Anda di halaman 1dari 4

Kerajaan Maurya

Kekaisaran Maurya adalah kerajaan India kuno yang didirikan oleh Chandragupta. Kerajaan
yang diperintah oleh Dinasti Maurya ini berkuasa dari tahun 322 hingga 185 SM. Kota yang
dijadikan ibu kota Kerajaan Maurya adalah Pataliputra, sekarang dekat Patna. Kerajaan
Maurya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Ashoka yang Agung (272-
232 SM). Di bawah kekuasannya, rakyat menjadi damai, aman, dan India menjadi suatu
kekuatan ekonomi dan militer dengan perdagangannya mencapai Asia Tengah dan Asia
Barat. Kerajaan Maurya juga mengalami masa keselarasan dalam kehidupan sosial,
keagamaan, dan ilmu pengetahuan.

Sejarah Kekaisaran Maurya Sejarah berdirinya Kekaisaran Maurya diawali dengan


kedatangan pasukan Alexander the Great ke wilayah Asia Selatan pada 327 SM.

Ketika Alexander bersama pasukannya berhasil menguasai daerah Punjab di India, seorang
brahmana bernama Chanakya melakukan perjalanan ke Magadha. Pada 323 SM, kematian
Alexander membuat kerajaan-kerajaan lokal mulai melepaskan diri. Hal itu kemudian
dimanfaatkan oleh Chandragupta untuk mendirikan Kerajaan Maurya dengan bantuan
Chanakya. Dengan cepat, Chandragupta melakukan perluasan wilayah ke bagian tengah dan
timur India. Sampai tahun 316 SM, wilayah kekuasaan Kerajaan Maurya telah mencakup
India bagian barat laut. Selain memiliki wilayah kekuasaan yang luas, pemerintahan dan
angkatan militernya pun sangat kuat.

Raja-raja Kekaisaran Maurya


- Candragupta (322-298 SM)
- Bindusara (297-273 SM)
- Ashoka yang Agung (272-232 SM)
- Dasaratha (232-224 SM)
- Samprati (224-215 SM)
- Salisuka (215-202 SM)
- Devavarwan (202-195 SM)
- Satadharman (195-187 SM)
- Brihadratha (187-185 SM)

Masa kejayaan Kekaisaran Maurya


Kerajaan Maurya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Ashoka yang
Agung (272-232 SM), cucu dari Chandragupta. Ketika masih muda, Pangeran Ashoka telah
dikenal sebagai pimpinan brilian yang mampu menumpas pemberontakan di Ujjain dan
Taxila. Ketika berkuasa, Ahsoka memperluas kekuasannya dengan damai melewati Asia dan
Eropa. Dalam perluasan wilayah tersebut, ia turut andil dalam penyebaran Agama Buddha.
Pada masa kejayaannya, wilayah Kerajaan Maurya terbentang dari Pegunungan Himalaya (di
utara) sampai Assam (di timur). Sementara di sebelah barat menjangkau Pakistan dan
sebagian Iran. Selain itu, aktivitas pertanian, ekonomi, dan perdagangan dalam maupun luar
negeri kerajaan mengalami kemajuan pesat. Setelah menaklukkan Kalingga yang menjadi
saingan terberatnya, Ashoka membuat kerajaannya semakin damai dan aman.

Kehidupan sosial dan ekonomi Kekaisaran Maurya


Kerajaan Maurya dibagi menjadi empat provinsi, yaitu Tosali, Ujjain, Suvarnagiri, dan
Taxila, dengan ibu kota di Pataliputra. Kepala pemerintahan tingkat provinsi disebut kumara,
sebagai wakil raja. Dalam hal pertahanan, Kerajaan Maurya memiliki angkatan perang yang
kuat, didukung oleh 600.000 infantri, 30.000 kavaleri, dan 9.000 gajah. Sedangkan kehidupan
perekonomian kerajaan berkembang dengan baik, perdagangan semakin luas, dan produksi
pertanian meningkat. Sebagai alat pembayaran, Raja Chandragupta menciptakan sistem mata
uang tunggal. Selain itu, pemerintah dengan jelas menjamin keamanan para pedagang dan
petani, serta membebaskan mereka dari pajak.

Kehidupan keagamaan Kekaisaran Maurya


Agama yang berkembang di Kerajaan Maurya ada tiga, di antaranya:

- Agama Jain
Raja-raja yang memeluk Agama Jain adalah Chandragupta dan Samprati. Raja Samprati
mendapatkan pengajaran Jain dari pendeta Arya Suhasti Suri. Ia dikenal banyak membangun
candi-candi Jain di India yang beberapa di antaranya masih dapat ditemukan di Ahmedabad,
Viramgam, Ujjain, dan Palitana.
- Agama Buddha
Salah satu raja yang memeluk Agama Buddha adalah Ashoka. Raja Ashoka diketahui
mengirimkan banyak misi untuk menyebarkan Agama Buddha, antara lain ke Sri Lanka, Asia
Barat, Yunani, dan Asia Tenggara. Tidak hanya itu, Raja Ashoka membangun sekolah untuk
para biarawan, menerbitkan literatur-literatur agama Buddha, dan membangun sekitar 84.000
stupa di India.
- Agama Hindu
Agama Hindu adalah agama pertama di India yang sangat dihormati oleh para raja Kerajaan
Maurya.

Kerajaan Gupta
Kerajaan Gupta merupakan salah satu kerajaan yang ikut membangun peradaban di lembah
sungai-sungai yang ada di Asia Selatan. Kerajaan ini didirikan oleh seorang penguasa, yang
dahulu menjadi bagian dari Kerajaan Maurya, bernama Raja Chandragupta I. Ia menjadi raja
pertama di Kerajaan Gupta, berkuasa kurang lebih selama sepuluh tahun yaitu sejak tahun
320 M sampai dengan 330 M. Kerajaan Gupta memilih kawasan lembah sungai Gangga
sebagai pusat pemerintahan mereka. Ketika Kerajaan Guptra berada di bawah pimpinan Raja
Chandragupta I, agama Hindu menjadi agama resmi negara, di samping agama Budha yang
menjadi agama mayoritas masyarakat Gupta.

Masa puncak kejayaan kerajaan Gupta terjadi ketika berada di bawah pimpinan Raja
Samudragupta, yang merupakan cucu dari Chandragupta I. Masa pemerintahan
Samudragupta, Kerajaan Gupta berhasil menguasai seluruh wilayah sungai Gangga dan
lembah sungai Indus. Saat itu, Samudragupta memutuskan untuk memindahkan ibukota
kerajaan Gupta ke Ayodhia. Hal itu dilakukan untuk memudahkan koordinasi dengan wilayah
Kerajaan Gupta yang semakin luas.

Kerajaan Gupta yang berdiri sejak tahun 320 M sampai tahun 550 M, sangat peduli dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di seluruh wilayah India, bahkan masa ini dianggap sebagai
masa keemasan peradaban India dalam bidang matematika, astronomi, agama, dan filsafat.
Kerajaan Gupta turut menyumbangkan berbagai hasil karya sastra yang gemilang. Salah
seorang pujangga yang sangat terkenal pada periode tersebut adalah Kalidasa. Salah satu
karyanya yang paling besar berjudul Syakuntala. Perkembangan seni kerajinan patung juga
ikut berekembang pesat pada masa Kerajaan Gupta. Hal itu terlihat dari pahatan-pahatan di
kuil-kuil di Syanta dan bangunan-bangunan lainnya.
Sepeninggalan Raja Samudragupta, kepemimpinan kerajaan Gupta beralih kepada Raja
Chandragupta II, yang dikenal juga dengan nama Wikramaditya. Di bawah pimpinan Raja
Chandragupta II, rakyat di kerajaan Gupta hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan,
tanpa adanya konflik internal. Raja Chandragupta II memiliki rasa toleransi terhadap agama
yang cukup tinggi. Terbukti dari didirikannya sebuah sekolah tinggi agama Budha di Kota
Nalanda, di antara mayoritas agama Hindu di seluruh wilayah Kerajaan Gupta.

Setelah Raja Chandragupta II wafat, kerajaan Gupta mengalami kemunduran yang sangat
signifikan. Kemunduran kerajaan itu membuat seluruh wilayah lembah Sungai Indus dan
Gangga berada dalam situasi yang sulit. Bahkan runtuhnya kerajaan Gupta membawa masa
kegelapan selama lebih dari dua abad di wilayah lembah sungai Indus dan sungai Gangga.

Sistem Kasta di India

Sistem kasta India yang merupakan tertua di dunia, berusia mencapai ribuan tahun, masih
hidup hingga era modern kini. Sistem yang berasala dari Hindu, membagi masyarakat
menjadi kelompok hierarki yang kaku berdasarkan karma yang berarti kerja dan dharma yang
berarti tugas, seperti yang dilansir dar BBC pada 2019.

Manusmriti, yang secara luas dianggap sebagai buku paling penting dan berwibawa tentang
hukum Hindu dan berasal dari setidaknya 1.000 tahun sebelum Kristus lahir, "mengakui dan
membenarkan sistem kasta sebagai dasar keteraturan masyarakat". Sistem kasta adalah cara
umat Hindu membagi masyarakat menjadi empat kategori utama, Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra. Banyak yang percaya bahwa kelompok tersebut berasal dari Brahma,
Dewa Pencipta Hindu. Di puncak hierarki adalah para Brahmana yang sebagian besar adalah
guru dan intelektual dan diyakini berasal dari kepala Brahma. Kemudian datang para
Kshatriya, atau para pejuang dan penguasa, yang konon berasal dari pelukannya. Tingkat
ketiga Waisya, yang terdiri dari para pedagang/pengusaha, petani. Di bagian bawah tingkatan
adalah Sudra, yang berasal dari kaki Brahma dan melakukan semua pekerjaan kasar. Kasta
utama dibagi lagi menjadi sekitar 3.000 kasta dan 25.000 subkasta, masing-masing
berdasarkan pekerjaan khusus mereka. Di luar 3 tingkat kasta Hindu tersebut adalah
achhoots, yaitu Dalit atau yang tak tersentuh.

Selama berabad-abad, kasta telah mendikte hampir setiap aspek kehidupan agama dan sosial
orang India, dengan setiap kelompok menempati tempat tertentu dalam hierarki yang
kompleks ini. Komunitas pedesaan telah lama diatur berdasarkan perbedaan kasta antara atas
dan bawah, hampir selalu hidup dalam koloni yang terpisah. Sumur air tidak digunakan
bersama, Brahmana tidak akan menerima makanan atau minuman dari Sudra, dan seseorang
hanya dapat menikah dalam kasta sendiri. Sistem memberikan banyak hak istimewa pada
kasta atas, sedangkan sanksi penindasan untuk kasta bawah yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok istimewa. Seringkali dikritik karena tidak adil dan regresif, tapi sistem kasta tetap
hampir tidak berubah selama berabad-abad, menjebak orang ke dalam tatanan sosial tetap
yang tidak mungkin untuk melarikan diri. Namun, beberapa Dalit dan orang India kasta
rendah lainnya berhasil mencapai tatanan sosial lebih tinggi. BR Ambedkar yang menyusun
konstitusi India, KR Narayanan yang menjadi presiden Dalit pertama bangsa, telah bangkit
untuk memegang posisi bergengsi di negara itu. Namun, para sejarawan mengatakan bahwa
hingga abad ke-18, perbedaan kasta secara formal tidak begitu penting bagi orang India,
identitas sosial jauh lebih fleksibel dan orang dapat dengan mudah berpindah dari satu kasta
ke kasta lainnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa batas tegas telah ditetapkan oleh
penguasa kolonial Inggris yang membuat perbedaan kasta menjadi ciri sosial yang
menentukan India.

Konstitusi India yang merdeka melarang diskriminasi atas dasar kasta, dan, dalam upaya
untuk memperbaiki ketidakadilan historis dan memberikan kesetaraan bagi mereka yang
secara tradisional kurang beruntung. Namun sejak 1950, pihak berwenang mengumumkan
kuota dalam pekerjaan pemerintah dan lembaga pendidikan untuk kasta dan suku terjadwal,
yang terendah di hierarki kasta. Pada 1989, kuota diperpanjang untuk memasukkan
pengelompokan yang disebut OBC (Other Backward Classes) yang berada di antara kasta
atas tradisional dan kasta terendah. Dalam beberapa dekade terakhir, dengan penyebaran
pendidikan sekuler dan pertumbuhan urbanisasi, pengaruh kasta agak menurun, terutama di
kota-kota di mana kasta yang berbeda hidup berdampingan dan perkawinan antar kasta
menjadi lebih umum. Di negara bagian selatan tertentu dan di negara bagian Bihar utara,
banyak orang mulai menggunakan hanya satu nama setelah gerakan reformasi sosial.
Meskipun ada perubahan, identitas kasta tetap kuat, dan nama belakang hampir selalu
menunjukkan dari mana seseorang berasal

Dalam beberapa tahun terakhir, ada tuntutan dari beberapa komunitas untuk diakui sebagai
OBC. Pada 2016, terdapat protes kekerasan oleh komunitas Jat di Haryana dan komunitas
Patel memimpin protes besar di Gujarat pada 2015 menuntut akses ke kuota kasta. Keduanya
adalah komunitas yang makmur dan dominan secara politik, tetapi mereka mendukung
permintaan kuota kasta dengan mengatakan bahwa sebagian besar komunitas mereka miskin
dan menderita. Beberapa orang mengatakan sistem kasta akan lenyap sekarang, jika tidak
terus-menerus dimainkan oleh para politisi. Pada pemilu, banyak kelompok kasta masih
memilih sebagai blok dan dirayu oleh politisi yang mencari perolehan elektoral. Alhasil, apa
yang semula dimaksudkan sebagai rencana aksi afirmatif sementara untuk memperbaiki nasib
kelompok-kelompok tidak mampu, kini menjadi latihan perebutan suara bagi banyak politisi.

Anda mungkin juga menyukai