Anda di halaman 1dari 4

Dinamika Variabel

Menurut Maslach dan Leiter (2017), burnout adalah pengalaman negatif


psikologis berupa ketidaknyamanan dan kesulitan dalam mengontrol sikap, perasaan,
dan harapan individu. Burnout memiliki tiga dimensi yaitu inefficacy, exhaustion, dan
cynicism. Inefficacy adalah penurunan kemampuan produktivitas individu. Exhaustion
adalah kelelahan yang ditandai dengan hilangnya energi atau semangat. Cynicism
adalah perilaku negatif yang ditunjukkan dengan perilaku agresif, menarik diri, serta
hilangnya idealisme dan fokus kerja. Seorang guru yang mengalami burnout akan
mengurangi kualitas mengajarnya dan tidak dapat memberikan pelayanan pendidikan
dengan kualitas yang baik (Apriningrum & Utami, 2021).

Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya burnout adalah rendahnya work
engagement (Hussein, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani
(2022) terhadap 101 guru honorer yang bekerja di wilayah 3T (terdepan, terluar,
tertinggal) menunjukkan bahwa work engagement berkorelasi secara negatif dengan
burnout. Hal ini berarti semakin tinggi work engagement, maka akan semakin rendah
burnout pada guru honorer 3T, begitupun sebaliknya semakin rendah work engagement
maka semakin tinggi burnoutnya.

Menurut Schaufeli dan Bekker (dalam Retraningrum, 2019) burnout dipicu oleh
tuntutan pekerjaan (job demand) yang berlebihan dan job resources yang kurang
sehingga berdampak pada menurunnya kinerja, sering sakit atau tidak hadir, dan
komitmen kerja yang rendah. Apabila tidak diatasi, maka hasil akhirnya ialah individu
tidak lagi memiliki keterikatan dengan pekerjaannya saat ini.

Guru berbeda dengan profesi lain, seorang guru wajib memberikan pelayanan
pendidikan yang baik kepada murid-muridnya. Menurut Hakanen dkk (2006)
menyebutkan bahwa jika profesi guru lebih menunjukkan tingkat burnout yang lebih
tinggi dibandingkan dengan profesi lainnya. Menurut Mc-Lean (dalam Retranigrum,
2019) guru muda cenderung merasa stress pada awal karir mereka dihadapkan pada
tuntunan pekerjaan yang tinggi dan harus dapat menyesuaikan diri dengan tempat kerja
baru, sedangkan guru yang lebih senior mengalami kelelahan atau lebih terikat
dengan pekerjaannya karena telah beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meilina, Yenni, dan Hamdani (2022)
bahwasanya burnout lebih sering terjadi pada guru yang berusia muda dan guru yang
belum menikah

Work engagement adalah suatu kondisi dimana individu merasa positif dan puas
terkait pekerjaannya saat ini yang ditandai dengan perilaku semangat, berdedikasi, dan
merasa memiliki keterlibatan penuh. Work engagement memiliki 3 dimensi yaitu
absorption, vigor, dan dedication. Absorption yaitu kondisi dimana individu merasa
memiliki keterlibatan dengan pekerjaanya sehingga dirinya mampu berkonsentrasi
penuh dan bahagia hingga waktu terasa berlalu begitu cepat ketika bekerja. Vigor adalah
pemikiran individu untuk melakukan yang terbaik demi pekerjaannya, bekerja dengan
tekun walaupun terdapat rintangan, serta memiliki resiliensi dan daya juang yang tinggi.
Dedication adalah kondisi dimana individu menganggap pekerjaannya penting untuk
dirinya (Schaufeli dkk, 2002).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Nurani Harun (2021) dengan subjek
karyawan kantor pos (persero) Makassar menunjukkan hasil tidak adanya hubungan
yang signifikan antara work engagement dengan burnout. Namun, diketahui dari
mayoritas karyawan di perusahaan berjenis kelamin laki-laki dan berdasarkan hasil
wawancara diketahui jika para karyawan merasa memiliki tanggung jawab besar
sebagai kepala keluarga sehingga walaupun mereka mengalami burnout mereka tetap
bertanggung jawab dengan tugasnya.

Pada penelitian lainnya dengan subjek karyawan generasi Y yang bekerja di


Kantor Otoritas Jasa Keuangan Regional Tiga Semarang diketahui work engagement
berkorelasi negatif dengan burnout, yang berarti semakin tinggi work engagement
semakin rendah burnout (Amelia, 2019). Penelitian lainnya dengan subjek tenaga
kesehatan diketahui burnout memiliki pengaruh terhadap work engagement
(Haerunnisa, 2021). Berdasarkan penjelasan diatas, menunjukkan bahwa work
engagament berkorelasi terhadap burnout sehingga keterikatan dengan pekerjaannya
menurun. Penelitian work engagement dan burnout pada guru Sekolah Dasar masing
jarang dilakukan oleh peneliti lain. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti
“Pengaruh Work Engagement terhadap Burnout pada Guru Sekolah Dasar”.
Daftar Pustaka

Amelia, N. F. T. (2019). Hubungan Antara Work Engagement Dan Burnout Pada


Generasi Y. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Apriningrum, R. E., & Utami, L. H. (2021). The Role of Spiritual well-being and Self-
efficacy on Kindergarten Teachers Burnout/Peran Spiritual well-being dan Self-
efficacy terhadap Burnout pada Guru TK. Psikoislamika: Jurnal Psikologi Dan
Psikologi Islam, 18(1), 218-227.

Haerunnisa, E. (2021). Pengaruh burnout dan mental health terhadap work


engagement pada tenaga kesehatan di masa pandemi covid-19 (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Hakanen, J. J., Bakker, A. B., & Schaufeli, W. B. (2006). Burnout and work
engagement among teachers. Journal of school psychology, 43(6), 495-513.

HARUN, Y. N. (2021). HUBUNGAN WORK ENGAGEMENT DENGAN BURNOUT


PADA KARYAWAN KANTOR POS MAKASSAR (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS BOSOWA).

Hussein, S. (2018). Work engagement, burnout and personal accomplishments among


social workers: A comparison between those working in children and adults’
services in England. Administration and Policy in Mental Health and Mental
Health Services Research, 45(6), 911-923.

Maslach, C., & Leiter, M. P. (2017). Understanding burnout: New models. The
handbook of stress and health: A guide to research and practice, 36-56.

Meilina, S., Yenni, M., & Hamdani, H. (2022). Faktor yang Berhubungan dengan
Kejenuhan Kerja (Burnout) pada Guru Honorer Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2022. Jurnal Kesmas Jambi, 6(2), 1-6.

Ramadhani, N. W. (2022). Hubungan Antara Work Engagement Dengan Burnout Pada


Guru Honorer Di Daerah 3t. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Retnaningrum, D. E. (2019, December). Memprediksi burnout dan work engagement
guru dengan moderasi perbedaan usia. In Seminar Nasional Inovasi dalam
Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora-InoBali (pp. 866-872).

Schaufeli, W. B., Salanova, M., González-Romá, V., & Bakker, A. B. (2002). The
measurement of engagement and burnout: A two sample confirmatory factor
analytic approach. Journal of Happiness studies, 3, 71-92.

Anda mungkin juga menyukai