Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NELYANTI

TUGAS : IBU RUWAYDA

Penanganan Kematian Janin Intrauterine (IUFD)

1. Tujuan
a. Mencegah terjadinya komplikasi pada ibu
b. Mencegah terjadinya ttrauma emosional
1. Persiapan Pasien.
1. Keluarga diberitahu tentang maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. inform konsen
3. Memberikan dukungan mental kepada pasien 
4. Pasien tidur dengan posisi litotomi
5. Pasien mengetahui tindakan yang akan dilakukan oleh bidan
6. Lembar informasi
2. persiapan bidan
a. Menyiapkan APD
b. Persiapan SOP
c. Persiapan Pemeriksaan
d. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 
e. Memeriksa kesadaran dan tanda vital ibu
f. melakukan pemeriksaan dalam
g. melakukan prosedur penatalaksanaan persalinan kala II
h. melakukan persiapan rujukan apabila diperlukan
3. Persiapan alat
a. partus set, dan hectng set
b. tempat plasenta,
c. perlak,underpad 
d. perlengkapan ibu dan bayi
b. Alat-alat observasi sesuai standar
d. APD lengkap
e. Alat-alat untuk pertolongan bayi baru lahir sesuai standar
4. Persiapan obat
a. obat uterotonika ( oksitoxin dan ergometrin )
b. cairan infus RL
c. Alkohol
d. Lidocain
e. Betadin
5. prosedur sesuai SOP
1) Ucapkan salam
2) Lakukan identifikasi
3) Lakukan cuci tangan
4) Pakai APD
5) Siapkan peralatan yang diperlukan
6) Beri dukungan mental pada pasien dan keluarga
7) Jelaskan kondisi kehamilan dan janin saat ini
8) Lakukan pemeriksaan vital sign
9) Lakukan pemerksaan laboratorium darah rutin dan darah lengkap
10) Lakukan pertolongan persalinan dari kolaborasi dengan dokter obgyn
11) Bereskan peralatan
12) Lepas APD
13) Lakukan cuci tangan
14) Berikan kesempatan pada pasien dan keluarganya melakukan kegiatan ritual bagi
janin yang meninggal dunia
15) Catat hasil observasi dan semua tindakan pada dokumentasi rekam medis.
1. Pengertian Kematian janin intra uterina (intrauterine fetal demise, IUFD)
(lahir mati) adalah janin dengan tidak ada tanda-tanda kehidupan intra
uterine.
2. Tujuan -
3. Kebijakan -
4. Referensi 1. Sarwono P. Buku acuan nasional. Pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal, 2009
2. WHO second n trimester intrauterine fetal Death Misoprostol
Guidelines. 2007.
3. Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi RS.
Hasan sadikin Bandung 2005
5. Prosedur / Langkah 1. Pemeriksaan tanda vital
– Langkah 2. Ambil darah untuk periksa darah perifer, fungsi pembekuan,
golongan darah ABO dan Rhesus
3. Dukungan mental emosional dan di berikan kepada pasien.
Sebaiknya, pasien di dampingi oleh orang terdekat. Yakni bahwa
besar kemungkinan dapat lahir pervaginam
4. Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun
ekspetatif, perlu di bicarakan kepada pasien dan keluarganya
sebelum keputusan di ambil
5. Bila pilihan adanya ekspetatif: tunggu persalinan spontan hingga 2
minggu, yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa
komplikasi
6. Bila pilihan adalah manajemen akti: induksi persalinan
menggunakan oksitosin dan misoprostol. Penggunaan misoprostol
pervaginam sama efektifnya dengan peroral, tapi dnegan efek
samping yang lebih sedikit. Penggunaan misoprostol intravaginal
lebih efektif dari pada pemberian oksitosin intravena
7. Penggunaan misoprostol peroral (200 mg 3 X perhari , selama 2
hari) meningkatkan terjadinya persalinan secara signifikan dalam
waktu 72 jam pada pasien dengan riwayat SCTPP
8. Metode mekanik untuk menginduksi persalinan

IUFD

Nomor
Dokumen :
(Lambang Puskesmas)
No. Revisi :
(Logo Pemda) SOP Tanggal
Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Ttd Ka Puskesmas 0DIH,


CIPEUNDEUY NIP. ............

Anda mungkin juga menyukai