Diskusi Teknis BA
Diskusi Teknis BA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam
kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Kedua
Istilah lain tentang penggunaan lahan adalah setiap bentuk campur tangan
(1995) penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan
pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada
kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat
permukaan tanah, kemapuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi.
lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor
institusi (kelembagaan). Faktor fisik biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik
22
pasar dan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan
Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental
penggunaan lahan perlu selalu dilakukan pada setiap periode tertentu, karena ia
dapat menjadi dasar untuk penelitian yang mendalam mengenai perilaku manusia
(Suryantoro, 2002).
dibedakan dalam garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas
penyediaan air atau komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat
di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal penggunaan lahan seperti
tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan
lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan
berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda
pembangunan tidak dapat dihindari, dimana perubahan tersebut terjadi karena dua
hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
meningkat jumlahnya dan dua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu
disebabkan oleh adanya kebutuhan dan keinginan manusia. Menurut McNeil et al.,
ekonomi, demografi dan budaya. Aspek politik adalah adanya kebijakan yang
perubahan penggunaan lahan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 yang
daerah.
25
Modernisasi
Populasi meningkat
Kebijakan
Industrialisasi
Hutan + Lahan kering + Padang ilalang +
Hutan - Lahan kering - Padang ilalang -
Degradasi Lingkungan
faktor sosial ekonomi lainnya. Akibatnya, lahan basah yang sangat penting dalam
dibagi menjadi dampak fisik-kimia seperti dampak terhadap tanah, iklim mikro,
kesehatan lingkungan dan dampak terhadap sosial ekonomi yang meliputi ciri
bahwa pada tahun 1984 wilayah industri berperan sebanyak 13,05% dan
meningkat menjadi 14,65% pada tahun 1990. Nilai ini dicapai akibat dari
kecepatan alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian selama kurun waktu
oleh empat faktor, yakni : (1) adanya konsentrasi penduduk dengan segala
aktivitasnya; (2) aksesibilitas terhadap pusat kegiatan dan pusat kota; (3) jaringan
jalan dan sarana transportasi, dan; (4) orbitasi, yakni jarak yang menghubungkan
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-
konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.
Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan
tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail
28
(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S)
dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2),
dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N)
tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala
1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai
swasta.
karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi
faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas
Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang
sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor
kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1
kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50
cm). Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini
jarang digunakan.
fenomena melalui pengamatan pada berbagai waktu yang berbeda. Menurut Singh
(1989) salah satu data yang paling banyak digunakan adalah data penginderaan
30
jauh dari satelit yang dapat mendeteksi perubahan karena peliputannya yang
informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik.
(1997) adalah suatu sistem perangkat lunak maupun keras, data, orang, organisasi
informasi yang meliputi area di bagian bumi. Jadi data tersebut dapat berupa data
dari ‘kejadian geografis’ ini dinyatakan dalam kumpulan obyek titik, garis, atau
upaya pemanfaatan sumber daya dan faktor-faktor produksi yang terbatas untuk
dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam hal perencanaan wilayah menjadi penting karena beberapa hal (Tarigan,
2005) :
• Banyak potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi diperbanyak
atau diperbaharui.
• Potensi wilayah yang diberikan alam perlu dimanfaatkan secara bijak untuk
diberikan sebatas pada sumber daya alam, implementasi politik dan organisasi
dengan orientasi yang berbeda diberikan oleh Profesor Kosta Mihailovic dalam
yang dinamis dan faktor-faktor relevan yang memiliki keterkaitan dengan tujuan
dan hasil dari pembangunan.” Definisi ini menurut Faridad memiliki kelemahan
kurang detail penjelasan secara ilmiah dan terlalu luas serta tidak menyentuh
rujukan yang sangat jelas dalam dimensi ruang bagi proses pembangunan. Sebagai
alternatif, hal ini dapat ditunjukkan sebagai persiapan action plan pemerintah
membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana dan prasarana, barang dan
jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik
perlu ditopang oleh enam pilar/aspek; yaitu, aspek biogefisik, aspek ekonomi,
aspek sosial dan budaya, aspek kelembagaan, aspek lokasi dan aspek lingkungan.
Keenam pilar tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti Gambar
Aspek Aspek
Biogeofisik Sosial
Aspek Aspek
Ekonomi Lingkungan
meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, sarana dan
ekonomi yang terjadi di dalam dan di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi
serta lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang ada di wilayah terssebut. Aspek
34
lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya
mengambil input yang berasal dari sumber daya alam, apakah merusak atau tidak.
2.7 Banjir
disamping faktor tanah dan tanaman atau faktor manusia. Banjir akan terjadi pada
wilayah tersebut jika pada daerah tersebut turun hujan dalam jumlah, intensitas,
dan waktu yang cukup lama. Menurut Isnugroho, (dalam Rouw, 2004) sedikitnya
ada lima faktor penting penyebab banjir antara lain : (1) Curah hujan (2)
mengalirkan air banjir (4) Perubahan tata guna lahan dan (5) Pengelolaan sungai
pengaturannya.
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
35
b. Banjir local yaitu banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang
b. Irregular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti
interpretasi penggunaan lahan dari foto udara tahun 1987 dan 1996 menunjukkan
dilihat dari jumlah unit penggunaan lahan mengalami penurunan, terutama blok
permukiman itu bukan karena hilangnya blok tersebut atau digunakan untuk
penggunaan lahan lain tetapi hal itu justeru terjadi karena adanya perluasan blok-
lahan dari lahan pertanian (sawah) menjadi permukiman dan penggunaan lainnya.
depan lahan pertanian perkotaan ini akan habis. Untuk masa mendatang,
sebaiknya lahan pertanian yang tersisa dijadikan sebagai lahan perkotaan terhadap
suplai dari daerah hinterland atau pedesaan di sekitarnya dapat dikurangi dan
Tata Guna Lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo”
Gorontalo sebagai Ibukota Provinsi, yaitu perubahan penggunaan lahan dalam hal
luas juga dalam hal fungsi. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
bahwa wilayah selatan dan tengah Provinsi Bali merupakan wilayah yang paling
perubahan lahan terjadi dari lahan non permukiman menjadi lahan permukiman.
antara peta penggunaan lahan tahun 2000 dengan peta penggunaan lahan tahun
2010 di Kecamatan Sunggal terdapat perubahan lahan yang cukup signifikan pada
seorang peneliti. Pada kerangka pemikiran ini berisi gambaran mengenai langkah-
yang akan dijadikan alat untuk bahan analisis antara lain adalah penggunaan lahan
eksisting yang telah lalu dan penggunaan lahan eksisting yang baru, serta Rencana
tersebut akan dilihat apakah terjadi perubahan penggunaan lahan dan bagaimana
kaitan antara hasil analisis penggunaan lahan dan rencana pola ruang yang ada
akan dikaitkan dengan daerah yang merupakan rawan bencana banjir, dan
yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3.
KESESUAIAN
PENGGUNAAN LAHAN
BERDASARKAN
DAERAH RAWAN RENCANA TATA
BENCANA BANJIR RUANG WILAYAH
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
39
2.10 Hipotesis
dilakukan penelaahan terhadap data primer dan sekunder yang ada. Dari data-data
tersebut, maka dapat dikemukakan jawaban sementara yang menjadi hipotesis dari
lahan ini diduga telah dialih fungsikan menjadi lahan non pertanian.
masyarakat.