Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA, STRES GURU

DENGAN KEBAHAGIAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA SEKOLAH


MENENGAH DI KOTA AMBON

Donny Toisuta
donny_toisuta@yahoo.com
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

J.T Lobby Loekmono


lobby.loekmono@staff.uksw.edu
Program Studi Bimbingan dan Konseling
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK
Masalah penelitian dirumuskan: (1) Adakah hubungan yang positif dan
signifikan antara kepuasan kerja dengan kebahagiaan guru pendidikan agama
sekolah menengah di kota Ambon? (2) Adakah hubungan yang negatif signifikan
antara stresguru dengan kebahagiaan guru pendidikan agama sekolah menengah di
kota Ambon? Subjek penelitian berjumlah 117 orang guru agama sekolah
menengah dari 5 kecamatan di kota Ambon. Kebahagiaan diukur dengan
Authentic Happiness Inventory (AHI)) dari Seligman, Kepuasan Kerja guru diukur
dengan Teacher Job satisfaction Questionnaire dari Lester dan Stres Guru diukur
dengan Angket Stres Guru yang dikembangkan oleh Kyriacou. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) Ada hubungan positif signifikan antara kepuasan kerja dengan
kebahagiaan guru pendidikan agama sekolah menengah di kota Ambon dengan p
= 0,014 < 0,05; (2) Ada hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara stres
guru dengan kebahagiaan guru pendidikan agama sekolah menengah di kota
Ambon dengan r xy = -0,137 dan p = 0,070 > 0,05.
Kata Kunci: kepuasan kerja, stres guru, dan kebahagiaan

PENDAHULUAN menyenangkan dan rendahnya afeksi


negatif.
Seligman (2005) mengungkapkan
Dalam dunia pendidikan, menurut
bahwa kunci kebahagiaan adalah ketika
Garrett (dalam Ouyang dan Paprock, 2009)
manusia mampu memaknai setiap proses
guru dianggap sebagai sumber yang kuat
hidupnya secara positif. Pendapat Seligman
untuk mengembangkan kualitas sekolah,
(2005) sejalan dengan Veenhoven (2001)
namun kepuasan kerja guru jarang
menyatakan bahwa kebahagiaan berhu-
dipandang penting. Kepuasan kerja guru
bungan dengan seberapa individu
merupakan salah satu faktor penentu dalam
menikmati hidupnya secara keseluruhan.
kualitas guru, dari segi stabilitas pengajaran
Kebahagiaan juga melibatkan kepuasan
dan komitmen sebagai pengajar di sekolah.
(kepuasan secara umum dan pada ranah
Kontribusi kepuasan kerja guru tidak hanya
kehidupan yang spesifik), afeksi yang
untuk motivasi dan perbaikan kualitas guru,
tetapi juga untuk belajar dan pengembangan
11
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

peserta didik. Peneliti di Amerika sejak Penelitian Bakker (2007) kepada 2038
pertengahan abad 20, telah menempatkan orang guru dari 200 sekolah pada
perhatian ke topik tentang kepuasan kerja, Departemen Pendidikan Helsinky,
tetapi hanya sebagian kecil dari mereka Findlandia dengan sampel guru SD sebesar
yang fokus pada kepuasan kerja guru. 843 orang guru, guru SMP 497 orang guru,
Profesi guru sebenarnya sangat rentan guru SMA 278 orang guru serta guru SMK
mengalami ketidakpuasan dalam bekerja 217 orang guru. Temuan penelitian bahwa
serta stres guru yang menyebabkan ada hubungan negatif dan tidak signifikan
hilangnya kebahagiaan (Ouyang dan antara stres guru dengan kebahagiaan guru
Paprock, 2009). (rxy =-0,105 dengan p = 0,426 > 0,05).
Penelitian Holle (2009) pada 36 SD Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Swasta di kota Ambon dengan populasi 205 Anitawidanti (2010) yang melibatkan 260
orang guru dan sampel sebanyak 127 orang orang karyawan pada PT. Transindo Surya
guru menemukan hasil bahwa kepuasan Sarana Semarang menemukan hasil bahwa
kerja guru memiliki hubungan yang positif stres dan kebahagiaan memiliki hubungan
dan signifikan dengan Kebahagiaan guru negatif dan signifikan (rxy = - 0,390 dengan
(rxy = 0,287; p=0,028 < 0,05). Hasil p = 0,000 < 0,05).
penelitian Holle (2009), berbeda dengan Adanya hasil temuan yang berbeda
yang ditemukan oleh Piccolo, Takahasi, dan dari Bakker (2007) dengan Anitawidanti
Naotakawatanabe (2005) yang meneliti 900 (2010), mendorong peneliti melakukan
orang profesional baik medik, guru, tenaga penelitian lanjutan untuk membuktikan arah
farmasi dan pekerja perusahan di Jepang negatif dan ada tidaknya hubungan yang
tentang hubungan kepuasan hidup dengan signifikan antara stres guru dengan
kebahagiaan; hasilnya bahwa kepuasan kebahagiaan guru.
kerja tidak berhubungan positif dan Hasil pra penelitian yang dilakukan
signifikan dengan kebahagiaan. Instrumen oleh peneliti tentang hubungan kepuasan
yang dipergunakan dalam penelitian adalah kerja guru dan stres guru dengan
Job Descriptive Index (JDI). Perbedaan kebahagiaan guru pendidikan agama di
hasil penelitian Holle (2009) dengan Kota Ambon, dengan mengambil sampel
Piccolo, Takahasi, dan Naotakawatanabe sebanyak 30 orang guru pendidikan agama
(2005) mendorong peneliti mengadakan sekolah menengah yang sedang mengikuti
penelitian ulang untuk memastikan ada pertemuan kelompok kerja guru (KKG)
tidaknya hubungan signifikan antara Pendidikan Agama, Kota Ambon
kepuasan kerja guru dengan kebahagiaan. dilaporkan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
Tabel 1.1 Hubungan antara Kepuasan Kerja Guru dan Kebahagiaan
Kepuasan kerja Kebahagiaan
Kepuasan Pearson correlation 1 0.390*
Sig. (2– tailed) 0.033
N 30 30
*
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rxy = kepuasan kerja dan kebahagiaan guru
0,390 dengan p = 0,033 < 0,05. Jadi ada dengan arah hubungan positif.
hubungan positif yang signifikan antara

12
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)

