Kelompok 5
Dwi Maulita Sari Qatrinna Salsabila Salwa Salsabila Makhfud Istika Devi Asmara
Status halal dari produk-produk farmasi tengah menjadi titik hukum perhatia
n dalam Undang-Undang Jaminan Produk Halal.Dalam hal ini yang menjadi tit
ik kritis bersama yaitu bagaimana kehalalan penggunaan alkohol dalam suatu
produk farmasi khususnya sebagai campuran obat menurut Syari‘at Islam.
Dalam Ilmu Kimia yang dimaksud dengan alkohol adalah senyawa organik yang
dalam struktur molekulnya memiliki gugus hidroksi (OH). Namun, yang dimaksu
d dengan alkohol dalarn kehidupan keseharian (juga dalarn tulisan ini) adalah e
tanol atau etil akohol dengan rurnus kimia C,HSOH. Alkohol berupa zat cair jemi
h, lebih ringan dari air, mudah terbakar, campur dengan air, mudah menguap,
titik didih 78”C, dapat melarutkan lemak dan ber- bagai senyawa organik.
Pada proses fermentasi ini kadar alkohol tertinggi hanya 13% karena pada kada
r lebih tinggi lagi, enzim fermentasi akan menjadi inaktif. Pada makanan tradisio
nal (tape) kadar alkohol biasanya berkisar antara 4% hingga 6%, sedangkan
pada anggur (table wine) biasanya sekitar 10%.
Sebagai bahan kimia, penggunaan alkohol sangat luas. Alkohol digunakan sebagai
pelarut untuk melarutkan berbagai bahan organik (obat) di laboratorium, menyar
i zat berkhasiat (alkaloid, glikosid, flavanoid) dalam tumbuhan yang dikenal sebag
ai sediaan galenik, bahan sintesis pembuatan eter dan ester di laboratoriun dan i
ndustri kimia, desinfektans, dan bahan bakar.
Kalau diminum, alkohol sangat cepat diserap oleh darah, diedarkan ke seluruh tu
buh dan dibakar (dioksidasi) di jaringan perifer (permukaan tubuh) menghasilkan
air karbondioksida, dan kalori.
Alkohol merupakan pelarut pilihan berbagai senyawa organik, ter
masuk obat. Sifat lain yang menguntungkan ialah bahwa alkohol
mudah menguap sehingga mudah dihilangkan kalau dikehendaki,
yakni dengan pemanasan. Pada sediaan tablet, alkohol diguna- k
an untuk melarutkan zat aktif dan berbagai bahan tambahan, mis
alnya bahan pengikat, dan bahan penyalut (coating).
Pada bentuk sediaan larutan oral (obat minum), alkohol digunakan untuk m
eningkatkan kelarutan obat (kosolven) dengan pelarut utama air. Alkohol ba
nyak digunakan untuk menyari zat aktif dari tumbuhan hingga dipleh bentu
k ekstrak (sari) dengan kadar alkohol sekitar 5%. Selain dalam obat, alkohol
banyak digunakan dalam sediaan kosmetika, utamanya sediaan parfum (ea
du de colognette, eadu de toilette, dsb).
1. Sanitisers tangan 2. Obat batuk
Sanitisers tangan yang mengandung alkohol, l Obat batuk biasanya mengandung 10 sampai
ebih efektif dalam membunuh mikroorganism 40 persen alkohol. Oleh karena itu disarankan
e dari sabun. Tingkat alkohol dalam sanitisers untuk mengambil dosis sesuai saran dokter.
tangan bervariasi antara 60 persen dan 85 per
sen. Ada juga sanitisers bebas alkohol, tetapi
mereka tidak seefektif yang berbasis alkohol.
3. Mouthwash 4. Parfum dan cologne
Benadryl Domeryl
Eksedryl Exp Syr 60ml Inadryl Sirup 100 ml Kemodryl Sirup 150 ml
Sanaflu Rhinodin
Alkohol atau etanol merupakan salah satu bahan baku yang ban
yak digunakan dalam memproduksi obat cair. Biasanya alkohol t
ersebut digunakan sebagai bahan pelarut dan pengawet dalam
obat batuk.
2 Jika alkohol yang memabukan menjadi obat atau campuran obat maka hukumnya diharamkan
3 Jika alkohol tersebut bukan termasuk memabukan (Iskar) maka hukumnya diperbolehkan
Apabila digunakan untuk obat luar, seperti digunakan sebagai rubefacient, gosokan untuk
5 menghilangkan sakit, pasien yang terbaring lama dan germisida alat-alat sebagai pembersi
h kulit sebelum injeksi.
Maka pemakainya diperbolehkan, tetapi jika ada benda lain yang leb
ih baik yang bisa menggantikan fungsinya maka sebaiknya alkohol ti
dak digunakan, hal ini sebagai bentuk kehati-hatian (sad az-Dzari’ah)
(Ansharullah. 2011: 123-124).
1
Kadar Alkohol yang terkandung dalam obat batuk hukumnya adalah
boleh (mubah), karena pada dasarnya hadis-hadis nabi tentang khamar
yang dilarang adalah pada konteks minuman yang telah mengandung
unsur memabukkan, maka jika diminum dalam jumlah sedikit maupun
banyak hukumnya adalah haram. Sedangkan dalam hal penggunaannya
sebagai pelarut dalam obat batuk tidaklah demikian jika kadarnya tetap
dalam batasan yang telah ditentukan yaitu tidak lebih dari 1%.
2
Menurut empat Imam Mazhab (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi,i dan
Imam Hambali) sepakat bahwa alkohol adalah najis sama seperti khamar
karena sama-sama memabukkan. Berpegang kepada Al-Qur’an Surah Al-
Maidah ayat 90, yang mana menyebutkan bahwa khamar termasuk rijs atau
najis. Bahkan sebagian ulama dari mazhab Imam Hanafi menegaskan bahwa
pakaian yang terkena alkohol sekalipun sedikit maka tidak boleh digunakan
untuk shalat karena tidak sah atau batal. Namun penulis obat batuk yang
mengandung alkohol itu sah dan diperbolehkan, namun tidak mengandung
ketergantungan mengkonsumsi obat tersebut serta tidak memabukkan dan
hnaya untuk penyembuhan saja
Harmy, Mohammad Yusuf. 2013. Fikah Perubatan Selangor: PTS Millenia DEPAG. 2003. Tanya Jawa Seputar Produk
Halal. Jakarta: Proyek sarana produk halal.
Husen Al Munawar, Muzakarah Said Agil. 2010. Dokumen hasil seminar. Jakarta 74 Erwandi Tarmizi. 2017. Harta Har
am Muamalat Kontemporer, Cet. 15; Bogor: Berkat Mulia Insani
Al-Asqolani, Ibnu Hajar. 2014. Bulughul Maram: Kumpulan Hadits Hukum dan Akhlak, terj. Muhamad Zainal Arifin, J
akarta: Khatulistiwa Press, Cet. 1.
Ansharullah, Muhammad. 2011. Beralkohol Tapi Halal” Menjawab Keraguan Tentang Alkohol dalam Makanan, Minu
man, Obat dan Kosmetik. Solo: Pustaka Arofah, cet. I.
Nawawi, Imam, 1995. Syarah al Muhadzdzab. Beirut, Libanon, Dar al kutub al ilmiah. juz III h
Alhusaini, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad.1993. ”Kifayatu AlAkhyar 2”, diterjemahkan Syarifuddin Anw
ar dan Mishbah Musthafa.
Abdul Hadi, Abu Sari’ Muhammad. 2015, Hukum Makanan dan Sembelihan Dalam Pandangan Islam. Banung: Trigen
da Karya.
Hasan, Aliah B. Purwakania. 2016. Pengantar Psikologi Kesehatan Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada