Analisis Populasi Nematoda Parasit Pada Lahan Tanaman Tomat Dengan Sistem Tanam Monokultur Dan Polikultur
Analisis Populasi Nematoda Parasit Pada Lahan Tanaman Tomat Dengan Sistem Tanam Monokultur Dan Polikultur
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSTAS GADJAH MADA
2015
i
PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TANAMAN PERTANIAN
RAMAH LINGKUNGAN
PENULIS
Arif Wibowo
ISBN
978-602-71784-0-3
Dewan Redaksi
Achmadi Priyatmojo
Tri Joko
Suryanti
Ani Widiastuti
Redaksi Pelaksana
Norman Yudi Nugroho
Utami Handayani
Ahmad Khoirudin Asrofi
Andika Febrianto
PENERBIT
PERHIMPUNAN FITOPATOLOGI INDONESIA
REDAKSI
Jl. Flora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta,
55281 Telp/Fax (0274) 523926,
E-mail : pfijoglosemar@gmail.com
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberi
rahmat dan karunianya sehingga pada kesempatan ini Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia dapat melaksanakan Seminar Nasional dengan topik
“Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Pertanian Yang Ramah Lingkungan”
Seminar Nasional ini disamping bertujuan sebagai media pertemuan antar
peneliti di bidang Fitopatologi di seluruh Indonesia dalam menyebar-luaskan
hasil penelitiannya juga dimaksudkan sebagai media informasi kepada
masyarakat umum untuk mengetahui teknik-tenik yang terbaru dalam
pengelolaan penyakit tumbuhan yang ramah kepada lingkungan.
Pelaksanaan Seminar Nasional kali ini dihadiri oleh lebih dari 150
peserta dari berbagai institusi di Indoneia yang membawakan 73 makalah dari
berbagai bidang keahlian yaitu mikologi, bakteriologi, virologi, nematologi serta
pengendalian penyakit.
PFI berharap agar di masa mendatang Seminar Nasional ini dapat
dilaksanakan secara rutin dengan mengusung topik yang berbeda yang
merupakan permasalahan nasional dibidang Fitopatologi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
7. Pemanfaatan Bakteriofage Asal Daun Kubis Untuk
Mengendalikan Penyakit Busuk Hitam Kubis
Mukhamad Kurniarrokhman, Sri Widadi dan Supyani ...................... 55
v
15. Pengaruh Aplikasi Jamur Mikoriza Arbuskular terhadap
Penurunan Perkembangan Penyakit pada Bibit Tebu
Ambar Swastiningrum dan Bambang Hadisutrisno ......................... 130
vi
22. Pengaruh Aplikasi Fungisida Berbahan Aktif Metalaksil Dan
Dimetomorf Terhadap Fisiologi Tanaman Jagung Dan
Penyakit Bulai
Muji Winarno dan Christanti Sumardiyono........................................ 198
vii
29. Kajian Induced Resistance Anggrek Phalaenopsis amabilis
secara In Vitro terhadap Fusarium oxysporum penyebab
Penyakit Busuk Daun
R.Soelistijono, A, Priyatmojo dan D.S. Utami .................................... 253
viii
36. Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Perkembangan Penyakit
Layu Fusarium Pada Tomat
Marlina Puspita Sari, Bambang Hadisutrsisno dan Arif
Wibowo ................................................................................................. 314
ix
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
Abstrak
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi tomat di Jawa
Barat. Pada tahun 2011-2012 luas lahan tomat di Jawa Barat meningkat 6,31%,
namun produksi menurun 17,14%. Survei ini bertujuan untuk mengetahui
keragaman dan kelimpahan nematoda pada tanaman tomat serta pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Contoh tanah diambil dari dua petak
lahan yang diperlakukan dengan sistem tanam monokultur dan polikultur.
Survei dilaksanakan di Desa Pasir Kampung Kabupaten Cianjur - Jawa Barat,
dan analisis di Laboratorium Nematologi Departemen Proteksi Tanaman IPB.
Setiap petak tanah diambil 10 contoh tanah. Variabel yang diamati pada survei
adalah: genus nematoda, kerapatan dan penyebaran nematoda, frekuensi
penyebaran nematoda, nilai dominansi nematoda serta pengaruh kerapatan
nematoda parasit tanaman terhadap pertumbuhan akar dan tinggi tanaman
tomat. Hasil survei menunjukkan bahwa pada setiap contoh tanah mengandung
nematoda parasit. Terdapat tujuh genus nematoda parasit pada kedua lahan,
yaitu Meloidogyne spp., Pratylenchus sp., Rotylenchus sp., Ditylenchus sp.,
Helicotylenchus sp., Hoplolaimus sp., dan Xiphinema sp. Nematoda dari genus
Meloidogyne spp. memiliki kerapatan tertinggi dibandingkan dengan nematoda
lain. Pada lahan monokultur penyebaran Meloidogyne spp., Pratylenchus sp.,
Rotylenchus sp., Ditylenchus sp. mencapai 100%, sedangkan pada lahan
polikultur nematoda yang memiliki penyebaran hingga 100% adalah
Meloidogyne spp., Pratylenchus sp., Rotylenchus sp. Kerapatan tujuh
nematoda tersebut memiliki pengaruh terhadap tingkat kerusakan akar dan
tinggi tanaman tomat. Semakin melimpah jumlah nematoda parasit tanaman,
tingkat kerusakan akar semakin tinggi. Semakin rendah jumlah nematoda
parasit tanaman, tanaman tomat berkembang lebih tinggi.
Kata kunci: monokultur, nematoda parasit tanaman, polikultur, tomat
147
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
Pendahuluan
Tomat (Lycopersicum escelentum Mill.) merupakan salah satu tanaman
hortilkultura yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia (Semangun
2000). Sebagai bahan makanan, tomat mengandung gizi yang tinggi.
Disamping dikonsumsi sebagai sayur dan buah segar, tomat banyak dijual
untuk bahan baku industri.
Anonim (2013a) melaporkan bahwa produksi tomat di jawa barat tahun
2007-2012 mengalami fluktuasi hasil. Pada tahun 2011-2012 produksi tomat di
jawa barat mengalami penurunan hasil 17,14%, sedangkan luas lahan yang
ditanami tomat meningkat 6,31%.
Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya hasil produksi tomat
adalah penyakit tanaman karena nematoda (Calvin dan Cook 2005).
Kehilangan hasil akibat serangan nematoda di seluruh dunia dapat mencapai
US$ 80 milyar per tahun (Price 2000). Sementara itu kerugian ekonomi akibat
serangan nematoda di Indonesia belum dapat diperkirakan dengan pasti
mengingat belum adanya penelitian yang komprehensif dalam bidang ini
(Mustika 2005).
Serangan nematoda mengakibatkan berkurangnya fungsi akar secara
normal, mengakibatkan pengangkutan unsur hara ke bagian jaringan tanaman
di atas permukaan tanah makin berkurang (Dropkin 1991). Menurut Mulyadi
(2009) apabila tanaman terserang oleh nematoda, sistem perakaran yang
normal akan berkurang dan menyebabkan jaringan berkas pengangkut
mengalami gangguan, akibatnya tanaman mudah layu khususnya dalam
keadaan kering dan tanaman sering menjadi kerdil, pertumbuhan terhambat
dan mengalami klorosis.
Di lapangan, penyakit karena nematoda diperparah dengan infeksi
sekunder dari patogen lain. Keparahan layu karena R. solanacearum dan F.
oxysporum semakin meningkat dengan keberadaan nematoda puru akar
Meloidogyne incoqnita (Khan dan Akram 2000; Carneiro et al. 2010).
Salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko
kerusakan dan kerugian akibat nematoda adalah dengan pengendalian yang
tepat. Agar pengendalian tepat sasaran dan teknik maka diperlukan informasi
mengenai kepadatan dan keragaman nematoda pada suatu lahan (Panggeso
2010).
Survei ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui : 1) Kepadatan
populasi dan keragaman genus nematoda parasit tanaman di daerah perakaran
tanaman tomat pada sistem tanam monokultur dan polikultur, 2) Pengaruh
nematoda parasit tanaman terhadap pertumbuhan dan tingkat kerusakan akar
tanaman tomat.
148
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
B. Ekstraksi Nematoda
Ekstraksi nematoda dilakukan menggunakan metode Flotasi-
Sentrifugasi. Tanah sampel diambil 100 ml menggunakan gelas ukur, kemudian
tanah dimasukkan kedalam wadah berisi 800 ml air bersih dan didiamkan
selama 20 detik. Cairan dituangkan melalui saringan bertingkat (20, 50, dan
500 mesh). Hasil penyaringan pada 500 mesh dimasukkan kedalam centrifuge
tube, kemudian suspensi di sentrifugasi selama 5 menit. Setelah di sentrifugasi
cairan dibuang dengan hati-hati hingga menyisakan endapan, kemudian
endapan dicampur dengan gula 40% dan diaduk. Suspensi di sentrifugasi
selama 1 menit, kemudian larutan gula berisi nematoda disaring dan dicuci
dengan saringan 500 mesh. Hasil saringan dimasukkan dalam botol koleksi
untuk dilakukan pengamatan.
149
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
4. FR = x 100%
√
5. D = x 100%
Keterangan:
KPA : Kerapatan populasi absolut
KPR : Kerapatan populasi relatif
FA : Frekuensi absolut
FR : Frekuensi relatif
F : Frekuensi seluruh spesies
nematoda
D : Nilai dominansi
N : Σ seluruh spesies nematoda
N : Σ suatu spesies nematoda
S : Σ seluruh sampel
s : Σ sampel yang mengandung
nematoda
150
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
Hasil
A. Kerapatan Populasi Nematoda di Lahan Monokultur dan Polikultur
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah populasi
nematoda parasit dan non parasit di lahan monokultur. Pada lahan monokultur
rata-rata jumlah nematoda non parasit lebih tinggi 28,6% dibandingkan
nematoda parasit pada lahan yang sama. Pada lahan dengan sistem tanam
polikultur perbandingannya lebih kecil dibandingkan lahan monokultur, yaitu
nematoda non parasit lebih banyak 23% dibandingkan nematoda parasit.
Pada lahan dengan sistem tanam monokultur, kepadatan absolut
nematoda lebih lebih tinggi 3,93% dibandingkan dengan kepadatan absolut
nematoda pada lahan dengan sistem tanam polikultur. Meskipun demikian,
keberadaan nematoda parasit antara lahan dengan sistem tanam monokultur
dan polikultur menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, yaitu pada lahan
dengan sistem tanam monokultur jumlah nematoda parasit lebih banyak 10,1%
dibandingkan dengan sistem polikultur (Tabel 1).
151
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
152
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
Pembahasan
Sistem tanam monokultur memungkinkan bagi nematoda untuk
berkembang lebih baik pada suatu lahan. Hal tersebut dikarenakan inang dari
suatu nematoda tersedia dalam jumlah melimpah pada suatu musim. Hal ini
sejalan dengan laporan Lisnawita (2003) yang melaporkan bahwa berbagai
teknik budidaya pertanian yang kurang tepat seperti pemilihan waktu, jenis
tanaman, pemilihan bahan kimia, pemupukan, pengairan, dan sistem tanam
yang tidak tepat dapat mempengaruhi keseimbangan mikroba tanah dan
akhirnya mengakibatkan kerugian ekonomi.
Hasil survei diatas menunjukkan bahwa Meloidogyne spp. memiliki
kerapatan populasi tertinggi, daerah sebar luas dan nilai dominansi tertinggi.
Meloidogyne spp. menjadi nematoda paling dominan diduga karena genus ini
memiliki daya adaptasi tinggi. Tingginya daya adaptasi Meloidogyne spp.
153
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
Daftar pustaka
Anonim. 2013a. Hortikultura. <http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel =1&kat
=3&id_subyek=55>. Diakses 20 Febuari 2014.
Anonim. 2013b. Xiphinema. <http://www.cals.ncsu.edu/pgg /dan_webpage/
Nematodes/Ectos/Xiphinema.htm>. Diakses 20 Febuari 2014.
Calvin dan Cook. 2005. North American greenhouse tomatoes emerge as a
major market force. Amber Waves 3: 20–27.
Carniero FF, Ramalho MAP, Pereira MJZ. 2010. Fusarium oxysporum f. sp.
phaseoli and Meloidogyne incognita interaction in common bean. Crop
Breeding and Applied Biotechnology 10: 271-274.
Dropkin VH. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Khan MR, Akram M. 2000. Effects of certain antagonistic fungi and
rhizobacteria on wilt disease complex of tomato caused by Meloidogyne
incognita and Fusarium oxysporum f.sp.lycopersici. Nematol medit. 28:
139-144
Lisnawita. 2003. Pengelolaan tanah sehat dan pengaruhnya terhadap
nematoda parasit tumbuhan <http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/1129/1/hpt-lisnawita2.pdf>. Diakses 20 Febuari 2014.
154
Prosiding Seminar Nasional PFI Komda Joglosemar 2014
155