Anda di halaman 1dari 14

Sosiologi

KELOMPOK SOSIAL

1. Syarat dan ciri kelompok sosial (h. 5-6)

2. Klasifikasi kelompok sosial (h. 9-14)

3. Partikularisme dan eksklusivisme kelompok (h. 17-18)

4. Pola hubungan antarkelompok dalam masyarakat (h. 19-21)

PERMASALAHAN SOSIAL

1. Pengertian masalah sosial (h. 34)

2. Teori tentang masalah sosial (h. 38)

3. Kemiskinan sebagai masalah sosial:

 Bentuk-bentuk kemiskinan (h. 43)

 Faktor-faktor penyebab kemiskinan (h. 43-45)

4. Kriminalitas sebagai masalah sosial:

 Kejahatan kerah putih (h. 48)

 Teori munculnya tindakan kriminal (h. 49)

5. Ketidakadilan sebagai masalah sosial (h. 53-55):


Kelompok Sosial

Syarat dan ciri kelompok sosial (h. 5-6)

Robert K. Merton menyebutkan tiga kriteria suatu kelompok, yaitu:

1. Memiliki pola interaksi

2. Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok, dan

3. Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok

Menurut Merton, kelompok berbeda dengan Kolektiva(collectivities) dan kategori sosial. Kolektiva
adalah sejumlah orang yang mempunyai solidaritas berdasarkan nilai Bersama serta memiliki
kewajiban moral untuk menjalankan peran yang diharapkan. Di dalam Kolektiva tidak ada unsur
interaksi yang menjadi kriteria Utama bagi kelompok. Kelompok juga berbeda dengan kategosi
sosial. Kategori sosial merupakan suatu himpunan peran yang mempunyai ciri sama, seperti jenis
kelamin atau usia. Di antara himpunan orang-orang yang berperan itu, tidak ada interaksi

Kerumunan

Kerumunan terjadi apabila sejumlah orang berada di satu tempat karena sesuatu yang menarik
perhatian Bersama. Contoh: antrean karcis di bioskop. Kerumunan bukanlah suatu kelompok yang
terorganisasi. Interaksi didalamnya bersifat spontan dan tidak terduga

Publik

Publik juga merupakan kumpulan manusia yang memiliki perhatian pada hal yang sama. Namun,
publik tidak berkumpul pada satu tempat. Interaksi pada publik bersifat tidak langsung, yaitu
melalui saluran Komunikasi (surat kabar, radio, TV, dan film). Contoh publik adalah seluruh
pemirsa televisi yang menyaksikan kampanye presiden melalui telebisi.

Ciri-ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut:

1. Kelompok sosial adalah satu kesatuan yang nyata, dapat dikenal, dan dapat dibedakan
kelompok sosialnya.

2. Tiap anggota kelompok sosial merasa memiliki kepentingan yang sama.

3. Tiap kelompok sosial memiliki struktur sosial terdiri dari individu yang saling terkait satu
sama lain berdasar status dan perannya.

4. Tiap anggota kelompok sosial memiliki peran-peran yang berbeda.

5. Tiap kelompok sosial memiliki norma-norma kelakuan yang mengatur peran anggota.
Menurut Soejono Soekanto, himpunan manusia baru dapat dikatakan sebagai kelompok sosial
apabila memiliki beberapa persyaratan berikut:

1. Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompoj yang bersangkutan

2. Adanya hubungan timal balik antara anggota satu dengan yang lain dalam kelompok itu

3. Ada suatu faktor pengikat yang dimiliki Bersama oleh anggota-anggota kelompok sehingga
hubungan di antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat berupa kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dll

4. Memiliki sruktut, kaidah, dan pola perilaku yang sama

5. Memiliki sistem atau proses

Klasifikasi kelompok sosial (h. 9-14)

Emile Durkheim membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu

 Solidaritas mekanik

 Belum mengenal pembagian kerja

 Seluruh masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu kesadaran Bersama yang
memiliki tiga karakteristik, yaitu mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan
kelompok, ada di luar warga, dan bersifat memaksa. Sanksi terhadap pelanggaran
Bersama akan dikenai hukuman yang represif (hukum pidana). Kesadaran Bersama
itu menjaga Persatuan, sedangkan hukuman bertujuan agar kondisi tidak seimbang
akibat perilaku menyimpang dapat pulih Kembali.

 Solidaritas Organik

 Telah mengenal pembagian kerja

 Bersifat mengikat sehingga unsur-unsur di dalam masyarakat tersebut saling


bergantung.

 Pada masyarakat dengan solidaritas organik, ikatan Utama yang mempersatukan


masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di
antara berbagai profesi. Hukum yang menonjol bukan hukum pidana, melainkan
ikatan hukum perdata. Sanksi terhadap pelanggaran kesepakatan Bersama bersifat
restitutif. Artinya, si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada yang dirugikan
untuk mengembalikan keseimbangan yang telah ia langar
Menurut Ferdinand Tonnies (dalam kamanto sunarto, 2004), kelompok di dalam masyarakt
dibedakan menjadi dua, yaitu

1. Gemeinschaft atau Paguyuban merupakan bentuk kehidupan Bersama di man anggota-


anggotanya memiliki hubungan batin yang kuat, bersifat alamiah dan kekal. Contohnya,
hubungan yang terdapat dalam keluarga, kelompok kekerabatan, dan hubungan dengan
tetangga pada masyarakat tradisional atau pada masyarakat pedesaan.

Menurut Tonnies, gemeinschaft memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Intim, Pribadi, dan eksklusif

2) Suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir

Gemeinschaft dapat dibedakan atas tiga tipe, sebagai berikut>


1. Gemeinschaft by blood, yaitu mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan. Contohnya,
keluarga dan kelompok kekerabatan.
2. Gemeinschaft of place, yaitu suatu ikatan yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan
tempat tinggal atau tempat bekerjanya sehingga mendorong orang untuk berhubungan
secara intim satu sama lain dan mengacu pada kehidupan bersama di pedesaan.
Contohnya, rukun tetangga dan rukun warga.
3. Gemeinchaft of mind, yaitu hubungan persahabatan yang disebabkan anggotanya
memiliki keahlian, pekerjaan, atau pandangan yang sama sehingga mendorong orang
untuk saling berhubungan secara teratur. Contohnya, osis.

2. Gesellschaft atau Patembayan merupakan kehidupan public sebagai sekumpulan orang


yang secara kebetulan hadir bersama, tetapi setiap orang tetap mandiri. Gesellschaft
bersifat sementara dan semu. Di dalam Gemeinschaft indivdu Bersatu meskipun tinggal
secara terpisah, sebaliknya di dalam Gesselschaft, individu pada dasarnya terpisah meskipun
ada faktor pemersatu. Strukturnya bersifa mekanis seperti mesin yang setiap komponennya
memiliki fungsi atau kegunaan. Hal ini tejadi karena dalam masyarakat patembayan
diutamakan berlangsungnya suatu hubungan perjanjian atau kontrak yang memiliki tujuan
tertentu dan bersifat rasional. Masyarakat patembayan bersifat sementara. Contoh
Gesellschaft atau patembayan adalah hubungan dalam industry atau organisasi politik.

Kelompok Primer dan Sekunder

Menurut Charles H. Cooley (dalam Kamanto Sunarto, 2004), di dalam masyarakat terdapat kelompok
primer. Kelompok ini ditandai dengan pergaulan, kerja sama, dan tatap muka yang intim. Ruang
lingkup terpenting kelompok primer adalah keluarga, teman bermain pada masa kecil, rukun
warga, dan komunitas orang dewasa. Pergaulan yang inti mini menghasilkan keterpaduan individu
dalam satu kesatuan, membuat seseorang hidup dan memiliki tujuan kelompok Bersama.

