Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Satelit Di Indonesia

Sejarah satelit di Indonesia tidak terlepas dari dimulainya peluncuran satelit Palapa
A1 dari Kennedy Space center, Tanjung Canaveral, Amerika Serikat pada tanggal 9 Juli
1976. Pada kala itu Indonesia merupakan negara pertama di Asia dan negara ketiga di dunia
yang mengoperasikan Sistem Komunikasi Satelit Dosmetik (SKSD) menggunakan satelit
GEO setelah Amerika Serikat dan Kanada.
Palapa A1 menjadi SKSD pertama di Indonesia yang memberikan layanan telepon
dan faksimili antar kota di Indonesia. SKSD mulai berkembang menjadi infrastruktur utama
pendistribusian program televisi di Indonesia. Palapa A1 menjadi tonggak sejarah satelit di
Indonesia yang kemudian diikuti dengan satelit-satelit berikutnya yang mengorbit di langit
Indonesia.

Gambar 1 (Satelit Palapa A1)

Setelah satelit Palapa hadir dengan beberapa generasinya, Indonesia terus


meluncurkan beberapa satelit lainnya seperti Telkom, Cakrawarta, Indostar, Garuda, dan
PSN. Di Indonesia menglola satelitnya sendiri, anttara lain : TELKOM, PSN, MCN, dan
BRI.
A. Satelit Palapa A
Satelit pertama Indonesia ini memiliki spesifikasi yang mirip dengan satelis domestic
yang digunakan Kanada dan Amerika Serikat karena dibuat oleh perusahaan yang sama
yaitu Hughes Aircraft Company dengan model HS-333.
Palapa A memiliki 12 transponder dengan kapasitas setara 6.000 sirkut suara atau 12
saluran telivisi warna, memiliki masa aktif hingga 7 tahun dengan tinggi satelit 3.41
meter, diameter 1.9 meter dan berat saat peluncuran 574kg.
Area coverage satelit Palapa meliputi Indonesia dan Asia Tenggara – Singapura,
Malaysia, Thailand dan Fili[pina. Dikendalikan dan dioperasikan oleh PERUMTEL (yang
sekarang menjadi TELKOM). Transponder dialokasikan untuk sistem komunikasi yang
digunakan oleh PERUMTEL, siaran TVRI dan juga Kementrian Pertahanan dan
Keamanan. Negara ASEAN juga memanfaatkan transponder satelit Palapa A yaitu
Filipina, Thailand, dan Malaysia.

B. Satelit Palapa B
Palapa B adalah penerus dari satelit Palapa A, generasi kedua satelit Indonesia yang
dibuat oleh perusahaan Hughes Space and Communication Company dengan model HS-
376. Palapa B mempunyai kapasitas yang 2 kali lebih besar dari generasi sebelumnya,
memiliki 24 transponder dengan daya listrik 4 kali lipat. Satelit ini memiliki diameter
2.16 meter, tinggi 6.96 meter dan berat sebesar 691.73 kg pada saat peluncuran.
Khusus Palapa-B2 mengalami kegagalan pada saat penempatan orbit. Satelit ini
kemudian diambil dan diperbaiki oleh Hughes dan diluncurkan Kembali dengan nama
Palapa B2R. Satelit Palapa B ini juga dikendalikan dan dioperasikan oleh PERUMTEL.

C. Satelit Palapa C
Masih dibuat oleh perusahaan yang sama dengan 2 generasi satelit sebelumnya,
Palapa C memiliki 30 transponder C-band dan 4 transponder Ku-band. Dengan area
coverage meliputi Indonesia, Asia Tenggara, Sebagian China, India dan Jepang hingga
Australia. Berbeda dengan Palapa A dan Palapa B yang dioperasikan oleh PERUMTEL,
Palapa C dioperasikan oleh SATELINDO (sekarang INDOSAT).
D. Satelit Palapa D

Gambar 2 (Satelit Palapa D)

Palapa D merupakan satelit pengganti Palapa C yang ditempatkan di slot orbit 113
BT. Satelit ini dibanngun oleh Thales Alenia Space dari Perancis menggunakan platform
SpaceBus 4000-B3 yang cukup efesien dan bertenaga. Palapa D membawa 35 transponder C-
band dan 5 transponder Ku-band dengan coverage area hingga benua Asia, ASEAN, dan
seluruh Indonesia, dengan umur satelit 15 tahun.

