BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Komitmen Kerja Karyawan Pada PT. Tiffa Mitra.
karyawan. Hal ini bermakna bahwa budaya kerja yang baik akan dapat memperbaiki
komitmen kerja. Maksudnya bahwa apabila pegawai bekerja cerdas, bekerja ikhlas,
bekerja keras dan bekerja tuntas maka akan dapat meningkatkan komitmen kerjanya.
Selanjutnya Sandra Febri Yanti (2008), telah meneliti Pengaruh Budaya Kerja
komitmen kerja karyawan. Masuknya sikap terhadap pekerjaan dan perilaku pada
waktu bekerja yang baik, akan dapat memperbaiki komitmen kerja karyawan.
kesuksesan bisnis dipasar yang kompetitif saat ini. Selanjutnya, keterlibatan pegawai
dapat menjadi faktor penentu dalam keberhasilan organisasi. Tidak hanya keterlibatan
produktivitas dan loyalitas, juga link kunci untuk kepuasan pelanggan, reputasi
mengatur agenda untuk keterlibatan dan komitmen pegawai. Tantangan saat ini tidak
Ada banyak variabel yaitu kerja tim, kepemimpinan, kompensasi, budaya kerja,
organisasi. Artikel ini membuat upaya untuk mempelajari tentang dampak kerja tim,
penelitian ini adalah untuk memperluas basis pengetahuan dan empiris menguji
dan perempuan anggota fakultas. Regresi dan Korelasi analisis yang digunakan untuk
dimensi lain dari budaya organisasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan
dengan praktek manajemen kinerja. Implikasi: Penelitian ini memilih sampel dari
beberapa kota di Pakistan. Penelitian selanjutnya dapat memilih kota-kota lain dan
random sampling dengan jumlah sampel yang lebih. Implikasi praktis: Diharapkan
bahwa temuan studi ini akan membantu sumber daya manausia manajer, praktisi dan
pembuat stategi untuk lebih memahami praktik kinerja organisasi. Value Added:
Nilai tambah dari makalah ini adalah untuk menghubungkan teori dan praktek, dan
Komitmen Kerja Pegawai Pada Pabrik Kelapa Sawit. Telah menemukan bahwa
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara budaya kerja terhadap komitmen
kerja pegawai pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan. Halini bermakna bahwa
budaya kerja yang baik dapat memperbaiki komitmen kerja. Artinya, pegawai yang
memiliki perilaku disiplin, jujur serta perilaku tegas dan percaya diri akan dapat
Artinya, pegawai yang membudayakan sifat jujur, tegas dan percaya diri dalam
Nur Syamsu Kukuh Maulana dalam jurnal (2011), telah meneliti Pengaruh
Budaya Kerja terhadap Komitmen Kerja Pegawai Pada PT. Koperasi Simpan Pinjam
komitmen kerja pegawai. Artinya, adanya budaya kerja yang baik dalam hal
memberikan jabatan yang lebih tinggi kepada pegawai yang telah memiliki syarat
Mariatni (2007) meneliti tentang budaya organisasi terhadap disiplin kerja dan
Komitmen Pegawai PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Kantor Perwakilan Jakarta.
pegawai.
14
Lyun Mcparlane Sbore (2007) telah meneliti The Influence to Work Ability
toward work comitment. Result of this research work ability to ward to work
komitmen kerja.
Xiaomeng dan Kathryn (2010), dalam penelitiannya yang berjudul the effect
of accupation job to job commitment with job ability as mediation dan hasil
berperan penting dalam kemampuan kerja, serta kemampuan kerja berdampak pada
komitmen kerja. Demikian pula Anne et al. (2008), dimana hasil penelitiannya
Budaya kerja merupakan sistem nilai, persepsi, perilaku dan keyakinan yang
dianut oleh setiap bawahan tentang makna kerja dan refleksinya dalam kegiatan
mencapai tujuan organisasi dan individu. Sebenarnya budaya kerja sudah lama
15
dikenal manusia, namun belum disadari bahwa sebuah keberhasilan kerja berakar
pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai
tersebut bermula dari adat-istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan
pada diri pelaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang menjadi kebiasaan tersebut
Setiap fungsi atau proses kerja harus mempunyai perbedaan dalam cara
kerja organisasi. Hal tersebut seperti nilai-nilai apa saja yang patut dimiliki, kerja
organisasi. Hal tersebut seperti nilai-nilai apa saja yang patut dimiliki, bagaimana
perilaku setiap orang akan dapat mempengaruhi kerja mereka, kemudian falsafah
yang dianutnya. Proses yang panjang yang terus menerus disempurnakan sesuai
dengan tuntutan dan kemampuan sumber daya manusia itu sendiri sesuai dengan
dalam suatu organisasi, pelanggaran dalam sangsi ini memang tidak ada yang tegas,
namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan
tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja atau organisasi itu berdiri.
