Anda di halaman 1dari 19

PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TANAMAN

PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

Prosiding Seminar Nasional


Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Joglosemar
Dan
Universitas Gadjah Mada

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSTAS GADJAH MADA
2015

i
PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TANAMAN PERTANIAN
RAMAH LINGKUNGAN

PENULIS
Arif Wibowo

ISBN
978-602-71784-0-3

Dewan Redaksi
Achmadi Priyatmojo
Tri Joko
Suryanti
Ani Widiastuti

Redaksi Pelaksana
Norman Yudi Nugroho
Utami Handayani
Ahmad Khoirudin Asrofi
Andika Febrianto

PENERBIT
PERHIMPUNAN FITOPATOLOGI INDONESIA

REDAKSI
Jl. Flora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta,
55281 Telp/Fax (0274) 523926,
E-mail : pfijoglosemar@gmail.com

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberi
rahmat dan karunianya sehingga pada kesempatan ini Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia dapat melaksanakan Seminar Nasional dengan topik
“Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Pertanian Yang Ramah Lingkungan”
Seminar Nasional ini disamping bertujuan sebagai media pertemuan antar
peneliti di bidang Fitopatologi di seluruh Indonesia dalam menyebar-luaskan
hasil penelitiannya juga dimaksudkan sebagai media informasi kepada
masyarakat umum untuk mengetahui teknik-tenik yang terbaru dalam
pengelolaan penyakit tumbuhan yang ramah kepada lingkungan.
Pelaksanaan Seminar Nasional kali ini dihadiri oleh lebih dari 150
peserta dari berbagai institusi di Indoneia yang membawakan 73 makalah dari
berbagai bidang keahlian yaitu mikologi, bakteriologi, virologi, nematologi serta
pengendalian penyakit.
PFI berharap agar di masa mendatang Seminar Nasional ini dapat
dilaksanakan secara rutin dengan mengusung topik yang berbeda yang
merupakan permasalahan nasional dibidang Fitopatologi.

Yogyakarta, 20 September 2014

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i


Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi ......................................................................................................... iv

1. Pengendalian Penyakit Tanaman yang Ramah Lingkungan


dengan Penerapan Prinsip Epidemiologi (Suatu telaah
manfaat pengendalian penyakit tanaman yang ramah
lingkungan)
Bambang Hadisutrisno ........................................................................ 1

2. Pengelolaan Kesehatan Benih Kentang Guna Mendukung


Sistem Produksi yang Optimal dan Ramah Lingkungan
Baharuddin ........................................................................................... 13

3. Peranan Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit Hawar Daun


Bakteri (Xanthomonas axonopodis pv. allii) Pada Tanaman
Bawang Merah
Asrul, Bambang Hadisutrisno, Triwidodo Arwiyanto dan
Jaka Widada ......................................................................................... 15

4. Komposisi Dan Sebaran Patotipe Xanthomonas oryzae pv.


oryzae Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri Di Sentra
Produksi Padi Di Provinsi Jawa Tengah Dan Daerah
Istimewa Yogyakarta
Dini Yuliani dan Sudir .......................................................................... 26

5. Waktu Aplikasi Dan Jenis Bakterisida Terhadap Keparahan


Penyakit Hawar Daun Bakteri Dan Hasil Padi
Dini Yuliani dan Sudir .......................................................................... 36

6. Kajian Penggunaan Biorasional Untuk Mengendalikkan


Hawar Daun Bakteri (HDB) Padi
Agus Nurawan dan Nandang Sunandar ............................................. 48

iv
7. Pemanfaatan Bakteriofage Asal Daun Kubis Untuk
Mengendalikan Penyakit Busuk Hitam Kubis
Mukhamad Kurniarrokhman, Sri Widadi dan Supyani ...................... 55

8. Pemanfaatan Bakteriofage Tanah Indigenus Sebagai


Pengendali Busuk Hitam Kubis
Neny Saputri, Sri Widadi dan Supyani ............................................... 62

9. Karakter Bacillus subtilis B315 sebagai antibakteri Ralstonia


solanacearum dan antijamur Colletotrichum sp.
Nur Prihatiningsih dan Heru Adi Djatmiko......................................... 70

