Anda di halaman 1dari 17

MODEL KONSTRUK KOMPETENSI MEMBACA KRITIS

TEKS NONSASTRA
BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA
St. Nurbaya dan Dwi Hanti Rahayu
PBSI FBS UNY

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menghasilkan model konstruk kompetensi membaca kritis
yang dijadikan sebagai panduan menilai CapaianPembelajaran (CP) membaca kritis berbasis
teks nonsastra.Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan tahap kegiatan
studi pendahuluan, studi pustaka, analisis lapangan, dan pengembangan produk kompetensi.
Sumber data penelitian ini dari data analisis kebutuhan terhadap konstruk kompetensi
membaca kritis. Hasil penelitian menunjukkan ada lima langkah kegiatan yang dilakukan
dalam kegiatan membaca kritis, yaitu: 1) surveiteks, 2) memahami isi teks, 3) menganalisis
teks, 4) mengkritis teks, 5) mengevaluasidan mempubilkasikan hasil kritikan. Langkah (1)
menentukan jenis teks yang akan dikritisi, mengenali identitas penulis, dan latar belakang
penulis. Langkah (2) kegiatan menentukan tema teks, menunjukkan cirri teks, dan
menuliskan gagasan utama yang terdapat dalam tiap paragraf. Langkah (3)
mengidentifikasistrukturteks, fakta dan opini, menentukan pola pengembangan paragraf,
mengidentifikasi hubungan antara ide utama dan penjelas, mengungkapkan kembali makna
tersirat, dan memahami relevansi hubungan antars truktur teks. Langkah (4) menunjukkan
ketidaksesuaian tema dengan isi, uraian pada tiap bagian teks, ide dalam paragraf, detail
fakta dan argument penulis. Langkah (5) menilai keakuratan dan kesesuaian fakta. Tahap
terakhir adalah publikasi dengan menunjukkan kelebihan dan kekurangan teks.

Kata kunci: model konstruk, membacakritis, nonsastra

Abstrac
This study aims to produce a construct model of critical reading competence that
serves as a guide to assessing Learning Achievement (CP) of critical reading based on non-
literary texts. This research is a research development with the stages of preliminary study
activities, literature studies, field analysis, and competency product development. The data
source of this research is the data analysis of the need to build critical reading competence.
The results showed that there were five steps in the activities carried out in critical reading
activities, namely: 1) a text survey, 2) understanding the contents of the text, 3) analyzing the
text, 4) criticizing the text, 5) evaluating and publishing critical results. Step (1) determines
the type of text to be criticized, recognizes the identity of the author, and the background of
the author. Step (2) activities determine the theme of the text, show the characteristics of the
text, and write down the main ideas contained in each paragraph. Step (3) identifies the
structure of the text, facts and opinions, determines the pattern of paragraph development,
identifies the relationship between the main idea and explanation, re-expresses the implicit
meaning, and understands the relevance of the relationship between the text structure. Step
(4) shows the mismatch of the theme with the contents, description in each part of the text,
ideas in paragraphs, details of facts and author's arguments. Step (5) assesses the accuracy
and appropriateness of the facts. The last stage is publication by showing the advantages and
disadvantages of the text.

Keywords: building model, critical reading, non-literary

1
PENDAHULUAN
Untuk mencapai standar kompetensi yang sama terhadap luaran suatu perguruan tinggi,
idealnya diperlukan perencanaan, proses pembelajaran, dan proses evaluasi pembelajaran
yang sama. Oleh sebab itu, pemerintah menyusun Standar Nasional Perguruan Tinggi
(SNPT) dan diiringi oleh rumusan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI).Realisasi Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dan diiringi oleh rumusan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) diwujudkan dalam Kurikulum yang
berbasis KKNI. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiapun merespon
kebijakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia(KKNI) dan telah menyusun kurikulum
berbasis KKNI.
Berbagai mata kuliah yang terdapat dalam kurikulum berbasis KKNI di Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogykarta terdapat 2 mata kuliah yang
berorientasi pengembangan kompetensi membaca dan kompetensi pembelajaran membaca
untuk mahasiswa. Dua mata kuliah pengembang kompetensi membaca dan pembelajaran
membaca tersebut adalah Mata Kuliah Membaca Komprehensi dan Membaca Kritis, Kreatif,
dan Sintopis.Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Standar Nasional Pendidikan
Tinggi ( SN-DIKTI, 2014), setiap program studi di seluruh perguruan tinggi wajib
melengkapi target Capaian Pembelajaran (CP) sebagai bentuk akuntabilitas. Penyelenggara
program studi harus merumuskan capaian pembelajaran lulusan masing-masing program
studi sebagai bagian dari tanggung jawab terhadap pemangku kepentingan.
Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-DIKTI, 2014) mencakup delapan standar
nasional pendidikan, yakni: Standar Kompetensi Kelulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar
Proses Pembelajaran ( SPP), Standar Penilaian (SP), Standar Dosen dan Tenaga
Kependidikan (SD-TKP), Standar Sarana dan Prasarana(SSP), Standar Pengelolaan
Pembelajaran (SPB) dan yang terakhir Standar Pembiayaan (SPP). Dari delapan standar
nasional tersebut, ada empat standar yang berkaitan langsung dengan dosen, yakni Standar
Kompetensi Kelulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses Pembelajaran (SPP), dan
Standar Penilaian (SP). Salah satu standar yang harus disiapkan adalah standar isi yang
berupa rumusan tagihan yang dapat diukur dalam target Capaian Pembelajaran (CP). Capaian
Pembelajaran (CP) adalah kemampuan yang diperoleh mahasiswa pada tiap level pendidikan
yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan

2
akumulasi pengalaman kerja, sehingga idealnya rumusan Capaian Pembelajaran (CP)
menyangkut deskripsi capaian pembelajaran yang berfungsi sebagai alat untuk memetakan
keahlian (PP No.8, 2012 tentang KKNI).
CapaianPembelajaran (CP) berisi empat unsur, yaitu sikap dan tata nilai, kemampuan
kerja, penguasaan pengethuan dan wewenang, serta tanggung jawab. Wujud nyata Capaian
Pembelajaran (CP) adalah deskripsi tentang apa yang harus diketahui, dipahami, dan dapat
dikerjakan mahasiswa setelah menyelesaikan proses pembelajaran pada masing-masing
jenjang kerangka kualifikasi nasional yang ditentukan oleh parameter sikap, keterampilan
umum, keterampilan khusus, dan pengetahuan. Tiap jenjang kualifikasi nasional tingkat
pendidikan berbeda-beda. Perbedaan tersebut ditandai dengan kata kunci tingkat kemampuan
kerja. Pada kualifikasi nasional, tingkat sarjana dirumuskan dengan “menguasai konsep
teoritis bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu secara umum dan konsep teoritis
secara khusus dalam bidang pengetahuan dan keterampilan tersebut secara mendalam” yang
mencakup kecerdasan intelektual, aklak mulia, dan keterampilan (KKNI Level
Sarjana/Sarjana Terapan) dengan kata kunci mengaplikasi, mengkaji, membuat desain,
memanfaatkan IPTEKS, menyelesaikan masalah.
Idealnya, seluruh mata kuliah dalam kurikulum tingkat pendidikan sarjana atau level 6
yang berorentasi KKNI harus memiliki rumusan CapaianPembelajaran (CP) yang diikuti oleh
learning outcomes yang sama untuk seluruh program studi yang sama. Akan tetapi, rumusan
learning outcomes Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) yang diiringi oleh rumusan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) belum ada yang seragam termasuk untuk
Mata Kuliah Membaca Kritis..Di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakartapun belum ada rumusan atau
konstruksiCapaian Pembelajaran (CP) yang diikuti oleh learning outcomes pembelajaran
membaca kritis yang terukur, sistematis, dan valid.
Berdasarkan kajian pendahuluan terhadap silabus, rumusan kompetensi dan tagihan-
tagihan kompetensi atau learning outcomes membaca kritis di Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta
belum ditemukan rumusan kompetensi membaca kritis yang seragam. Dari kajian
pendahuluan terhadap sejumlah literatur membaca kritisbelum ditemukan rumusan
kompetensi membaca kritis yang mencakup keseluruhan indikator kompetensi membaca
kritis. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan konstruk kompetensi yang dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi membaca kritis.

3
Tidak ada alasan bagi manusia untuk mengabaikan pengembangan aktivitas membaca
dan meningkatkan minat bacanya. Meskipun demikian, dalam era kemajuan informasi yang
demikian pesatnya, aktivitas membaca untuk memahami informasi saja belumlah cukup,
karena ketersediaan informasi dalam berbagai media saat ini yang tidak saja menyediakan
infomasi yang baik dan benar, tetapi juga menyediakan informasi yang tidak baik dan salah,
bahkan ada juga informasi yang menyimpang. Untuk menyaring informasi-informasi yang
tidak baik dan salah diperlukan aktivitas membaca yang dapat menyaring, memilah berbagai
informasi yang disajikan penulis, dengan melakukan aktivitas membaca kritis.
Hirarki membaca merupakan jenjang aktivitas dan tingkat kedalaman penguasaan
membaca. Membaca kritis merupakan kegiatan membaca yang lebih tinggi daripada
membaca pemahaman. Kompetensi membaca kritis dapat ditingkatkan dengan menyusun
perencanaan pengembangan membaca kritis. Dalam Lesson Developing Critical Thinking
Skills dijelaskan bahwa perencanaan pengembangan kompetensi membaca kritis diawali oleh
pengembangan beberapa kompetensi membaca pemahaman, yaitu 1) identifying main idea,
2) pointing of spesific details, 3) making inferences, 4) drawing conclusions, 5) idintifying
autor’s tone, 6) idintifying autor’s purpose, 7) evaluating structure features of the teks,
serta8) evaluating the strenghts and weaknesses of an argument of position.
Membaca kritis merupakan kegiatan membaca yang memerlukan kegiatan berpikir
kritis (konvergen).Richar& Elder (2006)menjelaskanbahwa membaca kritis adalah kegiatan
membaca yang dilakukan untuk mengevaluasi sebuah teks dengan persyaratan tertentu.
Evaluasi dilakukan terhadap isi dan gaya tulisan. Persyaratan yang ditagihkan ketika
mengevaluasi teks saat membaca adalah bagian dari kompetensi berpikir
konvergen.Kompetensi yang dimaksud adalah: 1) mampu membedakan fakta dan memaknai
kebermaknaan fakta, 2) menentukan akurasi faktual pernyataan penulis,3) membedakan
informasi yang relevan dan yang tidak relevan yang dikemukakan oleh penulis, 4)
menentukan kualitas sumber yang dikemukakan penulis, 5) mengidentifikasi klaim-klaim
yang ambigu dari penulis, serta menunjukkan kelogisan dan ketidaklogisan argumen penulis,
6) mengidentifikasi asumsi yang dikemukakan oleh penulis, 7) menemukan inkonsitensi logis
dalam proses penalaran penulis, dan 8) mendeteksi pernyataan yang bias dari penulis (Baker,
2009).
Selain Richar & Elder, Kurland (2000) juga memberi definisi membaca kritis,
yaitu kegiatan membaca yang bertujuan mengevaluasi yang didahului oleh kegitan membaca
secara seksama, teliti memperhatikan ide-ide, informasi yang dikemukakan penulis,

