Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI

SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG

Zat aktif : Etanol


Sediaan : gel
Jumlah Sediaan : 100 ml/botol 500 ml/batch
Alat : Mixer I.K.A

1. FORMULA
R/ Etanol 70% 50%
HPMC 2%
Gliserin 3%
Pewarna q.s
Pewangi q.s
Aquadest q.s

2. KEGUNAAN ZAT DALAM FORMULA


Tabel 2.1 Kegunaan Zat dalam Formula
Zat Kegunaan
Etanol 70% Zat aktif
HPMC Gelling agent
Gliserin Pelembab
Olium grape 0,1 % Pewangi
Aquadest Pelarut

3. ALASAN PEMILIHAN FORMULA


3.1 Etanol 70% : Sebagai zat aktif antiseptik
3.2 HPMC : Dapat digunakan sebagai gelling agent sebanyak
2%

1
3.3 Gliserin : Dapat digunakan sebagai anti-mikroba dalam
Kadar dibawah 20 % dalam formula digunakan
dalam konsentrasi 3 %.
3.4 Oleum grape : sebagai corrigrn odoris yaitu untuk memperbaiki
atau menutupi bau dari obat.
3.5 Aquadest : Sebagai pelarut untuk meningkatkan kelarutan.

4. MONOGRAFI
4.1 Theophyllinum

Gambar 4.1 struktur Kimia Theophyllinum


Rumus Molekul : C7H8N402.H20
Berat Molekul : 198,18
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; pahit: mantap
diudara.
Kelarutan : Larut dalam kurang 180 bagian air; lebih mudah
larut dalam air panas; larut dalam lebih kurang 120
bagian etanol (95%) P, mudah larut dalam larutan
alkali hidroksida dab dalam amonia encer P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Penggunaan : Spasmolitikum bronkial
Dosisi Maksimum : Sekali : 500 mg
Sehari : 1000 mg
( Farmakope Indonesia III halaman, 597-598 )
4.2 Aethanolum

Gambar 4.2 Struktur Kimia Aethanolum

2
Rumus Molekul : C2H60
Berat Molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna , jernih , mudah menguap dan
mudah bergera; bau khas: rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan kloroform P
dan eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Pengunan Terapi : Pelarut

( Handbook of Pharmaceutical excipient edisi V halaman 18 dan Farmakope


Indonesia edisi lll halaman 65)
4.3 Sirupus Simplex
Pemerian : Cairan jernih , tidak berwarna.
Kegunaan : Pemanis dan pengawet.
Penyimpanan : Wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan
kering.
( Farmakope Indonesia III halaman 567 )
4.4 Oleum Menthae Piperitae
Pemerian : cairan tidak berwarna, kuning pucat atau kuning
kehijauan , bau aromatik , rasa pedas dan hangat
kemudian dingin.
Kelarutan :Larut dalam 4 bagian etanol 70% P.
Kegunaan : Odoris
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat , terisi penuh dan
terlindung dari cahaya.
( Farmakope Indonesia III halaman 458 )
4.5 Aqua Destilata
Berat Molekul : 18,02.

3
Rumus molekul : H2O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
(Farmakope Indonesia III halaman 96)

5. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN


5.1 Perhitungan Bahan
5.1.1 Pehitungan Bahan untuk 1 Botol
60
1. Theophyllinum = 15 x 0,13 = 0,52 gram
7
2. Etanol 90% = 100 x 60 ml = 4,2 ml

3. Oleum MP = 1 tetes
10
4. Sirupus Simplex = 100 x 60 ml = 6 ml

5. Aquadest ad 60 ml
5.1.2 Perhitungan Bahan untuk 1 Batch
1. Theophyllinum = 0,52 gram x 3 = 1,56 gram
2. Etanol 90% = 4 ml x 3 = 12 ml
3. Oleum MP = 1 tetes x 3 = 3 tetes
4. Sirupus Simplex = 6 ml x 3 = 18 ml
5. Aquadest ad 180 ml
5.2 Penimbangan Bahan
1. Theophyllinum = 1,56 gram
2. Etanol 90% = 12 ml
3. Oleum MP = 3 tetes
4. Sirupus Simplex = 18 ml
5. Aquadest ad 180 ml

6. PROSEDUR KERJA DAN EVALUASI


6.1 Prosedur Kerja

4
Pertama kalibrasi dahulu botol ad 60ml, setelah itu timbang
teofilin dan semua zat tambahan yang lain, kemudian teofilin
dilarutkan dengan etanol 90% menggunakan mixer i.k.a ad
homogen. Setelah itu tambahkan sirupus simplex ad homogen
kemudian ditetesi 3 tetes oleum mp pada botol kemudian
tambahkan aquadest ad 60ml kemudian kocok ad homogen.
6.2 Prosedur Evaluasi
6.2.1. Organoleptis
Pertama diperhatikan perubahan bau, warna dan kejernihan
pada sediaan setiap evaluasi meliputi persyaratan larutan dikatakan
jenuh apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan dalam
pengujian dalam kondisi yang dipersyaratan.
6.2.2. Evaluasi Bobot Jenis
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan kemudian
ditimbang piknometer kosong. Setelah mendapatkan hasil
kemudian isi piknometer tersebut dengan sediaan hingga penuh,
kemudian timbang kembali. Lalu dihitung BJ elixir.
6.2.3. Evaluasi Viskositas
Pertama siapkan viscometer Ostwald kemudian masukkan
larutan elixir kedalam viscometer Ostwald , pipet hingga larutan
sampai batas (batas atas) setelah itu biarkan mengalir sampai tanda
(batas bawah) dengan memakai bold pipet. Kemudian catat waktu
akhir larutan uji sampai batas n, lakukan sebanyak 3 kali lalu
dihitung viskositasnya.
6.2.4. Evaluasi pH.
pH meter dikalibrasi dengan menggunak buffer standar,
kemudian dibilas elektroda menggunakan aquadest, lalu dimasukkan
elektroda ke dalam sampel yang akan di ukur. Diamati pH meter,
Kemudian diangkat dan dibilas kembali elektroda menggunakan
aquadest.
6.2.5. Evaluasi Volume Terpindahkan

5
Larutan dimasukan kedalam 2 wadah yang telah dipilih
kemudian dikocok satu persatu, setelah itu larutan dituang perlahan
kedalam gelas ukur ,kemudian larutan didiamkan selama 30menit.
Jika sudah tidak ada gelembung diukur volume elixir pada gelas
ukur.

6. DATA PENGAMATAN
Tabel 6.1 Data pengamatan
Hari Ke-0
Evaluasi Sediaan
1 2 3
Organoleptis :
Warna putih putih putih
Bentuk cair cair cair
Bau
Kejernihan jernih jernih jernih
Volume Awal 60 ml 60 ml 60 ml
Hari ke-1
Organoleptis :
Warna putih putih putih
Bentuk cair cair cair
Bau
Kejernihan jernih jernih jernih
Massa Jenis 1,017 gr/ml
W1 22,65 gr
W2 45,92 gr
W3 46,32 gr
Perbandingan BJ air : BJ sediaan ;
pH 5,43
Viskositas
Volume Terpindah 60 ml 60 ml 60 ml
Hari Ke-2
Organoleptis
Warna putih putih putih
Bentuk cair cair cair
Bau
Kejernihan jernih jernih jernih
Massa Jenis 1,011 gr/ml
W1 12,51 gr
W2 42,65 gr

6
W3 43,00 gr
Perbandingan BJ air : BJ sediaan
pH 5,53
Viskositas
Volume Terpindah 60 ml 60 ml 60 ml

Hari Ke-3
Organoleptis :
Warna putih putih putih
Bentuk cair cair cair
Bau
Kejernihan jernih jernih jernih
Massa Jenis 1,016 gr/ml
W1 22,65 gr
W2 46,92 gr
W3 47,30 gr
Perbandingan BJ air : BJ sediaan ;
pH 5,72
Viskositas
Volume Terpindah 60 ml 60 ml 60 ml

7. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini di buat formula sediaan larutan eliksir dengan
zat aktif teofilin dengan bahan tambahan etanol, siripus simplek, oleum mp
dan penambahan aquadest hingga volume yang diinginkan.Dosis pada
sediaan eliksir teofilin 130mg/ml diambil dari literatur (iso vol 40 tahun
2015). Teofilin merupakan golongan obat keras dengan tanda lingkaran
merah dengan garus tepi hitam dan huruf K ditengah lingkaran yang
menyentuh garis tepi lingkaran
Dalam pembuatan eliksir teofilin pelarut utama yang digunakan
adalah etanol 7%. Pada pembuatan eliksir teofilin kadar etanol tidak boleh
lebih dari 10%. Dalam pembuatan sediaan eliksir teofilin memiliki rasa yang
pahit sehingga diperlukan penambahan perasa yaitu oleum mentha
piperitea. Kemudian ditambahkan sirupus simplex 10% sebagai pengawet.
Sifat fisik dari sirupus simplex itu menggempal kemudian menahan bakteri
untuk masuk. Kemudian ditambahkan aquadest sebagai pelarut. Teofilin
dalam kelarutan larut dalam air panas tetapi ada kesalahan pada saat

7
pembuatannya langsung dilarutkan di dalam etanol sehingga didapatkan
hasil dari sediaan elixir teofilin ada endapan putih dan tidak memenuhi
persyaratan uji organoleptik.Untuk pengemasan sediaan ini dikemas dalam
botol coklat karena bahan aktif teofilin sensitid terhadap cahaya akan
menjadi warna kuning karena tetepapar cahaya dalam waktu lama. Volume
sediaan harus sesuai dengan yang tertera pada etiket dan harus memenuhi
syarat volume terpindahkan.
Dilakukan evaluasi sediaan organoleptis merupakan hal pertama yang
dilakukan saat melakukan evaluasi sediaan.pemeriksaan organoleptis untuk
mengetahui sediaan eliksir stabil pada penyimpanan. Sebab apabila tidak
stabil pada penyimpanan,akan terlihat perubahan organoleptisnya maka
dapat dikatakan mutu atau kualitas sediaan eliksir yang diproduksi kurang
baik. Uji organoleptik pada sediaan ini berwarna bening jernih setelah
dilakukan tiga hari pengamatan di dapatkan hasil jernih dan terdapat
endapan.
Untuk evaluasi selanjutnya adalah bobot jenis, dengan tujuan
menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan spesifikasi
dengan membandingkan bobot uji di udara terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama dan alat yang digunakan adalah
piknometer.Menggunakan piknometer harus hati-hati agar tidak ada lemak
dari jari tangan atau pengotor lain yang ikut tertimbang,sehingga jika proses
penimbangan kurang teliti hasil yang diperoleh pun kurang tepat.Hasil yang
diperoleh dari hasil evaluasi bobot jenis ini (pada hari ke-0 = 0; hari ke-1 =1,
017; hari ke-2 = 1.011; dan hari ke-3 = 1,016), sesuai dengan syarat yang
ditentukan ±1.
Selanjutnya pada pengujian pH,dengan menggunakan alat pH meter.
Untuk mengetahui sesuai atau tidak pH yang dibuat dengan persyaratan
yang ditentukan, menurut literatur farmakope indonesia IV 3,6-6,1.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada hari pertama yaitu 5,53, pada hari
kedua 5,53 dan pada hari ketiga 5,72. Selanjutnya viskositas adalah suatu
cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan oleh

8
suatu cairan. Pada praktikum dibuat sediaan eliksir dimana viskositasnya
menggunakanostwold.
Selanjutnya Volume Terpindahkan dilakukan dengan cara
menuangkan sediaan kedalam gelas ukur, di mana diharapkan volume pada
botol sesuai dengan volume sediaan sesungguhnya, yaitu 60 ml. Hal ini
berpengaruh terhadap dosis obat yang digunakan oleh pasien.Apabila
volume sediaan berkurang, maka dosis yang digunakan oleh
pasien akan tidak tepat. Seharusnya dalam 1 botol (60 ml) bias digunakan 6
sampai 7 kali karena volume sediaannya berkurang, maka hanya bias
digunakan 4 atau 5 kali. Ketidakteraturan pemakaian dapat menyebabkan
ketidak efektifan zat berkhasiat maupun resistensi apabila dalam sediaan
mengandung antibiotik Berkurangnya volume sediaan tidak bias dihindari
karena eliksir dapat tertinggal di dalam botol atau sendok saat
penggunaan.Namun, ada rentang yang diperbolehkan, yaitu tidak kurang
dari 95%.

8. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat simpulkan bahwa ,
produk teofilin yang dibuat tidak dapat dikonsumsi karena adanya partikel teofilin
yang tidak larut dalam etanol maupun aquadest.

9
LAMPIRAN
Perhitungan Evaluasi

1. Ph
a. Hari ke-0 =
b. Hari ke-1 = 5,43
c. Hari ke-2 = 5,53
d. Hari ke-3 = 5,72
2. Bobot Jenis
a. Hari ke-1
W1 = 22,65 gram / ml

W2 = 45,92 gram / ml

W3 = 46,32 gram / ml

( W3 – W 1 )
BJ =
( W2 - W1 )

= (46,32– 22,65)

(45,92 – 22,65 )

= 23,67

23,27

= 1,017

b. Hari ke- 2
W1 = 12,51 gram / ml

10
W2 = 42,65 gram / ml

W3 = 43,00 gram / ml

BJ = ( W3 – W 1 )

( W2 - W1 )

= ( 43,00 – 12,51)

( 42,65 – 12,51 )

= 30,49

30,14

= 1,011

c. Harike 3
W1 = 22,65 gram / ml

W2 = 46,92 gram / ml

W3 = 47,30 gram / ml

BJ = ( W3 – W 1 )

( W2 - W1 )

= ( 47,30– 22,65)

( 46,92 – 22,65 )

= 24,65

24,27

= 1,016

3. Viskositas
a. Har ike- 0
Viskositas= Dial reading x faktor
Viskositas= x = cPs

11
b. Hari ke 1
Viskositas= Dial reading x faktor
Viskositas= x = cPs
c. Hari ke -2
Viskositas= Dial reading x faktor
Viskositas= x = cPs
d. Hari ke- 3
Viskositas= Dial reading x faktor
Viskositas= x = cPs
4. Volume Terpindahkan
a. Hari ke- 0
V1 = 60 ml = 100%

V2 = 60 ml = 100%

V3 = 60 ml = 100%

V akhir
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
V awal
60 + 60 + 60
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
180 ml
= 100%

b. Hari ke- 1
V1 = 60 ml = 100%

V2 = 60 ml = 100%

V3 = 60 ml = 99%

V akhir
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
V awal
60 + 60 + 60
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
180 ml
= 100%

12
c. Hari ke- 2
V1 = 60 ml = 100 %

V2 = 60 ml = 100 %

V3 = 60 ml = 100 %

V akhir
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
V awal
60 + 60 + 60
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
180 ml
= 100 %

d. Harike 3
V1 = 60 ml = 100%

V2 = 60ml = 100%

V3 = 60 ml = 100%

V akhir
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
V awal
60 + 60 + 60
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
180 ml
= 100%

13
Label

14
Kemasan

15
Brosur

16
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe


R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation, 697-699.

Ditjen POM . (1995).Farmakope Indonesia.Edisi IV. Jakarta:


DepartemenKesehatan RI.

17

Anda mungkin juga menyukai