Donny Toisuta
donny_toisuta@yahoo.com
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Masalah penelitian dirumuskan: (1) Adakah hubungan yang positif dan
signifikan antara kepuasan kerja dengan kebahagiaan guru pendidikan agama
sekolah menengah di kota Ambon? (2) Adakah hubungan yang negatif signifikan
antara stresguru dengan kebahagiaan guru pendidikan agama sekolah menengah di
kota Ambon? Subjek penelitian berjumlah 117 orang guru agama sekolah
menengah dari 5 kecamatan di kota Ambon. Kebahagiaan diukur dengan
Authentic Happiness Inventory (AHI)) dari Seligman, Kepuasan Kerja guru diukur
dengan Teacher Job satisfaction Questionnaire dari Lester dan Stres Guru diukur
dengan Angket Stres Guru yang dikembangkan oleh Kyriacou. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) Ada hubungan positif signifikan antara kepuasan kerja dengan
kebahagiaan guru pendidikan agama sekolah menengah di kota Ambon dengan p
= 0,014 < 0,05; (2) Ada hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara stres
guru dengan kebahagiaan guru pendidikan agama sekolah menengah di kota
Ambon dengan r xy = -0,137 dan p = 0,070 > 0,05.
Kata Kunci: kepuasan kerja, stres guru, dan kebahagiaan
peserta didik. Peneliti di Amerika sejak Penelitian Bakker (2007) kepada 2038
pertengahan abad 20, telah menempatkan orang guru dari 200 sekolah pada
perhatian ke topik tentang kepuasan kerja, Departemen Pendidikan Helsinky,
tetapi hanya sebagian kecil dari mereka Findlandia dengan sampel guru SD sebesar
yang fokus pada kepuasan kerja guru. 843 orang guru, guru SMP 497 orang guru,
Profesi guru sebenarnya sangat rentan guru SMA 278 orang guru serta guru SMK
mengalami ketidakpuasan dalam bekerja 217 orang guru. Temuan penelitian bahwa
serta stres guru yang menyebabkan ada hubungan negatif dan tidak signifikan
hilangnya kebahagiaan (Ouyang dan antara stres guru dengan kebahagiaan guru
Paprock, 2009). (rxy =-0,105 dengan p = 0,426 > 0,05).
Penelitian Holle (2009) pada 36 SD Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Swasta di kota Ambon dengan populasi 205 Anitawidanti (2010) yang melibatkan 260
orang guru dan sampel sebanyak 127 orang orang karyawan pada PT. Transindo Surya
guru menemukan hasil bahwa kepuasan Sarana Semarang menemukan hasil bahwa
kerja guru memiliki hubungan yang positif stres dan kebahagiaan memiliki hubungan
dan signifikan dengan Kebahagiaan guru negatif dan signifikan (rxy = - 0,390 dengan
(rxy = 0,287; p=0,028 < 0,05). Hasil p = 0,000 < 0,05).
penelitian Holle (2009), berbeda dengan Adanya hasil temuan yang berbeda
yang ditemukan oleh Piccolo, Takahasi, dan dari Bakker (2007) dengan Anitawidanti
Naotakawatanabe (2005) yang meneliti 900 (2010), mendorong peneliti melakukan
orang profesional baik medik, guru, tenaga penelitian lanjutan untuk membuktikan arah
farmasi dan pekerja perusahan di Jepang negatif dan ada tidaknya hubungan yang
tentang hubungan kepuasan hidup dengan signifikan antara stres guru dengan
kebahagiaan; hasilnya bahwa kepuasan kebahagiaan guru.
kerja tidak berhubungan positif dan Hasil pra penelitian yang dilakukan
signifikan dengan kebahagiaan. Instrumen oleh peneliti tentang hubungan kepuasan
yang dipergunakan dalam penelitian adalah kerja guru dan stres guru dengan
Job Descriptive Index (JDI). Perbedaan kebahagiaan guru pendidikan agama di
hasil penelitian Holle (2009) dengan Kota Ambon, dengan mengambil sampel
Piccolo, Takahasi, dan Naotakawatanabe sebanyak 30 orang guru pendidikan agama
(2005) mendorong peneliti mengadakan sekolah menengah yang sedang mengikuti
penelitian ulang untuk memastikan ada pertemuan kelompok kerja guru (KKG)
tidaknya hubungan signifikan antara Pendidikan Agama, Kota Ambon
kepuasan kerja guru dengan kebahagiaan. dilaporkan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
Tabel 1.1 Hubungan antara Kepuasan Kerja Guru dan Kebahagiaan
Kepuasan kerja Kebahagiaan
Kepuasan Pearson correlation 1 0.390*
Sig. (2– tailed) 0.033
N 30 30
*
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rxy = kepuasan kerja dan kebahagiaan guru
0,390 dengan p = 0,033 < 0,05. Jadi ada dengan arah hubungan positif.
hubungan positif yang signifikan antara
12
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)
14
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)
selama ini psikologi hanya berkutat dengan gerahkan, kemudian bersyukur atas semua
sifat-sifat buruk manusia, psikologi positif anugerah itu.
ingin menampilkan sifat-sifat indah dari
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
manusia.
Kebahagiaan
Manusia bukan hanya makhluk
rakus, homo avarus, yang mementingkan Faktor Internal
diri sendiri melainkan juga makhluk yang Tiga faktor internal yang
bisa hidup normal dengan mencintai dan berkontribusi terhadap kebahagiaan, yaitu
dicintai. Dibalik awan kelabu kehidupan kepuasan terhadap masa lalu, optimisme
manusia betapapun gelapnya selalu tersisa terhadap masa depan, dan kebahagiaan
garis-garis perak. Tugas psikologi positif pada masa yang sekarang.
adalah mempertegas garis-garis perak itu.
Faktor Eksternal
Garis perak itu adalah kemungkinan untuk
berubah menjadi lebih baik, untuk Seligman (2005) menyampaikan
memunculkan kekuatan dan kebajikan delapan faktor eksternal yang mempenga-
(Seligman, 2005). ruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak
Menurut Seligman (2005) tidak ada semuanya memiliki pengaruh yang besar.
jalan pintas untuk mempersingkat Berikut ini adalah penjabaran dari faktor-
pencapaian kebahagiaan atau eudemonia. faktor eksternal yang berkontribusi pada
Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan kebahagian seseorang: Uang, Pernikahan,
memandang hidup sebagai hal yang Kehidupan Sosial, Emosi Negatif, Usia,
bermakna dan berharga, mengenali diri, Kesehatan, Pendidikan, Iklim, Ras dan
kemudian menemukan kekuatan-kekuatan Jenis Kelamin, Agama, Kebajikan dan
dalam diri, lalu memanfaatkan kekuatan- Kebahagiaan Manusia.
kekuatan itu untuk kepentingan yang lebih Seligman dan Peterson (2005)
besar. membaca tulisan-tulisan fundamental dari
„..the goals of the whole semua agama utama dan tradisi filsafat,
positive psychology enter- tujuannya agar dapat menyusun katalog
prise, embracing both positif tentang hal-hal yang dianggap kebajikan
feelings (such as ecstacy and oleh setiap agama dan tradisi filsafat itu.
comfort) and positive Setelah membaca karya Aristoteles, Plato,
activities that have no Aquinas, dan St. Agustinus; Perjanjian
feelings component at all lama dan Talmud, Konfusius, Buddha,
(such as absortion and Lao-tse, Bushido (kode etik samurai), Al
engagement)” (Seligman Quran; tulisan Benjamin Franklin dan
2002). Upanishads, semuanya sekitar 20 katalog
Dapat disimpulkan bahwa kebaha- tentang kebajikan. Temuan mengejutkan
giaan menurut Seligman (2002) adalah adalah, hampir semua tradisi ini yang
kemampuan untuk belajar berpikir positif, berjalan selama tiga ribu tahun dan
memandang hidup dan orang lain sebagai tersebar diseluruh muka bumi mendorong
hidup yang baik, memaknai dunia dan 6 buah kebajikan manusia, yaitu: (1)
seisinya sebagai kebaikan yang dianu- Kebijaksanaan dan pengetahuan; (2)
Keberanian; (3) Kemanusiaan dan Cinta;
15
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28
(4) Keadilan; (5) kesederhanaan; serta (6) harus dikembangkan, sedang yang negatif
Spiritualitas dan transendensi. harus diminimalkan. Sikap guru seperti
tidak puas bekerja, stres dan frustrasi dapat
Pengukuran Kebahagiaan
ditimbulkan karena adanya pekerjaan,
Ada 3 orang ahli yang peralatan, lingkungan, dan iklim organisasi.
mengembangkan alat untuk mengukur Kepuasan kerja guru merupakan gejala
kebahagiaan yaitu: (1) Fordyce Happiness kompleks yang memiliki berbagai faktor
Measure (FHM, 1988). Oleh W. Fordyce yang berhubungan yaitu personal, sosial,
yang menekankan bahwa kebahagian budaya dan ekonomi. Kepuasan kerja guru
adalah kekuatan mengatur emosi manusia merupakan hasil dari berbagai sikap
atau kebahagiaan sementara; (2) General seseorang terhadap pekerjaannya dan
Happiness Scale (GHS) yang dikembang- faktor-faktor yang berhubungan dengan
kan oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999) pekerjaannya dan terhadap kerja pada
yang mengukur kebahagiaan secara umum; umumnya.