4
pernyataan atau argumen yang diungkapkan oleh penulis dengan mengikuti langkah
membaca yang teratur dan sistematis.
Hal yang berbeda diungkapkan oleh Wheeler dalam artikelnya yang berjudul
“Critical Reading of an Essay’sArgument,” seperti dikutip dari
http://web.cn.edu/kwheeler/reading_basic.html yang mengatakan bahwa membaca kritis
adalah kegiatan membaca aktif yang ditandai dengan kesiapan pembaca untuk “open mind”
dengan melakukan refleksi guna meragukan kebenaran isi teks atau meragukan informasi
yang disajikan oleh penulis dalam teks.Dijelaskan juga oleh Wheeler dalam Prayitni (2011)
bahwa untuk menemukan jawaban atas keraguan terhadap isi teks, pembaca harus membaca
dengan teliti, menganalisis isi teks untuk menemukan logika penulis, mengungkapkan
kembali argumen-argumen yang telah dianalisis, mempertanyakan argumen, serta menilai
kebenaran argumen yang dikemukakan penulis. Kompetensi membaca kritis akan menjadi
modal bagi pembaca untuk menyaring atau menghindarkan dari informasi yang salah dan
tidak benar, atau juga informasi yang bahkan menyesatkan/membahayakan pembaca.
Membaca kritis bukan saja memahami informasi yang terdapat dalam teks
melainkan juga membaca untuk menganalisis, membandingkan, mensintesa, dan memberikan
penilaian terhadap kualitas teks. Berdasarkan berbagai kegiatan yang dilakukan ketika
membaca kritis, maka dalam kegiatan membaca, membaca kritis termasuk kegiatan membaca
yang memerlukan kemampuan berpikir kritis.
Definisi lain tentang membaca kritis dijelaskan oleh DeBoer (1946) seperti dikutip
dari AJuha (2010) yang mengatakan bahwa membaca kritis adalah kegiatan membaca yang
diawali oleh kegiatan menentukan relevansi topik teks dengan uraiannya. Kegiatan lain yang
menyertai kegiatan membaca kritis adalah kegiatan mengevaluasi kesesuaian fakta dengan
sumber informasi yang digunakan penulis, untuk selanjutnya adalah kegiatan menilai
keabsahan argumentasi penulis. Nurhadi (2010) juga mengemukakan definis membaca kritis
adalah kegiatan membaca yang ditunjukkan oleh kemampuan pembaca mengolah bahan
bacaan secara kritis untuk menemukan makna keseluruhan dari teks yang dibaca, baik makna
tersurat maupun makna tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis,
mensintesa, dan mengevaluasi. Ditegaskan juga bahwa mengolah secara kritis bukan hanya
menangkap makna yang tersurat, tetapi juga menemukan makna antarbaris serta makna di
balik baris.
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang memiliki ciri-ciri tertentu. Akan tetapi
secara umum membaca kritis adalah kegiatan membaca yang diiringi oleh kegiatan berpikir.
Harjasujana (2009) mengemukakan beberapa ciri pembaca kritis, yakni: 1) memiliki

