Anda di halaman 1dari 14

Penanganan Kasus Pelanggaran Kode Etik Profersi Kepolisian (Studi

Kasus Penggunaan Mobil Dinas Untuk Kepentingan Pribadi)

Etika Profesi Hukum

Kelas : G

Dosen Pengampu:
Kayus Kayowuan Lewoleba, SH,MH.

Disusun Oleh:
Martin Ezra 1810611239

Michelle Rezky 1810611295

Yoan Dwi Pratama 1810611317

Alisya Nur Hidayah Rizki 1810611347

Muhammad Rizky Septiadi Santoso 1910611016

Muhammad Fauzan Muthian 1910611026

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2020
-i-

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………………………………………………………………..1

1.1. Latar Belakang…………………………………….………………………………………………………………………..1


1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………3

BAB II Pembahasan………………………………………………………………………………………………………………………….3

2.1. Pengaturan Mengenai Kode Etik Kepolisian………………………………………………………………….3

2.2. Penangan kasus anggota polri yang menggunakan fasilitas dinas untuk keperluan……….
pribadi…………………………………………………………………………………………………………………………………7

BAB III Penutup……..…………………………………………………………………………………………………………………………10

3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………..10

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………………………………….11
-1-

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kode etik profesi adalah suatu tuntutan, bimbingan atau pedoman moral
atau kesusilaan untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban
dalam menjalankan suatu profesi yang disusun oleh para anggota profesi itu
sendiri dan mengikat mereka dalam praktek. Dengan demikian maka kode etik
profesi berisi nilai nilai etis yang ditetapkan sebagai sarana pembimbing dan
pengendali bagaimana seharusnya atau seyogyanya pemegang profesi bertindak
atau berperilaku atau berbuat dalam menjalankan profesinya. Jadi, nilai-nilai yang
terkandung dalam kode etik profesi adalah nilai-nilai etis.1
Polisi adalah aparat penegak hukum. Tetapi dalam kenyataan yang terjadi
ada sebagian anggota itu bertindak sebaliknya dan tidak sesuai dengan etika
profesi kepolisian. Atau dalam arti kata ada sebagian polisi melakukan
pelanggaran terhadap kode etik profesi kepolisian. Satjipto Rahardjo berpendapat
bahwa polisi merupakan alat negara yang bertugas memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan memberikan perlindungan
kepada masyarakat.2
Pelanggaran ataupun perbuatan pidana anggota kepolisian yang tidak
sesuai dengan kode etik kepolisian tentunya berakibat hukum. Setiap
permasalahan dapat diberikan jawaban bahwa penyelesaian pelanggaran kode etik
profesi kepolisian yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana. Selama ini polisi
dipahami sebagai suatu organ, lembaga atau institusi, dan dengan istilah
kepolisian dimaknai sebagai organ beserta fungsinya. Kadang-kadang luput dari

1
H.Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian, Profesionalisme dan Reformasi Polri. Laksbang Mediatama,
Surabaya, , hal. 146
2
Satjipto Rahardjo, 2009, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta: Genta
Publishing, hal. 111
-2-

perhatian, bahwa sebenarnya eksistensi lembaga itu sangat dipengaruhi oleh


individu, orang perorang (person) yang berada dalam lembaga dan memiliki peran
penting dalam menggerakan atau menjalankan lembaga, dengan kata lain yang
berperan mengoperasionalkan fungsi dari lembaga tersebut3 Salah satu Kode Etik
Profesi yang berlaku yakni Kode Profesi Etik Kepolisian Republik Indonesia yang
diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Nomor 14 Tahun 2011. Meski
begitu dalam praktiknya terdapat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
anggota kepolisian itu sendiri, menurut Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada 2020
anggota kepolisian yang bermasalah meningkat signifikan, yang mana pada 2019
terjadi 1.021 kasus dengan perbandingan pada tahun 2020 meningkat menjadi
2.081 kasus (meningkat 100%).4 salah satu kasus konkrit yang mencuat
melibatkan anggota Polri yakni pada kasus penggunaan mobil dinas untuk
kepentingan pribadi, Mulanya, beredar foto polantas yang belakangan diketahui
merupakan Bripda Arjuna dan diduga menggunakan mobil dinas PJR untuk
berpacaran. Foto itu viral di media sosial hingga akhirnya ditindaklanjuti Propam
Polri.5
Menjawab permasalahan yang ada, maka kami dari kelompok 5
mengangkat penelitian terkait dengan tema yakni Etika Profesi Kepolisian,
dengan judul “Penanganan Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian
(Studi Kasus Penggunaan Mobil Dinas Untuk Kepentingan Pribadi)”
Dalam penelitian ini kami menggunakan penelitian Yuridis Normatif,
Penelitian Yuridis Normatif adalah Metode penelitian hukum yang dilakukan

3
Ibid, hal 20.
4
CNN Indonesia, Kasus Etik Polri Naik 100 Persen, Kadiv Propam Minta Maaf,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210413095340-12-629113/kasus-etik-polri-naik-
100persen-kadiv-propam-minta-maaf, diakses pada 10 November 2021.
5
Tsarina Maharani, Polisi Yang Pacaran Pakai Mobil Patroli didisiplinkan Propam Polri
dimutasi, https://nasional.kompas.com/read/2021/10/22/12232721/polisi-yang-pacaran-
pakai-mobil-patroli-didisplinkan-propam-polri-dimutasi. diakses pada 16 November 2021
-3-

dengan cara meneliti bahan pustaka.6 Kemudian menggunakan pendekatan


Peraturan Perundang-undangan dan Pendekatan Kasus.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
masalah, yaitu:

1. Bagaimana pengaturan mengenai kode etik kepolisian?


2. bagaimana penangan kasus anggota polri yang menggunakan fasilitas dinas
untuk keperluan pribadi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengaturan Mengenai Kode Etik Kepolisian


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia dapat dipahami esensi-esensi penting , mengenai
peran, fungsi dan tugas pokok Polri, yaitu :

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang


berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri [(Pasal 5 (1)].
b. Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat [Pasal 2].

6
Soerdjono Seokanto dan Sri Mamudji. 1994. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
-4-

c. Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan


keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia [Pasal 4].
Dari uraian di atas menunjukkan, bahwa Kepolisian Negara Republik
Indonesia memang merupakan salah satu lembaga pemerintahan di bawah
Presiden yang memiliki peran, fungsi dan tugas pokok melaksanakan urusan
keamanan dalam negeri yang meliputi : (1) pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat; (2) penegakan hukum; (3) perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.

Ketiga tugas pokok tersebut sesungguhnya : bukan merupakan urutan prioritas


sebab, ketiga-tiganya sama penting, sedangkan dalam pelaksanaannya tugas
pokok mana yang akan dikedepankan sangat tergantung pada situasi masyarakat
dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut
dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan. Disamping itu, dalam
pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma
agama, kesopanan, dan kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik


Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Secara lengkap pengertian kode etik profesi POLRI disebutkan dalam


Pasal 1 angka 5 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
-5-

14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik
atau filosofis yang berkaitan dengan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal
yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh anggota POLRI
dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab jabatan.

Untuk itu dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia, batasan atau ruang lingkup kode etik profesi POLRI meliputi :

1. Etika kenegaraan adalah sikap moral anggota POLRI terhadap Negara


Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan kebhinekatunggalikaan. Etika
kenegaraan memuat pedoman berperilaku anggota POLRI dalam hubungan :

a. Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.


b. Pancasila.
c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
d. Kebhinekatunggalikaan.

2. Etika kelembagaan adalah sikap moral anggota POLRI terhadap institusi


yang menjadi wadah pengabdian dan patut dijunjung tinggi sebagai ikatan
lahir batin dari semua insan Bhayangkara dengan segala martabat dan
kehormatannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata dan
Catur Prasetya.Etika Kelembagaan memuat pedoman perilaku anggota
POLRI dalam hubungan :

a. Tribrata sebagai pedoman hidup.


b. Catur prasetya sebagai pedoman kerja.
-6-

c. Sumpah janji anggota POLRI.


d. Sumpah/janji jabatan.
e. Sepuluh komitmen moral pada perubahan pola pikir.

3. Etika kemasyarakatan adalah sikap moral anggota POLRI yang senantiasa


memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta
melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan mengindahkan
kearifan lokal dalam budaya Indonesia. Etika kemasyarakatan ini memuat
pedoman berperilaku anggota POLRI dalam hubungan :

a. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat.


b. Penegakkan Hukum.
c. Pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.
d. Kearifan lokal, antara lain gotong-royong, kesetiakawanan, dan
toleransi.

4. Etika kepribadian adalah sikap perilaku perseorangan anggota POLRI


dalam kehidupan beragama, kepatuhan, ketaatan, dan sopan santun dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Etika
kepribadian memuat pedoman berperilaku anggota POLRI dalam hubungan
:

a. Kehidupan beragama.
b. Kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum.
c. Sopan santun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
-7-

Keempat etika yang tersebut di atas tentunya akan menimbulkan


kewajiban dan larangan bagi anggota POLRI, dimana pelanggaran terhadap
kewajiban dan larangan itu akan menimbulkan sanksi atau hukuman setelah
melalui tahapan proses penegakkan kode etik profesi POLRI.

2.2. Penangan kasus anggota polri yang menggunakan fasilitas dinas untuk
keperluan pribadi

Pengaturan mengenai Kode Etik Profesi diatur dalam PERKAP


Nomor 14 Tahun 2011, Ruang lingkup Etika Profesi Polri mencakup:

a. Etika Kenegaraan;

b. Etika Kelembagaan;

c. Etika Kemasyarakatan; dan

d. Etika Kepribadian.

Dalam Etika kenegaraan secara umum berisi pedoman berperilaku


dengan hubungannya dengan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Pancasila, UUD NRI 1945 dan Kebhinekatunggalikaan. Kemudian dalam
Etika Kelembagaan secara umum berisi mengenai pedoman perilaku Anggota
Polri dengan hubungan Tribrata sebagai pedoman hidup, Catur Prasetya
sebagai pedoman kerja, sumpah/janji Anggota Polri, Sumpah/Janji Jabatan,
dan Sepuluh komitmen moral dan perubahan pola pikir. Kemudian Etika
Kemasyarakatan memuat pedoman berperilaku anggota Polri dalam hubungan
Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, dan kearifan lokal, antara lain
gotong royong, kesetiakawanan, dan toleransi. Dan terakhir yakni Etika
-8-

Pribadi yang memuat pedoman berperilaku anggota Polri dalam hubungan


kehidupan beragama, kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum, dan sopan
santun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Terdapat beberapa aturan mengenai kewajiban dan larangan, dalam hal


ini secara khusus dijelaskan bahwa dalam Etika Kemasyarakatan wajib
menghormati harkat dan martabat manusia berdasarkan prinsip dasar hak asasi
manusia, menjunjung tinggi prinsip kesetaraan bagi setiap warga negara
dihadapan hukum, memberikan pelayanan kepada masyarakat, melakukan
tindakan pertama kepolisian, memberikan pelayanan informasi publik kepada
masyarakat, dan menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan, dan
menjaga kehormatan dalam berhubungan masyarakat. Kemudian hal yang
dilarang dalam Etika Kemasyarakatan yakni menolak atau mengabaikan
permintaan pertolongan sesuai dengan fungsi dan kewenangannya, mencari
kesalahan masyarakat yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, menyebarluaskan berita bohong, mengeluarkan ucapan
atau tindakan dengan maksud mendapatkan imbalan atau keuntungan dari
pemberian pelayanan publik, bersikap berwenang-wenang, mempersulit
masyarakat yang membutuhkan perlindungan, melakukan perbuatan yang
dapat merendahkan kehormatan perempuan pada saat melakukan tindakan
kepolisian, dan/atau membebankan biaya tambahan dalam memberikan
pelayanan di luar ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kemudian dalam kasus pelanggaran KEPP dilakukan pemeriksaan dan


mendapatkan putusan melalui sidang KKEP, Pemeriksaan awal dilaksanakan
-9-

oleh Provost pada setiap jenjang organisasi Polri. Masing-masing pelanggaran


memiliki sanksi yang berbeda, yakni:7

1. Apabila terbukti yang terjadi adalah pelanggaran yang memiliki unsur


pidana maka digunakan ketentuan pasal KUHP;
2. Apabila terbukti yang terjadi adalah pelanggaran kode etik maka sanksi
yang diberikan berupa, dinyatakan sebagai perbuatan tercela dan
diperintahkan untuk menyatakan penyesalan serta meminta maaf secara
terbatas dan terbuka, mengikuti pembinaan ulang profes, tidak layak lagi
untuk menjalankan profesi kepolisian. Kemudian apabila terjadi
pelanggaran disiplin maka sanksinya berupa:

a. Teguran Tertulis;
b. Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu)
tahun;
c. Penundaan kenaikan gaji berkala;
d. Penundaan kenaikan pangkat paling lama 1 (satu) tahun;
e. Mutasi yang bersifat demosi;
f. Pembebasan dari jabatan; dan
g. Penempatan dalam tempat khusus selama 21 (dua puluh
satu hari)

Terkait dengan kasus a quo sebagaimana dipahami dari kasus posisi,


Bripda Arjuna yang sebelumnya merupakan Bintara Unit (Banit) Subditwal
dan PJR Ditgakkum Korlantas Polri menggunakan mobil dinas PJR untuk
pacaran, dari foto-foto yang beredar di sosial media terlihat bahwa pacar dari
Bripda Arjuna mengunggah fotonya bersama dengan Bripda Arjuna dalam
posisi Bripda Arjuna sedang mengendarai mobil dinas tersebut menuju taman

7
Yanius Rajalahu, ‘Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi’, Lex Crime, II.2 (2013), 143–61.
-10-

safari kemudian foto tersebut mendapatkan perhatian oleh masyarakat


sehingga perbuatan tersebut ditindaklanjuti oleh Propam Polri. berdasarkan
fakta tersebut dapat diidentifikasi bahwa Bripda Arjuna telah melanggar
ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf e yang mana menyebutkan mengenai
larangan untuk anggota Polri menyalahgunakan kewenangan dalam
melaksanakan tugas kedinasan dan juga telah melanggar ketentuan pasal 15
huruf d yang mengatur tentang larangan mengeluarkan ucapan, isyarat,
dan/atau tindakan dengan maksud untuk mendapatkan imbalan atau
keuntungan pribadi dalam memberikan pelayanan masyarakat.8

Pelanggaran tersebut pada a quo kemudian ditindaklanjuti melalui


Surat Perintah Nomor Sprin/722/X/KEP./2021 dan Keputusan Kakorlantas
Polri Nomor KEP/135/X/2021 yang mana berisi mengenai perintah mutase
bagi Bripda Arjuna untuk melaksanakan tugas baru sebagai Bintara
Administrasi Subbad SDM Bagrenmin dalam rangka pembinaan pemeliharaan
dan ketertiban.

.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kode Etik Kepolisian diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara


Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia dimana batasan atau ruang lingkup
kode etik profesi POLRI meliputi etika kenegaraan yaitu sikap moral anggota
POLRI terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, Undang-

8
Lihat PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011
TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
-11-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan


kebhinekatunggalikaan; etika kelembagaan yaitu sikap moral anggota POLRI
terhadap institusi yang menjadi wadah pengabdian dan patut dijunjung tinggi
sebagai ikatan lahir batin dari semua insan Bhayangkara dengan segala
martabat dan kehormatannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Tribrata dan Catur Prasetya; etika kemasyarakatan yaitu sikap moral anggota
POLRI yang senantiasa memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat
dengan mengindahkan kearifan lokal dalam budaya Indonesia; dan Etika
kepribadian yaitu sikap perilaku perseorangan anggota POLRI dalam
kehidupan beragama, kepatuhan, ketaatan, dan sopan santun dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Terkait dengan kasus
Bripda Arjuna, dapat disimpulkan bahwa Bripda Arjuna telah melanggar
ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf e yang mana menyebutkan mengenai
larangan untuk anggota Polri menyalahgunakan kewenangan dalam
melaksanakan tugas kedinasan dan juga telah melanggar ketentuan pasal 15
huruf d yang mengatur tentang larangan mengeluarkan ucapan, isyarat,
dan/atau tindakan dengan maksud untuk mendapatkan imbalan atau
keuntungan pribadi dalam memberikan pelayanan masyarakat.
-12-

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Rahardi, H.Pudi. 2007. Hukum Kepolisian, Profesionalisme dan Reformasi Polri.


Surabaya: Laksbang Mediatama.

Rahardjo, Satjipto 2009, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta:


Genta Publishing.

Sumber Jurnal

Rajalahu, Yanius, 2013, Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi, Lex Crime, II.2,
143–61.

Sumber Undang-Undang

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sumber berita

CNN Indonesia, Kasus Etik Polri Naik 100 Persen, Kadiv Propam Minta Maaf,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210413095340-12-629113/kasus-
etik-polri-naik-100persen-kadiv-propam-minta-maaf, diakses pada 10 November
2021.

Maharani, Tsarina, Polisi Yang Pacaran Pakai Mobil Patroli didisiplinkan Propam Polri
dimutasi, https://nasional.kompas.com/read/2021/10/22/12232721/polisi-yang-
pacaran-pakai-mobil-patroli-didisplinkan-propam-polri-dimutasi. diakses pada
16 November 2021

Anda mungkin juga menyukai