10. Intersepsi Temuan OPTK A1 dan A2 pada Ekspor Impor


Komoditas Hasil Pertanian Melalui BBKP Surabaya Tahun
2014
Purwati .................................................................................................. 79

11. Peningkatan Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Penyakit


Virus Kuning Melalui PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) Dari Agensia Hayati Pseudomonas
fluorescens Dan Trichoderma harzianum
Sri Murtiati dan Hairil Anwar ............................................................... 88

12. Formulasi Pseudomonad fluorescens Pf-122 dan


Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Semai Cabai
Yenny Wuryandari, Sri Wiyatiningsih dan Maruto ............................ 98

13. Kunci Identifikasi Mobil Untuk Spesies Pratylenchus filipjev,


1936 (Nematoda: Pratylenchidae)
Abdul Gafur .......................................................................................... 109

14. Keefektifan Fungi Mikoriza Arbuskular Dan Gliocladium


fimbriatum Dalam Mencegah Busuk Pangkal Batang
(Botryodiplodia theobromae) Pada Jeruk
Almira Pintari Supraba dan Meity Suradji Sinaga ............................. 116

v
15. Pengaruh Aplikasi Jamur Mikoriza Arbuskular terhadap
Penurunan Perkembangan Penyakit pada Bibit Tebu
Ambar Swastiningrum dan Bambang Hadisutrisno ......................... 130

16. Pengaruh Kombinasi Cara Pengairan Dan Tipe Varietas Padi


Terhadap Keparahan Penyakit Hawar Upih
Bambang Nuryanto, Achmadi Priyatmojo, Bambang
Hadisutrisno, dan Bambang Hendro Sunarminto ............................. 137

17. Analisis Populasi Nematoda Parasit Pada Lahan Tanaman


Tomat Dengan Sistem Tanam Monokultur Dan Polikultur
Ankardiansyah Pandu Pradana, Diana Putri dan Abdul
Munif ..................................................................................................... 147

18 Peningkatan Daya Antagonis Dengan Penambahan Gulma


Sebagai Media Aplikatif
Ismed Setya Budi ................................................................................. 156

19. Peningkatan Kualitas Mikroba Indiginous Lahan Basah Sub


Optimal Untuk Pertumbuhan Kelapa Sawit Dan
Pengendalian Penyakit Fase Pre Nursery
Jamzuri Hadie Dan Ismed Setya Budi ................................................ 165

20. Penggunaan Varietas Tahan Dalam Pengelolaan Penyakit


Hawar Daun Bakteri Dan Blas Dalam Sistem Usaha Tani
Padi
Ida Bagus Kade Suastika dan A.A.N.B. Kamandalu ......................... 174

21. Pengendalian Penyakit Layu Pisang Pada Tanaman Pisang


(Musa paradisiaca, Linn) Melalui Penerapan Budidaya
Tanaman Sehat Dengan Metode Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) Di Kabupaten Tanah Datar Provinsi
Sumatera Barat
Enie Taurslina Amarullah, Azwar dan Enwidarti ............................... 186

vi
22. Pengaruh Aplikasi Fungisida Berbahan Aktif Metalaksil Dan
Dimetomorf Terhadap Fisiologi Tanaman Jagung Dan
Penyakit Bulai
Muji Winarno dan Christanti Sumardiyono........................................ 198

23. Kajian Dampak Penggunaan Pestisida Pada Bawang Merah


Terhadap Residu Yang Ditimbulkannya
Renny Utami Somantri, Kgs. Abdul Kodir, Syahri dan
Sidiq Hanapi ......................................................................................... 204

24. Deteksi Spesies Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.)


Pada Tanaman Solanaceae Dengan Teknik PCR
Siti Halimah .......................................................................................... 213

25. Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani PadiIrigasi


Dalam Menggunakan Pestisida (Kasus: Desa Srikaton, Kec.
Buay Madang Timur, Kab. Oku Timur
Syahri, Renny Utami Somantri dan Sidiq Hanapi.............................. 221

26. Uji Metode Inokulasi Pada Bawang Merah Dengan Fusarium


spp.
Ayu Lestiyani, Arif Wibowo dan Siti Subandiyah .............................. 230

