Anda di halaman 1dari 5

ZAT ADITIF PADA MAKANAN DAN MINUMAN KEMASAN

A. Pengertian
Zat aditif adalah suatu zat, yang ditambahkan ke dalam sebuah produk
makanan atau minuman, dengan tujuan untuk mempercantik warna, menguatkan rasa,
mengatur keasaman, memperpanjang umur penyimpanan produk dan lain-lain. Tujuan
penggunaan zat aditif adalah untuk meningkatkan penampilan, cita rasa, tekstur,
aroma, hingga daya simpan makanan serta minuman. Kadang-kadang, zat aditif juga
ditambahkan untuk meningkatkan nilai gizi dari makanan dan minuman tersebut.

B. Macam-macam zat aditif yang terkandung di dalam makanan dan minuman


kemasan.

Tentunya teman-teman sudah tidak asing lagi dengan berbagai macam zat
aditif yang biasa terkandung di dalam makanan dan minuman kemasan. Namun,
kebanyakan jenis yang berbau kemasan akan didominasi jenis zat aditif buatan. Ada
banyak sekali zat aditif yang terdapat di dunia ini, namun dapat diklasifikasikan
menjadi empat golongan, berikut ulasan singkatnya.

 Pemanis
Pemanis merupakan zat aditif yang terkandung di dalam makanan dan
minuman kemasan. Rasanya pemanis tidak dapat dipisahkan dari
berbagai macam produk olahan. Rasa manis merupakan salah satu
penyebab seseorang manjadi tertarik untuk mencoba suatu manakan
dan minuman.
 Penyedap rasa
Penyedap rasa biasa juga ditemukan pada berbagai macam jenis
makanan dan minuman kemasan. Pasalnya jenis-jenis produk olahan
yang tidak mengandung penyedap rasa tentu menjadikan rasanya tidak
sedap dan tidak enak untuk dikonsumsi. Banyak sekali ditemukan
produk-produk yang menggunakan penyedap rasa baik yang alami
maupun buatan. Dalam minuman kemasan sering kita jumpai istilah
perisa sintetik, yang mana zat terebut termasuk ke dalam jenis zat
penguat rasa.
 Pengawet
Penggunaan pengawet akan menyebabkan produk yang diolah
memiliki daya simpan yang panjang. Tentu hal ini merupakan nilai
positif bagi para produsen, mengingat tidak semua produk mereka
dapat habis begitu saja di pasaran. Apabila produk mereka tidak
disertai dengan pengawet maka menyebabkan produk menjadi lebih
cepat rusak hingga menyebabkan kerugian.
 Pewarna
Warna yang mecolok akan membuat konsumen terarik untuk membeli
suatu produk. Produsen memberi warna pada makanan mereka dengan
tujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Biasanya anak-anak
akan lebih suka pada jenis produk yang memiliki warna mencolok dan
indah.

Berdasarkan asalnya, zat aditif pada makanan dapat dikelompokkan menjadi


dua, yaitu zat aditif alami dan zat aditif buatan.

