Anda di halaman 1dari 20

BAHAN AJAR II: MATA KULIAH

BAKTERIOLOGI
Oleh: Prof. Dr. Dirayah Rauf Husain, DEA.

Mata Kuliah : Bakteriologi


Kode Mata Kuliah / SKS :
Semester : Awal
Program Studi : Biologi
Mata Kuliah Prasyarat : Mikrobiologi Umum
Dosen Penanggung Jawab : Prof. Dr. Dirayah R. Husain, DEA.
Tim Dosen : 1. Dr. Nur Haedar, Msi.
2. Dr. Zaraswati Dwiyana, Msi.
3. Dr. Fachrudin, Msi.
Mahasiswa mampu mengembangkan dan menerapkan
Capaian Pembelajaran pengetahuan dan ketrampilan dalam mengkaji berbagai aspek
:
Mata Kuliah Bakteri terutama terkait peranan dan pemanfaatannya dalam
berbagai bidang industri.
Mata kuliah ini membahas tentang batasan dan prinsip dasar
dalam penglompokan bakteri, Archaebacteria, Struktur sel
Bakteria, Pertumbuhan dan Reproduksi Bakteria, Difrensiasi
Deskripsi Mata Kuliah dan Mekanisme Pertahanan Bakteri, Metabolisme Bakteria,
DNA dan Ekspessi gen pada Bakteria, Identifikasi dan
Karakterisasi bakteria Peran dan keterlibatan bakteri dalam
berbagai bidang industri dan lingkungan.

1. PENDAHULUAN
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan II:

Pokok bahasan kedua ini terkait pada deskripsi morfologi dan struktur sel bakteri dan analisis
fungsi dan peranan bagian bakteri yang menyebabkan terjadinya fungsi biologis dalam sel
bakteri

Sub Capaian Pembelajaran:

Mahasiswa mampu mendiskripsikan morfologi dan struktur dasar sel bakteri dan
menjabarkan fungsi dan peranan masing-masing bagian secara mandiri dari bagian tersebut
dan secar terpadu sehingga terjadi fungsi biologis dalam sel bakteri

1
Perilaku Awal:

Mahasiswa mampu membedakan kelompok bakteri dan mengisolasi dan menumbuhkan pada
medium pertumbuhan bakteri secara in vitro.

Manfaat Pokok Bahasan:

Setelah mahasiswa mengikuti materi bahasan ini maka mampu membedakan dan
menguraikan morfologi, struktur dan fungsi serta peranan dari setiap bagian sel bakteri.

Urutan Pembahasan:

2.1. Morfologi dan Struktur Sel Bakteri secara berurutan akan meliputi:

2.1.1. Morfologi sel Bakteri


2.1.2. Struktur Sel Bakteri

b) Petunjuk Belajar:

Pada materi bahasan ke dua ini mahasiswa mempelajari bentuk morfologi, struktur dan
fungsi serta peranan dari setiap bagian-bagian dari sel Bakteri. Selanjutnya melakukan
klasifikasi dan pengelompokan berdasarkan karakter morfologi yang telah diuraikan untuk
dapat mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri.

2. PENYAJIAN MATERI BAHASAN

a. Uraian Materi bahasan:

II. Morfologi, Struktur dan Komposisi Dinding Sel Bakteri

2.1. Morfologi dan Struktur Sel Bakteri


2.1.1. Morfologi Sel Bakteri
Bentuk sel bakteri sangat bervariasi, tergantung pada jenisnya. Akan tetapi bentuk sel-
selnya mengikuti 2 bentuk dasar, yaitu bentuk bola (coccus) dan berbentuk batang (bacile).
Bentuk dasar ini dapat berubah menjadi panjang dan melengkung (spiral), melengkung
(vibrio), cocobacile (antara coccus dan bacile). Terdapat juga bakteri yang tidak mengikuti
bentuk dasar tersebut, melainkan memiliki bentuk yang lain yaitu pleomorphisme misalnya
pada Arthrobacter. Beberapa kelompok bakteri tertentu memperlihatkan bentuk seperti

2
halnya cendawan dari kelompok Actinomycetes, yaitu berfilament yang disebut hifa yang
akan membentuk suatu jalinan yang disebut miselium.