(3)Authentic Happiness Inventory (AHI) Herszberg (dalam Dahlan, 2007)
yang dikembangkan oleh Seligman dan mengembangkan teori kepuasan kerja yang
Peterson (2005), yang menitik beratkan disebut teori dua faktor, dengan prinsip
pada 24 kekuatan kebajikan manusia bahwa kepuasan dan ketidakpuasan itu
sebagai kekuatan untuk mencapai merupakan dua hal yang berbeda, artinya
kebahagiaan. Dalam Penelitian ini kepuasan dan ketidak puasan terhadap
digunakan authentic happiness inventory pekerjaan itu merupakan satu kontinum.
(AHI). Berdasarkan penelitiannya Herzberg
Pengertian Kepuasan Kerja Guru membagi situasi yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap pekerjaannya menjadi
Kerja merupakan sesuatu yang di
dua kelompok yaitu puas (motivator) dan
butuhkan oleh manusia. Manusia bekerja
tidak puas (pemeliharaan). Puas adalah
karena ada sesuatu yang hendak dicapainya
faktor-faktor atau situasi-situasi yang
dan manusia berharap bahwa aktivitas kerja
dibuktikannya sebagai sumber kepuasan
yang dilakukannya akan membawa kepada
kerja yang terdiri dari prestasi/hasil yang
suatu keadaan yang lebih memuaskan dari
dicapai, penghargaan, pekerjaan itu sendiri,
pada keadaan sebelumnya. Manusia
tanggungjawab dan kemajuan. Tidak puas
memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi
adalah faktor-faktor yang menjadi sumber
dalam kehidupannya dan untuk memenuhi
ketidak puasan yang terdiri dari peraturan-
kebutuhan tersebut salah satunya adalah
peraturan, administrasi, pengawasan, gaji,
dengan bekerja.
hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan
Guru menjadi pelaku yang
status. Menurut teori ini perbaikan gaji dan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan,
kondisi kerja tidak akan menimbulkan
mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan
kepuasan tetapi hanya mengurangi ketidak-
yang dapat mempengaruhi sikap-sikap
puasan.
terhadap pekerjaannya. Sikap guru akan
Teori Herzberg dikenal orang
menentukan kinerja, dedikasi, dan
sebagai two faktor theory atau motivator
kecintaan terhadap pekerjaan yang
hygiene theory. Kebutuhan tingkat atas
dibebankan di pundaknya. Sikap positif
16
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)
pada teori Herzberg yang diturunkan dari kepada guru pendidikan dasar dan
Maslow adalah harga diri dan aktualisasi menengah di Waingapu Kabupaten
diri yang disebut sebagai motivator, Sumba Timur ditemukan bahwa pada
sedangkan kebutuhan yang lain digolong- umumnya guru berada pada tingkat
kan menjadi kebutuhan bawah yang disebut „tidak mengalami stres‟ sampai “stres
sebagai hygiene faktor. sedang‟ sebesar 84,4%. sedangkan 12,6
Menurut Lester (dalam Hughes, % telah mengalami tingkat “stres kuat‟
2006) kepuasan kerja guru didefenisikan dan “sangat kuat‟. Faktor yang menjadi
sebagai lingkup dari persepsi pegawai dan sumber stres (stresor) adalah:(1) sarana
nilai dari karakteristik lingkungan pekerjaan mengajar tidak memadai, (2) kurangnya
seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, fasilitas yang dibutuhkan dalam
dan produktivitas. Kepuasan kerja guru mengajar; dan (3) berusaha memperta-
sebagai sejauhmana penerimaan dan nilai- hankan nilai atau standar sekolah.
nilai yang dirasakan oleh guru terhadap Kyriacou (dalam Loekmono,
banyaknya faktor seperti evaluasi, 2005) mendefinisikan stres guru sebagai
hubungan rekan kerja, tanggungjawab, dan pengalaman seorang guru yang tidak
penghargaan. menyenangkan, seperti ketegangan,
frustrasi, cemas, marah, dan depresi,
Pengukuran Kepuasan Kerja Guru
sebagai akibat dari aspek pekerjaan
Ada alat ukur yang telah dikem- sebagai seorang guru. Ketegangan atau
bangkan untuk mengukur kepuasan kerja tekanan itu berasal dari berbagai sumber
yaitu: (1) Job descriptif index (JDI); (2) stres (stresor) dan dipersepsikan sebagai
Minesotta Satisfaction Questionnaire ancaman terhadap kebahagiaan psiko-
(MSQ), namun menurut Hill (dalam logis dan fisiologis individu yang
Hughes, 2006) walaupun terdapat alat-alat bersangkutan.