 Zat aditif alami adalah zat aditif yang bahan bakunya berasal dari
makhluk hidup, misalnya zat pewarna dari tumbuhan, penyedap dari
daging hewan, zat pengental dari alga, dan sebagainya. Zat-zat alami
ini pada umumnya tidak menimbulkan efek samping yang
membahayakan kesehatan manusia. Sebaliknya, zat aditif buatan bila
digunakan melebihi jumlah yang diperbolehkan, dapat membahayakan
kesehatan.
 Zat aditif buatan adalah zat aditif yang diperoleh melalui proses reaksi
kimia yang bahan baku pembuatannya berasal dari bahan-bahan kimia.
Misalnya, bahan pengawet dari asam benzoat, pemanis buatan dari
sakarin, pewarna dari tartrazine, dan lainnya. Zat aditif buatan harus
digunakan sesuai dengan jumlah yang diperbolehkan dan sesuai
fungsinya. Penyalahgunaan pewarna buatan seperti bahan pewarna
tekstil yang digunakan sebagai pewarna makanan sangat berbahaya
untuk kesehatan.
C. Uraian Materi Macam-Macam Zat Aditif
1. Pemanis adalah zat aditif yang berfungsi memberikan rasa manis pada makanan.
Pemanis alami didapat dari alam gula pasir, gula aren, dan gula kelapa. Adapun
pemanis buatan dibuat dalam industri seperti sirup jagung fruktosa, siklamat,
aspartam, dan sakarin. Bahan aditif pemanis terdiri dari dua jenis, yaitu pemanis
alami dan pemanis buatan.
 Pemanis Alami
Pemanis alami yang umum digunakan untuk membuat rasa manis pada
makanan dan minuman adalah gula pasir (sukrosa), gula kelapa, gula aren,
gula lontar, dan gula bit. Gula tersebut digunakan sebagai pemanis pada
makanan dan minuman sesuai dengan keperluan.
 Pemanis Buatan
Pemanis buatan mempunyai rasa manis hampir sama atau lebih manis
dibandingkan dengan pemanis alami. Zat aditif pemanis buatan dibuat
melalui reaksi kimia tertentu sehingga dapat dihasilkan senyawa yang
mempunyai rasa manis. Pemanis buatan dibuat dengan tujuan sebagai
pengganti gula alami. Beberapa contoh pemanis buatan adalah siklamat,
aspartam, kalium asesulfam, dan sakarin. Pemanispemanis ini mempunyai
tingkat kemanisan lebih besar dibandingkan dengan gula pasir. Pemanis
buatan dapat digunakan untuk menggantikan pemanis alami bagi orang-
orang yang tidak diperbolehkan mengonsumsi pemanis alami, seperti
penderita kencing manis (diabetes mellitus). Selain itu, pemanis buatan
tidak menghasilkan kalori dalam tubuh, sehingga sering digunakan oleh
orang yang diet untuk menurunkan berat badannya.
2. Penyedap Rasa
Penguat rasa merupakan bahan khas yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud
tegnologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau
mempengaruhi seperti khas makanan tersebut. Penguat rasa ditujukan untuk
menambah cita rasa pada makanan dan minuman kemasan. Di samping itu dengan
menggunakan penguat rasa atau penyedap rasa maka para konsumen akan tertarik
untuk mencoba lagi jenis produk tersebut dikarenakan telah merasakan nikmatnya.
Sama halnya dengan pemanis, penguat rasa terdiri dari dua jenis berikut
ulasannya.
 Penyedap rasa alami
Penyedap rasa alami merupakan penyedap rasa yang berasal dari bahan-
bahan alami yang bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan penyedap rasa alami memiliki risiko yang lebih rendah bagi
penggunanya jika dibandingkan dengan penyedap buatan. Contoh dari
penyedap alami antara lain: garam, merica, bawang, pala, salam, daun
pandan, dan sebagainya.
 Penyedap rasa buatan
Penyedap rasa buatan merupakan penyedap rasa yang berasal dari sintesis
kimia dengan cara menyerupai rasa yang sebenarnya. Penyedap buatan
akan lebih terasa di lidah jika dibandingkan dengan penyedap alami dan
tentu memiliki risiko yang lebih tinggi daripada penyedap alami. Contoh
dari penyedap rasa buatan antara lain: monosodium glutamat (MSG), cuka,
dan essen.

D. Manfaat Zat Aditif


Zat aditif umumnya ditambahkan ke dalam makanan untuk:

 Memperlambat proses pembusukan


 Meningkatkan atau menjaga nilai gizi
 Membuat roti dan kue lebih mengembang
 Memperkaya rasa, warna, dan penampilan
 Menjaga konsistensi rasa dan tekstur makanan

Informasi mengenai zat aditif pada makanan biasanya terlampir pada label makanan
dengan nama kimiawi. Misalnya, garam adalah sodium atau natrium klorida, vitamin
C adalah ascorbic acid atau asam askorbat, dan vitamin E adalah alpha tocopherol.
Produsen biasanya hanya menggunakan zat aditif secukupnya untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Ada beberapa macam zat aditif yang paling sering digunakan pada
makanan, di antaranya:

 Garam
 Pemanis buatan, misalnya gula, sorbitol, dan sirop jagung
 Asam sitrat
 Monosodium glutamat atau MSG
 Vitamin C dan vitamin E
 Butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT)

Ada beberapa manfaat lainnya yang bisa didapatkan dari penggunaan zat aditif, di
antaranya sebagai berikut.

1. Sebagai bahan pengawet makanan, sehingga makanan dapat bertahan lebih lama,
misalnya natrium benzoat, asam benzoat, asam asetat, asam propionat, natrium nitrit,
dan garam dapur.

2. Sebagai bahan pemanis, misalnya gula aren, gula pasir, madu, sakarin, aspartam,
siklamat, dan sorbitol.

3. Zat pewarna, sehingga makanan dapat memiliki warna yang menarik. Zat pewarna
dapat diperoleh dari zat pewarna alami, misalnya kunyit, wortel, dan daun suji.
Sedangkan zat pewarna sintetis, misalnya rhodamin B dan methanil yellow.

4. Zat penyedap rasa misalnya Monosodium Glutamat (MSG).

5. Zat pemberi aroma, sehingga makanan memiliki aroma tertentu sebagai daya tarik,
misalnya etil butirat, metil butirat, oktil asetat, minyak atsiri, daun jeruk, dan serai.

6. Antioksidan yang berperan sebagai penghambat, penunda, atau pencegah terjadinya


kerusakan oksidasi dalam makanan. Misalnya, lesitin, vitamin C, vitamin E, butil
hidroksianisol (BHA), askorbil palmitat, dan butil hidroksitoluen (BHT).

7.  Zat pengemulsi dan pengental

Anda mungkin juga menyukai