5
pengetahuan topik yang dibaca, 2) sikap bertanya dan menilai yang tidak tergesa-gesa, 3)
tindakan yang diambil tidak tegesa-gesa.Nurhadi (2010:59) juga menjelaskan bahwa
pembaca kritis ditandai dengan 1) pembaca melibatkan kegiatan berpikir kritis saat membaca,
2) tidak menerima begitu saja informasi yang dikatakan penulis, 3) pembaca berusaha
mencari jawaban yang hakiki, 4) pembaca selalu mengolah bahan (informasi yang dibaca)
bukan menghafal, 5) pembaca yang melakukan kegiatan membaca dengan tujuan untuk
diingat, diterapkan bukan untuk dilupakan.
Dijelaskan juga oleh Nurhadi(2010:59) bahwa kemampuan membaca kritis adalah
kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menenmukan keseluruhan
makna bahan bacaan, baik makna tersirat maupun makna tersurat, melalui tahap mengenal,
memahami, menganalisis, mensintesa, dan menilai. Mengolah secara kritis artinya, proses
membaca seseorang tidak hanya menangkap makna tersurat ( makna baris-baris bacaan)
ataua yang dikenal dengan makna reading the lines melainkan juga menemukan makna
antarbaris atau reading between the line, dan makna di balik baris atau reading belond the
lines.
Berdasarkan cakupan kegiatan berpikir yang menyertai kegiatan membaca kritis,
membaca kritis dilakukan dalam beberapa langkah membaca. Whellear dalam
http:/web.cn.edu/kwhelear/readingbacic.html menjelaskan 5 langkah membaca kritis. Kelima
langkah tersebut adalah 1) prereading, 2) interpretative reading, 3) critical reading, 4)
syntopic or synoptic reading, dan 5) post reading.
Sementara kegiatan yang dilakukan oleh pembacakritis yang dijelaskan dalam
materi membaca kritis dari Universitas Salisbury ada tujuh langkah. Ketujuh langkah
tersebut, yakni: 1) previewing, 2) contekstualizing, 3) quiestioning to understand and
remember: asking questions abaut the conten, 4) reflectinng on chalenggens to your beliv
and values examining your personal responses, 5) outlining and summarizing: identitifyng
the main ideas and restating them in your own words 6) evaluating and argumen: testing the
logic of a text as well as its credibility and emotional impanct, 7) comparing and contras
related readings: ekploringblikenesses and differences betwen text to understanding them
better. (http:www//salisbury.edu.)

METODE PENELITIAN
Penelitian pengembangan ini dilakukan hanya pada tahap penelitian diskriptif kualitatif,
dengan melakukan tahap-tahap kegiatan studi pendahuluan, dan pengembangan produk
kompetensi sebagai model konstruksi kompetensi membaca kritis teks nonsastra.

6
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dan studi
lapangan tentang konstruksi kompetensi membaca kritis. Kajian lapangan dilakukan pada
saat pembelajaran Mata Kuliah Membaca Kritis dengan mengkaji silabus, dan Rencana
Perkuliahan Semester, berserta konstruk kompetensi membaca kritis, sedangkan kajian yang
dilakukan dalam studi pendahuluan ini adalah mencoba melacak konstruk kompetensi
membaca kritis yang pernah ada. Tujuan utama dilakukannya studi pendahuluan adalah untuk
mendapatkan gambaran yang kongkret tentang keadaan perencanaan pembelajaran Mata
Kuliah Membaca Kritis, keadaan tentang proses pembelajaran, dan proses evaluasi beserta
alat evaluasi yang digunakan saat pembelajaran.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan terkait untuk melacak teori, gambaran studi atau hasil kajian
penelitisebelumnya yang relevan terkait dengan silabus Mata Kuliah Membaca Kritis yang
dikembangkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kajian juga dilakukan
terhadap hasil penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan bahan ajar membaca
kritis yang pernah dilakukan Prayitni (2011).Studi pustaka juga dilakukan terhadap materi
pokok membaca kritis yang ditulis Harjasujana (2009). Literatur lain yang juga dipelajari
terkait dengan membaca kritis adalah uraian yang dilakukan oleh Nurhadi (2010). Untuk
melengkapi studi pustaka juga diselidiki materi membaca kritis yang dijelaskan oleh Adler
(2010).
Acuan yang digunakan untuk mengembangkan konstruk kompetensi membaca kritis
ini adalah kompilasi berbagai definisi, teori, dan indikator kompetensi membaca kritis yang
digunakan oleh para pakar yang belum tersusun dalam bentuk konstruk atau taksonomi yang
sistematis. Adapun langkah pengembangan kegiatan konstruk kompetensi membaca kritis
adalah seperti pada bagan berikut.

Gambar 1PengembanganKonstrukKompetensiMembacaKritis

7
3. Analisis Lapangan dan Analisis Tujuan
Analisis lapangan dilakukan dengan mengobservasi dan wawancarai
teman dosen yang mengajar mata kuliah membaca di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, di Fakultas bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta tentang silabus,
proses pembelajaran, dan jenis tagihan atau evaluasi terhadap membaca kritis.
Sumber Data Penelitian
Berdasarkan analisis kebutuhan dan analisis tujuan penelitian, maka sumber data yang
dijadikan dasar acuan pengembangan ini adalah sumber data analisis kebutuhan terhadap
konstruk kompetensi membaca kritis.
Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Hasil yang dicapai dari pengembangan ini adalah berupa konstruk kompetensi
membaca kritik khusus teks nonsastra yang dapat digunakan sebagai panduan menilai atau
mengkritisi teks nonsastra. Spesifikasi produk ini adalah sebagai berikut.
a) Produk yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengkritisi berbagai jenis teks
nonsastra.
b) Produk yang dihasilkan berupa susunan kompetensi atau taksonomi membaca kritis yang
disusun berdasarkan urutan logis kegiatan membaca dan tagihan-tagihan kompetensi
kongnisi, psikomotor, dan afeksi.

