Oleh :
Clara Bintang Pratiwi
NPM: 21741036
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan hidayah -Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.Dalam makalah ini kami membahas tentang ‘ Tilik dan Bangsa Ternak“.
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang telah memberi
dukungan kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.Kami juga menyadari, bahwa
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada laporan tersebut.
Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.kami berharap laporan
ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada kelompok kami
sendiri.Selain itu, semoga laporan ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang
membutuhkan.
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ruminansia
Hewan ruminansia adalah salah satu hewan pemakan rumput dengan
perut kompleks yang disebut rumen. Beberapa contoh hewan ruminansia
adalah sapi, domba, kambing, kerbau, rusa, jerapah dan unta. Salah satu
fitur paling penting dari sistem pencernaan ruminansia adalah adanya
perut yang kompleks dengan empat kompartemen. Mereka adalah rumen,
retikulum, omasum, dan abomasum. Tiga kompartemen pertama, rumen,
retikulum, dan omasum memecah serat tanaman melalui fermentasi
dengan bantuan mikroflora. Fermentasi ini menghasilkan asam lemak
volatil seperti asetat, butirat, dan propionat. Oleh karena itu, proses ini
disebut fermentasi foregut. Kompartemen keempat mengeluarkan enzim
pencernaan.
Hewan ruminansia atau sering disebut juga dengan hewan pemamah
biak yaitu sekelompok hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang
mempunyai dua proses pencernaan makanan. Pertama dengan mengunyah
makanan yang sudah dicerna di dalam perutnya kemudian dikeluarkan lagi
untuk dimakan kembali pada proses pencernaan yang kedua. Hal ini
memungkinkan hewan ruminansia dapat memadatkan sari-sari makanan
yang dapat memberikan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan
hewan ruminansia. Selain itu hewan ruminansia dibantu mikroorganisme
dalam perutnya dalam proses pencernaan.
Sapi Simmental merupakan salah satu sapi potong yang banyak dipelihara
di Sumatera Barat karena sapi ini mempunyai banyak keunggulan diantaranya
sebagai penghasil daging, susu serta dapat digunakan sebagai tenaga kerja, ukuran
tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di bawah kulit rendah,
fertilitas tinggi, memiliki bobot lahir anak tinggi, pertambahan bobot badan harian
tinggi serta pertumbuhannya cepat. Sapi Simetal adalah jenis sapi yang mudah
beradaptasi. Sapi Simetal adalah hasil persilangan antara sapi jerman besar dan breed asli
lebih kecil ke Swiss.
Domba Garut telah dibudidayakan masyarakat Garut sejak lama. Domba yang
memiliki fisik yang besar dan kuat ini, melahirkan seni atraksi laga domba yang di daerah
Bayongbong Garut. Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli
Indonesia, domba Merino dari Asia Kecil dan domba ekor gemuk dari Afrika.
Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak
berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial. Dahulu,
ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging.
Pertumbuhan ayam kampung relatif lambat. Ayam berumur 2 bulan besarnya masih
sebesar kepalan tangan orang dewasa. Dan, baru siap dikonsumsi setelah lewat dari 8
bulan bahkan ada yang lebih dari 12 bulan. Dari segi produktivitas telurnya pun
demikian, ayam ini baru bisa bertelur setelah berumur lebih dari 6 bulan. Produktivitas
paling banyak 115 butir telur setiap tahun.
2. Ayam Hias
Ayam hias merupakan salah satu jenis hobi unggas yang menjanjikan selain
burung-burung eksotis. Ayam hias bagi beberapa orang mungkin menjadi salah satu jenis
hewan peliharaan yang sangat menarik. Pasalnya, setiap orang memiliki preferensi
menarik mengenai hewan peliharaan, baik seekor ikan maupun sepasang unggas. Ayam
Kate dikenal karena ciri khasnya yang memiliki perawakan mini, suara yang merdu,
keindahan bulu, jengger dan berbagai keindahan fisik lainnya. Hal itulah yang
mendorong para peternak dan para hobbies untuk memelihara ayam hias ini sebagai
hiburan dan pengusir stress.
