MODEL BUILDER
I. Tujuan
1. Untuk memahami dan menerapkan aplikasi SIG dengan manggunakan metode Model
Building
2. Untuk menentukan dan mengidentifikasi input, output, dan proses pada SIG
3. Untuk menganalisis penerapan aplikasi SIG berdasarkan metode Model Builder
4. Perhatikan kriteria permintaan yang diinginkan. Buka ArcToolbox pilih tools yang
diinginkan kemudian drag ke lembar kerja model yang telah dibuat.
5. Tentukan input feature dengan klik kanan pada model tools pilih Make Variable →
From Parameter → Input Feature. Kemudian pilih input feature yang diinginkan.
6. Menentukan expression dengan klik kanan pada tools pilih Make Variable → From
Parameter → Expression. Klik Expression pada model untuk menentukan Query
Builder.
7. Gunakan fungsi Auto Layout untuk merapikan model. Klik kanan pada Expression
kemudian pilih Model Parameter.
8. Tentukan lokasi output feature class.
9. Klik Model pada filebar pilih Export → To Graphic.
10. Klik Run pada toolbar
11. Buka ArcToolbox, klik kanan pilih Add Toolbox untuk menambahkan model yang
telah dibuat.
V. Diagram Alur
New Toolbox
New Model
Model Builder
Kriteria 2
Output
VI. Hasil Praktikum
1. Model builder
VII. Pembahasan
Penerapan model builder dalam praktikum ini bertujuan untuk menemukan lokasi
yang sesuai untuk pembangunan sebuah resort di Kota Batu menggunakan data spasial
berupa shapefile jalan, penggunaan lahan, sumber air bawah tanah dan elevasi yang
kemudian didasarkan pada empat kriteria yaitu :
Kriteria 1 : Resort tidak berada di lokasi hutan lindung, lahan pertanian/perkebunan,
industri, permukiman.
Kriteria 2 : Resort berada di lokasi dengan ketinggian dibawah 350 meter (alasan karena
semakin tinggi resort, maka semakin tinggi biaya pembangunannya)
Kriteria 3 : Resort terletak 3 Km (3000 meter) dari kondisi eksisting sumber mata air atau
sumber air tanah (alasan jarak yang relative mudah untuk mencapai air dan
cukup ideal untuk area resort)
Kriteria 4 : Resort terletak 3 Km (3000 meter) dari jalan utama (alasan jarak yang ideal
untuk memudahkan aksesibilitas).
Pembangunan resort sebaiknya berada pada lahan terbuka dimana lahan tersebut
tidak sedang dimanfaatkan manusia maka pada kriteria 1 mengatakan bahwa lokasi
perencanaan pembangunan resort tidak boleh berada di lokasi di lokasi hutan lindung,
lahan pertanian/perkebunan, industri dan permukiman. Pada tabel atribut dari shapefile
penggunaan lahan hanya Tanah Terbuka yang tidak masuk dalam kriteria yang disebutkan,
maka dalam hal ini lahan dengan Tanah Terbuka yang digunakan sebagai lokasi
perencanaan pembangunan resort.
Kriteria 2 menyebutkan bahwa lokasi perencanaan pembangunan resort tidak boleh
berada pada ketinggian diatas 350 mdpl. Maka dalam hal ini dilakukan select by atribute
pada shapefile elevasi untuk mengetahui lokasi mana saja yang memiliki ketinggian di
bawah 350 mdpl. Dari tabel atribut diketahui bahwa elevasi 25-45% dan >45% memiliki
ketinggian 358 m, 690 m, 821 m dan 1049 m, 1459 m, 1625 m dan 2229 m maka elevasi
tersebut tidak digunakan karena lebih dari 350 mdpl. Oleh karena itu menggunakan elevasi
26 m dan 70 m untuk lokasi perencanaan pembangunan resort.
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup manusia maka pada kriteria 3 menyebutkan bahwa lokasi perencanaan
pembangunan resort harus dekat paling tidak dengan jarak 3 km dengan sumber air tanah.
Untuk mengetahui lokasi yang tepat berdasarkan kriteria tersebut maka menggunakan
tools buffer dengan jarak 3000 m dan shapefile sumber air tanah sebagai input featurenya.
Kemudahan dalam aksesibilitas dapat menguntungkan pihak pengelola resort karena
memungkinkan untuk mendapatkan lebih banyak pengunjung tanpa harus melalui jalan-
jalan yang sulit dilalui maka dalam kriteria 4 menyebutkan bahwa lokasi pembangunan
resort terletak pada 3 km dari jalan utama. Untuk menyelesaikan kritria ini maka
menggunakan tools buffer dengan jalan sebagai input featurenya dan menggunakan jarak 3
km dari jalan.
Hasil dari pengolahan data spasial dari kriteria 1, kriteria 2, kriteria 3 dan kriteria 4
kemudian dilakukan intersect untuk menyatukan hasil dari kriteria-kriteria tersebut maka
pada Peta Lokasi Kesesuaian Pembangunan Resort Kota Batu yang telah dibuat akan
menunjukkan lokasi yang sesuai untuk pembangunan resort yang telah memenuhi kriteria-
kriteria tersebut.
Penerapan Model Builder dalam praktikum ini mempunyai beberapa keunggulan sebagai
berikut :
1. Memproses sebuah model secara sekaligus tidak satu persatu.
2. Dapat membantu mengeksplorasi suatu tool yang digunakan dalam proses membuat
model.
3. Sangat mudah digunakan dengan menggunakan logika dan lain-lain.
4. Keunggulan paling utama model builder adalah dapat memproses model yang
sederhana sampai paling rumit.
VIII. Kesimpulan
1. Penentuan kesesuaian suatu lokasi dalam berbagai tujuan tertentu dapat menggunakan
aplikasi berbasis sistem informasi geografis yaitu Model Builder.
2. Parameter-parameter yang dibutuhkan dalam penerapan model builder merupakan
input feature untuk selanjutnya dilakukan pemrosesan menggunakan tools-tools pada
ArcToolbox dan menghasilkan output sesuai permintaan.
3. Penerapan Model Builder dapat diaplikasikan pada analisis kesesuaian lahan, mitigasi
bencana dan penentuan lokasi yang sesuai.