HASIL PENELITIAN
A. Hasil Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengidentifikasi gambaran empiris tentang
konstruk kompetensi membaca kritis yang dijadikan tagihan oleh para pengajar Mata Kuliah
Membaca Kritis. Selain konstruk kompetensi, hal lain yang ditemui pada hasil studi
pendahuluan adalah proses pembelajaran membaca kritis. Hasil studi lapangan ini dijadikan
dasar pengembangan model konstruksi kompetensi membaca kritis. Dari hasil studi
pendahuluan ditemukan beberapa aspek yang terdapat dalam proses pembelajaran mata
kuliah membaca kritis. Berikut adalah temuan-temuan tersebut.
1. Pembelajaran Membaca Kritis
Ada beberapa temuan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan dosen terkait
dengan pembelajaran Mata Kuliah Membaca Kritis. Pertama,aspek perencanaan.

8
Kedua,aspek pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, aspek evaluasi. Berdasarkan hasil
wawancara ditemukan data-data sebagai berikut.
a) Perencanaan Pembelajaran
Data aspek perencanaan pembelajaran yang ditemukan adalah satu orang dosen
menyusun Rencana Pelaksanaan Perkuliahan Satu Semester (RPS), satu orang
menggunakan silabus yanjg telah ada, sementara satu orang menggunakan silabus sekaligus
mengembangkan materi berupa power point.
Jumlah pertemuan yang direncanakan dalam perkuliahan rata-rata 14 kali
pertemuan dengan rincian 4 kali pertemuan untuk membicarakan materi perkuliahan, 10
kali pertemuan untuk tatap muka dengan durasi tiap 1 kali pertemuan 100 menit. Akan
tetapi, karena mata kuliah ini 4 SKS maka waktu pertemuan dibagi menjadi 2 hari dengan
durasi masing-masing 100 menit teori 100 menit praktik. Tiap dosen menentukan kontrak
kuliah sebagai dasar penentuan evaluasi pada akhir proses pembelajaran.
Pada awal perkuliahan, dosen pengajar Mata Kuliah Membaca Kritis menentukan
sumber acuan kuliah berupa buku. Sumber utama yang digunakan untuk mengajar adalah
buku “How To Read A Book” yang ditulis oleh Adler (1972) yang dicetak ulang dan
diterjemahkan oleh Lala Herawati Dharma (2011). Buku ini menjadi buku pegangan baik
mahasiswa maupun dosen. Buku lain yang digunakan adalah modul Membaca Kritis yang
ditulis oleh Harjasujana (tth).
Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, ditemukan data bahwa
perkuliahan dilaksanakan dengan item tatap muka dan praktik. Adapun bahan ajar yang
digunakan sebagai bahan yang akan dikritisi semua dosen membagi teks ke dalam dua jenis
teks, yakni teks sastra dan teks nonsastra.
Penggunaan buku “How To Read A Book” yang tidak dirancang lebih lanjut untuk
keperluan bahan ajar yang terarah menyebabkan mahasiswa tidak fokus memahami materi
Mata Kuliah Membaca Kritis terutama dalam hal langkah kegiatan membaca. Hal ini
terjadi karena dalam buku-buku tersebut tidak dipilah membaca kritis untuk teks sastra atau
teks nonsastra. Selain itu, kedua buku tersebut juga tidak menentukan spesifikasi
kompetensi yang akan dilakukan oleh mahasisiwa saat melakukan membaca kritis.
b) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran Mata Kuliah Membaca Kritis diampu oleh 4-5 orang
dosen yang juga berarti bahwa tiap dosen mengampu 1 kelas dengan jumlah mahasiswa 20-
25 orang/kelas. Data awal yang ditemukan tentang pelaksanaan pembelajaran membaca

9
kritis dilakukan dalam dua bagian, yakni bagian pertama penjelasan materi, dan yang kedua
praktik.
Pada saat praktik tidak dibedakan akan melakukan membaca kritis jenis teks sastra
atau nonsastra. Acuan analisis secara kritis hanya berdasarkan acuan analisi kritis umum
yang diberlakukan untuk semua teks, pada hal tiap genre atau jenis teks memiliki struktur,
dan ciri yang berbeda-beda.
Pada pelaksanaan pembelajaran, dosen tidak memberi target hasil analisisnya
dijadikan motivasi tambahan untuk meningkatkan eksisitensi diri seperti melakukan
penilaian buku yang dapat dikirim ke media cetak atau media on line. Akibatnya, mata
kuliah yang bobotnya 4 SKS ini dianggap mata kuliah yang membosankan dengan tagihan
yang belum jelas dengan tidak adanya spesifikasi produk kritis yang diinginkan.

c) Konstruk Kompetensi Membaca Kritis


Hasil kajian lapangan dan studi pendahuluan tidak ditemukan rumusan konstruk
membaca kritisyangdapat digunakan untuk acuan penilaian maupun acuan melakukan
analisis kritis terhadap teks nonsastra. Satu-satunya acuan awal yang dapat dijadikan acuan
untuk melakukan penilaian adalah rumusan-rumusan standar kompetensi yang dirumuskan
dalam Rencana Pelaksanaan Perkuliahan Satu Semester yang disusun oleh salah satu
dosen.
Rujukan lain adalah silabus tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata kuliah
yang dibuat bersama oleh TIM yang digunakan oleh dua orang dosen,berupa rumusan
topik-topik yang diajarkan, sedangkan dua orang dosen lainnya mencoba
mengombinasikan silabus yang ada sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang diajarkan
pada proses pembelajaran tanpa disertai rumusan tagihan atau konstruk kompetensi yang
diinginkan.

B. Hasil Kajian Literatur sebagaiLandasan Pengembangan Produk


Definisi konstruk dalam penelitian ini adalah susunan kegiatan membaca dan tagihan
berpikir ketika kegiatan membaca. Untuk menyusun konstruk tersebut Oleh sebab itu
diperlukan kajian literatur sebagai pengarah dan bahan menyusunan desain awal
pengembangan model konstruksi kompetensi membaca kritis teks nonsastra.
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang melibatkan kompetensi berpikir kritis.
Ada beberapa hasil penelitian pendahuluan yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya
penelitian Prayitni (2011). Penelitian Prayitni tentang bahan ajar membaca kritis disusun

10
berdasarkan kompetensi berpikir. Prayitni mengembangkan bahan ajar membaca kritis
berdasarkan taksonomi berpikir yang dikemukakan oleh Marzano (Prayitni, 2011).
Ada delapan keterampilan berpikir yang dijadikan acuan untuk menyususn bahan ajar
membaca kritis. Kedelapan acuan tersebut, yakni: 1) keterampilan memfokuskan, 2)
mengumpulkan informasi, 3) keterampilan mengingat, 4) keterampilan mengorganisasi, 5)
keterampilan menganalisis, 6) keterampilan menggeneralisasi, dan 7) keterampilan
mengintegrasi, 8) keterampilan mengevaluasi.
Pengembangan yang dilakukan Prayitni (2011:52) difokuskan untuk kegiatan
membaca kritis berdasarkan urutan kegiatan berpikir yang diakhiri dengan kegiatan evaluasi
dalam berbentuk esai yang dihubungkan dengan kegiatan responsif dan memanfaatkan
multimedia.

C. Deskripsi Produk Hasil Pengembangan Model Konstruksi Membaca Kritis Teks


Nonsastra
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kajian pustaka, dan kajian teori yang telah
dilakukan, maka dapat dirumuskan langkah kegiatan dan kompetensi membaca yang menjadi
model kompetensi membaca kritis. Langkah dan kegiatan yang dimaksud adalah 1) kegiatan
membaca, 2) kompetensi yang menjadi bagian dari tagihan, dan 3) subkompetensi yang
menjadi indikator tagihan yang ingin dicapai.
Langkah kegiatan membaca kritis berkaitan dengan tahapan kegiatan yang dilakukan
oleh pembaca ketika melakukan kegiatan membaca. Ada empat langkah kegiatan membaca,
yakni: 1) melakukan survei terhadap teks, 2) memahami teks, 3) menganalisis, 4) mengkritisi,
5)mengevaluasi, 6) mempublikasikan hasil.
Masing-masing langkah kegiatan tersebut memiliki kompetensi dan subkompetensi,
sedangkan kompetensi dan subkompetensi adalah tagihan dari kegiatan membaca yang
dilakukan. Rumusan langkah dan kompetensi dan subkompetensi tersebut dirangkum dalam
tabel. Berikut adalah tabel model konstruksi kompetensi yang dirumuskan.

TABEL 1. Konstruk Kompetensi Membaca Kritis Teks Nonsastra

Tahapan Proses Kompetensi Subkompetensi


Kegiatan
Membaca Kritis
Survei teks Mengenali jenis teks a. menentukan jenis teks

11
b. mengenali penulis
c. mendeskrisikan tujuan
penulis
d. menentukan motivasi
penulis
e. menentukan konteks

Memahami teks Memahami Isi Teks a. memahami tema teks


b. menunjukkan ciri-
ciri teks
c. menuliskan gagasan
utama yang
terdapat dalam tiap
paragraf

Mengidentifikasi a. identifikasi struktur teks


komponen Teks b. identifikasi fakta dan
opini yang terdapat
dalam teks
c. identifikasi pola
pengembangan paragraf
d. identifikasi ide utama
dan ide penjelas dalam
tiap paragraf
e. mengungkapkan kembali
makna tersirat yang
disampaikan penulis
pada tiap paragraf
dengan
logis,sederhana,logis
dan sistematis
f. menunjukkan relevansi
bagian-bagian struktur
teks dengan uraianya
g. menunjukkan
argumentasi penguat ciri-
ciri teks
Menganalisis Teks
a. menunjukkan
ketidaksesuaian tema
dengan isi teks
b. menunjukkan
ketidaksesuaian uraian
pada tiap bagian teks
c. menunjukkan
ketidakruntutan ide antar
paragraf
d. menunjukkan kesesuaian

12
ide utama dengan ide
penjelas
e. menunjukkan manfaat
penggunaan fakta

Mengkritisi Mengkritisi Isi Teks a. menunjukkan ketidak


sesuaian judul dengan
tema
b. menunjukkan
ketidaksesuaian tema
dengan isi teks
c. menunjukkan
ketidaksesuaian ide
utama dalam paragraf
dengan ide penjelas
d. menunjukkan
ketiksesuain detail fakta
dengan argumen penulis.

Mengevaluasi Mengevaluasi Teks a. memberikan argumentasi


tentang ketidaksesuaian
uraian penulis penulis
terhadap uraian dalam
teks
b. menilai kesesuian
penggunaan fakta dengan
argumentasi yang
dikemukakan penulis
c. menilai keakuratan
argumentasi penulis
dengan fakta yang
diajukan

Menyimpulkan Isi a. menyatakan keseluruhan


Teks uraian penulis dengan
pernyataan yang logis,
ringkas menyeluruh dan
sistematis
b. mengungkapkan kembali
isi teks yang
disampaikan penulis
dengan sederhana dan
sistematis
Publikasi Hasil a. mereproduksi teks
berdasarkan hasil
analisis, kritikan dan
evaluasi dalam bentuk
penilaian yang utuh
dengan porsi yang

13
seimbang, logis, dan
jujur.

PEMBAHASAN
Ada lima langkah kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan membaca kritis, kelima
kegiatan tersebut, yakni: 1) survei, 2) memahami isi teks,3) menganalisis teks, 4) mengkritis
teks, 5) mengevaluasi, dan mempubilkasikan hasil kritikkan.
Lima langkah kegiatan membaca kritis tersebut merupakan suatu kegiatan yang
hirarkis, artinya kegiatan pertama merupakan kegiatan yang saling berkaitan dan modal untuk
melakukan kegiatan selanjutnya. Langkah survei buku dilakukan untuk menentukan jenis
teks yang akan dikritisi, mengenali identitas penulis, latar belakang penulis, kegitan ini
penting untuk mengetahui motivasi penulis, dan tujuan penulis. Berdasarkan kegiatan survei
teks, pembaca telah memiliki modal untuk memprediksi tujuan penulis dalam teks yang
akan dikritisi.
Langkah kedua berupa kegiatan memahami teks berkenaan dengan kegiatan 1)
menentukan tema teks, pemahaman akan tema teks menjadi modal utama untuk memahami
keseluruhan isi teks. Selain itu, kegiatan menentukan tema teks akan menjadi petunjuk
memahami rangkaian ide pokok yang ada dalam rangkaian penjelasan penulis, 2) kegiatan
yang dua adalah kegiatanmenunjukkan ciri teks. Kegiatan ini berfungsi sebagai pengarah
yang memperkuat langkah pertama yakni kegiatan menentukan jenis teks, di lain pihak
langkah yang 3) menuliskan gagasan utama yang terdapat dalam tiap paragraf yang dibaca.
Kegiatan ini akan menjadi acuan untuk menentukan apakah kegiatan menentukan
tema pada kegiatan pertama berkesesuaian atau tidak dengan uraian ide utama. Selain itu,
pada kegiatan ini juga pembaca akan mengetahui apakah dalam tiap paragraf penulis
menguraikan ide utama secara teratur sisitematis sehingga membentuk satu kesatuan tema
yang utuh.
Langkah ketiga adalah kegiatan mengidentifikasi komponen teks. Kegiatan ini
ditandai dengan kegiatan: 1) mengidentifikasi struktur teks. Kegiatan mengidentifikasi
strukutur teks dilakukan untuk memastikan jenis teks yang akan dianalisis dengan
memastikan struktur yang membangun teks, maka pembaca dapat membedakan genre teks
yang dibaca, 2) kegiatan kedua adalah kegiatan mengidentifikasi fakta dan opini. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperkuat argumentasi pembaca apakah tema utama yang disampaikan
penulis didukung oleh fakta-fakta yang jelas dan valid.Selain itu, penggungkapan fakta oleh

14
pembaca akan berfungsi sebagai pengarah argumentatasi pada saat memberikan penilaian
pada langkah mengevaluasi teks.
Kegiatan 3) adalah kegiatan menentukan pola pengembangan paragraf. Penentuan
pola pengembangan paragraf akan membantu pembaca memahami alur pikir yang
dikembangkan penulis. Kegiatan 4) berupa mengidentifikasi hubungan antaride utama dan
ide penjelas.Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah antara ide utama dengan ide penjelas
memiliki hubungan yang saling menjelaskan selain itu. Kegiatan ini akan membantu pembaca
memahami ketidakjelasan uraian ide utama dalam tiap paragraf.
Kegiatan 5) adalah kegiatan mengungkapkan kembali makna yang tersirat yang
disampaikan penulis. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperjelas makna “samar” yang
ingin disampaikan penulis sehingga rangkaian makna yang disampaikan penulis dalam tiap
paragraf dapat dipahami secara utuh.
Kegiatan 6) kegiatan yang berusaha memahami relevansi hubungan antar struktur
teks. Kegiatan ini bermanfaat untuk mengetahui alur penyampaian tema teks untuk
selanjutnya diperkuat oleh kegiatan ke enam berupa mencari penanda atau ciri teks yang
dibaca dengan argumentasi-argumentasi yang menyertai penjelasan yang diungkapkan
penulis.
Langkah ke empat adalah langkah mengkritisi teks. Pada langkah ini kegiatan yang
dilakukan adalah 1) menunjukkan ketidaksesuaian tema teks dengan isi teks. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperhatikan judul teks, tema teks dan uraian isi teks, 2) menunjukkan
ketidaksesuaian uraian pada tiap bagian teks. Penunjukkan ini dapat dilakukan dengan
memperhatikan penjelasan penulisan pada tiap bagian teks, apakah uraian pada bagian teks
memiliki keterkaitan berdasarkan fungsi bagian teks atau tidak.
Kegiatan 3) menunjukkan ketidaksesuaian ide dalam paragraf maupun ide antar
paragraf. Ketidaksesuaian ide utama dan ide penjelas menjunjukkan bahwa uraian penulis
tidak mendukung ide utama. Ketidaksesuaian uraian ide utama dengan penjelas ide penjelas
akan menjadi celah yang dapat mengurangi ketidakterkaitan informasi utama dan informasi
pendukung dalam tema utama teks, 4) menunjukkan ketidaksesuaian detail fakta dan
argumen penulis. Penggunaan fakta dalam teks berfungsi untuk memperkuat ide utama atau
tema teks. Penggunaan fakta yang tidak memperkuat argumentasi penulis majadikan
pemanfaatan fakta tidak bermakna.
Setelah melakukan tahap 1-4, maka tahap selanjutnya adalah memberikan penilaian
atau evaluasi terhadap keseluruhan isi teks dengan berpedoman pada hasil survei, hasil

