil

Metode analisis data yang digunakan observasi, studi literatur dan studi

untuk menjawab pertanyaan 2, yaitu banding.

metode deskriptif kualitatif, dengan

cara interpretasi data yang diperoleh C. Hasil Penelitian dan


Pembahasan
dari pertanyaan 1 dan hasil
1. Pelaksanaan Prinsip
wawancara mendalam yang
Partisipasi di RSUD
kemudian dideskripsikan secara
Penyelenggaraan pelayanan
detail dan terstruktur untuk
publik bidang kesehatan oleh RSUD
menghasilkan berbagai fakta,
di Kalimantan Selatan berdasarkan
gambaran dan kondisi terkait peran
prinsip partisipasi terdiri dari 4
birokrasi dalam pencapaian good
(empat) komponen, yaitu; (1)
governance dan berbagai kendala
peraturan/kebijakan kemudahan/
yang dihadapi berdasarkan sumber-
kebebasan masyarakat berpartisipasi;
sumber data dan informasi yang
(2) keterlibatan masyarakat dalam
diperoleh di lapangan. Untuk
pelayanan publik; (3)
menjawab strategi dimana
mekanisme/SOP pelaksanaan prinsip
merupakan integrasi dari pertanyaan
partisipasi; (4) keterbukaan prinsip
1 dan tujuan 2 digunakan metode
partisispasi. Kategori terlaksana
deskriptif kualitatif pada hasil
adalah apabila komponen-komponen
klasifikasi dan pengelompokan data
tersebut diterapkan di atas 66,67%,
SKPD dan UPT/UPTD terkait
sedangkan kategori tidak/belum
pencapaian good governance yang
terlaksana adalah apabila komponen-
54
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

komponen tersebut diterapkan melaksanakan prinsip partisipasi

kurang atau sama dengan 66,67%. yaitu, RSUD H.M. Anshari Saleh,

Berikut adalah grafik persentase RSUD Ratu Zaleha Martapura, dan

prinsip partisipasi pada bidang RSUD Datu Sanggul Rantau.

kesehatan RSUD di Kalimantan Berdasarkan hasil telaah kuesioner

Selatan. tingkat partisipasi masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan masih

sangat minim bahkan hampir tidak

ada. Bentuk jajak pendapat umum/

public hearing/ diskusi publik yang

megundang atau melibatkan

masyarakat belum pernah dilakukan

oleh hampir seluruh RSUD yang ada

di Kalimantan Selatan. Selain itu

peraturan yang menjamin dan

mengatur kebebasan masyarakat juga

belum ada.

Gambar 1 Persentase Prinsip Partisipasi di RSUD

2. Kendala Pelaksanaan Prinsip


Gambaran penerapan prinsip
Partisipasi pada RSUD
partisipasi pelayanan publik pada
Berbeda dengan prinsip
RSUD di Kalimantan Selatan
transparansi dan daya tanggap.
menunjukkan 3 (tiga) dari 14 (empat
Prinsip partisipasi yang perlu
belas) RSUD telah melaksanakan
diterapkan adalah suatu sistem
prinsip partisipasi. RSUD yang
55
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

manajemen pelayanan publik dengan pembatasan bagi publik dalam hal

melibatkan masyarakat selaku publik partisipasi dalam perencanaan

untuk ikut serta dalam perencanaan program pembangunan terutama

pembangunan daerah yang baik program pembangunan dan

untuk kesejahteraan masyarakat. pengembangan layanan kesehatan

Keterlibatan masyarakat dalam masyarakat.

penyelenggaraan pemerintahan 3. Belum maksimalnya fasilitas dan

sebagai pelayanan publik terutama media pengaduan seperti kotak

bagi rumah sakit memiliki kendala kritik dan saran yang merupakan

secara umum sebagai berikut : sarana bagi masyarakat dalam

1. Komitmen rumah sakit dalam memberikan pengaduan, saran

melibatkan masyarakat untuk serta kritik konstruktif bagi

pengembangan rumah sakit masih perbaikan dan pembenahan sistem

sangat rendah dengan tidak pelayanan rumah sakit yang ada.

adanya survei kebutuhan 4. Masih minimnya forum

masyarakat / forum diskusi untuk koordinasi (public hearing) yang

menggali berbagai permasalahan dibentuk sebagai sarana diskusi

kesehatan seluruh masyarakat masyarakat dengan pihak rumah

kota hingga daerah terpencil serta sakit.

keterlibatan masyarakat dalam 5. Kesadaran masyarakat dalam

pembentukan SOP. memajukan rumah sakit daerah

2. Status rumah sakit sebagi unit masih rendah. Saat ini pola pikir

pelayanan bukan sebagai masyarakat masih menjadikan

perangkat daerah menjadikan rumah sakit hanya sebagai

56
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

fasilitas kesehatan untuk melayani Di sisi lain, cukup banyak anggota

pasien (bersifat satu arah), bukan masyarakat yang tidak mengetahui

sebagai aset daerah yang perlu dan tidak memahami bahwa

secara berkelanjutan melakukan pelayanan publik adalah hak mereka.

pembenahan berdasarkan Situasi inilah yang mengakibatkan

karakteristik sosial budaya mengapa sering terdengar pernyataan

masyarakat. ketidakpuasan dalam pelayanan

3. Strategi Mengatasi Kendala publik bahkan ada kesan yang

Pelaksanaan Partisipasi pada menyatakan bahwa aparatur

RSUD pemerintah yang justru minta

Pengalaman menunjukkan dilayani oleh masyarakat.

bahwa cukup banyak aparatur negara Ditinjau dari perspektif

atau pegawai negeri yang tidak pelayanan publik, partisipasi

mampu menjelaskan, tidak masyarakat merupakan aspek

memahami dan tidak menyadari strategis di dalam pengambilan

mengapa pelayanan publik keputusan publik, karena partisipasi

merupakan kewajiban pemerintah masyarakat merupakan alat kontrol

dan kewajiban mereka sebagai kebijakan-kebijakan pemerintahan.

aparatur pemerintah. Bahkan sering Nurmalina dan Saifullah (2008: 34-

ditemukan seorang aparatur negara 35) berpendapat bahwa “Partisipasi

atau pegawai negeri yang bekerja di merupakan salah satu ciri warga

unit pelayanan yang berhadapan negara yang baik, dan tidak ada

langsung dengan masyarakat yang alasan bagi seorang warga negara

dilayaninya tidak memahami hal ini. untuk tidak berpartisipasi karena

57
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

partisipasi merupakan suatu dan organisasi penyedia pelayanan.

keharusan bagi warga negara sebagai Kunci keberhasilan adalah partisipasi

pemilik kedaulatan”. Masyarakat masyarakat pengguna pelayanan

dapat ikut terlibat di dalam dalam menentukan ragam, kualitas

memberikan aspirasinya kepada dan aspek penting lainnya dalam

pemerintah melalui peningkatan rangka penyelenggaraan pelayanan.

peranan masyarakat dalam Jurang pemisah antara kebutuhan

pembangunan, misalnya saja dengan para pengguna pelayanan dengan

menyampaikan keluhannya atau kebutuhan pengembangan kapasitas

pengaduannya terhadap pelayanan- penyedia pelayanan harus

pelayanan publik yang diberikan oleh dijembatani dengan komunikasi yang

Pemerintah. Pengaduan kepada efektif. (Ombudsman RI Perwakilan

Pemerintah mengenai pelayanan Kalimantan Selatan, 2016).

publik yang telah disediakan bagi Peningkatan pelayanan publik

masyarakat merupakan cara di unit-unit layanan merupakan

berpartisipasi masyarakat dalam mandat bagi pemerintah daerah yang

menyampaikan keluhan yang diamanatkan dalam berbagai

dirasakan. perundang-undangan seperti

Peningkatan kualitas pelayanan Undang-Undang Nomor 25 tahun

publik harusnya menjadi upaya 2009 tentang Pelayanan Publik, dan

mempertemukan harapan para Keputusan Menteri Negara

pengguna pelayanan dengan Pendayagunaan Aparatur Negara

kemampuan dan kebutuhan Nomor 63/KEP/M.PAN/ 7/2003

pengembangan kapasitas individu tentang Pedoman Umum

58
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. partisipasi masyarakat pengguna

Di bidang kesehatan, penyediaan pelayanan masih rendah. Aspek

pelayanan publik yang memadai partisipasi masyarakat pengguna

merupakan bentuk dari tanggung pelayanan yang terpenting adalah

jawab pemerintah dalam aspirasi mereka atas ragam, kualitas

merencanakan, mengatur, dan biaya penyelanggaraan

menyelenggarakan, membina, dan pelayanan. Jika tidak demikian,

mengawasi penyelenggaraan sangat mungkin penyelenggara dan

pelayanan kesehatan publik pelaksana pelayanan publik akan

sebagaimana diatur dalam Undang- menyelenggarakan dan

Undang Nomor 36 Tahun 2009 melaksanakan pelayanan yang

tentang Kesehatan. Dalam semua menghasilkan sesuatu yang justru

peraturan perundang-undangan tidak dibutuhkan dan atau tidak

tersebut di atas, peran serta diinginkan oleh para pengguna

masyarakat dalam memastikan pelayanan.

pelayanan publik diselenggarakan Prinsip partisipasi masyarakat

dengan baik, juga diatur dengan menuntut masyarakat harus

tegas. Sehingga jelaslah di sini diberdayakan, diberikan kesempatan

bahwa kedua sisi, baik penyedia dan diikutsertakan untuk berperan

maupun pengguna layanan, sama- dalam proses-proses birokrasi mulai

sama memiliki peran penting dalam dari tahap perencanaan pelaksanaan

penyelenggaraan pelayanan publik. dan pengawasan atau kebijakan

Peningkatan kualitas pelayanan publik. Ditinjau dari perspektif

publik akan sulit diwujudkan bila Undang-Undang No. 36 tahun 2009

59
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

tentang Kesehatan, ada dua Bab yang bidang kesehatan (Pasal 175). Pasal

mengatur tentang partisipasi ini secara implisit merupakan

masyarakat yaitu Bab XVI tentang kesempatan bagi masyarakat untuk

Peran Serta Masyarakat (pasal 174) berpartisipasi dalam memberi

dan Bab XVII tentang Badan pertimbangan kepada pemerintah

Pertimbangan Kesehatan (pasal 175- tentang program-program kesehatan,

177). Pasal 174 secara eksplisit mulai dari tingkat pusat sampai

menyatakan bahwa: (1) Masyarakat dengan tingkat kecamatan.

berperan serta, baik secara Kebijakan lain yang menjamin

perseorangan maupun terorganisasi keterlibatan publik dalam perbaikan

dalam segala bentuk dan tahapan pelayanan adalah Undang-undang

pembangunan kesehatan dalam Nomor 25 Tahun 2009 tentang

rangka membantu mempercepat Pelayanan Publik, khususnya dalam

pencapaian derajat kesehatan Pasal 19 poin c yang menyatakan

masyarakat yang setinggi-tingginya, bahwa masyarakat berkewajiban

dan (2) Peran serta sebagaimana untuk berpartisipasi aktif dan

dimaksud pada ayat (1) mencakup mematuhi peraturan yang terkait

keikutsertaan secara aktif dan kreatif. dengan penyelenggaraan pelayanan

Sementara dalam 3 Pasal publik. Sebagai salah satu layanan

berikutnya tentang Badan publik yang utama, pelayanan

Pertimbangan Kesehatan (BPK), kesehatan sangat penting membuka

disebutkan bahwa BPK merupakan ruang partisipasi publik dalam

badan independen, yang memiliki pelaksanaannya, untuk meningkatkan

tugas, fungsi, dan wewenang di kualitas pelayanannya.

60
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

Potret umum permasalahan tata mengatasi kendala pelaksanaan

kelola pelayanan publik di bidang prinsip partisipasi masyarakat pada

kesehatan di Indonesia khususnya di pelayanan kesehatan RSUD di

kabupaten/kota, adalah masih kalimantan selatan. Dalam penelitian

rendahnya partisipasi masyarakat ini model strategi ideal tersebut

dalam mendukung perbaikan tata adalah Model Strategi Berbasis

kelola pelayanan kesehatan, yang Citizen’s Charter.

berdampak pada rendahnya kualitas Spirit yang mendasari dari

pelayanan kepada pengguna layanan model strategi ini adalah mengacu

RI Perwakilan Kalimantan Selatan, pada kebijakan hukum negara di

2015). Mengacu pada fakta bidang pelayanan publik

impelementasi prinsip partisipasi sebagaimana dituangkan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik Undang-Undang Nomor 25 Tahun

bidang kesehatan oleh RSUD di 2009 Tentang Pelayanan Publik,

Kalimantan Selatan menunjukkan Undang-undang Nomor 14 Tahun

bahwa masih rendahnya partisipasi 2008 Tentang Keterbukaan Informasi

masyarakat dalam penyelenggaraan Publik, Permenpan-RB No. 11

pelayanan publik bidang kesehatan Tahun 2015 Tentang Road

dimana juga berdampak pada Reformasi Birokrasi 2015-2019,

kualitas pelayanan. Berdasarkan hal Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang

tersebut diatas tentunya perlu Grand Design Reformasi Birokrasi

dikembangkan suatu model strategi 2010-2025. Citizen’s charter ini pada

yang ideal. Harapannya adalah dasarnya merupakan kontrak sosial

model strategi ideal tersebut mampu antara birokrasi dan pelanggan untuk

61
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

menjamin mutu pelayanan publik yang diperlukan, tidak

yang baik. Melalui Citizen’s charter, berpengalaman dan tidak memiliki

birokrasi juga harus menetapkan kemampuan untuk terlibat proses

sistem untuk menangani keluhan penyelenggaraan, dan tidak memiliki

pelanggan dengan tujuan hak untuk ikut menentukan

memperbaiki kinerjanya secara terus- bagaimana proses penyelenggaraan

menerus. Manajemen pelayanan pelayanan seharusnya dilakukan.

publik yang konvensional yang Sering kali muncul keraguan di

memberi peran dominan pada kalangan para pejabat birokrasi

pemerintah dalam keseluruhan pelayanan mengenai perlu-tidaknya

proses pelayanan publik terbukti keterlibatan warga dalam pelayanan.

gagal memperbaiki kinerja pelayanan Asumsi bahwa warga tidak mengerti

publik. Manajemen seperti ini kebutuhannya harus segera

berasumsi bahwa pemerintah atau ditinggalkan. Dalam kenyataannya

pejabat birokrasi adalah pihak yang warga dan masyarakat adalah pihak

paling tahu mengenai kebutuhan yang paling tahu mengenai apa yang

masyarakat, memiliki kapasitas mereka butuhkan. Sebagai pengguna

untuk menyelenggarakannya, dan pelayanan mereka bukan hanya

paling berkuasa menentukan mengerti apa yang mereka butuhkan.

pengaturan mengenai hubungan Sebagai pengguna pelayanan mereka

antara warga pengguna dan rezim bukan hanya mengerti apa yang

penyelenggara pelayanan. Sementara dibutuhkan tetapi juga bagaimana

warga pengguna dilihat sebagai kualitasnya. Oleh karena warga harus

orang yang bodoh dan tidak tahu apa diberi ruang untuk ikut terlibat bukan

62
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

hanya dalam proses kreasi tetapi juga Melibatkan warga dalam proses

dalam menentukan kualitas yang implementasi atau penyelenggaraan

diinginkannya. pelayanan hanya akan dapat

Apa pelayanan yang akan dilakukan kalau kita mampu

diselenggarakan dan bagaimana merubah pemahaman kita mengenai

kualitasnya bukan menjadi monopoli peran warga apakah mereka itu

pemerintah dan para pejabatnya adalah klien atau konsumen yang

untuk menentukan tetapi juga pasif atau mereka juga bias berperan

menjadi hak warga untuk ikut terlibat sebagai produsen atau setidak-

dalam proses pengambilan tidaknya memiliki potensi untuk

keputusan. Warga perlu diberi dilibatkan sebagai bagian dari faktor

kesempatan yang seluas-luasnya penyelenggara pelayanan. Kalau

dalam ikut menentukan jenis dan pemerintah bisa merubah mindset-

kualitas pelayanan yang akan nya dan menempatkan warga sebagai

diselenggarakan oleh pemerintah produsen yang potensial dan dapat

karena merekalah yang akan diajak berbagi peran dalam proses

menggunakannya. Hanya dengan penyelenggaraan pelayanan publik

melibatkan mereka maka pelayanan maka kemitraan dengan warga atau

publik yang diselenggarakan oleh kelompok warga seperti masyarakat

pemerintah akan menjadi responsif. sipil dapat dilakukan. Kalau

Pertanyaan berikutnya adalah kemitraan seperti ini bias dilakukan

apakah warga hanya dilibatkan maka bukan hanya responsivitas dan

dalam proses kreasi atau perlu juga akuntabilitas pelayanan menjadi

dilibatkan dalam implementasi. semakin baik tetapi juga akan

63
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

meningkatkan cakupan pelayanan. penyelenggara dan warga sebagai

Kemitraan semacam ini sangat pengguna.