Pembentukan budaya kerja itu terjadi takkala lingkungan kerja atau organisasi belajar
intemal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi. Diperlukan waktu yang
16
cukup lama untuk membentuk budaya kerja. Pembentukan budaya kerja diawali oleh
para pendiri (founders) atau pimpinan paling atas (top management) atau pejabat
yang ditunjuk dimana besamya pengaruh yang dimilikinya akan menentukan suatu
kelompok orang yang mempengaruhi perilaku kerja dan cara kerja yang dipengaruhi
budaya masyarakat setempat dan budaya kerja perusahaan tempat mereka bekerja.
Budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai
nilai- nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan
dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita,
pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Triguno, 2009:8).
budaya kerja merupakan sikap dan perilaku individu dari kelompok anggota
didasari atas nilai-nilai yang diyakini oleh para anggota organisasi tentang
kebenarannya dan hal tersebut menjadi sifat serta kebiasaan para anggota organisasi
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari. Manfaat utama dari budaya
kerja berakibat pada meningkatnya produktifitas kerja atau kinerja pegawai. Hal ini
dapat disebabkan karena penerapan budaya kerja yang ada diorganisasi sudah sesuai
dengan tujuan, visi dan misi yang ada diorganisasi. Jika hal tersebut terjadi maka hal
17
tersebut akan memudahkan para pegawai untuk menerapkan budaya kerja yang
karena perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu
dan perbaikan. Warna budaya kerja adalah produktivitas yang berupa perilaku kerja
yang dapat diukur antara lain: kerja keras, ulet, disiplin, produktif, tanggung
akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat diterima atau tidak. Namun
secara perlahan nilai-nilai tersebut dengan sendirinya akan terseleksi dan terjadi
perubahan yang akhirnya akan muncul budaya kerja yang diinginkan. Dengan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan dalam budaya kerja itu sangat penting,
karena masalah budaya kerja terletak pada diri kita masing-masing dan musuh budaya
Unsur dasar budaya kerja adalah mata rantai proses, dimana tiap kegiatan
berkaitan dengan proses lainnya atau suatu hasil pekerjaan merupakan suatu masukan
bagi proses pekerjaan lainnya. Dalam suatu organisasi bekerja melalui serangkaian
proses yang saling berkaitan, yang terjadi melalui dan melewati batas-batas birokrasi.
18
Setiap organisasi memiliki banyak dan aneka ragam proses kegiatan baik yang
bersifat administratif maupun yang manufaktur. Orang dapat bekerja secara individu
maupun kerjasama dengan yang lainnya dalam setiap tahapan proses sepeti mengetik
berbeda, tetapi mempunyai kesamaan. Setiap proses mempunyai sifat peran sebagai
seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat
I
peran sebagai pelanggan pemasok dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif
dan efisien serta menggembirakan. Oleh karena itu budaya kerja berupaya merubah
(Triguno,2009:5-6).
Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat dalam, karena akan
merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas kerja
yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Manfaat yang didapat
antara lain menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik, membuka seluruh
perkembagan dari luar (faktor eksternal seperti pelanggan, teknologi, sosial, ekonomi
dan lain-lain).
19
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
sumber daya manusia yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja
untuk menghadapi berbagai tantangan dimasa yang akan datang. Adapun manfaat
nyata dari penerapan suatu budaya kerja yang baik dalam suatu lingkungan
saling terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa kekeluargaan, meningkatkan rasa
a. Orang yang terlatih melalui kelompok budaya kerja akan menyukai kebebasan,
pertukaran pendapat, terbuka bagi gagasan-gagasan baru dan fakta baru dalam
usahanya untuk mencari kebenaran, mencocokan apa yang ada padanya dengan
c. Orang yang terdidik melalui kelompok budaya kerja berusaha menyesuaikan diri
atau kewajibannya dalam bidangnya, demikian pula dalam hal berproduksi dan
e. Orang yang terlatih dalam kelompok budaya kerja akan memahami dan
f. Orang yang terlatih dalam kelompok budaya kerja akan berpastisipasi dengan
2009:9).
adalah kebiasaan kerja yang dianut bersama-sama oleh beberapa orang yang terlibat
didalam satu organisasi. Oleh karena itu maka dalam konteks penelitian ini, budaya
kerja adalah persepsi definisi operasional bersama yang dianut oleh pegawai
Beberapa perilaku dan sikap budaya yang sering terjadi adalah perilaku tidak
disiplin dan tidak jujur serta perilaku tidak tegas dan tidak percaya diri.