E. Cakrawarta/Indostar
Cakrawarta adalah satelit milik perusahaan PT. Media Citra Indostar (MCI), anak perusahaan
MNC Group yang digunakan untuk penyiaran Direct to Home (DTH) Indovision. Satelit
Cakrawarta-1/Indostar-1 dikembangkan oleh Orbital Science Corporation yang merupakan
basis dari platform STAR Bus pertama dengan desain masa pakai hingga 14 tahun.

Satelit ini merupakan satelit penyiaran DTH pertama di Asia, yang diluncurkan menggunakan
roket Ariane dari Kourou, Guyana Prancis, sekaligus menjadi satelit komersial pertama di
dunia yang menggunakan frekuensi S-band. Fruekensi S-band ini cocok digunakan di
Indonesia yang beriklim tropis dan lebih tahan cuaca daripada fruekensi C-band dan Ku-
band.

Pada April 1998, terjadi masalah teknis di satelit Cakrawarta-1 berupa anomali pada regulator
daya listrik yang berdampak 2 dari 5 transponder satelit tidak bisa digunakan pada saat
memasuki gerhana.

Satelit Indostar-2 digunakan untuk menggantikan satelit Cakrawarta-1/Indostar-1 yang telah


habis masa pakainya. Indostar-2 semula bernama Protostar-2 yang kemudian berganti nama
setelah MCI membelinya dari Protostar, Ltd. Indostar-2 menggunakan platform 3 aksis BSS-
601HP milik Boeing Satellite System dengan kapasitas hingga 10 transponder S-band dengan
coverage seluruh Indonesia.

F. Garuda

Satelit Garuda-1 merupakan satelit pertama yang digunakan untuk pasar komunikasi telepon
bergerak di Asia. Satelit ini dimiliki oleh Asia Cellular Satellite (ACeS yang merupakan
gabungan dari Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Lockheed Martin Global Telecommunications
(LMGT), Philippines Long Distance Telephone Company (PLDT) dan Jasmine International
Overseas Company Ltd.

Menggunakan platform A2100AXX dari Lockheed Martin Commercial Space Systems


(LMCSS), Garuda-1 merupakan salah satu satelit telekomunikasi paling kuat yang pernah
dilucurkan, Beroperasi pada frekuensi L-band via 140 spotbeam yang melingkupi seluruh
Asia, menawarkan layanan telepon bergerak berbasis satelit.

Garuda-2 semula dimaksudkan sebagai back-up untuk satelit Garuda-1, kemudian


diproyeksikan untuk memperluas coverage ke Asia Tengah, Asia Barat, Timur Tengah, Eropa
dan Afrika Utara, namun akhirnya proyek ini kemudian dibatalkan dan tidak diteruskan.

G. M2A (Multi Media Asia)


PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN) sebagai perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia
melakukan penandatanganan kontrak dengan Space Sytem/Loral (SS/L) untuk pengadaan
sistem satelit M2A menggunakan bus/platform SSL-1300S dengan kemampuan daya listrik
10.4 kilowatt dan masa pakai hingga 12 tahun. Desain antennanya mampu meberikan
jangkauan multi-beam untuk wilayah Asia Pasifik, termasuk Australia, India, China,
Indochina, Korea, Jepang dan negara Asean.