mungkin akan mendorong warga Melalui model strategi berbasis

untuk mau mengeluarkan risorsis Citizen’s Charter ini warga dapat

yang ada pada mereka untuk mengetahui apakah hak- haknya

penyelenggaraan pelayanan. sebagai warga negara dalam

Pendekatan baru untuk penyelenggaraan pelayanan dipenuhi

melibatkan warga dan stakeholders oleh para penyelenggara pelayanan.

dalam penyelenggaraan pelayanan Dengan demikian, keberadaan

publik adalah apa yang disebut maklumat pelayanan sangat penting

dengan maklumat pelayanan (Citizen sebagai salah satu cara untuk

charter). Dalam pendekatan ini mempercepat reformasi pelayanan

warga dan stakeholders bersama- publik.

sama dengan penyelenggara Untuk memfasilitasi

pelayanan menyepakati keseluruhan pengembangan maklumat pelayanan

aspek pelayanan publik yang penting ada beberapa hal perlu dilakukan.

seperti : prosedur, biaya, waktu Pertama, pembentukan ruang-ruang

pelayanan, dan indikator kualitas partisipasi dan konsultasi publik

pelayanan. Prosedur pelayanan yang dalam rangka meningkatkan kualitas

selama ini menjadi otoritas pelayanan publik. Adanya wadah

pemerintah sepenuhnya diubah bagi warga pengguna akan sangat

menjadi sebagai sesuatu yang dapat penting dalam memberdayakan

didiskusikan bersama antara warga sehingga mereka menjadi

lebih terorganisir dan memiliki

64
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

kemampuan berpartisipasi secara tugas pemerintah semata tetapi tugas

lebih efektif. Kelompok pengguna semua warga negara untuk ikut

dapat juga berperan sebagai memikirkan dan menyelenggarakan

representasi dari warga ketika pelayanan. Keempat, penguatan

berdialog dan negosiasi dengan kebijakan untuk mendorong

birokrasi pelayanan ketika pengembangan website yang

memperjuangkan kepentingan warga berinteraksi dengan masyarakat.

dalam penyelenggaraan pelayanan Keberhasilan model strategi

publik. Kedua, merubah mindset dan berbasis Citizen’s Charter tersebut

visi dari para pejabat birokrasi bahwa tentu harus didukung oleh faktor-

warga pengguna memiliki hak-hak faktor sebagai berikut:

politik yang harus dipenuhi terutama a. Keterbukaan dan kesediaan

dalam penyelenggaraan pelayanan. pemerintah kabupaten/kota dalam

Mereka bukan klien yang dapat melibatkan masyarakat dalam

diperlakukan seenaknya. Perubahan proses perbaikan pelayanan

mindset sangat penting karena tanpa publik. Agenda reformasi tata

perubahan mindset maka amat sulit pemerintahan dan birokrasi yang

membayangkan adanya perbaikan telah memungkinkan terbuka

kualitas pelayanan. Ketiga, adannya kesempatan secara luas

pelayanan publik harus ditempatkan bagi masyarakat untuk terlibat

sebagai masalah bersama dan dalam proses pembangunan secara

menjadi tanggung jawab bersama bebas dan terencana. Misalnya,

antara pemerintah dan warga. dengan adanya Musrenbang dari

Pelayanan publik bukan milik dan tingkat desa, telah memberikan

65
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

pembelajaran dan membuka pemerintah yang mewajibkan

kesempatan untuk masyarakat keterlibatan masyarakat secara

berpartisipasi dalam proses massif telah berkontribusi dalam

pembangunan. Proses partisipasi hal ini.

ini menjadi pembelajaran bersama d. Tersedianya berbagai kebijakan

baik bagi supply side maupun perundang-undangan mulai dari

demand side. tingkat nasional seperti misalnya

b. Adanya orang-orang kunci dari UU Pelayanan Publik,

tokoh masyarakat yang sudah PermenPAN tentang Peningkatan

memiliki kesadaran dan Pelayanan Publik dengan

pengetahuan tentang pentingnya Partisipasi Masyarakat.