27. Ketahanan Tomat Terimbas Asam Fusarat Terhadap


Fusarium oxysporum Pada Tiga Lokasi Dengan Ketinggian
Berbeda
Abdul Azis Ambar dan Nur Ilmi .......................................................... 238

28. Uji Antagonisme Cendawan Endofit Terhadap Ganoderma


Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang Tanaman Kelapa
Sawit
Lisnawita, Hamidah Hanum dan Ahmad Rafiqi Tantawi ................... 244

vii
29. Kajian Induced Resistance Anggrek Phalaenopsis amabilis
secara In Vitro terhadap Fusarium oxysporum penyebab
Penyakit Busuk Daun
R.Soelistijono, A, Priyatmojo dan D.S. Utami .................................... 253

30. Pengendalian Penyakit Hawar Pelepah dengan Trichoderma


sp. Pada Sistem Tanam Padi Loka lLahan Rawa
Mariana ................................................................................................. 261

31 Identifikasi Galur Planlet Vanili (Vanilla planifolia Andrews)


ResistenTerhadap Infeksi Fusarium oxysporum f.sp. vanillae
Hasil Seleksi In Vitro Dengan Asam Fusarat
Endang Nurcahyani, Bambang Hadisutrisno, Issirep
Sumardi dan E. Suharyanto ................................................................ 272

32. Effect Of Binucleate Rhizoctonia And Stem Rot (Fusarium


oxysporum f.sp. vanillae) of Vanilla (Vanilla planifolia
Andrews) At Andisol Soil
Haryuni ................................................................................................. 280

33. Pengujian Ketahanan Varietas Komersial Dan Galur


Harapan Cabai Merah Terhadap Penyakit Antraknos
(Colletotrichum spp) Skala Laboratorium
Ineu Sulastrini, T.S Uhandan dan R Kirana ....................................... 293

34. Evaluasi Ketahanan Varietas/Galur Harapan Bawang Merah


Terhadap Penyakit Embun Bulu (Peronospora destructor) Di
Lapangan
Ineu Sulastrini dan Iteu M. Hidayat..................................................... 299

35. Seleksi In Vitro Jamur Endofit Yang Berpotensi Sebagai


Agen Biokontrol Jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubense
Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Pisang
Jumsu Trisno , Suardi Gani, dan Yuda Pratama ............................... 307

viii
36. Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Perkembangan Penyakit
Layu Fusarium Pada Tomat
Marlina Puspita Sari, Bambang Hadisutrsisno dan Arif
Wibowo ................................................................................................. 314

37. Kajian Ekologi Jamur Mycosphaerella spp. Penyebab


Penyakit Sigatoka Pada Tanaman Pisang Secara In Vitro
Rabiyatul Adauwiyah, Mariana dan Ismed Fachruzi ......................... 322

38. Penyakit Virus Bunchy Top Pada Tanaman Pisang, Virulensi


Dan Cara Pengendaliannya
Yulianto ................................................................................................. 331

39. Deteksi Dan Evaluasi Serangan Penyakit Grapevine Fanleaf


Virus (GFLV) Pada Sepuluh Varietas Anggur Yang Ditanam
Bersama Kenikir (Tagetes erecta)
Sri Widyaningsih dan M.E. Dwiastuti ................................................. 339

40. Ketahanan Beberapa Varietas Dan Plasmanutfah Padi


Terhadap Penyakit Virus Kerdil Rumput Dan Effektivitasnya
Sebagai Sumber Inokulum
Suprihanto, Susamto Somowiyarjo, Sedyo Hartono dan
Y. Andi Trisyono .................................................................................. 348

