Oleh :
Yoga Ivan Ismunandar
NPM. 170110170059
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SARJANA (S1) ADMINISTRASI PUBLIK
JATINANGOR – SUMEDANG 2019
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Pengembangan Organisasi dengan
judul “Analisis Pengembangan Organisasi Pada Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) ”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
mata kuliah Pengembangan Organisasi kami bapak DR. DEDI SUKARNO, S.IP., M.SI. yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3 Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB IV PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah
Pada masa Pemerintahan Presiden Jokowi Kementerian Kehutanan di gabungkan
dengan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Berikut nama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebelum di gabung:
1. Lingkungan hidup
2. Kementerian Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Kemeneg
PPLH, 1978-1983)
3. Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Kemeneg KLH, 1983-
1993)
4. Kementerian Negara Lingkungan Hidup (Kemeneg LH, 1993-2005)
5. Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH, 2005-2014)
6. Kehutanan
7. Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian (sampai dengan tahun 1983)
8. Departemen Kehutanan (1983-1998)
9. Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1998)
10. Departemen Kehutanan (1998-2005)
11. Kementerian Kehutanan (2005-2014)
1. Sekretariat;
2. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan;
3. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem;
4. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung;
5. Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari;
6. Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan;
7. Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya;
8. Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim;
9. Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan;
10. Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
11. Inspektorat;
12. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
13. Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi;
14. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah;
15. Staf Ahli Bidang Industri dan Perdagangan Internasional;
16. Staf Ahli Bidang Energi;
17. Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam; dan
18. Staf Ahli Bidang Pangan.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang, benda dan segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia dan saling berhubungan secara timbal balik. Menurut Undang- Undang No 32 Tahun
2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, lingkungan hidup terdiri atas
unsur fisik, unsur non fisik dan unsur makhluk hidup yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Lingkungan hidup memilikiperan penting dalam menunjang berbagai aktivitas manusia dan
makhluk hidup lainnya. Kondisi lingkungan hidup dapat menunjang kesehatan manusia.
Kesehatan pada dasarnya merupakan hal penting untuk menunjang aktivitas manusia. Deklarasi
Tentang Pembangunan Kesehatan di Regional Asia Tenggara untuk Abad ke-21 menyatakan
bahwa kesehatan adalah merupakan inti atau pusat untuk pembangunan dan kesejahteraan.
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi
produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Sementara pada tingkat makro,
penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk
menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang
(Atmawikarta,n.d:1-3).
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan yang baik akan menciptakan
kondisi kesehatan manusia yang baik sehingga dapat menunjang aktivitas manusia. 1.
PENDAHULUAN Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang, benda dan segala sesuatu yang ada
di sekitar manusia dan saling berhubungan secara timbal balik. Menurut Undang- Undang No
32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, lingkungan hidup
terdiri atas unsur fisik, unsur non fisik dan unsur makhluk hidup yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Lingkungan hidup memilikiperan penting dalam menunjang berbagai aktivitas
manusia dan makhluk hidup lainnya. Kondisi lingkungan hidup dapat menunjang kesehatan
manusia. Kesehatan pada dasarnya merupakan hal penting untuk menunjang aktivitas manusia.
Deklarasi Tentang Pembangunan Kesehatan di Regional Asia Tenggara untuk Abad ke-21
menyatakan bahwa kesehatan adalah merupakan inti atau pusat untuk pembangunan dan
kesejahteraan. Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah
dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Sementara pada tingkat
makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting
untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka
panjang (Atmawikarta, n.d:1-3).
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan yang baik akan menciptakan
kondisi kesehatan manusia yang baik sehingga dapat menunjang aktivitas manusia. Namun,
kondisi lingkungan hidup di Indonesia cenderung memprihatinkan. Indonesia saat ini tengah
mengalami ecological deficit, dimana ada ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi
sumber daya hayati (Dhewanti, 2012). Selain itu, emisi gas buang Indonesia cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC), Indonesia menempati posisi 3 (tiga) besar Negara dengan emisi terbesar
di bawah Amerika Serikat dan China, hal ini disebabkan oleh asap yang ditimbulkan dari
kebakaran lahan dan hutan di Indonesia (dalam Rusbiantoro, 2008: 7). Akibatnya, lingkungan
hidup di Indonesia mengalami berbagai kerusakan seperti pencemaran udara, pencemaran air,
pencemaran tanah, deforestasi dan penurunan daya dukung lingkungan.