Tabel 1.2 Hubungan antara Stres Guru dan Kebahagiaan


Stres guru Kebahagiaan
Stres guru Pearson correlation 1 -.040
Sig. (2– tailed) 0.834
N 30 30
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa 1. Signifikansi hubungan positif antara
arah hubungan negatif dan ada hubungan kepuasan kerja dengan Kebahagiaan
yang signifikan (rxy = -0.040, dan P = pada guru pendidikan agama Sekolah
0,834 > 0,05) antara stres guru dengan Menengah di Kota Ambon.
kebahagiaan. 2. Signifikansi hubungan negatif antara
Hasil pra penelitian menunjukkan stres guru dengan kebahagiaan pada
bahwa dengan beban kerja yang semakin guru pendidikan agama Sekolah
banyak, para guru agama mengalami Menengah di Kota Ambon.
tekanan langsung yang menyebabkan Dalam sejarah Psikologi, dikenal
hilangnya kebahagiaan. Apalagi dampak seorang pakar bernama Marthin P.
konflik sosial di Maluku masih dirasakan Seligman yang dibesarkan dalam bidang
dalam berbagai bidang kehidupan psikologi klinis, yaitu psikologi yang
termasuk pendidikan hingga kini. Konflik melihat jiwa manusia sebagai mesin
sosial tersebut, juga berpengaruh dalam yang sering mengalami kerusakan.
penurunan kualitas pendidikan di kota Psikologi klinis disebut sebagai
Ambon dan perkembangan komponen- psikologi bengkel yang hanya berkutat
komponen di bidang pendidikan terutama memperbaiki jiwa manusia. Psikologi
guru agama yang memiliki tanggung- sudah terlalu lama memusatkan
jawab untuk menyampaikan materi perhatian terhadap cara mengatasi
pelajaran tetapi juga memantau dan gangguan kejiwaan dan gejala-gejala
membentuk kecerdasan spiritual siswa. psikopatologis. Sekitar 90% kajian
Berdasarkan latarbelakang terse- dalam psikologi didasari oleh model
but di atas, maka masalah penelitian ini manusia yang sakit sebab orang-orang
dirumuskan sebagai berikut: yang diteliti adalah mereka yang
1. Adakah hubungan yang positif dan mengalami gangguan kejiwaan
signifikan antara kepuasan kerja (Seligman, 2005).
dengan kebahagiaan guru pendidikan
KAJIAN PUSTAKA
agama Sekolah Menengah di Kota
Ambon? Pengertian Kebahagiaan
2. Adakah hubungan yang negatif dan Seligman tahun 1996 dalam pidato
signifikan antara stres guru dengan pada saat pemilihannya sebagai Presiden
Kebahagiaan pada guru pendidikan American Psychological Assosiatiation
agama Sekolah Menengah di Kota (APA), mengembangkan satu pendekatan
Ambon? yang ia namakan “Psikologi Positif”.
Sejalan dengan permasalahan peneli- Sebagai pelopor utama psikologi positif,
tian, maka tujuan penelitian ini dirumuskan Seligman menggali pemikiran-pemikiran
untuk mengetahui: tentang kebahagiaan dari para filsuf dan
13
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

tokoh-tokoh psikologi. Dalam filsafat ia (Suseno, 1998). Csikszentmihalyi (1990)


menemukan pemikiran Aristoteles, dengan mengkonkretkan eudemonia sebagai
konsep eudemonia yang berarti “kehidupan keadaan yang diperoleh ketika mengalami
yang lebih baik”, well being, atau percakapan yang lebih baik, saat
kebahagiaan. Istilah eudemonia juga dipakai berkontemplasi secara mendalam. Ketika
oleh Thomas Jefferson dengan pengertian orang mengalami eudemonia, waktu
“pencapaian kebahagiaan”. Istilah psikologi berhenti dan ia merasa sepenuhnya berada
positif sendiri diambil dari Abraham Maslow ditempat yang tepat. Pada saat itu, ia menjadi
dan Gordon W. Allport yang juga satu irama, satu penghayatan dengan dunia.
memimpikan psikologi yang mengkaji Ibarat mendengarkan musik yang baik, si
kualitas positif manusia (Al-Banjari, 2009). pendengar dan musiknya menyatu, mengalir
Eudemonia menjadi salah satu bersama.
konsep sentral dalam Psikologi Positif. Hidup yang baik mengandung akar-
Istilah ini menurut Seligman (2005) merujuk akar yang mengarahkan pada aliran itu,
pada kebahagiaan yang dibedakan dari berisi pengetahuan pertama tentang
kenikmatan dalam pengertian Hedonisme. kekuatan-kekuatan manusia, kemudian
Kebahagiaan bukan kebahagiaan yang memperhalus kembali kehidupan kita untuk
dicapai dengan kenikmatan ragawi, bukan menghasilkan hal-hal yang baik. Dengan
ditandai oleh banyak senyum dan tawa kebahagiaan kita menata kembali dan
terbahak-bahak. Eudemonia mengandung memperbaiki kerja, percintaan, pertemanan,
kenikmatan didalamnya, merupakan hasil waktu luang, dan kepedulian, mengatur
dari kontemplasi dan percakapan yang kembali diri dan benda-benda untuk
bermakna. Di kalangan filsuf Yunani kuno, mendapatkan hasil terbaik. Eudemonia
Socrates (Bertens, 1999) misalnya, adalah kehidupan yang dapat dicapai melalui
menyatakan bahwa tujuan utama kehidupan kekuatan karakter manusia. Aristoteles
manusia adalah kebahagiaan (eudamonia) menyuratkan bahwa pemahaman terhadap
yang hanya bisa dicapai dengan kekuatan diri sendiri merupakan syarat dari
atau kebajikan (arete). Plato menekankan pencapaian kehidupan itu (Al-banjari, 2009).
bahwa kebahagiaan adalah kekuatan Pesan psikolologi positif ialah
terpenting yang harus dikejar (Suseno, mengingatkan bahwa bidang psikologi
1998), sementara Aristoteles lebih hanya setengah masak. Ada banyak
menekankan ajarannya pada sebuah prinsip kemajuan yang terjadi dalam studi tentang
dasar bahwa manusia hendaknya hidup dan penyakit mental dan perbaikan kerusakan.
bertindak sedemikian rupa sehingga dapat Psikologi bukan hanya studi tentang
mencapai hidup yang baik, yang bermutu, penyakit, kelemahan, dan kerusakan.
dan yang berhasil. Psikologi juga adalah mempelajari tentang
Hidup yang penuh kebahagiaan kebahagiaan, kekuatan dan kebajikan.
(eudamonia) tidak merujuk pada perasaan Psikologi positif ingin memberikan
temporer atau emosi kasar, juga bukan pandangan tentang manusia dari sisi lain.
gairah hormonal atau orgasmik, melainkan Jika psikologi patologis memusatkan
kebahagiaan yang dihasilkan dari aktivitas perhatian pada penderitaan, psikologi positif
memandang dan memahami hal yang baik berkepentingan dengan kebahagiaan, karena

14
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)

selama ini psikologi hanya berkutat dengan gerahkan, kemudian bersyukur atas semua
sifat-sifat buruk manusia, psikologi positif anugerah itu.
ingin menampilkan sifat-sifat indah dari
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
manusia.
Kebahagiaan
Manusia bukan hanya makhluk
rakus, homo avarus, yang mementingkan Faktor Internal
diri sendiri melainkan juga makhluk yang Tiga faktor internal yang
bisa hidup normal dengan mencintai dan berkontribusi terhadap kebahagiaan, yaitu
dicintai. Dibalik awan kelabu kehidupan kepuasan terhadap masa lalu, optimisme
manusia betapapun gelapnya selalu tersisa terhadap masa depan, dan kebahagiaan
garis-garis perak. Tugas psikologi positif pada masa yang sekarang.
adalah mempertegas garis-garis perak itu.
Faktor Eksternal
Garis perak itu adalah kemungkinan untuk
berubah menjadi lebih baik, untuk Seligman (2005) menyampaikan
memunculkan kekuatan dan kebajikan delapan faktor eksternal yang mempenga-
(Seligman, 2005). ruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak
Menurut Seligman (2005) tidak ada semuanya memiliki pengaruh yang besar.
jalan pintas untuk mempersingkat Berikut ini adalah penjabaran dari faktor-
pencapaian kebahagiaan atau eudemonia. faktor eksternal yang berkontribusi pada
Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan kebahagian seseorang: Uang, Pernikahan,
memandang hidup sebagai hal yang Kehidupan Sosial, Emosi Negatif, Usia,
bermakna dan berharga, mengenali diri, Kesehatan, Pendidikan, Iklim, Ras dan
kemudian menemukan kekuatan-kekuatan Jenis Kelamin, Agama, Kebajikan dan
dalam diri, lalu memanfaatkan kekuatan- Kebahagiaan Manusia.
kekuatan itu untuk kepentingan yang lebih Seligman dan Peterson (2005)
besar. membaca tulisan-tulisan fundamental dari
„..the goals of the whole semua agama utama dan tradisi filsafat,
positive psychology enter- tujuannya agar dapat menyusun katalog
prise, embracing both positif tentang hal-hal yang dianggap kebajikan
feelings (such as ecstacy and oleh setiap agama dan tradisi filsafat itu.
comfort) and positive Setelah membaca karya Aristoteles, Plato,
activities that have no Aquinas, dan St. Agustinus; Perjanjian
feelings component at all lama dan Talmud, Konfusius, Buddha,
(such as absortion and Lao-tse, Bushido (kode etik samurai), Al
engagement)” (Seligman Quran; tulisan Benjamin Franklin dan
2002). Upanishads, semuanya sekitar 20 katalog
Dapat disimpulkan bahwa kebaha- tentang kebajikan. Temuan mengejutkan
giaan menurut Seligman (2002) adalah adalah, hampir semua tradisi ini yang
kemampuan untuk belajar berpikir positif, berjalan selama tiga ribu tahun dan
memandang hidup dan orang lain sebagai tersebar diseluruh muka bumi mendorong
hidup yang baik, memaknai dunia dan 6 buah kebajikan manusia, yaitu: (1)
seisinya sebagai kebaikan yang dianu- Kebijaksanaan dan pengetahuan; (2)
Keberanian; (3) Kemanusiaan dan Cinta;