b. Karakterstik Unggas Petelur dan Pedaging
No Bagian Ayam Pedaging Ayam Petelur
Tubuh
1 Kepala Panjang Bulat
2 Jengger Singgel/bilah Sumpal,bulat
3 Cuping Merah Merah
4 Mata Bening Kuning
5 Paruh Pendek tipis Besar lebar
6 Telinga Berbulu tipis Besar tebal
7 Leher Lebih pendek Panjang
8 Punggung Tidak terlalu panjang Lebar
9 Dada Bulu dada lebat Kecil
10 Bulu ekor Sedikit Banyak
11 Shank Pendek,kulit tipis Panjang tebal
12 Perut Bulat buncit Besar bulat
13 Cakar Lebih pendek Lebih panjang
14 Jari Pendek Panjang
3. Ayam Petelur
Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah
jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.[1] Ayam broiler
yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem berkelanjutan sehingga mutu
genetiknya bisa dikatakan baik. Ayam broiler merupakan ternak yang paling
ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah
kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat.
C. Aneka Ternak
Aneka Ternak adalah berbagai jenis hewan yang sengaja dipelihara
dan dikembangbiakkan, selain jenis ternak yang biasa dipelihara (ayam,
sapi, kerbau, kambing, domba, babi) yang tidak biasa dipelihara namun
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pemenuhan kebutuhan
manusia.
2. Kalkun
Kalkun atau ayam kalkun adalah sebutan untuk dua spesies burung berukuran besar
dari ordo Galliformes genus Meleagris. Kalkun betina lebih kecil dan warna bulu kurang
berwarna-warni dibandingkan kalkun jantan. Sewaktu berada di alam bebas, kalkun
mudah dikenali dari rentang sayapnya yang mencapai 1,5-1,8 meter. Salah satu hal yang
khas dari unggas ini yaitu gelambir kulit pada bagian kepalanya.
D. Pendugaan Bobot Badan dan Body Condition Scoring Sapi Potong
(BCS)
BCS adalah suatu metode untuk memberi score kondisi tubuh ternak
baik secara visual maupun perabaan terhadap lemak tubuh pada bagian tertentu.
Cara mengukurnya dengan menggunakan pita ukur pada tinggi badan, panjag
badan dan lingkar dada. Kemudian catat hasil yang didapat kemudian lakukan
perhitungan bobot sapi dengan rumus school:
{Lingkar Dada(cm)+22 }²
Bobot Badan (kg) =
100
Panjang melingkar/ keliling yang diukur pada bag dada tepat di bag belakang
1. Pin bone
2. Rump
3. Back Bone
4. Pangkal ekor
5. Tulang rusuk
6. Tulang Hip
Skor 1
Pada kondisi skor 1 ternak Menunjukkan keragaan tubuh yang ”Sangat Kurus” di
mana tonjolan tulang belakang, tulang rusuk, tulang pinggul dan tulang pangkal
ekor terlihat sangat jelas. Pada kondisi tubuh seperti ini, sapi betina dewasa
mengalami gangguan reproduksiberat yang ditandai dengan berhentinyasiklus
birahi.
Skor 2
Pada kondisi skor 2 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Kurus”, namun
lebih baik dibandingkan dengan ternak pada kondisi skor 1 dimana tonjolan tulang
di berbagai tempat mulai tidak terlihat namun garis tulang rusuk masih terlihat
jelas dan sudah mulai terlihat ada sedikit perlemakan pada pangkal tulang ekor
dimana pangkal tulang ekor terlihat sedikit lebih bulat.
Skor 3
Pada kondisi skor 3 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Sedang atau
Menengah”, dimana tonjolan tulang sudah tidak terlihat lagi dan kerangka tubuh,
pertulangan dan perlemakan mulai terlihat seimbang namun masih terlihat jelas
garis berbentuk segitiga antara tulang HIP dan rusuk bagian belakang dan tonjolan
pangkal tulang ekor sudah membentuk kurva karena adanya penimbunan
perlemakan pada pangkal tulang ekor. Pada kondisi tubuh seperti ini, aktivitas
reproduksi sapi betina dewasa sudah kembali normal.
