Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL EKOTOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

Bendraz Zonatha (H05218007)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN 2021
A. Range Finding Test

Penelitian fitoremediasi umumnya dilakukan dengan beberapa tahap, diantaranya


diawali dengan Range finding test atau biasa disebut uji pendahuluan. Uji ini perlu
dilakukan untuk menentukan nilai konsentrasi dari zat pencemar yang akan digunakan
dalam penelitian fitoremediasi.

Range finding test (RFT) bertujuan untuk mengetahui dan menentukan


konsentrasi pemberian sludge yang dapat diterima oleh tanaman.

Range Finding Test memiliki tujuan untuk mencari konsentrasi pencemar yang
toleran terhadap mikroorganisme uji (dalam hal ini mikroalga) sehingga dapat
dikondisikan untuk tetap hidup dan melakukan treatment secara optimal. Range Finding
Test dilakukan dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda pada 5 rentang
konsentrasi dalam reaktor untuk mengukur tingkat toksisitas air limbah kromium
terhadap mikroalga Chlorella vulgaris.

Range Finding Test adalah preliminary test yang digunakan untuk mengestimasi
konsentrasi kontaminan yang mampu diuptake oleh organism uji. Range Finding Test
pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengkondisikan mikroalga dengan pencemar
K2Cr2O7 supaya mikroalga dapat tetap hidup dan melakukan treatment secara optimal.
Range Finding Test dilakukan dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda pada 5
rentang konsentrasi dalam reaktor untuk mengukur tingkat toksisitas kromium terhadap
mikroalga Chlorella vulgaris.

B. Artemia Salina

Penggunaan Artemia salina sebagai biota uji laut bertujuan untuk mengetahui
toksisitas akut serbuk bor (drill cutting) sebelum diperkenankan dibuang ke perairan laut.
Artemia salina sangat baik digunakan sebagai organisme uji dalam uji toksisitas akut
perairan laut karena sederhana dan akurat untuk semua jenis toksikan. Organisme
sederhana ini mudah dikultur dan dikembangbiakkan dalam kondisi laboratorium.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan menentukan nilai toksisitas akut
limbah pengeboran minyak dan gas berupa serbuk bor terhadap Artemia salina, serta
pengaruhnya terhadap morfologi biota uji.
Artemia salina yang dijadikan biota uji pada uji utama diusahakan memiliki
ukuran yang seragam. Kerusakan bentuk morfologi dapat diketahui dengan perbandingan
morfologi tubuh Artemia salina kontrol dengan perlakuan serbuk bor. Artemia salina
mengalami kerusakan secara bertahap mulai dari bagian dalam tubuh hingga ke bagian
luar. Kerusakan bagian dalam dan luar tubuh, serta kematian pada Artemia salina yang
terkena paparan limbah yang memiliki kandungan logam berat dapat menyebabkan
penghambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya.
Tubuh Artemia salina terdiri dari kepala, toraks dan perut. Kerusakan tubuh biota
uji secara bertahap terjadi berdasarkan lama pemaparan. Tahapan kerusakan terjadi pada
bagian kepala (mulut, mata, dsb.), saluran pencernaan, kerusakan total seluruh bagian
dalam tubuh biota, lalu kerusakan total bentuk tubuh biota uji. Tahapan kerusakan tubuh
ini menunjukkan bahwa kerusakan terjadi berdasarkan tingkat interaksi terendah hingga
tertinggi antara organ tubuh biota dengan bahan toksik.
Pengaruh limbah pengeboran migas berupa serbuk bor terhadap brine shrimp
(Artemia salina) yakni terjadinya kerusakan pada seluruh morfologi dan anatomi tubuh
biota uji secara bertahap berdasarkan lamanya pemaparan. Berdasarkan kerusakan tubuh
yang mulai terjadi pada konsentrasi terendah uji utama, maka perlu dilakukan uji
toksisitas kronik limbah pengeboran. Diperlukan uji toksisitas menggunakan organisme
bentik perairan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh limbah terhadap organisme
dasar dan sedimen perairan.

C. Pembuatan Larutan/Senyawa Logam Dengan Konsentrasi Tertentu (beserta


contoh)
1. Larutan Buffer
Pembuatan larutan standar buffer ftalat 0,005 molal sebagai sampel Sebanyak
10,3 g kalium hidrogen ftalat Merck ditimbang didalam gelas beker 1 L. Kemudian
ditambahkan air demineral sampai beratnya mencapai 1.008,236 g. Larutan ini diaduk
hingga larut sempurna menggunakan pengaduk magnet. Prosedur ini diulang
sebanyak 10 kali. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam botol Nalgene PP 20 L dan
didiamkan selama 1 malam. Kemudian larutan ditansfer dan dikemas dalam botol
Nalgene HDPE 100 mL. Sebanyak 100 botol larutan standar buffer ftalat didapat dari
proses pembuatan. Prosedur pembuatan larutan standar buffer ftalat 0,05 molal
mengikuti prosedur.
2. Pengujian aktivitas ekstrak etanol, partisi metanol, dan partisi n-Heksan terhadap
stabilisasi membran eritrosit.
Pembuatan larutan yang digunakan untuk menentukan aktivitas ekstrak terhadap
stabilisasi membran eritrosit yaitu sebagai berikut :
a. Pembuatan larutan uji Larutan uji berisi 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M), 1 mL
larutan ekstrak, 2 mL hiposalin, dan 0,5 mL suspense sel darah merah.
b. Pembuatan larutan kontrol positif Larutan kontrol positif berisi 0,5 mL suspense
sel darah merah, 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M), 2 mL hiposalin, dan 1 mL
larutan Na diklofenak.
c. Pembuatan larutan kontrol larutan sampel Larutan kontrol larutan uji berisi 0,5
mL larutan isosalin sebagai pengganti suspensi sel darah merah, 1 mL dapar
fosfat pH 7,4 (0,15 M), 2 mL hiposalin, dan 1 mL larutan sampel.
d. Pembuatan larutan kontrol negatif Larutan kontrol negatif berisi 0,5 mL suspensi
sel darah merah, 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M), 2 mL hiposalin, dan 1 mL
larutan isosalin sebagai pengganti larutan sampel. Semua larutan tersebut
selanjutnya diinkubasi dengan suhu 37°C selama 30 menit dan disentrifugasi
dengan kecepatan 5000 rpm selama 20 menit. Cairan supernatan yang didapat
diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 541
nm.
DAFTAR PUSTAKA

Afifudin, A. F. M., & Irawanto, R. (2021). Estimating The Ability of Lanceleaf Arrowhead

(Sagittaria lancifolia) in Phytoremediation of Heavy Metal Copper (Cu). BERKALA

SAINSTEK, 6.

Berlianto, M. (n.d.). RANGE FINDING TEST Chlorella vulgaris MICROALGAE IN. 18(1), 10.

Hindayani, A., Hamim, N., Zuas, O., Aristiawan, Y., Elishian, C., Budiman, H., & Komalasari, I.

(2021). PEMBUATAN LARUTAN STANDAR BUFFER FTALAT YANG TERTELUSUR

UNTUK MENJAMIN KEAKURATAN PENGUKURAN pH PADA PEMANTAUAN

KUALITAS AIR. 7.

Nababan, D. J., & Ali, M. (2021). PENGARUH PEMBERIAN SLUDGE INDUSTRI

PENYAMAKAN KULIT TERHADAP PERKEMBANGAN TANAMAN PUCUK

MERAH (SYZYGIUM OLEANA). EnviroUS, 1(2), 10–18.

https://doi.org/10.33005/envirous.v1i2.28

Pamening, A., Wirasti, W., Slamet, S., & Waznah, U. (2021). Identifikasi Antiinflamasi Partisi

Metanol, n-Heksan dan Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum Americanum L.) Secara

In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 820–828.

https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.758

Sriwahyuni, E., & Krisanti, M. (2021). Uji toksisitas akut limbah pengeboran minyak (serbuk

bor) terhadap Artemia salina. 9.

Anda mungkin juga menyukai