41. Penggunaan Mikovirus Sebagai Agens Pengendalian Hayati


Penyakit Jamur Pada Tanaman
Supyani, H.S.Gutomo, dan Sri Widadi ............................................... 357

ix
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

Analisis Populasi Nematoda Parasit Pada Lahan Tanaman Tomat


Dengan Sistem Tanam Monokultur Dan Polikultur

Ankardiansyah Pandu Pradana, Diana Putri, Abdul Munif

Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680

Abstrak
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi tomat di Jawa
Barat. Pada tahun 2011-2012 luas lahan tomat di Jawa Barat meningkat 6,31%,
namun produksi menurun 17,14%. Survei ini bertujuan untuk mengetahui
keragaman dan kelimpahan nematoda pada tanaman tomat serta pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Contoh tanah diambil dari dua petak
lahan yang diperlakukan dengan sistem tanam monokultur dan polikultur.
Survei dilaksanakan di Desa Pasir Kampung Kabupaten Cianjur - Jawa Barat,
dan analisis di Laboratorium Nematologi Departemen Proteksi Tanaman IPB.
Setiap petak tanah diambil 10 contoh tanah. Variabel yang diamati pada survei
adalah: genus nematoda, kerapatan dan penyebaran nematoda, frekuensi
penyebaran nematoda, nilai dominansi nematoda serta pengaruh kerapatan
nematoda parasit tanaman terhadap pertumbuhan akar dan tinggi tanaman
tomat. Hasil survei menunjukkan bahwa pada setiap contoh tanah mengandung
nematoda parasit. Terdapat tujuh genus nematoda parasit pada kedua lahan,
yaitu Meloidogyne spp., Pratylenchus sp., Rotylenchus sp., Ditylenchus sp.,
Helicotylenchus sp., Hoplolaimus sp., dan Xiphinema sp. Nematoda dari genus
Meloidogyne spp. memiliki kerapatan tertinggi dibandingkan dengan nematoda
lain. Pada lahan monokultur penyebaran Meloidogyne spp., Pratylenchus sp.,
Rotylenchus sp., Ditylenchus sp. mencapai 100%, sedangkan pada lahan
polikultur nematoda yang memiliki penyebaran hingga 100% adalah
Meloidogyne spp., Pratylenchus sp., Rotylenchus sp. Kerapatan tujuh
nematoda tersebut memiliki pengaruh terhadap tingkat kerusakan akar dan
tinggi tanaman tomat. Semakin melimpah jumlah nematoda parasit tanaman,
tingkat kerusakan akar semakin tinggi. Semakin rendah jumlah nematoda
parasit tanaman, tanaman tomat berkembang lebih tinggi.
Kata kunci: monokultur, nematoda parasit tanaman, polikultur, tomat

147
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

Pendahuluan
Tomat (Lycopersicum escelentum Mill.) merupakan salah satu tanaman
hortilkultura yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia (Semangun
2000). Sebagai bahan makanan, tomat mengandung gizi yang tinggi.
Disamping dikonsumsi sebagai sayur dan buah segar, tomat banyak dijual
untuk bahan baku industri.
Anonim (2013a) melaporkan bahwa produksi tomat di jawa barat tahun
2007-2012 mengalami fluktuasi hasil. Pada tahun 2011-2012 produksi tomat di
jawa barat mengalami penurunan hasil 17,14%, sedangkan luas lahan yang
ditanami tomat meningkat 6,31%.
Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya hasil produksi tomat
adalah penyakit tanaman karena nematoda (Calvin dan Cook 2005).
Kehilangan hasil akibat serangan nematoda di seluruh dunia dapat mencapai
US$ 80 milyar per tahun (Price 2000). Sementara itu kerugian ekonomi akibat
serangan nematoda di Indonesia belum dapat diperkirakan dengan pasti
mengingat belum adanya penelitian yang komprehensif dalam bidang ini
(Mustika 2005).
Serangan nematoda mengakibatkan berkurangnya fungsi akar secara
normal, mengakibatkan pengangkutan unsur hara ke bagian jaringan tanaman
di atas permukaan tanah makin berkurang (Dropkin 1991). Menurut Mulyadi
(2009) apabila tanaman terserang oleh nematoda, sistem perakaran yang
normal akan berkurang dan menyebabkan jaringan berkas pengangkut
mengalami gangguan, akibatnya tanaman mudah layu khususnya dalam
keadaan kering dan tanaman sering menjadi kerdil, pertumbuhan terhambat
dan mengalami klorosis.
Di lapangan, penyakit karena nematoda diperparah dengan infeksi
sekunder dari patogen lain. Keparahan layu karena R. solanacearum dan F.
oxysporum semakin meningkat dengan keberadaan nematoda puru akar
Meloidogyne incoqnita (Khan dan Akram 2000; Carneiro et al. 2010).
Salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko
kerusakan dan kerugian akibat nematoda adalah dengan pengendalian yang
tepat. Agar pengendalian tepat sasaran dan teknik maka diperlukan informasi
mengenai kepadatan dan keragaman nematoda pada suatu lahan (Panggeso
2010).
Survei ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui : 1) Kepadatan
populasi dan keragaman genus nematoda parasit tanaman di daerah perakaran
tanaman tomat pada sistem tanam monokultur dan polikultur, 2) Pengaruh
nematoda parasit tanaman terhadap pertumbuhan dan tingkat kerusakan akar
tanaman tomat.

148
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

Bahan dan metode


Survei dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2013 di lahan pertanian
Desa Pasir Kampung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi survei berada di
ketinggian 1398 meter diatas permukaan laut.

A. Rancangan Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan model
bintang. Pada setiap titik diambil satu sampel, dan pada bagian tengah titik
diambil dua sampel. Titik sampel berada di dalam tanaman border.
Sampel yang diambil adalah tanah disekitar tanaman tomat dengan
kedalaman 13 cm. Tanah yang telah diambil kemudian dimasukkan kedalam
plastik yang telah diberi kode TMx dan TPx. TM adalah kode untuk sampel yang
diambil dari lahan tanaman tomat yang menggunakan sistem tanam
monokultur, dan TP adalah kode untuk sampel yang diambil dari lahan tanaman
tomat yang menggunakan sistem tanam polikultur, sedangkan x adalah kode
untuk nomor sampel.

B. Ekstraksi Nematoda
Ekstraksi nematoda dilakukan menggunakan metode Flotasi-
Sentrifugasi. Tanah sampel diambil 100 ml menggunakan gelas ukur, kemudian
tanah dimasukkan kedalam wadah berisi 800 ml air bersih dan didiamkan
selama 20 detik. Cairan dituangkan melalui saringan bertingkat (20, 50, dan
500 mesh). Hasil penyaringan pada 500 mesh dimasukkan kedalam centrifuge
tube, kemudian suspensi di sentrifugasi selama 5 menit. Setelah di sentrifugasi
cairan dibuang dengan hati-hati hingga menyisakan endapan, kemudian
endapan dicampur dengan gula 40% dan diaduk. Suspensi di sentrifugasi
selama 1 menit, kemudian larutan gula berisi nematoda disaring dan dicuci
dengan saringan 500 mesh. Hasil saringan dimasukkan dalam botol koleksi
untuk dilakukan pengamatan.

C. Penghitungan Kepadatan Nematoda


Kepadatan populasi nematoda diamati dibawah mikroskop stereo.
Seluruh suspensi hasil ekstraksi dituangkan kedalam cawan petri yang telah
diberi garis pembatas, kemudian suspensi diamati dibawah mikroskop stereo
dengan perbesaran 40x dengan bantuan counter. Kepadatan yang dihitung
adalah kepadatan absolut (kepadatan total), kepadatan nematoda parasit
tanaman, dan kepadatan nematoda non parasit tanaman. Peubah yang diamati
didasarkan kepada penelitian Norton (1978) yaitu:
1. KPA =
2. KPR =
3. FA = x 100%

149
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

4. FR = x 100%

5. D = x 100%

Keterangan:
KPA : Kerapatan populasi absolut
KPR : Kerapatan populasi relatif
FA : Frekuensi absolut
FR : Frekuensi relatif
F : Frekuensi seluruh spesies
nematoda
D : Nilai dominansi
N : Σ seluruh spesies nematoda
N : Σ suatu spesies nematoda
S : Σ seluruh sampel
s : Σ sampel yang mengandung
nematoda

D. Pengamatan Morfologi Nematoda


Nematoda yang berhasil di ekstrak kemudian dikait menggunakan
pengkait nematoda dibawah mikroskop stereo dengan perbesaran 40x.
Nematoda yang berhasil dikait diletakkan di atas kaca preparat yang telah
ditetesi air, kemudian ditutup menggunakan cover glass. Nematoda diamati
dibawah mikroskop compound dengan perbesaran 100 x 10. Morfologi yang
diamati adalah: bibir, stilet, posisi esofagus terhadap usus, vulva, ekor dan
anulasi.

E. Pengukuran Komponen Pertumbuhan dan Kerusakan Akar Tanaman


Tomat
Komponen pertumbuhan tanaman tomat yang diukur adalah tinggi
tanaman dan tingkat kerusakan akar. Tinggi tanaman tomat diukur dari ujung
tanaman yang berada tepat diatas permukaan tanah sampai ujung tanaman
yang paling atas. Pengukuran kerusakan akar dilakukan pada akhir survei
dengan cara mencabut akar dari media tanam. Setelah dipisahkan dari media
tanam, akar dibersihkan, kemudian diukur intensitas kerusakannya menurut
skala Zeck (1971) (Gambar 1).

150
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

Gambar 1. Skala Kerusakan Zeck ( Zeck, 1971)

Hasil
A. Kerapatan Populasi Nematoda di Lahan Monokultur dan Polikultur
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah populasi
nematoda parasit dan non parasit di lahan monokultur. Pada lahan monokultur
rata-rata jumlah nematoda non parasit lebih tinggi 28,6% dibandingkan
nematoda parasit pada lahan yang sama. Pada lahan dengan sistem tanam
polikultur perbandingannya lebih kecil dibandingkan lahan monokultur, yaitu
nematoda non parasit lebih banyak 23% dibandingkan nematoda parasit.
Pada lahan dengan sistem tanam monokultur, kepadatan absolut
nematoda lebih lebih tinggi 3,93% dibandingkan dengan kepadatan absolut
nematoda pada lahan dengan sistem tanam polikultur. Meskipun demikian,
keberadaan nematoda parasit antara lahan dengan sistem tanam monokultur
dan polikultur menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, yaitu pada lahan
dengan sistem tanam monokultur jumlah nematoda parasit lebih banyak 10,1%
dibandingkan dengan sistem polikultur (Tabel 1).

Tabel 1. Kerapatan populasi nematoda di dua lahan


Lahan Monokultur Lahan Polikultur
Variabel
Nematoda Nematoda Nematoda Nematoda
Pengamatan
Parasit Non Parasit Parasit Non Parasit
KPA 77,20 105,90 69,40 104,40
KPR (%) 42,16 57,84 39,93 60,07
FA (%) 100,00 100,00 100,00 100,00
FR (%) 50,00 50,00 50,00 50,00

151
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

B. Keragaman Genus Nematoda Parasit Tanaman di Lahan Monokultur


dan Polikultur
Berdasarkan pengamatan morfologi terhadap sampel, diketahui terdapat
7 genus nematoda parasit yang terdapat pada lahan monokultur dan polikultur.
Nematoda parasit yang berhasil di identifikasi adalah nematoda dari genus
Meloidogyne spp., Xiphinema sp., Pratylenchus sp., Hoplolaimus sp.,
Rotylenchulus sp., Helicotylenchus sp., dan Ditylenchus sp.
Setiap sampel bernomor ganjil diambil dan diencerkan hingga 80 ml,
kemudian diambil 10 ml suspensi nematoda dan diamati. Berdasar pengamatan
tersebut, nematoda yang paling banyak ditemui secara berurutan adalah:
Meloidogyne spp., Pratylenchus sp., Rotylenchulus sp., Ditylenchus sp.,
Helicotylenchus sp., Hoplolaimus sp., dan Xiphinema sp (Tabel 2).

Tabel 2. Kerapatan populasi nematoda parasit tanaman di dua lahan pada


10 ml suspensi
KPA KPR FA (%) FR (%) D (%)
Nematoda
LM LP LM LP LM LP LM LP LM LP
Meloidogyne
6,2 6,6 0,3483 0,3882 100 100 16,129 17,241 62,00 66,00
spp.
Pratylenchus
3,8 3,2 0,2135 0,1882 100 100 16,129 17,241 38,00 32,00
sp.
Rotylenchus
3,0 2,6 0,1685 0,1529 100 100 16,129 17,241 30,00 26,00
sp.
Ditylenchus sp. 1,6 1,8 0,0899 0,1059 100 80 16,129 13,793 16,00 16,10
Helicotylenchus
1,4 1,2 0,0787 0,0706 80 80 12,903 13,793 12,52 10,73
sp.
Hoplolaimus
1,2 1,0 0,0674 0,0588 80 60 12,903 10,345 10,73 7,75
sp.
Xiphinema sp. 0,6 0,6 0,0337 0,0353 60 60 9,677 10,345 4,65 4,65
Keterangan : KPA = Kerapatan Populasi Absolut, KPR = Kerapatan Populasii
Relatif, FA = Frekuensi Absolut, FR = Frekuensi Relatif, D = Nilaii
Dominansi, LM = Lahan Monokultur, LP = Lahan Polikultur

C. Pengaruh Kerapatan Populasi Nematoda Parasit Terhadap Kerusakan


Akar dan Pertumbuhan Tanaman Tomat
Berdasar hasil pengamatan diatas diketahui bahwa kerapatan populasi
nematoda parasit tanaman pada tanah di sekitar tanaman tomat berpengaruh
terhadap tingkat kerusakan akar tanaman. Semakin tinggi kerapatan populasi
nematoda parasit, semakin tinggi tingkat kerusakan akar tanaman. Namun
demikian terdapat beberapa sampel yang memiliki kerapatan tinggi namun
tingkat kerusakan akarnya lebih rendah daripada sampel yang memiliki
kerapatan nematoda parasit lebih rendah. Hal demikian diduga karena

152
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

keragaman mikroorganisme tanah seperti bakteri atau cendawan antagonis


pada tanah sampel tersebut tinggi.
Pada lahan monokultur tingkat kerusakan akar tertinggi yang ditemui
berada pada skala 6, sedangkan pada lahan polikultur kerusakan tertinggi
berada pada skala 4. Hasil ini menunjukkan bahwa sistem tanam monokultur
dapat mengurangi resiko kerusakan akar akibat serangan nematoda parasit
tanaman. Secara keseluruhan tingkat kerusakan akar pada sistem tanam
polikultur lebih rendah 39,4% dibandingkan tingkat kerusakan akar pada sistem
tanam monokultur. Rata-rata tingkat kerusakan akar pada lahan monokultur
berada pada skala 3,3, sedangkan rata-rata kerusakan akar pada lahan
polikultur berada pada skala 2 (Tabel 3).

Tabel 3. Tingkat Kerusakan Akar Berdasar Skala Zeck (1970)


No Lahan Monokultur Lahan Polikultur
Sampel KPA TKA TT (Cm) KPA TKA TT (Cm)
1 21 1 157 106 2 182
2 233 5 58 39 1 177
3 19 4 147 73 2 165
4 128 3 95 53 3 196
5 151 6 110 30 1 188
6 21 3 174 52 2 185
7 94 3 108 64 2 167
8 78 4 162 91 2 135
9 23 3 180 143 4 120
10 4 1 176 43 1 155
Keterangan: KPA = Kerapatan Populasi Absolut Nematoda Parasit, TKA =
Tingkat Kerusakan Akar Berdasar Skala Zeck (1970), TT = Tinggi
Tanaman

Pembahasan
Sistem tanam monokultur memungkinkan bagi nematoda untuk
berkembang lebih baik pada suatu lahan. Hal tersebut dikarenakan inang dari
suatu nematoda tersedia dalam jumlah melimpah pada suatu musim. Hal ini
sejalan dengan laporan Lisnawita (2003) yang melaporkan bahwa berbagai
teknik budidaya pertanian yang kurang tepat seperti pemilihan waktu, jenis
tanaman, pemilihan bahan kimia, pemupukan, pengairan, dan sistem tanam
yang tidak tepat dapat mempengaruhi keseimbangan mikroba tanah dan
akhirnya mengakibatkan kerugian ekonomi.
Hasil survei diatas menunjukkan bahwa Meloidogyne spp. memiliki
kerapatan populasi tertinggi, daerah sebar luas dan nilai dominansi tertinggi.
Meloidogyne spp. menjadi nematoda paling dominan diduga karena genus ini
memiliki daya adaptasi tinggi. Tingginya daya adaptasi Meloidogyne spp.