Skor 4
Pada kondisi skor 4 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Baik”, dimana
kerangka tubuh dan tonjolan tulang sudah tidak terlihat dan perlemakan sudah
lebih menonjol pada semua bagian tubuh. Garis tonjolan pangkal tulang ekor
masih terlihat namun jika dilihat dari belakang. Bagian belakang tubuh sudah
mulai berbentuk persegi panjang yang menunjukkan perlemakan pada bagian
paha, pinggul dan paha bagian dalam. Pada kondisi tubuh seperti ini ternak akan
dapat bertahan dan aktivitas reproduksi tidak terganggu selama musim kering atau
musim kekurangan pakan.
Skor 5
Pada kondisi skor 5 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Gemuk”, dimana
kerangka tubuh dan struktur pertulangan sudah tidak terlihat dan tidak teraba.
Tulang pangkal ekor sudah tenggelam oleh perlemakan dan bentuk persegi
panjang pada tubuh belakang sudah membentuk lengkungan pada bagian kedua
ujungnya. Pada kondisi tubuh seperti ini ternak akan dapat berproduksi dan tidak
terganggu oleh perubahan musim.
DILIHAT
DIRABA-DITEKAN
DINILAI
Tonjolan Tulang Tonjolan Tulang Tonjolan Tulang Terlihat Nyata
Masih terlihat Sudah Tidak Terlihat
Beberapa Bagian
BCS 1. Perlemakan BCS 4. Perlemakan BCS 7. Perlemakan Sangat Tipis Sekali
Sedang, Beberapa Tebal, Beberapa
Tulang Masih Teraba Tulang Tidak Teraba, Langsung Rump Masih
Cekung
BCS 2. Per!emakan BCS 5. Perlemakan BCS 8. Perlemakan
Sangat Tipis Seda• 8 Tulang Tebal, Beberapa
Teraba setelah Tulang Tidak Teraba, ditekan
Rump Datar
BCS 3. Perlemakan BCS 6. Perlemakan BCS 9. Perlemakan Tipis Sedang,
Tulang Baru Sangat Tebal, Tulang
Teraba Setelah ada Tidak Teraba Sama TeLanan Kuat
Sekali Meskipun
Ditekan, Rump Cembung
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ilmu tilik ternak adalaha ilmu yang mempelajari tentang bentuk tubuh bagian
luar untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Dengan ilmu tilik ini juga
dapat memperkirakan bobot badan sapi. Bagian tubuh sapi yang diukur yaitu panjang
badan, tinggi gumba, tinggi hip, tinggi gumba, lebar dada dan dalam dada. Untuk
memperkirakan bobot badan sapi, menggunakan rumus Schoorl dengan memanfaatkan
data lebar dada. Data yang didapatkan yaitu sapi jantan: panjang badan 84 cm, tinggi hip
113 cm, tinggi gumba 114 cm, lebar dada 143 cm , dalam dada 71,5 cm dan bonot (berat)
badan 272,25 kg. Sedangkan sapi betina, panjang badan 70 cm, tinggi hip 111cm, tinggi
gumba 113 cm, lebar dada 130 cm, dalam dada 65 cm dan bobot (berat) badan 231,04 kg.
Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ternak. Faktor – factor tersebut
antara lain genetic, pakan, lingkungan, umun dan jenis kelamin serta manajemen
pemeliharaan . Perbedaan hasil yang didapat pada sapi jantan dan betina ini lebih
disebabkan factor jenis kelamin ternak tersebut karena kedua ternak sapi ini bergenetik
sama, hidup dilingkungan dan manajemen pemeliharaan dan pakan yang sama, yang
berbeda hanya jenis kelaminnya saja.
2. Saran
Diharapkan praktikum dalam pendugaan / memperkirakan bobot badan ternak
menggunakan pita ukur dan rumus Schoorl ini perlu diteliti lebih lanjut dalam
ketepatannya menduga bobot badan ternak. Serta diharapkan para praktikan melakukan
pengukuran sendiri – sendiri sehingga semua prkatikan bisa mengerti materi pengukuran
bagian tubuh ternak ini.