Anda di halaman 1dari 3

Biasanya, buku

buku Filsafat
Filsafat adalah sesuatu yang yang berat, dan rumit dimana satu kalimat kalimat
dapat terdiri dari beberapa frase panjang yang memerlukan dua tiga helaan nafas
hanya
hanya untuk
untuk menunt
menuntask askann
annya ya ke ujung
ujung titik.
titik. Apata
Apatah h lagi
lagi kalau
kalau filsafa
filsafatt terseb
tersebutut
menyangkut intelijen akan ditambah dengan misteri kerumitan pola operasi dalam
berba
berbagai
gai siasat
siasat yang
yang terdir
terdirii dari
dari kebija
kebijakan
kan,, strate
strategi,
gi, taktik
taktik,, dan teknik
teknik intelije
intelijen,
n,
dengan
dengan metode soft , hard   atau smart   dalam kekerasan atau kesenyapan. Namun,
ditangan
ditangan bp. Jend. (Purn.) A. !endropriyo!endropriyono no " seorang
seorang #oktor Filsafat,
Filsafat, praktisi
praktisi
militer
militer dan inteli
intelijen
jen  par excellence,
excellence, mantan $epala B%N (Badan %ntelijen Negara),
serta pernah memegang beberapa jabatan enteri, penuturan buku ini " diterbitkan
tahun
tahun &' oleholeh Penerb
Penerbit it buku
buku $ompas
$ompas,, && && halama
halaman n " menga
mengalir lir ringan
ringan,, dan
mudah di*erna ibarat sebuah no+el populer, tanpa kehilangan roh, etika dan disiplin
akademisny
akademisnya, a, dan juga dilengkapi
dilengkapi dengan beberapa beberapa *ontoh kontemporer
kontemporer dalam
implementasinya di lapangan. en*erdaskan tanpa bermaksud menggurui, buku ini
membuk
membuka a aasa
aasan n terkai
terkaitt hakika
hakikatt inteli
intelijen
jen negara
negara,, inteli
intelijen
jen dalam
dalam negerinegeri dan
inteli
intelijen
jen luar
luar neger
negeri, i, ekosis
ekosistemtem intelij
intelijen,
en, serta
serta pilar-
pilar-pil
pilar
ar inteli
intelijen
jen,, yang
yang diakhi
diakhiri
ri
dengan
dengan penutu
penutup p menge
mengenai nai esens
esensii perluny
perlunya a ke*epa
ke*epatantan dan ketepa
ketepatan tan inteli
intelijen
jen
memprediksi an*aman, gangguan, hambatan, tantangan (A!/).

$e*epatan dan ketepatan (velox


( velox et exactus)
exactus) adalah semboyan intelijen. $e*epatan
dan ketepatan diperlukan dalam mengassess
meng assess berbagai
 berbagai kemungkinan *ara bertindak,
yang meliputi fungsi penyelidikan (detection
( detection),
), pengamanan (security 
(security ) baik melalui
kamuflase dan kontra intelijen, atau penggalangan (conditioning 
(conditioning ) melalu
melaluii perang
perang
pskologis atau perang urat syaraf. Pengguna (user 
( user ) intelijen adalah Negara 0epublik
%ndone
%ndonesia
sia untuk
untuk men*ap
men*apai
ai tujuan
tujuan berneg
bernegara
ara yakni
yakni melind
melindung
ungii segena
segenap p bangs
bangsaa
%ndone
%ndonesia
sia,, yang
yang menemp
menempatkatkan
an Pemer
Pemerintintaha
ahann negara
negara 0epubl
0epublik
ik %ndone
%ndonesiasia yang
yang
demo
demokr
krat
atis
is seba
sebaga
gaii subj
subjek
ek,, sert
serta
a tega
tegakn
knyya keam
keaman anan
an dan
dan kete
ketert
rtib
iban
an dan
dan
kesela
keselamat
matan an negara
negara bangsa
bangsa,, di tengah
tengah dinami
dinamika ka lingku
lingkunga
ngann strate
strategis
gis global
global,,
regional dan nasional dalam pusaran tarik menarik, asimetris dan inkon+ensional.

Pada tataran filsafat, justifikasi ke*epatan dan ketepatan tersebut diperlukan untuk
mendahulu
mendahuluii dan mengantisipasi
mengantisipasi gerakan pihak laan 12B23412B234 berbuat
berbuat damage.
$ebenaran intelijen bersifat pragmatis, yang diukur berdasarkan kebermanfaatan
informasi guna memprediksi pengalaman dan kejadian di masa depan. %ntelijen yang
berhasil tolok ukurnya adalah tidak boleh terjadi unanticipated shock/ surprise.
surprise . Pada
tataran
tataran ini, dasar
dasar bertindak seorang
seorang intel   adalah intuisi yang matang dan terlatih
berdasarka
berdasarkan n asas kemanfaat
kemanfaatan an (utilitarian
(utilitarianisme),
isme), bukan
bukan berdasark
berdasarkan
an kebenaran
kebenaran
ilmiah,
ilmiah, apalagi dikaitkan
dikaitkan dengan criminal justice system 
system  yang memerlukan fakta-
fakta hukum berkategori perbuatan melaan hukum sebelum bertindak.

2sen
2sensi si ke*e
ke*epa
pata
tan
n dan
dan kete
ketepa
pata
tan
n bert
bertin
inda
dak,
k, mend
mendah
ahul
ului
ui piha
pihakk laa
laann untu
untuk
k
men*eg
men*egah ah timbul
timbulny
nya
a damage,
damage, merupakan
merupakan kondisi kedarurata
kedaruratan,
n, yang
yang merupaka
merupakan n
norma hukum tersendiri, dimana norma norma hukum kon+ensional harus diabaikan
(iustitium), dengan semangat necessitas legem non habet .,
., yang dipopulerkan oleh
filsuf %talia 1anto 0omano pada
pada aal abad
abad ke &'.

$are
$arena
na itu
itu adal
adalah
ah aneh
aneh,, mana
mana kala
kala ada
ada kala
kalang
ngan
an di Parl
Parlem
emenen,, dala
dalam
m
pembah
pembahasaasan
n 0an*a
0an*anga
ngann 4ndan
4ndang-u
g-unda
ndang
ng %nteli
%ntelijen
jen,, memin
meminta
ta agar
agar orang
orang yang
yang
dimintai
dimintai keteranga
keterangannya
nnya untuk kepenting
kepentingan
an intelijen
intelijen perlu didamping
didampingii penga*ar
penga*ara.a.
Bahka
Bahkann esensi
esensi pemba
pembahas
hasan
an 4ndang
4ndang-un
-undan
dang g %nteli
%ntelijen
jen telah
telah berges
bergeserer menjad
menjadii
pembahasan rule of engagement   kelembagaan Badan %ntelijen Negara, yang diberi
keenangan selain mengkoordinir badan-badan intelijen institusi negara, dan juga
keenangan operasional. 5ara bekerja intelijen bukan  pro justicia., tetapi adalah
mengeliminasi potensi an*aman sebelum terujud, yang dapat dilakukan dengan
metode terbuka atau tertutup, pendekatan keras, halus atau *erdas. Namun
demikian, intelijen tidak bekerja bebas nilai dan tanpa norma. $arena keberadaan
intelijen adalah untuk kepentingan negara yang berdasar Pan*asila, maka norma
dan rule of engagement  nya harus berpedoman pada etika Pan*asila. %ntelijen harus
memiliki norma hukum dan moral yang dikaitkan dengan sikap batin sebagai indi+idu
Pan*asilais yang otonom. $oridor tersebut terefleksi dalam sumpah intelijen dan
mars intelijen, yang antara lain menyatakan seorang insan intelijen harus
menjunjung tinggi hak asasi manusia, demokrasi dan supremasi hukum, dalam
membela nusa, bangsa dan bahasa, laksana angin yang berembus, mengisi setiap
ruang di dunia.

Buku ini menangkap kegelisahan, dan keresahan atas berlangsungnya


praktek-praktek yang mematangkan nilai-nilai yang menyimpang dari falsafah dasar 
negara Pan*asila di negara ini, atas dasar hukum, !A dan sebagainya yang sering
diteriakkan oleh para 31, N6 maupun media massa. ereka ini se*ara sadar 
atau tidak telah merupakan binaan dari intelijen dan kepentingan asing yang
berupaya merongrong kedaulatan dan keibaaan Pemerintah Negara 0epublik
%ndonesia, di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan. Praktik intelijen berlomba dengan aktu, tidak dapat menunggu suatu
perbuatan digolongkan sebagai kejahatan setelah menimbulkan akibat. $arena itu,
misalnya penebaran keben*ian saja sudah *ukup bagi intelijen untuk bertindak.
%ndonesia tidak boleh dibiarkan menjadi penadah utama pelarian politik
fundamentalisme agama, yang menyebarkan paham anti kebhinnekaan sebagai
sesanti dasar negara Pan*asila. Fundamentalisme, dan radikalisme adalah
merupakan bibit dari terorisme yang seharusnya ditumpas sebelum menyemai dan
mera*uni mentalitas sebagian masyarakat.

$etika mengungkap tudingan miring sementara kalangan, termasuk ikileaks (hal.


7') baha satu ormas keagamaan beraliran keras di %ndonesia sengaja dipelihara
dan didanai petinggi Polri dan B%N untuk digunakan sebagai attacking dog, buku ini
tidak melakukan konfirmasi maupun pembantahan. /etapi hanya menyatakan baha
dalam dunia intelijen, salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan
penggalangan *erdas yang dapat berupa pemberian dana agar target binaan tidak
berbuat sekehendak hati .

Beberapa kiprah implementasi intelijen kontemporer dalam negeri seperti #ensus


77, BA%1 dan Badan Nasional Penanggulangan /erorisme, maupun praktek intelijen
di masa lampau yang sering menimbulkan benturan-benturan di lapangan karena
kurang koordinasi, seperti pada jaman orde lama dengan tokohnya #0. 1ubandrio,
dan 6rde Baru pada masa Ali urtopo dengan 6perasi $hususnya turut diungkap.
#emikian juga halnya dengan operasi intelijen luar negeri seperti di Afganistan,
gerakan /aliban maupun operasi intelijen asing di dalam negeri seperti 5%A pada
 jaman 1ukarno di %ndonesia

Paradigma perang masa kini, sudah melampaui perang kon+ensional teritorial yang
nyata, dan telah merambah kepada perang non kon+ensional non fisik dan meta
fisik. Aktor pemainnya telah bergeser dari militer sebagai state a*tor, menjadi non-
state a*tor melalui penggalangan opini oleh 31, media dan infiltrasi ideologi.
$arena itu, melaan dan mengeliminir an*aman tersebut juga dituntut kreatif dan
tidak berbasis kon+ensional semata. $ebijakan, 1trategi dan 4paya melalui
pemberdayaan intelijen dengan paradigma non kon+ensional harus merupakan
kenis*ayaan dan kebutuhan untuk merespon perubahan lingkungan strategis yang
berubah tersebut. Filsafat intelijen %ndonesia memberikan koridor ontologi,
epistemologis, dan aksiologis bagi %ntelijen negara 0epublik %ndonesia, di tengah
kebingungan dalam menghadapi perkembangan yang serba dilematis (hal. &8)

1atu pertanyaan yang masih perlu memerlukan elaborasi lebih lanjut dari buku ini,
adalah bagaimana membangun sistem, mekanisme dan governance  yang
memastikan agar data dan informasi yang diperoleh aparat intelijen semata-mata
digunakan adalah untuk kepentingan 4ser yaitu Negara untuk melindungi seluruh
bangsa dan tanah air menuju masyarakat aman dan sejahtera melalui Pemerintah
in*umbent, dan tidak akan terbaa dan disalah manfaatkan mana kala
pemerintahan berganti, ataupun aparat intelijennya sudah tidak berdinas aktif lagi.

Anda mungkin juga menyukai