Untuk mencapai kualitas lingkungan hidup yang baik, diperlukan peran pemerintah
sebagai regulator sekaligus implementator kebijakan-kebijakan di sektor lingkungan hidup.
Dalam hal ini, kebijakan di sektor lingkungan hidup menjadi bentuk tanggung jawab dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) ini merupakan hasil penggabungan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
dan Kementerian Kehutanan (KH) pada masa pemerintahan Joko Widodo. Dengan
penggabungan ini, maka tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi dalam KLHK pun juga
ikut berubah. Hal ini menarik untuk dicermati mengingat bukan hanya nomenklatur saja yang
berubah, namun struktur serta tugas pokok dan fungsi juga ikut berubah. Perubahan tersebut
mencakup perubahan wewenang dan tanggungjawab dari aparat di sector lingkungan hidup
dan kehutanan baik di satuan Kerja Pusat maupun di Unit Pelaksana Teknis di daerah. Dalam
banyak kasus, perubahan organisasi yang seperti ini membuat anggota organisasi belum
sepenuhnya paham akan tugas pokok dan fungsi yang baru. Oleh karena itu, organisasi perlu
melakukan penyesuaian antara anggota dengan tugas pokok dan fungsi yang baru.
KLHK sendiri telah melakukan upaya intervensi untuk mengatasi permasalahan struktur
organisasi dan masalah sumber daya manusia baik di satuan Kerja Pusat maupun di Unit
Pelaksana Teknis di daerah. Berdasarkan uraian tersebut, maka tulisan ini difokuskan untuk
menganalisis proses pengembangan organisasi yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
khususnyadi satuan Kerja Pusat.
1.3 Tujuan
1. Untuk menambah pemahaman mengenai pengembangan pada sebuah organisasi.
2. Untuk mengtahui bagaimana tahapan pengembangan pada sebuah organisasi.
1.4 Manfaat
1. Bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai salah satu rujukan dalam
pemecahan masalah yang berkaitan dengan restrukturisasi organisasi perusahan.
2. Bagi para peneliti, sebagai tambahan literatur ilmiah yang mendukung pada
pengembangan khasanah ilmu pengetahuan.
TINJAUAN PUSTAKA
menurut Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl (dalam Moekijat) mengemukakan 13 ciri
umum pengembangan organisasi, yaitu :
1. Pengembangan organisasi mengandung suatu sistem organisasi total. Bahwa
keseluruhan organisasi harus terlibat, tetapi pengembangan organisasi dapat dimulai
setiap sub sistem relative bebas untuk menentukan rencana masa depan.
2. Pengembangan organisasi memandang organisasi dari sudut ancangan atau
pendekatan sistem. Organisasi dipandang sebagai serangkaian komponen utuh yang
saling berhubungan dan mempengaruhi
3. Pengembangan organisasi dibantu manajemen puncak.
4. Sering digunakan pelayanan seorang perantara perubahan pihak ketiga. Baik pihak
dalam yang bersifat eksternal dari sub sistem maupun pihak luar itu sendiri.
5. Pengembangan organisasi merupakan suatu usaha terencana. Hal ini mengandung
diagnosis yang sistematis, rencana terinci untuk memperbaiki keadaan dan
pengarahan sumber daya untuk melaksanakan program.
6. Pengembangan organisasi dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan
kesehatan organisasi.
7. Pengembangan organisasi menggunakan pengetahuan ilmu perilaku. Hal ini
didasarkan atas pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari berbagai bidang :
kepemimpinan, komunikasi, motivasi, penentuan tujuan, sikap, struktur, hubungan
anggota.
8. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses jangka panjang.
9. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang terus-menerus, tanpa
berhenti.