untuk mengukur kepuasan kerja di dalam Kyriacou (dalam Loekmono,
bisnis dan industri, instrumen-instrumen 2005) telah melakukan penelitian
kepuasan kerja seperti tersebut tidak cocok dengan mengirim angket kepada kepala
di terapkan di dalam lingkungan kerja atau sekolah sebanyak 242 orang guru. Guru
institusi pendidikan; dan (3) Teachers Job menjawab tanpa menulis namanya. Hasil
Satisfaction Quetionnaire (TJSQ) yang kajian menunjukkan bahwa sekitar 20%
dikembangkan oleh Lester (1984) secara responden menyatakan kurang menga-
khusus untuk digunakan dalam pendidikan lami stres pada tingkat „sangat kuat‟
dan dipilih untuk digunakan dalam dalam menjalankan tugas mengajarnya
penelitian ini. sehari-hari. Hanya terdapat hubungan
Pengertian Stres Guru yang rendah antara tingkat stres laporan
diri (self report) dengan ciri-ciri
Loekmono (2005) menyatakan
demografi guru. Menurut Kyriacou
bahwa profesi guru adalah profesi
(dalam Loekmono, 2005) guru yang
pelayanan yang mengandung potensi
mengalami emosi negatif selama menja-
mengalami stres kuat dan pemicu
lankan tugas seperti kekecewaan, kema-
munculnya stres dalam pekerjaannya.
Dalam penelitian Loekmono (2005)
17
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28
18
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)
19
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28
20
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)
21
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28
Hubungan Stres guru (X2) dengan Tabel 12 Hasil Uji Korelasi Sub Konsep
Kebahagiaan (Y) Suasana Kerja/Kekerjaan (X2.2) dengan
Kebahagiaan (Y)
Tabel 10 Hasil Uji Korelasi antara Stres Guru Kepuas- Keba-
(X2) dengan Kebahagiaan(Y) an kerja hagiaan
Kepuas- Keba- Suasana Pearson 1 -
an kerja hagiaan kerja/ correlation 0.212**
pekerjaan Sig. (1– tailed)
Kepuasan Pearson 1 -0.137 N 117 0.011
correlation 117
Sig. (1– tailed) 117 0.070 *
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
N 117 Pada Tabel 12 menunjukkan
Berdasarkan data pada Tabel 10 koefisien korelasi antara sub konsep
nampak koefisien korelasi antara stres suasana kerja/pekerjaan dengan kebaha-
guru dengan kebahagiaan guru berarah giaan = -0,212**, dengan p = 0,011. p = -
negatif sebesar -0,137, dengan p= 0,070 0,011>0,05, maka korelasi antara sub
>0,05. Jadi tidak ada hubungan yang konsep perilaku peserta didik dengan
signifikan antara stres guru dengan kebahagiaan dinyatakan signifikan.
kebahagiaan dan arah hubungan negatif.
Tabel 13 Hasil Uji Korelasi Sub Konsep Tekanan
Karena tidak ada korelasi yang Waktu (X2.3) dengan Kebahagiaan (Y)
signifikan, maka dilakukan analisis lebih Kepuas- Kebaha-
an kerja giaan
lanjut untuk setiap sub konsep pada stres Tekanan Pearson 1 -0.107
guru dengan kebahagiaan. Dapat dilihat waktu correlation
dalam Tabel 11 – Tabel 14 berikut ini: Sig. (1– tailed) 0.256
N 117 117
Tabel 11 Hasil Uji Korelasi Sub Konsep Perilaku Pada tabel 13 menunjukkan
Peserta Didik (X2.1) dengan Kebahagiaan (Y)
koefisien korelasi antara sub konsep
Kepuas- Keba-
an kerja hagiaan
perilaku peserta didik dengan kebaha-
Perilaku Pearson 1 -0.061
giaan = -0,107, dengan p = 0, 256. > 0,05,
peserta didik correlation maka korelasi antara sub konsep tekanan
Sig. (1– tailed) 117 0.257 waktu dengan kebahagiaan dinyatakan
N 117 tidak signifikan.
Pada Tabel 11 menunjukkan koe-
Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Sub Konsep Etos
fisien korelasi antara sub konsep perilaku Kerja (X2.4) dengan Kebahagiaan (Y)
peserta didik dengan kebahagiaan=-0,061, Kepuas- Keba-
dengan p = 0, 257. Berpedoman pada taraf an kerja hagiaan
signifikansi 5% didapatkan p = 0,257 > Etos Pearson 1 -0.138
kerja correlation
0,05, maka korelasi antara sub konsep Sig. (1– tailed) 0.069
perilaku peserta didik dengan kebaha- N 117 117
giaan dinyatakan tidak signifikan. Arti- Pada Tabel 14 menunjukkan
nya, jika skor sub konsep perilaku peserta koefisien korelasi antara sub konsep
didik naik maka skor kebahagiaan tidak perilaku peserta didik dengan kebaha-
dapat ditentukan. giaan = -0,138, dengan p = 0, 069. > 0,05,
maka korelasi antara sub konsep etos
kerja dengan kebahagiaan dinyatakan
tidak signifikan.
22
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)
23
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28
24
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)
tersebut disebabkan karena guru 0,212** dan p= 0,011 < 0,05. Ini berarti
mengalami tekanan dalam beberapa hal bahwa jika skor sub konsep suasana kerja/
yaitu kenakalan siswa, guru merasa pekerjaan (X2.2) meningkat, maka skor
kurang dihargai, beban kerja yang tinggi, kebahagiaan turun dan jika skor sub
serta perubahan kebijakan pendidikan konsep suasana kerja turun maka skor
yang dilakukan oleh pemerintah. kebahagiaan naik. Setelah dilakukan
analisis yang dilakukan terhadap masing-
Penelitian ini tidak sejalan dengan
masing indikator empirik dalam sub
kajian Anitawidanti (2010) yang mene-
konsep suasana kerja/ Pekerjaan
mukan ada hubungan negatif dan
berdasarkan jawaban responden, ada 3
signifikan antara stres kerja dengan
faktor yang menjadi penyebab stres guru
kebahagiaan. Responden yang di teliti
dalam penelitian ini yaitu kurangnya
dalam penelitian Anitawidanti (2010)
peluang naik pangkat dan golongan
adalah 260 orang karyawan dengan
(87,18%) pada item 15, sarana mengajar
menggunakan kuesioner peran organisasi
yang tidak memadai (76,93%) pada item
yang dikembangkan oleh Organizational
17 dan kurangnya fasilitas yang
Role Stres manual yang mengukur 4
dibutuhkan dalam mengajar (65,65%)
faktor yaitu; Peran individu dalam
pada item 22.
organisasi, tuntutan tugas, hubungan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
dalam organisasi, dan faktor luar
kajian Bakker (2007) yang menyatakan
organisasi. Instrumen ini biasa digunakan
ada hubungan negatif dan tidak signifikan
dalam dunia industri atau bisnis.
antara stres guru dengan kebahagiaan.
Hubungan Stres Guru (X2) dengan Artinya bila skor stress meningkat maka
Kebahagiaan (Y) skor kebahagiaan tidak dapat dipastikan
Dari hasil uji korelasi sebagai- ada peningkatan skor atau penurunan.
mana ditunjukkan pada Tabel 4.10 bahwa Bakker (2007) menggunakan Teachers
ada hubungan negatif dan tidak signifikan Stres Survey (TSS) yang melihat beberapa
antara stres guru dengan kebahagiaan faktor yaitu: perilaku kepala sekolah,
guru pendidikan agama sekolah me- perlakuan buruk orang tua dan murid,
nengah di kota Ambon. Hal ini kurangnya relasi dengan rekan kerja,
ditunjukkan dengan koefisien korelasi keikut sertaan guru dalam pengambilan
sebesar -0,187 dengan p = 0,051 > 0,05. keputusan, perkembangan profesi
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara keguruan, status profesional seorang guru.
empat sub konsep dengan variabel Kesamaan hasil penelitian dapat
Kebahagiaan (Y) ditemukan bahwa sub disebabkan karena ada beberapa aspek
konsep perilaku peserta didik (X2.1), yang sama diukur juga dalam penelitian
Tekanan waktu (X2.3) dan Etos Kerja ini walaupun instrumen yang digunakan
(X2.4) tidak memiliki hubungan signifikan berbeda.
dengan arah hubungan negatif. Hanya sub Hubungan yang tidak signifikan
konsep Suasana kerja/pekerjaan (X2.2) antara stress dengan kebahagiaan guru
yang memiliki hubungan negatif dan pendidikan agama di kota Ambon, juga
signifikan dengan koefisien korelasi - terlihat pada analisis deskriptif dalam
25
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28
26
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)
27
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28
28