Gambar 2.1. Typical shapes and arrangements of bacterial cells.

Bakteri berukuran mikrometer (μm dahulu simbolnya μ, dan 1 μm = 0,001 mm atau 1


nm = 10-3μm). Ukurannya berada antara 0,2 μm (misalnya pada Chlamydia) dan 250 μm
(pada Spirochaeta). Namun sebagian besar bakteri berukuran antara 1 dan 10 μm.

3
Gambar 2.2. Bentuk sel bakteri peletakan flagela

Di bawah mikroskop suatu spesies bakteri nampak dalam bentuk sel-sel yang terpisah
(individual) atau dalam kelompok-kelompok yang khas. Tergantung spesiesnya sel-selnya berasosiasi
dapat berpasangan bertumpuk dan tidak beraturan, seperti rantai atau filament, berupa paket dengan 4
sel, paket dengan 8 sel atau labih atau bersusun seperti palisade (sel-sel memanjang dan
berurutan/berdampingan satu sama lainnya). Setiap sel saling melekat pada sel tetangganya. Spesies
dari Pelodictyon clathiratiforme selnya berkumpul membentuk suatu jalinan yang tridimensiolnal.
Juga beberapa spesiesnya membentuk trichoma

Bentuk assoasiasi yang berbeda ini bukannya berasal dari sel-sel yang telah atau sebelumnya
sendiri-sendiri dan kemudian berkumpul melainkan dapat terjadi karena misalnya dalam bentuk sel
kokus yang bertumpuk-tumpuk (Gambar 2.1.). Hal ini terjadi karena sel-sel tetap tinggal saling
berlekatan setelah terjadinya pembelahan sel. Atau dapat tejadi karena sel yang berasal dari species
yang berbeda membelah dengan caranya masing-masing. Di alam beberapa tipe bakteri
membentuk kelompok campuran dan mempertahankan bentuknya (berasal dari sel yang
berbeda spesiesnya) disebut Consortia.

4
Gambar 2.3. Morfologi sel bakteri susunan sel bakteri dengan beberapa contoh nama
spesiesnya

a. Bulat/Kokus berkelompok secara tidak teratur: Staphylococcus aureus

b. Kokus berkelompok secara regular (8 sel): Sarcina ventricular

c. Kokus rantai: Streptococcus pyogens

d. Kokus dengan sel-sel lonjong, pasangan berlekatan di ujung sel/diplokokki:Streptococcus


pneumonia

e. Kokus dengan sel-sel lonjong berpasangan secara berdampingan/diplokokki: Neisseria


gonorrhoeae

f. Batang/Basil: Escherichia coli. Bentuk basil umum memiliki flagella

g. Basil: ujung sel rata dapat satu sel, rantai: Bacillus anthracis

h. Basil: ujung sel meruncing/fusiform: Fusobacterium nucleatum

i. Bentuk sel tidak teratur/ Pleomorphisme: Corynebacterium diphteriae

j. Basil melengkung /Vibrio dilengkapi dengan 1 flagel: Vibrio cholerae

k. Spiral lurus (spirillum) seberkas flagel pada setiap ujung: Spirillum folutatns

l.. Spiral yang lentur (spirochaeta): Treponema pallidum

5
m. Potongan filament/ Trichoma dari Cyanobacterium: Oscillatoria limnetica

n. Filamen bercabang yang tipis (hyfa): Streptomyces albus

Apakah semua bakteri secara umum memperlihatkan struktur yang


sama?

Jawabannya! Tidak.

Ultrastruktur dan juga komposisi kimia dari setiap sel bakteri berbeda tergantung pada
sepsiesnya. Secara skematik pada gambar di bawah ini ditunjukan suatu sel bakteri. Perlu
dicatat bahwa tidak semua bakteri memiliki struktur seperti yang digambarkan dalam skema,
begitu pula beberapa bakteri memiliki struktur yang tidak diperlihatkan dalam skema ini.
Yang nampak pada gambar (skema) tersebut yaitu :

Gambar 2.4. Skema struktur sel Bakteri

Kromosome: Suatu struktur DNA sirkulare yang berlipat dalam bentuk nucleoid ini
tenggelam dalam suatu cairan liquid yang kompleks dan mengisi bagian dalam sel yang
disebut sitoplasma. Sitoplasma ini mengandung ribosom (organel yang sangat kecil yang
terlibat dalam sintesa protein). Kadang-kadang juga ditemukan adanya butir-butir cadangan
makanan, dsb.
6
Nucleoide, Sitoplasma, Ribosome dan butir-butir cadangan makanan dikelilingi
oleh envelope membran yang disebut membran sitoplasmik yang juga disebut membran
sel atau membran plasma.

Lapisan paling luar nampak dinding sel yang solid (secara mekanik adalah kuat).
Antara membran plasma dan dinding sel terdapat ruang periplasma. Pada bakteri tertentu,
daerah ini termasuk lapisan dalam dari dinding sel. Kesatuan yang dibentuk oleh membran
sitoplasma dan dinding sel disebut envelope selulaire.

Flagella adalah suatu alat gerak yang tersusun dari protein yang melekat/mengait pada
envelope selulaire melalui suatu struktur khusus.

a. b.

Gambar 2.5. a. Flagela diamati di bawah mikroskop elektron


b. struktur sebuah flagela

1.1. 2. Struktur Sel Bakteri


a. Nucleoid: Bakteri adalah suatu prokaryot yang tidak memiliki inti yang dibatasi oleh
suatu membran. Kromosomnya circulaire terdiri dari DNA double helix yang terletak
pada suatu bagian yang tidak beraturan yang disebut nucleoid, disebut juga
“chromatin body”,”nuclear body” atau “bacterial chromosome”.

7
Gambar 2.6. Sel bakteri yang sedang mengalami pembelahan

Nucleoid tampak di bawah mikroskop optik setelah pewarnaan Feulgen yang bereaksi
secara spesifik dengan DNA. Satu sel dapat memiliki labih dari 1 nucleoid pada saat
pembelahan sel dan setelah duplikasi material genetiknya. Analisa kimia dari nucleoid
menunjukkan bahwa dia mengandung sekitar 60% DNA dan sedikit RNA protein. Pada E.
coli, suatu sel berbentuk batang dengan panjang 2 atau 6 mikro. DNA nya berukuran kira-kira
1400 mm

Sejumlah bakteri juga mengandung DNA yang terdapat di bagian luar kromosome
(ekstrakromosomal) disebut plasmide selain dari chromosome sendiri. Plasmid ini adalah
molekul-molekul sirkulare: DNA double helix yang berada dan bereplikasi secara autonome
dan tidak bergantung pada chromosome dan dapat diwariskan kepada turunannya. Plasmid ini
tidak dibutuhkan oleh bakteri untuk perkembangannya atau reproduksinya meskipun dia
mampu membawa gen yang memberi keuntungan bagi inangnya secara selektif. Gen plasmid

8
dapat menjadikan bakteri tahan terhadap obat-obatan, memberinya kemungkinan bentuk
metabolisme baru, menyebabkan bakteri bersifat patogen atau memberinya sejumlah sifat-
sifat lain.

b. Sitoplasma: adalah suatu fluide yang aqueuse (mengandung 70% air dari seluruh berat
bakteri). Di dalamnya ditemukan ribosome, element nutritive, ions, enzyme, sisa dan
molekul-molekul yang terlibat dalam sintesa, perawatan sel dan metabolisme energetic.
Dapat juga ditemukan pada kondisi teertentu bahan-bahan cadangan berupa granul. Juga
dapat berupa bahan-bahan yang memiliki arti ekonomi, misalnya pada Bacillus thuringiensis,
kadang ditemukan adanya material-material yang berbentuk kristal yang beracun bagi insecta
dan digunakan dalam sector pertanian sebagai proteksi biologis, dan dikenal sebagai
insektisida mikroba atau bioinsektisida. Pada bakteri B. thuringiensis menghasilkan -
endotoksine yang terdapat dalam sel membentuk spora disebut Cristal paraspora
Sedangkan bakteri lain juga ada yang bersifat parasit, pada protozoa mengandung
sejenis protein yang disebut “R body”. Sedangkan pada bakteri aquatik tertentu memiliki
partikel megnet (Fe3O4). Magnetosome yang memungkinkan sel bakteri membentuk suatu
garis pada medan magnet.

c. Ribosome
Adalah organel kecil (0,025 m), berperanan dalam sintesa RNA dan protein. Ribosom
bakteri labih kecil dari ribosome eukariot. Ukuran mirip dengan chloroplast pada tanaman
dan alga. Biasanya ribosome dicirikan bukan berdasarkan ukurannya tapi berdasarkan
kecepatan sedimentasinya oleh sentrifugasi. Kecepatan ini diukur dalam unit Svedberg (S).
Makin tinggi nilainya makin besar kecepatan sedimentasinya.
Setiap ribosome bakteri (70 S) terdiri dari satu unit 50 S dan satu unit 30 S. Bagian
ribosome ini saling berpegangan oleh ikatan hydrogen dan oleh interaksi ion dan hidrophobe.
Ion-ion Mg umumnya dibutuhkan untuk mempertahankan strukturnya. Sebagian besar dari
ribosome (t 70 % dari massa) terdiri dari RNA (rRNA). Berfungsinya ribosome tergantung
pada RNAnya. r RNA juga diukur dalam unit Svedberg (S).

Ribosome sub unit 30 S mengandung 16 S sedangkan

Ribosome sub unit 50 S mengandung 23 S.

9
Dianggap secara umum bahwa urutan (sequence) dari sub unit rRNA (nucleotide)
tidak berubah selama berevolusi. Namun perbedaan dari sequence dapat memberikan indikasi
jarak evolusi antara organisme. Akibatnya satu spesies dengan spesies lainnya, r RNA nya
berbeda khas antara 1,5 %. Beberapa tahun terakhir, digunakan r RNA 16 S untuk
mengelompokkan bakteri, dan hal ini terbukti.

Salah satu alasan untuk membedakan kelompok besar dari Eubakteri dari kelompok
lain yaitu Archebakteri adalah perbedaan antara r RNA 16 S nya. Protein ribosomik (protein
r) mengandung sekitar 30 % dari massa satu ribosome. Pada E. coli sub unit 30 S nya
mengandung 21 protein r yang berbeda, sedangkan sub unit 50 S mengandung 30 protein r.

d. Bahan Cadangan
Pada kondisi yang sulit bakteri menghasilkan/memproduksi polimer yang di timbun
dalam sitoplasma dalam bentuk granula. Senyawa ini mengandung poly-ß-hydroxybutirate
dan polyphosphate.

Poly-ß-hydroxybutirate (PHB): adalah suatu polimer linear dari poly-ß-


hydroxybutirate

H H O

H–O–C–C–C –O–H

H3C H n

Poly-ß-hydroxybutirate merupakan suatu senyawa cadangan, sering ditemukan pada bakteri


tertentu.

Pada bakteri tertentu granul PHB muncul selama/bila terjadi penurunan atau
berkurangnya elemen nutritif yang tersedia (selain dari C), membatasi kecepatan
pertumbuhan dari sel. PHB dalam sel merupakan sumber karbon dan energi yang akan
digunakan selama elemen lainnya menjadi lebih banyak tersedia. Bakteri tanah Azotocbacter

10
beijerinckii, PHB muncul (80% dari massa sel) bila mana O 2 kurang tersedia, pada spesies ini
PHB dapat menggantikan O2 sebagai sumber oksidan.

Enzym yang terlibat dalam polimerisasi dan depolimerisasi dari PHB terletak pada
permukaan dari granula. Di perkirakan setiap granuula dibatasi oleh satu membran berukuran
2 – 4,5 nm tebalnya. PHB dapat divisualisasikan secara in situ (dalam sel) dengan teknik
pengecatan/pewarnaan biru nila A .

PHB adalah dikenal sebagai bahan dasar untuk plastik biodegradable yang disebut Biopol
dengan nama komersil Zeneca (ICI) Inggris.

Misal bakteri Alcaligenes entrophus yang menggunakan glukosa sebagai sumber C


unik menghasilkan homopolymer sedangkan bila ada tambahan nutritif yang lain yang
berlawanan Alcaligenes entrophus akan menghasilkan Copolymer hydroxybutirate dan
hydroxyvalerate.

Polyphosphate (Polymetaphosphate)

Granula polyphosphate ( PO32- – O – [PO3-]n – PO32-) ditemukan pada kebanyakan


bakteri, diduga berperan sebagai sumber phosphat dan dalam kondisi tertentu, diduga terlibat
dalam metabolisme energetus.

Bila diberi perlakuan warna tertentu (seperti Methilen Blue Polychrome) granula
polyphosphate akan berwarna dari pewarnanya. Fenomena ini merupakan metachromasi dan
granula kadang-kadang disebut granula metachromatik.

11
Gambar 2.7. Skema sebuah sel bakteri

e. Vakuola Gas

Vakuola gas hanya ditemukan pada bakteri tertentu (bakteri aquatik yang
berfotosintesis). Satu vakuola terdiri dari vakuola kecil panjang yang berisi gas. Dikelilingi
oleh satu dinding berprotein dan diameternya 70 nm. Vakuola gas memodifikasi
pengambangan (pengapungan) sel-sel bebas dalam danau atau sungai. Mengambangnya sel-
sel mempengaruhi intensitas cahaya yang diterima yang merupakan faktor penting
dalamekologi bakteri fotosintesis.

f. Karboxysome

Karboxysome adalah organel/badan renik intraseluler sekitar 100 – 500 nm


diameternya, yang ditemukan pada kebanyakan bakteri autotroph. Artinya pada bakteri yang
mampu menggunakan CO2 untuk sebagian besar kebutuhannya (sumber utama). Satu

12
Karboxysome terdiri dari satu kantong membranaire mengandung sejumlah copy suatu
enzym (RuBisCo) yang terlibat dalam fiksasi CO2 atmosphere.

g. Thylacoide

Thylacoide adalah kantong membranaire intraseluleire yang terdapat pada sebagian


besar Cyanobacteri. Biasanya terletak berdekatan/berdampingan dengan envelope selulaire.
Memiliki struktur yang berbeda dengan membran sitoplasma. Membran thylacoide
mengandung pigment serupa chlorophyle dan juga tempat berlangsungnya photosintesa dan
pada keadaan tertentu juga merupakan tempat aktivitas respirasi.

h. Membran Sitoplasma

Membran sitoplasma terdiri dari dua lapis molekul lemak dengan ketebalan 7 – 8 nm
dalam mana molekul-molekul protein tertanam.

Beberapa protein ini menyebar dalam membran. Letak membran dari molekul lemak pada
bagian interna dan eksterna dari membran adalah hydrophyle (suka air) sedangkan bagian
interna adalah hydrophobe.

Lemak yang terdapat pada membran ini terutama adalah phospolipida berupa
phosphatidyl glycerol yang hampir terdapat pada sebagian besar dari Eubacteri.

Keberadaan tipe lemak lainnya sangat tergantung kepada kelompok Gram positif atau Gram
negatif. Phosphatidyl ethanolamine lebih umum dan terkandung banyak dalam bakteri
Gram negatif tetapi tidak pada Gram positif. Phosphatidyl choline (Lecithin) ditemukan
dalam bakteri Gram negatif tertentu tetapi tidak pernah dalam bakteri Gram positif. Dalam
kuantitas kecil Glycolipida secara umum ditemukan dalam membran sitoplasma bakteri.
Sphingolipides jarang ditemukan dan Sterol terdapat dalam bakteri dari familia
Mycoplasmataceae.