15
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

(4) Keadilan; (5) kesederhanaan; serta (6) harus dikembangkan, sedang yang negatif
Spiritualitas dan transendensi. harus diminimalkan. Sikap guru seperti
tidak puas bekerja, stres dan frustrasi dapat
Pengukuran Kebahagiaan
ditimbulkan karena adanya pekerjaan,
Ada 3 orang ahli yang peralatan, lingkungan, dan iklim organisasi.
mengembangkan alat untuk mengukur Kepuasan kerja guru merupakan gejala
kebahagiaan yaitu: (1) Fordyce Happiness kompleks yang memiliki berbagai faktor
Measure (FHM, 1988). Oleh W. Fordyce yang berhubungan yaitu personal, sosial,
yang menekankan bahwa kebahagian budaya dan ekonomi. Kepuasan kerja guru
adalah kekuatan mengatur emosi manusia merupakan hasil dari berbagai sikap
atau kebahagiaan sementara; (2) General seseorang terhadap pekerjaannya dan
Happiness Scale (GHS) yang dikembang- faktor-faktor yang berhubungan dengan
kan oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999) pekerjaannya dan terhadap kerja pada
yang mengukur kebahagiaan secara umum; umumnya.
(3)Authentic Happiness Inventory (AHI) Herszberg (dalam Dahlan, 2007)
yang dikembangkan oleh Seligman dan mengembangkan teori kepuasan kerja yang
Peterson (2005), yang menitik beratkan disebut teori dua faktor, dengan prinsip
pada 24 kekuatan kebajikan manusia bahwa kepuasan dan ketidakpuasan itu
sebagai kekuatan untuk mencapai merupakan dua hal yang berbeda, artinya
kebahagiaan. Dalam Penelitian ini kepuasan dan ketidak puasan terhadap
digunakan authentic happiness inventory pekerjaan itu merupakan satu kontinum.
(AHI). Berdasarkan penelitiannya Herzberg
Pengertian Kepuasan Kerja Guru membagi situasi yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap pekerjaannya menjadi
Kerja merupakan sesuatu yang di
dua kelompok yaitu puas (motivator) dan
butuhkan oleh manusia. Manusia bekerja
tidak puas (pemeliharaan). Puas adalah
karena ada sesuatu yang hendak dicapainya
faktor-faktor atau situasi-situasi yang
dan manusia berharap bahwa aktivitas kerja
dibuktikannya sebagai sumber kepuasan
yang dilakukannya akan membawa kepada
kerja yang terdiri dari prestasi/hasil yang
suatu keadaan yang lebih memuaskan dari
dicapai, penghargaan, pekerjaan itu sendiri,
pada keadaan sebelumnya. Manusia
tanggungjawab dan kemajuan. Tidak puas
memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi
adalah faktor-faktor yang menjadi sumber
dalam kehidupannya dan untuk memenuhi
ketidak puasan yang terdiri dari peraturan-
kebutuhan tersebut salah satunya adalah
peraturan, administrasi, pengawasan, gaji,
dengan bekerja.
hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan
Guru menjadi pelaku yang
status. Menurut teori ini perbaikan gaji dan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan,
kondisi kerja tidak akan menimbulkan
mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan
kepuasan tetapi hanya mengurangi ketidak-
yang dapat mempengaruhi sikap-sikap
puasan.
terhadap pekerjaannya. Sikap guru akan
Teori Herzberg dikenal orang
menentukan kinerja, dedikasi, dan
sebagai two faktor theory atau motivator
kecintaan terhadap pekerjaan yang
hygiene theory. Kebutuhan tingkat atas
dibebankan di pundaknya. Sikap positif

16
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)

pada teori Herzberg yang diturunkan dari kepada guru pendidikan dasar dan
Maslow adalah harga diri dan aktualisasi menengah di Waingapu Kabupaten
diri yang disebut sebagai motivator, Sumba Timur ditemukan bahwa pada
sedangkan kebutuhan yang lain digolong- umumnya guru berada pada tingkat
kan menjadi kebutuhan bawah yang disebut „tidak mengalami stres‟ sampai “stres
sebagai hygiene faktor. sedang‟ sebesar 84,4%. sedangkan 12,6
Menurut Lester (dalam Hughes, % telah mengalami tingkat “stres kuat‟
2006) kepuasan kerja guru didefenisikan dan “sangat kuat‟. Faktor yang menjadi
sebagai lingkup dari persepsi pegawai dan sumber stres (stresor) adalah:(1) sarana
nilai dari karakteristik lingkungan pekerjaan mengajar tidak memadai, (2) kurangnya
seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, fasilitas yang dibutuhkan dalam
dan produktivitas. Kepuasan kerja guru mengajar; dan (3) berusaha memperta-
sebagai sejauhmana penerimaan dan nilai- hankan nilai atau standar sekolah.
nilai yang dirasakan oleh guru terhadap Kyriacou (dalam Loekmono,
banyaknya faktor seperti evaluasi, 2005) mendefinisikan stres guru sebagai
hubungan rekan kerja, tanggungjawab, dan pengalaman seorang guru yang tidak
penghargaan. menyenangkan, seperti ketegangan,
frustrasi, cemas, marah, dan depresi,
Pengukuran Kepuasan Kerja Guru
sebagai akibat dari aspek pekerjaan
Ada alat ukur yang telah dikem- sebagai seorang guru. Ketegangan atau
bangkan untuk mengukur kepuasan kerja tekanan itu berasal dari berbagai sumber
yaitu: (1) Job descriptif index (JDI); (2) stres (stresor) dan dipersepsikan sebagai
Minesotta Satisfaction Questionnaire ancaman terhadap kebahagiaan psiko-
(MSQ), namun menurut Hill (dalam logis dan fisiologis individu yang
Hughes, 2006) walaupun terdapat alat-alat bersangkutan.
untuk mengukur kepuasan kerja di dalam Kyriacou (dalam Loekmono,
bisnis dan industri, instrumen-instrumen 2005) telah melakukan penelitian
kepuasan kerja seperti tersebut tidak cocok dengan mengirim angket kepada kepala
di terapkan di dalam lingkungan kerja atau sekolah sebanyak 242 orang guru. Guru
institusi pendidikan; dan (3) Teachers Job menjawab tanpa menulis namanya. Hasil
Satisfaction Quetionnaire (TJSQ) yang kajian menunjukkan bahwa sekitar 20%
dikembangkan oleh Lester (1984) secara responden menyatakan kurang menga-
khusus untuk digunakan dalam pendidikan lami stres pada tingkat „sangat kuat‟
dan dipilih untuk digunakan dalam dalam menjalankan tugas mengajarnya
penelitian ini. sehari-hari. Hanya terdapat hubungan
Pengertian Stres Guru yang rendah antara tingkat stres laporan
diri (self report) dengan ciri-ciri
Loekmono (2005) menyatakan
demografi guru. Menurut Kyriacou
bahwa profesi guru adalah profesi
(dalam Loekmono, 2005) guru yang
pelayanan yang mengandung potensi
mengalami emosi negatif selama menja-
mengalami stres kuat dan pemicu
lankan tugas seperti kekecewaan, kema-
munculnya stres dalam pekerjaannya.
Dalam penelitian Loekmono (2005)