Dengan estimasi berat  sekitar 1960 kg, kapasitas satelit M2A ekuivalen dengan 84
transponder C-band dengan 200.000 sirkuit simultan, sehingga pada saat itu desain satelit ini
merupakan satelit C-band paling kuat dan mumpuni. Satelit ini rencananya akan digunakan
untuk sistem telepon, akses data, faksimili, internet dan layanan multimedia.

Sayangnya pada tahun 1997 – 1998 terjadi krisis moneter yang menghantam Indonesia,
sehingga berimbas pada proyek satelit ini yang akhirnya dibatalkan untuk selamanya.

H. Telkom 1 – 3S

Karena brand name Palapa telah diambil alih oleh SATELINDO dan lifetime satelit Palapa-


B2R akan berakhir, PT. Telkom menunjuk Lockhead Martin Commercial Space Systems
(LMCSS) untuk mebangun satelit pengganti Palapa-B2R dengan nama Telkom-1
menggunakan platform A2100A.

Telkom-1 memiliki 24 transponder C-band dan 12 transponder extended C-band yang


digunakan untuk aplikasi telekomunikasi, termasuk trafik digital kecepatan tinggi untuk
VSAT. Memiliki coverage yang luas dengan jangkauan seluruh Indonesia, sebagian Asia
Tenggara dan Australia Utara.

Meskipun diperkirakan masih dapat beroperasi hingga 2020, pada Agustus 2017 lalu satelit
Telkom-1 mengalami anomali dan kegagalan sistem yang berimbas pada terganggunya siaran
televisi, ribuan koneksi ATM Bank dan VSAT di seluruh Indonesia. Rencanaya satelit
Telkom-4/Merah Putih akan diluncurkan pada 2018 untuk menggantikan satelit Telkom-1 ini.

Telkom-2 dibuat oleh Orbital Sciences dengan platform Star-2 dan diluncurkan dengan roket
Ariane-5 pada November 2005 merupakan satelit pengganti untuk Palapa-B4. Memiliki
kapasitas 24 transponder C-band dengan rancangan masa aktif hingga 15 tahun. Satelit
Telkom-2 sendiri telah berhasil de-orbit pada 13 Juni 2021 setelah usai masa baktinya.

Telkom-3 adalah satelit Telkom yang gagal mencapai orbitnya, satelit ini dibuat oleh JSC
Information Satellite System Academician M.F. Reshetnev dengan platform Ekspress-1000N,
dengan 32 transponder C-band dan 10 transponder Ku-band dan rancangan masa aktif hingga
15 tahun.

Telkom-3S merupakan satelit pengganti Telkom-3 yang dibuat oleh Thales Alenia Space
menggunakan platform generasi baru Spacebus-400B2 dengan 24 transponder C-band, 8
transponder extended C-band dan 10 transponder Ku-band. Satelit ini memiliki coverage
Indonesia dan Asia Tenggara, diluncurkan pada 2017 lalu dengan menggunakan roket
Arianespace.

I. BRISat
BRISat merupakan satelit milik Bank Rakyat Indonesia (BRI), dibuat oleh SSL dengan
menggunakan platform SSL 1300. Memiliki kapasitas 36 transponder C-band dan 9
transponder Ku-band, berhasil diluncurkan pada 19 Juni 2016 menggunakan Ariane V dari
Guyana Perancis. BRI menjadi bank pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasikan
satelitnya sendiri untuk mendukung usaha perbankannya.

J. Satelit Merah Putih

Space System Loral (SSL) dipilih Telkom untuk membuat Telkom-4/Satelit Merah
Putih yang diproyeksikan sebagai pengganti satelit Telkom-1, menggunakan platform SSL-
1300 dengan kapasitas besar 60 transponder C-band dan masa aktif hingga 15 tahun.

Satelit Merah Putih berhasil di luncurkan pada tanggal 7 Agustus 2018 dari Cape
Canaveral, Florida menggunakan roket Space-X, dan menjadikan satelit ini sebagai satelit
dengan kapasitas terbesar yang dimiliki oleh Telkom.
K. Nusantara Satu (PSN VI)

PSN-VI atau Nusantara Satu adalah satelit milik PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN)
yang beroperasi di slot orbit 146 BT, dibangun oleh SSL dan diluncurkan pada 22 February
2019 menggunakan Falcon-9 milik Space-X.
Nusantara Satu adalah satelit broadband internet pertama Indonesia dengan teknologi
High Throughput Satellite (HTS), memiliki bandwidth yang besar dengan jumlah transponder
26 C-band, 12 Ext C-band dan 8 Ku-band spot beams, dengan total bandwidth hingga 15
Gbps, menjadikannya sebagai satelit dengan kapasitas terbesar di Indonesia untuk saat ini.

L. Nusantara Dua

Satelit Nusantara Dua adalah satelit yang direncanakan untuk menggantikan satelit
Palapa-D di slot orbit 113 Bujur Timur, untuk memfasilitasi layanan broadband dan
broadcast (penyiaran) di tanah air.

Satelit ini merupakan joint venture antara Pasifik Satelit Nusantara (PSN)
berkolaborasi dengan Indosat Ooredoo, melalui perusahaan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera
(PSNS). Satelit Nusantara Dua sendiri dibuat oleh China Great Wall Industry Corporation.
Satelit ini memiliki bobot 5.550 kilogram dengan transponder FSS C-band 20×36 MHz, dan
High Throughput Satellite (HTS) 9,5 Gbps.
Sayangnya saat proses peluncuran 9 April 2020 terjadi anomali pada stage ke-3 dari roket
peluncur yang mengakibatkan satelit gagal mencapai orbit.

M.SATRIA (Nusantara Tiga)


Pada April 2019 Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI)
mengumumkan konsorsium PSN memenangkan tender pengadaan Satelit SATRIA.

Satelit Satria atau Satelit Republik Indonesia (SATRIA) adalah Satelit Multifungsi (SMF)
yang dirancang khusus untuk koneksi internet dengan kapasitas bandwidth hingga 150 Gbps.
Satelit ini dibuat oleh perusahaan Perancis, Thales Alenia Space dan rencana akan
diluncurkan pada tahun 2023 menggunakan roket SpaceX.

N. Satelit LAPAN dan INSPIRE

Selain satelit-satelit komersial tersebut, Indonesia melalui Program Satelit Lembaga


Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) juga telah membuat dan meluncurkan
beberapa satelit antara lain:

1. INASAT-1 (Indonesia Nano Satelit-1), satelit nano yang beratnya sekitar 10 – 15 kg


dan menggunakan frekuensi VHF/UHF. INASAT-1 adalah satelit karya anak bangsa
pertama yang dirancang bersama oleh PT. Dirgantara Indonesia dan LAPAN pada
tahun 2006, dengan kemampuan orbit hingga 6 – 12 bulan.
2. LAPAN-A1/LAPAN-TUBSAT, satelit mikro yang dibuat pada tahun 2007 dengan
berat sekitar 57 kg dan digunakan untuk penginderaan situasi bumi seperti kebakaran
hutan, gunung berapi, banjir dan lain-lain.
3. LAPAN-A2/LAPAN ORARI, mulai dibangun pada tahun 2008, didesain guna
mendukung penanganan bumi, monitoring lalu-lintas kapal laut dan komunikasi radio
amatir. Satelit ini dilepas oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 3 September
2015 untuk  dikirim ke India dan diluncurkan dari sana.
4. LAPAN-A3/LAPAN IPB, diluncurkan pada 31 Mei 2016 yang digunakan untuk
memantau lahan pertanian dan pemantauan maritim.
Selain LAPAN juga terdapat konsorsium INSPIRE (Indonesia Nano Satellite Program for
Research and Education) yang mengembangkan proyek satelit nano Indonesian Inter
University Satellite – 1 (IiNUSAT-1) dan berhasil diluncurkan pada tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai