Anda di halaman 1dari 6

TEMU ILMIAH IPLBI 2017

Perancangan Kawasan Kuliner di Citraland Bagya City dengan


Pendekatan Serial Vision

Taufik Tandiono(1), Agus S. Ekomadyo(2), Hari Hajaruddin Siregar(3)


taufiktandiono@hotmail.com

(1)
Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi
Bandung.
(2)
Staf Pengajar Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
(3)
Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Abstrak

Sebagai sebuah proyek kawasan kuliner yang dibangun di sebuah perumahan baru, kawasan kuliner
ini tentunya harus didesain dengan sebuah konsep dasar yang baru dan berbeda dengan proyek-
proyek kawasan kuliner yang telah ada di Medan. Konsep tersebut harus menjawab isu-isu
perancangan proyek yaitu isu sirkulasi dan suasana (ambience) yang saling berkaitan satu dengan
lainnya. Suasana yang terbentuk bergantung pada desain sirkulasi pengunjungnya. Pendekatan
Serial Vision menjadi pendekatan dalam merancang yang paling cocok dalam merespon kedua isu
perancangan tersebut. Penerapan pendekatan Serial Vision dalam desain kawasan kuliner ini terlihat
dari bentuk massa bangunan-bangunan yang organik, sirkulasi pengunjung yang tidak monoton,
serta adanya fasilitas sky bridge dan sky terrace yang akan menciptakan sirkulasi pengunjung
menjadi kaya akan pengalaman ruang dan pemandangan yang berbeda.

Kata-kunci : ambience, kawasan kuliner, permeabilitas, serial vision

Pendahuluan 2008). Banyak tempat kuliner di Medan yang


menawarkan konsep alfresco dining dimanapara
Citraland Bagya City merupakan salah satu pengunjung dapat menikmati makanan pada
proyek perumahan baru oleh Ciputra Group di alam terbuka. Namun sayangnya pusat-pusat
kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. De- kuliner di Medan yang mengangkat tema outdoor
ngan konsep sebuah kota mandiri yang berke- tersebut hanya ramai pada malam hari saja.
lanjutan, perumahan Citraland Bagya City harus Tempat kuliner tersebut cenderung sepi pada
ditunjang oleh fasilitas-fasilitas pendukung se- siang hari karena iklim kota Medan yang cukup
perti hotel, apartemen, sekolah, perkantoran panas dan terik.
sampai dengan sebuah kawasan kuliner. Penye-
diaan kawasan kuliner bertujuan untuk meme- Tempat-tempat kuliner di Medan kebanyakan
nuhi kebutuhan kuliner penghuni perumahan hanya mewadahi satu jenis kegiatan saja, yaitu
khususnya dan masyarakat sekitar perumahan menyantap makanan. Pengunjung cenderung
pada umumnya. langsung beranjak pergi setelah selesai menik-
mati hidangan. Penambahan fungsi-fungsi yang
Sektor hotel dan restoran merupakan salah satu bersifat rekreatif tentunya akan menjadi nilai
sektor ekonomi yang mengalami peningkatan tambah sebuah tempat kuliner. Suasana rekre-
daya saing (keunggulan) di kota Medan. Hal atif dapat tercipta dengan adanya pengalaman
tersebut terbukti dengan banyaknya tempat ruang yang dapat dirasakan pengunjung ketika
kuliner dalam bentuk restoran, foodcourt, mau- datang ke tempat kuliner tersebut. Perancangan
pun cafédi kota Medan dan sekitarnya (Welly, kawasan kuliner dengan pendekatan Serial

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | D 031


Perancangan Kawasan Kuliner di Citraland Bagya City dengan Pendekatan Serial Vision
Vision diharapkan dapat menghasilkan sebuah Konsep sky terrace dan sky bridge yang
kawasan kuliner yang menghadirkan suasana menghubungkan antar bangunan pada pusat
yang berbeda dan rekreatif kepada pengunjung- perbelanjaan ini selain memperkaya desain
pengunjung yang datang. sirkulasi pengunjung, juga menciptakan
Serial Vision dalam Arsitektur
ambience yang jarang dijumpai pada
shopping mall – shopping mall konvensional.
Pada perancangan kota, ada nilai-nilai yang Pada pusat- pusat perbelanjaan konvensional,
harus ditambahkan sehingga masyarakat di kota aktivitas pengunjungnya lebih banyak berada
tersebut secara dapat menikmati lingkungan di dalam bangunan. Adanya konsep alfresco
perkotaan dari sisi psikologis maupun fisik. Ke- dining membuat pengunjung dapat menikmati
empat hal tersebut adalah serial vision, place, kuliner dengan suasana berbeda yaitu di alam
content dan functional tradition (Cullen, 1961). terbuka.
Pada perancangan kawasan kuliner ini, peran-
cang melakukan pendekatan terhadap serial 2. The Breeze, BSD City
vision.

Serial Vision adalah gambaran- gambaran visual


yang dapat ditangkap oleh seorang pengamat
ketika berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
Rekaman gambaran-gambaran tersebut akan
membentuk sebuah kesatuan rekaman gambar
sebuah tempat bagi pengamat. Gambaran-
gambar visual tersebut biasanya terdapat ke-
miripan satu sama dengan lainnya untuk me-
nandakan bahwa pengamat masih berada pada
tempat yang sama (Cullen, 1961). Gambar 1. Perspektif Suasana Beachwalk Shopping
Center (Sumber: Google Images, 2016)
Kajian Preseden Tipologi Sejenis
The Breeze merupakan sebuah lifestyle center
Studi preseden dimulai dengan mempelajari yang memiliki kualitas ambience atau suasana
bangunan-bangunan yang memiliki tipologi yang sangat baik. Dikembangkan di atas lahan
sejenis ataupun memiliki konsep desain yang yang cukup luas yaitu 13.5 ha, The Breeze
mirip dengan konsep desain kawasan kuliner memiliki danau buatan seluas 2.5 ha. Adanya
yang dirancang. danau buatan tersebut selain menurukan suhu
lingkungan yang cukup panas dan terik, juga
1. Beachwalk Shopping Center, Bali mendukung penciptaan suasana lifestyle center
tersebut.
Hal yang menarik dari preseden ini adalah isu
sirkulasi pengunjung dan suasana (ambience) Pengunjung selain dapat menikmati kuliner di
yang menjadi fokus perhatian desainnya. dalam ruangan, juga dapat menyantap maka-
Konsep massa yang dipilih adalah konsep nan di luar bangunan. Untuk memastikan agar
bentuk yang organik. Bentuk massa pusat per- pengunjung tidak kehujanan atau tidak kepana-
belanjaan ini memiliki konsep fluid yang mere- san, pada area makan outdoor digunakan
presentasikan pergerakan. Bentuk massa struktur kanopi dengan ukuran besar yang
tersebut menghasilkan sistem sirkulasi pengun- menutupi hampir keseluruhan bangunan. Bebe-
jung yang cukup menarik dan tidak monoton rapa restoran yang terletak di pinggir danau
(gambar 1). menawarkan pengunjungnya untuk menikmati
kuliner di pinggir danau.

D 032 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017


Taufik Tandiono
Pada bagian inner courtThe Breeze terdapat adalah sebuah keadaan dalam sebuah ling-
kolam besar yang dipadukan dengan berbagai kungan tertentu.
elemen lansekap dan danau buatan. Danau
buatan dan kolam tersebut tidak terekspos dari Isu sirkulasi dan isu suasana merupakan dua
luar bangunan sehingga membuat pengunjung isu yang saling terkait satu dengan lainnya.
Suasana yang nyaman, menarik dan rekreatif
merasakan suasana yang berbeda ketika me-
dapat diciptakan dari desain sirkulasi pengun-
masuki lifestyle center ini (gambar 2).
jung yang tidak monoton.

Perancangan kawasan kuliner ini bertujuan


untuk menciptakan suasana yang berbeda dan
menarik kepada pengunjung dengan desain
sirkulasi pengunjung di luar dan dalam bangu-
nan.

Pendekatan serial vision diterapkan dalam pe-


rancangan dengan tujuan pengunjung dapat
Gambar 2. Perspektif Suasana The Breeze mendapatkan pengalaman ruang dan peman-
(Sumber: Google Images, 2016) dangan yang berbeda-beda ketika berjalan me-
ngelilingi keseluruhan kawasan.
Deskripsi Perancangan
Penerapan Serial Vision dalam Desain
Perancangan kawasan kuliner ini selain ber-
tujuan menjawab kebutuhan masyarakat peru- Desain sirkulasi pengunjung sangat dipengaruhi
mahan Citraland Bagya City, juga untuk me- oleh bentuk massa bangunan yang didesain.
ngembangkan sebuah bisnis kuliner yang Untuk penciptaan sirkulasi pengunjung yang
memiliki sebuah konsep yang berbeda dari kaya pengalaman ruang dan pemandangan,
tempat-tempat kuliner yang ada di Medan konsep massa yang dipilih adalah konsep bentuk
sebelumnya. yang organik.

Hal yang harus diperhatikan pada perancangan Selain guna menunjukkan bentuk bangunan
kawasan kuliner ini adalah mengenai bagai- yang lebih ikonik dan standout dari pada
mana cara untuk menjawab setiap isu yang bangunan-bangunan sekitar tapak, bentuk
menjadi fokus utama dalam proyek ini. Kedua massa tersebut merepresentasikan sebuah per-
isu utama tersebut adalah sirkulasi dan gerakan.
ambience (suasana).
Pergerakan tersebut berusaha untuk menjawab
Sirkulasi merupakan suatu pola lalu lintas atau isu sirkulasi yang menjadi fokus utama peran-
pergerakan yang terdapat dalam suatu area cangan ketika berjalan menelusuri keselurahan
atau bangunan. Sistem sirkulasi yang baik kawasan. Sirkulasi yang terbentuk dari bentuk
memberikan keluwesan pergerakan manusia, massa bangunan organik diharapkan dapat
pertimbangan ekonomis dan fungsional (Haris, memberikan pemandangan yang berbeda-beda
1975). Sedangkan ambience atau suasana ketika berjalan menelusuri keselurahan kawasan.

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | D 033


Perancangan Kawasan Kuliner di Citraland Bagya City dengan Pendekatan Serial Vision

Gambar 3. Tahapan Transformasi massa bangunan Kawasan Kuliner

Untuk mendapatkan bentuk final, terdapat Kemudian, massa tersebut dibuat lebih dinamis
beberapa proses gubahan. Pertama, lahan yang dan melengkung untuk membentuk sirkulasi
relatif panjang tersebut dibagi menjadi massa- manusia yang lebih menarik dan tidak monoton.
massa yang lebih sederhana berdasarkan jalan Lalu, massa-massa bangunan yang masih
yang berhadapan langsung dengan tapak. tertata masih tersebut dirusak keteraturannya
Tujuan dari pembagian tersebut guna mem- untuk menghasilkan pergerakan manusia yang
bentuk jalur-jalur permeabilitas bagi pengunjung lebih bebas dan lebih alami lagi dibanding
yang hendak berpindah dari pusat komersial ke sebelumnya. Pada tahap akhir dilakukan
pusat pertokoan pada sisi barat tapak. Setiap penambahan unsur lansekap seperti sky bridge
pertemuan antara jalan dengan tapak merupa-
dan sky terrace untuk memperkaya pengala-
kan sebuah simpul atau node yang harus dires-
man ruang yang dialami pengunjung (gambar
pon. Simpul-simpul tersebut harus memiliki
3). Dengan pendekatan serial vision, setiap
bentuk yang jelas dan memiliki tampilan serta
sudut bangunan dan kawasan sengaja didesain
fungsi yang berbeda dari lingkungannya (Lynch,
berbeda ataupun memiliki fungsi yang berbeda
1960).
sehingga pengunjung dapat tertarik dan pena-
Permeabilitas merupakan kualitas kemudahan saran untuk mengunjungi keseluruhan kawasan
akses bagi orang-orang untuk berpindah dari kuliner ini. Hal tersebut terlihat dari dibedakan-
satu tempat ke tempat lain dengan melalui nya area drop off penumpang dengan entrance
sebuah bangunan atau lingkungan. Orang- utama kawasan kuliner bertujuan agar kera-
orang cenderung untuk memilih jalur singkat maian tidak terpusat pada suatu titik (gambar
yang menembus bangunan daripada harus 4).
berjalan memutari bangunan tersebut ketika
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain
(Hosseiny, 1998).

D 034 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017


Taufik Tandiono

Gambar 4. Hasil Perancangan Tapak

Area drop off pada bagian ujung utara tapak beberapa tititk. Adanya alternatif bagi
selain merespon sebuah monumen yang pengunjung untuk berjalan di bawah selasar
terletak pada arah timur laut tapak, juga atau di ruang terbuka telah menciptakan sebuah
bertujuan agar retail-retail pada bagian ujung- pengalaman ruang yang berbeda (gambar 6).
ujungtapak dapat tetap ramai dikunjungi oleh Berjalan pada elevasi yang berbeda memberikan
pengunjung. Selain drop off pada sisi utara sebuah suasana dan perspektif yang berbeda
tapak, pada sisi selatan tapak juga didesain ketika mengamati bangunan atau pemandangan
sebuah sunken court (gambar 5)yang dapat di kawasan kuliner ini.
dianggap sebagai anchor pada kawasan kuliner
ini.

Gambar 4. Desain Jalur Sirkulasi

Gambar. 5 Desaim Sunken Court Penggunaan sky terrace (gambar 7) dan sky
bridge (gambar 8) pada kawasan kuliner ini
Salah satu penerapan serial vision dalam desain memberikan sebuah nuansa yang baru kepada
sirkulasi kawasan kuliner ini terlihat dari sirkulasi pengunjung. Hal yang baru tersebut tentunya
pengunjung yang berkelok-kelok dan lurus pada akan mengundang pengunjung untuk datang

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | D 035


Perancangan Kawasan Kuliner di Citraland Bagya City dengan Pendekatan Serial Vision
dan berfoto-foto. Sky bridge dan sky terrace Kesimpulan
tersebut menghubungkan antar massa bangu-
nan. Skybridge memberikan alternatif kepada Penerapan serial visionpada desain kawasan
pengunjung untuk berpindah dari satu bangu- kuliner Citraland Bagya City bertujuan agar
nan ke bangunan lain. Perbedaan cara pengun- proyek kawasan kuliner ini dapat menghadirkan
jung berpindah antar gedung secara tidak suasana baru kepada para pengunjung. Kawa-
langsung telah memberikan pengalaman ruang san kuliner tidak hanya berfungsi sebagai
yang berbeda. tempat jualbeli makanan saja seperti foodcourt
ataupun pujasera, namun juga dapat menjadi
tempat rekreasi. Pendekatan serial vision dapat
diterapkan dalam proses mendesain sirkulasi
pengunjung dan menciptakan suasana yang
diinginkan pada sebuah proyek perancangan.

Bentuk massa bangunan yang organik, sirkulasi


pengunjung yang tidak monoton dan adanya
fasilitas skyterrace serta skybridge dapat men-
ciptakan sistem sirkulasi pengunjung yang
menarik dan kaya pengalaman ruang. Sistem
Gambar 5 Desain Sky Terrace sirkulasi pengunjung yang baik tersebut men-
ciptakan suasana (ambience) yang rekreatif bagi
Konsep alfresco dining diterapkan pada sunken
pengunjung yang datang.
court dan pada beberapa area makan outdoor di
lantai 2. Pada area sunken court, pengunjung Daftar Pustaka
dapat duduk dan makan dengan suasana
outdoor sambil menikmati acara. Untuk me- Andriat, W. dkk. (2008). Jurnal: Perkembangan
mastikan agar para pengunjung tidak terkena Ekonomi Kota Medan dan Pengaruhnya terhadap
hujan ketika menikmati hidangan dan acara di Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir dan
food court, maka dibuatlah penutup pada Sekitarnya. Medan: Universitas Sumatera Utara
bagian atasnya. Struktur dari penutup sunken ini Cullen, G. (1961). The Concise Townscape. London:
Architectural Press.
berbentuk seperti pohon untuk memberikesan
Haris, C. M. (1975). Dictionary of Architecture and
natural dan unik bagi pengunjung yang datang. Construction. New York: McGraw-Hill Company.
Menyantap makanan pada area makan outdoor Hosseiny, O. (1998). A key measure for
di lantai 2 tentunya memberikan pemandangan Responsiveness in Urban Design. Singapore: First
yang berbeda. International conference on quality of like in cikies.
Lynch, K. (1960). The Image of the City. Cambridge
MA: MIT Press.

Gambar 6. Desain Sky Bridge

D 036 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Anda mungkin juga menyukai