Klasifikasi kelompok juga diungkapkan oleh Ellsworth Faris. Ia mengkritik Cooley yang menurutnya
hanya menjelaskan kelompok primer. Menurut Faris, di dalam masyarakat juga terdapat kelompok
sekunder yang formal, tidak pribadi, dan berciri kelembagaan contoh kelompok sekunder adalah
koperasi dan partai politik.
In-Group dan Out-Group

William. G Summer membagi kelompok menjadi dua, yaitu in-group dan out-group

Apabila kelompok dalam (in-group) berhubungan dengan kelompok luar (out-group), muncullah rasa
kebencian, permusuhan, perang, atau perampokan. Rasa kebencian itu diwariskan dari satu generasi
ke generasi yang lain dan menimbulkan perasaan solidaritas dalam kelompok (in-group feeling).
Anggota kelompok menganggap kelompok meeka sendiri sebagai pusat segala-galanya (etnosentris).

Membership Group dan Reference Group

Pembagian kelompok menjadi membership group dan reference group dicetuskan oleh Robert K.
Merton. Menurutnya, membership group adalah kelompok di mana setiap orang secara fisik
menjadi anggota dari kelompok tersebut. Namun, batas-batas keanggotaan tidak dapat dilakukan
secara mutlak karena situasi yang tidak tetap akan memengaruhi derajat interaksi dalam kelompok.
Ukuran Utama keanggotaan seseorang pada kelompok adalah tingkat interaksinya dengan kelompok
tesebut.

Robert Merton mengemukakan dua tipe umum reference group, yaitu sebagai berikut.

 Tipe Normatif (normative type). Tipe ini menentukan dasar-dasar bagi kepribadian
seseorang. Tipe ini merupakan sumber nilai bagi individu, baik anggota maupun bukan
anggota kelompok. Contohnya anggota Angkatan bersenjata berpegang teguh pada tradisi
yang dipelihara para veteran dari Angkatan bersenjata tersebut.

 Tipe Perbandingan (comparison type). Tipe ini merupakan pegangan bagi individu dalam
menilai kepribadiannya. Tipe ini lebih kepada perbandingan untuk menentukan kedudukan
seseorang. Contohnya, status ekonomi seseorang dibandingkan orang-orang lain dalam
lingkungannya

Kelompok Formal dan Informal

1. Kelompok formal adalah kelompok yang memiliki aturan tegas dan kelompk ini sengaja
diciptakan untuk mengatur hubungan antarsesama anggota. Kelompok formal ini memiliki
struktur dan Administrasi yang pasti. Contohnya organisasi.

2. Kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki organisasi dans truktur yang pasti.
Kelompok informal ini umumnya terbentuk atas dasar seringnya pertemuann di antara
anggota kelompok yang memiliki pengalaman dan kepentingan yang sama. Contohnya
adalah klik (kelompok kecil di antara kelompok besar).
Kelompok Okupasional dan Volunter

1. Kelompok okupasional adalah kelompok yang tercipta karena semakin memudarnya fungsi
kekerabatan. Kelompok ini terdiri atas berbagai profesi atau memiliki pekerjaan yang sama.
Anggota kelompok ini biasanya memiliki aturan atau pedoman dalam bertingkah laku, yaitu
berupa kode erik. Ketika anggota kelompok melanggar kode etik tersebut, anggota
kelompok lain bertugas untuk menilai. Contoh kelompok ini adalah Ikatan Dokter Indonesia,
asosiasi pekerja, dan sebagainya.

2. Kelompok volunter adalah kelompok yang terdiri atas berbagai anggota yang memiliki
kepentingan yang sama juga. Namun, yang membedakan kelompok ini dengan kelompok
okupasional adalah keberadaan kelompok ini tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat.
Umunya, pembentukan kelompok ini dilandasi oleh kepentinga primer dan sekunder yang
harus terpenuhi. Dengan adanya kelompok volunter ini, kepentingan individu diharapkan
dapat terpenuhi tanpa harus menggangu kepentingan umum. Contohnya rim sukarelawan
yang membantu korban bencana alam.

Partikularisme dan eksklusivisme kelompok (h. 17-18)

Partikularisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengutamakan
kepentingan Pribadi di atas kepentingan umum atau aliran politik, ekonomi, kebudayaan yang
mementingkan daerah atau kelompok khusus; sukuisme.

Menurut Craig Stortie, partikularisme berkaitan dengan bagaimana seseorang berperilaku dalam
situasi tertentu. Orang tersebut akan memperlakukan keluarga, teman, dan in-groupnya sebaik yang
dia bisa, dan membiarkan orang lain mengurus dirinya sendiri (dengan asumsi mereka akan
dilindungi in-group mereka sendiri).