mereka terlibat dalam perbaikan Keberadaan kebijakan ini sangat

pelayanan. Mereka inilah yang memperkuat proses partisipasi

menjadi motor penggerak masyarakat dalam pemerintahan

masyarakat lainnya untuk terlibat. termasuk dalam memberikan

c. Pendidikan publik melalui media masukan untuk perbaikan

massa dan pendidikan kritis di pelayanan

tingkat basis. Banyaknya


D. Kesimpulan
pengetahuan dan informasi yang
Kesimpulan yang dapat ditarik
mereka terima dari media massa,
dari pembahasan di atas yaitu :
proses pendidikan publik yang 1. Pelaksanaan prinsip partisipasi 14

diselenggarakan oleh banyak (empat belas) RSUD di

organisasi di tingkat basis, dan Kalimantan Selatan yaitu rata-rata

juga intervensi program- program

66
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

tidak terlaksana dengan persentase strategi berbasis Citizen’s

di bawah 66,67. Charter, Model Strategi

2. Penerapan prinsip good Responsif Berbasis Teknologi

governance dalam Informasi.

penyelenggaraan pelayanan

kesehatan melalui rumah sakit


DAFTAR PUSTAKA
daerah memiliki kendala-kendala Asmawi, Rewansyah. 2010.
“Reformasi Birokrasi Dalam
utama yang secara umum Rangka Good Governance”.
Jakarta : Yusaintanas Prima.
disebabkan oleh etika pelayanan
Berger, J. et al, 2010, : Positive
publik, persepsi publik dan Effects of Negative Publikity,
Pennsylvania :Marketing
kesamaan pemahaman, budaya Science 29(5), pp. 815–827.

dan karakteristik masyarakat


Budi Wiyoto. 2005. Riset Evaluasi
daerah, serta penguasaan Kebijakan Publik Mitos
Ketakutan Birokrasi Instrumen
teknologi informasi dalam Strategik Good Governance.
Malang.
menciptakan hubungan dua arah
Desiana, A. 2014. Reformasi
secara baik antara pelayan publik Birokrasi Pemerintahan Daerah
Menuju Good Governance.
dan publik yang dilayani. Jurnal Manajemen
Pemerintahan/Volume I/No. I.
3. Strategi dalam mengatasi kendala
Hoffman, K. Douglas, dan John E.G.
dalam melaksanakan prinsip Bateson. 1997. “Essentials of
Service Marketing Florida”: the
partisipasi pada pada RSUD yaitu, Dryden Press.

dengan pengembangan Model HR, Ridwan. 2011. Hukum


Administrasi Negara. Jakarta :
Strategi Yang Berorientasi Pada Rajawali Pers.

Keterbukaan Informasi dan Inspektorat Provinsi Kalimantan


Selatan. 2007. Mewujudkan
Komunikasi Publik, model Good Governance di
Kalimantan Selatan (Kumpulan

67
Riau Law Journal Vol. 2 No.1, Mei 2018

Pikiran Urang Banua). Peraturan Presiden No. 81 Tahun


Banjarmasin: Pustaka Banua. 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Lalolo, Loina Krina P. 2003. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun
“Indikator Dan Alat Ukur 2013 tentang Pengelolaan
Prinsip Akuntabilitas, Pengaduan Pelayanan Publik
Transparansi dan Partisipasi”.
Jakarta: Sekretariat Good Permenpan-RB No. 11 Tahun 2015
Governance Badan Tentang Road Reformasi
Perencanaan Pembangunan Birokrasi 2015-2019
Nasional . Perda Provinsi Kalimantan Selatan
No. 4 Tahun 2013 tentang
Ombudsman RI Perwakilan Pelayanan Publik
Kalimantan Selatan. 2015. Map
Kuning Catatan Ombudsman Perda Kota Banjarmasin Nomor 11
RI Perwakilan Kalimantan Tahun 2014 tentang
Selatan. Yogyakarta: Aswaja Penyelenggaraan Pelayanan
Pressindo. Publik di Kota Banjarmasin

Ombudsman RI Perwakilan
Kalimantan Selatan. 2016.
Diskriminasi Pelayanan Publik.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

P. Sibuea, Hotma. 2010. “Asas


Negara Hukum, Peraturan
Kebijakan, Asas-asas Umum
Pemerintahan Yang Baik”.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sedarmayanti.2010. Reformasi
Administrasi Publik, Reformasi
Birokrasi, dan Kepemimpinan
Masa Depan Mewujudkan
Pelayanan Prima dan
Kepemimpinan yang baik.
Bandung: PT.Refika Aditama.

Undang-undang No. 14 Tahun 2008


Tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
Undang-undang No. 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan

68

Anda mungkin juga menyukai