Pada E. coli lemak yang paling utama ditemukan adalah Phosphatidyl ethanolamine,
sedangkan Phosphatidyl glicerol dan Diphosphatidyl glycerol (Cardiolipine) berada dalam
kuantitas yang kecil. Membran dari Archaebacteria mengandung Isoprenoid (C15 – C60),
lemak yang dibentuk dari ikatan eter yang seharusnya ester dari asam lemak.

13
Gambar 2.8. Diagram Membran sitoplasma: Molekul protein berada diantara molekul
fosfolipid pada lapisan bilayer disebut “Fluid Mosaic model” Kedua permukaan dari
masing2 lapisan bersifat hydrofilik dengan bagian dalam hydrofob.

Membran tidak berstruktur rigid (kaku), molekul lemak yang berada dalam kondisi
cair dan tetap berasosiasi berkat aksi dari kekuatan intermolekular. Protein mengandung
beberapa enzym (misalnya “ Protein Fixater Penisilin” yang terlibat dalam peptidoglycan),
polimer dari envelope sirkulaire dari penyusun sistem trasnport (yang mentransport ion-ion
dan molekul menembus membran) dan penyusun sistem energi seperti ATPase dan rantai
transfer elektron.

Pada bakteri tertentu paling tidak juga mengandung protein sensori yang mendeteksi
pergantian dalam miliu eksterior, membran sitoplasma tidak benar-benar permeable pada
sebagian besar molekul. Beberapa molekul kecil yang tidak bermuatan atau hidrophobe
seperti: O2 , CO2, NH3 (tidak pada NH4+) dan air dapat melewati membran secara kurang
bebas. Molekul-molekul lain (termasuk elemen nutritif dan ion-ion harus ditransport melalui
mekanisme yang memungkinkan sel-sel mengumpulkan senyawa khusus sampai pada
konsentrasi jauh lebih tinggi dari lingkungannya.

14
Gambar 2.9. Penampakan membrane sel dan dinding sel

i. Protoplast

Bilamana sel kehilangan dinding selnya, strukturnya akan hanya berupa protoplast.
Walaupun hanya dikelilingi oleh membran sitoplasma suatu protoplas dapat survive (dalam
kondisi laboratorium) dan melakukan sejumlah besar proses sebagaimana halnya dengan sel
hidup yang normal. Bila suatu protoplast di tempatkan dalam miliu lebih encer dari
sitoplasmanya, air berpenetrasi melewati membran sitoplasma secara osmosis. Protoplasma
membengkak dan meletus, sehingga disebut lisis osmosis.

Dalam suatu bakteri yang utuh, fragilnya protoplasma biasanya melindungi lisis osmosis
secara mekanik dari dinding sel.

j. Dinding Sel

Pada kebanyakan bakteri, satu lapisan luar yang solid berupa dinding sel mencegah
terjadinya protoplas dari lisis osmosis.

15
Dinding sel yang memberi bentuk pada sel juga berfungsi sebagai “tapisan molekul“ sebagai
barier permeabilitas merintangi molekul-molekul (termasuk antibiotik). Namun jangan
dianggap bahwa dinding sel sebagai suatu “box yang kaku” membungkus suatu sel hidup.
Tetapi dia juga berperanan aktif misalnya mengontrol masuknya ion-ion dan molekul-
molekul dalam sel.

Gambar 2.10. (A) Electron micrograph of a thin section of the Gram-positive M lysodeikticus
showing the thick peptidoglycan cell wall (cw), underlying cytoplasmic (plasma) membrane
(cm), mesome (m), and nucleus (n). (B) Freeze-fractured Bacteriodes cell showing typical
major convex fracture faces through the inner (im) and outer (om) membranes. Bars = 1 µm;
circled arrow in Fig. B indicates direction of shadowing.

Spesies bakteri satu dan lainnya, dinding selnya dapat memiliki perbedaan yang besar
sekali dalam hal ketebalan, struktur dan komposisi. Namun Eubacteria hanya memiliki dua
tipe dinding sel. Kita dapat mendeterminasi tipe dinding sel dari suatu bakteri berkat
reaksinya pada pewarna tertentu.

16
Gambar 2. 10. Susunan Peptidoglican pada dinding sel bakteri

Pemberian pewarna dengan cristal violet dan yodium pada sel-sel bakteri akan
memperlihatkan kemampuan yang berbeda bahwa terdapat kelompok sel bakteri yang dapat
mempertahankan warna meskipun dengan pencucian atau dengan pelarutan aceton atau
ethanol. Kelompok sel bakteri demikian disebut Gram positif. Tipe yang lainnya adalah
dinding sel yang tidak dapat mempertahankan warna dengan perlakuan yang sama artinya
warna tidak melekat pada sel bakteri disebut Gram negatif. Metode pewarnaan ini ditemukan
secara empiris dalam tahun 1880 oleh Christian Gram.

17
Gambar 2.11. Sekema tehnik pewarnaan menurut Chrisatian Gram (1880) dan perolehan
warna oleh sel bakteri setelah diberi perlakuan pewarnaan menurut teknik pengecatan Gram.

b. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan
bertanya atau membentuk kelompok diskusi atau kegiatan brain storming dengan tetap berada
dalam kendali atau pengawasan fasilitator untuk tetap berfungsinya expert judments sebagai
nara sumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.

c. Penelitian:
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta
prospective dari berbagai isolat bakteri yang telah diisolasi dari berbagai lingkungan alam
dan yang sedang dalam rencana kegiatan penelitian dari berbagai dosen dalam lingkup

18
laboratorium sendiri maupun peneliti terkait secara nasional maupun internasional. Demikian
pula mahasiswa dapat megutarakan hal-hal terkait yang diperoleh dan diketahuinya.

d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang Penghiliran/penerapan dari berbagai isolat bakteri
yang telah berhasil diisolasi dari berbagai lingkungan alam oleh sumber daya manusia Prodi
Biologi maupun yang lainnya baik dalam bentuk kegiatan mandiri maupun kerjasama antar
dan interdisiplin ilmu. Demikianpula mahasiswa dapat megutarakan hal terkait yang
diketahuinya.

e. Latihan:
Mahasiswa di dalam kelas melakukan kegiatan berupa mendiskripsikan dan
menggambarkan morfologi dan struktur bateri berdasarkan tipe bentuk morfologi dan struktur
dinding sel.

f. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk mahasiswa menambahkan dengan mencari tambahan
materi terkait materi bahasan ini tentang nama kelompok dan jenis bakteri serta
membedakannya berdasarkan struktur dan morfologi sel dan bagiam-bagiannya yang
dilengkapi dengan gambar jenis bakteri dalam bentuk berwarna.

3. PENUTUP
a. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya.

b. Tes Formatif:

Fasilitator memberikan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan


pengetahuan yang diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan memberikan
pertanyaan antara lain sebagai berikut:

a. Mendiskripsikan morfologi sel bakteri berdasarkan struktur selnya.


b. Menjelaskan prinsip dasar perbedaan antara kelompok bakteri Gram positif
dengan Gram negatif

19
c. Umpan Balik:

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan


diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Introduction To Bacteria, 1992. Second edition. Paul Singleton. Jhon Willey and Sons, Inc.
New York.

2. Biology of Microorganisms, 2012. Thirteenth edition, Edited by T.D. Brock. Pearson

3. Microbiology: Principle and Explorations, 1999. Edited by. Black, Jacquelin, G. Prentice –
Hall, Inc. Yew Jersey.

4. Microbiology, 2005. Sixth edition. By. Prescott, L.M., Jhon P. Harley; Donald A. Klein.
Mc. Graw Hill.

5. Bebagai Publikasi

20

Anda mungkin juga menyukai