Contoh dari partikularisme adalah seorang pimpinan di suatu perusahaan konstruksi hanya mau
memperkerjakan buruh yang berasal dari kampungnya sendiri. Kecenderungan partikularisme
adalah mementingkan Pribadi atau kelompok di atas kepentingan Bersama. Secara sosiologis, sikap
dan pandagan partikularisme ini cenderung memicu konflik apabila kita hidup di tengah-tengah
masyarakat yang majemuk dan heterogeny. Partikularisme juga dapat menghambat integrasi sosial
dan nasional.

Eksklusivisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah paham yang mempunyai
kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat. Contohnya, seorang anak orang kaya
hanya mau bergaul dengan seseorang yang memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang sama.
Dampak negative eksklusivisme antara lain membuat seseorang menganggap kepentingan kelompok
senditi menjadi satunya-satunya hal yang penting.
Pola hubungan antarkelompok dalam masyarakat (h. 19-21)

Michael Banton mengemukakan bahwa terdapat berbagai kemungkinan pola hubungan


antarkelompok ras, di antaranya adalah proses akulturasi, dominasi, paernalisme, pluralisme, dan
integrasi.

1. Akulturasi

Merupakan sebuah bentuk terjadinya kedua macam bentuk kelompok yang pada sebuah ras
dan kemudian akan mulai melakukan tindakan berbaur dan juga berpadu.

2. Dominasi

Terjadinya sebuah bentuk dari kelompok ras yang dimana memiliki keinginan untuk mulai
melakukan kegiatan untuk menguasai kelompok lainnya.

3. Paternalisme

Merupakan sebuah bentuk dari dominasi yang dimana miliki oleh sekelompok ras
pendatang terhadp sekelompok dar ras pribumi itu sendiri (dominasi kelompok ras
terhadap pribumi)

4. Pluralisme

Pluralism adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak politik dan
hak perdata masyarakat. Akan tetapi, pola hubungan itu lebih terfokus pada
kemajemukan kelompok ras daripada pola integrasi. Menurut J. S. Furnivall, masyarakat
majemuk adalah masyarakat yang di dalamnya terdapat berbagai kelompok berbeda. Tiap
kelompok tersebut tercampur tetapi tidak membaur.

5. Integrasi

Merupakan sebuah bentuk dari pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras
dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus pada perbedaan ras
tersebut
Permasalahan Sosial

Pengertian masalah sosial (h. 34)

1. Arnold M. Rose mengatakan bahwa masalah sosial dapat didefinisikan sebagai suatu situasi
yang telah memengaruhi Sebagian besar masyarakat sehingga mereka percaya bahwa situasi
itu adalah sebab dari kesulitan mereka. Situasi dapat diubah.

2. Raab dan Selznick berpandangan bahwa masalah sosial adalah masalah hubungan sosial
yang menantang masyarakat itu sendiri atau menciptakan hambatan atas kepuasan banyak
orang.

3. Richard dan Richard berpendapat bahwa masalah sosial adalah pola perilau dan kondisi
yang tidak diinginkan dan tidak dapat diterima oleh Sebagian besar masyarakat.

4. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.

Teori tentang masalah sosial (h. 38)

teori tokoh fokus pandangan


Teori Emile Durkheim Ancaman terhadap Masalah sosial muncul
fungsionalisme Talcott Parsons tatanan sosial dari kegagalan institusi
Robert K. Merton sosial, kelompok dan
bagian lain dari
masyarakat untuk
menjalankan fungsinya
sebagaimana mestinya
Teori konflik Karl Marx Kontribusi pada konflik Masalah sosial muncul
Ralf Dahrendorf sosial dari eksploitasi kelompok
yang kuat terhadap
kelompok yang lemah
Teori George H. Mead Interaksi negative Masalah-masalah sosial
interaksionisme Charles Horton Couley antarindividu muncul karena pergaulan
simbolis Erving Goffman dengan pelanggar hukum
dan pelabelan karakter
yang buruk
Kemiskinan sebagai masalah sosial:

 Bentuk-bentuk kemiskinan (h. 43)

menurut Baswir dan Sumodiningrat, secara sosioekonomis, ada dua bentuk kemiskinan,
yaitu sebagai berikut.

1. Kemiskinan absolut, yaitu orang-orang miskin memiliki tingkat pendapatan di bawah


garis kemungkinan atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimum. Menurut bank dunia, kemiskinan absolut sebagai hidup dengan
pendapatan di bawah USD 1$/hari.

2. Kemiskinan relative adalah kemmiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara


tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya

Selain itu, terdapat bentuk-bentuk kemiskinan sekaligus faktor penyebab kemiskian, yaitu
sebagai berikut.

1. Kemiskinan natural, yaitu keadaan miskin dari awal sudah miskin. Menurut Baswir,
kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah,
seperti cacat, cakit, usia lanjut, atau akbiat bencana alam.

2. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan
hidup, dan budaya Ketika masyarakat merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa
kekuarangan. Menurut Baswir, seorang miskin karena faktor budaya, seperti malas,
boros, dan tidak disiplin.

3. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan


manusia, seperti kebijakan ekonomi yang tidak adul, distribusi produksi yang tidak
merata, dan korupsi yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu
 Faktor-faktor penyebab kemiskinan (h. 43-45)

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kemiskinan. Menurut Henry George, penyebab
Utama kemiskinan adalah kepemilikan Pribadi dan monopoli individu atas tanah. Pandangan
ini muncul pada saat kepemilikan tanah menjadi alat ukur kekayaan Pribadi. Karl Marx
mengatakan bahwa kemiskinan terjadi akibat eksploitasi kaum pekerja oleh kaum kapitalis.
Sementara itu, Robert Malthus mengatakan bahwa kemiskinan terjadi karena jumlah
penduduk cenderung untuk meningkat menurut deret ukur, sedangkan produksi bahan
makanan meningkat menurut deret hitung.

Kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor Pribadi, faktor geografis, faktor ekonomi,
dan faktor sosial.

a. Faktor Pribadi

Dilihat dari faktor pribadi, kemiskinan disebabkan oleh penyakit fisik, penyakit
mental, dan pendidikan seseorang. Penyakit fisik yaitu penyakit jasmani yang
diderita oleh seseorang, yang menyebabkan seseorang tidak mampu bekerja secara
maksimal dalam mencari nafkah. Misalnya sesorang yang kecelakaan hingga
menyebabkan kecacatan, misal nya kecelakaan yang menyebabkan buta dan lain-
lain. Sementara itu penyakit mental adalah sifat, karakter atau kebiasaan
seseorang. Sifat malas, boros serta karakter yang buruk seperti judi, mabuk-
mabukan juga dapat menyebabkan kemiskinan. Dan faktor pendidikan yang dapat
menyebabkan kemiskinan misalnya buta huruf dapat menyebabkan seseorang
menjadi miskin.

b. Faktor Geografis

Faktor geografis yanf menyebabkan kemiskinan antara lain:

 Iklim dan cuaca yang kurang baik menyebabkan produktivitas menurun

 Tidak adanya sumber daya alam yang memadai, misalnya tidak ada tanah yang
subur, mineral dan air yang cukup.

 Bencana alam, seperti letusan gunung berapi, angin topan, banjir dan gempa
bumi menyebabkan kerusakan serius pada perumahan dan pertanian.

c. Faktor Ekonomi

Kemiskinan yang disebebkan oleh faktor ekonomis yaitu:

 Sebab-sebab pertanian, seperti pupuk yang tidak cukup, perbaikan dan mesin
yang tidak mutakhir, penyakit, tidak adanya sarana untuk melindungi ladang dari
hama dan hewan, takhayul,serta eksploitasi petani oleh tuan tanah

 Distribusi kekayaan yang tidak merata, dalam sistem kapitalis, yang kaya terus
kaya, dan yang miskin terus miskin

 Depresi ekonomi yang dapat menyebabkan penurunan dalam perdagangan,


penutupan pabrik dan pengangguran jutaan buruh dan pedagang kecil

 Pengangguran adalah penyebab kemiskinan yang paling serius


 Penimbunan kekayaan yang tidak produktif, seperti pembelian perhiasan.

d. Faktor Sosial

 Sistem pendidikanyang kurang baik dapat menyebabkan orang yang


berpendidikan menganggur dan menjalani kemiskinan

 Perumahan yang tidak cukup dapat orang terpaksa tinggal ditempatpemukiman


kumuh yang kotor yang tidak sehat, konsekuensinya kapasitas untuk mereka
bekerja berkurang sehingga menyebabkan kemiskinan

 Salah kelola dalam rumah tangga juga dapat menyebabkan kemiskinan. Kita
sering mengenal peribahasa besar pasak daripada tiang, akibatnya tabungan
tidak ada dan hutang semakin bertambah dan menjerat kehidupan.

Kriminalitas sebagai masalah sosial:

 Kejahatan kerah putih (h. 48)

Gejala kriminalitas lain yang berkembang di masyarakat saat ini adalah kejahatan “kerah
putih” (white collar crime). Sosiolog menggunakan istilah kerah putih atau kejahatan elit
untuk mengacu pada kegiatan criminal oleh orang-orang dari status sosial yang tinggi yang
melakukan kejahatan mereka dalam konteks pekerjaan mereka. Banyak ahli mengatakan
bahwa tipe kejahatan seperti ini merupakan dampak dari proses perkembangan ekonomi
yang terlalu cepat yang menekankan pada aspek material belaka. Pada awalnya, gejala ini
disebut business crime atau economic criminality. Golongan “kerah putih” menganggap
dirinya kebal terhadap hukum dan sarana pengendalian sosial lainnya karena kekuasaan dan
Keuangan uang dimilikinya sangat kuat. Kejahatan kerah putih antara lain pencucian uang,
penggelapan, keterlibatan dalam manipulasi saham illegal, dan penggelapan. Manipulasi
data akuntansi sehingga suatu perusahaan seakan-akan tampak jauh lebih kaya daripada
kondisi Keuangan perusahaan itu sesungguhnya juga termasuk kejahatan kerah putih
 Teori munculnya tindakan kriminal (h. 49)

Ada dua penjelasan teoritis yang sangat berpengaruh tentang munculnya Tindakan criminal,
yaitu teori asosiasi diferensial dari Edwin H. Sutherland dan teori ketegangan dari Robert
Merton.

1. Pertama, teori asosiasi diferensia dari Edwin H. Sutherland. Sutherland menggambarkan


kegiatan kriminal sebagai hasil dari sosialisasi nilai-nilai dari satu kelompok, yang
berbenturan dengan nilai-nilai kelompok yang lebih kuat dalam masyarakat. Perilaku
kriminal seperti halnya perilaku lainnya, dipelajari Ketika seseorang berinteraksi dengan
orang yang melakukan kejahatan dalam suatu pergaulan yang intim.

2. Kedua, teori dari Robert Merton. Dalam tulisannya yang berjudul Social Strukture and
Anomie yang diterbitkan pada tahun 1983, Robert K. Merton mengembangkan teori
ketegangan (Strain Theory). Menurut teori ketegangan Merton, penyimpangan paling
mungkin terjadi Ketika terdapat ketidaksesuaian antara tujuan yang dianggap baik oleh
masyarakat dan cara untuk memperolehnya. Misalnya, menjadi orang kaya atau berhasil
secara ekonomi menjadi cita-cita yang selalu didengung-dengungkan oleh masyarakat
tertentu. Untuk mencapai cita-cita itu, masyarakat biasanya menunjukkan jalan yang
benar, seperti belajar dan bekerja dengan tekun. Namun ada orang yang ingin mencapai
cita-cita itu dengan cara yang tidak benar, yakni mencuri atau merampok, perbuatan
orang itu menurut Merton merupakan penyimpangan.
Ketidakadilan sebagai masalah sosial (h. 53-55):

Ketidakadilan merupakan tindakan yang sewenang-wenang. Ketidakadilan merupakan bagian


darimasalah sosial. Pada umumnya ketidakadilan menyangkut masalah pembagian sesuatu terhadap
hakseseorang atau kelompok yang dilakukan dengan tidak proporsional. Jika ketidakadilan tidak
sigapditanggapi, makan akan menimbulkan berbagai masalah.

Ada beberapa bentuk keadilan, diantaranya: stereotip, marginalisasi, subordinasi, dan dominasi.

 Stereotip

Stereotip adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseprang berdasarkan
kategori kelompoknya. Stereotip merupakan salah satu bentuk prasangka antar ras
berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal
maupun nonverbal.

Stereotip menunjukkan perbedaan kategori “kami” dengan “mereka”. Kami selalu dikaitkan
dengan superioritas kelompok in group dan mereka sebagai kelompok yang inferior atau
kelompok outgroup. Anggota in group biasanya cenderung menyenangkan kelompok
sendiri, dan sebaliknya cenderung mengevaluasi orang lain berdasarkan cara pandang
kelompok “kami”. Menurut WG. Summer istilah in group mengacu pada kelompok-
kelompok sosial yang dengannya individu mengidentifikasi dirinya, sedangkan out group
diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in group. Sikap-sikap in group
pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat
dengan anggota-anggota kelompok. Peningkatan harga diri dinikmati oleh anggota in group
bisa datang dengan mengorbankan orang luar. Sementara itu sikap-sikap terhadap out
group terkadang ditandai dengan antagonisme atau antipati.

Stereotip dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Contoh stereotip positif terdapat
dalam ungkapan bahwa” Indonesia adalah bangsa yang ramah”. Sementara itu contoh
stereotip negatif terdapat dalam ungkapan “orang-orang di pulai itu malas”.

 Marginalisasi

Marginalisasi adalah proses peminggiran kelompok-kelompok tertentu dengan lembaga


sosial utama, seperti struktur ekonomi, pendidikan, dan lembaga sosial ekonomi lainnya.
perbedaan antara populasi dan kelompok, seperti etnis, ras, agama, budaya, bahasa, adat
istiadat, penampilan, dan afiliasi, memungkinkan populasi dominan untuk meminggirkan
kelompok yang lemah. Biasanya semakin besar perbedaan antara kelompok-kelompok itu,
semakin mudah bagi penduduk yang dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah.
Marginalisasi orang selalu melibatkan kemampuan penduduk yang dominan untuk
melaksanakan beberapa tingkat kontrol dan kekuasaan atas kelompok-kelompok yang
terpinggirkan. Kelompok atau individu yang marginal sering dikecualikan dari layanan,
program, dan kebijakan.

 Subordinasi
Subordinasi atau penomorduaan adalah pembedaan perlakukan terhadap identitas sosial
tertentu. Umumnya yang menjadi kelompok subordinasi adalah kelompok minoritas.
Menurut Louis Wirth, kelompok minoritas secara eksplisit dibedakan dengan kelompok
mayoritas. Anggota kelompok mayoritas dan anggota kelompok minoritas diperlakukan
secara tidak seimbang. Kelompok mayoritas sangat dominan. Mereka menguasai sumber
daya sehingga selalu merasa dapat bertindak secara tidak adil, menguasai, dan mempunyai
martabat lebih tinggi daripada yang lain. Sementara itu, kelompok minoritas adalah
kelompok yang kurang beruntung karena mereka secara fisik maupun kultural merupakan
subjek yang diperlakukan tidak seimbang. Perlakuan diskriminasi sering diberikan kepada
mereka.

 Dominasi

Dominasi harus dipahami sebagai suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang atau
kelompok untuk sejauh bahwa mereka bergantung pada hubungan sosial di mana beberapa
orang atau kelompok lain memegang kekuasaan sewenang-wenang atas mereka. Ada
berbagai bentuk dominasi. Di antaranya adalah perbudakan, rezim diskriminasi sistematis
terhadap kelompok minoritas, rezim politik kolonial, despotisme, totalitarianisme,
kapitalisme, dan feodalisme. Semuanya ini sangat potensial merugikan segmen yang tidak
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Hal ini terlihat dari berlangsungnya
eksploitasi, kekerasan, dan diskriminasi terhadap kelompok yang tidak mempunyai
keunggulan komparatif dan kompetitif secara struktural dan sistemik dalam berbagai bidang.

Anda mungkin juga menyukai