Anda di halaman 1dari 7

ACARA V

MODEL BUILDER
I. Tujuan
1. Untuk memahami dan menerapkan aplikasi SIG dengan manggunakan metode Model
Building
2. Untuk menentukan dan mengidentifikasi input, output, dan proses pada SIG
3. Untuk menganalisis penerapan aplikasi SIG berdasarkan metode Model Builder

II. Alat dan Bahan


1. Laptop
2. Software ArcGIS
3. Data vektor

III. Dasar Teori


Model Builder adalah sebuah aplikasi untuk membuat, mengedit, dan mengelola
model. Model adalah cara untuk menerangkan suatu proses dengan menyederhanakan
obyek dan kinerjanya. Dalam ArcGIS terdapat fasilitas Model Builder yang dapat
mengaplikasikan definisi model diatas. Arti lain model builder adalah suatu alat atau tool
yang bersifat grafis untuk perancangan model, simulasi dan analisis matematika yang
terdiri dari sistem persamaan diferensial biasa. Dengan menggunakan Model Builder
direpresentasikan dengan bentuk aliran atau flow chart yang memudahkan dalam
memahami proses dari sebuah model. pada software ArcGIS model builder bisa langsung
digunakan tanpa memerlukan ekstensi khusus, berbeda dengan menggunakan software
arcview model builder bisa dipakai dengan syarat adanya ekstensi model builder.
Model Builder terdiri dari tiga komponen; elements, connectors, and text labels.
Elements adalah data dan tools yang digunakan, connectors adalah garis yang
menyambungkan data dengan tools, text labels dapat di asosiasikan dengan keseluruhan
model, masing-masing elements maupun connectors. Elements dalam Model Builder
terbagi menjadi 2 jenis yaitu tools dan variables. Tool elements di gambarkan dalam
bentuk persegi, biasanya tool elements diambil dari Arc Toolbox. Variables di gambarkan
dalam bentuk oval. Variables terbagi menjadi 2 tipe: data dan values. Data variables
merupakan data yang tersimpan dalam disk atau layer yang tampak pada table of contents
ArcMap. Values variables (nilai variabel) adalah angka, teks, referensi spasial dan
geographic extents. Ada 2 tipe Values variables yaitu: input dan derived. Text labels
dalam model builder digunakan sebagai keterangan tambahan pada variable, tool, maupun
connector model element. Text labels tidak termasuk sebagai bagian urutan proses. Text
labels dapat diikatkan kepada element model dan dapat juga berdiri sendiri di dalam
diagram model.
Pengembangan model keruangan salah satunya untuk menilai kesesuaian lahan suatu
wilayah, dengan menitikberatkan pada aspek kesesuaian fisik dan kerawanan terhadap
bencana. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa model keruangan berbasis
Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat efektif dalam melakukan analisis keruangan
terkait kerawanan bencana (lihat misalnya Lan, 2004, Alparslan, 2008, Gupta, 2008 dan
Kamp, 2008). Oleh karena itu, model ini akan menggunakan SIG sebagai alat bantu utama
dengan pertimbangan kemampuannya dalam melakukan analisis keruangan secara mudah,
cepat dan akurat.
IV. Langkah Kerja
1. Buka ArcMap → add data jalan, sumber air bawah tanah, admin kecamatan Batu,
elevasi dan landuse.
2. Buka sidebar Catalog, pada folder Acara 5 klik kanan pilih New kemudian Toolbox.
Dari toolbox tersebut klik kanan pilih New kemudian Model.

3. Pilih Geoprocessing → ModelBuilder. Setelah keluar jendela Model, selanjutnya buka


klik Model pada filebar kemudian pilih Model Properties. Maka akan muncul jendela
Model Properties, isi nama, label dan deskripsi kemudian klik OK

4. Perhatikan kriteria permintaan yang diinginkan. Buka ArcToolbox pilih tools yang
diinginkan kemudian drag ke lembar kerja model yang telah dibuat.
5. Tentukan input feature dengan klik kanan pada model tools pilih Make Variable →
From Parameter → Input Feature. Kemudian pilih input feature yang diinginkan.
6. Menentukan expression dengan klik kanan pada tools pilih Make Variable → From
Parameter → Expression. Klik Expression pada model untuk menentukan Query
Builder.

7. Gunakan fungsi Auto Layout untuk merapikan model. Klik kanan pada Expression
kemudian pilih Model Parameter.
8. Tentukan lokasi output feature class.
9. Klik Model pada filebar pilih Export → To Graphic.
10. Klik Run pada toolbar
11. Buka ArcToolbox, klik kanan pilih Add Toolbox untuk menambahkan model yang
telah dibuat.
V. Diagram Alur

New Toolbox

New Model

Model Builder

Admin Kec. Sumber air


Land
Batu.shp Elevasi.shp Jalan.shp tanah.shp
Use.shp

Select Jalan Buffer


utama.shp

Kriteria 1 Kriteria 4 Kriteria 3

Kriteria 2

Output
VI. Hasil Praktikum
1. Model builder

2. Peta Lokasi Kesesuaian Pembangunan Resort Kota Batu (terlampir)

VII. Pembahasan
Penerapan model builder dalam praktikum ini bertujuan untuk menemukan lokasi
yang sesuai untuk pembangunan sebuah resort di Kota Batu menggunakan data spasial
berupa shapefile jalan, penggunaan lahan, sumber air bawah tanah dan elevasi yang
kemudian didasarkan pada empat kriteria yaitu :
Kriteria 1 : Resort tidak berada di lokasi hutan lindung, lahan pertanian/perkebunan,
industri, permukiman.
Kriteria 2 : Resort berada di lokasi dengan ketinggian dibawah 350 meter (alasan karena
semakin tinggi resort, maka semakin tinggi biaya pembangunannya)
Kriteria 3 : Resort terletak 3 Km (3000 meter) dari kondisi eksisting sumber mata air atau
sumber air tanah (alasan jarak yang relative mudah untuk mencapai air dan
cukup ideal untuk area resort)
Kriteria 4 : Resort terletak 3 Km (3000 meter) dari jalan utama (alasan jarak yang ideal
untuk memudahkan aksesibilitas).
Pembangunan resort sebaiknya berada pada lahan terbuka dimana lahan tersebut
tidak sedang dimanfaatkan manusia maka pada kriteria 1 mengatakan bahwa lokasi
perencanaan pembangunan resort tidak boleh berada di lokasi di lokasi hutan lindung,
lahan pertanian/perkebunan, industri dan permukiman. Pada tabel atribut dari shapefile
penggunaan lahan hanya Tanah Terbuka yang tidak masuk dalam kriteria yang disebutkan,
maka dalam hal ini lahan dengan Tanah Terbuka yang digunakan sebagai lokasi
perencanaan pembangunan resort.
Kriteria 2 menyebutkan bahwa lokasi perencanaan pembangunan resort tidak boleh
berada pada ketinggian diatas 350 mdpl. Maka dalam hal ini dilakukan select by atribute
pada shapefile elevasi untuk mengetahui lokasi mana saja yang memiliki ketinggian di
bawah 350 mdpl. Dari tabel atribut diketahui bahwa elevasi 25-45% dan >45% memiliki
ketinggian 358 m, 690 m, 821 m dan 1049 m, 1459 m, 1625 m dan 2229 m maka elevasi
tersebut tidak digunakan karena lebih dari 350 mdpl. Oleh karena itu menggunakan elevasi
26 m dan 70 m untuk lokasi perencanaan pembangunan resort.
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup manusia maka pada kriteria 3 menyebutkan bahwa lokasi perencanaan
pembangunan resort harus dekat paling tidak dengan jarak 3 km dengan sumber air tanah.
Untuk mengetahui lokasi yang tepat berdasarkan kriteria tersebut maka menggunakan
tools buffer dengan jarak 3000 m dan shapefile sumber air tanah sebagai input featurenya.
Kemudahan dalam aksesibilitas dapat menguntungkan pihak pengelola resort karena
memungkinkan untuk mendapatkan lebih banyak pengunjung tanpa harus melalui jalan-
jalan yang sulit dilalui maka dalam kriteria 4 menyebutkan bahwa lokasi pembangunan
resort terletak pada 3 km dari jalan utama. Untuk menyelesaikan kritria ini maka
menggunakan tools buffer dengan jalan sebagai input featurenya dan menggunakan jarak 3
km dari jalan.
Hasil dari pengolahan data spasial dari kriteria 1, kriteria 2, kriteria 3 dan kriteria 4
kemudian dilakukan intersect untuk menyatukan hasil dari kriteria-kriteria tersebut maka
pada Peta Lokasi Kesesuaian Pembangunan Resort Kota Batu yang telah dibuat akan
menunjukkan lokasi yang sesuai untuk pembangunan resort yang telah memenuhi kriteria-
kriteria tersebut.
Penerapan Model Builder dalam praktikum ini mempunyai beberapa keunggulan sebagai
berikut :
1. Memproses sebuah model secara sekaligus tidak satu persatu.
2. Dapat membantu mengeksplorasi suatu tool yang digunakan dalam proses membuat
model.
3. Sangat mudah digunakan dengan menggunakan logika dan lain-lain.
4. Keunggulan paling utama model builder adalah dapat memproses model yang
sederhana sampai paling rumit.

VIII. Kesimpulan
1. Penentuan kesesuaian suatu lokasi dalam berbagai tujuan tertentu dapat menggunakan
aplikasi berbasis sistem informasi geografis yaitu Model Builder.
2. Parameter-parameter yang dibutuhkan dalam penerapan model builder merupakan
input feature untuk selanjutnya dilakukan pemrosesan menggunakan tools-tools pada
ArcToolbox dan menghasilkan output sesuai permintaan.
3. Penerapan Model Builder dapat diaplikasikan pada analisis kesesuaian lahan, mitigasi
bencana dan penentuan lokasi yang sesuai.

IX. Daftar Pustaka


Purbani, Dini. 2013. Kemampuan Ekosistem Mangrove Dalam Mereduksi Tsunami Di
Teluk Loh Pria Laot Pulau Weh. Jurnal Segara Vol. 9 No. 2 Desember 2013: 95-
106. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir,
Balitbang-KP, KKP.
Buchori, Imam. 2013. Model Kesesuaian Lahan Berbasis Kerawanan Bencana Alam, Uji
Coba: Kota Semarang. Jurnal Tata Loka Volume 15 Nomor 4, November 2013,
293-305. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai