Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANALISIS PENAFSIRAN HUKUM SUBSUMPTIF TERHADAP


PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA
KOPI SIANIDA
(Putusan PN JAKARTA PUSAT Nomor 777/Pid.B/2016/PN.JKT.PST
Tanggal 27 Oktober 2016)

(Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum Kelas J)

Dosen Pengampu :
Prof.Dr. Herowati Poesoko, S.H.,M.H.

Disusun oleh :
Dandy Caliano Anugerah
NIM 210710101013

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ANALISIS PENAFSIRAN HUKUM TERHADAP PUTUSAN
HAKIM DALAM KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA KOPI SIANIDA”
dengan tepat waktu. Dengan rendah hati penulis menguvapkan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum Prof.Dr. Herowati
Poesoko, S.H.,M.H. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis,sehingga
tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kaya sempurna.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan dari malah yang penulis susun. Pada akhirnya
penulis berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi seluruh
pembaca.

Jember, 8 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................1

1.3 TUJUAN...........................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 APAKAH CONTOH KASUS DAN PUTUSAN PENGADILAN YANG


MENGGUNAKAN PENAFSIRAN HUKUM?...........................................3

2.2 APAKAH METODE PENAFSIRAN HUKUM YANG DIGUNAKAN


OLEH HAKIM DALAM PUTUSAN TERSEBUT?...................................7

BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penafsiran hukum atau interpretasi merupakan suatu pendekatan yang ada


dalam penemuan hukum namun peraturannya ada tetapi tidak jelas atau rancu
untuk dapat diterapkan pada suatu kasus peristiwa 1. Akan tetapi dapat terjadi juga
momentum saat hakim harus memeriksa dan mengadili perkara yang tidak
terdapat peraturan yang khusus. Di sini hakim akan menghadapi kekosongan atau
ketidak-lengkapan undang-undang yang harus diisi atau dilengkapi, hal ini
disebabkan karena hakim tidak diperbolehkan untuk menolak memeriksa, dan
mengadili perkara dengan alasan tidak ada hukumnya atau tidak lengkap
hukumnya. Hakim menemukan hukum itu untuk mengisi kekosongan hukum
tersebut.
Peran penafsiran hukum sangat dibutuhkan untuk sebuah putusan perkara.
Karena penafsiran merupakan metode yang digunakan hakim untuk memahami
makna yang terkandung dalam teks hukum guna menentukan langkah untuk
mengambil keputusan serta menyelesaikan suatu kasus yang benar-benar ada.
Fungsi lain dari penafsiran hukum adalah sebagai alat untuk menambah,
mengurangi dan memperbaiki makna hukum yang terkandung dakam teks
Undang-Undang Dasar.2

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apakah putusan pengadilan terdakwa Jessica Wongso sudah sesuai dengan
penafsiran hukum?
 Apakah Metode penafsiran hukum yang digunakan oleh hakim dalam
putusan tersebut?

1
Adl, Al’. 2014. Penafsiran Hukum Oleh Hakim Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia. 6(11): 9-
10
2
Ph. Visser’t Hoft, Penemuan Hukum, judul asli Rechtsvinding, diterjemahkan oleh B.Arief
Sidharta, (Bandung: Laboratorium HukumFH Univ Parahyangan, 2001), hlm.25.

1
1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui penerapan metode penafsiran hukum dalam kasus
putusan pengadilan yang konkret
 Untuk mengetahui kasus putuan pengadilan yang konkret.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Apakah contoh kasus dan putusan pengadilan yang menggunakan


penafsiran hukum?

Putusan PN JAKARTA PUSAT Nomor 777/Pid.B/2016/PN.JKT.PST

Tanggal 27 Oktober 2016 — Pidana - JESSICA KUMALA alias


JESSICA KUMALA WONGSO alias JESS

Kronologi Kasus Racun Kopi Sianida :

 Tiba di Grand Indonesia (pukul 14.00 WIB). Jessica janjian bertemu dengan
tiga temannya, Mirna, Hani, dan Vera, di Kafe Olivier pada pukul 17.00.
 Sekitar pukul 16.00 WIB. Jessica memesan minuman setelah bertanya dulu
di grup perbicangan media sosial mereka.
 Minuman datang. Minuman yang datang pertama adalah kopi es Vietnam
pesanan Mirna. Dua minuman lainnya, fashioned sazerac (Hani) dan
cocktail (Jessica) datang belakangan.
 Sang teman tiba (pukul 16.40). Mirna dan Hani datang. Vera tak terlihat.
Posisi duduk: Mirna (tengah), Jessica (kiri), dan Hani (kanan)
 Mirna meminum kopi Mirna merasa bau kopinya aneh dan meminta kedua
temannya ikut mencium. “Baunya aneh,” kata Jessica. Setelah itu Mirna
sekarat. Ketika ia kembali, tubuh Mirna sudah kaku, mulutnya
mengeluarkan busa, kejang-kejang, dengan mata setengah tertutup. Jessica
dan Hani panik sembari mengoyangkan tubuh Mirna. Mereka berteriak
memanggil pelayan kafe.
 Dibawa ke klinik dan rumah sakit Mirna dibawa menggunakan kursi roda ke
klinik, Pada saat dibawa ke klinik, Mirna diketahui pingsan. Selama lima

3
menit Joshua mengaku hanya melakukan pemeriksaan dan tidak
menemukan masalah pada pernapasan dan denyut nadi. Dirinya hanya
memberi alat bantu pernapasan. Kemudian atas kemauan suami, Mirna
kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Abdi Waluyo.

Dakwaan

PDM-203/JKT.PST/05/2016.

PERTAMA
 Bahwa terdakwa Jessica Kumala alias Jessica Kumala Wongso alias Jess,
pada Rabu 6 Januari 2016 bertempat di Restaurant Olivier, West Mall,
Ground Floor, Grand Indonesia, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakata Pusat,
dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
lain yaitu korban I Wayan Mirna Salihin, yang dilakukan terdakwa denga
cara-cara sebagai berikut:
 Selanjutnya, dalam grup WA itu juga dikatakan terjadi percakapan di mana
Mirna mengatakan tentang kesukaannya terhadap Vietnamesse Ice Coffee 
(VIC) di Restaurant Olivier. Dari percakapan tersebut Terdakwa langsung
berinisiatif untuk memesankan VIC untuk Korban Mirna.
 Saat tiba di Restaurant tersebut pada sekitar pukul 15.30 WIB, Jessica
langsung memesan tempat untuk empat orang di area No Smoking Jessica
sengaja memilih meja 54 berupa tempat duduk sofa setengah lingkaran yang
membelakangi tembok dengan area yang lebih tertutup. Walaupun masih
terdapat meja 33, 34, dan 35 berupa tempat duduk kursi dengan area terbuka
yang masih kosong.
 Beberapa saat kemudian, yaitu sekitar pukul 17.18 WIB, Mirna dan Saksi
Hani datang ke Restaurant Olivier dan menghampiri Jessica yang sudah
menunggu di meja 54. Mirna duduk di tengah sofa tepat di depan gelas
berisi VIC yang sudah dimasukkan racun natrium sianida (NaCN). Lalu
Mirna bertanya kepada Terdakwa ”ini minuman siapa?”. Jessica menjawab
"ini buat lu Mir, kan lu bilang mau." Kemudian Mirna mengatakan ”oh, ya

4
umpun untuk apa pesen dulu, maksud gue nanti aja pesennya,
pas gue  datang... thank you udah dipesenin,” ujar Mirna.
 Kemudian, Mirna mengambil gelas berisi VIC yang telah dimasukkan racun
natrium sianida (NaCN) oleh Jessica dengan posisi sedotan telah berada di
dalam gelas. Sesaat kemudian, Mirna langsung meminum VIC yang sudah
dimasukkan NaCN menggunakan sedotan tersebut.
 Bahwa ketika VIC yang telah dimasukkan racun NaCN diminum oleh
Mirna, Saksi Hani yang berada di samping kanan Mirna melihat warna VIC
tersebut agak kekuningan. Setelah Mirna meminum VIC dimaksud, seketika
itu Mirna bereaksi dengan mengatakan, ”Gak enak banget, this is awful“
sambil mengibas-ibaskan tangan di depan mulutnya akibat timbulnya rasa
panas yang menyengat.
 Kemudian Mirna menyodorkan minuman VIC tersebut kepada Jessica untuk
dicicipi, namun ditolak. Melihat kondisi tersebut, Saksi Hani justru
berinisiatif mencium dan mencicipi VIC yang telah dimasukkan racun
NaCN tersebut sehingga terasa pahit, sedikit panas di lidah serta pedas
sehingga VIC tersebut langsung diletakkan kembali di atas meja 54.
 Sekitar dua menit kemudian, akibat meminum VIC yang telah dimasukkan
racun tersebut, Mirna langsung pingsan dalam keadaan duduk dengan posisi
kepala tersandar ke arah belakang sofa. Mulutnya mengeluarkan buih
dengan pandangan mata kosong serta kejang-kejang.
 Melihat kondisi Mirna, Saksi Hani berusaha untuk membangunkan dan
memanggil-manggil nama Mirna, sementara Jessica hanya duduk terdiam
tanpa bereaksi dan tidak melakukan tindakan yang sama seperti yang
dilakukan oleh Saksi Hani..
 Sekira pukul 18.00 WIB, Saksi dr. Adiyanto selaku dokter jaga pada RS
Abdi Waluyo, memeriksa kondisi Mirna yang sudah dalam kondisi nadi
tidak teraba, napas tidak ada, dan denyut jantung tidak ada. Selanjutnya dr.
Adiyanto tetap melakukan tindakan medis kepada Mirna berupa bantuan
napas dan resusitasi (pompa jantung-paru) selama 15 menit.

Usaha bantuan tersebut tidak ada hasilnya dan Mirna dinyatakan meninggal
pada pukul 18.30 WIB sebagaimana Surat Rumah Sakit Abdi Waluyo nomor 004/

5
DIR/ RSAW/ I/ 2016 tanggal 11 Januari 2016, yang berisi Resume Medis atas
nama Wayan Mirna Salihin. Selesai.
Perbuatan terdakwa JESSICA KUMALA WONGSO tersebut diatur dan
diancam pidana berdasarkan pasal 340 KUHPidana

Mengadili
 Menyatakan Terdakwa JESSICA KUMALA alias JESSICA KUMALA
WONGSO alias JESS telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana PEMBUNUHAN BERENCANA yang diatur pada
pasal 340 KUHP
 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut dengan pidana penjara
selama 20 (dua puluh )Tahun;
 Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah di jalani oleh
Terdakwa di kurangkan seluruhnya dari pidana yang telah di jatuhkan
 Menetapkan agar Terdakwa tetap ditahan
 Menetapkan barang bukti berupa : 1. 1 (satu) gelas yang berisi sisa cairan
minuman Ice Vietnamese Coffee; 2. 1 (satu) botol yang berisi sisa cairan
minuman Ice Vietnamese Coffee; 3. 1 (satu) buah tas perempuan merk
Charles & Keith warna coklat; 4. Pakaian atas wanita warna coklat; 5.
Beberapa potong rambut
 1 (satu) buah botol cairan Bioderma;
 1 (satu) kotak obat senraline Sandoz 50 mg berisi 3 lembar (30 tablet)
 1 (satu) botol merk 2 Tang yang berisi sisa obat Cina
 2 (dua) tablet obat Razole 20 mg;
 2 (dua) tablet obat Maxpharm 15 mg
 3 (tiga) tablet obat Provelyn 75 mg;
 1 (satu) buah Iphone 5 warna putih berikut Sim Card Nomor
087780806012; 13. Simcard Optus Nomor 04033711888;
 3 (tiga) buah botol berisi cairan dibungkus kertas warna putih diikat pita
warna merah, berlabel kertas motif kotak-kotak merah putih bertuliskan
Bath & Bodyworks dan 3 (tiga) buah tas kertas belanja motif kotak-kotak

6
warna biru putih bertuliskan Bath & Bodyworks, yang masing-masing tas
kertas belanja berisi satu buah botol berisi cairan dibungkus kertas warna
putih diikat pita warna merah berlabel kertas motif kotak-kotak merah putih
bertuliskan Bath & Bodyworks;
 Sendal Sepatu;
 Potongan tiket;
 Celana dalam perempuan dengan pembalut;
 2 (dua) buah sempel celana panjang tersangka yang hilang; Barang bukti
diatas, No.1 s/d 18, dirampas untuk dimusnahkan;
 1 (satu) unit Flashdisk Toshiba 32 GB warna abu-abu S/N
1430A7A412CAT rekaman CCTV dari restaurant Olivier west Mall Grand
Indonesia;
 1 (satu) unit Hardisk Eksternal Mer WD My Passport Ultra 500GB warna
hitam;
 1 (satu) bendel print out transaksi IVC;
 1 (satu) bendel print out WA Group Billy Blue;
 1 (satu) berkas laporan lengkap tentang Jessica Kumala Wongso yang
dibuat oleh NSW Police Head quarter 1 Charles St.Paramatta NSW ada 15
Laporan;
 7 (tujuh) lembar surat keterangan dari kantor NSW Ambulance Australia
berupa dokumen No.IB16/XX n/a dengan lampiran;
 1 (satu) berkas print out percakapan Jessica Kumala Wongso mengancam
Kristie Louise Carter dan percakapan lainnya;
 Email dari Kristine Louise Carter kepada monica semard@afp.govau
tentang email Jessica Kumala Wongso;
 1 (satu) bendel kronologis dan surat pemberhentian Jessica Kumala Wongso
dari NSW Ambulance;
 8 (delapan) bendel bil penjualan VIC;
 1 (satu) bendel printcit; Barang bukti diatas, No.19 s/d 29, Tetap terlampir
dalam berkas perkara.

7
 1 (satu) buah IPhone6S warna rosegold berikut Simcard Nomor
08161475360; Dikembalikan pada saksi Arief Budiman Soemarko;
 1 (satu) unit mesin penggiling kopi/grinder;
 Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);

2.2 Apakah Metode penafsiran hukum yang digunakan oleh hakim dalam
putusan tersebut?

Pada kasus pembunuhan berencana kopi sianida, dapat disimpulkan bahwa


metode yang digunakan oleh Hakim dalam memberikan putusan pengadilan
adalah Metode Subsumptif. Metode Subsumptif adalah metode yang
mengharuskan hakim untuk menggunakan dan menerapkan suatu teks Undang-
undang dalam kasus yang nyata.

metode subsumtif ini merupakan salah satu jenis interpretasi yang paling
sederhana, karena metode subsumtif ini didasarkan pada bunyi teks undang-
undang. (Achmad Ali,1996:176)

Alasan penulis memilih Metode subsumptif dalam kasus tersebut karena,


terdakwa Jessica Wongso terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan
berencana yang diatur dalam Pasal 340 KUHP yaitu: “Barangsiapa sengaja dan
dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”
(Moeljatno, 2009(122-123). Adapun unsur-unsur dari pasal 340 KUHP yaitu :

(1) adanya proses pertimbangan atau pemikiran yang dilakukan oleh pelaku
terhadap perbuatan yang akan dilakukannya, sehingga dengan proses tersebut
menghasilkan satu keputusan dengan tenang;

8
(2) konsekuensi dari adanya proses pertimbangan atau pemikiranyang dilakukan
oleh pelaku membutuhkan adanya waktu tertentu, meskipun adanya waktu
tertentutersebut kualitasnya bersifat relatif, lama atau sempit.
(3) yaitu pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang. Dengan
demikian penulis berpendapat bahwa metode subsumptif lah yang sesuai dengan
kasus Kopi Sianida Jessica Wongso, karena sesuai dengan fakta-fakta pendukung
seperti unsur-unsur dalam pasal 340 KUHP yang diputus oleh hakim, sesuai
dengan dakwaan terdakwa Jessica Wongso. Artinya salah satu ciri dari metode
subsumptif yaitu harus menerapkan suatu teks Undang-undang terhadap kasus in
konkreto sesuai dan diterapkan dalam kasus yang penulis bahas.

Selain itu Dalam sidang putusan pada 27 Oktober 2016, Jessica divonis hukuman
20 tahun penjara karena dinilai terbukti melanggar Pasal 340 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Pembunuhan Berencana. Jessica
kemudian mengajukan banding. Pada 7 Maret 2017, Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta mengeluarkan putusan bernomor 393/PID/2016/PT.DKI Tahun 2017.
Dalam putusan itu, hakim Elang Prakoso Wibowo, Sri Anggarwati, dan
Pramodana Atmadja, menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
menjatuhkan vonis 20 tahun kepada Jessica. Jessica melakukan upaya hukum
lanjutan dengan mengajukan kasasi ke MA setelah permohonan bandingnya
ditolak oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Namun, permohonan kasasi Jessica
dengan nomor register 498K/Pid/2017 juga ditolak MA,Karena hakim tidak
menemukan adanya khilafan hakim dalam putusan tersebut.Sehingga alasan-
alasan untuk PK tidak menjadi alasan yang dapat diterima. .

9
BAB 3
KESIMPULAN

Pada akhirnya pengadilan Negeri Jakarta pusat menetapkan Jessica Wongso


sebagai tersangka pembunuhan berencana dan dijerat pada pasal 340 KUHP,.
Hukuman 20 tahun dijatuhkan kepada terdakwa. Jaksa penuntut umum memberikan
hukuman dan pasal dengan pertimbangan unsur-unsur yang terdapat pada kasus
yang sesuai pada pasal 340 KUHP. Dengan analisis penulis yang berdasar pada
fakta fakta In konkreto dapat disimpulkan bahwa metode interpretasi yang
digunakan metode subsumptif. Pembunuhan berencana dalam Pasal 340 KUHP
merupakan pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk
kejahatan terhadap nyawa manusia, Lebih berat ancaman pidana pada pembunuhan
berencana, jika dibandingkan dengan pembunuhan dalam 338 maupun 339,
diletakan pada adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu itu. Karena dalam

10
pasal 340 mengulang lagi seluruh unsur pasal 338, maka pembunuhan berencana
dapat dianggap sebagai pemunuhan yang berdiri sendiri (een zelfstanding
misdrijf)dan lain dengan pembunuhan biasa dalam bentuk pokok.

SARAN

Penulis berharap makalah ini membawa manfaat serta wawasan bagi para
pembaca maupun penulis. Khususnya pada pengetahuan tentang putusan hakim dan
metode interpretasi atau penafsiran hakim. Semoga sistem peradilan di Indonesia
bisa menerapkan putusan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia,tanpa terkecuali.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adl, Al’. 2014. Penafsiran Hukum Oleh Hakim Dalam Sistem Peradilan Di
Indonesia. 6(11): 9-10
Ph. Visser’t Hoft, Penemuan Hukum, judul asli Rechtsvinding, diterjemahkan
oleh B.Arief Sidharta, (Bandung: Laboratorium HukumFH Univ Parahyangan,
2001), hlm.25.

Putusan PN JAKARTA PUSAT Nomor 777/Pid.B/2016/PN.JKT.PST

PDM-203/JKT.PST/05/2016.

12

Anda mungkin juga menyukai