21
Hampir semua bagian lapisan masyarakat pada berbagai kasus dan intensitas
atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Perilaku tidak disiplin dan
Perilaku yang tidak tegas dan tidak percaya diri juga merupakan faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang. Orang yang tidak tegas akan selalu berbasa-
bagi keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Tidak percaya
diri membuat seseorang tidak mampu berfikir yang berdampak tidak dapat
indikator, yaitu:
yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesama
indikator sikap terhadap pekerjaan dan perilaku pada waktu bekerja Dimana dalam
penelitian ini, keduanya dijadikan sebagai indikator dalam mengukur budaya kerja.
nyata, artinya pegawai yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dengan pendidikan
akan lebih mudah mencapai prestasi kerja (prestasi) yang diharapkan. Oleh karena
itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the
right man on the right job). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kerja
seorang pegawai dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Sementara itu Gibson et.al
tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik. England dalam
suatu pekerjaan.
hal yang pernah diketahui tentang sesuatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah
24
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari
sebagainya,
2. Memahami (Comprehensive)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
3. Aplikasi (Application)
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenamya). Aplikasi di sini dapat
25
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
5. Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
6. Evaluasi (Evaluation)
indikator yaitu:
1. Kemampuan Intelektual
dari sinergi watak, konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan
a. Berprestasi
b. Kepastiankerja
c. Inisiatif
d. Penguasaan informasi
e. Berpikir analitik
f. Berpikir konseptual
g. Keahlian praktikal
h. Kemampuan linguistik
1. Kemampuan naratif
2. Kemampuan Emosional
27
dan kemampuan untuk menguasai diri dan memahami lingkungan secara objektif
permasalahan di tempat kerja yang terbentuk melalui sinergi watak, konsep diri,
perasaan dengan orang lain yang menjadi dasar agar kecerdasan intelektual dapat
bentuk enam tingkat kemauan dan kemampuan (Steer, 2005) sebagai berikut:
c. Pengendalian diri
d. Kemampuan beradaptasi
3. Kemampuan Sosial
Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemapuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang
melalui sinergi watak, konsep diri, motivasi internal serta kapasitas pengetahuan
b. Kesadaran berorganisasi
e. Mengarahkan bawahan
f. Keda tim
g. Kepemimpinan kelompok
4. Kemampuan Spiritual
bagian dari kesadaran yang paling dalam pada seseorang yang berhubungan
dengan sadar yang tidak hanya mengakui keberadaan nilai tetapi juga
emosional serta kemampuan atau memahami sistem nilai yang berlaku pada orang
kepercayaan yang diberikan oleh konsumen. Pada intinya pegawai yang berkomitmen
tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggungjawab yang lebih,
individu dalam memandang dirinya sendiri dengan pekerjaannya dalam suatu unit
kerja atau organisasi kerja tertentu. Menurut batasan ini, komitmen kerja merupakan
sikap evaluative seseorang tertentu apa yang diharapkan atau dipersepsikan mengenai
kerja atau pekerjaan, Artinya jika seseorang mempersepsikan bahwa kerja adalah
sesuatu yang sangat bermakna bagi dirinya, makna besar kemungkinan ia akan
Motivasi dalam pengertian ini dapat berupa minat dan antusiasme, perhatian, usaha
dan berbagai ekspresi lainnya yang dapat mencerminkan suatu keinginan kuat untuk
variable yang mencerminkan derajat hubungan yang dianggap dimiliki oleh individu
organisasi ,kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi,
31
pekerjaannya. Dalam sebuah komitmen juga memiliki unsur atau komponen yang
indikator berikut:
pekerjaannya memiliki makna baik bagi dirinya maupun bagi organisasinya. Rasa
memiliki keinginan kuat untuk bekerja keras dapat dikatakan bahwa ia memiliki
keinginan untuk bekerja keras. Dengan demikian salah satu ciri dari tinggi
4. Memiliki tingkat absensi dan bolos kerja atau keterlambatan masuk kerja yang
Masalah absensi bukan lagi sesuatu yang unik, dimana hal ini merupakan
menyusahkan, akan tetapi memiliki nilai biaya yang tinggi jika tidak diantisipasi.
Biaya dimaksud antara lain berupa opportunity cost atas keterlambatan pekerjaan
employees for scheduled work". Jadi absensi adalah keadaan dimana seseorang
tidak masuk kerja sesuai hari kerja yang ditetapkan (Price,2007:46). Pengertian
yang sama dikemukakan pula oleh Jones dalam Price bahwa "the absenteeism is
defined asuncheduled time away from work". Jadi absensi adalah kondisi dimana
melapor dan tetap bekerja sebagaimana yang telah dijadwalkan, terlepas dari
alasan-alasan yang diberikan. Masalah absensi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
(1) motivasi pegawai untuk datang bekerja, dan (2) kemampuan untuk datang
yakni:
1. Faktor kondisional yang sulit untuk dihindari, misalnya karena sakit, urusan
atau masalah keluarga yang tidak diduga sebelumnya, atau karena masalah
transportasi, sehingga hal ini merupakan sebab absensi yang tidak dapat
tugas/pekerjaan itu sendiri, misalnya tidak adanya otoritas dan otonomi dalam
lain, sehingga faktor-faktor ini disebut juga sebagai faktor penyebab absensi
menyatakan bahwa absensi adalah salah satu kriteria perilaku yang paling sering
pandangan bahwa absen adalah tanggapan untuk mengurangi rasa sakit para
pekerja atas pengalaman kerjanya. Oleh karena itu, absensi yang disengaja dapat
atas berbagai faktor yang berkaitan dengan apa yang ia rasakan dalam
fenomena yang selalu terjadi pada setiap organisasi. Keterlambatan masuk kerja
35
diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak masuk kerja tepat pada
kerja tepat pada waktunya, antara lain kondisi ekonomi, sistem insentif yang tidak
mendukung, etika kerja pribadi dan karena komitmen terhadap organisasi yang
rendah. Sebab-sebab yang bersumber dari situasi kerja antara lain level pekerjaan,
stress, gaya pemimpin, relasi antar pegawai dan kesempatan untuk berkembang.
urusan rumah tangga, demikian juga masalah transportasi. Dengan kata lain,
Atas dasar ini, maka keterlambatan masuk kerja dapat digolongkan dalam
dua kategori, yaitu keterlambatan yang tidak disengaja atau tidak dapat dihindari
Keterlambatan masuk kerja yang tidak dapat dihindari, dapat disebabkan karena
jarak antara tempat tinggal dengan kantor yang berjauhan, kemacetan lalulintas,
mengurus anggota keluarga yang sakit sebelum kekantor dan sebab-sebab lain
yang tidak diduga sebelumnya. Sedangkan keterlambatan masuk kerja yang dapat
(Pilbeam,2007:835).
Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup
bekerja maka organisasi akan mencapai tujuannya dengan baik sebagai cerminan
dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya,
yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan
dimana nilai inti organisasi itu dipegang secara mendalam dan dianut bersama
kerja adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
Fumham dan Gunter dalam Sunarto (2005:34) budaya kerja sebagai keyakinan, sikap
dan nilai yang umumnya dimiliki, yang timbul dalam suatu organisasi.
bagian yang terkait dengan komitmen kerja dalam hubungannya dengan pegawai.
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa budaya kerja memiliki keterkaitan
kemampuan kerja pegawai tergantung pada tingkat pengetahuannya akan apa yang
harus dan tidak harus dikerjakan. Secara sistematis hubungan budaya kerja terhadap
menyatakan bahwa dampak budaya kerja terhadap kemampuan kerja bias dilihat dari
definisi budaya kerja adalah sebagai perangkat yang penting dalam meningkatkan
kemampuan kerja pegawai dan majunya kemampuan kerja pegawai didorong oleh
budaya kerja.
mengerjakannya dan mengapa harus dikerjakan. Sehingga pegawai lebih yakin dalam
ada banyak keuntunga bila perusahaan memiliki budaya kerja yang kuat, adaptif dan
kualitas barang dan jasa serta memotivasi karyawan untuk mencapai prestasi kerja
yang tinggi.
seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat
I
peran sebagai pelanggan pemasok dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif
dan efisien serta menggembirakan. Oleh karena itu budaya kerja berupaya merubah
(Triguno,2009:5-6).
dalam suatu organisasi, pelanggaran dalam sangsi ini memang tidak ada yang tegas,
39
namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan
tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
hari dalam suatu organisasi untuk mencapai prestasi kerja (prestasi) yang
diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai
dengan keahliannya (the right man on the right job). Pendapat tersebut
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya (Riduwan,2007:35).
kepribadian, yang pada akhirnya berdampak pada komitmen seseorang dalam suatu
organisasi.
40
Komponen sumber daya manusia dalam teori politik structural dalam konsep
kemampuan perkiraan kebutuhan sdm yang terpenuhi dalam konsep strategi public