153
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

dikarenakan nematoda ini memiliki keragaman morfologi yang tinggi, dan


memiliki inang yang banyak (Dropkin 1991). Nematoda dengan kerapatan,
daerah sebar, dan dominansi terendah adalah Xiphinema sp. Diduga
rendahnya kerapatan, daerah sebar, dan dominansi Xiphinema sp. karena
genus ini memiliki waktu reproduksi yang panjang. Xiphinema sp memiliki daur
hidup sampai dengan dua tahun untuk setiap generasi (Anonim, 2013b).
Di kedua jenis lahan dominansi nematoda parasit tidak berbeda jauh. Hal
ini diduga karena kedua lahan berada pada kondisi lingkungan yang sama,
memiliki jarak yang dekat, diolah dengan alat pertanian yang sama, dan sumber
air irigasi untuk kedua lahan berasal dari sumber yang sama. Hal ini sesuai
dengan pendapat Muin (2008) yang menyatakan bahwa perpindahan nematoda
dapat dipengaruhi oleh pembawa pasif, seperti air, alat pertanian dan angin.
Beberapa peniliti lain juga mengemukakan pendapat yang sama, yaitu Norton
(1978) dan Mulyadi (2009).
Kerusakan akar tanaman akibat serangan nematoda memiliki pengaruh
langsung pada pertumbuhan tanaman. Tanaman yang terserang nematoda
pertumbuhannya menjadi tidak normal karena akar tidak mampu menjalankan
fungsinya dengan baik apabila akar rusak. Salah satu gejala akibat serangan
nematoda adalah pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil, layu, bahkan
sampai mati) dan penurunan hasil budidaya (Dropkin 1991, Semangun 1996,
Mulyadi 2009, Soesanto dan Rahayuniati 2013).

Daftar pustaka
Anonim. 2013a. Hortikultura. <http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel =1&kat
=3&id_subyek=55>. Diakses 20 Febuari 2014.
Anonim. 2013b. Xiphinema. <http://www.cals.ncsu.edu/pgg /dan_webpage/
Nematodes/Ectos/Xiphinema.htm>. Diakses 20 Febuari 2014.
Calvin dan Cook. 2005. North American greenhouse tomatoes emerge as a
major market force. Amber Waves 3: 20–27.
Carniero FF, Ramalho MAP, Pereira MJZ. 2010. Fusarium oxysporum f. sp.
phaseoli and Meloidogyne incognita interaction in common bean. Crop
Breeding and Applied Biotechnology 10: 271-274.
Dropkin VH. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Khan MR, Akram M. 2000. Effects of certain antagonistic fungi and
rhizobacteria on wilt disease complex of tomato caused by Meloidogyne
incognita and Fusarium oxysporum f.sp.lycopersici. Nematol medit. 28:
139-144
Lisnawita. 2003. Pengelolaan tanah sehat dan pengaruhnya terhadap
nematoda parasit tumbuhan <http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/1129/1/hpt-lisnawita2.pdf>. Diakses 20 Febuari 2014.

154
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014

Muin A. 2008. Nematologi Tumbuhan; Biologi, Ekologi, dan Pengendalian.


Bogor: IPB Press.
Mulyadi. 2009. Nematologi Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Mustika I. 2005. Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda parasit tananam
perkebunan di Indonesia. Perspektif 4: 20 – 23.
Norton CD. 1978. Ecology of Plant Parasitic Nematodes. New York: John Wiley
and Sons.
Panggeso J. 2010. Analisis kerapatan populasi nematoda parasitik pada
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) asal Kabupaten Sigi
Biromaru. J. Agroland 17 : 198-04.
Price TV. 2000. Plant parasitic nematodes. Integrated pest management for
smallholder estate crops project. Plant Quarantine Component 4: 173-180.
Semangun, H. 1996. Pengantar Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soesanto L, Ruth FR. 2013. Penyakit Karena Bakteri, Virus, Nematoda dan
Kahat hara – Kompedium Penyakit-Penyakit Kacang Tanah. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Zeck WM. 1971. A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode
infestations. Bayer PflSchutz. Nachr. 1:141-144

155

Anda mungkin juga menyukai