17
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

rahan, ketegangan, keresahan berpotensi pekerjaan terdiri dari 10 item, (3)


sangat kuat untuk mengalami stres. tekanan waktu terdiri dari 10
Penelitian Kyriacou (dalam item; dan (4) etos kerja terdiri
Loekmono, 2005) sejalan dengan hasil dari 11 item dengan empat skala
penelitian yang dilakukan oleh Chao (1995) kemungkinan jawaban diberi
tentang hubungan antara stres guru dan skor 1, 2, 3 dan 4.
kepuasan kerja dengan dukungan sosial
METODE PENELITIAN
pada 50 orang guru sekolah dasar dan 50
orang guru sekolah menegah di Hongkong. Jenis Dan Lokasi Penelitian
Chao (1995) menemukan bahwa 61% Jenis penelitian ini adalah penelitian
responden mengalami stres pada tingkat korelasional yaitu penelitian untuk
“sangat kuat. Demikian pula hasil penelitian mengetahui ada tidaknya hubungan antara
The professional Teacher union of dua atau beberapa variabel (Arikunto,
Hongkong (1995) menemukan bahwa dari 1998). Dengan teknik korelasi, peneliti
1.100 kuesioner yang dibagikan secara mencari hubungan antara variabel bebas,
random sampling pada guru-guru di yaitu kepuasan kerja guru (X1), Stres Guru
Hongkong, hasil penelitian yang diperoleh (X2) dengan variabel terikat kebahagiaan
adalah 66% responden mengalami stres (Y) bagi guru pendidikan agama sekolah
pada tingkat “sangat kuat”. Hal ini menengah di Kota Ambon.
disebabkan oleh beberapa hal yaitu: sikap Lokasi penelitian adalah pada
siswa yang tidak sesuai aturan, kelas yang sekolah menengah di 5 kecamatan yaitu
terlalu besar, terlalu banyak aturan serta Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon,
tingginya beban kerja. Baguala, dan Leitimur selatan yang berada
di kota Ambon, dengan satuan pengamatan
Pengukuran Stres Guru
dan satuan analisisnya adalah guru-guru
Ada alat tersedia untuk mengukur pendidikan agama sekolah menengah
tingkat stres antara lain (1) Scale Stres (SMA dan SMK).
Questionnaire (SSQ); (2) Administrative
Populasi Dan Sampel
stres Indeks (ASI) yang dikembangkan oleh
Gmelh dan Swent (1982); (3) Kuesioner Populasi dalam penelitian ini
tingkat stres guru merupakan instrumen adalah semua guru pendidikan agama
berdasarkan Kyriacou dan dimodifikasi Sekolah menengah di kota Ambon,
oleh Loekmono (1999) dan telah dipergu- berjumlah 117 orang guru (data Diskor
nakan juga dalam penelitian Alunpha Kota Ambon, 2011). Oleh karena jumlah
(2005) dan di pilih untuk digunakan dalam populasi yang relatif masih terjangkau
penelitian ini, terdiri dari 42 item dalam maka peneliti menggunakan teknik
bentuk skala likert yang dikelompokkan Saturasi, artinya setiap anggota populasi
dalam dua bagian, bagian pertama yakni 42 menjadi sampel (Sugiyono, 2011).
item yang merupakan sumber-sumber stres. Instrumen Penelitian
Dari 42 item tersebut dikelompokkan
Untuk mengukur variabel keba-
menjadi empat sub bagian, yaitu:
hagiaan digunakan Authentic Happiness
(1) Perilaku peserta didik terdiri
Inventory (AHI) yang dikembangkan
dari 11 item; (2) suasana

18
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)

oleh Seligman dan Peterson, terdiri dari Tabel 1 menggambarkan bahwa


24 pertanyaan dalam bentuk pilihan mayoritas responden 52,14% atau 61
ganda dan berisi 5 pilihan jawaban dari orang guru pendidikan agama di kota
A, B, C, D, dan E. pemberian skor Ambon adalah guru perempuan.
Authentic happiness Inventory (AHI) Deskripsi subjek penelitian berda-
dilakukan dengan cara memberi skor sarkan Agama, dapat dilihat pada Tabel 2:
1,2,3,4 dan 5; instrumen yang digunakan Tabel 2 Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan
untuk mengukur variabel kepuasan kerja Agama
Agama f Persentase (%)
guru adalah menggunakan Teacher Job
Islam 49 41,88
Satisfaction Questionnaire (TJSQ) di- Katolik 9 7.69
kembangkan oleh Lester (1984) yang Kristen Protestan 59 50,42
Hindu 0 0
berisi 66 item pernyataan dalam bentuk Budha 0 0
Skala Likert dengan empat kemungkinan Jumlah 117 100
jawaban, yakni: ”sangat tidak setuju Sumber: data Responden 2011.
(STS)”, ”Tidak setuju (TS)”, dan Tabel 2 menggambarkan bahwa
“sangat setuju (SS)”. Untuk mengukur mayoritas responden guru pendidikan
variabel stres guru digunakan Angket agama Kristen Protestan 50,42% (59
Stres Guru yang dikembangkan oleh orang guru) dari 117 responden.
Kyriacou yang diadaptasi oleh Lobby Deskripsi subjek penelitian
Loekmono berisi 42 pernyataan dalam berdasarkan jenjang pendidikan, dapat
bentuk Skala Likert yang berkaitan dilihat pada Tabel 3, berikut:
dengan sumber stres guru dengan empat Tabel 3 Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan
kemungkinan jawaban, yakni:”sangat Jenjang Pendidikan
tidak setuju (STS)”, ”Tidak setuju Pendidikan f Persentase (%)
Magister (S2) 10 8,55
(TS)”, dan “sangat setuju (SS)”. Empat Sarjana (S1) 104 88,89
skala kemungkinan jawaban diberi skor Diploma 3 2,56
PGA 0 0
1, 2, 3 dan 4.
Jumlah 117 100
Deskripsi Subjek Penelitian Sumber: data Responden 2011.
Tabel 3 menunjukkan bahwa
Subjek penelitian ini sebanyak
sebagian besar guru pendidikan agama
117 orang guru agama sekolah meneng-
sekolah menengah di kota Ambon adalah
ah di kota Ambon dideskripsikan pada
guru yang memiliki jenjang pendidikan
Tabel 1 sampai Tabel 5.
Sarjana (S1) sebanyak 88,89%.
Deskripsi subjek penelitian
Deskripsi subjek penelitian berda-
berdasarkan jenis kelamin seperti pada
sarkan Golongan dapat dilihat pada Tabel 4:
Tabel 1 berikut:
Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan
Tabel 1 Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan
Pangkat/Golongan
Jenis Kelamin
Golongan f Persentase (%)
Jenis kelamin f Persentase (%)
Golongan IV 42 35,89
Laki-laki 56 47.86
Golongan III 61 52,14
Perempuan 61 52,14
Golongan II 14 11,97
Jumlah 117 100 Golongan I 0 0
Sumber: Data Responden, 2011.
Jumlah 117 100
Sumber: data Responden 2011.

19
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

Tabel 4 menunjukkan bahwa Tabel 6 menunjukkan sebagian


sebagian besar (61 orang) guru agama besar guru memiliki kebahagiaan pada
sekolah menengah di kota Ambon kategori “Sedang” (41,88%).
(52,14%) berada pada golongan III.
Kepuasan Kerja Guru (X1)
Deskripsi subjek penelitian
berdasarkan masa kerja, dapat dilihat pada Deskripsi kepuasan kerja guru
Tabel 5 berikut: agama sekolah menengah di kota Ambon,
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan
Masa Kerja Tabel 7 Tabel Deskripsi Kategori Kepuasan Kerja
Masa Kerja (tahun) f Persentase(%) Guru Agama
26 – 30 7 5,98 Kategori Skor f Presen-
21 – 25 21 17,94 tase (%)
16 – 20 26 22,22 Sangat puas 229 – 269 0 0
11 – 15 8 6,84 Puas 188 – 228 10 8,55
6 – 10 32 27,35 Sedang 147 – 187 52 44,44
1–5 23 19,67 Tidak puas 106 – 146 29 24,79
Jumlah 117 100 Sangat Tidak 66 – 105 26 22,22
Sumber: data Responden 2011. puas
Jumlah 117 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa Sumber: data Primer diolah, 2011
sebagian besar guru pendidikan agama
Tabel 7 menunjukkan bahwa
sekolah menengah di kota Ambon
sebagian besar kepuasan kerja guru
sebagian besar telah bekerja selama 6 – 10
berada pada kategori “Sedang” (44,44%).
tahun (27,35%).
Stres Guru
HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-
HASAN Deskripsi kategori stres guru
pendidikan agama sekolah menengah di
Analisis Deskriptif
kota Ambon, dapat dilihat pada Tabel 8
Kebahagiaan (Y) berikut ini:
Tabel 8 Tabel Deskripsi Kategori Stres Guru
Deskripsi kategori kebahagiaan
Kategori skor f Presen-
guru agama sekolah menengah di kota tase (%)
Ambon, dapat dilihat pada Tabel 6 berikut Sangat tinggi 146 – 171 10 8,55
ini: Tinggi 120 – 145 29 24,78
Sedang 94 – 119 32 27,35
Tabel 6 Tabel Deskripsi Kategori Kebahagiaan
Rendah 68 – 93 38 32,47
Guru Agama Sangat rendah 42 - 67 8 6,85
Kategori Skor f Presen- 117 100
tase (%)
Sumber: data Primer diolah, 2011
Sangat bahagia 100 – 120 0 0
Bahagia 81 – 99 28 23,94 Tabel 8 menunjukkan bahwa
Sedang 62 – 80 49 41,88
Tidak bahagia 43 – 61 40 34,18 sebagian besar guru pendidikan agama
Sangat tidak 24 – 42 0 0 sekolah menengah di kota Ambon,
bahagia memiliki tingkat stres pada kategori
Jumlah 117 100
Sumber: data Primer diolah, 2011 “Rendah” (32,47%).

20
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)

Analisis Korelasi bahwa distribusi sebaran hasil pengukuran


Sugiyono (2011) menyatakan untuk variabel kepuasan kerja guru (X1)
bahwa penggunaan Pearson product adalah normal, karena taraf signifikansi =
moment yang merupakan statistik 0,710>0,05.
parametrik, jika data setiap variabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
penelitian yang akan dianalisis memben-
X2
tuk distribusi normal.
N 117
Uji normalitas kebahagiaan (Y),
Normal Parametersa Mean 107.71
kepuasan kerja guru (X1), dan stres guru Std. Deviation 25.281
(X2) dapat dilihat pada diagram batang Most Extreme Absolute .104
serta Kolmogrov-smirnov berikut ini: Differences
Positive .104
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Negative -.058
Y Kolmogorov-Smirnov Z 1.128
N 117 Asymp. Sig. (2-tailed) .157
Normal Parametersa Mean 46.77 a. Test distribution is Normal.
Std. Deviation 13.442
Most Extreme Differences Absolute .113 Koefisien Kolmogorov-smirnov =
Positive .113 1,128 dengan taraf signifikansi 0,157. Hal
Negative -.086 ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran
Kolmogorov-Smirnov Z 1.225 hasil pengukuran untuk variabel stres guru
Asymp. Sig. (2-tailed) .099 (X2) adalah normal, karena taraf
a. Test distribution is Normal. signifikansi =0,157>0,05.
Koefisien Kolmogorov-smirnov Z
= 1,225 dengan taraf signifikansi 0,099. Hubungan Kepuasan kerja (X1) dengan
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi Kebahagiaan (Y)
sebaran hasil pengukuran untuk variabel Tabel 9 Hasil Uji Korelasi antara Kepuasan Kerja
kebahagiaan adalah normal, karena taraf Guru (X1) dengan Kebahagiaan (Y)

signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,099 Kepuas- Keba-


an kerja hagiaan
>0,05).
Kepuasan Pearson 1 0.202*
one-Sample Kolmogorov-Smirnov Test correlation
Sig. (1– tailed) 0.014
X1 N 117
117
N 117 *
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Normal Parametersa Mean 125.59
Std. Deviation 26.967
Berdasarkan data pada Tabel 9
Most Extreme Differences Absolute .065 koefisien korelasi kepuasan kerja guru
Positive .051 dengan kebahagiaan berarah positif =
Negative -.065 0,202 dengan p = 0,014 < 0,05. Jadi ada
Kolmogorov-Smirnov Z .701 hubungan positif signifikan antara
Asymp. Sig. (2-tailed) .710 kepuasan kerja dengan kebahagiaan pada
a. Test distribution is Normal. taraf signifikansi 5%.
Koefisien Kolmogorov-smirnov
untuk (X1) adalah 0,701 dengan taraf
signifikansi 0,710. Hal ini menunjukkan

21
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

Hubungan Stres guru (X2) dengan Tabel 12 Hasil Uji Korelasi Sub Konsep
Kebahagiaan (Y) Suasana Kerja/Kekerjaan (X2.2) dengan
Kebahagiaan (Y)
Tabel 10 Hasil Uji Korelasi antara Stres Guru Kepuas- Keba-
(X2) dengan Kebahagiaan(Y) an kerja hagiaan
Kepuas- Keba- Suasana Pearson 1 -
an kerja hagiaan kerja/ correlation 0.212**
pekerjaan Sig. (1– tailed)
Kepuasan Pearson 1 -0.137 N 117 0.011
correlation 117
Sig. (1– tailed) 117 0.070 *
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
N 117 Pada Tabel 12 menunjukkan
Berdasarkan data pada Tabel 10 koefisien korelasi antara sub konsep
nampak koefisien korelasi antara stres suasana kerja/pekerjaan dengan kebaha-
guru dengan kebahagiaan guru berarah giaan = -0,212**, dengan p = 0,011. p = -
negatif sebesar -0,137, dengan p= 0,070 0,011>0,05, maka korelasi antara sub
>0,05. Jadi tidak ada hubungan yang konsep perilaku peserta didik dengan
signifikan antara stres guru dengan kebahagiaan dinyatakan signifikan.
kebahagiaan dan arah hubungan negatif.
Tabel 13 Hasil Uji Korelasi Sub Konsep Tekanan
Karena tidak ada korelasi yang Waktu (X2.3) dengan Kebahagiaan (Y)
signifikan, maka dilakukan analisis lebih Kepuas- Kebaha-
an kerja giaan
lanjut untuk setiap sub konsep pada stres Tekanan Pearson 1 -0.107
guru dengan kebahagiaan. Dapat dilihat waktu correlation
dalam Tabel 11 – Tabel 14 berikut ini: Sig. (1– tailed) 0.256
N 117 117
Tabel 11 Hasil Uji Korelasi Sub Konsep Perilaku Pada tabel 13 menunjukkan
Peserta Didik (X2.1) dengan Kebahagiaan (Y)
koefisien korelasi antara sub konsep
Kepuas- Keba-
an kerja hagiaan
perilaku peserta didik dengan kebaha-
Perilaku Pearson 1 -0.061
giaan = -0,107, dengan p = 0, 256. > 0,05,
peserta didik correlation maka korelasi antara sub konsep tekanan
Sig. (1– tailed) 117 0.257 waktu dengan kebahagiaan dinyatakan
N 117 tidak signifikan.
Pada Tabel 11 menunjukkan koe-
Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Sub Konsep Etos
fisien korelasi antara sub konsep perilaku Kerja (X2.4) dengan Kebahagiaan (Y)
peserta didik dengan kebahagiaan=-0,061, Kepuas- Keba-
dengan p = 0, 257. Berpedoman pada taraf an kerja hagiaan
signifikansi 5% didapatkan p = 0,257 > Etos Pearson 1 -0.138
kerja correlation
0,05, maka korelasi antara sub konsep Sig. (1– tailed) 0.069
perilaku peserta didik dengan kebaha- N 117 117
giaan dinyatakan tidak signifikan. Arti- Pada Tabel 14 menunjukkan
nya, jika skor sub konsep perilaku peserta koefisien korelasi antara sub konsep
didik naik maka skor kebahagiaan tidak perilaku peserta didik dengan kebaha-
dapat ditentukan. giaan = -0,138, dengan p = 0, 069. > 0,05,
maka korelasi antara sub konsep etos
kerja dengan kebahagiaan dinyatakan
tidak signifikan.

22
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)

Karena sub konsep suasana kerja/ Pada Tabel 17 menunjukkan


pekerjaan (X2.2) menujukkan ada hubung- bahwa pada umumnya (80,34%) guru
an negatif dan tidak signifikan, maka menyatakan „tidak mengalami stres‟
dilakukan analisis lanjutan terhadap sampai „stres sedang‟ karena gaji tidak
indikator-indikator empirik dalam sub memadai.
konsep tersebut. Deskripsinya ditunjuk- Tabel 18 Deskripsi Kategori Sub Konsep
kan pada Tabel 15 sampai Tabel 24. Suasana Kerja (X2.2) Indikator Empirik Sarana
Mengajar Tidak Memadai
Tabel 15 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana
Kerja (X2.2), Indikator Empirik Kurangnya Tingkat Stres f Prosentase (%)
Hukuman yang Memadai Tidak stres 7 5,98%
Tingkat Stres f Prosentase Lemah 20 17,09%
(%) Sedang 41 35,04%
Tidak stres 41 35,04%
Kuat 33 28,21%
Lemah 45 38,47%
Sedang 21 17,94% Sangat Kuat 16 13,68%
Kuat 2 1,71% Jumlah 117 100%
Sangat Kuat 8 6,84% Pada Tabel 18 menunjukkan
Jumlah 117 100 % bahwa pada umumnya (76,93%) guru
Pada Tabel 15 menunjukkan
menyatakan “stres sedang” sampai „stres
bahwa pada umumnya (91,45%) guru
sangat kuat‟ karena sarana mengajar tidak
menyatakan „tidak mengalami stres‟
memadai.
sampai „stres sedang‟ karena kurangnya
Tabel 19 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana
hukuman yang memadai.
Kerja (X2.2) Indikator Empirik Guru Kurang
Tabel 16 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana Dilibatkan dalam Membuat Keputusan
Kerja (X2.2) Indikator Empirik Kurangnya Peluang Tingkat Stres f Prosentase (%)
untuk Naik Pangkat atau Golongan Tidak stres 27 23,08%
Tingkat Stres f Prosentase (%) Lemah 19 16,24%
Tidak stres 6 5,13% Sedang 56 47,86%
Lemah 9 7,69% Kuat 7 5,98%
Sedang 11 9,40% Sangat Kuat 8 6,84%
Kuat 42 35,90% Jumlah 117 100%
Sangat Kuat 49 41,88% Pada Tabel 19 menunjukkan
Jumlah 117 100 % bahwa pada umumnya (87,18%) guru
Pada Tabel 16 menunjukkan
menyatakan „tidak mengalami stres‟
bahwa pada umumnya (87,18%) guru
sampai “stres sedang” karena guru kurang
menyatakan „stres sedang‟ sampai “stres
dilibatkan dalam membuat keputusan.
sangat kuat” karena kurangnya peluang Tabel 20 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana
untuk naik pangkat atau golongan. Kerja (X2.2) Indikator Empirik Kelas Besar atau
Tabel 17 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana Siswa Banyak
Kerja (X2.2) Indikator Empirik Gaji Tidak Tingkat Stres f Prosentase (%)
Tidak stres 25 21,36%
Memadai
Lemah 32 27,35%
Tingkat Stres f Prosentase (%) Sedang 40 34,19%
Tidak stres 3 2,56% Kuat 12 10,26%
Lemah 40 34,19% Sangat Kuat 8 6,84%
Sedang 51 43,59% Jumlah 117 100%
Kuat 17 14,53%
Sangat Kuat 6 5,13%
Pada Tabel 20 menunjukkan
Jumlah 117 100 % bahwa pada umumnya (82,9%) guru

23
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

menyatakan‟tidak mengalami stres‟ sampai „stres sedang‟ karena kurangnya


sampai „stres sedang‟ karena kelas besar diskusi bermakna.
atau siswa banyak. Tabel 24 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana
Kerja (X2.2) Indikator Empirik Sikap Guru Lain
Tabel 21 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana yang Tidak Hangat
Kerja (X2.2) Indikator Empirik Kurangnya Fasilitas
Tingkat Stres f Prosentase (%)
yang Dibutuhkan dalam Mengajar Tidak stres 20 17,09%
Tingkat Stres f Prosentase (%) Lemah 45 38,47%
Tidak stres 16 13,68% Sedang 31 26,50%
Lemah 25 21,37% Kuat 15 12,82%
Sedang 21 17,95% Sangat Kuat 6 5,12%
Jumlah 117 100%
Kuat 12 10,25%
Sangat Kuat 43 36,75% Pada Tabel 24 menunjukkan
Jumlah 117 100% bahwa pada umumnya (82,06%) guru
Pada Tabel 21 menunjukkan menyatakan „tidak mengalami stres‟
bahwa pada umumnya (65,65%) guru sampai „stres sedang‟ karena kurangnya
menyatakan ‟stres sedang‟ sampai “stres Sikap guru lain yang tidak hangat.
sangat kuat ” karena kurangnya fasilitas Pembahasan
yang dibutuhkan dalam mengajar.
Tabel 22 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana Kebahagiaan tidak dapat
Kerja (X2.2) Indikator Empirik Kurangnya dipastikan ada peningkatan skor atau
Hukuman yang Dikenakan pada Siswa yang penurunan skor. Bakker (2007)
Berkaitan dengan Disiplin menggunakan Teachers Stres Survey
Tingkat Stres f Prosentase (%)
(TSS) yang melihat beberapa faktor yaitu:
Tidak stres 35 29,92%
Lemah 24 20,51% perilaku kepala sekolah, perlakuan buruk
Sedang 42 35,90% orang tua dan murid, kurangnya relasi
Kuat 9 7,69%
Sangat Kuat 7 5,98% dengan rekan kerja, keikut sertaan guru
Jumlah 117 100% dalam pengambilan keputusan,
Pada Tabel 22 menunjukkan perkembangan profesi keguruan, status
bahwa pada umumnya (86,33%) guru profesional seorang guru. Kesamaan hasil
menyatakan ‟tidak mengalami‟ sampai penelitian dapat disebabkan karena ada
”stres sedang” karena kurangnya beberapa aspek yang sama diukur juga
hukuman yang dikenakan pada siswa dalam penelitian ini walaupun instrumen
yang berkaitan dengan disiplin. yang digunakan berbeda.
Tabel 23 Deskripsi Kategori Sub Konsep Suasana
Kerja (X2.2) Indikator Empirik Kurangnya Diskusi Hubungan yang tidak signifikan
Bermakna antara stress dengan kebahagiaan guru
Tingkat Stres f Prosentase (%) pendidikan agama di kota Ambon, juga
Tidak stres 10 8,55% terlihat pada analisis deskriptif dalam
Lemah 51 43.58%
Sedang 22 18,80% Tabel 8 yang menjelaskan bahwa guru
Kuat 20 17,09% pendidikan agama di kota Ambon berada
Sangat Kuat 14 11,97%
Jumlah 117 100%
pada kategori stres “rendah” dan
Pada Tabel 23 menunjukkan kebahagiaan pada kategori “sedang‟.
bahwa pada umumnya (70,93%) guru Namun dalam analisis item pada masing-
menyatakan „tidak mengalami stres‟ masing sub konsep ditemukan bahwa
tingkat stress pada kategori “sedang”

24
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)

tersebut disebabkan karena guru 0,212** dan p= 0,011 < 0,05. Ini berarti
mengalami tekanan dalam beberapa hal bahwa jika skor sub konsep suasana kerja/
yaitu kenakalan siswa, guru merasa pekerjaan (X2.2) meningkat, maka skor
kurang dihargai, beban kerja yang tinggi, kebahagiaan turun dan jika skor sub
serta perubahan kebijakan pendidikan konsep suasana kerja turun maka skor
yang dilakukan oleh pemerintah. kebahagiaan naik. Setelah dilakukan
analisis yang dilakukan terhadap masing-
Penelitian ini tidak sejalan dengan
masing indikator empirik dalam sub
kajian Anitawidanti (2010) yang mene-
konsep suasana kerja/ Pekerjaan
mukan ada hubungan negatif dan
berdasarkan jawaban responden, ada 3
signifikan antara stres kerja dengan
faktor yang menjadi penyebab stres guru
kebahagiaan. Responden yang di teliti
dalam penelitian ini yaitu kurangnya
dalam penelitian Anitawidanti (2010)
peluang naik pangkat dan golongan
adalah 260 orang karyawan dengan
(87,18%) pada item 15, sarana mengajar
menggunakan kuesioner peran organisasi
yang tidak memadai (76,93%) pada item
yang dikembangkan oleh Organizational
17 dan kurangnya fasilitas yang
Role Stres manual yang mengukur 4
dibutuhkan dalam mengajar (65,65%)
faktor yaitu; Peran individu dalam
pada item 22.
organisasi, tuntutan tugas, hubungan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
dalam organisasi, dan faktor luar
kajian Bakker (2007) yang menyatakan
organisasi. Instrumen ini biasa digunakan
ada hubungan negatif dan tidak signifikan
dalam dunia industri atau bisnis.
antara stres guru dengan kebahagiaan.
Hubungan Stres Guru (X2) dengan Artinya bila skor stress meningkat maka
Kebahagiaan (Y) skor kebahagiaan tidak dapat dipastikan
Dari hasil uji korelasi sebagai- ada peningkatan skor atau penurunan.
mana ditunjukkan pada Tabel 4.10 bahwa Bakker (2007) menggunakan Teachers
ada hubungan negatif dan tidak signifikan Stres Survey (TSS) yang melihat beberapa
antara stres guru dengan kebahagiaan faktor yaitu: perilaku kepala sekolah,
guru pendidikan agama sekolah me- perlakuan buruk orang tua dan murid,
nengah di kota Ambon. Hal ini kurangnya relasi dengan rekan kerja,
ditunjukkan dengan koefisien korelasi keikut sertaan guru dalam pengambilan
sebesar -0,187 dengan p = 0,051 > 0,05. keputusan, perkembangan profesi
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara keguruan, status profesional seorang guru.
empat sub konsep dengan variabel Kesamaan hasil penelitian dapat
Kebahagiaan (Y) ditemukan bahwa sub disebabkan karena ada beberapa aspek
konsep perilaku peserta didik (X2.1), yang sama diukur juga dalam penelitian
Tekanan waktu (X2.3) dan Etos Kerja ini walaupun instrumen yang digunakan
(X2.4) tidak memiliki hubungan signifikan berbeda.
dengan arah hubungan negatif. Hanya sub Hubungan yang tidak signifikan
konsep Suasana kerja/pekerjaan (X2.2) antara stress dengan kebahagiaan guru
yang memiliki hubungan negatif dan pendidikan agama di kota Ambon, juga
signifikan dengan koefisien korelasi - terlihat pada analisis deskriptif dalam

25
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

Tabel 8 yang menjelaskan bahwa guru sekolah menengah di kota Ambon.


pendidikan agama di kota Ambon berada Hasil analisis korelasi sub konsep
pada kategori stres “rendah” dan menunjukkan bahwa ada hubungan
kebahagiaan pada kategori “sedang‟. negatif dan signifikan antara sub
Namun dalam analisis item pada masing- konsep suasana kerja/pekerjaan (X2.2)
masing sub konsep ditemukan bahwa dengan kebahagiaan (Y) sedangkan
tingkat stress pada kategori “sedang” untuk sub konsep perilaku peserta
tersebut disebabkan karena guru didik (X2.1), tekanan waktu (X2.3) dan
mengalami tekanan dalam beberapa hal etos kerja (X2.4) ditemukan ada
yaitu kenakalan siswa, guru merasa hubungan negatif dan tidak signifikan.
kurang dihargai, beban kerja yang tinggi,
serta perubahan kebijakan pendidikan
yang dilakukan oleh pemerintah. DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini tidak sejalan dengan Al-banjari,R.R. 2009. The Route of
kajian Anitawidanti (2010) yang Happiness, Yogjakarta: Diva Press.
menemukan ada hubungan negatif dan
Ali, M. 1985. Penelitian Kependidikan,
signifikan antara stress kerja dengan Prosedur dan Strategi. Bandung:
kebahagiaan. Responden yang di teliti Angkasa.
dalam penelitian Anitawidanti (2010)
adalah 260 orang karyawan dengan Alunpah, Tutje Mery. 2005. Hubungan
menggunakan kuesioner peran organisasi tipe kepribadian, stress guru dengan
kinerja guru SMP Negeri di Kota
yang dikembangkan oleh Organizational
Soe, Salatiga: Program Pascasarjana
Role Stres manual yang mengukur 4
Manajemen Pendidikan UKSW.
faktor yaitu; Peran individu dalam
organisasi, tuntutan tugas, hubungan Anitawidanti, H. 2010. Analisis
dalam organisasi, dan faktor luar Hubungan Antara Stres Kerja
organisasi. Instrumen ini biasa biasa Dengan Kepuasan Kerja Karyawan
digunakan dalam dunia industri atau Berdasarkan Gender Studi Pada Pt
bisnis Transindo Surya Sarana Semarang,
Fakultas Ekonomi Universitas
SIMPULAN Diponegoro Semarang.
Berdasarkan hasil analisis dapat http://eprints. undip.ac.id/22995/1/
disimpulkan temuan penelitian ini sebagai SKRIPSI_STRES_KERJA_VS_KEP
berikut: UASAN_KERJA.pdf.

1. Ada hubungan yang positif dan Arikunto, S. 1998. Prosedur penelitian


suatu pendekatan praktek,
signifikan antara kepuasan kerja guru
Yogyakarta : Rineka cipta.
dengan kebahagiaan guru pendidikan
agama sekolah menengah di kota Bakker D. 2007. Stress and work
Ambon; engagement among teachers,
Journal of School
2. Ada hubungan negatif dan tidak
Psychology.http://www. fss.uu.nl/
signifikan antara stres guru dengan sop/Schaufeli/246.pdf`.
kebahagiaan guru pendidikan agama

26
Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan… (Donny Toisuta & J.T. Lobby Loekmono)

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat sekolah dan komitmen guru dengan


Yunani: Dari Thales ke semangat kerja guru SD Swasta di
Aristoteles. Yogyakarta: Kanisius. Kota
Ambonhttp://www.google.co.id/sear
Carr, A. 2004. Positive Psychology The
ch?hl=id&source=hp&biw=1024&
Science of Happiness and Human
bih=482&q=Penelitian+Holle+(20
Strength. NewYork: Brunner
09)+pada+36+SD+Swasta+di+kot
Routledge.
a+Ambon+dengan+populasi+205+
http://www.google.com/books?hl=id&lr= orang+guru+dan+sampel+sebanya
&id=gu3V9Kys_QEC&oi=fnd&pg k+127+orang+guru+&btnG=Penel
=PA1&ots=Fea1q-EgRv&sig= usuran+Google&aq=f&aqi=&aql=
LWbDWastXYM3jw- &oq=
MAGP4VPxXjeE#v=onepage&q&f
Hughes. V. 2006.Teacher evaluation
=false.
practices and teacher job
Chao, S. (1995). A study on occupational satisfaction, A Dissertation
stress among teachers in primary presented to the Faculty of the
and secondary schools. Un- Graduate School University of
published paper of a directed Missouri-Columbia.
research project (conversion),
Joltuwu. J.C. 2009.Hubungan
Lingnan College, Hong Kong
penenyesuaian diri dan self-efficacy
(http://epm.sagepub. com/
dengan indeks prestasi kumulatif
content/66/1/172).
mahasiswa fakultas filsafat UKIM
Csikszentmihalyi, M. 1990. Flow: The Tahun 2007/2008. Salatiga: program
Psychology of Optimal Experience. Pascasarjana Magister Manajemen
New York, NY. http://www.pursuit- Pendidik-an UKSW.
of-happiness.org/history-
Kyriacou dan Chien. 2004.Teacher stress
ofhappiness/mihaly
in Taiwanese primary
csikszentmihalyi/
schoolshttp://ojs.ml.unisa.edu.au/ind
Dahlan, D. 2007. Analisa faktor-faktor ex. php/EDEQ/article/view/511.
yang mempengaruhi kepuasan kerja
Lester P. E. 1982. Teacher Job
guru (studi deskriptif analitik pada
Satisfaction Questionnaire (TJSQ).
SMA Negeri se-kabupaten
Manuscrito não-publicado. Long.
Buleleng,) http://file.upi.
http://epm.
edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKO
sagepub.com/content/47/1/223.abstr
NOMI_DAN_KOPERASI/1957120
act.
51982031-DADANG_DAHLAN/
Hasil_Penelitian _3.pdf. ________, 1987. Development and factor
analysis of the Teacher Job
George, D. & Mallery, P.1999.
Satisfaction Questionnaire (TJSQ).
SPSS/PC/+ Step By Step, A Simple
Educational and Psychological
Guide and Reference, Beimont:
Measurement, 47 (1), 223-233.
Wadsworth Publishing Co.
Loekmono, J.T. 2005. “Tingkat dan
Holle, P. 2009. Hubungan perilaku
faktor-faktor penyebab stress guru
kepemimpinan kepala sekolah, iklim

27
Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 11-28

di kota waingapu sumba Timur, hentic+Happiness:+Using+the+Ne


Jurnal Kependidikan: Desiderata. w...-a0150850221
Vol 6 no 2.1-27. ________, dan Peterson. 2005. Authentic
________, 1999. Stres Guru. Salatiga: Happiness: Menciptakan
PPPK, UKSW. kebahagiaan dengan psikologi
positif. Bandung: Mizan.
Ouyang dan Paprock.2009. Job satisfaction:
Kepuasan Pekerjaan Guru dan Sugiyono. 2011. Statistik untuk
retensi: Sebuah Studi perbandingan Penelitian. Bandung: Alfabeta. Cet-
antara Amerika dan 18.
Cina.http://ujianbasuki.Blog- Suseno.M.F.1998. 13 Model Pendekatan
spot.com/ Etika. Yogyakarta: Kanisius.
OwensRobert G. 2005 Organizational The professional teacher union of
behavior in education. Fifth edition, Hongkong. 1995. The problem of
United state : Allyn and Bacon. teacher stress was a great concern
Piccolo, Takahashi, Watanabe. 2005. in Hong Kong. As in many media
Core self-evaluations in Japan: also mention that nowadays
relative effects on job satisfaction, teachers are suffers from great
life satisfaction, and pressure.
happiness.http://www.mendeley. http://www.ukessays.com/essays/tea
com/research/core-selfevaluations- ching/teacher-stress.php.
japan-relative-effects-job- Veenhoven R. 2001. Quality of Life and
satisfaction-life-satisfaction- Happiness. 'Salute e qualità dell
happiness/. vida, pp 67-95 diunduh pada 19 Mei
Radityo C. 2008. hubungan antara tingkat 2009 dari
stress kerja guru dan tingkat www2.eur.nl/fsw/research/veenhove
komunikasi interpersonal guru- n/ Pub2000s/2001e-full.pdf .
siswa dengan kenerja guru SMK Yayik N. 2011. Hubungan persepsi guru
Kristen 2 Kalten. Salatiga: Program terhadap iklim kelas dengan
Pascasarjana Magister Manajemen kepuasan kerja guru SMK Farmasi
Pendidik-an UKSW.
Medan, Universitas sumatera utara.
Seligman, Martin. 2002. Authentic http://repository.
Happiness. New York,NY: Free usu.ac.id/handle/123456789/22025
Press.
http://www.thefreelibrary.com/
Seligman,+M.+E.+P.+(2002).+Aut

28

Anda mungkin juga menyukai