15
identifikasi, hasil analisis, dan hasil kritikan terhadap teks. Penilaian tidak dapat dilakukan
secara subjektif.
Langkah ke lima adalah langkah mengevaluasi teks. Pada langkah evaluasi ini ada tiga
kegiatan yang dilakukan. Kegiatan 1) menilai keakuratan fakta yang digunakan penulis
dengan mengajukan pertanyaan, apakah fakta mendukung penjelasan penulis? Apakah fakta
berkesesuaian dengan argumentasi penulis? Apakah fakta memperkuat argumen yang
dikemukakan penulis? Apakah argumen-argumen penulis memperkuat uraian?
Langkah ke enam adalah menyimpulkan. Langkah menyimpulkan berkenaan dengan
kegiatan menyatakan keseluruhan isi teks dengan kalimat pernyataan yang logis, sistematis.
Selain itu, kegiatan lain yang dilakukan dalam kegiatan menyimpulkan adalah menyatakan
kelebihan dan kekurangan teks dengan jujur.
Tahap akhir atau tahap publikasi. Kegiatan ini berkaitan dengan usaha penulis untuk
menulis kembali keseluruhan hasil membaca kritis menjadi sebuah teks yang menunjukkan
kelebihan dan kekuarangan teks dengan tujuan memberikan gambaran bagi pembaca tentang
isi teks.

SIMPULAN
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa model konstruk kompetensi membaca kritis
yang dapat dijadikan sebagai panduan menilai CapaianPembelajaran (CP) membaca kritis
berbasis teks non sastra dapat dirumuskan dalam lima langkah, yaitu: 1) surveiteks, 2)
memahami isi teks, 3) menganalisis teks, 4) mengkritis teks, 5) mengevaluasi dan
mempubilkasikan hasil kritikan.
Langkah (1) untuk menentukan jenis teks yang akan dikritisi, mengenali identitas
penulis, dan latar belakang penulis. Langkah (2) dengan kegiatan menentukan tema teks,
menunjukkan cirri teks, dan menuliskan gagasan utama yang terdapat dalam tiap paragraf
yang dibaca. Langkah (3) dengan mengidentifikasi struktur teks, fakta dan opini,
menentukanpolapengembanganparagraf, mengidentifikasi hubungan antara ide utama dan
penjelas, mengungkapkan kembali makna tersirat, dan memahami relevansi hubungan antar
struktur teks. Langkah (4) dilakukan dengan menunjukkan ketidaksesuaian tema teks dengan
isi, uraian pada tiap bagian teks, ide dalam paragraf, detail fakta dan argument penulis.
Langkah (5) terdapat kegiatan menilai keakuratan dan kesesuaianfakta.Tahap akhir adalah
publikasi dengan menunjukkan kelebihan dan kekurangan teks dengan tujuan memberikan
gambaran bagi pembaca tentang kekurangan dan kelebihan isit eks.

16
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitimengucpakan terima kasih kepada BLU UNY Tahun 2016 alokasi DIPA
FBSsebagaipenyandang dana yang telahmendukung dan berperan penting dalam pelaksanaan
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Borg,W & Gall, M. D. 1989. Educational Research. New York & London: Longman.

Harjasujana, Ahmad. 2009. Membaca Kritis. Jakarta: Modul Universitas Terbuka.

Harris, A. Kholid.dan S. Lilis. 1998. Materi Pokok Membaca 1. Modul. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan. Proyek Penataran Guru SLTP Setara D3.

Kurland, Dan Kurland’s. CriticalReading.www.criticalreading.comLesson Developing


Critical Thinking Skills. GRE Resources DevelopingCritical Reading Skills.
htps://www.brainfuse.com

Nurhadi. 2010. Bagimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Prayitni. Endah Tri. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi
Responsif dengan Multi Media. Disertasi. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas.

University of Lelcester.“What Is Critical Reading“ www/le.ac.uk/succeedinyourstudies.


Diakses 9 Oktober. 2016. http:www//salisbury.edu.

Wheeler,L.Kip.“Critical Reading of an Essay’s Argument”. http://web.cn.edu/ kwheeler/


reading-basic.html.

17

Anda mungkin juga menyukai