10. Pengembangan organisasi terutama memusatkan pada pengubahan sikap, perilaku,
dan hasil kerja kelompok atau tim organisasi, ketimbang pada individu
11. Pengembangan organisasi bertumpu pada pengalaman seperti bertentangan dengan
kemampuan didaktik.
12. Pengembangan organisasi menggunakan suatu model campur tangan riset tindakan.
13. Pengembangan organisasi menekankan pentingnya penentuan tujuan dan kegiatan
perencanaan
Pengembangan organisasi itu tidak hanya berhubungan dengan organisasi, akan tetapi
juga berhubungan dengan manusia atau pegawai. Dalam pengembangan organisasi terjadi
perubahan organisasi yang dilaksanakan oleh orang atau pegawai. Organisasi dapat
berkembang bila pegawai itu mengembangkannya. Sehingga tujuan pengembvangan organisasi
adalah untuk mengusahakan agar organisasi, melalui orang atau pegawai dapat memecahkan
masalah yang timbul di dalamnya. Berikut ini tujuan pengembangan organisasi menurut
beberapa ahli :
1. Beckhard mengikhtisarkan 5 tujuan operasional kegiatan pengembangan organisasi
sebagai berikut :
1. Untuk mengembangkan suatu sistem yang fleksibel, yang memperbaharui diri
sendiri yang dapat mengatur beberapa cara yang berlainan bergantung pada
tugas yang dihadapi.
2. Untuk menciptakan atau memperbaiki mekanisme umpan balik guna
memberitahu anggota organisasi betapa baiknya sistem yang stabil.
3. Untuk mendorong kerjasama yang tinggi dan persaingan yang rendah diantara
bagian organisasi yang saling bergantung.
4. Untuk menciptakan kondisi yang ideal yaitu pertentangan diantara anggota
dikemukakan secara terbuka dan dikendalikan. Sehingga pertentangan harus
diterima sebagai hal yang tidak dapat dihindarkan tapi ditangani secara terbuka.
5. Untuk mencapai titik pertemuan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan
atas wewenang pengetahuan bukan atas jabatan organisasi.
6. Goerge Strauss dan Leonard R. Sayles : seperti yang terkandung dalam namanya,
semua bentuk pengembangan organisasi mempunyai tujuan bersama berusaha
mengubah tidak hanya individu tetapi juga nilai organisasi tempat mereka
bekerja.
Atas dasar asumsi asumsi diatas, proses pengembangan organisasi diterapkan dengan sasaran :
1. Hubungan yang lebih efektif antara departemen , divisi dan kelompok kelompok kerja
dalam organisasi
2. Hubungan pribadi yang lebih efektif antara manajer dan karyawan pada semaua jenjang
organisasi
3. Terhapusnya hambatan hambatan komunikasi antara pribadi dan kelompok
4. Berkembangnya iklim yang ditandai dengan saling percaya, dan keterbukaan yang dapat
memotivasi serta menantang anggota organisasi untuk lebih berprestasi
2. Tahap diagnosis dan umpan balik. Dalam tahap ini kualitas pengorganisasian serta kegiatan
operasional masing masing elemen dalam organisasi dianalisis dan dievaluasi . Ada beberapa
kriteria yang umum digunakan dalam mengevaluasi kualitas elemen elemen tersebut,
diantaranya :
Kemampuan beradaptasi, yaitu kemampuan mengarahkan kegiatan dan tenaga dalam
memecahkan masalah yang dihadapi
Tanggung jawab : kesesuaian antara tujuan individu dan tujuan organisasi
Identitas : kejelasan misi dan peran masing masing unit
Komunikasi ; kelancaran arus data dan informasi antar-unit dalam organisasi
Integrasi ; hubungan baik dan efektif antar-pribadi dan antar-kelompok, terutama dalam
mengatasi konflik dan krisis
Pertumbuhan ; iklim yang sehat dan positif, yang mengutamakan eksperimen dan
pembaruan , serta yang selalu menganggap pengembangan sebagai sasaran utama
3. Tahap pembaruan dalam organisasi. Dalam tahap ini dirancang pengembangan organisasi
dan dirumuskan strategi memperkenalkan perubahan atau pembaruan. Strategi ini bertujuan
meningkatkan efektivitas organisasi dengan cara mengoreksi kekurangan serta kelemahan yang
dijumpai dalam proses diagnostik dan umpan balik. Mengingat bahwa setiap perubahan yang
diperkenalkan akan mempengaruhi seluruh sistem dalam organisasi, bahkan mungkin akan
mengubah sistem distribusi wewenang dan struktur organisasi, rancangan strategi pembaruan
harus didiskusikan secara matang dan mendapat dukungan penuh pimpinan puncak.
Ada berbagai teknik yang dirancang para ahli, dengan tujuan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi serta bekerja secara efektif, antar-individu maupun antar-kelompok dalam
organisasi. Beberapa teknik yang sering digunakan berikut ini.
Sensitivity training, merupakan teknik pengembangan organisasi yang pertama
diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga
T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri
atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan
kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga antar-
pribadi.
Team Building, adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta
kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik team building sangat
membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan
organisasinya bersifat matriks.
Survey feedback. Dalam teknik sruvey feedback. Tiap peserta diminta menjawab
kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya
persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil surveini
diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang
terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang
mengevaluasi hasil keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
Transcational Analysis (TA). TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA
mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara
menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi
kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
Intergroup activities. Fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan
hubungan baik antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk
kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup
activities dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang
mungkin timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
Proses Consultation. Dalam Process consultation, konsultan pengembangan organisasi
mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan , gaya kepemimpinan,
metpengembangan organisasie kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit
organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang
terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan koreksi.
Grip pengembangan organisasi. Pendekatan grip pada pengembangan organisasi di
dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane
Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang efektif
menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada aspek
manusia maupun aspek prpengembangan organisasiuksi.
Third-party peacemaking. Dalam menerapkan teknik ini, konsultan PENGEMBANGAN
ORGANISASI berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara
menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan atau
konflik antar-individu dan kelompok.
2.2.8 Organisasi sebagai Suatu Sistem Terbuka
Organisasi dapat didefinisikan (Cumming & Worley, 2005) sebagai suatu sistem yang
terbuka (open system) dimana komponen yang terkait dalam organisasi tersebut baik dari segi
sumber daya manusianya, material dan teknologinya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
eksternal. Sebagai suatu sistem, organisasi dapat dibagi dalam komponen masukan (input),
transformasi dan keluaran (output) serta umpan balik dimana seluruh komponen tersebut
sangat dipengaruhi langsung oleh faktor lingkungan eksternal. Secara rinci gambaran organisasi
sebagai suatu sistim terbuka dapat dilihat pada Gambar 2.1. Masukan Informasi Energi
Transformasi Komponen Sosial Komponen Teknologi Keluaran Produk jadi Service Ide UMPAN
BALIK LINGKUNGAN Gambar 2.1 Organisasi Sebagai Suatu Sistim Terbuka Sumber: Cummings &
Worley (2005)
Adapun berdasarkan fungsi dan peranannya, secara umum organisasi dibagi tiga
kategori yaitu organisasi profit, organisasi publik, dan organisasi nonprofit. Organisasi profit
yang biasa dikenal dengan perusahaan swasta umumnya organisasi tersebut dibentuk untuk
menghasilkan keuntungan. Sedangkan organisasi non-profit yang dikenal dengan sebutan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) umumnya dibentuk dalam rangka tujuan bantuan sosial
dan kemasyarakatan.
Organisasi publik atau dikenal dengan institusi pemerintah umumnya dibentuk dengan
tujuan untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, yang memiliki birokrasi cukup
panjang dalam hal pengambilan keputusan dengan pertimbangan akuntabilitas dalam hal
pemanfaatan dana publik. Organisasi publik ini memiliki keragaman dari segi fungsinya baik
yang melakukan penyusunan kebijakan dan peraturan, maupun yang secara langsung
memberikan pelayanan bagi masyarakat seperti di bidang kesehatan, pendidikan, termasuk
keamanan dan ketertiban.
2.2.9 Konsep Pengembangan dan Perubahan Organisasi
Terjadinya perubahan teori dan praktek pengembangan dan perubahan organisasi dari
masa ke masa dipengaruhi oleh adanya berbagai latar belakang yang berbeda-beda awalnya
dimulai pada tahun 1946 dengan menggunakan proses pelatihan yang bersifat laboratorium
yang sering dikenal dengan T-group sebagai suatu kelompok informal yang bertujuan untuk
saling belajar tentang kepemimpinan, dinamika kelompok dan sebagainya. Kemudian pada
masa selanjutnya konsep dibangun atas dasar penelitian dan survei yang dipelopori oleh Kurt
Lewin (Cumming & Worley, 2005) sebagai pengembang model pertama dalam konsep
perubahan organisasi. Pada era selanjutnya beberapa pendekatan yang bersifat normatif serta
aspek produktifitas dan kualitas hidup kerja (quality of work life) juga diperkenalkan dalam
proses pengembangan konsep. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan akibat
arus globalisasi maka pada akhir abad ini umumnya pengembangan konsep dipengaruhi oleh
adanya faktor perubahan yang bersifat strategis. Pengembangan konsep ini memberikan
perspektif baru dalam praktek pengembangan organisasi yang prosesnya sangat
menitikberatkan pada sejauhmana organisasi tersebut dengan cepat menanggapi pengaruh
lingkungan luar baik dari aspek ekonomi, sosial, politik, dan teknologi yang semakin rumit dan
kompleks.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tahap Diagnosa
Tahap intervensi dilakukan untukmelihat level masalah dan isu organisasiyang ada di
Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan (KLHK).Berdasarkan proses diangnosa, maka
dapat diketahui bahwa permasalahan diKLHKberada pada level individu yaitu menyangkut
kualitas SDM. Sementara itu,untuk isu organisasi lebih menyangkut human resource
management issues. Oleh karena itu, KLHK kemudian memetakan bentuk intervensi yang akan
digunakan untuk mengatasi masalah dan isuorganisasi berupa intervensi human resource
management. Intervensi humanresources management dilakukan untukmenindaklanjuti isu
terkait kualitas SDMdi KLHK akibat perubahan tugas pokokdan fungsi organisasi. Intervensi ini
jugadilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dari aparat KLHK dalammenyelenggarakan
pelayanan publik.
Bentuk nyata dari intervensi humanresources management yang dilakukanoleh KLHK
berupa pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia organisasi yang
bertema Gerakan NasionalRevolusi Mental atau disingkat menjadi GNRM (images1.rri.co.id,
2015).MenurutMenteri KLHK - Siti Nurbaya, Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
perludilaksanakan untuk mendukung integritas birokrat dalam memberikan pelayanan publik di
lingkungan KLHK. Tujuan dariintervensi ini adalah menjadikan birokratdi lingkungan KLHK
memahami bahwa proses pelayanan publik adalahkepentingan dan urusan publik
sehinggaharus dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. GNRMtersebut
dilaksanakan berdasarkanPeraturan Menteri Lingkungan Hidup danKehutananNomor
P.64/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang Kode EtikRevolusi Mental Aparatur Sipil
NegaraLingkup KLHK.Upaya peningkatan kualitas SDM disektor lingkungan hidup dan
kehutanantersebut akan dilaksanakan di satuan kerja pusat dan di unit pelaksana teknis
didaerah (images1.rri.co.id, 2015). Padatulisan ini, pembahasan hanya difokuskan pada kajian
terhadap peningkatan kualitasSDM pada satuan kerja pusat yaitu dilingkungan KLHK. Intervens
humanresources management pada KLHKdiselenggarakan oleh Badan Penyuluhandan
Pengembangan Sumber Daya Manusia(BP2SDM) KLHK.Menurut BambangSoepijanto selaku
Kepala BadanPenyuluhan dan Pengembangan SumberDaya Manusia (BP2SDM) KLHK,intervensi
GNRM sebenarnya lebihmenitikberatkan pada perubahan sikap para birokrat (images1.rri.co.id,
2015).Perubahan sikap dapat dilihat berdasarkanketeladanan yang ditunjukkan oleh pejabatdi
KLHK dalam menjalankan tugas danwewenangnya sehingga dapat dijadikansebagai contoh dan
ditularkan kepada para bawahan (images1.rri.co.id, 2015).
Berdasarkan hal tersebut, intervensiGNRM ini termasuk ke dalam bentuk performance
management. Alasannyaadalah bahwa proses intervensi dilakukanuntuk membentuk kembali
sikap paraaparat KLHK dalam melaksanakan pelayanan publik di sektor lingkunganhidup dan
kehutanan.Implementasi GNRM pada KLHKdidasarkan pada tiga nilai utama yakniintegritas,
etos kerja, dan gotong-royong(Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan, 2016:60). Nilai
integritasaparat KLHK yang menjadi perhatian dariintervensi GNRM adalah dapat dipercaya,
jujur, berkarakter, bertanggung jawab dankonsisten. Untuk nilai etos kerja yangdiusung oleh
KLHK adalah daya saing,optimis dan produktif. Di samping itu,nilai gotong royong seperti
solidaritas,tolong menolong, kerjasama, peka,komunal, berorientasi pada kemaslahatan juga
digunakan sebagai landasan dalammenyelenggarakan revolusi mental aparat KLHK.Pelaksanaan
GNRM juga didasarkan pada tiga unsur strategis yaitu pertama, penyelarasan value, system,dan
leadership (Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan, 2016:60). Penyelarasan ketigahal ini
memiliki kriteria poin yang berbedayaituvalue sebesar 25%, system 35%, danleadership 40%.
Unsur leadership lebihdominan dibanding kedua unsur lainnyakarena leadership memiliki
peran dalam mengelola value dan system. Apabila value dan system organisasi kurang baik,
namunmemiliki leadership yang professionalmaka organisasi akan berjalan sesuaidengan arah
yang telah direncanakan.Sebaliknya, apabila value dan system baiknamun leadership nya buruk
makakeberadaan value dan system tidak menjamin pencapaian sasaran
organisasi.Penyelarasanvalue, system, dan leadership berguna untuk mendorong para SDM
diKLHK bekerja sesuai dengan tugas pokokdan fungsinya masing-masing. Kedua,KLHK berupaya
menyelaraskan visi, misi,nilai dan makna organisasi. Hal inidilakukan guna mendukung
terwujudnya pelayanan publik yang efisien dan efektifdi sektor lingkungan hidup dan
kehutanan. Ketiga, menyelaraskan akal, rasa, dan hati.Artinya, setiap tindakan yang dilakukan
disektor lingkungan hidup dan kehutanandidasarkan atas peraturan legal dan pedoman
bertingkah laku yang benar dan baik.Pelaksanaan revolusi mental diKLHK dimulai dengan
pendekatan pengembangan kompetensi SDM yangmelibatkan seluruh kepala unit kerja
yaitueselon I, II, III dan IV (images1.rri.co.id,2015). Kegiatan ini didasarkan padasilabus revolusi
mental yang telah disusunoleh Badan Pusat Pendidikan danPelatihan Sumber Daya
Manusia(BP2SDM) KLHK bersama dengan para pemimpin dari unit kerja di daerah.
Silabusrevolusi mental tersebut disusun berdasarkan delapan prinsip yaitu a)revolusi mental
merupakan gerakanstrategis berdasarkan integritas, etos kerja,dan gotong royong; b) adanya
komitmen pemerintah (political will); c) bersifatlintas sektor yakni melibatkan satuan kerja
pusat dan satuan kerja di daerah; d) partisipatoris yakni diselenggarakan oleh pemerintah
bersama seluruh rakyat; e)user friendly; f) value attack ; g)mengembangkan moralitas publik;
dan i) bisa diukur hasilnya. Adapun diklatrevolusi mental di lingkungan kerja pusatdisebut
sebagai diklat administrasi. Diklatadministrasi diikuti oleh pejabat golonganIII dan IVyang
dijadwalkan secara bertahap dari bulan Januari hingga bulanJuni 2016. Penyelenggaraan
pengembangan kompetensi SDM dimulai pada Senin tanggal 16 Desember 2015yang diawali
dengan pembukaan TOF (training of facilitator) Diklat RevolusiMental I. Kegiatan ini dilakukan
melaluikerjasama dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Tahap perubahan organisasi menurut Lewin (dalam McLean, 2006) dibedakan menjadi
tiga tahap yaitu unfreeze, change, dan refreeze. Tahap adopsi termasuk ke dalam tahap
perubahan organisasi ketiga yaitu refreeze. Tahap adopsi terjadi ketika organisasi telah
melakukan perubahan dan evaluasi hasil perubahan. Kemudian, organisasi menerapkan kembali
langkah intervensi yang digunakan sebelumnya untuk mengatasi persoalan yang muncul dalam
organisasi. Implementasi tahap adopsi memerlukan joint planning atau perencanana bersama.
Pada bahasan ini, joint planning dilakukan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama dengan satuan kerja di sektor lingkungan
hidup dan kehutanan di tingkat daerah provinsi dan kabupaten/kota. Pada roadmap revolusi
mental KLHK tahun 2015-2019, telah ditetapkan bahwa untuk satuan kerja di sektor lingkungan
hidup dan kehutanan di tingkat daerah provinsi dan kabupaten kota akan menerima pendidikan
dan pelatihan (diklat) dalam tiga bentuk yaitu diklat kepemimpinan, diklat teknis, dan diklat
fungsional. Rencana diklat tersebut dirancang akan selesai dilaksankan di seluruh unit pelaksana
teknis di tingkat daerah provinsi dan kabupaten/kota pada tahun 2018/2019. Namun demikian,
untuk tahap adopsi di lingkungan KLHK belum terlihat. Hal ini dikarenakan intervensi human
resource management dengan tema Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) baru mulai
dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2015 dan masih dalam tahap implementasi.
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diketahui bahwa masalah tata kelola organisasi
merupakan isu strategis yang menjadi perhatian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Hal ini disebabkan oleh tata kelola organisasi yang menyangkut isu kualitas
SDM KLHK, integritas dan transparansi birokrat dalam mengelola sumber daya lingkungan dan
menyelenggarakan pelayanan publik serta dalam melaksanakan penegakan hukum. Untuk
mengatasi hal ini, maka KLHK melalui BP2SDM menerapkan intervensi berupa human resource
management yang berbentuk performance management. Bentuk nyata dari intervensi ini
adalah pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan tema Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM) yang didasarkan pada tiga nilai utama yakni integritas, etos kerja, dan gotong royong.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan intervensi ini adalah adanya perubahan sikap
dari para birokrat di lingkungan KLHK terutama dalam menyelenggarakan pelayanan publik.
Kegiatan diklat ini akan dievaluasi secara sumatif oleh Menteri LHK dan Sekretaris Jenderal
KLHK setiap satu semester atau satu tahun sekali. Selain itu, diklat dengan tema GNRM ini juga
akan dilanjutkan hingga tahun 2018/2019 untuk meningkatkan kualitas SDM di sektor
lingkungan hidup dan kehutanan pada satuan kerja di unit pelaksana teknis di daerah.
4.2 Saran
Admin. (21 Desember 2015). Menteri Siti Nurbaya: Pencanangan ini bukan hanya di Mulut.
http://images1.rri. co.id/post/berita/230317/ekonomi/ih sg_ditutup_menguat_2202_poin.htm l.
Diakses pada 17 Desember 2016.
Cummings, Thomas G. and Christopher G. Worley. 2009. Organization Development & Change.
Mason, Ohio: South Cengage Learning
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2015). Profil Kementerian Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan. http://www.menlhk.go .id/profilkami.html. Diakses pada 17 Desember
2016.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2015). Rencana Strategis 2015-2019 (pdf).
Diunduh pada 17 Desember 2016.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (4 April 2016). Road Map Reformasi
Birokrasi Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2015-2019 (pdf). Diunduh pada 17
Desember 2016.
Rusbiantoro, Dadang. (2008). Global Warming for Beginner. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT).